Anda di halaman 1dari 6

2.

2 Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Korban Pemerkosaan


a) Defenisi
Pemerkosaan merupakan suatu tindak kejahatan yang dinilai
sangat merugikan dan mengganggu ketentraman dan ketertiban
hidup, terutama bagi korbannya. Adanya reaksi umum yang
berlebihan terkadang juga semakin memojokkan korban. Peristiwa
perkosaan yang merupakan berita yang cukup menarik untuk
dibicarakan membuat masyarakat tertarik untuk menjadikan berita
tersebut sebagai salah satu bahan pembicaraan (Fakih dalam
Prasetyo, 1997).
Pemerkosaan merupakan kejahatan kesusilaan yang bisa di
sebabkan oleh berbagai faktor.Kejahatan ini cukup kompleks
penyebabnya tidak berdiri sendiri. Penyebabnya dapat di pengaruhi
oleh kondisi yang mendukung, keberadaan korban yang secara
tidak langsung mendorong pelakunya dan bisa jadi karena unsur-
unsur yang mempengaruhinya. ( hakim, Lukman 2008)
Pelecehan seksual pada dasarnya Merupakan kenyataan yang
ada dalam masyarakat dewasa ini bahwa tindak kekerasan terhadap
perempuan banyak dan seringkali terjadi di mana-mana, demikian
juga dengan kekerasan/pelecehan seksual terlebih perkosaan.

b) Faktor-faktor penyebab terjadinya pemerkosaan. Ada dua yaitu


1. Faktor internal
a. Faktor kejiwaan, yakni kondisi kejiwaan atau
keadaan diri yang tidak normal dari seseorang
dapat juga mendorong seseorang melakukan
kejahatan
b. Faktor biologis,jika kebutuhan akan seks tidak
tersalurkan secara normal,maka dapat terjadi
penyimpangan-penyimpangan seperti
pemerkosaan.
c. Faktor moral, orang yang tidak bermoral
cenderung untuk melakukan kejahatan,moral
bukan sesuatu yang tidak bisa
berubah,melainkan ada pasang surutnya baik
dalam diri individu maupun masyarakat.
2. Faktor eksternal
a. Faktor sosial budaya, meningkatnya kasus-
kasus kejahatan karena aspek sosial budaya
yang berkembang di tengah-tengah
masyarakat itu sendiri sangat mempegaruhi
naik turunnya moralitas seseorang.
b. Faktor ekonomi, orang yang memiliki
tingkat pendidikan yang rendah cenderung
mendapatkan pekerjaan yang tidak layak.
c. Media massa, alat media massa yang paling
besar pengaruhnya terhadap timbulnya
kejahatan kesusilaan atau pemerkosaan
adalah pemutaran film-film porno.

c) Patofisiologi (skema proses trauma korban perkosaan)

Dukungan
lain

Perkosaan PTSD

Dukungan
keluarga Patologi

Kesembuhan
Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Korban KDRT
1.1 Definisi
Kekerasan berarti sebuah ekspresi baik yang dilakukan secara fisik ataupun
verbal yang mencerminkan pada tindakan agresif dan penyerangan pada
kebebasan atau martabat seseorang yang dapat dilakukan oleh perorangan atau
sekelompok orang (Sefill, 2014: 1).
Dalam Pasal 1 ayat 1, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun
2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga menyatakan
bahwa:“Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap
seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaraan rumah
tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah
tangga”.
1.2. Beberapa faktor penyebab
Faktor penyebab terjadinya KDRT yang terjadi di masyarakat, antara lain:
a. Motif (dorongan seseorang melakukan sesuatu)
1.) Terganggunya motif biologis, artinya kebutuhan biologis pelaku KDRT
mengalami terganggu atau tidak dapat terpenuhi. Sehingga membuat ia
melakukan untuk menuntut kebutuhan tersebut, namun cara menuntut pemenuhan
kebutuhan tersebut menyimpang tanpa adanya komunikasi yang baik sebagaimana
mestinya.
2.) Terganggunya motif psikologis, artinya tertekan oleh tindakan pasangan,
misalnya suami sangat membatasi kegiatan istri dalam aktualisasi diri,
memaksakan istri untuk menuruti semua keinginan suami.
3.) Terganggunya motif teologis, artinya hubungan manusia dengan Tuhan
mengalami penyimpangan, ketika hal ini terganggu, maka akan muncul upaya
kemungkinan pemberontakan untuk memenuhi kebutuhan. Misalnya, perbedaan
agama antara suami dan istri, dan keduanya tidak saling memahami satu sama
lain, tidak ada toleransi
dalam keluarga, keduanya hanyalah mementingkan dari kepercayaan masing-
masing, maka yang muncul adalah ketidakharmonisan antara keduanya.
4.) Terganggunya motif sosial, artinya komunikasi atau interaksi antara
pasangan suami istri tidak dapat berjalan dengan baik. Sehingga jika terjadi
kesalah fahaman atau perbedaan, hanya mementingkan ego dari masing-masing
tanpa adanya komunikasi timbal balik yang baik hingga kekerasan menurut
mereka yang dapat menyelesaikan masalah.
b. Harapan, setiap pasangan suami istri memiliki suatu harapan mengenai
apa yang akan dicapai dalam keluarganya, misalnya harapan agar keluarganya
hidup sejahtera dengan berkecukupan akan tetapi harapan tersebut tidak dapat
berjalan sebagai kenyataan. Kemudian diantara keduanya tidak dapat menerima
kenyataan sehingga yang terjadi hanyalah tuntutan kepada pasangan tanpa
memikirkan bersama jalan keluar.
c. Nilai atau norma, dapat terjadi KDRT jika terjadi pelanggaran terhadap
nilai dan norma yang ada di dalam keluarga atau tidak dipatuhinya nilai di dalam
keluarga. Misalnya penerapan nilai etika yang salah, tidak adanya penghormatan
dari istri terhadap suami atau sebaliknya, tidak adanya kepercayan suami
terhadap istri, tidak berjalannya fungsi dan peran dari masing-masing anggota
keluarga.
1.3 Bentuk-bentuk KDRT
a. Kekerasan pada suami terhadap istri
Suami merasa berhak untuk memaksakan kehendak kepada istri sebab ia
adalah pemimpin dalam rumah tangga. Implikasi yang mucul adalah perilaku
tirani dan kesewenang-wenangan suami atas istri dan anak-anaknya. Tak jarang
dijumpai seorang kepala rumah tangga memukul istri atau anak-anak, atau
pembantunya, hanya gara-gara alasan yang amat sederhana.
b. Kekerasan istri terhadap suami
Kekerasan dalam rumah tangga tidak mengenal jenis kelamin.Kekerasan
bisa terjadi dari istri terhadap suami. Kekerasan psikologis terjadi misalnya
takkala istri melontarkan kata-kata kasar dan kotor kepada suami. Istri menteror
suami dengan ancaman-ancaman dan ungkapan yang menyakitkan hati. Mungkin
juga istri melakukan tindakan-tindakan paksa terhadap harta benda suaminya
yang ia tidak memiliki hak atasnya. Termasuk melakukan tindakan
penyelewengan seksual atau perselingkuhan yang dengan sengaja ditampakkan di
depan mata
c. Kekerasan orang tua kepada anak-anak
Kekerasan fisik terjadi tak kala orang tua sering main pukul terhadap anak
anak. Hanya karena kesalahan-kesalahan kecil yang tidak prinsip, orang tua
menjadi emosi dan menghukum anak dengan tindakan keras. Tak jarang dijumpai
ada anak menjadi cacat seumur hidup karena penyiksaan orang tua, atau bahkan
menjadi mati teraniaya.
d. Kekerasan anak kepada orang tua
Banyak pula dijumpai, anak-anak menjadi pelaku kekerasan baik secara
fisik, seksual maupun psikologis terhadap orang tuanya. Berawal dari perbedaan
pendapat, atau dari keinginan yang tidak dituruti, atau dari pembagian serta
perlakuan yang tak adil dari orang tuanya, anak menjadi berang dan menganiaya
orang tuanya sendiri. Bahkan ada yang sampai menyebabkan kematian orang tua.
Contohnya adalah anak menghujat, mencela, berkata kasar dan kotor kepada
orang tuanya, anak mengancam akan melarikan diri dari rumah, mencederai
orang tua, dan berbagai ancaman lainnya karena ingin memaksakan kehendaknya
sendiri terhadap orang tua.
e. Kekerasan terhadap pembantu rumah tangga
Karena posisi pembantu rumah tangga yang sering dipandang sebelah mata,
dalam kehidupan masyarakat kita banyak ditemukan bentuk-bentuk .kekerasan
terhadap pembantu rumah tangga, khususnya pembantu ,perempuan. Seperti
penyiksaan fisik, pemukulan, pelecehan seksual, perkosaan, serta kekerasan
psikologis seperti kata-kata hinaan, dan ancaman-ancaman lain.
1.4. jenis – jenis kekerasan
a. Kekerasan fisik;
Kekerasan fisik adalah suatu tindakan kekerasan yang mengakibatkan
luka, rasa sakit, atau cacat pada istri hingga menyebabkan kematian.
b. Kekerasan psikologis;
Kekerasan psikologis/emosional adalah suatu tindakan penyiksaan secara
verbal (seperti menghina, berkata kasar dan kotor) yang mengakibatkan
menurunnya rasa percaya diri, meningkatkan rasa takut, hilangnya kemampuan
untuk bertidak dan tidak berdaya.
c. Kekerasan seksual;
Kekerasan seksual adalah setiap penyerangan yang bersifat seksual
terhadap perempuan, baik terjadi persetubuan atau tidak, dan tanpa
memperdulikan hubungan antara pelaku dan korban.
d. Kekerasan ekonomi / penelantaran rumah tangga;
Kekerasan ekonomi / penelantaran rumah tangga dapat diindikasikan
sebagai kekerasan ekonomi yaitu tidak memberi nakfah kepada istri,
memanfaatkan ketergantungan istri secara ekonomi untuk mengontrol kehidupan
istri, atau membiarkan istri bekerja kemudian penghasilannya dikuasai oleh suami

Anda mungkin juga menyukai