PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Perkosaan adalah hubungan seksual tanpa kehendak bersama, yang
dipaksakan oleh satu pihak kepada pihak lain,yang juga dapat merupakan tindak
pseudo seksual yaitu perilaku seksual yang tidak selalu di motivasi dorongan seksual
sebagai motivasi primer, melainkan berhubungan dengan penguasaan dan dominan,
agresi dan perendahan pada satu pihak (korban) oleh pihak lainnya (pelaku). (yanti,
2011)
Pemerkosaan (rape) berasal dari bahasa latin rapare yang berarti mencari,
mamaksa, merampas atau membawa pergi (Suryono. 2001).
Perkosaan (rape) merupakan bagian dari tindakan kekerasan (Violence),
sedangkankekerasan dapat berupa kekerasan secara &isik, mental, emosional dan hal-
hal yang sangat menakutkan pada korban. Perkosaan adalah suatu penetrasi
penembusan penis ke Vagina perempuan yang tidak dikehendaki, tanpa persetujuan
dan tindakan itu diikuti dengan pemaksaan baik fisik maupun mental. (sumber : yani
widyastuti,dkk : 2009)
Perkosaan adalah suatu tindakan melakukan hubungan seks dengan orang lain
dengan cara memaksa demi mendapat kepuasan seksual yang sementara. Para wanita
sudah barang tentu sangat resah dengan tindak pemerkosaan yang memang dari sejak
jaman nenek moyang dahulu kala sudah ada. Pemerkosa yang umumnya adalah laki-
laki / pria tidak hanya mengincar perempuan dewasa saja, namun juga para gadis yang
muda termasuk anak di bawah umur yang terkadang menjadi korban.
2.2. Macam-macam Pemerkosaan
1. Pemerkosaan saat berkencan
Pemerkosaan saat berkencan adalah hubungan seksual secara paksa tanpa
persetujuan antara orang-orang yang sudah kenal satu sama lain, misalnya teman,
anggota keluarga, atau pacar. Kebanyakan pemerkosaan dilakukan oleh orang
yang mengenal korban.
2. Pemerkosaan dengan obat
Banyak obat-obatan digunakan oleh pemerkosa untuk membuat korbannya tidak
sadar atau kehilangan ingatan.
3. Pemerkosaan wanita
Walaupun jumlah tepat korban pemerkosaan wanita tidak diketahui, diperkirakan
1 dari 6 wanita di AS adalah korban serangan seksual. Banyak wanita yang takut
dipermalukan atau disalahkan, sehingga tidak melaporkan pemerkosaan.
Pemerkosaan terjadi karena si pelaku tidak bisa menahan hasrat seksualnya
melihat tubuh wanita
4. Pemerkosaan massal
Pemerkosaan massal terjadi bila sekelompok orang menyerang satu korban.
Antara 10% sampai 20% pemerkosaan melibatkan lebih dari 1 penyerang. Di
beberapa negara, pemerkosaan massal diganjar lebih berat daripada pemerkosaan
oleh satu orang.
5. Pemerkosaan terhadap laki-laki
Diperkirakan 1 dari 33 laki-laki adalah korban pelecehan seksual. Di banyak
negara, hal ini tidak diakui sebagai suatu kemungkinan. Misalnya, di Thailand
hanya laki-laki yang dapat dituduh memperkosa.
6. Pemerkosaan anak-anak
Jenis pemerkosaan ini adalah dianggap hubungan sumbang bila dilakukan oleh
kerabat dekat, misalnya orangtua, paman, bibi, kakek, atau nenek. Diperkirakan
40 juta orang dewasa di AS, di antaranya 15 juta laki-laki, adalah korban
pelecehan seksual saat masih anak-anak.
7. Pemerkosaan dalam perang
Dalam perang, pemerkosaan sering digunakan untuk mempermalukan musuh dan
menurunkan semangat juang mereka. Pemerkosaan dalam perang biasanya
dilakukan secara sistematis, dan pemimpin militer biasanya menyuruh tentaranya
untuk memperkosa orang sipil.
8. Pemerkosaan oleh suami/istri
Pemerkosaan ini dilakukan dalam pasangan yang menikah. Di banyak negara hal
ini dianggap tidak mungkin terjadi karena dua orang yang menikah dapat
berhubungan seks kapan saja. Dalam kenyataannya banyak suami yang memaksa
istrinya untuk berhubungan seks. Dalam hukum islam, seorang istri dilarang
menolak ajakan suami untuk berhubungan seksual, karena hal ini telah
diterangkan di hadits nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Akan tetapi suami dilarang
berhubungan seksual dengan istri lewat dubur dan ketika istri sedang haids.
2.3. Penyebab Terjadinya Pemerkosaan
Sejak zaman dulu pemerkosaan sudah terjadi. Faktor utama penyebab terjadinya
pemerkosaan adalah adanya dorongan seksual yang tidak dikendalikan dengan baik.
Selain itu, ada budaya patriarki yang beranggapan bahwa cowok berkuasa, sehingga
cewek dianggap sebagai kaum yang lemah. Sekarang ini, kasus pemerkosaan semakin
banyak terjadi, sebagai akibat pengaruh tontonan dan bacaan yang mendorong orang
untuk berperilaku seksual, serta pengaruh obat-obatan terlarang.
Beberapa tehnik metode modus kejahatan pemerkosaan versi organisasi.org :
1. Memberi obat bius agar tidak sadarkan diri
2. Memberi ancaman pada korban agar tidak berdaya
3. Melakukan penganiayaan agar tidak sadarkan diri atau tidak berdaya
4. Menghipnotis korban agar mau melakukan apa yang diinginkan pemerkosa
5. Memberi obat perangsang agar korban jadi birahi / bernafsu
6. Dijadikan wanita penghibur / pelacur bayaran
7. Dicekoki menuman keras agar mabuk setengah sadar
8. Diculik lalu digagahi di tempat yang tersembunyi
9. Ditipu akan diberikan sesuatu atau dijanjikan sesuatu, dll
2.4. Resiko Psikis
1. Korban perkosaan biasanya mengalami trauma
2. Rasa takut yang berkepanjangan
3. Tidak mampu kembali berinteraksi secara sosial dengan masyarakat secara
normal
4. Tak jarang dikucilkan dan buang oleh lingkungannya karena dianggap
membawa aib
5. Resiko tinggi menjadi tidak mampu melakukan aktivitas seksual secara normal
pada kehidupannya dimasa datang
2.5. Fase Reaksi Psikolog Terhadap Perkosaan
1. Fase disorganisasi akut
Fase yang di manifestasikan dalam 2 cara :
a. Keadaan terekspresi yaitu syok, tidak percaya, takut, rasa memalukan,
marah dan bentuk emosi yang lainnya.
b. Keadaan terkontrol, dimana perasaan tertutup atau tersembunyi dan korban
tampak tenang
2. Fase menyangkal dan tanpa keinginan untuk bicara tentang kejadian, diikuti tahap
cemas yang meningkat, takut mengingat kembali, gangguan tidur, terlalu waspada
dan reaksi psikosomatik.
3. Fase Reorganisasi
Dimana kejadian ditempatkan pada perspektif, beberapa korban tidak benar
benar pulih dan mengembangkan gangguan stress kronik.
2.6. Penatalaksanaan
Berdasarkan jurnal play therapy dalam identifikasi kasus kekerasan seksual terhadap
anak, terapy sexsual abuse adalah:
Cholidah (2005) menyatakan bahwa diantara tujuan terapi bermain adalah
mengurangi atau menghilangkan gangguan-gangguan perilaku fisik, psikis, social,
sensori, komunikasi dan mengembang kemampuan yang masih dimiliki secara
optimal.
Menurut Suda (2006) ada beberapa model program konseling yang dapat
diberikan kepada anak yang mengalami sexual abuse, yaitu:
1. the dynamic sexual abuse
terapi difokuskan pada pengembangan konsepsi. Pada kasus tersebut kesalahan
dan tanggung jawab berada pada pelaku bukan pada korban
2. protective behaviors conseling
anak-anak dilatih menguasai ketrampilan mengurangi kerentanannya sesuai usia.
Pelatihan anak prasekolah dibatasi: berkata tidak terhadap sentuhan yang tidak
diinginkan, menjauh secepatnya dari orang yang kelihatannya sebagai abusive
person, melaporkan pada orang tua atau orang dewasa yang dipercaya dapat
membantu menghentikan perlakuan salah.
3. survivor / self-esteem counselling
menyadarkan orang yang menjadi korban bahwa mereka sebenarnya bukanlah
korban melainkan orang yang mampu bertahab dalam menghadapi masalah
sexual abuse. Keempat, feeling counselling artinya terlebih dahulu harus
diidentifikasi kemampuan anak yang mengalami sexual abuse untuk engenali
berbagai perasaan. Kemudian mereka didorong untuk mengekspresikan perasaan-
perasaannya yang tidak menyenangkan, baik pada saat mengalami sexual abuse
maupun sesudahnya. Selanjutnya mereka diberi kesempatan untuk secara tepat
memfokuskan perasaan marahnya terhadap pelaku yang telah menyakitinya.
4. cognitive terapy
konsep dasar dalam teknik ini adalah perasaan-perasaan seseorang mengenai
beragam jenis dalam kehidupannya dipengaruhi oleh pikira-pikiran mengenai
kejadian tersebut secara berulang-lingkar.
2.7. Pencegahan Pemerkosaan
Untuk mencegah terjadinya perkosaan hukum memang harus tegas dan membuat
takut orang yang akan memperkosa orang lain. Di samping itu di sekolah harus
diajarkan mengenai pendidikan seksologi yang baik dan sehat agar tidak terjadi
kesalahan eksperimen, ketidaktahuan, kekhilafan, kepolosan, ketidakberdayaan dan
lain sebagainya. cara mengatasinya, antara lain:
1. Membuat catatan tentang identitas pelaku, lokasi, tempat, saksi, perilaku atau
ucapan yang dianggap melecehkan.
2. Bicarakan dengan orang lain tentang pelecehan seksual yang terjadi. Bisa dengan
teman atau orang lain yang kita percaya. Ungkapkan perasaan kita tentang
kejadian itu. Bisa juga dengan memberitahukan perasaan kita pada orang yang
ada di tempat kejadian.
3. Memberi pelajaran pada si pelaku dengan memberitahukan langsung kepada
pelakunya bahwa kita tidak suka dengan tindakannya atau isyarat tubuh.
4. Segera melaporkan tindakan pelecehan seksual setelah kejadian, karena
pelecehan seksual adalah tindakan yang melanggar hukum
2.8. Tips-Tips Menjaga Diri Dari Pemerkosaan
Ada beberapa tips yang bisa digunakan untuk menghindarkan diri dari tindak
pemerkosaan, di antaranya adalah:
1. Bersikap tegas dengan menunjukkan sikap percaya diri.
2. Pandai-pandai membaca situasi, jika perasaan kita menyuruh untuk waspada,
maka percayai perasaan itu.
3. Hindari jalan di tempat yang gelap dan sunyi.
4. Berpakaianlah yang memudahkan untuk lari atau melakukan perlawanan.
5. Jangan memakai terlalu banyak perhiasan.
6. Sediakan selalu senjata, misalnya, korek api, deodoran semprot, payung dan
lain sebagainya di dalam tas.
7. Jika pergi ke suatu tempat bawa alamat lengkap, denah dan jalur kendaraan
sehingga tidak kelihatan bingung, dan carilah informasi di tempat-tempat
resmi.
8. Jangan mudah menumpang kendaraan orang yang belum kita kenal.
9. Berhati-hati jika diberi minum orang.
10. Jangan mudah percaya pada orang yang mengajak bepergian atau menginap
ke suatu tempat yang belum kita kenal.
11. Perbanyak pengetahuan dan sering-sering membaca tulisan tentang
pemerkosaan supaya dapat dipelajari tanda-tanda si pelaku dan modus
operandi atau cara kerjanya.
12. Pastikan jendela, pintu kamar, rumah, mobil sudah terkunci dengan baik.
13. Belajar bela diri praktis untuk mempertahankan diri ketika diserang.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
A. Identitas klien
Nama : Nn R
Umur : 18tahun
Alamat : Bandar lor gang 5
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Status : Lajang
Pekerjaan : Pelajar
Jenis kelamin : Perempuan
Nomor CM : 657
B. Alasan masuk
a. Data primer
Klien mengatakan tidak bisa tidur, merasa bingung, cemas dan takut.Klien marah
jika merasa dirinya terganggu.
b. Data sekunder
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak mau keluar kamar dan anaknya takut pada
laki-laki, serta sering menangis tidak mau makan, tidak bisa tidur, merasa bingung,
cemas dan takut.Klien marah jika merasa dirinya terganggu.
c. Keluhan utama saat pengkajian
D. Faktor predisposisi
Riwayat penyakit lalu
1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu ?
Ya
Tidak
Jika iya jelaskan : -
2. Pengobatan sebelumnya
Berhasil
Kurang berhasil
Tidak berhasil
Jelaskan : -
3. Pernah mengalami penyakit fisik ( termasuk gangguan tumbang )
Ya
Tidak
Bila iya, jelaskan : sebelunya An.A mengalami kecelakaan pada ssat
bermain pisau dan jarinya harus diamputasi
Riwayat trauma
No Trauma usia pelaku Korban saksi
1 Aniaya fisik
2 Aniaya seksual 18 thun
3 Penolakan
4 Kekerasan dalam
keluarga
5 Tindakan kriminal
Jelaskan: pada saat usia 14 tahun, mengalami pemerkosaan oleh gurunya
E. Pemeriksaan fisik
Tanggal : 22 agustus 2018
1. Keadaan umum
Pasien saat ditanya menangis , tidak mau makan
2. Tanda vital :
TD : 120/100 mmHg
N: 100x/mnt
S: 36,5 0c
RR: 30x/mnt
3. Ukur : BB:40kg TB:150cm
Turun
Naik
4. Keluhan fisik
Tidak
Iya
Jelaskan
5. Pemeriksaaan fisik :
a. Kepala
Inspeksi : rambut tidak ada rontok, kulit kepala baik, tidak ada benjolan, wajah
simetris / tidak, ekspresi wajah.
b. Mata
Inspeksi : posisi dan kesejajaran mata baik, alis mata, kelopak mata baik,
konjungtiva anemis,
c. Telinga
Inspeksi: tidak adanya keloid, lubang telinga baik dan gendang telinga dgn
spectrum otoskop tidak ada serumen.
d. Hidung
Inspeksi : hidung terlihat baik dan tidak ada pembengkakan, tidak ada polip
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
e. Mulut
Inspeksi : bibir baik tidak ada pembengkakan, mukosa oral baik, gusi, gigi,
lidah baik
f. Leher
Inspeksi : leher terlihat baik dan tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
Palpasi : tidak ada benjolan
g. Abdomen
Inspeksi : kulit baik, simetris,tidak ada pembesaran organ
Auskultasi : tidak ada bising usus.
Perkusi : terhadap proporsi dan pola timpani serta kepekakan baik.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada tumor.
h. Ekstermitas atas
Inspeksi : ukuran simetris, warna normal, tekstur kulit dan kuku baik
Palpasi : denyut radialis normal, brokhialis normal
i. Ekstermita bawah:
Inspeksi : ukuran simetris, tidak ada pembengkakan, warna dan tekstur kulit
baik.
Palpasi : denyut femoralis normal
Jelaskan : -
: Laki-laki
: Perempuan
X : Meninggal
Jelaskan :
An.A tinggal bersama kedua orangtuanya
Masalah/Diagnosa Keperawatan :
Kerusakan Komunikasi
Kerusakan komunikasi verbal
Kerusakan interaksi social
Isolasi social
Lain-lain, jelaskan…
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien termasuk rajin ibadah kerap mengaji bersama orang tuanya
b. Kegiatan ibadah
Pengajian,sholat berjamaah
Masalah / Diagnosa Keperawatan:
Distress spiritual
Lain-lain, jelaskan : -
NO DATA PROBLEM
1 DS : Isolasi Sosial
o Ibu pasien mengatakan
anaknya tidak mau keluar
rumah bahkan tidak mau
sekolah.
DO :
o Pasien terlihat murung dan
menangis.
2 DS : Harga Diri Rendah
o Klien mengatakan dirinya
jelek, badannya terlalu kurus.
o Klien mengatakan malu bila
bertemu dengan orang yang
baru dikenal.
o Klien mengatkan takut
berbicara banyak karena takut
menyakiti hati orang lain.
DO :
o Klien tidak percaya diri
ketika berbicara dengan
orang lain.
o Klien jarang memulai
pembicaraan dengan orang
lain.
o Klien tidak mau menatap
wajah lawan bicara
3.3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial berhubungan dengan pengalaman tidak menyenangkan.
2. Harga diri rendah berhubungan dengan kekerasan seksual.
Kekerasan Seksual
Koping Individu
Maladaptif
Dean kerugian
menarik diri
misalnya :
-Sendiri
- Kesepian
- Tidak bisa diskusi
3.6. IMPLEMENTASI
TUK 2
1. Menanyakan pada klien tentang :
o Orang yang tinggal serumah
atau dengan sekamar klien
o Orang yang paling dekat
ddengan klien dirumah atau
diruangan perawatan
o Apa yang membuat klien dekat
dengan orang tersebut
o Orang yang tidak dekat dengan
klien dirumah atau diruangan
perawat
o Apa yang membuat klien tidak
dekat dengan orang tersebut
o Upaya yang sudah dilakukan
agar dekat dengan orang
tersebut
TUK 3
1. Menanyakan pada klien tentang :
o Manfaat hubungan sosial
o Kerugian menarik diri
TUK 4
1. Mengobservasi perilaku klien
tentang berhubungan sosial
TUK 5
1. Mendiskusikan dengan klien
tentang perasaanya setelah
berhubungan sosial dengan :
o Orang lain
o Kelompok
TUK 6
1. Mendiskusikan pentingya peran
serta keluarganay sebagai pendukung
untuk mengatasi perilaku menarik diri
TUK 7
1. Mendiskusikan dengan klien
tentang manfaaat dan kerugian tidak
minum obat, nama, warna, dosis, cara,
efek terapi, dan efek samping
penggunaan obat.
TUK 2
1. Mendiskusikan kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki klien dan
beri pujian /reinforcement atas
kemampuan mengungkapkan
perasaannya
TUK 3
1. Mendiskusikan kemampuan klien
yang masih dapat digunakan selama
sakit
TUK 4
1. Merencanakan bersama klien
aktivitas yang masih dapat dilakukan
setiap hari sesuai kemampuan :
kegiatan mandiri, kegiatan dengan
bantuan minimal, kegiatan dengan
bantuan total
TUK 5
1. Memberi kesempatan klien untuk
mencoba kegiatan yang direncanakan
3. Mendiskusikan kemungkinan
pelaksanaan dirumah
TUK 6
1. Memberi pendidikan kesehatan
pada keluarga klien tentang cara
merawat klien harga diri rendah
3.7. EVALUASI
2 26 - 08 - 2018 S:
10:00 o Klien sudah tidak mengatakan dirinya jelek, dan
tidak mengatakan badannya terlalu kurus.
o Klien sudah tidak terlihat malu bila bertemu
dengan orang yang baru dikenal.
o Klien mengatakan sedikit takut berbicara banyak
karena takut menyakiti hati orang lain.
O:
o Klien sudah terlihat percaya diri ketika berbicara
dengan orang lain.
o Klien sudah mau memulai pembicaraan dengan
orang lain.
o Klien sudah mau menatap wajah lawan bicara.
A:
o Masalah teratasi sebagian
P:
o Lanjutkan intervensi
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perkosaan sebagai salah satu bentuk kekerasan jelas dilakukan dengan adanya paksaan
baik secara halus maupun kasar. Pemerkosaan terjadi tidak semata-mata karena ada
kesempatan, namun pemerkosaan dapat terjadi karena pakaian yang dikenakan korban
menimbulkan hasrat pada sipelaku untuk melakukan tindakan pemerkosaan, serta
pemerkosaan bisa juga disebabkan karena rendahnya rasa nilai, moral, asusila dan nilai
kesadaran beragama yang rendah yang dimiliki pelaku pemerkosaan. Hal ini akan
menimbulkan dampak sosial bagi perempuan yang menjadi korban perkosaan tersebut.
Bentuk kekerasan terhadap perempuan bukan hanya kekerasan secara fisik, akan tetapi dapat
juga meliputi kekerasan terhadap perasaan atau psikologis, kekerasan ekonomi, dan juga
kekerasan seksual. Kekerasan pada dasarnya adalah semua bentuk perilaku, baik verbal
maupun non-verbal, yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, terhadap
seseorang atau sekelompok orang lainnya, sehingga menyebabkan efek negatif secara fisik,
emosional, dan psikologis.
B. SARAN
Pemerkosaan di Indonesia termasuk masalah yang harus segera di benahi oleh kita semua
karena sebagaimana kita ketahui bahwa tindak pemerkosaan dapat merusak citra dan moral
bangsa. Maka dari itu pemerintah dan masyarakat harus bekerja keras dalam menaggulangi
tindak pidana pemerkosaan salah satunya dengan menanamkan sikap dan perilaku kehidupan
keluarga dan lingkungan masyarakat yang sesuai dengan nilai-nilai moral, budaya, adat
istiadat dan ajaran agama masing-masing serta menindaklanjuti dengan penegakan hukum
sesuai ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA