Anda di halaman 1dari 6

Nama:Raodatul Jannah

NIM:10400117001
Referensi:Hukum pidana Islam 1

Dalil Dalil hukum pidana Islam


Secara sederhana dalil-dalil hukum fikih jinayah adalah tempat dimana hukum pidana
Islam (Fikih Jinayah) itu ditemukan atau digali. Dengan kata lain dalil-dalil hukum tentang
hukum pidana Islam adalah Sebagai tempat atau rujukan ketika seseorang hendak mengetahui
jawaban atas persoalan hukum yang Dihadapi. Ishaq memberi pengertian tentang sumber
hukum (dalil hukum) adalah segala sesuatu yang Menimbulkanm aturan yang mengikat dan
memaksa, sehingga apabila aturan itu dilanggar akan Menimbulkan sanksi yang tegas dan
nyata bagi pelangganya.
Selanjutnya Rahardjo mengutip pendapat Fitzgerald, bahwa sumber-sumber yang
melahirkan Hukum bisa digolongkan dalam dua kategori besar, yaitu sumber-sumber yang
bersifat hukum dan yang Bersifat sosial. Kategori pertama merupakan sumber yang diakui
oleh hukum sendiri, sehingga secara Langsung bisa melahirkan atau menciptakan hukum.
Kedua, merupakan sumber yang tidak mendapatkanPengakuan secara formal oleh hukum,
sehingga tidak secara langsung bisa diterima sebagai hukum.
Dalam hukum pidana Islam yang menjadi sumber hukum/dalil hukumnya yang
disepakat oleh ahli hukum Islam, bahwa sumber-sumber hukum pidana Islam meliputi : Al-
Qur’an, Sunnah, Ijmak dan Qiyas.Hukum-hukum yang ada dari sumber-sumber tersebut,
wajib diikuti sesuai dengan tata urutannya, yakni apabila tidak terdapat hukum terhadap suatu
peristiwa hukum dalam al-Qur’an, harus dicari dalam hadis nabi, jika tidak terdapat dalam
hadis nabi harus dicari melalui Ijmak, tidak ada dalam kesepakatan ulama baru dicarai dalam
qiyas. Masih ada dan sangat banyak sumber hukum Islam lainnya yang diperselisihi keuatan
mengikat atau tidaknya. Sumber-sumber Hukum tersebut antara lain, Qiyas, Istihsan,
Maslahah Mursalah, Urf, Mazhab Sahabi dan syar’u manqablana
Bagi Hukum Pidana Islam Formil Ijraat Jinaiyyah (acara Pidana) semua sumber yang
disebutkan dapat dijadikan sumber hukum. Tetapi hukum Pidana Islam materil, yaitu yang
berisi ketentuan macam- macam jarimah dan hukumannya hanya tiga (3) sumber yang
disepakati, yaitu; al-Qur,an, Sunnah, Ijmak,sedangkan yang diperselisihi adalah qiyas.

A. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah sumber ajaran Islam pertama dan utama.menurut keyakinan
masyarakat Islam Yang diakui kebenarannya oleh penelitian ilmiah. Al-Qur’an adalah kitab
suci yang memuat firman-firman(wahyu Allah, sama benar yang disampaikan oleh Malaikat
Jibril kepada Nabi Muhammad saw sebagai Rasul Allah sediukit demi sedikit selama 22
tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di Makkah kemudian di Madinah.
Al-Qur’an adalah kalam (diktum) Allah swt yang diturunkan olehNya dengan
perantaraan Malaikat Jibril ke dalam hati Rasulullah, Muhammad bin Abdullah dengan lafazh
(kata-kata) bahasa Arab dan dengan Makna yang benar, agar menjadi hujjah Rasul saw dalam
pengakuannya sebagai Rasul. Juga sebagai undang- undang yang dijadikan pedoman bagi
umat manusia dan sebagai amal ibadah bila dibacanya.
Al-Qur’an menurut al-Syafi’i bukanlah berasal dari akar kata apapun, lafadz itu sudah
lazim Digunakan dalam pengertian kalamullah (firman Allah) yang diturunkan kapada Nabi
Muhammad saw.Menurut al-Farra bahwa lafadz al-Qur’an berasal dari kata qarain jamak dari
kata qarinah yang berarti Kaitan, karena dilihat dari segi makna dan kandungannya ayat-ayat
al-Qur’an itu satu sama lainnya saling Berkaitan. Manna’ al-Qaththan mengutip pendapat
ulama pada umumnya yang menyatakan bahwa alQur’an adalah firman Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dan dinilai ibadah bagi yyan Membacanya. Al-
Qur’an yang menjadi sumber nilai dan norma umat Islam memuat 30 juz (bagian), 114 Surah
(surat atau bab) lebih dari 6000 ayat, 74.499 kata atau 325.345 huruf (atau lebih tepat
dikatakan 325.345 suku kata kalau dilihat dari sudut pandangan bahasa Indonesia.Memang
ada perbedaan para ahli Ilmu al-Qur’an tentang jumlah ayat al-Qur’an, ada ahli yang
memandang 3 ayat tertentu sebagai satu ayat, karena masalah koma dan titik yang diletakkan
di antara ayat-ayat itu. Tetapi jumlah kata dan suku kata Yang mereka hitung adalah sama.
Pada pokoknya hukum-hukum qur’an dibagi pada dua garis besar; Hukum-hukum
untuk Menegakkan agama, meliputi kepercayaan dan ibadah, dan hukum-hukum untuk
mengatur negara dan Masyarakat serta hubungan perseorang dengan yang lainnya; yang
meliputi hukum keluarga, keperdataan,Kepidanaan, kenegaraan, internasional dan
sebagainya.10 Sementara menurut Abdul Wahhab Khallaf, bahwa Hukum yang dikandung
oleh al-Qur’an ada tiga macam :
1. Hukum-hukum akidah (keimanan), yang bersangkut paut dengan hal-hal yang harus
dipercaya oleh Setiap mukallaf, mengenai malaikatNya, KitabNya, para RasulNYa
dan hari kemudian (Doktrin akaid).
2. Hukum-hukum Allah yang bersangkut paut dengan hal-hal yang harus dijadikan
perhiasan oleh setiap Mukallaf berupa hal-hal keutamaan dan menghindarkan diri dari
hal kehinaan (doktrin Akhlak).
3. Hukum-hukum amaliyah yang bersangkut paut dengan hal-hal tindakan setiap
mukallaf, meliputi ucapan,Perbuatan, akad, pembelanjaan (doktrin Syar’iyah/fikih).
Hukum-hukum qur’an yang diturunkan Allah melalui RasulNYa dimaksudkan untuk
memberikan Petunjuk kepada manusia agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
Adapun Distribusinya adalah :
1. Aspek Ibadah mahdah, seperti shalat, puasa, zakat dan haji sebanyah 140 ayat.
2. Aspek kehidupan keluarga, perkawinan, perceraian, waris, wakaf dan sebabngsanya
sebanyak 70 ayat.
3. Aspek perekonomian yang erat kaitannya dengan perdagangan, sewa menyewa,
kontrak dan hutang Piutang sebanyak 70 ayat
4. Aspek kepidanaan sebanyak 30 ayat
5. Aspek peradilan (qadha) berkaitan dengan persaksian dan sumpah dalam proses
peradilan sebanyak 13 Ayat
6. Aspek politik dan perundang-undangan yang berkaitan dengan hak-hak warga negara
dan hubungan Pemerintah dengan warganya sebanyak 10 ayat.
7. Hubungan sosial umat Islam dan non muslim dalam negara Islam, serta hubungan
negara Islam dengan Negara non muslim sebanyak 25 ayat
8. Hubungan kaya miskin, peraturan tentang pendistribusian harta terhadap orang-orang
miskin serta Perhatian negara mengenai hal tersebut sebanayak 10 ayat.
Ketentuan hukum yang dibawa oleh al-Qur’an terutama yang menyangkut
kemasyrakatan seperti Kepidanaan memiliki akibat ganda, yaitu di dunia dalam bentuk
hukuman pidana dan di akhirat dalam Bentuk siksa atau pahala. Dua akibat itu dirasakan
balasannya pada tiap-tiap tindak pidana yang disebutkan Oleh al-Qur’an,

B. HADIS
Hadis mempunyai beberapa sinonim, menurut pakar ilmu hadis, yaitu sunnah, khabar
dan Atsar.tetapi para ulama hadis umumnya menyamakan istilah hadis dengan istilah sunnah.
Namun ada Sementara ulama hadis, bahwa istilah hadis dipergunakan khusus untuk sunnah
qauliyah atau perkataan Nabi. Sedangkan sunnah fi’liyah dan sunnah taqririyah tidak disebut
hadis tetapi sunnah saja. Dengan Demikian sunnah lebih luas dan umum dibandingkan
dengan hadis. Sebab sunnah meliputi perkataan dan Perbuatan serta sikap diamnya
Rasulullah tanda setuju.21 Dengan demikian semua yang datang dari Rasulullah saw
(perkataan, perbuatan dan sikap diamnya Beliau biasa dipergunakan sunnah, walaupun
kadang-kadang dipergunakan perkataan hadis. Dalam buku ini Akan digunakan istilah
sunnah saja.As-Sunnah, menurut bahasa banyak artinya di antaranya; ُ‫ْألمت ر ْةأل ِّسی‬ ُ ‫ ةَ َعب‬artinya
suatu perjalanan yang Diikuti, baik perjalanan baik atau perjalanan buruk.22 Makna Sunnah
lain diartikan: ‫ََّّر َم ْتسُأل ُم ةَادَل َعأ‬WX artinya Tradisi yang kontinyu. Misalnya firman Allah dalam surah
al-Fath/48; 23:
‫ت ِمن قَ ْب ُل ۖ َولَن تَ ِج َد لِ ُسنَّ ِة ٱهَّلل ِ تَ ْب ِدياًل‬
ْ َ‫ُسنَّةَ ٱهَّلل ِ ٱلَّتِى قَ ْد َخل‬

Artinya:
“ Sebagai suatu sunnatullah yang Telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan
menemukan peubahan bagi sunnatullah itu.”
Kedudukan Sunnah, merupakan sumber hukum yang kedua sesudah al-Qur’an yang
wajib diikuti Oleh umat Islam memiliki peranan yang sangat penting al-Qur’an sebagai kitab
suci dan pedoman hidup Umat Islam diturunkan pada umumnya dengan kata-kata yang perlu
dirinci dan dijelaskan lebih lanjut agar Dapat dipahami dan diamalkan. Sebagai Rasulullah,
Rasul mempunyai kewenangan untuk menafsirkan,Menjelaskan, memerinci wahyu Allah
yang bersifat umum. Al-Qur’an surah An-Nahal/16:44 dijelaskan Sebagai berikut:

َ‫اس َما نُ ِّز َل إِلَ ْي ِه ْم َولَ َعلَّهُ ْم يَتَفَ َّكرُون‬ َ ‫الزب ُِر ۗ َوأَ ْن َز ْلنَا إِلَ ْي‬
ِ َّ‫ك ال ِّذ ْك َر لِتُبَيِّنَ لِلن‬ ِ ‫بِ ْالبَيِّنَا‬
ُّ ‫ت َو‬

Artinya:
“Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan kami turunkan kepadamu Al
Quran, agar kamu menerangkanPada umat manusia apa yang Telah diturunkan kepada
mereka dan supaya mereka memikirkan.”

Tugas menjelaskan wahyu Allah swt telah dilaksanakan oleh Rasulullah saw.
Penjelasan-penjelasan Itulah yang kita kenal dengan nama hadis atau sunnah Rasulullah saw.
Allah meniadakan iman bagi Seseorang yang tidak senang hatinya menerima keputusan
Rasul. Ini menunjukkan bukti dari Allah, bahwa Sesungguhnya pembentukan hukum syari’at
oleh Rasulullah adalah pembentukan hukum syari’at oleh Allah Yang harus diikuti. Bukti-
bukti kedudukan hukumnya, adalah:
1. Dalam beberapa ayat al-Qur’an Allah memerintahkan mentaati RasulNya. QS al-
Imran’/3: 32

W‫ن‬W‫ ي‬W‫ ِر‬Wِ‫ف‬W‫ ا‬W‫ َك‬W‫ ْل‬W‫ ا‬W‫ب‬ َّW Wِ‫ إ‬Wَ‫ ف‬W‫ ا‬W‫و‬Wْ َّW‫ ل‬W‫و‬Wَ Wَ‫ ت‬W‫ن‬Wْ Wِ‫ إ‬Wَ‫ ف‬Wۖ W‫ َل‬W‫ و‬W‫ ُس‬Wَّ‫ر‬W‫ل‬W‫ ا‬W‫ َو‬Wَ ‫ هَّللا‬W‫ا‬W‫ و‬W‫ ُع‬W‫ ي‬W‫ ِط‬Wَ‫ أ‬W‫ل‬Wْ Wُ‫ق‬
Wُّ W‫ح‬Wِ Wُ‫ اَل ي‬Wَ ‫ن هَّللا‬
Artinya:
“katakanlah: “Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang- orang”
2. Ijmak para sahabat ra. Semasa hidup nabi dan setelah wafatnya mengenai keharusan
mengikuti sunnah Nabi. Para sahabat tidak membedakan 17okum yang diwayukan kepadanya
dengan 17okum yang dikeluarkan oleh Nabi sendiri. Karena itu sahabat Mu’az bin Jabal
berkata, jika saya tidak mendapati dalam al-Qur’an 17okum yang hendak saya jadikan
keputusan, maka saya jatuhkan keputusan dengan sunnah Rasulullah saw.
3. Dalam al-Qur’an Allah mewajibkan kepada manusia beberapa ibadah fardu secara global
tanpa penjelasan, tidak dijelaskan di dalamnya mengenai 17okum-hukumnya atau tata cara
melaksanakannya.

Ada tiga peranan hadis di samping al-Qur’an sebagai sumber agama dan ajaran Islam;
1.As-Sunnah menetapkan atau mengukuhkan hukum yang telah ada dalam al-Qur’an.
2. Sunnah berfungsi memerinci, menafsiri hal-hal yang ada dalam al-Qur’an secara global
atau membatasi,Mentakhsis hal-hal yang ada dalam al-Qur’an secara umum.
3 As-Sunnah menetapkan dan membentuk hukum yang tidak terdpat dalam al-Qur’an.

C. IJTIHAD
Dalil-dalil hukum fikih jinayah yang berkaitan dengan Ijtihad meliputi:
a. Ijmak
Ijmak menurut istilah ulama usul ialah kesepakatan semua mujtahidin di antara umat
Islam pada Suatu masa setelah wafatnya Rasulullah saw atas hukum syar’i mengenai suatu
kejadian atau peristiwa.Menurut Ahmad Hanafi, bahwa yang dimaksud dengan ijmak ialah
kebulatan pendapat semua mujtahidin Umat Islam atas sesuatu pendapat atau peristiwa
hukum yang disepakati oleh para mujtahid tersebut, baik di Lakukan dalam suatu pertemuan
atau dilakukan secara terpisah.27
Dengan demikian apabila peristiwa hukum yang terjadi di masyarakat kemudian tidak
menemukan Hukumnya dalam al-quran atau sunnah nabi Muhammad saw. Pada suatu waktu
tertentu, kemudian Berkumpul ulama untuk membahasnya dan menyepakatinya peristiwa
hukum itu, disebut Ijmak
Syarat-syarat Ijmak:
1. Adanya beberapa ahli hukum Islam pada waktu terjadinya suatu peristiw, sebab
kesepakatan itu tidakBisa dicapai kecuali dengan beberapa pendapat. Maka tidak ada
Ijmak kalau hanya seorang mujtahid.Itulah sebabnya pada masa Rasul tidak ada
Ijmak, karena beliau sendirilah Mujtahid.
2. Adanya kesepakatan semua mujtahid umat Islam atas suatu peristiwa hukum pada
waktu terjadinya Tanpa melihat dimana mereka berasal, kelompok mana, kebangsaan
apapun. Kalau kesepakatan itu Hanya dilakukan oleh daerah daerah tertentu
saja,misalnya hanya daerah Makkah, Madinah, atau Irak Saja, maka kesepakatan
ulama itu tidak dapat disebut Ijmak menurut syarak dan tidak terjadi di dalam Ijmak
itu ada orang yang ikut dalam forum itu orang yang bukan ahli hukum (Mujtahid)
3. Masing-masing mujtahid menyampaikan pendapatnya disertai dengan alasannya, dan
pendapat siapa Saja yang disepakati, maka itu mejadi keputusan bersama.
4. Harus disepakati lebih dari setengah jumlah yang hadir.

Kedudukan Hukum Ijmak


Eksistensi Ijmak sebagai sumber hukum ketiga setelah al-Qur’an dan Sunnah menjadi
sumber Hukum yang kuat yang di dasarkan pada QS al-Nisa’/4: 115;
َ‫طبَ َع هَّللا ُ َعلَ ْيهَا بِ ُك ْف ِر ِه ْم فَاَل ي ُْؤ ِمنُون‬ ٌ ‫ق َوقَوْ لِ ِه ْم قُلُوبُنَا ُغ ْل‬
َ ْ‫ف ۚ بَل‬ ٍّ ‫ت هَّللا ِ َوقَ ْتلِ ِه ُم اأْل َ ْنبِيَا َء بِ َغي ِْر َح‬
ِ ‫ض ِه ْم ِميثَاقَهُ ْم َو ُك ْف ِر ِه ْم بِآيَا‬
ِ ‫فَبِ َما نَ ْق‬
‫اَّل‬
‫إِ قَلِياًل‬

Artinya:
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti
jalan yang bukan jalan orang- orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan
yang Telah dikuasainya itu dan kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu
seburuk-buruk tempat kembali.”
Dalam ayat ini, Allah menyamakan hukuman orang yang menentang terhadap produk-
produk Hukum para ulama secara kolektif, dengan yang menentang Allah dan RasulNya,
yaitu sama-sama diancam Dengan jahanam. Dengan demikian, kalau menentang Allah dan
RasulNya itu haram, maka menentang Produk-produk hukum dari kesepakatan para ulama
secara kolektif (Ijmak) itu juga haram. Dan kalau Haram menentangnya secara logika,
mengikutinya adalah wajib.
b. Qiyas
Qiyas dari sudut kebahasaan, kata qiyas berarti ukuran, yakni mengetahui ukuran
sesuatu dengan Menisbahkannya pada yang lain. Sedangkan menurut istilah adalah
menghubungkan sesuatu yang belum Dinyatakan ketentuan hukumnya oleh nash karena
keduanya memiliki kesamaan illat hukumnya.30 Yang Dimaksud dengan menghubungkan
dalam definisi di atas adalah suatu proses mempersamakan, yakni Menyamakan hal-hal baru
yang ditemukan mujtahid dan belum terangkat ketentuan hukumnya secara Eksplisit dalam
nas, baik al-Qur’an maupun al-sunnah terhadap hal-hal yang telah dinayatakan ketentuan
Hukumnya oleh nas. Ahmad Hanafi menyebut bahwa qiyas ialah mempersamakan hukum
peristiwa yang Belum ada ketentuannya, karena antara kedua peristiwa hukum itu terdapat
segi-segi persamaan.
Kedudukan qiyas
Ahli hukum Islam sepakat bahwa qiyas juga memiliki hujjah syari’ah atas hukum-
hukum mengenai Perbuatan manusia dan ia menududki martabat yang keempat diantara
siumber hukum Islam, jika tidak Didapati suatu kejadian dasar hukumnya menurut nas baik
al-qur’an maupun hadis atau ijmak, tetapi ada Kesamaan illat dengan suatu kejadian yang
sudah ada nasnya.
Di antara dalil-dalil kebolehannya, QS al-Nisa’/4:59

ِ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا أَ ِطيعُوا هَّللا َ َوأَ ِطيعُوا ال َّرسُو َل َوأُولِي اأْل َ ْم ِر ِم ْن ُك ْم ۖ فَإ ِ ْن تَنَازَ ْعتُ ْم فِي َش ْي ٍء فَ ُر ُّدوهُ ِإلَى هَّللا ِ َوال َّرس‬
‫ُول‬
‫إِ ْن ُك ْنتُ ْم تُ ْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر ۚ ٰ َذلِكَ خَ ْي ٌر َوأَحْ َسنُ تَأْ ِوياًل‬

Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika Kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya),Jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih
baik Akibatnya.”
Jika terjadi perbedaan pendapat tentang sesuatu peristiwa hukum yang tidak terdapat
dalam al- qur’an dan sunnah Rasulullah saw, dan bagi ulil amri di antara mereka, maka
kembalikanlah hal itu kepada Allah dan Rasulnya.

Anda mungkin juga menyukai