Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Psikiatri dipenuhi oleh fenomenologi dan penelitian fenomena mental. Dokter
psikiatri harus belajar untuk menguasai observasi yang teliti dan penjelasan yang
mengungkapkan keterampilan termasuk belajar bahasa baru. Bagian bahasa didalam
psikiatri termasuk pengenalan dan definisi tanda dan gejala perilaku dan emosional.
Kegawatdaruratan Psikiatrik merupakan aplikasi klinis dari psikiatrik pada
kondisi darurat. Kondisi ini menuntut intervensi psikiatriks seperti percobaan bunuh
diri, penyalahgunaan obat, depresi, penyakit kejiwaan, kekerasan atau perubahan
lainnya pada perilaku. Pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik dilakukan oleh para
profesional di bidang kedokteran, ilmu perawatan, psikologi dan pekerja sosial.
Permintaan untuk layanan kegawatdaruratan psikiatrik dengan cepat meningkat di
seluruh dunia sejak tahun 1960-an, terutama di perkotaan.
Pediatric Intensive Care Unit ( PICU ) merupakan suatu unit perawatan intensif
untuk klien anak-anak yang memerlukan pengobatan dan perawatan khusus, guna
mencegah dan mengobati terjadinya kegagalan organ-organ vital. Masuknya suatu
individu di PICU, merupakan suatu peristiwa yang sangat traumatik, karena tiap
individu mendapatkan berbagai macam stressor, seperti stressor fisik, lingkungan,
psikologik dan sosial (Wong, 2009).
Psychiatric Intensive Care Unit memiliki fungsi yang didefinisikan dalam hal
memenuhi kebutuhan jangka pendek individu yang hadir dengan gangguan perilaku
dan symptomology ekstrim yang dapat mengakibatkan merugikan diri atau resiko
lain. Pada tahun 2002 Departemen Kesehatan menerbitkan Kebijakan Pelaksanaan
Bimbingan berjudul "Standar nasional minimum untuk Dewasa Layanan Umum di
Psychiatric Intensive Care Unit (PICU) dan Lingkungan Aman Rendah". Ini
didefinisikan perawatan intensif psikiatri sebagai untuk pasien yang wajib ditahan,
biasanya dalam kondisi aman, yang berada dalam fase akut terganggu dari gangguan

1
mental yang serius. Ada kerugian yang terkait kapasitas untuk pengendalian diri
dengan peningkatan yang sesuai dalam risiko, yang tidak memungkinkan aman,
manajemen terapi dan pengobatan di bangsal akut umum terbuka.
Perawatan intensif Psychiatric disampaikan oleh staf yang berkualitas bekerja
sebagai tim multi-disiplin, menurut sebuah filosofi disepakati unit operasi didukung
oleh prinsip-prinsip penilaian risiko dan manajemen risiko yang positif. Perawatan
dan pengobatan yang ditawarkan harus berpusat pada pasien, multi-disiplin,
intensif, komprehensif, kolaboratif dan memiliki kedekatan dalam menanggapi
situasi kritis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Psikiatri dan gawat darurat psikiatri ?
2. Apa yang dimaksud dengan Psychiatric Intensive Care Unit ?
3. Apa saja kriteria pasien yang masuk PICU ?
4. Apa saja fase-fase dalam tindakan intensif untuk pasien PICU ?
5. Bagaimana cara mengukur tingkat kedaruratan pasien dengan menggunakan
PANSS-EC (Positive And Negative Syndrome Scale – Excitement Component)
?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran
umum tentang keperaratan gawat darurat psikiatri serta mampu berperan
sebagai perawat jiwa baik di rumah Sakit atau di komunitas.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Kegawat Daruratan Psikiatri


Psikiatri adalah spesialisasi medis yang ditujukan untuk mempelajari dan
pengobatan gangguan mental-yang meliputi gangguan afektif, perilaku, kognitif dan
berbagai persepsi. Istilah ini pertama kali dicetuskan oleh dokter Jerman Johann
Christian Reil tahun 1808. Secara harfiah berarti 'pengobatan pikiran' (psikologi :
pikiran: iatry: perawatan medis; dari iātrikos Yunani: medis, iāsthai: untuk
menyembuhkan). Ilmu psikiatri tidaklah berdiri sendiri, melainkan selalu
berkolaborasi dan segala aspeknya selalu berkaitan dengan cabang-cabang ilmu
kedokteran lainnya, misalnya dengan cabang ilmu saraf (Neurologi) dan ilmu
penyakit dalam (Internal Medicine).
Ilmu psikiatri dibangun atas 4 fondasi dasar, yaitu:
1. Dimensi Organo-biologis yaitu aspek pengetahuan tentang organ-organ tubuh
serta fungsi fisiologis tubuh manusia khususnya yang berkaitan langsung dengan
aspek kesehatan jiwa (seperti Sistem Susunan Saraf Pusat)
2. Dimensi Psiko-edukatif yaitu aspek pengetahuan tentang perkembangan
psikologis manusia serta pengaruh pendidikan-pengajaran terhadap seorang
manusia sejak lahir hingga lanjut usia.
3. Dimensi Sosial-Lingkungan yaitu aspek pengetahuan tentang pengaruh kondisi
sosial-budaya serta kondisi lingkungan kehidupan terhadap derajat kesehatan
jiwa manusia.
4. Dimensi Spiritual-Religius yaitu aspek pengetahuan tentang pengaruh taraf
penghayatan dan pengamalan nilai-nilai spiritual-religius terhadap derajat
kesehatan jiwa manusia.
Kedaruratan psikiatri merupakan cabang dari Ilmu Kedokteran Jiwa dan
Kedokteran Kedaruratan, yang dibuat untuk menghadapi kasus kedaruratan yang
memerlukan intervensi psikiatrik. Tempat pelayanan kedaruratan psikiatri antara

3
lain di rumah sakit umum, rumah sakit jiwa, klinik dan sentra primer. Kasus
kedaruratan psikiatrik meliputi gangguan pikiran, perasaan dan perilaku yang
memerlukan intervensi terapeutik segera, antara lain: (Elvira, Sylvia D dan
Gitayanti Hadisukanto, 2010).
1. Kondisi gaduh gelisah
2. Tindak kekerasan (violence)
3. Tentamen Suicidum/percobaan bunuh diri
4. Gejala ekstra piramidal akibat penggunaan obat
5. Delirium

B. Definisi Psychiatric Intensive Care Unit (PICU) atau UPIP (Unit Perawatan
Intensif Psikiatri)
Psychiatric Intensive Care Unit (PICU) merupakan pelayanan yang ditujukan
untuk klien gangguan jiwa dalam kondisi krisis psikiatri (Keliat, dkk, 2009).
Psychiatric Intensive Care Unit (PICU) merupakan gabungan pelayanan gawat
darurat psikiatri dan pelayanan intensif, yang dapat diselenggarakan di rumah sakit
jiwa atau unit psikiatri rumah sakit umum (Keliat, dkk, 2009). Psychiatric Intensive
Care Unit (PICU) adalah suatu unit yang memberikan perawatan khusus kepada
klien-klien psikiatri yang berada dalam kondisi membutuhkan pengawasan ketat
(Maryree, 2010).
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa PICU
adalah suatu unit gabungan pelayanan gawat darurat psikiatri dan pelayanan
intensif, yang ditujukan untuk klien gangguan jiwa yang dalam kondisi krisis
psikiatri dan berada dalam kondisi yang membutuhkan pengawasan ketat, dimana
dapat diselenggarakan di rumah sakit jiwa atau psikiatri rumah sakit umum.
Unit perawatan intensif psikiatri (UPIP)adalah suatu unit yang memberikan
perawatan khusus kepada pasien-pasien psikiatri yang berada dalam kondisi
membutuhkan pengawasan ketat. Di beberapa negara unit ini diterjemahkan sebagai
unit kedaruratan ataupun unit akut yang pada prinsipnya memiliki tujuan yang sama

4
yaitu merawat pasien-pasien yang berada dalam kondisi membutuhkan intervensi
segera. Pasien dengan kondisi ini adalah pasien-pasien dalam kondisi dapat
membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan, seperti pasien dengan usaha
bunuh diri, halusinasi, perilaku kekerasan, NAPZA, dan waham.
Kedaruratan Psikiatrik adalah Keadaan gangguan dalam proses fikir, alam
perasaan dan perbuatan yang memerlukan tindakan pertolongan segera. Kasus
kedaruratan psikiatrik yang sering ditemukan adalah percobaan bunuh diri dan
keadaan gaduh gelisah.
Kedaruratan dapat terjadi dimanapun dan membutuhkan penanganan segera.
Kecepatan menangani kondisi kedaruratan akan meminimalkan gejala sisa maupun
kecacatan yang akan dialami pasien. Oleh karena itu, tenaga kesehatan umumnya
dan tenaga keperawatan khususnya perlu memperlengkapi diri dengan kemampuan
menangani masalah-masalah kedaruratan. Disamping itu fasilitas ruangan yang
memadai juga dibutuhkan untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan dan
keperawatan yang terbaik.

C. Kriteria Kondisi Darurat Psikiatri


Secara umum pasien yang dirawat di PICU adalah pasien dengan kriteria:
1. Risiko bunuh diri yang berhubungan dengan kejadian akut dan atau suatu
perubahan alam perasaan atau perilaku yang menetap
2. Penyalahgunaan NAPZA atau kedaruratan yang berhubungan yang berlangsung
relatif singkat
3. Kondisi lain yang akan mengalami peningkatan yang bermakna dalam waktu
singkat dan pasien tampak mampu kembali ke komunitas segera bila peningkatan
tersebut terjadi.

Sedangkan berdasarkan masalah keperawatan maka pasien yang perlu dirawat di


unit perawatan intensif psikiatri adalah pasien dengan masalah keperawatan sebagai
berikut:

5
1. Perilaku Kekerasan
2. Perilaku Bunuh diri
3. Perubahan sensori persepsi: halusinasi
4. Perubahan proses pikir: waham curiga
5. Masalah-masalah keperawatan yang berkaitan dengan kondisi pasien putus zat
dan over dosis:
a. Perubahan kenyamanan: nyeri
b. Gangguan pola tidur
c. Gangguan pemenuhan nutrisi
d. Gangguan eliminasi bowel
e. Defisit perawatan diri

D. Pola Penanganan Di Psychiatric Intensive Care Unit


Pola penanganan di PICU menggunakan pendekatan MPKP yang terdiri dari
empat pilar yaitu:
1. Pendekatan manajemen
2. Compensatory reward
3. Hubungan profesional
4. Manajemen asuhan keperawatan
Pada ruangan PICU keempat pilar ini dilebur menjadi 2 pilar sebagai berikut:
1. Manajemen pelayanan keperawatan (pilar I-III)
2. Manajemen asuhan keperawatan (pilar IV)

E. Fase-fase Tindakan Intensif Bagi Pasien Psikiatri


Secara umum ada tiga fase tindakan intensif bagi pasien yaitu : fase intensif I,
II, III.
1. Fase intensif I (24 jam pertama)
Prinsip tindakan : life saving, Mencegah cedera pada pasien, orang lain dan
lingkungan

6
Intervensi: observasi ketat, KDM (Kebutuhan Dasar Manusia), Terapi
modalitas : terapi musik.
2. Fase intensif II (24-72 jam pertama)
Prinsip tindakan: observasi lanjutan dari fase krisis (intensif I), mempertahankan
pencegahan cedera pada pasien, orang lain dan lingkungan Intervensi: observasi
frekuensi dan intensitas yang lebih rendah dari fase intensif I, terapi modalitas :
terapi music dan olah raga
3. Fase intensif III (72 jam-10 hari)
Prinsip tindakan: observasi lanjutan dari fase akut (intensif II), memfasilitasi
perawatan mandiri pasien
Intervensi: observasi dilakukan secara minimal, pasien lebih banyak melakukan
aktivitas secara mandiri, terapi modalitas : terapi music, terapi olah raga, life skill
therapy.

F. Ketenagaan di PICU
Menurut Rollesby (2009), adapun ketenagaan yang terlibat di ruang PICU adalah
sebagai berikut:
1. Psikiater konsultan
2. Perawat terampil
3. Pekerja sosial
4. Occupation terapist
5. Instruktur teknis
6. Psikolog

G. Mengukur Tingkat Kedaruratan Pasien Dengan Skala GAF (General


Adaptive Function)
PANSS-EC Instrumen penilaian gejala positif dan negatif pada pasien
skizofrenia salah satunya adalah PANSS. Instrumen tersebut terdiri dari 30 butir

7
gejala yang terdiri dari 7 butir gejala positif, 7 butir gejala negatif dan 14 butir gejala
umum (Safitri, 2010).
Pada fase akut skizofrenia merupakan fase emergensi yang butuh instrumen
penilaian yang cepat dan efektif (Montoya, 2011). Maka dari instrumen PANSS
yang terdiri dari 30 butir gejala tersebut disederhanakan menjadi 5 butir gejala yang
disebut dengan PANSS-EC. Lima butir gejala tersebut berupa :
1. Gaduh gelisah (P4) merupakan hiperaktivitas yang ditampilkan dalam bentuk
percepatan perilaku motorik, peningkatan respon terhadap stimuli, waspada
berlebihan atau labilitas perasaan yang berlebihan;
2. Permusuhan (P7) merupakan ekpresi verbal dan non verbal tentang kemarahan
dan kebencian, termasuk sarkasme, perilaku pasif agresif, caci maki, dan
penyerangan;
3. Ketegangan (G4) yang merupakan manifestasi fisik yang jelas tentang ketakutan,
kecemasan, dan agitasi seperti kekakuan, tremor, keringat berlebihan, dan
ketidaktenangan;
4. Ketidakkooperatifan (G8) merupakan gejala aktif menolak untuk patuh terhadap
keinginan tokoh bermakna termasuk pewawancara, staf rumah sakit, atau
keluarga, yang mungkin disertai dengan rasa tidak percaya, defensif, keras
kepala, negativistik, dan penolakan terhadap otoritas selama wawancara, dan
juga dilaporkan oleh perawat atau keluarga; 22
5. Pengendalian impuls yang buruk (G14) merupakan gangguan pengaturan dan
pengendalian impuls yang mengakibatkan pelepasan ketegangan dan emosi yang
tiba-tiba, tidak teratur, sewenang-wenang, atau tidak terarah tanpa peduli
konsekuensinya (Safitri, 2010).

Komponen dan Cara Penilaian PANSS-EC


Positive and Negative Syndrome Scale - Excited Component (PANSS-EC)
merupakan salah satu instrumen penilaian agresivitas dan agitasi yang sederhana
dan mudah diaplikasikan. PANSS-EC terdiri dari 5 item penilaian, yaitu gaduh

8
gelisah, ketegangan, permusuhan, ketidak kooperatifan, dan pengendalian impuls
yang buruk. Masing-masing item mempunyai skala penilaian berikut:
a. 1 (tidak ditemukan)
b. 2 (minimal, patologis diragukan)
c. 3 (ringan)
d. 4 (sedang)
e. 5 (agak berat)
f. 6 (berat)
g. 7 (sangat berat)
Penilaian didasarkan atas observasi selama anamnesis dengan pasien dan atau
berdasarkan laporan keluarga. Skor dari kelima item kemudian dijumlahkan
sehingga didapatkan rentang antara 5-35.
a. Gaduh Gelisah
Gaduh gelisah adalah hiperaktivitas yang ditampilkan dalam bentuk
percepatan perilaku motorik, peningkatan respons terhadap stimulus, waspada
berlebihan, atau labilitas alam perasaan yang berlebihan. Poin ini dinilai dengan
manifestasi perilaku selama anamnesis dan juga laporan perawat atau keluarga
tentang perilaku.
1. Tidak ditemukan adanya gaduh gelisah
2. Gaduh gelisah minimal, keadaan patologis diragukan
3. Ringan : cenderung sedikit agitatif, waspada berlebihan, atau sedikit mudah
terangsang selama anamnesis, tetapi tanpa episode gaduh gelisah yang jelas
atau labilitas alam perasaan yang mencolok.
4. Sedang : agitasi atau mudah terangsang yang jelas terbukti selama anamnesis,
mempengaruhi pembicaraan dan mobilitas umum atau ledakan-ledakan
episodik yang terjadi secara sporadik
5. Agak berat : tampak hiperaktivitas yang bermakna, atau sering terjadi
ledakan-ledakan atau aktivitas motorik yang menyebabkan kesulitan bagi

9
pasien tetap duduk untuk waktu yang lebih lama dari beberapa menit dalam
setiap kesempatan
6. Berat : gaduh gelisah yang mencolok mendominasi anamnesis, membatasi
perhatian, sedemikian rupa sehingga mempengaruhi fungsi sehari-hari, seperti
makan dan tidur
7. Sangat berat : gaduh gelisah yang mencolok, secara serius mempengaruhi
kegiatan makan dan tidur, serta jelas tidak memungkinkan interaksi
interpersonal, percepatan bicara, dan aktivitas motorik dapat menimbulkan
inkoherensi dan kelelahan

b. Ketegangan
Ketegangan didefinisikan sebagai manifestasi yang jelas tentang ketakutan,
ansietas, dan agitasi, seperti kekakuan, tremor, keringat berlebihan, dan
ketidaktenangan. Poin ini dinilai berdasarkan laporan lisan yang membuktikan
adanya anxietas dan derajat keparahan. Manifestasi fisik ketegangan dapat dilihat
selama anamnesis.
1. Tidak ditemukan adanya ketegangan
2. Ketegangan minimal, keadaan patologis diragukan
3. Ringan : postur dan gerakan-gerakan yang menunjukkan kekhawatiran ringan,
ketidaktenangan yang sesekali timbul, perubahan posisi, dan tremor tangan
yang halus dan cepat
4. Sedang : suatu penampilan yang nyata-nyata gelisah yang terbukti dari adanya
berbagai manifestasi, seperti perilaku tidak tenang, tremor tangan yang nyata,
keringat berlebihan, dan manerisme karena gugup
5. Agak berat : ketegangan yang berat yang dibuktikan oleh berbagai
manifestasi, seperti gemetar karena gugup, keringat yang berlebihan, dan
ketidaktenangan. Tetapi perilaku selama anamnesis tidak terpengaruh secara
bermakna

10
6. Berat : ketegangan berat sehingga interaksi interpersonal terganggu. Misalnya
pasien terus menerus bergerak, tidak dapat tetap duduk untuk waktu yang
lama, atau menunjukkan hiperventilasi
7. Sangat berat : ketegangan yang sangat mencolok yang dimanifestasikan
sebagai tanda-tanda panik atau percepatan gerakan motorik kasar, seperti
langkah cepat yang gelisah dan ketidakmampuan untuk tetap duduk tenang
dalam waktu lebih lama dari satu menit, sehingga anamnesis tidak bisa
dilanjutkan.

c. Permusuhan
Permusuhan didefinisikan sebagai ekspresi verbal dan nonverbal tentang
kemarahan dan kebencian, termasuk sarkasme, perilaku pasif agresif, caci maki,
dan penyerangan. Poin dinilai berdasarkan perilaku interpersonal yang diamati
selama anamnesis dan laporan oleh perawat atau keluarga.
1. Tidak ditemukan adanya permusuhan
2. Permusuhan minimal, keadaan patologis diragukan
3. Ringan : melampiaskan kemarahan secara tidak langsung atau ditahan,
seperti sarkasme, sikap tidak sopan, ekspresi bermusuhan, dan kadang-
kadang iritabilitas
4. Sedang : adanya sikap bermusuhan yang nyata, sering memperlihatkan
iritabilitas, dan ekspresi kemarahan atau kebencian yang langsung
5. Agak berat : pasien sangat mudah marah dan kadang-kadang memaki dengan
kata-kata kasar atau mengancam
6. Berat : tidak kooperatif dan mencaci maki dengan kasar atau mengancam,
khususnya dalam upaya mempengaruhi pemeriksa, dan berdampak serius
terhadap hubungan sosial. Pasien dapat beringas dan merusak tapi tidak
menyerang orang lain secara fisik

11
7. Sangat berat : kemarahan yang hebat yang mengakibatkan subyek sangat
tidak kooperatif, menghalangi interaksi, atau secara episodik melakukan
penyerangan fisik terhadap orang lain

d. Tidak Kooperatif
Aktif menolak untuk patuh terhadap keinginan tokoh bermakna termasuk
pemeriksa, staf rumah sakit atau keluarga yang mungkin disertai dengan rasa
tidak percaya, defensif, keras kepala, negativistik, penolakan terhadap otoritas,
hostilitas, atau membangkang. Dinilai melalui perilaku interpersonal yang
diobservasi selama anamnesis dan juga dilaporkan oleh perawat atau keluarga.
1. Tidak ditemukan adanya ketidak kooperatifan
2. Tidak kooperatif minimal, keadaan patologis diragukan
3. Ringan : patuh tapi disertai sikap marah, tidak sabar, atau sarkasme, mungkin
ada penolakan yang tidak mengganggu penyelidikan terhadap masalah-
masalah sensitif selama anamnesis
4. Sedang : kadang-kadang terdapat penolakan langsung untuk patuh terhadap
tuntutan sosial yang normal, seperti merapikan tempat tidur atau mengikuti
kegiatan sesuai jadwal. Pasien mungkin memproyeksikan hostilitas,
defensif, atau bersifat negatif, tetapi biasanya masih dapat diatasi
5. Agak berat : pasien seringkali tidak patuh terhadap tuntutan lingkungan dan
mungkin sering disebut sebagai orang yang mempunyai masalah sikap yang
serius. Ketidak kooperatifan tercermin jelas dalam sikap defensif atau
iritabilitas terhadap pemeriksa dan mungkin tidak bersedia menghadapi
banyak pertanyaan
6. Berat : pasien sangat tidak kooperatif, negativistik, dan mungkin
membangkang. Menolak untuk patuh terhadap sebagian besar tuntutan sosial
dan mungkin tidak mau memulai atau mengikuti anamnesis sepenuhnya
7. Sangat berat : resistensi aktif yang jelas berdampak serius terhadap hampir
seluruh fungsi. Pasien mungkin menolak untuk ikut berpartisipasi dalam

12
aktivitas sosial apapun, mengurus kebersihan diri, bercakap-cakap dengan
keluarga, dan bahkan untuk berpartisipasi dalam anamnesis yang singkat
sekalipun

e. Pengendalian Impuls yang Buruk


Gangguan pengaturan dan pengendalian impuls yang mengakibatkan pelepasan
ketegangan dan emosi yang tiba-tiba tidak teratur, sewenang-wenang, atau tidak
terarah tanpa merisaukan konsekuensinya. Dinilai berdasarkan perilaku selama
anamnesis dan yang dilaporkan perawat atau keluarga.
1. Tidak ditemukan adanya pengendalian impuls yang buruk
2. Minimal, patologis diragukan
3. Ringan : pasien cenderung mudah marah dan frustasi bila menghadapi stress
atau pemuasannya ditolak, tapi jarang bertindak impulsif
4. Sedang : dengan provokasi minimal, pasien menjadi marah dan mencaci
maki. Mungkin sesekali mengancam, merusak, atau terdapat satu-dua
episode yang melibatkan konfrontasi fisik atau perselisihan ringan
5. Agak berat : pasien memperlihatkan episode impulsif yang berulang-ulang
termasuk mencaci maki, merusak harta benda, atau ancaman fisik. Mungkin
ada satu atau dua episode yang melibatkan serangan serius sehingga pasien
perlu diisolasi, difiksasi, atau bila perlu diberikan sedasi
6. Berat : pasien sering menunjukkan agresivitas secara impulsif, mengancam,
menuntut, dan merusak, tanpa mempertimbangkan konsekuensinya.
Menunjukkan perilaku menyerang dan mungkin juga serangan seksual, atau
berperilaku yang merupakan respon terhadap perintah yang bersifat
halusinasi
7. Sangat berat : pasien memperlihatkan serangan yang nyata mengancam
keselamatan orang, penyerangan seksual, perilaku brutal yang berulang, atau
perilaku menyakiti diri sendiri.

13
Interpretasi PANSS-EC
Setelah dilakukan penilaian untuk skor masing-masing item penilaian selama
anamnesis, skor dari kelima item penilaian dijumlahkan. Interpretasi skor PANSS-
EC di Indonesia masih berbeda-beda pada setiap pusat layanan kesehatan, namun
secara garis besar guideline yang digunakan sebagai berikut:
1. Skor ≥ 10 – 14
Skor PANSS-EC > 10 - 14 dan salah satu atau lebih komponen mempunyai
skor > 4, maka ini adalah indikasi untuk dilakukan intervensi medis.
a. Dilakukan de-eskalasi melalui persuasi verbal. Bila de-eskalasi gagal
menenangkan pasien, maka pertimbangkan pemberian antipsikotik oral.
b. Observasi 30 menit (dewasa) atau 15 menit (anak dan remaja). Apabila tidak
ada perbaikan/terjadi peningkatan gejala, maka lakukan tindakan sesuai skor
saat itu.
2. Skor ≥15 – 19
Skor PANSS-EC > 15 - 19 dan salah satu atau lebih komponen mempunyai
skor > 5 atau risiko menyakiti diri sendiri atau orang lain, maka ini adalah
indikasi untuk rawat inap.
a. Dilakukan chemical restriction dengan injeksi haloperidol i.m. 5 mg untuk
dewasa. Untuk anak dan remaja usia < 12 tahun diberikan 0,025-0,075
mg/kgBB/kali (maksimal 2,5 mg/kali) dan usia > 12 tahun diberikan dosis 2,5
– 5 mg per kali. Observasi selama 30 menit, injeksi boleh diulang tiap 30 menit
sampai tercapai dosis maksimal 30 mg
b. Pilihan lainnya adalah injeksi olanzapine i.m. 10 mg untuk dewasa dan 2,5 -5
mg untuk anak dan remaja. Observasi selama 2 jam, injeksi dapat diulang
sampai dosis maksimal 30 mg (dewasa) dan 10 mg (anak dan remaja)
c. Evaluasi apabila terjadi peningkatan skor dan monitoring efek samping obat
(anak dan remaja lebih mudah mengalami extrapyramidal syndrome)
3. Skor ≥ 20

14
Skor PANSS-EC > 20 dan salah satu atau lebih komponen mempunyai skor > 5
adalah indikasi untuk seklusi.
a. Diberikan injeksi kombinasi dari haloperidol 5 mg i.m dan diazepam 5 mg i.v.
Untuk anak dan remaja, dosis diazepam adalah 0,1 mg/kgBB/kali. Dapat
diulang sampai dosis maksimal diazepam 20 mg. Dosis maksimal diazepam
per kali pemberian adalah 10 mg. Evaluasi apabila terjadi peningkatan skor
dan monitoring efek samping obat (penurunan kesadaran atau distress
pernafasan)
b. Bila agitasi masih belum bisa dikendalikan, maka pertimbangkan
untuk restraint fisik.
c. Evaluasi adanya luka atau cedera pada area yang akan diikat
d. Pilih bahan pengikat yang aman dan nyaman dari kain katun
e. Pengikatan sebaiknya dilakukan oleh beberapa orang, dimana ada yang
bertugas memegang kepala dan masing-masing ekstremitas
f. Pengikatan dilakukan di tengah tempat tidur, dengan posisi kaki lurus, satu
tangan di samping badan dan tangan yang lain di atas kepala
g. Ikatan sebaiknya tidak terlalu kencang dan tidak terlalu longgar, dan berikan
bantal di kepala
h. Lakukan monitoring setiap 15 menit [5-7]
Penilaian pada PANSS-EC adalah diberikan nilai 1 jika tidak terdapat gejala,
2 jika minimal, 3 jika ringan, 4 jika sedang, 5 jika agak berat, 6 jika berat, dan
7 jika sangat berat pada tiap butir gejala (Sapinah, 2011). Sehingga jika
dijumlahkan, nilai maksimal dari PANSS-EC adalah 35 dan nilai minimalnya
adalah 5. Pada pasien skizofrenia fase akut, pasien akan dipindahkan ke fase
stabil jika nilai PANSS-EC ≤ 15 atau nilai per butir gejala ≤ 3

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa PICU
adalah suatu unit gabungan pelayanan gawat darurat psikiatri dan pelayanan
intensif, yang ditujukan untuk klien gangguan jiwa yang dalam kondisi krisis
psikiatri dan berada dalam kondisi yang membutuhkan pengawasan ketat, dimana
dapat diselenggarakan di rumah sakit jiwa atau psikiatri rumah sakit umum. Di
beberapa negara unit ini diterjemahkan sebagai unit kedaruratan ataupun unit akut
yang pada prinsipnya memiliki tujuan yang sama yaitu merawat pasien-pasien yang
berada dalam kondisi membutuhkan intervensi segera. Pasien dengan kondisi ini
adalah pasien-pasien dalam kondisi dapat membahayakan diri sendiri, orang lain
dan lingkungan, seperti pasien dengan usaha bunuh diri, halusinasi, perilaku
kekerasan, NAPZA, dan waham.
Penilaian pada PANSS-EC adalah diberikan nilai 1 jika tidak terdapat gejala, 2
jika minimal, 3 jika ringan, 4 jika sedang, 5 jika agak berat, 6 jika berat, dan 7 jika
sangat berat pada tiap butir gejala (Sapinah, 2011). Sehingga jika dijumlahkan, nilai
maksimal dari PANSS-EC adalah 35 dan nilai minimalnya adalah 5. Pada pasien
skizofrenia fase akut, pasien akan dipindahkan ke fase stabil jika nilai PANSS-EC
≤ 15 atau nilai per butir gejala ≤ 3.

B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Selain itu kami selaku penulis berharap agar kita sebagai mahasiswa keperawatan
dapat menerapkan ilmu-ilmu tentang kejiwaan yang telah dibahas dalam makalah
ini untuk diterapkan ke dalam kehidupan sehari-hari.

16
DAFTAR PUSTAKA

Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto ed. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI
Maramis, W.F. dan Maramis, A.A. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2.
Surabaya: Airlangga University Press.
Sadock, B.J., Sadock, V.A., et al. 2007. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. New York: Lippincott Williams
& Wilkins.
http://dwiners.blogspot.com/2010/11/psychiatric-intensive-care-unit.html
http://lovelylive.wordpress.com/2010/11/27/konsep-kep-psikiatri
https://www.alomedika.com/cara-menggunakan-panss-ec-pasien-agitasi

17

Anda mungkin juga menyukai