Anda di halaman 1dari 23

Perkenalan:

Pencegahan dan Menanggapi


Eksploitasi, Kekerasan, dan
Pelecehan Seksual
(PRSEAH)
PERDHAKI Briefing
29 Maret 2023

PutriSAYING
Mumpuni – PRSEAH
NO TO SEXUAL Officer (WHO)
MISCONDUCT
#NoExcuse
Sebelum Kita Mulai

Harap diperhatikan bahwa kegiatan ini mematuhi


Kode Etik untuk mencegah pelecehan, termasuk
pelecehan seksual, pada sesi WHO.

2
Zero tolerance to sexual misconduct
Orientasi

KONSEP PSEAH

Putri Mumpuni – PRSEAH Officer


MENGATAKAN TIDAK PADA PERILAKU BURUK SEKSUAL
02
KESENJANGAN GENDER DALAM KESEHATAN
RENDAHNYA STATUS Budaya Patriaki,
KESEHATAN PEREMPUAN Keyakinan, Norma, Nilai
dan Peran GENDER dll

Diskriminasi GENDER
Ketidaksetaraan dan
ketidakadilan GENDER Kekerasan (Seksual -
SEAH, Fisik dll),
Steriotipe, Subordinasi dll

Bias dalam usaha dan upaya Akses, Partisipasi,


Kesehatan dan Kontrol, dan
Pembangunan Benefit/ Manfaat

SAYING NO TO SEXUAL MISCONDUCT


PELANGGARAN SEKSUAL (SEAH) dan KEKERASAN BERBASIS
GENDER (KBG)
1. Kekerasan Seksual • SEAH/KBG adalah masalah kesehatan
2. Pelecehan Seksual masyarakat dan dapat dicegah.
3. Eksploitas Seksual • Satu dari 3 (30%) perempuan usia 14 – 49
tahun di dunia mengalami KBG dalam
4. Kekerasan Emosional hidup mereka.
5. Kekerasan Ekonomi • Satu dari 4 (26,1%) perempuan usia 14 –
6. Kekerasan Verbal 65 tahun di Indonesia mengalami KBG
7. Kekerasan Fisik dalam hidup mereka. (SPHPN, 2021)

• UU No. 12/2022 tentang Tindak Pidana


Kekerasan– ada 9 macam termasuk pelecehan
seksual, eksploitasi, perbudakan, pemaksaan
perkawinan, kekerasan berbasis elektronik,
penyiksaan, pemaksaan kontrasepsi dll

SAYING NO TO SEXUAL MISCONDUCT


DEFINISI PELANGGARAN SEKSUAL (SEAH)

Eksploitasi Seksual Kekerasan Seksual Pelecehan Seksual (SH)


Siapa?

Kita + Masyarakat/ Pasien Kita + Masyarakat/ Pasien Kita + Kita

• Perilaku seksual yang tidak


• Penyalahgunaan atas • Pemaksaan fisik (ancaman)
diinginkan – penghinaan/ganggu
kerentanan, kekuasaan/ secara seksual
Apa?

/ syarat kerja
kepercayaan untuk seksual • Menggunakan kekerasan atau • Lingkungan kerja penuh
• Ada imbalan uang, jabatan, pemaksaan intimidasi, tidak nyaman atau
social, politik permusuhan

• Menawarkan uang/barang/ • Menyentuh, mencium/berbicara


• Lancang mencium/ menyentuh/
pekerjaan dengan imbalan tak pantas pada rekan kerja
Contoh?

meraih/menggesek
seks
• Ancaman seksual tidak diinginkan • Penyerangan seksual (upaya/
• Menunda layanan atau perbuatan)
• Perkosaan/usaha perkosaan
memeras untuk seks
• Segala tindakan seksual dengan • Perkosaan/usaha perkosaan
• Menyewa pelacur
anak-anak
• Ancaman eksploitasi seksual
MENGATAKAN TIDAK PADA PERILAKU BURUK SEKSUAL
07
ENAM PRINSIP DASAR - PELANGGARAN SEKSUAL
Source: Inter Agency Standing Committee (IASC) Six Core Principles Relating to Sexual Exploitation and Abuse
(12 September 2019)

1 2 3

SEA - pelanggaran berat Aktivitas seksual dengan Pertukaran uang/pekerjaan,


dan dapat menjadi alasan anak-anak (<18 tahun) barang/jasa dengan seks
pemutusan hubungan dilarang. dilarang, termasuk menyewa
kerja. pelacur.

4 5 6

Hubungan seksual apapun Personil wajib Personil wajib menciptakan


dengan penerima manfaat melaporkan segala dan memelihara lingkungan
yang melibatkan kekhawatiran terkait SEA yang mencegah SEA
penyalahgunaan posisi oleh sesama personil.
dilarang.

MENGATAKAN TIDAK PADA PERILAKU BURUK SEKSUAL


FAKTA SEAH - REFLEKSI – www.menti.com

Kode: 1374 7765

- Tanpa Nama
- Rahasia

MENGATAKAN TIDAK PADA PERILAKU BURUK SEKSUAL


Sumber: ILO, Never Okay Project, Hasil Survey Kekerasan dan Pelecehan di Dunia Kerja Indonesia,
2022
MENGATAKAN TIDAK PADA PERILAKU BURUK SEKSUAL
Orientasi

ASSESMENT DAN
MITIGASI RISIKO SEAH

Putri Mumpuni – PRSEAH Officer


MENGATAKAN TIDAK PADA PERILAKU BURUK SEKSUAL
02
Sexual Misconduct:
Mengapa MitigasiA catastrophic
Risiko SEAH failure of the trust placed in WHO

Eksploitasi, kekerasan, dan


pelecehan seksual terhadap
orangg yang bekerja dan
orang-orang yang dilayani.

Tidak ada pelaporan kasus


SEA. Tidak ada layanan Tingkat kesadaran rendah
bantuan dan rujukan untuk dalam pencegahan dan
penyintas penanggulangan SEAH

Tidak memiliki kebijakan


PSEAH di organisasi, tidak ada Tersembunyi di
pelatihan dan peningkatan Sistem penanganan
kapasitas PSEAH laporan kurang kuat, atau kedalaman
bahkan tidak ada
Kurang pengawasan #NoExcuse
12
FAKTOR PENYEBAB - RISIKO SEAH
1. Kekuasaan yang tidak setara: status, gender, hierarki sosial,
kedudukan, kelas, dll.
2. Kerentanan individu meningkat karena faktor internal (umur,
agama/etnis, identitas gender, orientasi seksual, kesehatan, disabilitas,
riwayat trauma, pendidikan, marginalisasi, migran/pengungsi,
penelantaran) and faktor eksternal (kemiskinan, konflik bersenjata,
bencana alam, pandemi, ancaman kekerasan atau KDRT).
3. Kerentanan meningkat ketika dua/lebih dari faktor-faktor
bersinggungan. Misalnya, orientasi seksual berbeda, status kesehatan,
dan/atau status migran berisiko lebih tinggi terhadap SEAH.
4. Risiko SEAH dapat menyebabkan bahaya serius karena kasus yang
ekstrim, berulang/sistemik sering mengakibatkan trauma gabungan
atau kompleks.
IDENTIFIKASI RISIKO SEAH DALAM PENERIMA MANFAAT
• Kontrol alokasi sumber daya: ketika tim pelaksana mengontrol dan memiliki
kuasa menahan alokasi sumber daya penerima manfaat dan menuntut
aktivitas seksual sebagai gantinya.
• Tinggal bersama masyarakat: ketika tim pelaksana tinggal dan bekerja
bersama masyarakat khususnya yang rentan dan dapat mengembangkan
hubungan dengan mereka.
• Rekrutmen cepat: kondisi kedaruratan, organisasi merekruit banyak tim
pelaksana tanpa praktik rekrutmen aman/tidak ada pelatihan PSEAH bagi
tim. Masyarakat berdampak memiliki tingkat kerentanan tinggi sehingga
pengamanan tambahan diperlukan.
• Staf internasional atau sementara: tim cepat berpindah dari lokasi/negara
sehingga sulit dimintai pertanggungjawaban.
DAMPAK KEJADIAN SEAH (PENYINTAS/KORBAN)
1. Medis (cedera, bekas luka, reproduksi, PMS, HIV/AIDS, dll.)
2. Kehamilan tidak diinginkan dan anak yang lahir karena SEAH.
3. Psikologis/emosional (malu, isolasi, takut, cemas, bingung, depresi, dll).
4. Stigmatisasi/penolakan atau kekerasan/hukuman oleh keluarga/masyarakat.
5. Pembalasan, intimidasi, ancaman, paksaan oleh terduga pelaku, saksi, atau
keluarga (berdamai, dipaksa menikah, dll).
6. Hilangnya kesempatan pendidikan, mata pencaharian, atau pendapatan.
7. Dalam kasus ekstrem: penangkapan dan hukuman – misalnya ketika
melakukan hubungan seksual di luar nikah, dll dikriminalisasi
DAMPAK KEJADIAN SEAH (ORGANISASI/LEMBAGA)
1. Reputasi rusak, hilang kredibilitas dan rasa percaya dari masyarakat dan
donor.
2. Kehilangan pendanaan jika SEAH dipandang sebagai sistemik dan/atau
system bantuan kurang memadai/ tidak ditanggapi manajemen.
3. Dampak negatif dalam kegiatan program dan pengurangan layanan.
4. Risiko misi – tidak mencapai tujuan misi jika penerima manfaat tidak dapat
mengakses layanan yang aman

DAMPAK KEJADIAN SEAH (PELAKU)


1. Reputasi rusak, malu/dikucilkan masyarakat
2. Kehilangan pekerjaan dan pendapatan
3. Penuntutan pidana
LANGKAH ASSESMEN RISIKO PSEAH - GLOBAL FUND
Langkah 1: Kolom A Langkah 2: Kolom B Langkah 3: Kolom C
Buat daftar penerima manfaat utama Cantumkan intervensi Identifikasi risiko SEAH yang
dalam intervensi program. Buat sedetail prioritas menargetkan mungkin dihadapi setiap
mungkin. penerima manfaat penerima manfaat dalam
termasuk penyediaan kegiatan program.
barang atau jasa.

Langkah 6: Kolom F Langkah 5: Kolom E Langkah 4: Kolom D


Tentukan tindakan mitigasi risiko yang Buat nilai kemungkinan Jelaskan langkah-langkah
teridentifikasi per pemangku kepentingan dan tingkat keparahan yang sudah ada memitigasi
untuk mengurangi risiko. Kolom G dan H, risiko risiko SEAH.
tentukan siapa, waktu melaksanakan
langkah-langkah mitigasi.
Langkah 7: Kolom I Langkah 8: Kolom L Langkah 9: Kolom M
Tentukan tindakan mitigasi risiko yang CCM menandatangani Informasi proses melakukan
teridentifikasi per penerima manfaat untuk penilaian risiko yang penilaian risiko, siapa kelompok
dan pemangku kepentingan yang
mengurangi risiko. Kolom J dan K, menegaskan bahwa
berpartisipasi dalam identifikasi
tentukan siapa, waktu melaksanakan prosesnya telah partisipatif risiko SEAH dan langkah-langkah
langkah-langkah mitigasi. dan inklusif mitigasinya.
MITIGASI RISIKO SEAH
1. Kegiatan peningkatan kesadaran SEAH di masyarakat: apa SEAH,
bagaimana melapor (seperti strategi penjangkauan, kampanye
komunikasi, pelatihan, monitoring/umpan balik dan kegiatan lain)

2. Membangun sistem pelaporan SEAH di masyarakat melalui


Community Based Complaint Mechanism dengan pendekatan berpusat
pada penyintas/korban

3. Meningkatkan kapasitas lembaga mitra : pelatihan dan kesadaran


tim pelaksana mengenai PSEAH (melalui rencana dan budget
pelatihan), kebijakan, kode etik dan prosedur PSEAH; perekrutan
aman; adanya sistem pelaporan dan respons kasus SEAH; dan
program dukungan atau rujukan bagi penyintas SEAH.
MITIGASI RISIKO TINGGI SEAH
• Pastikan PSEAH ada dalam koordinasi TWG, respons strategis dan rencana
program.
• Bekerja bersama jaringan PSEAH, untuk memperbaiki sistem dan kapasitas
– kebijakan, SOP, sistem laporan internal dll.
• Melakukan penilaian risiko dan membuat rencana mitigasi reguler.
• Memastikan semua personel tersaring dalam proses rekruit,
menandatangani kode etik dan pelatihan PSEAH.
• Memberikan pelatihan PSEAH wajib dan reguler bagi semua personel.
• Pastikan semua orang tahu dan dapat menggunakan mekanisme pelaporan.
• Ada kegiatan sosialisasi/pelatihan PSEAH di masyarakat, cara melapor
yang aman dan mengakses sistem bantuan eksternal.
• Bagian layanan milik pemerintah didukung untuk mengambil tindakan
pengamanan untuk mengelola risiko SEAH – kebijakan, layanan, dan
rujukan.
KAPASITAS PSEAH DIHARAPKAN DIMILIKI ORGANISASI
1. MENCEGAH: memiliki kebijakan, kode etik dan prosedur
PSEAH yang berlaku; praktik perekrutan aman dari SEAH;
dan pelatihan kesadaran PSEAH yang memadai;
2. MELAPOR: memiliki kapasitas pelaporan kasus dugaan
SEAH secara rahasia;
3. INVESTIGASI dan RESPON: sistem dukungan/bantuan
cepat dan/atau rujukan penyintas SEAH;
4. MASYARAKAT: Melibatkan dengan masyarakat dalam
PSEAH (kegiatan kesadaran masyarakat dan mekanisme
pelaporan yang dapat diakses)

#ZeroTolerance
MENGATAKAN TIDAK PADA PERILAKU BURUK SEKSUAL
#NoExcuse
LINGKARAN PERLINDUNGAN (SAFEGUARDING)

Identifikasi
Risiko

Pembelajaran -
Mencegah
Meninjau

Menanggapi Melaporkan

MENGATAKAN TIDAK PADA PERILAKU BURUK SEKSUAL


SUMBER WHO TENTANG PRSEAH
https://www.who.int/initiatives/preventing-and-responding-to-sexual-
exploitation-abuse-and-harassment

Kode Etik:
• https://www.who.int/publications/m/item/preventing-and-addressing-
abusive-conduct
• https://www.who.int/publications/m/item/code-of-conduct-to-prevent-
harassment-including-sexual-harassment-at-who-events

Kebijakan
• Pencegahan dan Respon SEAH:
https://www.who.int/publications/m/item/WHO-DGO-PRS-2023.4
• Pelaporan dan Pencegahan Pembalasan SEAH:
https://www.who.int/about/ethics/whistleblowing-and-protection-against-
retaliation

MENGATAKAN TIDAK PADA PERILAKU BURUK SEKSUAL


TERIMA KASIH

Pencegahan dan Menanggapi Eksploitasi,


Kekerasan, dan Pelecehan Seksual
PRSEAH BAGI MITRA WHO

Kontak:
Putri Mumpuni – PRSEAH Officer
mumpunic@who.int
08118577855

18
MENGATAKAN TIDAK PADA PERILAKU BURUK SEKSUAL
#NoExcuse

Anda mungkin juga menyukai