Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dewasa ini, semakin banyak kasus pelecehan seksual dan perkosaan yang
menimpa anak-anak dan remaja. Kasus pelecehan seksual dan perkosaan sebagian
besar menimpa anak-anak dan remaja putri. Kasus pelecehan seksual dan perkosaan
dimulaidari anak-anak yang masih di bawah umur (Anonim, 2006).
Pelecehan seksual pada dasarnya adalah setiap bentuk perilaku yang
memilikimuatan seksual yang dilakukan seseorang atau sejumlah orang namun tidak
disukai dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi sasaran sehingga menimbulkan
akibat negatif seperti : rasa malu, tersinggung, terhina, marah, kehilangan harga diri,
kehilangan kesucian, dan sebagainya, pada diri orang yang menjadi korban (Supardi,
S.& Sadarjoen,2006
Pemerkosaan sebagai suatu tindakan kekerasaan yang dinilai sangat
merugikan dan menggangu ketentraman dan ketertiban hidup, terutama bagi
korbannya. Saat ini tindak pidana perkosaan merupakan kejahatan yang mendapat
perhatian di kalangan masyarakat, karena tindak pidana perkosaan tidak hanya terjadi
di kota-kota besar yang relatif lebih maju kebudayaan dan kesadaran atau
pengetahuan hukumnya, tapi juga terjadi di pedesaan yang relatif masih memegang
nilai tradisi dan adat istiadat.
Korban pemerkosaan akan mengalami penderitaan fisik dan psikis paska
pemerkosaan yang terjadi pada dirinya seperti: Penderitaan fisik yang mengalami
pada korban paska perkosaan seperti sakit secara fisik, luka, cacat, rasa bersalah,
takut, cemas, malu, marah, dan tidak berdaya.
Penderitaan psikis merupakan gejala tertentu yang dirasakan korban sebagai
suatu trauma yang menyebabkan korban memiliki rasa kurang percaya diri, trauma,
konsep diri yang negatif, menutup diri dari pergaulan, dan juga reaksi somatik seperti
jantung berdebar dan keringat berlebihan. Apabila setelah terjadinya peristiwa
pemerkosaan tersebut tidak ada dukungan yang diberikan kepada korban, maka
korban dapat mengalami post traumatic stress disorder (PTSD), yaitu gangguan secara
emosi yang berupa mimpi buruk, sulit tidur, kehilangan nafsu makan, 2 depresi,
ketakutan dan stress akibat peristiwa yang dialami korban dan telah terjadi selama
lebih dari 30 hari, kemungkinan dukungan dari semua pihak sangat diperlukan untuk
mencegah terjadinya PTSD.
Ditengarai sebagian besar korban pemerkosaan lebih condong memilih
berdiam diri, pasrah menerima nasib atas penderitaan yang ditanggungnya daripada
melaporkan kejadian yang menimpanya pada aparat Kepolisian. Angka-angka
statistik jumlah pemerkosaan yang tercacat di Kepolisian besar kemungkinan adalah
angka minimal. Di luar itu, diduga masih banyak kasus-kasus pemerkosaan lain yang
tak teridentifikasi. Tindakan korban yang memilih tidak melaporkan kasus yang
dialaminya itu dapat dipahami karena di mata mereka kalaupun mencoba menuntut
keadilan, belum tentu hukum akan memihaknya. Korban juga merasa malu dan tidak
ingin aib yang menimpa dirinya diketahui oleh orang lain, atau korban merasa takut
karena diancam oleh pelaku.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu pemerkosaan ?
2. Apa saja macam-macam pemerkosaan ?
3. Apa penyebab terjadinya pemerkosaan ?
4. Bagaimana resiko psikis pada pasien pemerkosaan ?
5. Apa saja fase reaksi psikolog terhadap pasien permerkosaan ?
6. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien pemerkosaan ?
7. Bagaimana cara pencegahanya ?
8. Bagaimana tips menjaga diri dari tindakan pemerkosaan ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien pemerkosaan ?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu pemerkosaan ?
2. Untuk mengetahui apa saja macam-macam pemerkosaan ?
3. Untuk mengetahui apa penyebab terjadinya pemerkosaan ?
4. Untuk mengetahui bagaimana resiko psikis pada pasien pemerkosaan ?
5. Untuk mengetahui apa saja fase reaksi psikolog terhadap pasien pemerkosaan ?
6. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan pada pasien pemerkosaan ?
7. Untuk mengetahui bagaimana cara pencegahanya ?
8. Untuk mengetahui bagaimana tips menjaga diri dari tindakan pemerkosaan ?
9. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien pemerkosaan ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi
Perkosaan adalah hubungan seksual tanpa kehendak bersama, yang
dipaksakan oleh satu pihak kepada pihak lain,yang juga dapat merupakan tindak
pseudo seksual yaitu perilaku seksual yang tidak selalu di motivasi dorongan seksual
sebagai motivasi primer, melainkan berhubungan dengan penguasaan dan dominan,
agresi dan perendahan pada satu pihak (korban) oleh pihak lainnya (pelaku). (yanti,
2011)
Pemerkosaan (rape) berasal dari bahasa latin rapare yang berarti mencari,
mamaksa, merampas atau membawa pergi (Suryono. 2001).
Perkosaan (rape) merupakan bagian dari tindakan kekerasan (Violence),
sedangkankekerasan dapat berupa kekerasan secara &isik, mental, emosional dan hal-
hal yang sangat menakutkan pada korban. Perkosaan adalah suatu penetrasi
penembusan penis ke Vagina perempuan yang tidak dikehendaki, tanpa persetujuan
dan tindakan itu diikuti dengan pemaksaan baik fisik maupun mental. (sumber : yani
widyastuti,dkk : 2009)
Perkosaan adalah suatu tindakan melakukan hubungan seks dengan orang lain
dengan cara memaksa demi mendapat kepuasan seksual yang sementara. Para wanita
sudah barang tentu sangat resah dengan tindak pemerkosaan yang memang dari sejak
jaman nenek moyang dahulu kala sudah ada. Pemerkosa yang umumnya adalah laki-
laki / pria tidak hanya mengincar perempuan dewasa saja, namun juga para gadis yang
muda termasuk anak di bawah umur yang terkadang menjadi korban.
2.2. Macam-macam Pemerkosaan
1. Pemerkosaan saat berkencan
Pemerkosaan saat berkencan adalah hubungan seksual secara paksa tanpa
persetujuan antara orang-orang yang sudah kenal satu sama lain, misalnya teman,
anggota keluarga, atau pacar. Kebanyakan pemerkosaan dilakukan oleh orang
yang mengenal korban.
2. Pemerkosaan dengan obat
Banyak obat-obatan digunakan oleh pemerkosa untuk membuat korbannya tidak
sadar atau kehilangan ingatan.
3. Pemerkosaan wanita
Walaupun jumlah tepat korban pemerkosaan wanita tidak diketahui, diperkirakan
1 dari 6 wanita di AS adalah korban serangan seksual. Banyak wanita yang takut
dipermalukan atau disalahkan, sehingga tidak melaporkan pemerkosaan.
Pemerkosaan terjadi karena si pelaku tidak bisa menahan hasrat seksualnya
melihat tubuh wanita
4. Pemerkosaan massal
Pemerkosaan massal terjadi bila sekelompok orang menyerang satu korban.
Antara 10% sampai 20% pemerkosaan melibatkan lebih dari 1 penyerang. Di
beberapa negara, pemerkosaan massal diganjar lebih berat daripada pemerkosaan
oleh satu orang.
5. Pemerkosaan terhadap laki-laki
Diperkirakan 1 dari 33 laki-laki adalah korban pelecehan seksual. Di banyak
negara, hal ini tidak diakui sebagai suatu kemungkinan. Misalnya, di Thailand
hanya laki-laki yang dapat dituduh memperkosa.
6. Pemerkosaan anak-anak
Jenis pemerkosaan ini adalah dianggap hubungan sumbang bila dilakukan oleh
kerabat dekat, misalnya orangtua, paman, bibi, kakek, atau nenek. Diperkirakan
40 juta orang dewasa di AS, di antaranya 15 juta laki-laki, adalah korban
pelecehan seksual saat masih anak-anak.
7. Pemerkosaan dalam perang
Dalam perang, pemerkosaan sering digunakan untuk mempermalukan musuh dan
menurunkan semangat juang mereka. Pemerkosaan dalam perang biasanya
dilakukan secara sistematis, dan pemimpin militer biasanya menyuruh tentaranya
untuk memperkosa orang sipil.
8. Pemerkosaan oleh suami/istri
Pemerkosaan ini dilakukan dalam pasangan yang menikah. Di banyak negara hal
ini dianggap tidak mungkin terjadi karena dua orang yang menikah dapat
berhubungan seks kapan saja. Dalam kenyataannya banyak suami yang memaksa
istrinya untuk berhubungan seks. Dalam hukum islam, seorang istri dilarang
menolak ajakan suami untuk berhubungan seksual, karena hal ini telah
diterangkan di hadits nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Akan tetapi suami dilarang
berhubungan seksual dengan istri lewat dubur dan ketika istri sedang haids.
2.3. Penyebab Terjadinya Pemerkosaan
Sejak zaman dulu pemerkosaan sudah terjadi. Faktor utama penyebab terjadinya
pemerkosaan adalah adanya dorongan seksual yang tidak dikendalikan dengan baik.
Selain itu, ada budaya patriarki yang beranggapan bahwa cowok berkuasa, sehingga
cewek dianggap sebagai kaum yang lemah. Sekarang ini, kasus pemerkosaan semakin
banyak terjadi, sebagai akibat pengaruh tontonan dan bacaan yang mendorong orang
untuk berperilaku seksual, serta pengaruh obat-obatan terlarang.
Beberapa tehnik metode modus kejahatan pemerkosaan versi organisasi.org :
1. Memberi obat bius agar tidak sadarkan diri
2. Memberi ancaman pada korban agar tidak berdaya
3. Melakukan penganiayaan agar tidak sadarkan diri atau tidak berdaya
4. Menghipnotis korban agar mau melakukan apa yang diinginkan pemerkosa
5. Memberi obat perangsang agar korban jadi birahi / bernafsu
6. Dijadikan wanita penghibur / pelacur bayaran
7. Dicekoki menuman keras agar mabuk setengah sadar
8. Diculik lalu digagahi di tempat yang tersembunyi
9. Ditipu akan diberikan sesuatu atau dijanjikan sesuatu, dll
2.4. Resiko Psikis
1. Korban perkosaan biasanya mengalami trauma
2. Rasa takut yang berkepanjangan
3. Tidak mampu kembali berinteraksi secara sosial dengan masyarakat secara
normal
4. Tak jarang dikucilkan dan buang oleh lingkungannya karena dianggap
membawa aib
5. Resiko tinggi menjadi tidak mampu melakukan aktivitas seksual secara normal
pada kehidupannya dimasa datang
2.5. Fase Reaksi Psikolog Terhadap Perkosaan
1. Fase disorganisasi akut
Fase yang di manifestasikan dalam 2 cara :
a. Keadaan terekspresi yaitu syok, tidak percaya, takut, rasa memalukan,
marah dan bentuk emosi yang lainnya.
b. Keadaan terkontrol, dimana perasaan tertutup atau tersembunyi dan korban
tampak tenang
2. Fase menyangkal dan tanpa keinginan untuk bicara tentang kejadian, diikuti tahap
cemas yang meningkat, takut mengingat kembali, gangguan tidur, terlalu waspada
dan reaksi psikosomatik.
3. Fase Reorganisasi
Dimana kejadian ditempatkan pada perspektif, beberapa korban tidak benar
benar pulih dan mengembangkan gangguan stress kronik.
2.6. Penatalaksanaan
Berdasarkan jurnal play therapy dalam identifikasi kasus kekerasan seksual terhadap
anak, terapy sexsual abuse adalah:
Cholidah (2005) menyatakan bahwa diantara tujuan terapi bermain adalah
mengurangi atau menghilangkan gangguan-gangguan perilaku fisik, psikis, social,
sensori, komunikasi dan mengembang kemampuan yang masih dimiliki secara
optimal.
Menurut Suda (2006) ada beberapa model program konseling yang dapat
diberikan kepada anak yang mengalami sexual abuse, yaitu:
1. the dynamic sexual abuse
terapi difokuskan pada pengembangan konsepsi. Pada kasus tersebut kesalahan
dan tanggung jawab berada pada pelaku bukan pada korban
2. protective behaviors conseling
anak-anak dilatih menguasai ketrampilan mengurangi kerentanannya sesuai usia.
Pelatihan anak prasekolah dibatasi: berkata tidak terhadap sentuhan yang tidak
diinginkan, menjauh secepatnya dari orang yang kelihatannya sebagai abusive
person, melaporkan pada orang tua atau orang dewasa yang dipercaya dapat
membantu menghentikan perlakuan salah.
3. survivor / self-esteem counselling
menyadarkan orang yang menjadi korban bahwa mereka sebenarnya bukanlah
korban melainkan orang yang mampu bertahab dalam menghadapi masalah
sexual abuse. Keempat, feeling counselling artinya terlebih dahulu harus
diidentifikasi kemampuan anak yang mengalami sexual abuse untuk engenali
berbagai perasaan. Kemudian mereka didorong untuk mengekspresikan perasaan-
perasaannya yang tidak menyenangkan, baik pada saat mengalami sexual abuse
maupun sesudahnya. Selanjutnya mereka diberi kesempatan untuk secara tepat
memfokuskan perasaan marahnya terhadap pelaku yang telah menyakitinya.
4. cognitive terapy
konsep dasar dalam teknik ini adalah perasaan-perasaan seseorang mengenai
beragam jenis dalam kehidupannya dipengaruhi oleh pikira-pikiran mengenai
kejadian tersebut secara berulang-lingkar.
2.7. Pencegahan Pemerkosaan
Untuk mencegah terjadinya perkosaan hukum memang harus tegas dan membuat
takut orang yang akan memperkosa orang lain. Di samping itu di sekolah harus
diajarkan mengenai pendidikan seksologi yang baik dan sehat agar tidak terjadi
kesalahan eksperimen, ketidaktahuan, kekhilafan, kepolosan, ketidakberdayaan dan
lain sebagainya. cara mengatasinya, antara lain:
1. Membuat catatan tentang identitas pelaku, lokasi, tempat, saksi, perilaku atau
ucapan yang dianggap melecehkan.
2. Bicarakan dengan orang lain tentang pelecehan seksual yang terjadi. Bisa dengan
teman atau orang lain yang kita percaya. Ungkapkan perasaan kita tentang
kejadian itu. Bisa juga dengan memberitahukan perasaan kita pada orang yang
ada di tempat kejadian.
3. Memberi pelajaran pada si pelaku dengan memberitahukan langsung kepada
pelakunya bahwa kita tidak suka dengan tindakannya atau isyarat tubuh.
4. Segera melaporkan tindakan pelecehan seksual setelah kejadian, karena
pelecehan seksual adalah tindakan yang melanggar hukum
2.8. Tips-Tips Menjaga Diri Dari Pemerkosaan
Ada beberapa tips yang bisa digunakan untuk menghindarkan diri dari tindak
pemerkosaan, di antaranya adalah:
1. Bersikap tegas dengan menunjukkan sikap percaya diri.
2. Pandai-pandai membaca situasi, jika perasaan kita menyuruh untuk waspada,
maka percayai perasaan itu.
3. Hindari jalan di tempat yang gelap dan sunyi.
4. Berpakaianlah yang memudahkan untuk lari atau melakukan perlawanan.
5. Jangan memakai terlalu banyak perhiasan.
6. Sediakan selalu senjata, misalnya, korek api, deodoran semprot, payung dan
lain sebagainya di dalam tas.
7. Jika pergi ke suatu tempat bawa alamat lengkap, denah dan jalur kendaraan
sehingga tidak kelihatan bingung, dan carilah informasi di tempat-tempat
resmi.
8. Jangan mudah menumpang kendaraan orang yang belum kita kenal.
9. Berhati-hati jika diberi minum orang.
10. Jangan mudah percaya pada orang yang mengajak bepergian atau menginap
ke suatu tempat yang belum kita kenal.
11. Perbanyak pengetahuan dan sering-sering membaca tulisan tentang
pemerkosaan supaya dapat dipelajari tanda-tanda si pelaku dan modus
operandi atau cara kerjanya.
12. Pastikan jendela, pintu kamar, rumah, mobil sudah terkunci dengan baik.
13. Belajar bela diri praktis untuk mempertahankan diri ketika diserang.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
A. Identitas klien

Nama : Nn R
Umur : 18tahun
Alamat : Bandar lor gang 5
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Status : Lajang
Pekerjaan : Pelajar
Jenis kelamin : Perempuan
Nomor CM : 657

B. Alasan masuk
a. Data primer
Klien mengatakan tidak bisa tidur, merasa bingung, cemas dan takut.Klien marah
jika merasa dirinya terganggu.
b. Data sekunder
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak mau keluar kamar dan anaknya takut pada
laki-laki, serta sering menangis tidak mau makan, tidak bisa tidur, merasa bingung,
cemas dan takut.Klien marah jika merasa dirinya terganggu.
c. Keluhan utama saat pengkajian

C. Riwayat penyakit sekarang dan faktor presipitasi


Ibu pasien mengatakan anaknya mulai menangis dan berteriak ketika pulang dari
bimbingan belajar
Presipitasi : pemerkosaan

D. Faktor predisposisi
 Riwayat penyakit lalu
1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu ?
 Ya
 Tidak
Jika iya jelaskan : -
2. Pengobatan sebelumnya
 Berhasil
 Kurang berhasil
 Tidak berhasil
Jelaskan : -
3. Pernah mengalami penyakit fisik ( termasuk gangguan tumbang )
Ya
Tidak
Bila iya, jelaskan : sebelunya An.A mengalami kecelakaan pada ssat
bermain pisau dan jarinya harus diamputasi

 Riwayat trauma
No Trauma usia pelaku Korban saksi
1 Aniaya fisik
2 Aniaya seksual 18 thun 
3 Penolakan
4 Kekerasan dalam
keluarga
5 Tindakan kriminal
Jelaskan: pada saat usia 14 tahun, mengalami pemerkosaan oleh gurunya

Masalah / diagnosa keperawatan

 Perubahan pertumbuhan dan perkembangan


 Berduka dan antisipasi
 Berduka disfungsional
 Respon pasca trauma
 Sindrom trauma perkosaan
 Resiko tiggi kekerasan
 Ketidakefektifan penatalaksanaan regiment teraupetik
 Lain-lain, jelaskan : -

4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenagkan( bio,psiko,sosio, kultural, dan


spiritual )
-
Masalah / diagnosa keperawatan
 Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
 Berduka antisipasi
 Berduka disfungsional
 Respon pasca trauma
 Sindrom trauma perkosaan
 Lain-lain, jelaskan : -

 Riwayat penyakit keluarga


1. Anggota keluarga yang gangguan jiwa ?
 Ada
 Tidak
Kalau ada : -
Hubungan keluarga : -
Gejala : -
Riwayat pengobatan : -

Masalah / diagnosa keperawatan :

 Koping keluarga tidak efektif : keidakmampuan


 Koping keluarga tidak efektif : kompromi
 Resiko tinggi kekerasan
 Lain-lain, jelaskan : -

E. Pemeriksaan fisik
Tanggal : 22 agustus 2018
1. Keadaan umum
Pasien saat ditanya menangis , tidak mau makan
2. Tanda vital :
TD : 120/100 mmHg
N: 100x/mnt
S: 36,5 0c
RR: 30x/mnt
3. Ukur : BB:40kg TB:150cm
 Turun
 Naik
4. Keluhan fisik
 Tidak
 Iya
Jelaskan
5. Pemeriksaaan fisik :
a. Kepala
Inspeksi : rambut tidak ada rontok, kulit kepala baik, tidak ada benjolan, wajah
simetris / tidak, ekspresi wajah.
b. Mata
Inspeksi : posisi dan kesejajaran mata baik, alis mata, kelopak mata baik,
konjungtiva anemis,
c. Telinga
Inspeksi: tidak adanya keloid, lubang telinga baik dan gendang telinga dgn
spectrum otoskop tidak ada serumen.
d. Hidung
Inspeksi : hidung terlihat baik dan tidak ada pembengkakan, tidak ada polip
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
e. Mulut
Inspeksi : bibir baik tidak ada pembengkakan, mukosa oral baik, gusi, gigi,
lidah baik
f. Leher
Inspeksi : leher terlihat baik dan tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
Palpasi : tidak ada benjolan
g. Abdomen
Inspeksi : kulit baik, simetris,tidak ada pembesaran organ
Auskultasi : tidak ada bising usus.
Perkusi : terhadap proporsi dan pola timpani serta kepekakan baik.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada tumor.
h. Ekstermitas atas
Inspeksi : ukuran simetris, warna normal, tekstur kulit dan kuku baik
Palpasi : denyut radialis normal, brokhialis normal
i. Ekstermita bawah:
Inspeksi : ukuran simetris, tidak ada pembengkakan, warna dan tekstur kulit
baik.
Palpasi : denyut femoralis normal
Jelaskan : -

Masalah / diagnosa keperawatan :


 Resiko tiggi peubahan suhu tubuh
 Defisit volume cairan
 Kelebihan volume cairan
 Resiko tinggi thd infeksi
 Resiko tinggi thd transmisi infeksi
 Perubuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
 Perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh
 Kerusakan menelan
 Perubahan eliminasi feses
 Perubahan eliminasi urine
 Kerusakan integritas kulit
 Lain-lain, jelaskan.......

F. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit)


1. Genogram:
Keterangan Gambar:

: Laki-laki

: Perempuan

X : Meninggal

Jelaskan :
An.A tinggal bersama kedua orangtuanya

Masalah / Diagnosa Keperawatan:

 Koping keluarga tidak efektif : ketidakmampuan


 Koping keluarga tidak efektif : kompromi
 Koping keluarga : potensial untuk pertumbuhan
 Lain-lain, jelaskan...
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh
Pasien mengatakan bahwa wajahnya biasa saja, tidak cantik
b. Identitas
Pasien mengatakan dengan jelas namanya
c. Peran
Pasien mengatakan ia sekolah dan menjalani bimbingan belajar
d. Ideal Diri
Pasien merasa kurang dalam hal nilai ataupun dirinya.ia berusaha untuk
mendpat nilai bagus tapi malah mendapat perlakuan tak terpuji dari
gurunya.ia merasa malu setelah hal itu terjadi dan semakin menutup diri.
e. Harga diri
Pasien belum mampu memenuhi tuntutan orang tuanya.ia merasa tertekan tak
mampu berontak meskipun ingin.
f. Trauma
Trauma untuk bersosialisasi, terlebih pada lawan jenis
g. Ketegangan peran
Tekanan peran untuk slalu tampil sempurna di mata orang tuanya.ia harus
melakukan segala keinginan orang tuanya
h. Mekanisme koping
Pasien perlu menggunakan mekanisme koping pertahanan ego,dimana pasien
menyesuaikan diri pada stress dan melakukan beberapa penipuan
diri,misalnya dengan melakukan represi

Masalah / Diagnosa Keperawatan :


 Pengabaian unilateral
 Gangguan citra tubuh
 Gangguan identitas pribadi
 Harga diri rendah kronis
 Harga diri rendah situasional
 Lain-lain, jelaskan…
3. Hubungan social
a. Orang yang berarti atau terdekat
Pasien kesulitan mendapat teman dekat yang bisa diajak sharing,dan
cenderung menyimpan masalah sendiri
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Karena tertutup, pasien sering menghabiskan waktu sendiri jarang ikut
kegiatan kelompok/masyarakat
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Tidak mampu berbaur dan beradaptasi,pasien,tetap terisolasi

Masalah/Diagnosa Keperawatan :
 Kerusakan Komunikasi
 Kerusakan komunikasi verbal
 Kerusakan interaksi social
 Isolasi social
 Lain-lain, jelaskan…
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien termasuk rajin ibadah kerap mengaji bersama orang tuanya
b. Kegiatan ibadah
Pengajian,sholat berjamaah
Masalah / Diagnosa Keperawatan:
 Distress spiritual
 Lain-lain, jelaskan : -

3.2. ANALISA DATA

NO DATA PROBLEM
1 DS : Isolasi Sosial
o Ibu pasien mengatakan
anaknya tidak mau keluar
rumah bahkan tidak mau
sekolah.
DO :
o Pasien terlihat murung dan
menangis.
2 DS : Harga Diri Rendah
o Klien mengatakan dirinya
jelek, badannya terlalu kurus.
o Klien mengatakan malu bila
bertemu dengan orang yang
baru dikenal.
o Klien mengatkan takut
berbicara banyak karena takut
menyakiti hati orang lain.
DO :
o Klien tidak percaya diri
ketika berbicara dengan
orang lain.
o Klien jarang memulai
pembicaraan dengan orang
lain.
o Klien tidak mau menatap
wajah lawan bicara
3.3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial berhubungan dengan pengalaman tidak menyenangkan.
2. Harga diri rendah berhubungan dengan kekerasan seksual.

3.4. POHON MASALAH

Isolasi Sosial HDR

Kekerasan Seksual

Koping Individu
Maladaptif

3.5. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


KRITERIA HASIL
1 Isolasi social TUK 1 : Klien dapat Bina hubungan saling percaya dengan :
berhubungan membina hubungan - beri salam setiap berinteraksi
dengan saling percaya - Perkenalkan nama, nama panggilan perawat,
pengalaman Setelah 2 X interaksi dan tujuan perawat berkrnalan
tidak klien menunjukan - Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
menyenangkan tanda-tanda percaya - Tunjukan sikap jujur dan menepati janji
kepada atau setiap kali berinteraksi
terhadap perawat : - Tanyakan perasaan dan masalah yang
- Wajah cerah, dihadapi klien
tersenyum - Buat kontrak interaksi yang jelas
- Mau berkenalan - Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi
- Ada kontak mata perasaan klien

TUK 2 : 1. Tanyakan pada klien tentang :


Klien mampu - Orang yang tinggal serumah atau dengan
menyebutkan sekamar klien
penyebab tanda dan - Orang yang paling dekat ddengan klien
gejala isolasi sosial dirumah atau diruangan perawatan
Setelah 2 kali - Apa yang membuat klien dekat dengan
interaksi klien dapat orang tersebut
menyebutkan - Orang yang tidak dekat dengan klien
minimal satu dirumah atau diruangan perawat
penyebab menarik - Apa yang membuat klien tidak dekat dengan
diri : orang tersebut
-Diri Sendiri - Upaya yang sudah dilakukan agar dekat
- Orang lain dengan orang tersebut
- Lingkungan
2. Diskusikan dengan klien penyebab menarik
diri / tidak mau bergaul dengan orang lain

3. Beri pujian terhadap kemampuan klien


mengungkapkan perasaanya

TUK 3 : 1.Tanyakan pada klien tentang :


Klien mampu - Manfaat hubungan sosiial
menyebutkan - Kerugian menarik diri
keuntungan
berhubungan sosial 2.Diskusikan bersama klien tentang manfaat
dan kerugian berhubungan sosial dan kerugian menarik diri
menarik diri
Setelah 2 X interaksi 3.Beri pujian terhadap kemampuan klien
dengan klien dapat mengungkapkan perasaannya
menyebutkan
keuntungan
berhubungan sosial,
misalnya :
-Banyak teman
- Tidak kesepian
- Saling menolong

Dean kerugian
menarik diri
misalnya :
-Sendiri
- Kesepian
- Tidak bisa diskusi

TUK 4 : 1.Observasi perilaku klien tentang


Klien dapat berhubungan sosial
melaksanakan
hubungan sosial 2.Beri motivasi dan bantuu klien untuk
secara bertahap berkenalan / berkomunikasi dengan perawat
Setelah 2 X interaksi lain, klien lain, kelompok
klien dapat
melaksanakan 3.Libatkan klien dalam terapi aktivitas
hubungan soosial kelompok sosialisasi
secara bertahaap
dengan : 4.Diskusikan jadwal harian yang dilakukan
-Perawat untuk meningkatkan kemampuan klien
- Perawat lain bersosialisasi
- Kelompok
5.Beri motivasi klien untuk melakukan
kegiatan sesuai jadwal yang telah dibuat

6.Beri pujian terhadap kemampuan klien


memperluas pergaulanya melalui aktifitas
yang dilaksanakan

TUK 5 : 1.Diskusikan dengan klien tentang perasaanya


Klien mampu setelah berhbungan sosial dengan :
menjelaskan -Orang lain
perasaanya setelh - Kelompok
berhubungan sosial
Setelah 2X interaksi 2.Beri pujian terhadap kemampuan klien
klien dapat mengungkapkan perasaaanya
menyebutkan
perasaanya setelah
berhubungan sosial
dengan :
-Orang lain
- Kelompok

TUK : 6 1.Diskusikan pentingya peran serta


Klien mendapat keluarganay sebagai pendukung untuk
dukungan keluarga mengatasi perilaku menarik diri
dalam memperluas
hubyngan sosial 2.Diskusikan potensi keluarga untuk
Setelah 2X kali membantu klien mengatasi perilaku menarik
pertemuan, keluarga diri
dapat menjelaskan :
-pengertian menarik 3.Jelaskan pada keluarga tentang :
diri -pengertian menarik diri
-tanda dan gejala -tanda dan gejala menarik diri
menarik diri -penyebab dan akibat menarik diri
-penyebab dan -cara merawat klien menarik diri
akibat menarik diri
-cara merawat klien 4.Latih keluarga cara merawat klien menarik
menarik diri diri
5.Tanyakan perasaan keluarga setelah
mencoba cara yang dilatihkan

6.Beri motivasi keluarga agar membantu klien


bersosialisasi

7.Beri pujian pada keluarga atas


keterlibatannya merawat klien dirumah sakit

TUK 7 : 1.Diskusikan dengan klien tentang manfaaat


Klien dapat dan kerugian tidak minum obat, nama, warna,
memanfaatkan obat dosis, cara, efek terapi, dan efek samping
dengan baik penggunaan obat.
Setelah 2X interaksi
klien menyebutkan : 2.Pantau klien saat penggunaan obat
-manfaat minum
obat 3.Beri pujian jika klien menggunakan obat
-kerugian tidak dengan benar
meminum obat
-nama, warna, dosis, 4.Diskusikan berhenti minum obat tanpa
efek terapi, efek konsultasi dengan dokter
samping obat
5.Anjurkan klien untuk konsultasi kepada
dokter atau perawat jika terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan

2. Harga diri TUK 1 : 1. Bina hubungan saling percaya


rendah Klien dapat a.sapa klien dengan ramah, baik verbal
berhubungan membina hubungan maupun nonverbal
dengan saling percaya b.perkenalkan diri dengan sopan
kekerasan 1.klien dapat c.tanya nama lengkap klien dan nama
seksual mengungkapkan panggilan yang disukai klien
perasaannya d.jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan
2.ekspresi wajah menepati janji
bersahabat e.tunjukkan sikap empati dan menerima klien
3.ada kontak mata apa adanya
4.menunjukkan rasa f.beri perhatian pada klien
senang
5.mau berjabat 2. Beri kesempatan untuk mengungkapkan
tangan perasaannya tentang penyakit yang
6.mau menjawab dideritanya
salam
7.klien mau duduk 3. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
berdampingan
8.klien mau 4. Katakan pada klien bahwa ia adalah
mengutarakan seorang yang berharga dan bertanggungjawab
masalah yang serta mampu menolong dirinya sendiri
dihadapi

TUK 2 : 1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif


Klien dapat yang dimiliki klien dan beri pujian
mengidentifikasi /reinforcement atas kemampuan
kemampuan dan mengungkapkan perasaannya
aspek positif yang
dimiliki 2. Saat bertemu klien, hindarkan memberi
penilaian negatif. Utamakan memberi pujian
yang realistis

TUK 3 : 1. Diskusikan kemampuan klien yangmasih


Klien dapat menilai dapat digunakan selama sakit
kemampuan yang
dapat digunakan 2. Diskusikan juga kemampuan yang dapat
1.kebutuhan klien dilanjutkan penggunaan di rumah sakit dan
terpenuhi dirumah nanti
2.klien dapat
melakukan aktivitas
terarah

TUK 4: 1.Rencanakan bersama klien aktivitas yang


Klien dapat masih dapat dilakukan setiap hari sesuai
menetapkan dan kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan
merencanakan dengan bantuan minimal, kegiatan dengan
kegiatan sesuai bantuan total
dengan kemampuan
yang dimiliki 2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan
1.klien mampu toleransi kondisi klien
beraktivitas sesuai
kemampuan 3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang
2.klien mengikuti boleh klien lakukan (sering klien takut
terapi aktivitas melaksanakanny)
kelompok

TUK 5 : 1. Beri kesempatan klien untuk mencoba


Klien dapat kegiatan yang direncanakan
melakukan kegiatan
sesuai kondisi sakit 2. Beri pujian atas keberhasilan klien
dan kemampuannya
Klien mampu 3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan
beraktivitas sesuai dirumah
kemampuan

TUK 6 : 1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga


Klien dapat klien tentang cara merawat klien harga diri
memanfaatkan rendah
sistem pendukung
yang ada 2. Bantu keluarga memberi dukungan selama
1.klien mampu klien dirawat
melakukan apa yang
diajarkan 3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan
2.klien mau dirumah
memberikan
dukungan

3.6. IMPLEMENTASI

TGL & JAM DX. IMPLEMENTASI NAMA &


KEPERAWATAN TTD
23 - 08 - 2018 Isolasi Sosial TUK 1
10:00 Membina hubungan saling percaya
dengan :
o memberi salam setiap
berinteraksi
o memperkenalkan nama, nama
panggilan perawat, dan tujuan
perawat berkrnalan
o menanyakan dan panggil nama
kesukaan klien
o menunjukan sikap jujur dan
menepati janji setiap kali
berinteraksi
o menanyakan perasaan dan
masalah yang dihadapi klien
o membuat kontrak interaksi
yang jelas
o mendengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan
klien

TUK 2
1. Menanyakan pada klien tentang :
o Orang yang tinggal serumah
atau dengan sekamar klien
o Orang yang paling dekat
ddengan klien dirumah atau
diruangan perawatan
o Apa yang membuat klien dekat
dengan orang tersebut
o Orang yang tidak dekat dengan
klien dirumah atau diruangan
perawat
o Apa yang membuat klien tidak
dekat dengan orang tersebut
o Upaya yang sudah dilakukan
agar dekat dengan orang
tersebut

2. Mendiskusikan dengan klien


penyebab menarik diri / tidak mau
bergaul dengan orang lain

3. Memberi pujian terhadap


kemampuan klien mengungkapkan
perasaanya

TUK 3
1. Menanyakan pada klien tentang :
o Manfaat hubungan sosial
o Kerugian menarik diri

2. Mendiskusikan bersama klien


tentang manfaat berhubungan sosial
dan kerugian menarik diri

3. Memberi pujian terhadap


kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya

TUK 4
1. Mengobservasi perilaku klien
tentang berhubungan sosial

2. Memberi motivasi dan bantuu klien


untuk berkenalan / berkomunikasi
dengan perawat lain, klien lain,
kelompok

3. Melibatkan klien dalam terapi


aktivitas kelompok sosialisasi

4. Mendiskusikan jadwal harian yang


dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan klien bersosialisasi

5. Memberi motivasi klien untuk


melakukan kegiatan sesuai jadwal
yang telah dibuat

6. Memberi pujian terhadap


kemampuan klien memperluas
pergaulanya melalui aktifitas yang
dilaksanakan

TUK 5
1. Mendiskusikan dengan klien
tentang perasaanya setelah
berhubungan sosial dengan :
o Orang lain
o Kelompok

2. Memberi pujian terhadap


kemampuan klien mengungkapkan
perasaaanya

TUK 6
1. Mendiskusikan pentingya peran
serta keluarganay sebagai pendukung
untuk mengatasi perilaku menarik diri

2. Mendiskusikan potensi keluarga


untuk membantu klien mengatasi
perilaku menarik diri

3. Menjelaskan pada keluarga tentang


:
o pengertian menarik diri
o tanda dan gejala menarik diri
o penyebab dan akibat menarik
diri
o cara merawat klien menarik
diri

4. Melatih keluarga cara merawat


klien menarik diri

5. Menanyakan perasaan keluarga


setelah mencoba cara yang dilatihkan

6. Memberi motivasi keluarga agar


membantu klien bersosialisasi
7. Memberi pujian pada keluarga atas
keterlibatannya merawat klien
dirumah sakit

TUK 7
1. Mendiskusikan dengan klien
tentang manfaaat dan kerugian tidak
minum obat, nama, warna, dosis, cara,
efek terapi, dan efek samping
penggunaan obat.

2. Memantau klien saat penggunaan


obat

3. Memberi pujian jika klien


menggunakan obat dengan benar

4. Mendiskusikan berhenti minum


obat tanpa konsultasi dengan dokter

5. Menganjurkan klien untuk


konsultasi kepada dokter atau perawat
jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan

23 - 08 - 2018 Harga Diri Rendah TUK 1


12:00 1. Membina hubungan saling percaya
o menyapa klien dengan ramah,
baik verbal maupun nonverbal
o memperkenalkan diri dengan
sopan
o menanyakan nama lengkap
klien dan nama panggilan yang
disukai klien
o menjelaskan tujuan pertemuan,
jujur dan menepati janji
o menunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya
o memberi perhatian pada klien

2. Memberi kesempatan untuk


mengungkapkan perasaannya tentang
penyakit yang dideritanya

3. Menyediakan waktu untuk


mendengarkan klien

4. Mengatakan pada klien bahwa ia


adalah seorang yang berharga dan
bertanggungjawab serta mampu
menolong dirinya sendiri

TUK 2
1. Mendiskusikan kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki klien dan
beri pujian /reinforcement atas
kemampuan mengungkapkan
perasaannya

2. Saat bertemu klien, hindarkan


memberi penilaian negatif. Utamakan
memberi pujian yang realistis

TUK 3
1. Mendiskusikan kemampuan klien
yang masih dapat digunakan selama
sakit

2. Mendiskusikan juga kemampuan


yang dapat dilanjutkan penggunaan di
rumah sakit dan dirumah nanti

TUK 4
1. Merencanakan bersama klien
aktivitas yang masih dapat dilakukan
setiap hari sesuai kemampuan :
kegiatan mandiri, kegiatan dengan
bantuan minimal, kegiatan dengan
bantuan total

2. Meningkatkan kegiatan sesuai


dengan toleransi kondisi klien

3. Memberi contoh cara pelaksanaan


kegiatan yang boleh klien lakukan
(sering klien takut melaksanakanny)

TUK 5
1. Memberi kesempatan klien untuk
mencoba kegiatan yang direncanakan

2. Memberi pujian atas keberhasilan


klien

3. Mendiskusikan kemungkinan
pelaksanaan dirumah

TUK 6
1. Memberi pendidikan kesehatan
pada keluarga klien tentang cara
merawat klien harga diri rendah

2. Membantu keluarga memberi


dukungan selama klien dirawat

3. Membantu keluarga menyiapkan


lingkungan dirumah

3.7. EVALUASI

NO. TANGGAL & JAM EVALUASI


DX
1 25 - 08 - 2018 S:
09:00 o Ibu pasien mengatakan anaknya sudah mau
keluar rumah bahkan sudah mau sekolah
O:
o Pasien sudah jarang terlihat murung dan
menangis
A:
o Masalah teratasi sebagian
P:
o Lanjutkan intervensi

2 26 - 08 - 2018 S:
10:00 o Klien sudah tidak mengatakan dirinya jelek, dan
tidak mengatakan badannya terlalu kurus.
o Klien sudah tidak terlihat malu bila bertemu
dengan orang yang baru dikenal.
o Klien mengatakan sedikit takut berbicara banyak
karena takut menyakiti hati orang lain.
O:
o Klien sudah terlihat percaya diri ketika berbicara
dengan orang lain.
o Klien sudah mau memulai pembicaraan dengan
orang lain.
o Klien sudah mau menatap wajah lawan bicara.
A:
o Masalah teratasi sebagian
P:
o Lanjutkan intervensi
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Perkosaan sebagai salah satu bentuk kekerasan jelas dilakukan dengan adanya paksaan
baik secara halus maupun kasar. Pemerkosaan terjadi tidak semata-mata karena ada
kesempatan, namun pemerkosaan dapat terjadi karena pakaian yang dikenakan korban
menimbulkan hasrat pada sipelaku untuk melakukan tindakan pemerkosaan, serta
pemerkosaan bisa juga disebabkan karena rendahnya rasa nilai, moral, asusila dan nilai
kesadaran beragama yang rendah yang dimiliki pelaku pemerkosaan. Hal ini akan
menimbulkan dampak sosial bagi perempuan yang menjadi korban perkosaan tersebut.
Bentuk kekerasan terhadap perempuan bukan hanya kekerasan secara fisik, akan tetapi dapat
juga meliputi kekerasan terhadap perasaan atau psikologis, kekerasan ekonomi, dan juga
kekerasan seksual. Kekerasan pada dasarnya adalah semua bentuk perilaku, baik verbal
maupun non-verbal, yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, terhadap
seseorang atau sekelompok orang lainnya, sehingga menyebabkan efek negatif secara fisik,
emosional, dan psikologis.

B. SARAN

Pemerkosaan di Indonesia termasuk masalah yang harus segera di benahi oleh kita semua
karena sebagaimana kita ketahui bahwa tindak pemerkosaan dapat merusak citra dan moral
bangsa. Maka dari itu pemerintah dan masyarakat harus bekerja keras dalam menaggulangi
tindak pidana pemerkosaan salah satunya dengan menanamkan sikap dan perilaku kehidupan
keluarga dan lingkungan masyarakat yang sesuai dengan nilai-nilai moral, budaya, adat
istiadat dan ajaran agama masing-masing serta menindaklanjuti dengan penegakan hukum
sesuai ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

Hacker / Moore, 2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Hipocrates.

Ekatama, Suryono. 2001. Abortus Provokatus Bagi Korban Perkosaan. Yogyakarta.

Universitas Atma Sudiarti. 2000. Pemahaman Bentuk-bentuk Tindak Kekerasan Terhadap


Perempuan dan Alternatif Pemecahannya. Bandung: Alumni.

Purwadianto, Agus. 2003. Perkosaan sebagai pelanggaran HAM. Jakarta.

Widyastuti,yani, Dkk (2009). Kesehatan Reproduksi. Fitramaya.

Yanti (2011). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Rihama.

Anda mungkin juga menyukai