Anda di halaman 1dari 37

Assalamualaikum Wr.

Wb
Teori
Modalitas
Kelompok 8 :
• Febby Arneta Harmaein
• Nida Khoerunnisa
• Peni NoerHayati
• Putri Nur Anjeli
• Restu Fitriani
• Sulis Budianti
DefinisiTerapi Modalitas
1. Terapi Modalitas merupakan terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini diberikan dalam upaya
mengubah perilaku pasien dari perilaku yang maladaptif menjadi perilaku
yang adaptif ( Prabowo,2014).
2. Terapi modalitas keperawatan jiwa merupakan bentuk terapi non-
farmakologis yang dilakukan untuk memperbaiki dan mempertahankan
sikap klien agar mampu bertahan dan bersosialisasi dengann lingkungan
masyarakat sekitar dengan harapan klien dapat terus bekerja dan tetap
berhubungan dengan keluarga, teman, dan sistem pendukung yang ada
ketika menjalani terapi (Nasir dan Muhits, 2011).
Tujuan Terapi Modalitas
Tujuan dilaksanakannya terapi modalitas dalam keperawatan
jiwa adalah:
1. Menimbulkan kesadaran terhadap salah satu perilaku
pasien
2. Mengurangi gejala gangguan jiwa
3. Memperlambat kemunduran
4.Membantu adaptasi terhadap situasi sekarang
5. Membantu keluarga dan orang-orang yang berarti
6. Mempengaruhi keterampilan merawat diri sendiri
7. Meningkatkan aktivitas
8. Meningkatkan kemandirian (Prabowo,2014).
Peran Perawat Dalam Terapi Modalitas
Secara umum peran perawat dalam pelaksanaan terapi modalitas bertindak
sebagai leader,fasilitator,evaluator,dan motivator (Nasir dan Muhits, 2011).
Tindakan tersebut meliputi:
1. Mendidik dan mengorientasi kembali seluruh anggota keluarga, misalnya
perawat menjelaskan mengapa komunikasi itu penting ,apa visi seluruh
keluarga,kesamaan harapan apa yang dimiliki semua anggota keluarga.
2. Memberikan dukungan kepada klien serta sistem yang mendukung klien untuk
mencapai tujuan dan usaha untuuk berubah. Perawat menyakinkan bahwa
anggota keluarga klien mampu memecahkan masalah yang dihadapi anggota
keluarganya.
3. Mengkoodinasi dan mengintegrasi sumber pelayanan kesehatan. Perawat
menunjukkan institusi kesehatan mana yang harusbekerja sama dengan keluarga
dan siapa yang bisa diajak konsultasi.
4. Memberi pelayanan prevensi primer, sekunder dan tersier melalui penyuluhan,
perawatan dirumah, pendidikan dan sebagainnya. Bila ada anggota keluarga yang
kurang memahami perilaku sehat didiskusikan atau bila ada keluarga yang
membutuhkan perawatan.
Jenis- Jenis Terapi Modalitas

1. Terapi Individual

2. Terapi Lingkungan
3. Terapi aktifitas
Kelompok
4. Terapi Keluarga
Konsep dasar Askep
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utama dalam pross keperawatan, tahap pengkajian terdiri
atas pengumpulan data dan perumusan masalah atas permasalahan klien. Pengkajian yang dilakukan
pada paisen halusinansi meliputi data :
a. Faktor predisposisi (stuart, 2007)
b.Stress yang menumpuk dapat menunjang awitan skizofrenia dan gangguan psikotik lain, tetapi tidak diyakini sebagai
penyebab utama gangguan Faktor presipitasi
3. Persepsi (keliat, 2012)
2. Diagnosa
Diagnose keperawatan data dirumuskan berdasarkan hasil pengkajian yang beresiko mwngalami gangguan
jiwa (keliat, 2007). Diagnose keperawatan merupakan suatu pernyataan masalah keperawatan klien
mencakup baik respons sehat adaptif ataupun maladaptive serta stressor yang menunjang (kusumawati &
hartono, 2010). Menurut teori keliat (2009) diagnose keperawatan halusinasi ada 4 diagnosa yaitu : resiko
perilaku mencederai diri, gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran, isolasi social dan resiko
perilaku kekerasan : mencederai diri.
Akibat : Resiko perilaku mencederai diri
Masalah utama : Gangguan sensori persepsi :
Halusinasi pendengaran
Penyebab : Isolasi sosial : menarik diri
Penyebab : Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
(Keliat, 2006)
Pohon Masalah
Gambar II. 3 Pohon Masalah
Resiko perilaku mencedeai diri

Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran

Isolasi Sosial Problem

Harga Diri Rendah


 
(Keliat, 2006)
a. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
Tujuan Umum
klien dapat mengontrol halusinasi
Tujuan Khusus
• Klien dapat membina hubungan saling percaya
• Klien dapat mengenal halusinasi
• Klien dapat mengontrol halusinasi
Intervensi
• Klien memiih cara mengatasi seperti yang telah
didiskusikan
• Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol
halusinasi
• Klien dapat memanfaatkan obat secara teratur

—John Cage
a.Intervensi
1)Bina hubungan saling percaya
dengan mengungkapkan prinsip
komunikasi terapeutik
2)Sapa klien dengan sopan
3)Perkenalan diri dengan sopan
4)Tanyakan nama klien dengan
lengkap
5)Jelaskan tujuan pertemuan
6)Tunjukan sikap empati
7)Beri perhatian pada klien
8)Observasi tingkah laku klien
tertarik dengan halusinasi
9)Bantu klien mengenal halusinasi
Intervensi
• Beri salam dan panggil nama klien
b. Isolasi sosial • Sebutkan nama perawat dan
Tujuan Umum berjabat tangan
klien dapat berinteraksi dengan orang • Jelaskan tujuan interaksi
lain • Jelaskan kontrak yang dibuat
Tujuan Khusus • Beri rasa aman dan tunjukan sikap
1. Klien dapat membina hubungan empati
saling percaya • Beri kesempatan klien
2. Klien dapat mengetahui mengungkapkan perasaanya
keuntungan dan kerugian • Beri kesempatan klien mengatakan
berhubungan dengan orang lain keuntungan berinteraksi dengan
3. Klien dapat mengidentifikasi orang lain
penyebab isolasi sosial • Beri kesempatan klien menerapkan
4.Klien dapat berkenalan teknik berkenalan
5. Klien dapat menemukan topic • Latih berhubungan sosial secara
pembicaraan bertahap
• Masukan dalam jadwal harian klien
1)Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan
2)Ajarkan klien mempraktekan klien
c. Resiko perilaku kekerasan
Tujuan umum
klien dapat mengontrol atau
mencegah perilaku kekerasan baik
Intervensi
secara fisik, sosial, verbal, spiritual • Bina hubungan saling percaya
Tujuan Khusus • Bantu klien mengungkapkan perasaan
Bina hubungan saling percaya • Bantu klien untuk mengungkapkan
Klien dapat mengidentifikasi tanda perilaku kekerasan
Klien dapat mengidentifikasi • Diskusikan dengan klien keuntungan
tanda-tanda perilaku kekerasan dan kerugian perilaku kekerasan
Klien dapat mengontrol perilaku • Diskusikan bersama klien cara
kekerasan mengontrol perilaku kekerasan
• Ajarkan klien mempraktekan klien
d. Harga diri rendah
Tujuan Umum
klien dapat meningkatkan harga diri
rendah
Tujuan khusus Intervensi
• Bina hubungan terapeutik
1.Klien mampu membina hubungan
• Diskusikan kemampuan dan aspek
saling percaya
positif yang masih dimiliki klien
2.Klien dapat mengidentifiksi • Beri kesempatan klien untuk
kemampuan yang dimiliki mencoba
3.Klien dapat menilai kemampuan • Setiap bertemu klien hindarkan
yang igunakan penilaian agresif
4. Klien dapat merancang kegiatan • Utamakan memberikan pujian
sesuai dengan kemampuan yang realistic
dimiliki • Diskusikan dengan klien kegiatan
yang masih bias digunakan
5.Klien dapat melakukan kegiatan
• Rencanakan bersama
Beri reinforcement positif atas usaha klien Implementasi
Tindakan keperawatan (implementasi) dilakukan berdasarkan
rencana yang telah dibuat. Tindakan keperawatan dilakukan sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi klien saat ini. Perawat bekerja sama
dengan klien, keluarga, dan tim kesehatan lain dalam melakukan
tindakan (keliat, 2007)
Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses penilaian berkesinambungan tentang
pengaruh intervensi keperawatan dan program pengobatan terhadap
status kesehatan pasien dan hasil kesehatan yang diharapkan. (Stuart,
2013)
 
 
 
Kasus
Klien Ny.L berusia 37 tahun, jenis kelamin Perempuan,
status perkawinan menikah, Agama Islam, Suku Sunda,
pendidikan terakhir Smp, klien bertempat tinggal di
Bandung, Wonosegoro, Boyolali, Klien dirawat pada
tanggal 01 Maret 2013 di Rumah sakit jiwa Surakarta .
Nomor Rekam Medik 011918. Sumber informasi yaitu
klien, perawat ruangan dan status rekam medik
Riwayat Kesehatan
Alasan Masuk Rumah Sakit
Sebelum masuk rumah sakit ± 10 hari klien bingung, menyendiri, gelisah, sering bicara
sendiri, sulit tidur, bicara kacau dan sering memarahi anggota keluarga. Klien dulu pernah
di rawat di Rumah Sakit Jiwa sebanyak 6X. Klien sekarang sering mendengar suara laki-
laki yang diduga suara suaminya yang mengancam ingin membunuhnya. Klien merasa ada
sesuatu yang berbeda, tidak mau bergaul dengan teman, pendiam, dan sering menyendiri.
Faktor Fredisposisi
Klien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu sebanyak 6 kali di Rumah Sakit Jiwa
Surakarta tetapi kurang berhasil dikarenakan setelah obat habis klien tidak mau kontrol.
Klien tidak pernah mengalami aniaya fisik dan aniaya seksual. Klien juga tidak pernah
mengalami kekerasan dalam rumah tangga baik sebagai korban, pelaku atau saksi.
Keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat gangguan jiwa. Pengalaman masa lalu yang
tidak menyenangkan yaitu pasien ditinggal pergi suami tanpa pamit.
Faktor Presipitas
Klien dibawa oleh keluarga ke rumah sakit jiwa Surakarta karena klien sering bicara
sendiri, bicara kacau , mendengar suara yang sebenarnya tidak ada, melamun, dan
mondar-mandir. Menurut keluarga keadaan klien bisa seperti ini karena ditinggal
pergi suami.
Psikososial
Genogram: Klien tinggal serumah bersama Ibu, ayah dan anaknya. Klien merupakan
anak ke dua dari lima bersaudara.
Konsep Diri
Gambaran Diri
Klien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang tidak di sukai, klien juga tidak
memiliki cacat tubuh.Klien menerima semua anggota tubuhnya.
Identitas
Pasien menyadari dia seorang wanita, berusia 37 tahun sudah pernah menikah tetapi
ditinggal pergi suaminya. Dan dikaruniai seorang anak perempuan yang sekarang
sudah berusia 16 tahun dan bersekolah di SMK.
Peran Diri
Pasien adalah seorang Ibu rumah tangga dan anggota masyarakat. Sebelum sakit pasien
masih bisa melaksanakan tugasnya dengan baik yaitu merawat dan membesarkan anaknya
serta melakukan aktivitas rumah tangga seperti menyapu, mencuci, setrika dll. Selama
sakit pasien hanya melakukan kegiatan yang ada di rumah sakit sebagai pasien.
Status Mental
Alam perasaan : Pasien merasa sedih dan putus asa karena ditinggal pergi oleh suami.
Persepsi : Pasien mengatakan mendengar suara suaminya bilang ingin membunuhnya saat
pasien sendirian, dan frekuensi munculnya suara itu tidak pasti pada saat pasien sendirian
dan frekuensi munculnya suara itu tidak pasti pada saat pasien sendirian.
Proses Pikir : Pasien dapat menjawab pertanyaan deengan baik.
Isi Pikir : Pasien merasa ketika mendegar suara suaminya mengancam ingin
membunuhnya dan memaksa minta uang.
Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36ºC
Respirasi : 20 x/menit
Ukur
TB : 154 cm
BB : 70 kg
Pemeriksan Penunjang
Terapi Medis :
Risperidone = 2 × 2 mg/12 jam
Trihexipenidil = 2 × 2 mg/12 jam
Chlorpromazine = 3 × 100 mg/8 jam
 
Pemeriksaan Penunjang

Nama Hasil Angka Normal Satuan


Pemeriksaan

Gula Darah 161 <30 Mg/Dl


Sewaktu 17 <31 U/L
SGOT 15 <32 U/L
SGPT
ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI PROBLEM
Ds : Respon pasca trauma Gangguan
Pasien mengatakan ingin marah ketika mendengar penolakan Persepsi
suara suaminya yang mengancam ingin membunuhnya   Sensori
dan ingin melemparkan barang-barang ke sumber suara  
itu. Isolasi sosial : Menarik diri
Klien mengatakan setiap sendirian mendengar suara  
suaminya.  
Klien mengatakan lebih suka sendiri dan jarang Gangguan persepsi sensori
mengobrol. : Pendengaran
Klien mengatakan tidak suka berkomunikasi dengan  
teman  
Do : Resiko mencederai orang
Klien tampak bingung dan gelisah. lain dan lingkungan
Klien tampak bicara sendiri dan lama-lama pembicaraan  
menjadi kacau.
Intonasi verbal pasien tampak cepat dan bicara keras Gangguan pola tidur
Klien bersikap seperti mendengar sesuatu.
Klien sering duduk sendiri dan sering melamun .
Aktivitas menurun.
Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : halusinasi pendengaran berhubungan dengan gangguan
pendengaran ditandai dengan:

Ds : Do :
Pasien mengatakan ingin marah ketika Klien tampak bingung dan gelisah.
mendengar suara suaminya yang Klien tampak bicara sendiri dan
mengancam ingin membunuhnya dan lama-lama pembicaraan menjadi
ingin melemparkan barang-barang ke kacau.
sumber suara itu. Intonasi verbal pasien tampak cepat
Klien mengatakan setiap sendirian dan bicara keras
mendengar suara suaminya. Klien bersikap seperti mendengar
Klien mengatakan lebih suka sendiri sesuatu.
dan jarang mengobrol. Klien sering duduk sendiri dan
Klien mengatakan tidak suka sering melamun .
berkomunikasi dengan teman Aktivitas menurun.
Intervensi : SIKI : Observasi
INTERVENSI Monitor perilaku yang mengidentifikasi halusinasi
Monitor dan sesuaikan tingkat aktifitas dan stimulasi lingkungan
Monitor isi halusinasi (Mis. Kekerasan/membahayakan diri)
DX : SDKI : Gangguan Persepsi Trapeutik
Sensori : halusinasi pendengaran Pertahankan lingkungan yang aman
berhubungan dengan gangguan Lakukan tindakan keselamatan ketika tidak dapat mengobtrol
pendengaran perilaku (Mis. Limite setting, pembatasan wilayah, pengekangan
Tujuan : SLKI : Setelah dilakukan fisik, seklusi)
tindakan keperawatan selama 7 x 8 Diskusikan perasaan dan respon terhadap halusinasi
jam dengan Hindari perdebatan tentang validitas halusinasi
Kriteria Hasil : Edukasi
Ketajaman pendengaran Anjurkan memonitor sendiri situasi terjadinya halusinasi
meningkat Anjurkan bicara pada orang yang dipercaya untuk memberi
Persepsi stimulasi meningkat dukungan dan umpan balik korektif terhadap halusinasi
Persepsi posisi kepala meningkat anjurkan melakukan distraksi (Mis. Mendengarkan musik,
Persepsi posisi tubuh meningkat melakukan aktifitas dan teknik relaksasi)
Ajarkan pasien dan keluarga cara mengontrol
halusinasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat antipsikotik dan antiansietas
Rasional
Observasi
Untuk mengetahui perkembangan pendengaran sensori
Untuk memenuhi rasa aman dan nyaman
Untuk mencegah terjadinya keributan terhadap dirinya sendiri dan orang lain
Terapeutik
Agar klien selalu merasa aman dan nyaman terhadap lingkungannya
Untuk mempertahankan keselamatan klien dan orang lain
Untuk mengendalikan dirinya sendiri
Agar terhindar dari keributan
Edukasi
Untuk menstabilkan dirinya sendiri
Agar klien bisa mengungkapkan apa yang sedang dirasakannya
Supaya klien merasa lebih rileks
Agar keluarga dapat mengontrol halusinasi klien
Kolaborasi
Agar klien tidak merasa kecemasan
Implementasi Hari/Tanggal/Jam : Selasa, 27 Oktober
2020, 10.00 WIB
Observasi
Memonitor perilaku yang mengidentifikasi halusinasi
Memonitor dan sesuaikan tingkat aktifitas dan stimulasi lingkungan
Memonitor isi halusinasi (Mis.Kekerasan/membahayakan diri
Terapeutik
Mempertahankan lingkungan yang aman
Melakukan tindakan keselamatan ketika tidak dapat mengobtrol perilaku (Mis. Limite setting,
pembatasan wilayah, pengekangan fisik, seklusi)
Mendiskusikan perasaan dan respon terhadap halusinasi
Menghindari perdebatan tentang validitas halusinasi
Edukasi
Menganjurkan memonitor sendiri situasi terjadinya halusinasi
Menganjurkan bicara pada orang yang dipercaya untuk memberi dukungan dan umpan balik
korektif terhadap halusinasi
Menganjurkan melakukan distraksi (Mis. Mendengarkan musik, melakukan aktifitas dan teknik
relaksasi)
Mengajarkan pasien dan keluarga cara mengontrol halusinasi
Kolaborasi
Mengkolaborasi pemberian obat antipsikotik dan antiansietas.
Rasional :
1.Klien sudah mulai sudah mulai bisa mengontrol
halusinasinya.
2.Klien sudah mulai beradaptasi dengan lingkungannya sendiri
dan bisa merespon baik dengan lingkungannya sendiri.
3. Keluarga klien mendengarkan apa yang sudah di edukasi
oleh perawat tentang cara mengontrol emosi klien.
4.Diberikannya obat sulfirid dan obatansietas yaitu
alprazolam.
EVALUASI
Dx : Gangguan Persepsi Sensori halusinasi pendengaran
berhubungan dengan gangguan pendengaran.
Catatan Perkembangan :
S : Keluarga mengatakan bahwa klien masih sesekali
berhalusinasi
O : klien masih terlihat suka berhalusinasi
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi.
JURNAL YANG DI DAPATKAN

SEBAGAI BERIKUT :
1.EFEKTIVITAS TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI
HALUSINASI TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN KLIEN HALUSINASI
PENDENGARAN DI RUANG SAKURAN RSUD BANYUMAS
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang
sama. Melalui kegitan TAK stimulasi persepsi halusinasi, responden akan mendapatkan
berbagai tranferensi (Kaplan dan Saddock 1997). Klien akan bertukar pengalaman satu
dengan yang lain. Dengan berbagi pengalaman klien akan lebih banyak mendapatkan
informasi dan akan segera mendapatkan umpan balik dari anggota kelompok yang lain.
Penurunan kecemasan pada responden setelah dilakukan TAK stimulasi persepsi
halusinasi dapat terjadi karena responden sudah mampu mengenal halusinasi, mengenal
waktu dan situasi terjadinya halusinasi dan mengenal perasaannya pada saat terjadi
halusinasi. Dari pelaksanaan TAK stimulasi persepsi halusinasi, responden juga telah
mampu memperagakan cara mengontrol dan mencegah halusinasi yaitu dengan cara
menghardik, melakukan kegiatan harian terjadwal, melakukan percakapan dengan orang
lain dan mampu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar serta mampu mengenal
keuntungan minum obat dan kerugian akibat tidak minum obat.
2. EFEKTIFITAS TERAPI REHABILITASI MENTAL TERHADAP PENURUNAN
HALUSINASI KLIEN GANGGUAN JIWA
Halusinasi merupakan distorsi persepsi yang terjadi pada respon neurobiologisyang
maladaftive, pengalaman sensori yang salah/palsu yang dapat terjadi pad indra
pendengaran,penglihatan, pengecapan, perabaan, dan penciuman. Halusinasi bisa
ditemukan pada pasien yangmenderita skizofrenia. Penanganan halusinasi dapat
dilakukan dengan memberikan terafipsikofarnaka dan terafi modalitas.
Berdasarkan data medical record di rumah sakit jiwa islamklender selama bulan
januari-februari 2018 terdapat pasien gangguan halusinasi sebanyak 70orang
ditambah 23 orang yang menjalani rehabilitasi mental. Sebagian besar gangguan
halusinasiini disebabkan karena adanya stressor psikososial, seperti adanya
pertengkaran dalam rumahtangga, perceraian, problem dengan orang tua,
pekerjaan dan hubungan interpersonal.
3. TERAPI MODALITAS LINGKUNGAN: MUSIK TERHADAP
KEMAMPUAN BERSOSIALISASI
Penambahan terapi musik pada pengobatan yang dilakukan pd pasien halusinasi
dapat meningkatkan efek kenyamanan yang dapat menurunkan halusinasi dan
juga dapat meningkatkan kepercayaan dalam diri seseorang. Musik dapat
berperan sebagai fasilitator dimana musik dapat menyentuh seseorang secara
emosional dan mencapai perasaan terdalam pasien sehingga dapat menjadi alat
untuk mengungkapkan ekspresi nonverbal pasien dan pasien dapat lebih
membuka diri dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar
4. ASUHAN KEPERAWATAN TERAPI MODALITAS ( TERAPI
SENAM ) PADA ODGJ YANG MENGALAMI HALUSINASI DI
POSYANDU JIWA: POSPA SIWA KOTA BLITAR
Penambahan terapi senam pada ODGJ ini merupakan pengobatan pada
pasien halusinasi, terapi ini memberikan efek agar pasien bisa
mengalihkan halusinasinya dengan senam tersebut. Dan senam ini juga
berperan sebagai fasilator dimana senam ini juga dapat memberikan efek
supaya klien dapat berbaur dengan keluarga, temen maupun lingkungan
di sekitar nya.
5. Tingkat Kemandirian Pasien Mengontrol Halusinasi setelah Terapi Aktivitas
Kelompok
Terapi kelompok adalah metode pengobatan yang dilakukan ketika klien ditemui
dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan
tertentu. Fokus terapi kelompok adalah membuat klien menjadi sadar diri,
peningkatan hubungan interpersonal ini, membuat perubahan, atau ketiganya.
Terapi aktivitas kelompok dibagi sesuai dengan kebutuhan yaitu, stimulasi
persepsi, stimulasi sensoris, orientasi realita, dan sosialisasi (Keliat & Akemat,
2005).Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi bertujuan untuk melatih klien
memersepsikan
stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami. Kemampuan
persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada setiap sesi.
Proses ini mengharapkan respons yang muncul dari klien terhadap berbagai
stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif. Ditinjau dari pandangan kesehatan
jiwa, target terapi aktivitas kelompok ini adalah tercapainya kemandirian bagi
pasien.
Anggota kelompok dapat mendiskusikan masalah-masalah mereka,
sehingga menurunkan perasaan terisolasi, perbedaan-perbedaan, dan
meningkatkan
keinginan pasien untuk berpartisipasi dan bertukar pikiran tentang masalah
orang lain. Pasien menjadi anggota kelompok, dengan itu pasien dapat
mempelajari cara baru memandang masalah, cara koping atau
menyelesaikan masalah dan juga membantunya mempelajari
keterampilaninterpersonal yang penting. Dukungan dan arahan yang
memadai terhadap individu, dapat membuat individu tersebut terdorong
untuk mencapai jalan keluar bagi permasalahan yang dihadapi.
6. Asuhan Keperawatan Terapi Modalitas (Terapi Al-Qur'an) Terhadap
Penurunan Frekuensi Halusinasi Pendengaran Pasien Skizofrenia
Terapi Al-Qur’an merupakan sebuah terapi yang memuat resep-resep mujarab
yang dapat menyembuhkan penyakit jiwa manusia. Dengan membaca Al-qur’an
seseorang dapat terhindar dari penyakit kejiwaan, karena Al-Qur’an dapat
berfungsi sebagai nasihat, tindakan pencegahan dan perlindungan, serta tindakan
pengobatan dan penyembuhan. Membaca Al-Qur’an juga dapat membuat
perasaan menjadi tenang dan jiwa menjadi tentram. Terapi Al-Qur.an merupakan
salah satu bentuk dari terapi modalitas keperawatan jiwa yang efektif dalam
mengurangi gejala halusinasi,sehingga dapat menurunkan frekuensi halusinasi
pada penderitanya
Thanks!
Do you have any questions?
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including
icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik
WASSALAMUALAIKUM WR.WB

Anda mungkin juga menyukai