Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN PENDAHULUAN

Px. Dengan Penyakit BPH

(BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA)

Oleh :

EKO TULUS WIDODO

NIM. 40220008

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA

KEDIRI

2020
A. KONSEP DASAR TEORI

1. Anatomi dan Fisiologi Prostat


Kelenjar prostat terletak di bawah leher kandung kemih. Kelenjar ini
mengelilingi uretra dan dipotong melintang oleh duktus ejakulatorius, yang
merupakan kelanjutan dari vas deveren. Kelenjar ini berbentuk seperti buah
kenari. Normal beratnya ± 20 gram, di dalamnya berjalan uretra posterior ± 2,5
cm. Pada bagian anterior difiksasi oleh ligamentum pubroprostatikum dan sebelah
inferior oleh diafragma urogenital. Pada prostat bagian posterior bermuara duktus
ejakulatoris terhadap berjalan miring dan berakhir pada verumontarum pada
dasar uretra prostatika tepat proksimal dan sfingter uretra eksterna. Secara
embriologi, prostat berasal dari lima evaginasi epitel uretra posterior. Suplai
darah prostat diperdarai oleh arteri vesikalis inferior dan masuk pada sisi postero
lateralis leher vesika, drainase vena.
Prostat bersifat difus dan bermuara ke dalam pleksus santorini. Persarafan
prostat terutama berasal dari simpatis pleksus hipogastrikus dan serabut yang
berasal dari nervus sakralis ketiga dan keempat melalui pleksus sakralis. Drainase
limfe prostat ke nodi limfatisi obturatoria, iliaka eksterna dan presakralis, serta
sangat penting dalam mengevaluasi luas penyebaran penyakit dari prostat.
Fungsi prostat adalah menambah cairan alkalis pada cairan seminalis yang
berguna untuk melindungi spermatozoa terhadap sifat asam yang terdapat pada
uretra dan vagina. Di bawah kelenjar ini terdapat kelenjar bulbo uretralis yang
memiliki panjang 2-5 cm. Fungsi hampir sama dengan kelenjar prostat. Kelenjar
ini menghasilkan sekresi yang penyalurannya dari testis secara kimiawi dan
fisiologis sesuai kebutuhan spermatozoa. Sewaktu perangsangan seksual, prostat
mengeluarkan cairan encer seperti susu yang mengandung berbagai enzim dan
ion ke dalam duktus ejakulatorius. Cairan ini menambah volume cairan vesikula
seminalis dan sperma. Cairan prostat bersifat basa (alkalis). Sewaktu mengendap
di cairan vagina wanita, bersama dengan ejakulat yang lain, cairan ini dibutuhkan
karena motilitas sperma akan berkurang dalam lingkungan dengan pH rendah.
2. Pengertian
Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) adalah suatu kondisi yang sering terjadi
sebagai hasil dari pertumbuhan dan pengendalian hormon prostat (Nurarif &
Kusuma, 2015).
Benigna Prostat Hiperplasia adalah pertumbuhan nodul-nodul
fibriadenomatosa majemuk dalam prostat, pertumbuhan tersebut dimulai dari
bagian periuretral sebagai proliperasi yang terbatas dan tumbuh dengan menekan
kelenjar normal yang tersisa (Wijaya & Putri, 2013).
BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum pada
pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan
pembatasan aliran urinarius (Marilynn, E.D, 2012).
Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) adalah pembesaran prostat yang
mengenai uretra, menyebabkan gejala urinaria (Nursalam, 2013).
3. Klasifikasi
Secara klinik derajat berat, dibagi menjadi 4 gradasi, yaitu:
 Derajat 1 : Apabila ditemukan keluhan prostatismus, pada DRE (colok dubur)
ditemukan penonjolan prostat dan sisa urine kurang dari 50 ml.
Derajat satu biasanya belum memerlukan tindakan bedah, diberi pengobatan
konservatif.
 Derajat 2 : Ditemukan tanda dan gejala seperti pada derajat 1, prostat lebih
menonjol, batas atas masih teraba dan sisa urine lebih dari 50 ml tetapi kurang
dari 100 ml.
Derajat dua merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan biasanya
dianjurkan reseksi endoskopi melalui uretra.
 Derajat 3 : Seperti derajat 2, hanya batas atas prostat tidak teraba lagi dan sisa
urin lebih dari 100 ml.
Derajat tiga reseksi endoskopi dapat dikerjakan, bila diperkirakan prostate
sudah cukup besar, reseksi tidak cukup 1 jam sebaiknya dengan pembedahan
terbuka, melalui trans vesika retropublik/perianal.
 Derajat 4 : Apabila sudah terjadi retensi total.
 Derajat empat tindakan harus segera dilakukan membebaskan klien dari
retensi urine total dengan pemasangan kateter.
4. Etiologi
Penyebab terjadinya Benigna Prostat Hipertropi belum diketahui secarapasti.
Prostat merupakan alat tubuh yang bergantung kepada endokrin dandapat pula
dianggap undangan (counter part). Oleh karena itu yang dianggapetiologi adalah
karena tidak adanya keseimbangan endokrin. Namun menurutSyamsu Hidayat
dan Wim De Jong (2014) etiologi dari Benigna ProstatHiperplasia (BPH) adalah :
a. Adanya hiperplasia periuretral yang disebabkan karena
perubahankeseimbangan testosteron dan estrogen. Dengan meningkatnya usia
padapria terjadi peningkatan hormjhon Estrogen dan penurunan
testosteronsedangkan estradiol tetap yang dapat menyebabkan terjadinya
hyperplasiastroma.
b. Ketidakseimbangan endokrin.
c. Faktor umur / usia lanjut.
Biasanya terjadi pada usia diatas 50 tahun.
d. Unknown / tidak diketahui secara pasti.
Penyebab BPH tidak diketahui secara pasti (idiopatik), tetapi
biasanyadisebabkan oleh keadaan testis dan usia lanjut.

5. Manifestasi Klinis
a. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah :
 Obstruksi :
a. Hesistensi (harus menggunakan waktu lama bila mau miksi)
b. Pancaran waktu miksi lemah
c. Intermitten (miksi terputus)
d. Miksi tidak puas
e. Distensi abdomen
f. Volume urine menurun dan harus mengejan saat berkemih.
 Iritasi : sering miksi( frekuensi), nokturia, urgensi, disuria.
b. Gejala pada saluran kemih bagian atas
 Nyeri pinggang, demam (infeksi), hidronefrosis.
c. Gejala di luar saluran kemih :
Keluhan pada penyakit hernia/hemoroid sering mengikuti penyakithipertropi
prostat. Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejanpada saat miksi
sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intraabdominal (Sjamsuhidayat,
2014).
Benigna Prostat Hipertropi selalu terjadi pada orang tua, tetapi tak selalu
disertaigejala-gejala klinik, hal ini terjadi karena dua hal yaitu:
a. Penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih.
b. Retensi urin dalam kandung kemih menyebabkan dilatasi kandung
kemih,hipertrofi kandung kemih dan cystitis (Hidayat, 2009).
Adapun gejala dan tanda yang tampak pada pasien dengan Benigna
ProstatHipertrofi:

a. Retensi urin (urine tertahan di kandung kemih, sehingga urin tidak bisa
keluar).
b. Kurangnya atau lemahnya pancaran kencing.
c. Miksi yang tidak puas.
d. Frekuensi kencing bertambah terutama malam hari (nocturia).
e. Pada malam hari miksi harus mengejan.
f. Terasa panas, nyeri atau sekitar waktu miksi (disuria).
g. Massa pada abdomen bagian bawah.
h. Hematuria (adanya darah dalam urin).
i. Urgency (dorongan yang mendesak dan mendadak untuk mengeluarkan
urin).
j. Kesulitan mengawali dan mengakhiri miksi.
k. Kolik renal (kerusakan renal, sehingga renal tidak dapat berfungsi).
l. Berat badan turun.
m. Anemia, kadang-kadang tanpa sebab yang diketahui.
n. Pasien sama sekali tidak dapat berkemih sehingga harus dikeluarkan
dengankateter.
Karena urin selalu terisi dalam kandung kemih, maka mudah sekali
terjadicystitis dan selaputnya merusak ginjal (Arifiyanto, 2008).
Gejala generalisata juga mungkin tampak, termasuk keletihan, anoreksia,mual
dan muntah, dan rasa tidak nyaman pada epigastrik (Brunner & Suddarth,2010).

6. Patofisiologi
Tanpa memperhatikan penyebabnya, BPH dimulai dengan perubahan
nonmalignan dalam jaringan glanduler periuretral. Pertumbuhan nodul
fibroadenomatosa (massa jaringan fibrosa glanduler) berlangsung secara progresif
hingga terjadi kompresi pada kelenjar prostat normal yang masih tersisa (hiperplasia
noduler). Jaringan yang hiperplastik itu kebanyakan merupakan jaringan kelenjar
(glanduler) disertai sejumlah stroma fibrosa dan otot polos. Ketika prostat membesar,
kelenjar ini dapat meluas ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran keluar urine
dengan menimbulkan kompresi atau distori pada uretra pars prostatika. Pada keadaan
ini terjadi peningkatan periodik stimulasi saraf simpatik otot polos pada uretra pars
prostatika dan leher kandung kemih. Distensi kandung kemih yang berlangsung
progresif dapat menimbulkan pembentukan divertikulum di dinding kandung kemih
yang akan menyimpan urine ketika bagian kandung kemih yang lain mengosongkan
isinya. Urine yang tersimpan dapat menyebabkan pembentukan batu atau sistitis
(Kowalak, 2013).
Umumnya gangguan ini terjadi setelah usia pertengahan akibat perubahan
hormonal. Bagian paling dalam prostat membesar dengan terbentuknya adenoma yang
tersebar. Pembesaran adenoma progresif menekan atau mendesak jaringan prostat
yang normal ke kapsula sejati yang menghasilkan kapsula bedah. Kapsula bedah ini
menahan perluasannya dan adenoma cenderung tumbuh ke dalam menuju lumennya,
yang membatasi pengeluaran urin. Akhirnya diperlukan peningkatan penekanan untuk
mengosongkan kandung kemih. Serat-serat muskulus destrusor berespon hipertropi,
yang menghasilkan trabekulasi di dalam kandung kemih. Pada beberapa kasus jika
obstruksi keluar terlalu hebat, terjadi dekompensasi kandung kemih menjadi struktur
yang flasid (lemah), berrdilatasi dan sanggup berkontraksi secara efektif. Karena
terdapat sisi urin, maka terdapat peningkatan infeksi dan batu kandung kemih.
Peningkatan tekanan balik dapat menyebabkan hidronefrosis. Retensi progresif bagi
air, natrium, dan urea dapat menimbulkan edema hebat. Edema ini berespon cepat
dengan drainage kateter (Wijaya, 2013).
7. woc
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada BPH (Wijaya, 2013):
 Retensi kronik dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter,
hidronefrosis, gagal ginjal.
 Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksi
 Hernia/hemoroid
 Karena selalu terdapat sisa urin sehingga menyebabkan terbentuknya batu
 Hematuria
 Sistitis da pielonefritis
9. Pemeriksaan penunjang
Menurut Wijaya (2013):
a. Pemeriksaan colok dubur (Rectal Toucher)
Pemeriksaan colok dubur adalah memasukkan jari telunjuk yang sudah diberi
pelicin kedalam lubang dubur. Pada pemeriksaan colok dubur dinilai:
 Tonus sfingter ani dan refleks bulbo-kavernosus (BCR)
 Mencari kemungkinan adanya masa didalam lumen rectum
 Menilai keadaan prostate
b. Laboratorium
 Urinalisa untuk melihat adanya infeksi, hematuria
 Ureum, creatinin, elektrolit untuk melihat gambaran fungsi ginjal
c. Pengukuran derajat berat obstruksi
 Menentukan jumlah sisa urin setelah penderita miksi spontan (normal sisa
urin kosong dan batas intervensi sisa urin lebih dari 100 cc)
 Pancaran urin (uroflowmetri)
Syarat : jumlah urin dalam vesika 125 s/d 150 ml. Angka normal rata-rata
10 s/d 12 ml/detik, obstruksi ringan 6-8 ml/detik.
d. Pemeriksaan lain
 BNO/IVP untuk menentukan adanya divertikel, penebalan bladder
 USG dengan Transuretraal ultrasonografi prostat (TRUS P) untuk
menentukan volume prostat
 Trans-abdominal USG : untuk mendeteksi bagian prostat yang menonjol
ke buloi-buli yang dapat dipakai untuk meramalkan derajat berat obstruksi
apabila ada batu dalam vesika.
 Cystoscopy untuk melihat adanya penebalan pada dinding bladder.
10. Penatalaksanaan
1. Observasi
Biasanya dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Pasien
dianjurkan untuk mengurangi minum setelah makan malam yang ditujukan
agar tidak terjadi nokturia, menghindari obat-obat dekongestan
(parasimpatolitik), mengurangi minum kopi dan tidak diperbolehkan minum
alkohol agar tidak terlalu sering miksi. Pasien dianjurkan untuk menghindari
mengangkat barang yang berat agar perdarahan dapat dicegah. Ajurkan pasien
agar sering mengosongkan kandung kemih (jangan menahan kencing terlalu
lama) untuk menghindari distensi kandung kemih dan hipertrofi kandung
kemih. Secara periodik pasien dianjurkan untuk melakukan control keluhan,
pemeriksaan laboratorium, sisa kencing dan pemeriksaan colok dubur
(Purnomo, 2011).
Pemeriksaan derajat obstruksi prostat menurut Purnomo (2011) dapat
diperkirakan dengan mengukur residual urin dan pancaran urin:
Residual urin, yaitu jumlah sisa urin setelah miksi. Sisa urin dapat
diukur dengan cara melakukan kateterisasi setelah miksi atau ditentukan
dengan pemeriksaan USG setelah miksi.
Pancaran urin (flow rate), dapat dihitung dengan cara menghitung
jumlah urin dibagi dengan lamanya miksi berlangsung (ml/detik) atau dengan
alat urofometri yang menyajikan gambaran grafik pancaran urin.
2. Terapimedikamentosa
Menurut Baradero dkk (2007) tujuan dari obat-obat yang diberikan pada
penderita BPH adalah :
a. Mengurangi pembesaran prostat dan membuat otot-otot berelaksasi
untuk mengurangi tekanan pada uretra
b. Mengurangi resistensi leher buli-buli dengan obat-obatan golongan
alfa blocker (penghambat alfa adrenergenik)
c. Mengurangi volum prostat dengan menentuan kadar hormone
testosterone/ dehidrotestosteron (DHT).
Adapun obat-obatan yang sering digunakan pada pasien BPH, menurut
Purnomo (2011) diantaranya : penghambat adrenergenik alfa, penghambat
enzin 5 alfa reduktase, fitofarmaka.
a. Penghambat adrenergenik alfa Obat-obat yang sering dipakai adalah
prazosin, doxazosin,terazosin,afluzosin atau yang lebih selektif alfa
1a (Tamsulosin). Dosis dimulai 1mg/hari sedangkan dosis tamsulosin
adalah 0,2-0,4 mg/hari. Penggunaaan antagonis alfa 1 adrenergenik
karena secara selektif dapat mengurangi obstruksi pada buli-buli
tanpa merusak kontraktilitas detrusor. Obat ini menghambat reseptor-
reseptor yang banyak ditemukan pada otot polos di trigonum, leher
vesika, prostat, dan kapsul prostat sehingga terjadi relakasi didaerah
prostat. Obat-obat golongan ini dapat memperbaiki keluhan miksi dan
laju pancaran urin. Hal ini akan menurunkan tekanan pada uretra pars
prostatika sehingga gangguan aliran air seni dan gejala-gejala
berkurang. Biasanya pasien mulai merasakan berkurangnya keluhan
dalam 1-2 minggu setelah ia mulai memakai obat. Efek samping yang
mungkin timbul adalah pusing, sumbatan di hidung dan lemah. Ada
obat-obat yang menyebabkan ekasaserbasi retensi urin maka perlu
dihindari seperti antikolinergenik, antidepresan, transquilizer,
dekongestan, obatobat ini mempunyai efek pada otot kandung kemih
dan sfingter uretra.
b. Penghambat enzim 5 alfa reduktase Obat yang dipakai adalah
finasteride (proscar) dengan dosis 1X5 mg/hari. Obat golongan ini
dapat menghambat pembentukan DHT sehingga prostat yang
membesar akan mengecil. Namun obat ini bekerja lebih lambat dari
golongan alfa bloker dan manfaatnya hanya jelas pada prostat yang
besar. Efektifitasnya masih diperdebatkan karena obat ini baru
menunjukkan perbaikan sedikit/ 28 % dari keluhan pasien setelah 6-
12 bulan pengobatan bila dilakukan terus menerus, hal ini dapat
memperbaiki keluhan miksi dan pancaran miksi. Efek samping dari
obat ini diantaranya adalah libido, impoten dan gangguan ejakulasi.
c. Fitofarmaka/fitoterapi Penggunaan fitoterapi yang ada di Indonesia
antara lain eviprostat. Substansinya misalnya pygeum africanum, saw
palmetto, serenoa repeus dll. Afeknya diharapkan terjadi setelah
pemberian selama 12 bulan dapat memperkecil volum prostat.

3. Terapi bedah
Pembedahan adalah tindakan pilihan, keputusan untuk dilakukan
pembedahan didasarkan pada beratnya obstruksi, adanya ISK, retensio urin
berulang, hematuri, tanda penurunan fungsi ginjal, ada batu saluran kemih dan
perubahan fisiologi pada prostat. Waktu penanganan untuk tiap pasien
bervariasi tergantung pada beratnya gejala dan komplikasi. Menurut Smeltzer
dan Bare (2002) intervensi bedah yang dapat dilakukan meliputi :
pembedahan terbuka dan pembedahan endourologi.
a. Pembedahan terbuka, beberapa teknik operasi prostatektomi terbuka
yang biasa digunakan adalah :
 Prostatektomi suprapubik
Adalah salah satu metode mengangkat kelenjar melalui insisi
abdomen. Insisi dibuat dikedalam kandung kemih, dan kelenjar
prostat diangat dari atas. Teknik demikian dapat digunakan untuk
kelenjar dengan segala ukuran, dan komplikasi yang mungkin terjadi
ialah pasien akan kehilangan darah yang cukup banyak dibanding
dengan metode lain, kerugian lain yang dapat terjadi adalah insisi
abdomen akan disertai bahaya dari semua prosedur bedah abdomen
mayor.
 Prostatektomi perineal
Adalah suatu tindakan dengan mengangkat kelenjar melalui
suatu insisi dalam perineum. Teknik ini lebih praktis dan sangat
berguan untuk biopsy terbuka. Pada periode pasca operasi luka bedah
mudah terkontaminasi karena insisi dilakukan dekat dnegan rectum.
Komplikasi yang mungkin terjadi dari tindakan ini adalah
inkontinensia, impotensi dan cedera rectal.
 Prostatektomi retropubik
Adalah tindakan lain yang dapat dilakukan, dengan cara insisi
abdomen rendah mendekati kelenjar prostat, yaitu antara arkus pubis
dan kandung kemih tanpa memasuki kandung kemih. Teknik ini
sangat tepat untuk kelenjar prostat yang terletak tinggi dalam pubis.
Meskipun jumlah darah yang hilang lebih dapat dikontrol dan letak
pembedahan lebih mudah dilihat, akan tetapi infeksi dapat terjadi
diruang retropubik.
b. Pembedahan endourologi, pembedahan endourologi transurethral dapat
dilakukan dengan memakai tenaga elektrik diantaranya:
 Transurethral Prostatic Resection (TURP)
Merupakan tindakan operasi yang paling banyak
dilakukan, reseksi kelenjar prostat dilakukan dengan transuretra
menggunakan cairan irigan (pembilas) agar daerah yang akan
dioperasi tidak tertutup darah. Indikasi TURP ialah gejala-
gejala sedang sampai berat, volume prostat kurang dari 90
gr.Tindakan ini dilaksanakan apabila pembesaran prostat terjadi
dalam lobus medial yang langsung mengelilingi uretra. Setelah
TURP yang memakai kateter threeway. Irigasi kandung kemih
secara terus menerus dilaksanakan untuk mencegah pembekuan
darah. Manfaat pembedahan TURP antara lain tidak
meninggalkan atau bekas sayatan serta waktu operasi dan
waktu tinggal dirumah sakit lebih singkat.Komplikasi TURP
adalah rasa tidak enak pada kandung kemih, spasme kandung
kemih yang terus menerus, adanya perdarahan, infeksi, fertilitas
(Baradero dkk, 2007).
 Transurethral Incision of the Prostate (TUIP)
Adalah prosedur lain dalam menangani BPH. Tindakan
ini dilakukan apabila volume prostat tidak terlalu besar atau
prostat fibrotic. Indikasi dari penggunan TUIP adalah keluhan
sedang atau berat, dengan volume prostat normal/kecil (30
gram atau kurang). Teknik yang dilakukan adalah dengan
memasukan instrument kedalam uretra. Satu atau dua buah
insisi dibuat pada prostat dan kapsul prostat untuk mengurangi
tekanan prostat pada uretra dan mengurangi konstriksi uretral.
Komplikasi dari TUIP adalah pasien bisa mengalami ejakulasi
retrograde (0-37%) (Smeltzer dan Bare, 2002).
c. Terapi invasive minimal Menurut Purnomo (2011)
terapi invasive minimal dilakukan pada pasien dengan resiko
tinggi terhadap tindakan pembedahan. Terapi invasive minimal
diantaranya Transurethral Microvawe Thermotherapy (TUMT),
Transuretral Ballon Dilatation (TUBD), Transuretral Needle
Ablation/Ablasi jarum Transuretra (TUNA), Pemasangan stent uretra
atau prostatcatt.
 Transurethral Microvawe Thermotherapy (TUMT)
Jenis pengobatan ini hanya dapat dilakukan di beberapa
rumah sakit besar. Dilakukan dengan cara pemanasan prostat
menggunakan gelombang mikro yang disalurkan ke kelenjar
prostat melalui transducer yang diletakkan di uretra pars
prostatika, yang diharapkan jaringan prostat menjadi lembek.
Alat yang dipakai antara lain prostat.
 Transuretral Ballon Dilatation (TUBD)
Pada tehnik ini dilakukan dilatasi (pelebaran) saluran
kemih yang berada di prostat dengan menggunakan balon
yang dimasukkan melalui kateter. Teknik ini efektif pada
pasien dengan prostat kecil,kurang dari 40 cm3. Meskipun
dapat menghasilkan perbaikan gejala sumbatan, namun efek
ini hanya sementar, sehingga cara ini sekarang jarang
digunakan.
 Transuretral Needle Ablation (TUNA)
Pada teknik ini memakai energy dari frekuensi radio
yang menimbulkan panas mencapai 100 derajat selsius,
sehingga menyebabkan nekrosis jaringan prostat. Pasien yang
menjalani TUNA sering kali mengeluh hematuri, disuria, dan
kadang-kadang terjadi retensi urine (Purnomo, 2011).
 Pemasangan stent uretra atau prostatcatth yang dipasang pada
uretra prostatika untuk mengatasi obstruksi karena
pembesaran prostat, selain itu supaya uretra prostatika selalu
terbuka, sehingga urin leluasa melewati lumen uretra
prostatika. Pemasangan alat ini ditujukan bagi pasien yang
tidak mungkin menjalani operasi karena resiko pembedahan
yangcukuptinggi
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang membutuhkan perawatan


tidak terlepas dari pendekatan dengan proses keperawatan. Proses keperawatan yaitu suatu
proses pemecahan yang dinamis dalam usaha untuk memperbaiki dan melihat pasien sampai
ketaraf optimum melalui suatu pendekatan yang sistematis untuk mengenal, membantu
memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan melalui langkah-langkah yaitu perencanaan,
pelaksanaan tindakan, dan evaluasi keperawatan yang berkesinambungan.

1. Pengkajian
a. Data biografi
Meliputi: Identitas pasien yaitu: nama, umur (biasanya meyerang
usia > 50 thn), jenis kelamin (menyerang laku-laki), agama, suku
atau bangsa, status perkawinan, pedidikan, pekerjaan, alamat, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pengkajian.
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama / alasan masuk rumah sakit: biasanya klien
mengeluh nyeri pada saat miksi, pasien juga mengeluh sering
BAK berulang-ulang (anyang-anyangan), terbangun untuk
miksi pada malam hari, perasaan ingin miksi yang sangat
mendesak, kalau mau miksi haru menunggu lama, harus
mengedan, kencing terputus-putus.
2. Riwayat kesehatan sekarang
 Pasien mengeluh sakit pada saat miksi dan harus menunggu
lama, dan harus mengedan
 Pasien mengeluh sering BAK berulang-ulang
 Pasien mengeluh sering terbangun untuk miksi pada malam
hari
 Pasien mengatakan BAK tidak terasa
 Pasien mengatakan tidak bisa melakukan hubungan seksual
3. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah pasien pernah menderita BPH sebelumnya dan apakah
pasien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Mungkin diantara keluarga pasien sebelumnya ada yang
menderita penyakit yang sama dengan penyakit pasien
sekarang.
c. Pemeriksaan Fisik
Pada waktu melakukan inspeksi keadaan umum pasien mengalami
tanda-tanda penurunan mental seperti neuropati perifer. Pada waktu
palpasi adanya nyeri tekan pada kandung kemih.
1. Sirkulasi
Tanda: peninggian tekanan darah (efek pembesaran ginjal)
2. Eliminasi
Gejala :
 Penurunan kekuatan/dorongan aliran urine tetesan
 Keragu-raguan pada berkemih awal
 Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih
dengan lengkap, dorongan dan frekuensi berkemih
 Nokturia, dysuria, hematuria
 Duduk untuk berkemih
 Infeksi saluran kemih berulang, riwayat batu (statis
urinaria)
 Konstipasi (protrusi prostat kedalam rectum)
Tanda :
 Masa padat dibawah abdomen bawah (distensi kandung
kemih), nyeri tekan kadung kemih
 Hernia inguinalis, hemorroid (mengaibatkan
peningkatan tekanan abdominal yang memerlukan
pengosongan kandung kemih mengatasi tahanan)
3. Makanan/cairan
Gejala :
 Anoreksia, mual, muntah
 Penurunan berat badan
4. Nyeri/kenyamanan
Gejala :
 Nyeri suprapubik, panggul atau punggung, tajam, kuat
(pada prostat akut)
 Nyeri punggung bawah
5. Keamanan
Gejala :
 Demam
6. Seksualitas
Gejala :
 Masalah tentang efek kondisi / penyakit kemampuan
seksual
 Takut inkontinensia / menetes selama hubungan intim
 Penurunan kekuatan kontraksi ejakulasi
7. Penyuluhan dan pembelajaran
Gejala :
 Riwayat keluarga kanker, hipertensi, penyakit ginjal
 Penggunaan antihipersensitif atau antidefresan,
antibiotik urinaria atau gen antibiotik, obat yang dijual
bebas, batuk flu / alergi obat mengandung
simpatomimetik
8. Aktifitas/istirahat
 Riwayat pekerjaan
 Lamanya istirahat
 Aktifitas sehari-hari
 Pengaruh penyakit terhadap aktifitas
 Pengaruh penyakit terhadap istirahat
9. Hygiene
 Penampilan umum
 Aktifitas sehari-hari
 Kebersihan tubuh
 Frekuensi mandi
10. Integritas ego
 Pengaruh penyakit terhadap stress
 Gaya hidup
 Masalah finansial
11. Neurosensori
 Apakah ada sakit kepala
 Status mental
 Ketajaman penglihatan
12. Pernapasan
 Apakah ada sesak napas
 Riwayat merokok
 Frekuensi pernapasan
 Bentuk dada
 Auskultasi bunyi nafas
13. Interaksi sosial
 Status perkawinan
 Hubungan dalam masyarakat
 Pola interaksi keluarga
 Komunikasi verbal / non verbal

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1) Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan sumbatan saluran
pengeluaran pada kandung kemih
2) Nyeri akut berhubngan dengan spasme kandung kemih
3) Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan sebagai efek
skunder dari prosedur pembedahan

3. Rencana Asuhan Keperawatan


NO TGL DIAGNOSA NOC NIC
Gangguan Gangguan eliminasi urine Urinary Retention Care
eliminasi urine Ellimination pattern 1. Kaji keluhan klien
1 Urinary elimintion 2. Kaji input output cairan
Batasan Karakteristik 3. Lakukan Bladder Training
1. Ballance cairan 4. Memantau asupan dan
seimbang 2. Dapat keluaran cairan
mengosongkan kandung 5. Menyediakan waktu
kemih secara keseluruhan untuk pengosongan kandung
3. Tidak ada nyeri saat kemih
buang air kecil 6. Pemasangan kateter
4. Tidak ada retensi urine
2 Nyeri akut Nyeri Akut Pain level 1. Lakukan pengkajian nyeri
Pain control Control level yang komperehensif meliputi
Batasan Karakteristik lokasi, karakteristik, durasi,
1. Dapat mengungkapkan frekuaensi, kualitas,
bahwa nyeri berkurang intensitas, atau keparahan
2. Menunjukkan nyeri, dan faktor
perubahan tonus otot presipitasinya.
( tidak lemas dan kaku ) 2. Berikan informasi tentang
3. Menyatakan rasa nyeri, seperti penyebab
nyaman setelah nyeri nyeri, berapa lama akan
berkurang.ke sering berlangsung, dan antisipasi
menunjukkan ketidaknyamanan akibat
prosedure.
3. Informasikan kepada
pasien tentang prosedur yang
dapat meningkatkan atau
menurunkan nyeri dan
tawarkan stretegi koping
yang disarankan.
4. Kelola nyeri pasca bedah
awal dengan pemberian obat
yang terjadwal (misalnya
setiap 4 jam sekali selama
3hari)
5. Gunakan tindakan
pengendali nyeri.
Resiko infeksi
Pengendalian resiko 1. Perawatan luka insisi
3. Resiko infeksi komunitas penyakit membersikan, memantau,
menular Status immune dan memfasilitasi
Pengendalian resiko penyembuhan luka yang
infeksi ditutup dengan jahitan.Dan
Batasan Karakteristik mencegah terjadinya
1. Klien bebas dari gejala komplikasi pada luka dan
infeksi ( Rubor, Kolor, memfasilitasi proses
dolor, tumor, penyembuhan luka.
fungsiolaisa ) 2. Pengendalian infeksi
2. Menunjukkan perilaku meminimalkan penyebaran
hidup sehat yang adekuat dan penularan agens
3.Menindikasi status infeksius 3. Pantau tanda dan
gastrointestinal, gejala infeksi
pernapasan, genitourinaria, 4. Pantau hasil laboratorium
dan imun dalam batas 5. Amati tampilan praktik
normal higine personal untuk
perlindungan terhadap
infeksi

Trans Uretra Resection of the Prostat


1. Pengertian

Suatu opersi pengangkatan jaringan prostat lewat uretra menggunakan resektoskop.


TRUP dapat dipakai sebagai standart untuk mengurangi bladder outlet obstruktion (BOO)
scondari to bph. Trup merupakan metode paling sering digunakan dimana jaringan prostat
yang menyumbat dibuang melalui sebuah alat yang dimasukkan melalui uretra.

2. Indikasi TRUP
Secara umum indikasi untuk metode TRUP adalah pasien dengan gejala sumbatan
yang menetap akibat pembesaran prostat atau tidak bisa diobati dengan terapi obat lagi.
Operasi dilakukan pada prostat dengan pembesaran 30-60 gr. Alasan dilakukan TRUP karena
prostat mengalami pembesaran dan harus dilakukan TRUP guna mengeruk prostat tersebut.

3. Dampak TRUP
- Pola presepsi dan tata laksana hidup sehat. Timbulnya perubahan pemeliharaan kesehatan
karena tirah baring selama 24 jam pasca TRUP.
- Pola nutrisi dan metabolisme pasien yang dilakukan anastesi SAB tidak boleh makan dan
minum sebelum flatus
- Pola eliminasi terjadi hematuria
- pola reproduksi seksual
- pola hubungan dan peran

4. Waktu yang tepat dilakukan TRUP


Prosedur ini dilakukan dengan anastesi reguonal atau umum dan membutuhkan
perawatna inap selama 1-2 hari post TRUP. Proses TRUP tidak boleh lebih dari 1 jam.

5. peran perawat dalam proses TRUP


Perawat tidak berwenang dalam proses TRUP karena yang berwenang adalah dokter.
Perawat hanya membantu dokter dalam proses TRUP dan perawat berwenang untuk merawat
pasien pasca TRUP.

Format Asuhan Keperawatan


PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN

BHAKTI WIYATA KEDIRI

PENGKAJIAN KEPERAWATAN DASAR

Tanggal MRS : 6 oktober Jam Masuk :10.32

TanggalPengkajian : 8 oktober No. RM : 03102020

Jam Pengkajian : 09.00 Diagnosa Medis : BPH

I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Tn.J

Umur : 45 th

Jenis Kelamin : laki-laki

Suku/ Bangsa : jawa

Agama : islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : WIRASWASTA

Status Perkawinan : SUDAH MENIKAH

Alamat : Dsn.koripan rt 03 rw 02 Kab. Kediri


     

IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB

Nama : ROKHAYAH

Umur : 43 th

Pekerjaan : WIRASWASTA

Pendidikan : SMA

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Dsn.koripan rt 03 rw 02 Kab. Kediri

Hubungan dengan pasien  : Istri

II. RIWAYAT PENYAKIT


1. KELUHAN UTAMA :
a. Saat Masuk Rumah Sakit

: Px mengatakan bahwa belum kencing selama 2 hari, mengeluh kesakitan

b. Saat Pengkajian

: Px mengeluh kesakitan, belum BAK sejak 2 hari, VU terasa penuh

2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG → Kronologis dari penyakit yang diderita saat ini
mulai awal hingga di bawa ke RS secara lengkap meliputi (PQRST) :
a. P = Provoking atau Paliatif
Pada saat melakukan aktifitas yang berat

b. Q = Quality
Nyeri seperti ditusuk tusuk

c. R = Regio
Pada kandung kemih
d. S = Severity
6

e. T = Time
Kadang dan akan muncul saat melakukan aktifitas yang berat

MenurutAhency for Health Care Polcy and Research

No Intensitas Nyeri Diskripsi

1 Tidak Nyeri Pasien mengatakan tidak nyeri

2 Nyeri Ringan Pasien mengatakan sedikit nyeri atau


ringan

Pasien nampak gelisah

3 Nyeri Sedang Pasien mengatakan nyeri masih bisa ditahan /


sedang

Pasien nampak gelisah

Pasien mampu sedikit berpartisipasi dlm


keperawatan

4 Nyeri Berat Pasien mengatakan nyeri tidak dapat ditahan /


berat

Pasien sangat gelisah

Fungsi mobilitas dan perilaku pasien

Berubah

5 Nyeri Sangat Pasien mengataan nyeri tidak tertahankan /


Berat sangat berat

Perubahan ADL yang mencolok


(Ketergantungan), putusasa
3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
1. Pernah dirawat : ya tidak kapan :…......…
Diagnosa :…………......

2. Riwayat penyakit kronik dan menular ya tidakJenis……………………


Riwayat kontrol : .............................

Riwayat penggunaan obat :..............

3. Riwayat alergi : ya tidak jenis……………………


4. Riwayat operasi : ya tidak kapan……………………

4. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Ya Jenis penyakit…………………

Tidak

III. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1. Pemeriksaan Tanda tanda vital

TD : 130/80 mmHg

ND : 85 x/menit

SH : 36,6 C

RR : 20 x/menit

BB : 60 kg

TB : 160 cm

Kesadaran : ComposMentis Somnolen

Sopor Koma Apatis


2. Keadaan Umum

Lemah

3. HEAD TO TOE

KEPALA

Bentuk kepala simetris tidak

Ketombe ada tidak

Kotoran pada kulit kepala ada tidak

Pertumbuhan rambut merata tidak

Lesi ada tidak

Nyeri tekan ya tidak

KULIT

Kulit ikterik sianos kemerahan hiperpigmentasi

Turgor kulit baik kurang jelek

Lesi ada tidak

Oedema ya tidak

Peradangan ya tidak

PENGLIHATAN

Bola mata simetris tidak

Pergerakan bola mata normal tidak

Refleks pupil terhadap cahaya normal tidak

Kornea bening tidak

Konjungtiva anemis tidak

Sclera ikterik tidak


Pupil isokor anisokor

ketajaman pengelihatan normal tidak

PENCIUMAN/PENGHIDUNG

Bentuk simetris tidak

Fungsi penciuman baik tidak

Peradangan ada tidak

Polip ada tidak

Perdarahan ya tidak

PENDENGARAN/TELINGA

Bentuk daun telinga simetris tidak

Letak simetris tidak

Peradangan ada tidak

Fungsi pendengaran baik tidak

Serumen ada tidak

Cairan ada tidak

Perdarahan ya tidak

MULUT

Mulut bersih kotor berbau

Bibir pucat cyanosis merah

Mukosa bibir lembab kering stomatitis


Gigi bersih tidak

Gusi berdarah ya tidak

Tonsil radang tidak

Lidah tremor ya tidak

Fungsi pengecapan baik tidak

LEHER

Benjolan/massa ada tidak

Kekakuan ya tidak

Nyeri tekan ya tidak

Kedudukantrachea normal tidak

Gangguanbicara ada tidak

DADA/PERNAFASAN

PARU

Inspeksi

Keluhan : sesak nyeri waktu nafas

Batuk produktif Kering Darah

Sekret :…….. Konsistensi :......................

Warna :.......... Bau :..................................

Irama nafas : teratur tidak teratur

Pola Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes

Bentuk dada Simetris Asimetris


Bentuk thorax Normal chest Pigeon chest

Funnel chest Barrel chest

Retraksi Intercosta ya tidak

RetraksiSuprasternal ya tidak

Pernafasancupinghidung ya tidak

Alatbantu napas ya tidak

Jenis................... Flow..............lpm

Palpasi

Pemeriksaan taktil / vokal fremitus :Getaran antara kanan dan kiri teraba (sama / tidak
sama), lebih bergetar pada sisi........................

Perkusi

Area paru : ( sonor / hipersonor / dulness )

Auskultasi

Suara nafas :

Area Vesikuler Bersih Halus Kasar

Area Brochial Bersih Halus Kasar

Area Bronkovesikuler Bersih Halus Kasar

Suara tambahan :

CraklesRochi Wheezing Pleural Friction rub

JANTUNG

Inspeksi

Ictus Cordis( + / - ), pelebaran................. cm


Palpasi

Pulsasi pada dinding tórax teraba( Lemah / Kuat / Tidak teraba )

Perkusi

Batas – batas jantung normal adalah :

Batas atas :................................( N = ICS II )

Batas bawah :................................( N = ICS V )

Batas Kiri :................................( N = ICS V MidclavikulaSinistra )

Batas Kanan :................................( N = ICS IV MidsternalisDextra )

Auskultasi

BJ I terdengar(tunggal/ganda), (Keras/lemah), (reguler/irreguler)

BJ II terdengar(tunggal/ganda), Keras/lemah), (reguler/irreguler)

Bunyi jantung tambahan :

BJ III (+ / -), Gallop Rhythm (+ / -), Murmur (+ / -)

Keluhan lain terkait dengan jantung :

a. Keluhannyeri dada ya tidak

b. Irama jantung reguler ireguler

S1/S2 tunggal ya tidak

c. CRT :<2detik

d. Akral hangat panas dingin

kering basah

e. JVP normal meningkat menurun

f. Clubbing Finger ya tidak


ABDOMEN

Bentuk simetris tidak

Abdomen tegang kembung ascites

Nyeri tekan ya tidak

Peristaltik usus : ..........................x/menit

Oedem ya tidak

REPRODUKSI

Radang pada genitalia eksterna ya tidak

Lesi ya tidak

Siklus menstruasi teratur tidak

Pengeluaran cairan ya tidak

EKSTREMITAS ATAS/BAWAH

Pembatasan gerak ya tidak

Varises ada tidak

Tromboplebitis ada tidak

Nyeri ya tidak

Kemerahan ya tidak

Kelemahan tungkai/tidak ya tidak

Kekuatan otot

5 5

5 5
Oedem

5 5

5 5

IV. POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN

a. Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

Pemenuhan
No makan dan Sebelum Sakit Setelah Sakit
Minum

1 Jumlah / Waktu Pagi : 1x Pagi : 1x

Siang : 1x Siang : 1x

Malam : 1x Malam : -

2 Jenis Nasi : nasi putih Nasi : nasi,bubur

Lauk : Lauk : lauk di rs


ikan,tempe,tahu dll
Sayur : sayur di rs
Sayur :
Infus : rl
bayam,kangkung dll

Minum : air putih,teh

3 Pantangan / - -
Alergi

4 Kesulitan makan - -
dan minum

5 Usaha untuk - -
mengatasi
masalah

b. Pola Eliminasi

Pemenuhan
No Eliminasi Sebelum Sakit Setelah Sakit
BAB / BAK

1 Jumlah / Waktu 4-5xsehari Belum bak selama 2


hari

2 Warna Kuning Kemerah merahan

3 Bau Khas Khas

4 Konsistensi Cair Cair

5 Masalah Tidak ada Ada


eliminasi

6 Cara mengatasi Tidak ada Perawattan di rs


masalah

c. Pola Istirahat Tidur

Pemenuhan
No Sebelum Sakit Setelah Sakit
Istirahat Tidur

1 Jumlah / Waktu Pagi :0jam Pagi :0jam

Siang :1jam Siang :1-2jam

Malam :8jam Malam : 10jam

2 Gangguan tidur Tidak ada Pada saat nyeri kambuh


px susah tidur

3 Upaya Tidak ada Atur pola pernafasan


mengatasi dan memberikan
masalah minyak kayu putih pada
gangguan tidur bagian yg nyeri untuk
mengurangi nyeri

4 Hal yang Tidak ada Tidak ada


mempermudah
tidur

5 Hal yang Tidak ada Tidak ada


mempermudah
bangun

d. Pola Kebersiah diri / Personal Hygiene

Pemenuhan
No Personal Sebelum Sakit Setelah Sakit
Hygiene

1 Frekuensi 3-4x/minggu 2-3x/minggu


mencuci rambut

2 Frekuensi 3x/hari 1-2/hari


Mandi

3 Frekuensi Setiap mandi 2x/hari


Gosok gigi

4 Memotong kuku 1x/minggu -

5 Ganti pakaian 3x/hari 2x/hari

e. Merokok ya tidak

f. Alkohol ya tidak

V.PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya

Cobaan Tuhan hukuman lainnya

b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya

Murung/diam gelisah

tegang marah/menangis
c. Reaksi saat interaksi Kooperatif
tidak kooperatif
curiga
d. Gangguan konsep diri ya tidak

MasalahKeperawatan:.............................................................................................

VI. PENGKAJIAN SPRIRITUAL

Kebiasaan beribadah

a. Sebelum sakit sering kadang- kadang tidak pernah

b. Selama sakit sering kadang- kadang tidak pernah

Masalah Keperawatan :...........................................................................

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

LABORATORIUM :

A. Darah Lengkap

Leukosit : 8,04 ( N : 3.500 - 10.000 mL )

Eritrosit : 5,00( N : 1,2 juta - 1,5 juta )

Trombosit : 286 ( N : 150.000 – 350.000 / mL )

Hemoglobin : 14,7 ( N : 11,0 – 16,3 gr / dl )

Hematrokit : 42,7 ( N : 35,0 – 50 gr / dl )

B. Kimia Darah

Ureum : 25,4 ( N : 10 – 50 mg / dl )

Creatinin : 0,99 ( N : 07 – 1,5 mg / dl )

SGOT : 13 ( N : 2 – 17 )
SGPT : 23 ( N : 3 – 19 )

BUN : 11,9 ( N : 20 – 40 / 10 – 20 mg / dl )

Bilirubin : - ( N : 1,0 mg / dl )

Total Protein : - ( N : 6,7 – 8,7 mg / dl )

GD Puasa : - ( N : 100 mg / dl )

GD 2 JPP :177 ( N : 140 – 180 mg / dl )

C. Analisa aelektrolit

Natrium :..........................( N : 136 – 145 mmol / l )

Kalium :..........................( N : 3,5 – 5,0 mml / l )

Clorida :..........................( N : 98 – 106 mmol / l )

Calsium :..........................( N : 7,6 – 11,0 mg / dl )

Phospor :..........................( N : 2,5 – 7,07 mg / dl )

PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG LAIN :

Jenis pemeriksaan Hasil

Foto Rontgent

USG

EKG

EEG

CT- Scan

MRI

Endoscopy

Lain – lain
TERAPI YANG TELAH DIBERIKAN

Nama Obat Dosis Nama Obat Dosis

DATA TAMBAHAN LAIN :

................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
...............................................................................

DAFTAR PRIORITAS MASALAH

1. Gangguan eliminasi urin

2. Nyeri akut

Kediri,oktober 2020
(Eko tulus w)

ANALISA DATA

N DATA ETIOLOGI MASALAH


O

1 Ds: BPH Gangguan


eliminasi
 px mengatakan px belum BAK 2 hari Pembesaran prostat
urin
 px mengatakan bahwa nyeri saat
penyimpanan lumen uretra pars
BAK
prostatika
 px mengatakan vu terasa penuh
 px mengatakan ingin BAK namun menghambat aliran urin
tidak bisa BAK tidak lancar

gangguan eliminasi urin


Do:
 RR: 20x/ menit
N : 85x/ menit
 Px tampak gelisah

2 Ds: Gangguan eliminasi urin Nyeri akut

 px mengatakan nyeri di bagian Kontraksi tidak adekuat


kandung kemih
Retensi urin
 px mengatakan nyerinya hilang timbul
 px mengatakan nyeri saat melakukan Refluksi urin
sesuatu yang berat
Tekanan mekanis
Do:
Persepsi nyeri
 P : saat melakukan aktifitas yang berat
Nyeri akut
 Q: nyeri seperti di tusuk-tusuk
 R : pada kandung kemih
 S:6
 T : kadang dan akan muncul saat
melakukan aktifitas yang berat
 Px tampak lemah
 CRT <2dtk
 Akral hangat
 Pasien tampak pucat
 TTV. N: 85x/ dtk
RR: 20x/ mnit
S: 36,6oC
 BB: 60 kg
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn.J

No Rekam Medis : 03102020

Hari Rawat ke :

N DX KEP TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


O

1 Gangguan eliminasi Setelah dilakukan asuhan 1) Observasi


urin keperawatan selama 3 kali 24  Identifkasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine
jam, maka diharapkan  Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau
gangguan eliminasi urin inkontinensia urine
membaik  Monitor eliminasi urine (mis. frekuensi, konsistensi, aroma,
dengan kriteria hasil: volume, dan warna)
2) Terapeutik
1) Sensasi berkemih
 Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
meningkat
 Batasi asupan cairan, jika perlu
2) Desakan berkemih
 Ambil sampel urine tengah (midstream) atau kultur
(urgensi) menurun
3) Distensi kandung kemih 3) Edukasi
menurun  Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
4) Volume residu urin  Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
menurun  Anjurkan mengambil specimen urine midstream
5) Disurea menurun  Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat
untuk berkemih
 Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot
pinggul/berkemihan
 Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
 Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
4) Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian obat suposituria uretra jika perlu


2 Nyer akut Setelah dilakukan tindakan 1) Observasi
kenyamanan diharapkan  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan
pasien : intensitas nyeri.
 Identifikasi skala nyeri.
1. Keluhan nyeri menurun
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.
menjadi skala 4 s/d 0
2. Gelisah menurun  Monitor efek samping penggunaan analgetik.

3. Tekanan darah membaik  Identifikasi riwayat alergi obat

menjadi 120/80 Mmhg  Monitor ttv sebelum dan sesudan diberikan obat
 Monitor efektifitas pemberian analgesik
 Monitor keberhasilan terapi komplementeryang sudah diberikan
2) Teraupetik
 Berikan teknin non farmakologi (relaksasi nafas dalam)
 Fasilitas istirahat tidur
3) Edukasi
 Ajarkan teknik nonfarmakologi
4) Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgetik
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn.J

No Rekam Medis : 03102020

Hari Rawat ke : pertama (1)

No Hari /Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Paraf


Dx
1 Gangguan Observasi S:
eliminasi urin  px mengatakan kandung kemih masih
8.00  Mengidentifkasi tanda dan
terasa penuh
gejala retensi atau
 pasien mengatakan masih ingin BAK
inkontinensia urine
namun tidak bisa
8.10  Mengidentifikasi faktor yang
O:
menyebabkan retensi atau
inkontinensia urine  Tanda-Tanda Vital :

8.15  Memonitor eliminasi urine TD : 120/80 Mmhg

(mis. frekuensi, konsistensi, ND : 85 x/m

aroma, volume, dan warna) SB: 36,6℃


RR : 20x/m
Terapeutik
 CRT : < 2 detik
 Px terpasang kateter
 Mencatat waktu-waktu dan
8.20
haluaran berkemih A : Masalah belum teratasi

8.25 P : lanjutkan intervensi


 Batasi asupan cairan, jika perlu
 Mengambil sampel urine
8.30 tengah (midstream) atau
kultur

Edukasi

 Mengajarkan
8.30
mengukur asupan cairan dan
haluaran urine
8.35  Menganjurkan
mengambil specimen urine
midstream

 Mengajarkan
8.40
mengenali tanda berkemih dan
waktu yang tepat untuk
berkemih

8.45  Mengajarkan terapi


modalitas penguatan otot-otot
pinggul/berkemihan

8.50  Menganjurkan minum


yang cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
 Menganjurkan
mengurangi minum menjelang
tidur

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian obat


suposituria uretra jika perlu
2 Nyeri akut 09.00 Observasi S:
 Mengidentifikasi lokasi,  Px mengatakan nyeri berkurang,
09.15 karakteristik, durasi, frekuensi, nyeri terasa tidak seperti biasanya.
kualitas, dan intensitas nyeri.  Px mengatakan terapi relaksasi
09.30  Mengidentifikasi skala nyeri. nafas dalam sangat membantu
 Mengidentifikasi faktor yang O :
11.20 memperberat dan memperingan  Tanda-Tanda Vital :
nyeri. TD : 130/80 Mmhg
11.40  Memonitor efek samping ND : 85 x/m
penggunaan analgetik. SB: 36,6℃
12.00  Mengidentifikasi riwayat alergi RR : 20x/m
obat CRT : < 2 detik
13.00  Memonitor ttv sebelum dan  PQRST :
sesudan diberikan obat P : nyeri saat melakukan aktifitas
 Memonitor efektifitas sudah berkurang
pemberian analgesik Q : tertusuk –tusuk
 Memonitor keberhasilan terapi R : pada kandung kemih
komplementer yang sudah S : skala nyeri 5
diberikan T : hilang timbul
Teraupetik  Infus RL ( ringer laktat) 500ml/6
 Memberikan teknin non jam/ 30 Tpm.
farmakologi (relaksasi nafas A : masalah teratasi sebagian
dalam) P : lanjutkan intervensi
 Memfasilitas istirahat tidur
Edukasi
 Mengajarkan teknik non
farmakologi (relaksasi nafas
dalam)
Kolaborasi

Berkolaborasi pemberian dosis dan


jenis analgetik

Nama Klien : Tn.J

No Rekam Medis : 03102020

Hari Rawat ke : kedua (2)


No Hari /Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Dx
1 Gangguan Observasi S:
eliminasi urin  Px px mengatakan kandung
8.00  Mengidentifkasi tanda dan
kemih sudah tidak terasa penuh
gejala retensi atau
 O:
inkontinensia urine
 Tanda-Tanda Vital :
8.05  Mengidentifikasi faktor yang
TD : 120/80 Mmhg
menyebabkan retensi atau
ND : 80 x/m
inkontinensia urine
SB: 36,6℃
 Memonitor eliminasi urine
RR : 20x/m
8.10 (mis. frekuensi, konsistensi,
CRT : < 2 detik
aroma, volume, dan warna)
 Px terpasang kateter

Terapeutik  Infus RL ( ringer laktat) 500ml/6


jam/ 30 Tpm.
8.15  Mencatat waktu-waktu dan A : masalah teratasi sebagian
haluaran berkemih P : lanjutkan intervensi
8.20  Batasi asupan cairan, jika perlu
 Mengambil sampel urine
8.25 tengah (midstream) atau
kultur
Edukasi

8.30  Mengajarkan
mengukur asupan cairan dan
haluaran urine

 Menganjurkan
8.35
mengambil specimen urine
midstream

 Mengajarkan
8.40
mengenali tanda berkemih dan
waktu yang tepat untuk
berkemih

8.45  Mengajarkan terapi


modalitas penguatan otot-otot
pinggul/berkemihan

 Menganjurkan minum
8.50
yang cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
8.55  Menganjurkan
mengurangi minum menjelang
tidur

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian obat


8.57
suposituria uretra jika perlu
2 Nyeri akut 09.00 Observasi S:
 Mengidentifikasi lokasi,  Px mengatakan nyeri berkurang,
09.15 karakteristik, durasi, frekuensi, nyeri terasa tidak seperti biasanya.
kualitas, dan intensitas nyeri.  Px mengatakan terapi relaksasi
09.30  Mengidentifikasi skala nyeri. nafas dalam sangat membantu
 Mengidentifikasi faktor yang O :
11.20 memperberat dan memperingan  Tanda-Tanda Vital :
nyeri. TD : 120/80 Mmhg
11.40  Memonitor efek samping ND : 80 x/m
penggunaan analgetik. SB: 36,6℃
12.00  Mengidentifikasi riwayat alergi RR : 20x/m
obat CRT : < 2 detik
13.00  Memonitor ttv sebelum dan  PQRST :
sesudan diberikan obat P : nyeri saat melakukan aktifitas
 Memonitor efektifitas yang berat
pemberian analgesik Q : sudah berkurang
 Memonitor keberhasilan terapi R : pada kandung kemih
komplementer yang sudah S : skala nyeri 3
diberikan T : terkadang masih hilang timbul
Teraupetik  Infus RL ( ringer laktat) 500ml/6
 Memberikan teknin non jam/ 30 Tpm.
farmakologi (relaksasi nafas A : masalah teratasi sebagian
dalam) P : lanjutkan intervensi
 Memfasilitas istirahat tidur
Edukasi
 Mengajarkan teknik non
farmakologi (relaksasi nafas
dalam)
Kolaborasi
 Berkolaborasi pemberian
dosis dan jenis analgetik
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, Aziz. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika.

Arifiyanto, Davit, 2018. Asuhan Keperawatan Paien Dengan Masalah BPH. http:/dafid-
pekajangan.blogspot.com/2008/03/askep-klien-bph-htmlretrievedat5januari2011

Brunner and Sudart, (2010). Text Book Of Medical Surgical Nursing 12 th Edition. China :
LWW.

Doenges, Marilyn E. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan. Ed. 3. Jakarta : EGC.

NANDA, alih Bahasa Made Sumarwati dan Nike Budhi Subekti.2012.NANDA International
Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperwatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction.

Nursalam 2013. Konsep Penerapan Metodologi Penelitian umum Keperawatan. Jakarta :


Salemba.

Sjamsuhidajat and Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. 3rd ed.; 2014:95-98.

Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa
Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai