Oleh :
DIMAS BIMAYAKTI
40220007
1
A. Definisi
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak
selama kehamilan dengan usia lebih dari 20 minggu (Helen Varney, 2007).
proteinuria yang timbul pada wanita hamil dengan usia kehamilan lebih dari 20
B. Etiologi
sebagai berikut :
4. Diabetes melitus.
6. Kehamilan kembar.
7. Mola hidatidosa.
2
9. Riwayat keluarga dengan hiperetensi sebagai pengaruh kehamilan.
1. Faktor predisposisi
Penyebab pre eklamsia belum diketahui secara pasti, penyakit ini masih disebut
antara lain:
4) Status sosial ekonomi: pre eklamsia dan eklamsia lebih umum ditemui pada
fetalis.
antibody.
C. Patofisiologi
pembuluh darah ke semua organ, fungsi fungsi organ seperti plasenta, ginjal, hati
glomerolus, protein keluar melalui urin, asam urat menurun, garam dan air di
volume darah, edema berat dan berat badan naik dengan cepat.
epigastrium atau nyeri pada kuadran atas. Ruptur hepar jarang terjadi tetapi
merupakan komplikasi yang hebat dari PIH, enzim enzim hati seperti SGOT dan
menimbulkan symptom visual seperti skotoma (blind spot) dan pandangan kabur.
D. Manifestasi Klinis
2. Penglihatan kabur.
4
5. Tekanan darah akan meningkat lebih tinggi.
ringan diantaranya:
1. Kenaikan tekanan darah sistolik 140 mmHg sampai kurang dari 160 mmHg;
3. Edema (penimbunan cairan) pada betis, perut, punggung, wajah atau tangan.
11.Koma.
E. Pemeriksaan penunjang
c. Pemeriksaan edema.
5
d. Pengukuran tinggi fundus uteri.
e. Pemeriksaan funduskopik.
b. Uji laboratorium.
aminotranferase).
1. Roll-over test.
6
F. WOC
G. Penatalaksanaan 7
Manuaba dkk (2013), menjelaskan beberapa penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada
1. Hipertensi ringan
Kondisi ini dapat diatasi dengan berobat jalan. Pasien diberi nasehat untuk
menurunkan gejala klinis dengan tirah baring 2x2 jam/hari dengan posisi miring.
Untuk mengurangi darah ke vena kava inferior, terjadi peningkatan darah vena untuk
ginjal dan meningkatkan produksi urin.Pasien juga dianjurkan segera berobat jika
terdapat gejala kaki bertambah berat (edema), kepala pusing, gerakan janin terasa
2. Hipertensi Berat
Dalam keadaan gawat, segera masuk rumah sakit, istirahat dengan tirah baring ke satu
sisi dalam suasana isolasi. Pemberian obat-obatan untuk menghindari kejang (anti
pemberian antasida.
3. Hipertensi kronis
Pengobatan untuk hipertensi kronis adalah di rumah sakit untuk evaluasi menyeluruh,
1. Anjurkan melakukan latihan isotonik dengan cukup istirahat dan tirah baring.
8
3. Diet makanan yang sehat dan seimbang, yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang
lemak.
4. Menganjurkan agar ibu melakukan pemeriksaan secara teratur, yaitu minimal 4 kali
selama masa kehamilan. Tetapi pada ibu hamil dengan hipertensi dianjurkan untuk
melakukan
5. pemeriksaan kehamilan yang lebih sering, terutama selama trimester ketiga, yaitu
ketiga, dan kemudian menjadi sekali seminggu pada bulan terakhir kehamilan.
terdapat tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg dan tekanan darah diastoliknya
tekanan darah sistolik menjadi di bawah 160 mmHg dan diastolik di bawah 100
mmHg. Akan tetapi bila sudah ada kerusakan organ akibat hipertensi sebelumnya,
maka terapi farmakologi dimulai bila tekanan darahnya melebihi 139/89 mmHg
memiliki khasiat antihipertensi yang sedang dengan onset kerja yang lama. Labetalol
memiliki onset kerja lebih cepat daripada metildopa, serta direkomendasikan sebagai
terapi lini pertama. Selain labetalol, golongan obat antihipertensi lainnya dari
kelompok beta blocker seperti metoprolol dan nadolol juga dapat digunakan untuk
9
tatalaksana hipertensi pada kehamilan yang disertai dengan penyakit jantung.
Magnesium sulfat dapat ditambahkan ke dalam regimen terapi pada wanita hamil
Obat antihipertensi yang harus dihindari pada kehamilan adalah obat antihipertensi
golongan ACE inhibitor (misalnya captopril, lisinopril). Hal ini disebabkan karena
terdapatnya risiko kerusakan atau kematian janin bila digunakan pada trimester kedua
atau ketiga. Selain itu, penggunaan ACE inhibitor pada trimester pertama akan
meningkatkan risiko malformasi sistem saraf pusat dan kardiovaskuler pada janin.
irbesartan, candesartan, dan losartan juga tidak disarankan untuk digunakan pada
Sementara itu obat antihipertensi golongan diuretika seperti HCT tidak menyebabkan
malformasi janin akan tetapi dapat menghalangi ekspansi volume fisiologis normal
10
A. Pengkajian
a. Sirkulasi
(trombositopenia).
b. Eliminasi
Fungsi ginjal mungkin menurun (kurang dari 400ml/24jam) atau tidak ada.
c. Makanan/cairan
Mual, muntah. Penambahan berat badan 2+1b [0,9072kg] atau lebih dalam
Malnutrisi (kelebihan atau kurang berat badan 20% atau lebih besar),
Diabetes melitus.
d. Neurosensori
e. Nyeri/ketidaknyamanan
f. Penapasan
11
g. Keamanan
i. Seksualitas
j. Penyuluhan/pembelajaran
Remaja (di bawah usia 15 tahun) dan primigravida lansia (usia 35 tahun
(HKK).
B. Pemeriksaan Diagnostik
b. Tes presor supine (tes rollever) : dapat digunakan untuk memeriksa klien-klien
HKK.
rendah).
f. Smear perifer : Distensi sel – sel darah atau skistosit pada sindrom HELLP
12
g. Hitung trombosit serum : Kurang dari 100.000/mm 3 pada koagulasi
trombosit pada kolagen yang dilepaskan dari pembuluh darah yang rusak.
masalah hepar.
vaskuler
[BPP] karena kesenjangan waktu antara masalah janin dan hasil tes).
13
q. Tes cairan amniotik (rasio lesitin terhadap sfingomielin [L/S],
s. Tes stres kontraksi (CST) : Mengkaji respon janin terhadap stres kontraksi
uterus.
Tujuan :
Kriteria hasil :
14
1) Mengungkapkan pemahaman tentang kebutuhan
akan pemantauan yang ketat dari berat badan, TD, protein urine, dan
edema.
Intervensi :
1,5 kg/bln dalam trimester ke-2 atau lebih dari 0,5kg/minggu pada
2.) Bedakan edema kehamilan yang patologis dan fisiologis, pantau lokasi
Rasional : adanya edema pitting pada wajah, tangan, kaki, area skral
atau dinding abdomen, atau edema yang tidak hilang setelah 12 jam
tirah baring.
hemokonsentrasi.
15
Rasional : Insiden hipovolemia dan hipoperfusi pranatal dapt diturunkan
5.) Pantau masukan dan haluaran. Perhatikan warna urin, dan ukur berat jenis
sesuai indikasi.
darah. Oliguria menandakan hipovolemi berat dan ada masalh pada ginjal.
Tujuan :
Kriteria hasil :
Intervensi :
2.) Lakukan tirah baring pada klien dengan posisi miring kiri.
ginjal/plasenta.
16
Rasional : Obat antihipertensi bekerja secara langsung pada arteriol untuk
17
DAFTAR PUSTAKA
Anik & Yulianingsih 2009, Asuhan kegawatdaruratan dalam Kebidanan, Trans Info Media,
Jakarta.
Saifuddin, Abdul B 2002, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono 2009, Ilmu Kebidanan Cetakan ke 2, edk 4, Bina Pustaka, Jakarta.
18
FORMAT PENGKAJIAN INTRANATAL
KEPERAWATAN MATERNITAS
A. IDENTITAS KLIEN
1. Nama : Ny. D
2. Umur : 25 tahun
3. Alamat : Kediri
4. Agama : Islam
7. Pekerjaan : Swasta
8. Pendidikan : SMA
9. Rencana KB : Ya/Tidak,
11. Pelajaran yang diinginkan saat ini : relaksasi, pernapasan/ manfaat ASI/cara
memberikan minum botol/senam nifas/metode KB/perawatan
perineum/perawatan payudara.
4. Pemeriksaan fisik
E. KALA III
8. Tindakan : ........................................................................................
9. Pengobatan : ........................................................................................
F. KALA IV
1. Mulai jam : 12
o
S : 36 C RR : 22 X/menit
6. Tindakan : ......................................................................................
21
CATATAN PERSALINAN
1. Tanggal : 20-11-2020
2. Nama bidan : Ny. B
KALA I :
KALA II:
KALA III:
25. Plasenta lahir lengkap (intact), jika lengkap, tindakan yang dilakukan:
a. .........................................................................................
b. .........................................................................................
26. Plasenta tidak lahir >30 menit :
Ya/Tidak: ( ) Ya, tindakan:
a. ..............................................................................................................................
b. ..............................................................................................................................
c. ..............................................................................................................................
27. Laserasi :( ) Ya, dimana .............................................. ( ) Tidak
( ) Normal, tindakan:
( ) mengeringkan
( ) menghangatkan
( ) rangsang takstil
a. ........................................................................................................................
b. ........................................................................................................................
c. ........................................................................................................................
Hasilnya : ................................................................................................................
KALA IV:
1.
ANALISA DATA
Penurunan perfusi
uteroplasenter
25
Maldaptasi uterus
Iskemi
Endotheliosis pada
glomelurus
Permeabilitas kapiler
terhadap protein
Proteinuria
Perpindahan cairan
intravaskuler
Edema
DS Factor presdiposisi Penurunan curah jantung
Pasien mengatakan
kakinya terdapat
varises dan bengkak Kehamilan pertama
Pasien mengatakan
berat badan naik 28 Blocking antibody
kg
DO
Terdapat oedem Preklampsia
Nadi teraba lemah
Pasien tampak pucat Spasme pembuluh darah
Pasien tampak gelisah
TD 130/80mmHg
N: 90X/Menit Penurunan suplai darah ke
plasenta
S:36,5
RR 22
26
Penurunan perfusi
uteroplasenter
Maldaptasi uterus
Iskemi
Pelepasan tromboplastin
Koagulasi intravascular
hipertensi
INTERVENSI
Edukasi
Anjurkan melapor
jika BB bertambah
> 1 kg dalam sehari
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian diuritik
Kolaborasi
penggantian
kehilangan kalium
akibat diuretic
28
IMPLEMENTASI
P:
Lanjutkan intervensi
2 Jumat 20- 12.00 Memonitor EKG S:
11-2020 Memonitor tekanan darah Pasien mengatakan kakinya terdapat varises
Memonitor saturasi oksigen dan bengkak
memfasilitasi pasien untuk rehbilitasi Pasien mengatakan berat badan naik 28 kg
jantung O:
memposisikan pasien semi – fowler atau
Terdapat oedem
fowler dengan kaki ke bawah atau posisi
nyaman Nadi teraba lemah
memberikan terapi relaksasi untuk Pasien tampak pucat
29
mengurangi stress, jika perlu Pasien tampak gelisah
Menganjurkan beraktivitas fisik sesuai TD 130/80mmHg
toleransi N: 90X/Menit
Menganjurkan beraktivitas fisik secara
S:36,5
bertahap
RR 22
mengkolaborasi pemberian antiaritmia, jika
perlu A:
merujuk ke program rehabilitasi jantung Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan semua intervensi
30
31