seksual dengan cara tidak wajar atau tidak disukai untuk tujuan komersil atau tujuan tertentu.
Kekerasan seksual sulit terdeteksi sejak dini sebab
pelaku kekerasan seksual tidak selalu memiliki defisian moral atau defek moral Pelaku kekerasan seksual secara umum berstatus sosial sebagai “ orang baik”
Keluarga korban cenderung merahasiakan karena
kasus tersebut merupakan aib bagi kekeluarga Mengapa Kekerasan Seksual terjadi secara berulang ??
Kekerasan seksual hanya dianggap sebagai
kejahatan kesusilaan KUHP : kekerasan seksual seperti pemerkosaan dianggap sebagai pelanggaraan kesusilaan Kekerasan seksual hanya persoalan moralitas saja Siapa Korban Kekerasan Seksual??
Kaum yang dianggap lemah, dan tidak terbatas
pada usia Anak perempuan 4x lebih besar kemungkinan menjadi korban kekerasan seksual Dimana Kekerasan Seksual terjadi ??
Ranah personal, artinya kekerasan seksual dilakukan
oleh orang yang memiliki hubungan darah (ayah, kakak, adik, kakek, paman) dan kerabat dekat lainnya seperti ipar atau pacar = 70.115 kasus dari N: 93.960 Ranah Publik, kekerasan seksual terjadi dimana antara korban dan pelaku tidak memiliki hubungan kekerabatan, darah ataupun perkawinan = 22.284 kasus dari N : 93.960 Pelaku kekerasan seksual adalah aparatur negara sebanyak 1.561 kasus Kekerasan seksual Berdasarkan Identitas Pelaku
Familial abuse sexual abuse yang masih ada
hubungan darah
Extrafamilial abuse dilakukan oleh orang lain
diluar keluarga dan hanya 40% yang melaporkan adanya peristiwa kekerasan Dampak trauma akibat kekerasan seksual
Psychological disorder PTSD (post traumatic
syndrome disorder) Gejala : - ketakutan - kecemasan (penghindaran/avoidance) - emosional - menutup diri/mengisolasi diri - krisis identitas Kondisi traumatic mempengaruhi sikap, cara pandang, orientasi seksual dan memicu munculnya perilaku amoral Sebagai bentuk perlawanan terhadap perlakuan tidak menyenangkan yang dialami anak Efek Trauma akibat Kekerasan Seksual
Traumatic Sexualization ( trauma secara sexual)
Perempuan yang mengalami kekerasan seksual cenderung menolak hubungan seksual, konsekuensinya menjadi korban kekerasan seksusal dalam rumah tangga Korban lebih memilih pasangan sesama jenis Powerlessness (merasa tidak berdaya) perasaan tidak berdaya mengakibatkan individu merasa lemah, tidak mampu dan kurang efektif dalam bekerja Rasa Takut, mimpi buruk, Phobia, cemas disertai rasa sakit. Stigma mendapat stigma negative dari lingkungan takut ditolak, merasa bersalah, malu Penyimpangan seksual/ Parafilia
cenderung kompulsif dan destruktif
Pedofilia : seks dengan anak, penganiayaan anak Ekshibisionisme : pamer alat genital Sadisme seksual : kepuasan seksual melalui Tindakan menyakiti Mesochisme seksual : kepuasan melalui Tindak disakiti Fottrurism : sentuhan atau rabaan seksual pada orang yang tidak menyetujuinya. Biasanya terjadi ditempat umum seperti bus/kereta Fetishisme : kepuasan seksual pada obyek yang tidak hidup pakaian dalam Wanita, sepatu Wanita Homoseksual – Gay & Lesbian secara seksual tertarik pada sesame jenis tetapi tidak berarti memiliki Kesehatan mental yang buruk Voyeurisme : kegemaran mengintip orang yang sedang berhubungan seks Sodomi : melakukan hubungan seks melalui anus korban Transvetisme : seseorang yang secara anatomis laki-laki, tetapi secara patologis merasa dan menganggap dirinya seorang perempuan Masturbasi : memuaskan diri sendiri Trolisme : melakukan senggama dengan pasangannya dengan mengajak orang lain sebagai penonton Bestialitas : persetubuan dengan hewan Penyebab timbulnya penyimpangan seksual :
- intern: -kelainan fisik
- pengaruh obat - problem emosional -ektern: kurangnya informasi tentang seksualitas Upaya untuk mengatasi Kekerasan seksual
Preventif dan protektif memberikan Pendidikan
seksual sejak dini kepada anak Melatih ketrampilan asertif Konseling individual Meningkatkan kesadaran hukum Penanggulangan yang bersifat represifsanksi hukum Medis Terima kasih