Anda di halaman 1dari 130

TINJAUAN SOSIOLOGI HUKUM PENERAPAN SANKSI

BAGI MASYARAKAT YANG MELAKUKAN PELANGGARAN

DALAM PENANGANAN WABAH COVID 19 DI MAKASSAR

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Hukum Jurusan Ilmu hukum
Pada Fakultas Syariah Dan Hukum
UIN Alauddin Makassar

Oleh

NURAFNI FARADILLAH
NIM. 10400117023

ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2020

i
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Nurafni Faradillah
NIM : 10400117023
Tempat/ Tgl Lahir : Kendari, 26 Januari 2000
Jurusan : Ilmu Hukum
Fakultas : Syariah dan Hukum
Judul Penelitian : Tinjauan Sosiologi Hukum Penerapan Sanksi bagi Masyarakat
yang Melakukan Pelanggaran dalam Penanganan Wabah
Covid 19 di Makassar

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar
merupakan hasil kasrya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain baik sebagian maupun
keseluruhan. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan
merujuk berdasarkan pada kode etik ilmiah.

Gowa, 15 Mei 2021


Penulis

,
Nurafni Faradillah

iii
PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi ini yang berjudul, “Tinjauan Yuridis Terhadap Ahli Waris


Pengganti dalam Hukum Kewarisan Islam dan Hukum Kewarisan Perdata di
Indonesia”, yang disusun oleh Nina Ismaya, NIM: 10400117006, mahasiswa
Jurusan Ilmu Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar,
telah di uji dan dipertahankan dalam sidang Munaqasyah yang diselenggarakan
pada hari Senin, tanggal 23 April 2021 M, bertepatan dengan 11 Ramadhan 1442
H, dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar
dengan beberapa perbaikan.

Samata, 23 April 2021 M


11 Ramadhan 1442 H

DEWAN PENGUJI :

Ketua : Dr. H. Muammar Muh. Bakry, Lc., M.Ag ( )

Sekretaris : Dr. Marilang, S.H., M.Hum. ( )

Pembimbing I : Istiqamah, S.H.,M.H ( )

Pembimbing II : Dr. Andi Safriani, S.H., M.H ( )

Penguji I : Ahkam Jayadi, S.H.,M.H ( )

Penguji II : Dr. Hamsir, S.H.,M.Hum ( )

Diketahui Oleh :
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Alauddin Makassar,

Dr. H. Muammar Muhammad Bakri, Lc., M.Ag.


NIP : 19731122 20012 1 002
iv
KATA PENGANTAR

‫بِ ۡس ِم هَّللا ِ ال َّر ۡح ٰ َم ِن ال َّر ِحيم‬

Assalamu’ alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillahhirabbil alaamiin, Puji syukur senantiasa kita panjatkan
kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat dan karuanya-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Tinjauan Sosiologi Hukum
Penerapan
Sanksi bagi Masyarakat yang Melakukan Pelanggaran dalam Penanganan
Wabah Covid 19 di Makassar”, yang mana merupakan salah satu syarat yang
harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Jurusan Ilmu
Hukum UIN Alauddin Makassar. Tak lupa pula, shalawat teriring salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, yang telah
menggulung tikar-tikar kebodohan dan menghamparkan permadani-permadani
pengetahuan.

Skripsi ini bukanlah sekedar persyaratan formal bagi mahasiwa untuk


mendapatkan gelar sarjana hukum akan tetapi, lebih dari itu skripsi ini merupakan
wadah pengembangan ilmu yang didapat di bangku kuliah dan merupakan
kegiatan penelitian sebagai unsur dari Tri Darma Perguruan Tinggi. Oleh karena
itu skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan tentu terdapat banyak
kekurangan di dalamnya, sehingga penulis mengharapkan adanya masukan dan
kritikan positif yang sifatnya membangun ke arah perbaikan dan penyempurnaan
skripsi ini.

Penyusunan skripsi ini tentu tidak lepas dari keterlibatan berbagai


pihak yang senantiasa membantu dan membimbing penulis baik dalam hal moril
maupun materil demi terwujudnya skripsi ini. Oleh karena itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada orang tua penulis, ayahanda Ahmad
Taufik dan ibunda Hj. Fatimah Ramli yang senantiasa mendidik, memotivasi dan
mendoakan penulis hingga sampai pada saat ini.

v
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih dengan tidak
mengurangi rasa hormat kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu, secara khusus peneliti haturkan kepada:

1. Bapak Prof. Hamdan Juhannis, M.A.,Ph.D selaku Rektor beserta Wakil


Rektor I, II, III dan IV UIN Alauddin Makassar.

vi
2. Bapak Dr. Muammar Bakry, Lc., M. Ag selaku Dekan beserta wakil dekan
I, II, III, dan IV fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar.
3. Bapak Dr. Rahman Syamsuddin, S.H.,M.H selaku Ketua Jurusan Ilmu
Hukum fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar.
4. Bapak Abd. Rais Asmar, S.H.,M.H selaku Sekretaris jurusan Ilmu Hukum
fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar.
5. Ibu Istiqamah, S.H.,M.H sebagai dosen fakultas Syariah dan Hukum
sekaligus sebagai pembimbing I penulis yang senantiasa membantu
membimbing dan memotivasi penulis.
6. Ibu Dr. Andi Safriani, S.H.,M.H sebagai dosen fakultas Syariah dan
Hukum sekaligus pembimbing II penulis yang senantiasa dengan penuh
kesabaran membantu membimbing dan memotivasi penulis.
7. Pak Ahkam Jayadi, S.H..,M.H sebagai dosen fakultas Syariah dan Hukum
sekaligus sebagai penguji I yang senantiasa menguji penulis dengan penuh
kritikan yang logis.
8. Pak Dr. Hamsir, S.H.,M.Hum sebagai dosen fakultas Syariah dan Hukum
sekaligus sebagai penguji II yang senantiasa menguji penulis dengan
penuh kesabaran serta masukan-masukan yang positif.
9. Seluruh dosen, pejabat dan staf fakultas Syariah dan Hukum UIN
Alauddin Makassar dan khususnya dosen-dosen jurusan Ilmu Hukum yang
senantiasa mengajar penulis.
10. Kepada seluruh teman-teman kelas Ilmu Hukum A angkatan 2017 atas
dukungan dan doanya untuk penulis selama ini.
Demikian tugas akhir ini penulis buat, semoga penulisan hukum ini dapat
bermanfaat bagi siapapun yang membacanya, khususnya mahasiwa(i) Jurusan
Ilmu Hukum, atas segala ucapan yang tidak berkenan di hati dalam skripsi ini,
maka penulis mohon maaf atas itu.

Wassalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gowa, 02 Maret 2021

Penulis,

Nurafni Faradillah
10400117023

vii
PEDOMAN TRANSLITERASI

1. Konsonan

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

‫ا‬ Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

‫ب‬ Ba B Be

‫ت‬ Ta T Te

‫ث‬ Sa ṡ es (dengan titik di atas)

‫ج‬ Jim J Je

‫ح‬ Ha ḥ ha (dengan titik di bawah)

‫خ‬ Kha Kh ka dan ha

‫د‬ Dal D De

‫ذ‬ Zal Ż Zet (dengan titik di atas)

‫ر‬ Ra R Er

‫س‬ Zai Z Zet

‫س‬ Sin S Es

‫ش‬ Syin Sy es dan ye

‫ص‬ Sad ṣ es (dengan titik di bawah)

‫ض‬ Dad ḍ de (dengan titik dbawah)

‫ط‬ Ta ṭ ta (dengan titik dibawah)

‫ظ‬ Za ẓ zet (dengan titik di

viii
bawah)

‫ع‬ „ain „ Apostrof terbalik

‫غ‬ Gain G Ge

‫ف‬ Fa F Ef

‫ق‬ Qaf Q Qi

‫ك‬ Kaf K Ka

‫ل‬ Lam L El

‫م‬ Mim M Em

‫ن‬ Nun N En

‫و‬ Wau W We

‫ه‬ Ha H Ha

‫ء‬ Hamzah , Apostrof

ٌ Ya Y Ye

Hamzah (‫ )ء‬yang terletaj di awal kata megikuti vokalnya tanpa diberi tanda
apapun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda
(„).

2. Vokal

Tanda Nama Huruf Latin Nama

َ‫ا‬ Fathah A A

ِ‫ا‬ Kasrah I I

َ‫ا‬ ḍammah U U

ix
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara

harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu::

Tanda Nama Huruf Latin Nama

‫ى‬
َ fatḥahdan yā‟ Ai a dan i

‫َوى‬ fatḥah dan wau Au a dan u

3. Maddah
Maddah atau vocal panjang yang lambanya berupa harakat dan huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda , yaitu:

Harkat dan Huruf Nama Huruf dan Nama

Tanda

fatḥahdan alif
‫ | َا‬...‫ي‬... Ā a dan garis di atas
َ atauyā‟

‫ي‬ kasrah danyā‟ I i dan garis di atas

‫ىى‬ ḍammahdan wau Ū u dan garis di atas

x
4. Ta‟ Marbutah
Transliterasi untuk tā‟ marbūṭahada dua , yaitu: tā‟ marbūṭah yang hidup
atau mendapat harakat fathah, kasrah, dan dammah, yang transliterasinya
[t]. Sedangkan tā‟ marbūṭah yang mati atau terdapat harakat sukun
transliterasinya adalah [h].

5. Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau tasydid yang dalam system tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda

syaddah Jika huruf ‫ي‬ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh
huruf kasrah(ًّ‫) ِى‬, maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah menjadi (i).

6. Kata Sandang

Kata sandang dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan huruf (alif

lam ma‟rifah). Dalam pedman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi

seperti biasa, al-, baik di ikuti oleh huruf syamsiah maupun huruf

qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang

mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya

dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).

7. Hamzah

Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof („) hanya berlaku bagi

hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah

terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia

berupa alif.

xi
8. Penulisan kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia

Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau

kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa

Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak

lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya Al-Qur‟an (dari al-

Qur‟an), Alhamdulillah, dan munaqasyah. Namun, bila kata-kata tersebut

menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka mereka harus

ditransliterasi secara utuh.

9. Lafẓ al-Jalālah (‫) هللا‬


Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jar dan huruf lainnya

atau berkedudukan sebagai muḍāf ilaih (frase nominal), ditransliterasi

dengan huruf (t).

10. Huruf Kapital

Walau system tulisan Arab tidak mengenal huruf capital (All Capt), dalam

transliterasinya huruf-huruf dikenai ketentuan-ketentuan tentang

penggunaan huruf capital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia

yangb berlaku (EYD). Huruf capital, misalnya, digunakan untuk

menuliskan huruf awal nama dari (orang, tempat, bulan) dan huruf awal

kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang

ditulis dengan huruf capital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan

huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A

dari kata sandang tersebut menggunakan huruf capital (Al-). Ketentuan

xii
yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang

didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun

dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR).

xiii
xiv
DAFTAR ISI

JUDUL.......................................................................................................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI......................................................ii
PENGESAHAN SKRIPSI............................................................................iii
KATA PENGANTAR...................................................................................iv
PEDOMAN TRANSLITERASI...................................................................vi
DAFTAR ISI..................................................................................................xii
ABSTRAK......................................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................10
C. Pengertian Judul dan Ruang Lingkup Penelitian...................................15
D. Kajian Pustaka.......................................................................................15
E. Metode Penelitian..................................................................................16
F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian...........................................................18

BAB II TINJAUAN TENTANG PENERAPAN SANKSI BAGI


MASYARAKAT............................................................................................20

A. Tinjauan Umum tentang Sosiologi Hukum...........................................20


B. Tinjauan tentang Sanksi........................................................................25
C. Tinjauan tentang Masyarakat................................................................29
D. Tinjauan tentang Corona Virus Disease (COVID 19)..........................32

xv
BAB III TINJAUAN TENTANG PELANGGARAN DALAM
PENANGANAN WABAH COVID 19.........................................................40

A. Teori-teori Sosiologi Hukum................................................................40


B. Asas-asas dalam Peraturan Perundang-undangan.................................48
C. Pengertian Pelanggaran dan Teori Efektivitas Hukum.........................49
D. Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian Wabah Covid 19.................51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................55

A. Penerapan Sanski bagi Masyarakat yang Melakukan


Pelanggaran terhadap Peraturan-peratura Wali Kota
Makassar dalam Penanganan Wabah Covid 19....................................54
B. Dampak yang Ditimbulkan dari Implementasi Ketentuan
Perundang-undangan Dalam Penanganan Wabah Covid 19
Ditinjau dari Segi Sosiologi Hukum.....................................................72

BAB V PENUTUP.........................................................................................89

A. Kesimpulan............................................................................................89
B. Saran......................................................................................................90

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................91
LAMPIRAN-LAMPIRAN..............................................................................103
DAFTAR RIWAYAT HIDUP........................................................................107

xvi
ABSTRAK

Nama : Nurafni Faradillah

Nim : 10400117023

Judul : Tinjauan Sosiologi Hukum Penerapan Sanksi bagi Masyarakat yang


Melakukan Pelanggaran dalam Penanganan Wabah Covid 19 di
Makassar

Pokok permasalahan dari penelitian ini adalah Penerapan Sanksi bagi


Masyarakat yang Melakukan Pelanggaran dalam Penanganan Wabah Covid 19 di
Makassar, yang dibagi ke dalam dua sub pembahasan yaitu pertama
Bagaimanakah Penerapan Sanksi bagi Masyarakat yang Melakukan Pelanggaran
terhadap Ketentuan Perundang-undangan tentang Perwali Kota Makassar dalam
Penanganan Wabah Covid 19 di Makassar dan kedua Sejauh Manakah Dampak
yang ditimbulkan dari Implementasi Ketentuan Perundang-undangan dalam
Penanganan Wabah Covid 19 ditinjau dari Segi Sosiologi Hukum.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research)
dengan pendekatan penelitian Socio Legal Approach. Adapun sumber data
penelitian ini yaitu data sekunder yang diperoleh melalui bahan-bahan
kepustakaan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif
kualitatif yaitu menyajikan data-data yang diperoleh dari objek penelitian.
Hasil penelitian ini menujukkan bahwa penerapan sanksi bagi
masyarakat yang melakukan pelanggaran terhadap Perwali Kota Makassar dalam
penanganan wabah Covid 19, telah berjalan optimal bagi pelaku usaha besar
namun belum optimal bagi pelaku usaha kecil serta timbulnya berbagai macam
dampak negatif dalam kehidupan masyarakat akibat pandemi covid 19. Adapun
saran dalam penelitian ini yakni sebaiknya pemerintah Kota Makassar
memberikan sanksi yang adil bagi masyarakat baik bagi pelaku usaha besar
maupun kecil dan juga pemerintah Kota Makassar harus mampu meminimalisir
berbagai dampak negatif yang muncul dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat.

Kata kunci: penerapan sanksi, pelanggaran, covid 19

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat memasuki awal tahun 2020 dunia digemparkan dengan adanya


pandemi wabah virus corona (Covid 19) yang menjangkiti hampir seluruh penjuru
negara di muka bumi ini termasuk negara Indonesia salah satunya. Dan pertama
kali wabah covid 19 ini masuk ke Indonesia adalah pada hari Senin tanggal 14
Februari 2020. Kemudian kasus Covid 19 di Indonesia diawali dari sebuah acara
pesta dansa yang diadakan di Klub Paloma dan Amigos, Jakarta. Partisipan acara
tersebut bukan hanya warga negara Indonesia sendiri akan tetapi juga
multinasional, begitu juga dengan warga negara Jepang yang menetap di negara
Malaysia.
Penyebaran virus corona di Indonesia ini muncul pertama kali di daerah
Depok, Jawa Barat yang menjangkiti dua warganya, mereka adalah seorang ibu
yang berusia 64 tahun dan seorang putrinya yang berusia 31 tahun. Berikut
kronologisnya untuk kasus pertama, pada tanggal 14 Februari tahun 2020, seorang
anak perempuan dengan inisial NT mengikuti sebuah acara pesta dansa dengan
partisipan yang multinasional termasuk negara Jepang. Kemudian ketika kembali
ke domisilinya yaitu negara Malaysia, warga negara Jepang tersebut positif
terserang COVID 19. Lanjut pada tanggal 16 Februari tahun 2020 berselang dua
hari setelah pesta dansa tersebut, NT ini pada akhirnya terserang batuk, sesak
nafas, dan juga mengalami demam selama kurun waktu 10 hari. Lanjut pada
tanggal 26 Februari tahun 2020, akhirnya NT memutuskan untuk berobat ke RS
Mitra Depok dengan tujuan untuk mengatasi keluhan yang dirasakan. Di RS
akhirnya NT divonis oleh dokter mengidap penyakit Bronkopneumonia, penyakit
ini adalah salah satu jenis dari pneumonia yang mengakibatkan peradangan pada
paru-paru NT. Dan selanjutnya NT ditetapkan sebagai salah satu suspect virus

1
2

corona yang berasal dari Wuhan, China dengan Riwayat kontak kasus positif
COVID 19.
Masih berlanjut pada tanggal 29 Februari tahun 2020, NT akhirnya dirujuk
ke Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, meskipun keadaan NT
sudah membaik dalam artian tidak lagi mengalami demam tetapi masih dalam
keadaan batuk pada saat itu. Dan juga pada tanggal 1 Maret tahun 2020, dokter
pada akhirnya mengambi spesimen berupa nasofaring, orofaring, serum, dan
sputum. Sampel tersebut kemudian dikirim ke Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) serta pengambilan Bronchoalveolar
lavage (BAL) akan dilakukan pengiriman susulan. Sehingga kasus yang dialami
NT ini termasuk dalam kategori pengawasan atau pemantauan langsung.
Adapun kasus kedua yang dirasakan oleh seorang ibu berinisial MD dari
putrinya yang berinisial NT, bermula pada tanggal 20 Februari tahun 2020 MD ini
melakukan kontak fisik lanngsung dengan anaknya saat itu yang diduga terjangkit
COVID 19. Dan berlanjut pada tanggal 22 Februari tahun 2020 dua hari setelah
peristiwa tersebut, MD telah memperlihatkan gejala dari infeksi virus corona. MD
juga berobat ke Rumah Sakit yang sama dengan putrinya yaitu di RS Mitra Depok
dengan hasil diagnosis tifoid dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), akhirnya
MD divonis terjangkit COVID 19 sama seperti putrinya. Kemudian pada tanggal
29 Februari tahun 2020, akhirnya ibu dan anak ini dirujuk ke RSPI Sulianto
Saroso. Dan pada tanggal 1 Maret tahun 2020 prosedur yang diterapkan oleh
rumah sakit sama dengan putrinya, dokter juga mengambil specimen yang sama
seperti nasofaring, orofaring, serum dan juga sputum. Sampel ini juga dikirim
pada tempat yang sama yaitu ke Litbangkes dan kasus MD ini juga sama dengan
kasus putrinya yang masuk kedalam kategori pengawasan dan pengamatan
langsung.
Dengan adanya beberapa kasus tersebut maka pada hari Senin, tanggal 2
Maret tahun 2020, Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa kedua orang
tersebut positif terjangkit virus corona Wuhan, China atau COVID 19 yang
merupakan kasus pertama di Indonesia sekaligus menjadi suatu ketetapan bahwa
Indonesia pada saat itu juga telah resmi terinfeksi oleh COVID 19. Dengan
3

adanya kondisi seperti ini, pemerintah bergegas melakukan penanganan terhadap


covid 19 yang tidak hanya berfokus pada kedua pengidap tersebut akan tetapi
pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan langsung melakukan observasi pada
lokasi tempat tinggal kedua pengidap kemudian juga langsung mengisolasi rumah
kedua orang tersebut.
Selanjutnya masih terkait penanganan covid ini, Presiden Jokowi sendiri
yang menyatakan bahwa pemerintah telah memiliki kesiapan mental yang matang
dan perlengkapan yang memadai untuk menindaklanjuti kasus virus corona
pertama ini. Dan juga pemerintah akan terus berupaya maksimal demi menekan
penyebaran virus corona Wuhan China, yang sampai saat ini, para ahli, dokter
ataupun mahasiwa kedokteran yang berada di negara China atau negara manapun
1
itu belum menemukan vaksin yang ampuh untuk penyembuhan covid 19.
Jumlah pasien positif Covid 19 atau corona virus di Indonesia kian
meningkat sampai sekarang. Jumlah keseluruhan di Indonesia per hari ini Jumat 9
Oktober tahun 2020 adalah 324.658 orang yang dinyatakan positif terjangkit
covid
19. Sementara pasien yang dinyatakan sembuh menjadi 247.667 orang, setelah
mengalami penambahan sebanyak 3.607 orang. Untuk pasien yang meninggal
dunia juga bertambah sebanyak 97 orang, sehingga totalnya menjadi 11.677
2
orang.
Sedangkan jumlah positif covid 19 di Sulawesi Selatan per tanggal 09
Oktober tahun 2020 mencapai 16.399 kasus. Untuk pasien yang sembuh secara
keseluruhan mencapai 13.692 orang. Sementara untuk pasien yang dinyatakan
3
meninggal dunia akibat covid 19 mencapai 131 orang. Dan khusus di kota

1
Halodoc, “Kronologi Lengkap Virus Corona Masuk di Indonesia”,
https://www.halodoc.com/artikel/kronologi-lengkap-virus-corona-masuk-indonesia , diakses pada
hari Sabtu, tanggal 18 Juli 2020, pukul 23.00.
2 Nasional Okezone, “Update Corona di Indonesia 9 Oktober 2020 : Positif 324.658
Orang, Sembuh 247.667 & Meninggal 11.67”,
https://nasional.okezone.com/read/2020/10/09/337/2291098/update-corona-di-indonesia-9-
oktober-2020-positif-324-658-orang-sembuh-247-667-meninggal-11-677, diakses pada hari Jumat,
tanggal 09 Oktober 2020, pukul 19.00
3 Fix Makassar, “Update Covid-19 di Sulsel: Jumlah Kasus Harian Sembuh Covid-19
per 9
Oktober 2020 Capai 111 Kasus”,
https://fixmakassar.pikiran-rakyat.com/sulsel/pr-57816195/update-covid-19-di-sulsel-jumlah-
4

kasus-harian-sembuh-covid-19-per-9-oktober-2020-capai-111-kasus, diakses pada hari Jumat,


tanggal 09 Oktober 2020, pukul 19.00
5

Makassar, jumlah pasien yang positif covid 19 pada tanggal 09 Oktober tahun
2020, sebanyak 1.894 orang dengan rincian kasus terkonfirmasi tanpa gejala
(simptomatik) 467 orang, terkonfirmasi tanpa gejala (asimptomatik) tercatat 1.427
orang, pasien yang sembuh 31 orang (total 1502) dan meninggal dunia 2 orang
4
(total 662), sedangkan kasus suspek 276 orang.
Dengan adanya data yang menggambarkan semakin merebaknya wabah
covid 19 dan semakin meningkatnya jumlah penderita covid 19 ini, maka khusus
di Indonesia pemerintah telah mengeluarkan status darurat bencana terhitung
mulai tanggal 29 Februari tahun 2020 hingga tanggal 29 Mei tahun 2020 terkait
pandemi virus coroa ndengan jumlah waktu 91 hari. Namun seiring dengan
semakin meningkatnya penyebaran COVID 19, status darurat bencana tersebut
masih diperpanjang hingga sekarang. Adapun langkah-langkah penanganan awal
yang telah dilakukan pemerintah untuk dapat menyelesaikan kasus luar biasa ini,
salah satunya adalah dengan mensosialisasikan gerakan social distancing dan
karantina wilayah. Konsep social distancing ini menjelaskan bahwa untuk dapat
mengurangi bahkan memutus mata rantai infeksi COVID 19 seluruh orang harus
menjaga jarak aman dengan orang lainnya minimal 1 meter, dan tidak melakukan
kontak fisik langsung dengan orang lain, dan juga menghindari pertemuan massal
5
di luar rumah.

Berkaitan dengan upaya pelaksanaan karantina beserta ketentuan-


ketentuan yang mengaturnya. Berikut penjelasan mengenai pengertian karantina
itu sendiri adalah pembatasan aktivitas dan/atau pemisahan individu atau
kelompok yang terpapar penyakit menular sebagaimana ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan meskipun belum menunjukkan gejala apapun atau
sedang berada dalam masa inkubasi, dan/atau pemisahan peti kemas, alat angkut,
atau barang apapun yang diduga terkontaminasi dari orang dan/atau barang yang

4 Sulsel Suara, “Kasus Covid-19 di Makassar Meningkat, Ribuan Orang Tanpa


Gejala”, https://sulsel.suara.com/read/2020/09/10/180601/kasus-covid-19-di-makassar-
meningkat-ribuan-orang-tanpa-gejala?page=all, diakses pada hari Jumat, tanggal 09 Oktober 2020,
pukul 19.00
5 Dana Riksa Buana, “ Analisis Masyarakat Indonesia dalam Menghadapi Pandemi Virus
Corona (Covid 19) dan Kiat Menjaga Kesejahteraan Jiwa”, Jurnal, (Universitas Mercu Buana
2020).
6

mengandung penyebab penyakit atau sumber bahan kontaminasi lain untuk


mencegah kemungkinan penyebaran ke orang dan/atau barang di sekitarnya.
Kemudian karantina dan pembatasan sosial telah diatur dalam Undang-undang
6
No. 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan. Selanjutnya menurut pasal
12 Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah
7
Penyakit Menular. Dan terkait wabah corona, Surat Edaran Menteri Kesehatan
Nomor HK.02.01/MENKES/202/2020 Tahun 2020 tentang Protokol Isolasi Diri
8
Sendiri dalam Penanganan Coronavirus Disease (COVID-19), yang menyatakan
bahwa pemerintah telah menghimbau masyarakat yang sakit untuk tidak pergi
bekerja, ke sekolah, ke kampus, atau ke ruang public untuk menghindari
9
penularan covid 19 ke orang lain di lingkungan masyarakat.

Dari berbagai banyaknya peraturan perundang-undangan yang telah


ditetapkan oleh pemerintah, namun fakta di masyarakat yang terjadi adalah
banyak masyarakat yang tidak menyikapi hal ini dengan baik, seperti contohnya
pemerintah sudah meliburkan para siswa dan mahasiswa untuk tidak berkuliah
atau bersekolah di lingkungan kampus atau sekolah ataupun memberlakukan
bekerja dari rumah (WFH), namun kondisi ini justru dimanfaatkan oleh banyak
masyarakat untuk berlibur. Selain itu, walaupun saat ini Negara Indonesia sudah
ditetapkan dalam keadaan darurat tetapi masih saja ada pelaksanaan tabligh akbar,
dimana saat itu akan mengumpulkan ribuan orang disatu tempat, hal tersebut jelas
dapat menjadi mediator atau sarana terbaik bagi penyebaran virus corona dalam
skala yang lebih besar lagi. Selain itu masih banyak juga masyarakat yang

6 Undang-undang No. 6 Tahunn 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan


7 Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular
8 Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor HK.02.01/MENKES/202/2020 Tahun 2020
tentang Protokol Isolasi Diri Sendiri dalam Penanganan Coronavirus Disease (COVID-19)
9 Hukum Online, “Jerat Hukum Bagi Mereka yang Ogah di Karantina”
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5e7c6ae5caf16/jerat-hukum-bagi-mereka-
yang-ogah-dikarantina/, diakses pada hari Rabu, tanggal 11 Juni 2020, pukul 20.05
7

menganggap enteng wabah virus corona ini, dengan tidak mengindahkan


10
himbauan-himbauan yang telah disosialisasikan oleh pemerintah.

Termasuk munculnya beberapa surat edaran dalam menangani wabah


covid 19, salah satunya adalah surat edaran yang telah dibuat oleh PJ Walikota
Makassar Prof Ruddy Djamaluddin dalam hal ini Peraturan Walikota Makassar
No. 36 Tahun 2020 tentang Percepatan Pengendalian Corona Virus Desease 2019
(COVID 19) di Kota Makassar dalam pasal 6 yang memiliki substansi mengenai
pembatasan kepada setiap orang yang bakal masuk dan keluar wilayah kota
Makassar dengan menerapkan bahwa warga yang tak memiliki surat keterangan
bebas COVID 19 tidak boleh masuk ke kota Anging Mammiri tersebut, dan dalam
pasal 6 ayat 3 memiliki substansi setiap orang yang tidak memperlihatkan surat
keterangan dari Lurah/Kepala Desa asal daerah bahwa benar adalah buruh yang
bekerja di Kota Makassar serta setiap orang yang tidak memperlihatkan kartu
identitas bahwa benar adalah penduduk yang berdomisili tetap di Kawasan
Mamminasata, dan pasal 7 yang memilki substansi bahwa setiap mahasiswa baru
yang mendaftar di Kota Makassar dengan tidak memperlihatkan kartu tes
pendaftaran, dan juga setiap orang sakit yang dirujuk ke Kota Makassar dengan
11
tidak memperlihatkan surat rujukan dari Rumah Sakit daerah asal.

Sementara dalam Peraturan Wali Kota Makassar No. 22 Tahun 2020


tentang Pelaksanaan PSBB di Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan dijelaskan
dalam pasal 2 bahwa, setiap orang yang berdomisili tetapi tetap berkegiatan di
Kota Makassar diantaranya melaksanakan pembelajaran di sekolah dan/atau
institusi pendidikan lainnya, melakukan aktifitas bekerja di tempat kerja,
melakukan kegiatan keagamaan di rumah ibadah, melakukan kegiatan di tempat
fasilitas umum, melakukan kegiatan sosial dan budaya serta setiap pergerakan

10
Dana Riksa Buana, “ Analisis Masyarakat Indonesia dalam Menghadapi Pandemi
Virus Corona (Covid 19) dan Kiat Menjaga Kesejahteraan Jiwa, Jurnal, (Universitas Mercu
Buana 2020), h. 1
11
Peraturan Walikota Makassar No. 36 Tahun 2020 tentang Percepatan Pengendalian
Corona Virus Desease 2019 (COVID 19)
8

12
orang dan barang yang menggunakan moda transport. Dengan adanya peraturan-
peraturan tersebut, maka bagi yang melakukan pelanggaran akan dikenakan sanksi
sosial, di mana bagi pelanggar akan disuruh untuk melakukan push up sebanyak-
banyaknya, membersihkan jalan raya dan juga fasilitas umum lainnya, namun jika
sanksi sosial tidak membuat para pelanggar jera maka akan dikenakan sanksi pidana
berupa kurungan penjara, sedangkan sanksi denda akan diterapkan bagi warga yang
tidak memakai masker dengan nominal denda sebanyak 250.000,-(dua ratus lima
puluh ribu) hingga 1.000.000,- ( satu juta rupiah).

Dan setelah PSBB tahap ke dua di Kota Makassar telah dilaksanakan,


pemerintah Kota Makassar menerapkan peraturan baru yang sifatnya sebagai
pelengkap dari peraturan sebelumnya yaitu Peraturan Wali Kota Makassar Nomor
31 Tahun 2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Protokol Kesehatan di Kota
13
Makassar , Yusran Jusuf mengatakan bahwa dalam peraturan Perwali ini
mengatur tiga hal, yaitu “mengatur standar utama kesehatan, ada kewajiban bagi
pengurus masjid atau rumah ibadah lainnya mematuhi protokol kesehatan dan ada
monitoring yang dilakukan pemerintah”. Pihak Pemkot Makassar juga akan
menempatkan satgas Covid 19 untuk terus mengawasi tempat usaha seperti mall
dan pasar agar menerapkan protocol kesehatan yang dimaksud. Khusus untuk
pelaku usaha yang nanti tidak mengindahkan Perwali tersebut, seperti tidak
menyiapkan tempat cuci tangan dan membuat kerumunan, tidak menggunakan
masker, maka akan dikenakan tiga jenis sanksi, mulai dari sanksi ringan berupa
peringatan tertulis, sanksi sedang berupa penutupan paksa tempat usaha dan
sanksi berat berupa pencabutan izin usaha atau kegiatan.

Saat ini, Peraturan Wali Kota Makassar yang diterapkan adalah Peraturan
Wali Kota Makassar No. 51 Tahun 2020 tentang Penerapan Disiplin Penegakan
Hukum Protokol Kesehatan Sebagai Upaya Pencegahan dan Pengendalian Corona
Virus Disease (Covid 19) dan Perwali Kota Makassar No. 53 Tahun 2020 tentang

12 Peraturan Wali Kota Makassar No. 22 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan PSBB di Kota
Makassar Provinsi Sulawesi Selatan
13 Peraturan Wali Kota Makassar Nomor 31 Tahun 2020 tentang Pedoman Pelaksanaan
Protokol Kesehatan di Kota Makassar
9

Pedoman Protokol Kesehatan Pada Pelaksanaan Kegiatan Pernikahan, Resepsi


dan Pertemuan di Kota Makassar.

Adapun contoh pelanggaran yang pernah terjadi selama beberapa


peraturan Perwali diterapkan di Kota Makassar, yaitu tepatnya pada bulan Juli
sejumlah warga yang beraktifitas di jalan raya langsung ditahan oleh beberapa
petugas yang sedang menjalankan tugasnya karena warga tersebut tidak memakai
masker sesuai dengan himbauan pemerintah, maka warga tersebut langsung
diberikan sanksi sosial berupa membersihkan jalan raya dan ada juga yang
14
diberikan sanksi berupa push up sebanyak-banyaknya.

Belakangan justru kondisi ideal yang diharapkan sesuai ketentuan


perundang-undangan tidaklah dapat berjalan dengan baik, karena masyarakat
merasa dirugikan dengan adanya pemberlakuan aturan tersebut. Seperti dalam hal
perekonomian masyarakat mengeluh karena tidak bisa menghidupkan usahanya
seperti biasanya, kemudian terkait himbauan pemerintah untuk mencegah agar
tidak terinfeksi covid 19, misalnya dengan cara menjaga jarak (physical
distancing) dan juga khususnya dalam kekarantinaan kesehatan. Hal ini membuat
kalangan usia lanjut terbilang sulit untuk mematuhi himbauan tersebut sehingga
anak atau sanak keluarga dari seorang lansia ini bahkan hingga cucunya sendiri
merasa frustasi. Karena pada satu sisi, mereka tak ingin melihat orang tua atau
kakek dan neneknya menjadi sakit akibat tertular COVID 19, disisi lain lagi
mereka tak kuasa dan juga tak enak hati untuk mengatur sang ayah, ibu, atau
kakek nenek.

Hal demikian dijelaskan oleh seorang Dr. Alexandra Stockwell yang telah
beralih profesi menjadi pakar hubungan dan pendiri Calm in Chaos,
mengungkapkan bahwa kondisi semacam itu terbilang wajar, disebabkan karena
para orang tua sudah mengalami berbagai era sebelumnya yang mungkin penuh
dengan kecemasan, kekhawatiran, kepanikan daripada adanya wabah covid 19 ini.

14Merdeka.com, “Lusa, Warga yang Tak Gunakan Masker Akan Dikenakan Sanksi Sosial”
https://m.merdeka.com/peristiwa/lusa-warga-makassar-yang-tak-gunakan-masker-akan- dikenakan-sanksi-
sosial.html, diakses pada hari Kamis, tanggal 17 Desember 2020, pukul 20.37
10

Seperti dimulai dari adanya perang yang berkecamuk sewaktu mereka kecil atau
muda hingga berbagai persoalan yang dihadapi dalam masa sekarang ini. Hingga
sampai pada satu titik, mereka seperti merasa punya hak kuasa untuk melakukan
apapun yang mereka inginkan, selama kondisi tubuh mereka masih mendukung.
Dan kebanyakan dari lansia saat ini masih terbilang kuat fisik, sehat, fit sehingga
mereka seperti “menolak” atau muncul rasa ketidakinginan yang dirasakan oleh
lansia yang masuk kategori rentan terpapar virus Corona. Sehingga saat ada
himbauan dari pemerintah untuk menjaga jarak dan tidak melakukan kontak fisik
langsung, tidak keluar rumah atau mengurangi aktivitas di luar ruangan hingga
dianjurkan agar melakukan kekarantinaan kesehatan, para lansia langsung
15
merespon hal tersebut dengan menyatakan tidak nyaman.

Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang diatas, nampak bahwa


masih sering terjadi kesenjangan antara pemikiran dan perilaku masyarakat
menghadapi wabah covid 19 dengan kepentingan negara untuk mengatur
kedudukan masyarakat agar tidak terjadi masalah dalam kehidupan masyarakat itu
sendiri. Artinya pada uraian diatas jelas bahwa wabah covid 19 yang sudah terjadi
dalam masyarakat membutuhkan adanya keserasian tindakan antara pihak
penguasa negara dalam bentuk kebijakan peraturan perundang-undangan dalam
mengatasi wabah covid 19 dengan keinginan masyarakat untuk tetap beraktifitas
normal di luar rumah dalam memenuhi kebutuhannya dengan tetap menjaga
sikapnya dalam rangka mengatasi wabah covid 19. Untuk itulah, muncul sejumlah
upaya untuk mengkaji permasalahan ini termasuk peneliti, sehingga dalam tulisan
ini akan peneliti uraikan mengenai permasalahan utama yang berkaitan langsung
dengan persoalan yang telah dibahas pada latar belakang masalah.

15
Liputan 6, “5 Langkah Jelaskan Karantina Pandemi Virus Corona Covid 19 pada
Lansia”, https://www.liputan6.com/bola/read/4212882/5-langkah-jelaskan-karantina-pandemi-
virus-corona-covid-19-pada-lansia, diakses pada hari Rabu 11 Juni 2020, pukul 21.00
11

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diajukan pokok permasalahan


yakni: “Bagaimana Tinjauan Sosiologi Hukum Penerapan Sanksi bagi Masyarakat
yang Melakukan Pelanggaran dalam Penanganan Wabah Covid 19 di Makassar?”.
Agar tidak meluas, maka dibagi dalam beberapa sub masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan sanksi bagi masyarakat yang melakukan


pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan tentang Peraturan-
peraturan Walikota Makassar dalam pengananan wabah covid 19 di
Makassar?

2. Sejauh manakah dampak yang ditimbulkan dari implementasi ketentuan


perundang-undangan dalam penanganan wabah Covid 19 ditinjau dari segi
sosiologi hukum?

C. Pengertian Judul dan Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi masalah dalam fokus penelitian penulis
adalah “Bagaimanakah Penerapan Sanksi Bagi Masyarakat yang Melakukan
Pelanggaran terhadap Ketentuan Perundang-undangan dalam Penanganan Wabah
Covid 19 di Makassar berdasarkan peninjauan seluruh jenis sanksi baik di dalam
ketentuan pidana maupun di luar ketentuan pidana yang diupayakan dalam
penanganan wabah covid 19” serta “Sejauh manakah dampak yang ditimbulkan
dari implementasi ketentuan perundang-undangan dalam penanganan wabah
Covid 19 ditinjau dari segi sosiologi hukum”.

Untuk memberikan arah yang sesuai dengan pokok permasalahan yang


dibahas, maka penulis memberikan penjelasan terhadap beberapa kata yang
penting, diantaranya:
12

1. Kata tinjauan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata
„tinjau‟ yang berarti melihat, menjenguk, memeriksa, dan meneliti untuk
kemudian menarik kesimpulan. Kemudian tinjauan adalah hasil dari
kegiatan meninjau, pandangan, pendapat, (sesudah menyelidiki atau
16
mempelajari).
2. Sosiologi hukum adalah cabang sosiologi di bidang hukum yang mengkaji
soal hubungan timbal balik antara hukum dengan masyarakat serta fakta-
17
fakta sosial yang terjadi secara empiris dan analitis.
3. Penerapan adalah suatu perbuatan menerapkan, mengimplemetansikan,
mempraktekkan, dan mengaktualisasikan yang dilakukan oleh individu
maupun golongan atau kelompok dengan maksud untuk mencapai suatu
18
target atau tujuan yang telah ditentukan atau ditetapkan.
4. Ketentuan perundang-undangan adalah segala peraturan tertulis yang
dikeluarkan oleh pejabat atau lingkungan jabatan yang berwenang
yang berisi aturan tingkah laku yang mengikat secara umum (abstrak
19
umum). Dalam hal penelitian ini ketentuan perundang-undangan
yang dimaksud adalah berfokus kepada segala jenis ketentuan
perundang-undangan atau penegakan hukum yang berkaitan dengan
upaya pencegahan wabah covid 19. Diantaranya, Undang-undang No.
6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan, Peraturan Pemerintah
No. 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular,
Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.01/MENKES/202/2020 Tahun 2020 tentang Protokol Isolasi
Diri Sendiri dalam Penanganan Coronavirus Disease (COVID-19),
Peraturan Wali Kota Makassar No. 22 Tahun 2020 tentang
Pelaksanaan PSBB Di Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan,
Peraturan Walikota Makassar No. 36 Tahun 2020 tentang Percepatan

16 Kamus Besar Bahasa Indonesia


17 Wonkdermayu, “Sosiologi Hukum”, https;//wonkdermayu.wordpress.com/kuliah-
hukum/sosiologi-hukum, diakses pada hari Sabtu, tanggal 18 Juli 2020, pukul 18.00
18 Kamus Besar Bahasa Indonesia
19 Maroni, Pengantar Hukum Pidana Administrasi (Bandar Lampung: Cv. Anugrah
Utama Raharja Anggota IKAPI, 2015), h. 2
13

Pengendalian Corona Virus Desease 2019 (COVID 19) Di Kota


Makassar, dan Peraturan Wali Kota Makassar Nomor 31 Tahun 2020
tentang Pedoman Pelaksanaan Protokol Kesehatan di Kota Makassar.
Termasuk surat edaran yang dibuat oleh pemerintah tanpa persetujuan
dari DPR dan juga tanpa meminta pendapat masyarakat dengan tujuan
untuk meredam kerompakan masyarakat. Adapun ketentuan
perundang-undangan dan sejumlah surat edaran diatas adalah tidak
berkaitan pada semua pasal akan tetapi berfokus kepada pasal-pasal
yang berkaitan langsung dan umumnya sering terjadi dalam masa
pandemi sekarang ini mengenai ketentuan dan sanksi dalam
penanganan wabah covid 19.
5. Pelanggaran dalam arti hukum adalah wetsdelict, artinya segala perbuatan-
perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok yang tidak sesuai
dengan norma atau kaidah sehingga perbuatannya disebut sebagai
perbuatan melawan hukum atau dalam pengertian lain, pelanggaran adalah
segala jenis tindakan masyarakat yang tidak patuh akan aturan hukum
yang telah ditetapkan dalam undang-undang yang dibuat oleh penguasa
negara. Dalam hal ini pelanggaran yang dimaksud adalah segala jenis
pelanggaran yang telah ditetapkan dalam aturan hukum terkait pencegahan
dan pengendalian wabah covid 19, yang dimaksud dengan jenis-jenis
pelanggaran tersebut diuraikan sebagai berikut:
a. Pelanggaran yang dimaksud dalam Peraturan Walikota Makassar No. 36
Tahun 2020 Pasal 6, adalah setiap orang yang masuk ke dalam dan keluar
kota Makassar dengan tidak melengkapi dirinya dengan Surat Keterangan
bebas Covid 19 yang dikeluarkan oleh rumah sakit atau puskesmas daerah
asal, Pasal 6 ayat 3 pelanggaran dimaksud adalah setiap orang yang tidak
memperlihatkan surat keterangan dari Lurah/Kepala Desa Asal Daerah bahwa
benar adalah buruh yang bekerja di Kota Makassar, setiap orang yang tidak
memperlihatkan kartu identitas bahwa benar adalah penduduk yang
berdomisili/menetap di Kawasan MAMMINASATA, dan Pasal 7
pelanggaran dimaksud adalah setiap mahasiswa baru yang mendaftar di kota
14

Makassar dengan tidak memperlihatkan kartu pesertas tes pendaftaran, dan


juga setiap orang sakit yang dirujuk ke Kota Makassar dengan tidak
20
menunjukkan surat rujukan dari Rumah Sakit daerah asal.
b. Pelanggaran yang dimaksud dalam Peraturan Wali Kota Makassar No. 22
Tahun 2020 Pasal 2, adalah setiap orang yang berdomisili tetapi tetap
berkegiatan di Kota Makassar, diantaranya melaksanakan pembelajaran di
sekolah dan/atau institusi Pendidikan lainnya, melakukann aktifitas bekerja di
tempat kerja, melakukan kegiatan keagamaan di rumah ibadah, melakukan
kegiatan di tempat atau fasilitas umum, melakukan kegiatan social dan
budaya serta setiap pergerakan orang dan barang yang menggunakan moda
21
transport.
c. Pelanggaran yang dimaksud dalam Peraturan Wali Kota Makassar Nomor 31
Tahun 2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Protokol Kesehatan di Kota
Makassar, adalah setiap orang yang tidak memakai masker saat berada di luae
rumah dan orang-orang yang berkerumun, dan setiap masjid atau rumah
ibadah yang tidak menerapkan protocol kesehatan juga setiap tempat usaha
22
yang tidak menyediakan fasilitas cuci tangan secara memadai.
Oleh karena itu dari sekian jenis-jenis pengertian pelanggaran baik dari
peraturan tertinggi sampai dengan peraturan terendah yang penulis cantumkan di
atas, maka yang dimaksudkan oleh penulis adalah segala jenis-jenis pelanggaran
yang secara operasional disesuaikan dengan tingkat wilayahnya masing-masing
yang ada kaitannya dengan penanganan wabah covid 19.

d. Pelanggaran yang dimaksud dalam Peraturan Wali Kota Makassar No. 51


Tahun 2020 tentang Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol
Kesehatan sebagai Upaya Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus

20
Peraturan Walikota Makassar No. 36 Tahun 2020 tentang Percepatan Pengendalian
Corona Virus Desease 2019 (COVID 19) Di Kota Makassar
21 Peraturan Wali Kota Makassar No. 22 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan PSBB Di
Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan
22 Peraturan Wali Kota Makassar Nomor 31 Tahun 2020 tentang Pedoman
Pelaksanaan Protokol Kesehatan di Kota Makassar
15

23
Disease 2019 dan Peraturan Wali Kota Makassar No. 53 Tahun 2020
tentang Pedoman Penerapan Protokol Kesehatan Pada Pelaksanaan Kegiatan
Pernikahan, Resepsi Pernikahan dan Pertemuan di Kota Makassar adalah
setiap orang yang tidak mematuhi protokol kesehatan pada pelaksanaan
kegiatan pernikahan, dan setiap orang yang tidak mematuhi protokol
24
kesehatan pada kegiatan pertemuan di Kota Makassar.

6. Wabah adalah penyebaran suatu penyakit di tengah masyarakat, di mana


jumlah orang yang terjangkit lebih banyak daripada biasanya pada suatu
komunitas atau mmusim tertentu. Wabah dapat terjadi secara terus
menerus, mulai hitungan hari hingga tahun. Wabah tidak hanya terjadi
pada suatu wilayah, tetapi biasanya menyebar ke wilayah yang lain,
25
bahkan negara yang lain. Sedangkan Coronavirus atau coronaviradae
adalah nama family dari keluarga besar virus yang dapat menyebabkan
suatu penyakit pada manusia dan binatang. Coronavirus memiliki ratusan
anggota keluarga. Tujuh diantaranya diketahui dapat menyerang manusia.
Pada manusia, umumnya virus ini menyebabkan infeksi ssaluran
pernapasan dari ringan hingga berat, dengan penyakit yang paling sering
adalan common cold atau batuk pilek biasa. Infeksi saluran pernapasan
berat disebabkan oleh tiga anggoota coronavirus, yaitu SARS-CoV yang
mewabah pada tahun 2002-2004; MERS-CoV yang mewabah pada tahun
2012-2013; dan yang terbaru SARS-CoV 2 yang pertama kali ditemukan
26
sebagai pandemi oleh WHO pada bulan Maret tahun 2020.

23 Peraturan Wali Kota Makassar No. 51 Tahun 2020 tentang Penerapan Disiplin
dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan sebagai Upaya Pencegahan dan Pengendalian Corona
Virus Disease 2019
24 Peraturan Wali Kota Makassar No. 53 Tahun 2020 tentang Pedoman Penerapan
Protokol Kesehatan Pada Pelaksanaan Kegiatan Pernikahan, Resepsi Pernikahan dan Pertemuan di
Kota Makassar
25 F.G Winarno, Covid 19: Pelajaran Berharga dari Sebuah Pandemi (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2020), h. 2
26 Nahla Shihab, Covid 19: Kupasan Ringkas yang Perlu Anda Ketahui (Jakarta:
Literati, 2020), h. 1-2
16

D. Kajian Pustaka

Pada penelitian ini, masalah yang akan dikaji mengenai Bagaimanakah


Penerapan Sanksi Bagi Masyarakat yang Melakukan Pelanggaran terhadap
Ketentuan Perundang-undangan tentang Peraturan Walikota Makassar dalam
Penanganan Wabah Covid 19 di Makassar. Oleh karena itu, diperukan banyak
literatur dan referensi yang kuat untuk membahas penelitian ini. Referensi yang
digunakan penulis antara lain:

a. Safrizal ZA dkk, dalam bukunya Pedoman Umum Menghadapi Pandemi


Covid 19. Buku ini menyuguhkan lengkap tentang penjelasan Covid 19
seperti: negara-negara yang terjangkit covid 19 serta jumlah kasus pada setiap
negara, karakteristik covid 19, serta membahas mengenai kebijakan
pengendalian dan pencegahan covid 19 di tengah masyarakat, sehingga buku
ini sangat cocok untuk judul yang diangkat oleh peneliti.
b. F.G Winarno, dalam bukunya yang berjudul Covid 19: Pelajaran Berharga
Dari Sebuah Pandemi. Buku ini menyuguhkan lengkap tentang pengertian
covid, gejala-gejala covid, social distancing, isolasi diri serta cara mencegah
penularan Covid 19. Buku ini memiliki nilai tersendiri dibandingkan dengan
buku-buku yang lain, sebab dari buku ini kita dapat mengetahui cara tepat
untuk mencegah penularan Covid 19.
c. Fithriatus Shalihah, dalam bukunya yang berjudul Sosiologi Hukum. Buku ini
banyak membahas tentang definisi-definisi sosiologi hukum baik definisi
secara bahasa maupun istilah serta definisi dari berbagai para ahli/pakar
sosiologi hukum. Buku ini memuat banyak definisi sosiologi hukum
dibandingan dengan buku sosiologi hukum yang lain.
d. Bambang Sunggono, dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian.
Dalam buku ini terdapat penjelasan mengenai sumber data yang bisa
dijadikan untuk sebuah penelitian, diantaranya bahan hukum primer, bahan
hukum sekunder dan juga bahan hukum tersier. Buku ini lebih menjelaskan
17

secara mendetail terkait sumber data untuk sebuah penelitian dibandingkan


dengan buku-buku yang lain.
e. Munir Fuady, dalam bukunya yang berjudul Teori-teori dalam Sosiologi
Hukum. Dalam buku ini terdapat pembahasan yang lebih rinci mengenai
teori-teori sosiologi hukum yang terdiri dari 11 teori, diantaranya teori
behaviorisme, teori struktualisme, teori fungsionalisme, teori
interaksionalisme simbolis, teori etnometodologi, teori fenomologi, teori
sistem, teori konflik, teori pertukaran sosial, teori aktor jaringan dan teori
kritis. Buku ini membahas dengan jelas tentang teori-teori sosiologi hukum
yang juga sangat cocok untuk digunakan oleh peneliti.

Kelima buku di atas saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya,
dikarenakan isi dari bab dan sub bab dari buku-buku tersebut ada yang tidak
dibahas dalam satu buku namun dijelaskan pada buku yang selanjutnya atau
sejenis. Tetapi, esensi yang terdapat pada buku-buku di atas masing-masing
berkaitan dengan pokok bahasan mengenai Tinjauan Sosiologi Hukum Penerapan
Sanksi bagi Masyarakat yang Melakukan Pelanggaran dalam Penanganan Wabah
Covid 19 di Makassar.

E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kepustakaan
(library research). Penelitian ini mengacu kepada data atau bahan-bahan yang
berkaitan langsung dengan topik permasalahan yang diangkat. Sumber datanya
bisa diperoleh dari banyak sumber yang tertulis, seperti buku-buku, undang-
undang, surat edaran, jurnal, ensiklopedia, website, dan karya tulis ilmiah yang
berkaitan dengan topic permasalahan.

2. Pendekatan Penelitian
Metode pendekatan yang dipakai dalam penelitian peneliti adalah metode
Socio Legal Approach. Metode penelitian Socio Legal Approach yaitu metode
18

penelitian yang mendekati suatu permasalahan melalui penggabungan antara


analisais normatif dengan pendekatan ilmu non hukum dalam melihat hukum.
Penelitian ini juga mengkaji ilmu hukum dengan memasukkan faktor sosial
dengan tetap dalam batasan penulisan hukum. Penelitian ini mendahulukan
pembahasan norma-norma hukum kemudian mengupasnya dengan komprehensif
dan kajian ilmu non hukum atau faktor-faktor di luar hukum seperti sejarah,
ekonomi, sosial, politik budaya dan lainnya.

Penelitian socio legal approach merupakan konsep payung yang


memayungi semua pendekatan terhadap hukum, proses hukum maupun sistem
hukum. Penelitian ini tidak melepaskan diri dari kajian penelitian
normative/doctrinal, justru mengupas tuntas terlebih dahulu kajian normative,
doktrin hukumnya kemudian baru dibongkar melalui kajian dari aspek non
27
hukum.

3. Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi pustaka dalam berbagai buku
yang diakses melalui repository perguruan tinggi, artikel-artikel dari website,
peraturan perundang-undangan khususnya Peraturan Wali Kota Makassar terkait
covid 19, jurnal-jurnal yang dapat diakses secara online baik menyangkut tentang
penerapan sanksi bagi masyarakat dalam penanganan wabah covid 19 di Makassar
28
maupun jurnal-jurnal ilmiah lainnya yang menyangkut hukum secara umum.

4. Metode Pengumpulan Data


Dalam hal pengumpulan bahan hukum, baik bahan hukum primer maupun
bahan hukum sekunder seluruhnya dikumpulkan berdasarkan topik permasalahan
dengan melakukan studi kepustakaan, yaitu peneliti mengumpulkan bahan-bahan

27 Ferry Koto, “Pengantar Kuliah Metode Penelitian Socio Legal”, http://ferrykoto-


pasca15.web.unair.ac.id/artikel_detail-154176-Pendidikan-
Pengantar%2520Kuliah%2520Metode%2520Penelitian%2520Sosio%2520Legal.html , diakses
pada hari Kamis, tanggal 17 Desember, pukul 21.08
28 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum (Depok, Rajawali Pers, 2018), h.
114
19

hukum dari berbagai peraturan perundang-undangan, buku-buku, artikel, jurnal


ilmiah, hasil penelitian akar hokum dan kliping koran serta melakukan browsing
internet mengenai segala hal yang terkait dengan topik permasalahan.

5. Teknik Analisis Data


Adapun metode analisis yang peneliti gunakan adalah analisis deskriptif
kualitatif yaitu menyajikan kajian pada data-data yang diperoleh dari objek
penelitian. Suatu penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang
seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. Dengan
maksud adalah bahan hokum yang diperoleh dalam penelitian diuraikan
sedemikian rupa, sehingga disajikan dalam penulisan yang lebih sistematis demi
29
menjawab masalah yang telah dirumuskan.

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini pada umumnya ialah untuk mengetahui
bagaimana tinjauan sosiologi hukum penerapan sanksi bagi masyarakat yang
melakukan pelanggaran dalam penanganan wabah covid 19 di Makassar.

Berdasarkan pokok rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka


tujuan khusus yang akan dicapai adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimanakah penerapan sanksi bagi masyarakat yang


melakukan pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan dalam
penanganan wabah covid 19 di Makassar.
2. Untuk mengetahui sejauh manakah dampak yang ditimbulkan dari
implementasi ketentuan perundang-undangan dalam penanganan wabah
covid 19 ditinjau dari segi sosiologi hukum.

29
Satrioth, “Penulisan Skripsi dengan Metode Yuridis”,
https://satriofh.blogspot.com/2016/11/penulisan-skripsi-dengan-metode-yuridis.html, diakses pada
hari Kamis, taggal 18 Juni 2020, pukul 21.15
20

2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini diantara lain:
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi ilmu
pengetahuan khususnya di bidang hukum dengan adanya data yang
menujukkan bahwa bagaimana tinjauan sosiologi hukum penerapan sanksi
bagi masyarakat yang melakukan pelanggaran dalam penanganan wabah
covid 19 di Makassar, sehingga dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan
sebagai acuan atau referensi terhadap penelitian-penelitian selanjutnya.
b. Dengan adanya penelitian ini peneliti berharap dapat menghasilkan sebuah
kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang hukum
khususnya pada hukum pidana maupun konstribusi kepada masyarakat
Indonesia khususnya di Makassar.
c. Penelitian ini diharapkan pula dapat memberikan pemahaman kepada
masyarakat luas tentang bagaimanakah penerapan sanksi bagi masyarakat
yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan dalam
penanganan wabah covid 19 di Makassar, sehingga dapat menjadi referensi
dan acuan dalam menangani permasalahan terkait sanksi akibat pelanggaran
yang dilakukan oleh masyarakat selama wabah covid 19 tersebut.
BAB II
TINJAUAN TENTANG PENERAPAN SANKSI BAGI
MASYARAKAT

A. Tinjauan Umum tentang Sosiologi Hukum


1. Pengertian Sosiologi Hukum

Menurut R. Otje Salman menyatakan bahwa sosiologi hukum adalah ilmu-


ilmu yang mempelajari hubungan tibal balik antara hukum dengan gejala-gejala
30
sosial lainnya secara empiris analitis.

Menurut Selznick sosiologi hukum merupakan kegiatan-kegiatan ilmiah


untuk menemukan kondisi-kondisi sosial yang sesuai ataupun tidak sesuai dengan
31
hukum, serta cara-cara untuk menyesuaikannya.

Menurut Sajipto Rahardjo sosiologi hukum adalah ilmu yang mempelajari


fenomena hukum yang bertujuan memberikan penjelasan terhadap praktik-praktik
32
hukum, sebab faktor yang berpengaruh, latar belakang masalah dan sebagainya.

Sosiologi hukum terbagi menjadi dua yaitu sosiologi hukum empiric dan
sosiologi ukum kontemplatif. Sosiologi hukum empirik mengumpulkan bahan-
bahannya dari sudut perspektif eksternal, artinya dari suatu titik berdiri pengamat
yang mengobservasi. Sedangkan sosiologi hukumm kontemplatif berbeda dengan
sosiologi hukum empiric, baginya suatu perspektif eksternal tidak dapat diteria
33
sehubungan dengan aspek yang dipelajarinya.

Hukum sebagai gejala/proses sosial sifatnya heteronom, artinya hukum


tersebut memiliki pengaruh dan hubungan timbal balik dengan gejala sosial

30
Amran Suadi, Sosiologi Hukum Penegakan: Realitas dan Nilai Moralitas Hukum
(Jakarta: Kencana, 2018), h. 3
31
Rianto Adi, Sosiologi Hukum: Kajian Hukum Secara Sosiologis (Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia, 2012), h. 22
32 Muhammad Zainal, Pengantar Sosiologi Hukum (Yogyakarta: Deepublish, 2019), h.
22
33 Otje Salman dan Anthon F Susanto, Teori Hukum (Bandung: PT Refika Aditama,
2008), h. 61

21
22
23

lainnya seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, agama dan lain-lain. Hukum
sebagai gejala sosial yang bersifat empiris, dapat dipelajari sebagai independent
variable maupun sebagai dependent variable. Hukum yang dipelajari sebagai
dependent variable merupakan resultante (hasil) dari berbagai kekuatan dalam
proses sosial dan studi tersebut dikenal sebagai Sosiologi Hukum. Dilain pihak,
hukum dipelajari sebagai independent variable menimbulkan pengaruh dampak
kepada berbagai aspek kehidupan sosial yang demikian dikenal sebagai studi
34
hukum masyarakat.

Hukum diartikan sebagai kenyataan (das sein) dalam kehidupan


masyarakat. Hukum sebagai kenyataan sosial mewujudkan diri dalam bentuk
hukum yang hidup (the living law) dalam masyarakat atau dalam bentuk hukum
35
masyarakat.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sosiologi hukum adalah bagaimana


suatu aturan berlaku dalam kehidupan masyarakat, seperti aturan-aturan mengenai
penanganan wabah covid 19 dibuat agar masyarakat dapat terhindar dari covid 19
serta diharapkan masyarakat dapat menyikapinya dengan baik dengan mematuhi
segala aturan-aturan tersebut, itulah yang dimaksud dengan sosiologi hukum.

2. Objek Kajian Sosiologi Hukum

Sosiologi hukum merupakan cabang khusus sosiologi, yang menggunakan


metode kajian yang lazim dikembangkan dalam ilmu-ilmu sosiologi. Sementara
yang menjadi objek sosiologi hukum adalah:

a. Sosiologi hukum mengkaji hukum dalam wujudnya atau Government Sosial


Control. Dalam hal ini, sosiologi mengkaji seperangkat kaidah khusus yang
berlaku serta dibutuhkan, guna menegakkan ketertiban dalam kehidupan
bermasyarakat.

34 Fithriatus Shalihah, Sosiologi Hukum (Depok: Raja Grafindo Persada, 2017), h. 3


35 Andi Safriani. "TELAAH TERHADAP ASAS TRANSPARANSI DALAM
PENGELOLAAN DANA DESA." Jurisprudentie: Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan
Hukum 7.1 (2020): 60-74, h. 41
24

b. Sosiologi hukum mengkaji suatu proses yang berusaha membentuk warga


masyarakat sebagai makhluk sosial. Sosiologi hukum menyadari
36
eksistensinya sebagai kaidah sosial yang ada dalam masyarakat.
c. Objek utama sosiologi hukum lainnya adalah stratifikasi. Perlu diketahui,
bahwa stratifikasi yang menjadi pembahasan sosiologi hukum bukanlah
stratifikasi hukum, misalnya dalam konsep Hans Kelsen dengan gurndnorm
teorinya, melainkan stratifikasi yang dapat ditemukan dalam suatu sistem
kemasyarakatan yang merupakan pelapisan yang terjadi baik dengan
37
sendirinya atau karena sebab lain.

3. Fungsi Sosiologi Hukum


a. Hukum Sebagai Sarana Social Control (Pengendalian Sosial)

Hukum sebagai social control : kepastian hukum, dalam artian Undang-


undang yang dilakukanbenar-benar terlaksana oleh penguasa, dan penegak hukum.
Fungsinya masalah penginterasian tampak menonjol dengan terjadinnya
perubahan-perubahan pada faktor tersebut, hukum harsu menjalankan usahanya
sedemikian rupa sehingga konflik-konflik serta kepincangan-kepincangan yang
mungkin timbul tidak menganggu ketertiban serta produktifitas masyarakat.

Pengendalian sosial adalah upaya untuk mewujudkan suatu kondisi yang


seimbang di dalam masyarakat, yang bertujuan untuk terciptanya suatu keadaan yang
38
serasi antara stabilitas dan perubahan di dalam masyarakat. Hukum sebagai alat
pengendalian sosial, tidaklah sendirian di dalam masyarakat, melainkan

36 Fithriatus Shalihah, Sosiologi Hukum, hal. 6-7


37 Amran Suadi, Sosiologi Hukum Penegakan: Realitas dan Nilai Moralitas Hukum
(Jakarta: Kencana, 2018), h. 29
38Baso Madiong, Sosiologi Hukum Suatu Pengantar (Makassar: CV. Sah Media, 2014),
h. 46
25

menjalankan fungsi itu bersama-sama dengan pranata-pranata sosial lainnya yang


39
juga melakukan fungsi pengendalian sosial.

b. Hukum Sebagai Alat Untuk Mengubah Masyarakat (Social Engineering)

Hukum berfungsi sebagai alat untuk mengubah masyarakat yang disebut


oleh Roscoe Pound a tool of social engineering. Perubahan masyarakat yang
dimaksud terjadi apabila seseorang atau sekelompok orang mendapat suatu
kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin lembaga-lembaga
kemasyarakatan. Pelopor perubahan pemimpi masyarakat dalam mengubah sistem
sosial dan dalam melaksanakan hal itu dan menyangkutt tekanan-tekanan untuk
melakukan suatu perubahan dan mungkin pula menyebabkan perubahan-
perubahan pada lembaga-lembaga lainnya.
Ada 4 (empat) faktor minimal yang perlu diperhatikan dalam hal
penggunaan hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat. Faktor dimaksud
diungkapkan sebagai berikut:

1) Mempelajari efek sosial yang nyata dari lembaga-lembaga serta ajaran-


ajaran hukum,
2) Melakukan studi sosiologis dalam mempersiapkan peraturan perundang-
undangan serta dampak yang ditimbulkan dari undang-undang tersebut,
3) Melakukan studi tentang peraturan perundang-undangan yang efektif,
4) Memperhatikan sejarah hukum tentang bagaimana suatu hukum itu
40
muncul dan bagaimana diterapkan dalam kehidupan bermsyarakat.

c. Wibawa Hukum

Praksis penerapan hukum cenderung memperlihatkan adanya pelemahan


wibawa hukum. Pelemahan wibawa hukum ini disebabkan oleh beberapa hal.

39 Rahman Syamsuddin, Pengantar Hukum Indonesia ( Jakarta: Prenadamedia


Group, 2019), h. 14
40Hasnati, Sosiologi Hukum: Bekerjanya Hukum Di Tengah Masyarakat (Yogyakarta:
Absolute Media, 2015), h. 9-10
26

Melemahnya wibawa hukum menurut O. Notohamidjojo, diantaranya disebabkan


oleh hukum yang tidak memperoleh dukungan yang semestinya dari norma-norma
sosial non hukum, tidak adanya kesadaran hukum dan kesadaran norma yang
semestinya serta pejabat-pejabat hukum yang tidak sadar aakan kewajibannya
untuk memelihara hukum negara, adanya kekuasaan dan wewenang, ada paradigm
hubungan timbal balik antara gejala sosial lainnya dengan hukum.

Adapun paradigma hubungan timbal balik antara gejala sosial dengan


hukum dapat dipahami dalam artian sebagai berikut:

1) Hukum tidak memperoleh dukungan yang semestinya dari norma-norma


sosial bukan hukum, melemahnya value system (sistem nilai) dalam
masyarakat pada umumnya sebagai akibat dari modernisasi. Sehingga
pengaruh yang dating cenderung melemahkan wibawa hukum.
2) Norma-norma huku tidak atau belum sesuai dengan norma-norma sosial
yang bukan hukum, hukum yang dibentuk terlalu progresif sehigga
dirasakan sebagai norma-norma yang asing bagi rakyat.
3) Tidak ada kesadaran hukum dan kesadaran norma yang semestiny.
Sehingga tidak tercapai tujuan hukum.
4) Pejabat-pejabat hukum negara lalu mengorupsikan uang negara, merusak
41
hukum negara itu sendiri, sehingga wibawa hukun pun menjadi rusak.

Dengan demikian, adanya pertentangan antara dua kubu yaitu pemerintah


sebagai penentu kekuasaan dalam hal membuat peraturan perundang-undangan
wabah covid 19 dan masyarakat sebagai pihak yang wajib mematuhi suatu aturan
perundang-undangan wabah covid 19, maka inilah yang akan menjadi objek
kajian terkait penanganan wabah covid 19.

41 Amran Suadi, Sosiologi Hukum: Penegakan, Realitas dan Moralitas Hukum


(Jakarta: Kencana, 2018), h. 21
27

B. Tinjauan tentang Sanksi


1. Pengertian Sanksi

Hans Kelsen berpendapat bahwa, sanksi didefinisikan sebagai reaksi


koersif masyarakat atas tingkah laku manusia berdasarkan (fakta sosial) yang
terjadi sehingga mengganggu masyarakat. Setiap sistem norma atau kaidah dalam
pandangan Hans Kelsen selalu bersandar pada sanksi. Dan juga setiap norma
dapat dikatakan “legal” apabila dilekati dengan sanksi, walaupun norma itu harus
berkaitan dengan norma yang lainnya. Dan juga menurut Black‟s Law Dictionary
bahwa sanksi adalah sebuah hukuman atau tindakan memaksa yang dihasilkan
oleh kegagalan setiap orang atau kelompok dalam mematuhi aturan hukum.

2. Jenis-jenis Sanksi
a. Sanksi Pidana

Sanksi pidana adalah sanksi yang lebih tajam bila karena bisa mengenai
42
harta benda, kehormatan, badan, bahkan mengancam nyawa seseorang. Sanksi
pidana sesungguhnya bersifat reaktif terhadap suatu perbuatan dan berfokus pada
perbuatan salah seseorang lewat pengenaan penderitaan (agar yang bersangkutan
menjadi jera) dan sangat jelas bahwa sanksi pidana lebih menekankan unsur
pembalasan (pengimbalan). Dan sanksi pidana bertujuan untuk memberikan
penderitaan istimewa kepada pelanggar supaya ia merasakan akibat perbuatannya.
Selain ditujukan pada pengenaan penderitaan terhadap pelaku, sanksi pidana juga
43
merupakan bentuk pernyataan pencelaan terhadap perbuatan si pelaku.

42 Ketut Merta dkk, Buku Ajar Hukum Pidana (Denpasar: Universitas Udayana, 2016),
h.
22
43 Sholehuddin, Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2004), h. 32-33
28

KUHP sebagai induk atau sumber utama hukum pidana telah terperinci
jenis-jenis pidana, sebagaimana dalam Pasal 10 KUHP. Menurut stelsel KUHP,
pidana dibedakan menjadi 2 kelompok, antara pidana pokok dengan pidana
tambahan:

Pidana Pokok yang terdiri dari:

1) Pidana mati
2) Pidana penjara
3) Pidana kurungan
4) Pidana denda
5) Pidana tutupan (ditambahkan berdasarkan UU No. 20 Tahun

1946). Pidana Tambahan yang terdiri dari:

1) Pencabutan hak-hak tertentu

2) Perampasan barang-barang tertentu.

3) Pengumuman keputusan hakim.44

Berdasarkan pengertian sanksi pidana di atas, maka dalam upaya


penanganan wabah covid 19 telah dikeluarkan beberapa aturan dengan sejumlah
jenis ancaman hukuman pidana, diantara Undang-undang No. 4 tahun 1984 dalam
pasal 14 ayat 1 disebutkan bahwa barang siapa yang sengaja mengahalang-halangi
pelaksanaan penanggulangan wabah maka diancam selama-lamanya 1 tahun
penjara dan juga hal yang sama pada pasal 14 ayat 2 yang menyebutkan bahwa
siapapun yang karena kealpaannya menghalangi penanggulangan wabah covid 19
maka diancam dengan hukuman kurungan 6 bulan lamanya, hal ini juga terdapat
pada Undang-undang No. 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan pasal

44
Andi Sofyan, dan Nur Azisa, Hukum Pidana (Makassar, Pustaka Pena Pers, 2016), h.
88
29

93 terdapat ancaman pidana paling lama 1 tahun penjara bagi masyarakat yang
45
tidak mematuhi atau melanggar pelenggaraan kesehatan.

b. Sanksi Denda
Sanksi denda adalah hukuman yang diberikan kepada individu atau
kelompok dengan cara menjatuhi denda atau sejumlah uang yang harus dibayar
sebagai akibat dari tindakan melawan hukum yang telah dilakukan oleh individu
46
atau kelompok itu.

Berdasarkan pengertian sanksi denda di atas, terdapat juga sejumlah aturan


yang dibuat dalam penanganan wabah covid 19 dengan mencantumkan beberapa
sanksi denda bagi pelanggarnya, diantaranya terdapat pada Undang-undang No. 4
tahun 1984 dalam pasal 14 ayat 1 yang menyatakan bahwa siapapun yang dengan
sengaja mengahalangi pelaksanaan penanggulangan wabah covid 19 akan
dikenakan denda setingi-tingginya Rp.1.000.000 dan pada pasal 14 ayat 2 yang
menyatakan hal yang sama bahwa bagi siapapun yang karena kealpaannya
mengakibatkan terhalanginya pelaksanaan penanggulangan wabah covid 19 akan
diancam hukuman denda setinggi-tingginya Rp. 500.000.

Hal ini juga terdapat pada beberapa aturan lain seperti Peraturan Gubernur
Nomor 41 Tahun 2020 tentang Pengenaan Sanksi terhadap Pelanggaraan
Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Penanganan Corona Virus
47
Disease (COVID 19) Di Provinsi Khusus Ibu Kota Jakarta , dalam hal ini telah

45
Nasional Kompas, “Langkah Hukum di tengah Penanganan Wabah Covid 19”,
https://nasional.kompas.com/read/2020/04/06/10272001/langkah-hukum-di-tengah penanganan-
wabah-covid-19-ini-pelanggaran-yang?page=all, diakses pada hari Kamis, tanggal 23 Juli 2020,
pukul 00.35
46 Kamus Tokopedia, “Denda”, https://kamus.tokopedia.com/d/denda/, diakses
pada hari Kamis, tanggal 23 Juli 2020, pukul 00.46
47 Peraturan Gubernur Nomor 41 Tahun 2020 tentang Pengenaan Sanksi terhadap
Pelanggaraan Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Penanganan Corona Virus
Disease (COVID 19) Di Provinsi Khusus Ibu Kota Jakarta
30

diterapkan di daerah DKI Jakarta bahwa siapapun yang terdapat tidak memakai
48
masker saat keluar rumah maka akan dikenakan denda sebesar Rp. 250.000.

c. Sanksi Administratif
Sanksi administratif secara luas dapat dipahami sebagai sanksi yang
dijatuhkan oleh pembentuk suatu peraturan tanpa intervensi oleh pengadilan atau
tribunal. Dalam pengertian lain, sanksi administratif berarti reaksi negative yang
dapat diterapkan oleh badan administrasi dalam menanggapi pelanggaran undang-
undang, peraturan, atau keputusan individual, dan dianggap sebagai ssanksi
49
hukuman pidana dengan konvensi eropa tentang hak asasi manusia.

Berdasarkan pengertian sanksi administratif di atas, maka terdapat juga


aturan dalam penanganan wabah covid 19 serta contoh yang telah terjadi dalam
kehidupan masyarakat, yaitu sebuah toko yang terdapat di Kota Makassar yaitu
Toko New Agung dicabut izin usahanya akibat melanggar aturan PSBB
sebagaimana yang terdapat dalam PERWALI No. 22 Tahun 2020 tentang
Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar di Kota Makassar Provinsi
Sulawesi Selatan. Kemudian terkait pencabutan izin usahanya ini juga atas
50
rekomendasi dari Tim Teknis Dinas Perdagangan Kota Makassar.

d. Sanksi Sosial

Sanksi sosial adalah hukuman atau efek jera yang diberikan oleh
masyarakat kepada setiap anggotanya yang melakukan pelanggaran terhadap
aturan hukum yang telah ditetapkan, dimana sanksi sosial ini memiliki batas

48
MediaIndonesia,“HukumPelanggarCovid19”,https://mediaindonesia.com/editorials/
detail_editorials/2009-hukum-pelanggar-protokol-covid-19, diakses pada hari Kamis, tanggal 23
Juli 2020, pukul 00.58
49 Sri Nur Hari Susanto, “Jurnal Hukum Karakter Yuridis Sanksi Hukum
Administrasi: Suatu Pendekatan Komparasi”, Jurnal, (Universitas Diponegoro), h. 131-132
50 Sindonews, “Akibat Melanggar Aturan PSBB Izin Usaha Toko Agung dicabut”,
https://makassar.sindonews.com/read/18493/710/akibat-melanggar-aturan-psbb-izin-usaha-toko-
agung-dicabut-1588691130, diakses pada hari Kamis, tanggal 22 Juli 2020, pukul 01.15
31

waktu yang sangat pendek, berbeda dengan sanksi lainnya yang telah menetapkan
jangka waktu yang panjang penerapan sanksi tersebut.

Berdasarkan pengertian sanksi sosial diatas, maka terdapat penerapan


sanksi-sanksi yang telah diterapkan di sejumlah wilayah disesuaikan dengan
aturan yang telah dilanggar, seperti di wilayah Kota Makassar setiap orang yang
tidak memakai masker saat keluar rumah maka akan mendapatkan sanksi sosial
seperti membersihkan jalan, memungut sampah atau bahkan melakukan push up
51
sebanyak-banyaknya. Hal ini juga diberlakukan di wilayah DKI Jakarta dengan
sanksi sosial yang sama di Kota Makassar yaitu membersihkan sarana dan
prasarana umum sambil memakai rompi berwarna orange bagaikan tahanan KPK
52
yang sedang menjalani hukuman dengan bertuliskan “Pelanggar PSBB”.

C. Tinjuan tentang Masyarakat


1. Pengertian Masyarakat
Masyarakat merupakan suatu kehidupan bersama yang terorganisir untuk
53
mencapai dan merealisir tujuan bersama. Jadi, yang dimaksud dengan
masyarakat yaitu sekolompok manusia yang membentuk sebuah system, baik
secara resmi terbuka maupun tertutup dan di antara anggotanya terjadi interaksi
sehingga menimbulkan ketergantungan antara satu dengan yang alin.

Masyarakat terdiri atas sekumpulan manusia yang hidup bersama secara


teratur. Di dalam masyarakat tersebut terdapat norma-norma yang berfungsi
mengatur sekelompok manusia di dalamnya. Norma dibedakan atas norma tertulis
dan tidak tertulis. Norma tertulis yaitu norma yang aturannya telah ditetapkan dan

51
Sonora, “Ditemukan Tak Pakai Masker Pj Walikota Makassar Minta Dihukum
Bersihkan Jalan”, https://www.sonora.id/read/422235841/ditemukan-tak-pakai-masker-pj-
walikota-makassar-minta-dihukum-bersihkan-jalan?page=all, diakses pada hari Kamis, tanggal 23
Juli 2020, pukul 01.34
52
MediaIndonesia,“HukumPelanggarProtokolCovid19”,https://mediaindonesia.com/
editorials/detail_editorials/2009-hukum-pelanggar-protokol-covid-19, diakses pada hari Kamis,
tanggal 23 Juli 2020, pukul 01.40
53 Rahman Syamsuddin dan Ismail Aris, Merajut Hukum di Indonesia (Jakarta:
Mitra Wicana Media, 2014), h. 13
32

disahkan dengan undang-undang. Sedangkan norma yang menyangkut baik dan


benarnya di dalam masyarakat dan sudah menjadi pedoman umum bagi
54
sekelompok orang tersebut.

Berdasarkan pengertian mengenai masyarakat diatas, yang dimaksudkan


oleh peneliti adalah seluruh masyarakat yang berada di wilayah negara Indonesia
yang terdampak atau terinfeksi oleh covid 19.

2. Perilaku Masyarakat Indonesia dalam Menghadapi Pandemi COVID


19

Ada sebuah teori yang dapat diangkat untuk menjelaskan perilaku


masyarakat Indonesia dalam menghadapi wabah covid 19 ini yaitu teori bias
kognitif. Bias kognitif merupakan suatu kesalahan sistematis dalam berfikir
sehingga mempengaruhi suatu keputusan dan penilaian yang dibuat oleh
seseorang. Dimana cara seseorang dalam mengingat suatu peristiwa dapat menjadi
bias karena sejumlah alalsan tertentu, dan pada gilirannya dapat menyebabkan
pemikiran dan pengambilan keputusan yang bias. Bias kognitif ini terbagi menjadi
beberapa jenis, dan dalam kasus ini maka penulis akan mengaitkan dengan
kondisi yang paling tepat dengan fenomena yang diangkat mengenai pandemi
covid 19. Bias yang pertama adalah optimism bias. Bias optimism merupakan bias
kognitif yang membuat seseorang percaya bahwa merek sendiri cenderung tidak
mengalami peristiwa negative. Ini juga dikenal sebagi optimism tidak realistis
atau optimism komparatif. Konsep ini menjelaskan persoalan mengapa
masyarakat Indonesia tetap saja tidak takut untuk melakukan aktifitas di luar
rumah yang dihadapkan oleh orang banyak, seperti liburan, hal itu dikarenakan
masyarakat terlalu percaya diri bahwa covid 19 tidak seberbahaya yang
dibayangkan, ini juga dikarenakan tipikal orang Indonesia yang sangat santai
menghadapi kondisi apapun, maupun meyakini bahwa tuhan akan selalu
melindungi Negara Indonesia. Dalam hal ini juga menjelaskan bahwa sejumlah

54 Indriana F, Mengenal Masyarakat Indonesia (Tangerang: Loka Aksara, 2019), h. 6


33

aturan-aturan yang telah dibuat oleh pemerintah mengenai penanganan wabah


covid 19 berujung tidak ada manfaatnya karena masyarakat sendiri masa bodoh
dengan adanya pandemi covid 19 ini.

Konsep kognitif lainnya adalah emotional bias. Bias emosional ini


merupakan distorsi dalam kognisi dan pengambilan keputusan karena faktor
emosional. Misalnya, seseorang mungkin cenderung untuk menghubungkan
penilaian negative dengan peristiwa atau objek netral; mempercayai sesuatu yang
memilki efek emosional positif, yang memberikan perasaan menyenangkan,
bahkan jika ada bukti yang bertentangan; atau enggan menerima fakta nyata yang
tidak menyenangkan dan memberikan penderitaan mental. Dari penjelasan ini
maka jelas kognisi masyarakat Indonesia tidak menerima fakta negative yaitu
virus corona yang sangat membahayakan, tetapi mereka justru mencari sesuatu hal
yang dapat memberikan perasaan yang menyenangkan, misalnya pergi liburan dan
jalan-jalan untuk menghindari emosi negative yang berasal dari pandemi covid 19
ini.

Selanjutnya adalah efek Dunning Kruger. Bias kognitif ini menjelaskan


bahwa seseorang menilai kemampuan kognitif lebih besar daripada kenyataan
yang sebenarnya. Hal ini berkaitan dengan bias kognitif superioritas ilusif dan
berasal dari ketidakmampuan seseorang dalam mengenali kemampuan mereka
sesungguhnya. Tanpa kesadaran diri akan metakognisi, seseorang tidak dapat
secara objektif mengevaluasi kompetensi atau ketidakmampuan mereka sendiri.
Dengan konsep inilah menjelaskan bahwa masyarakat Indonesia yang tidak
mengindahkan himbauan pemerintah, memiliki bias kognitif tersebut, dimana
masyarakat merasa lebih tahu atau merasa lebih paham mengenai kondisi pandemi
covid 19 ini, padahal kenyataannya itu adalah sebuah kesalahan fatal. Contohnya
masyarakat merasa dapat menjaga diri dengan baik walaupun berada di luar rumah
atau berada pada keramaian, sehingga mereka merasa pintar atas dasar persepsi
sendiri. Fenomena ini terjadi disebabkan rendahnya kemampuan literasi ataupun
masih banyan orang yang tidak memiki akses pada media-media informasi
sehingga pengetahuan beberapa masyarakat minim atas merebaknya
34

wabah covid 19 ini. Sejalan dengan teori efek Dunning Kruger maka masyarakat
yang memikili vukup pengetahuan dan referensi literature akan dapat mematuhi
55
dan melaksanakan anjuran pemerintah dengan baik dan maksial.

D. Tinjauan tentang Corona Virus Disease (Covid


19) 1. Pengertian Covid 19

Corona virus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit


pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi
saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle
East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernapasan Akut Berat/ Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS). Penyakit ini terutama menyebar di antara
orang- orang melalui tetesan pernapasan dari batuk dan bersin . Virus ini dapat
tetap bertahan hingga tiga hari dengan plastik dan stainless steel SARS CoV-2
dapat bertahan hingga tiga hari,atau dalam aerosol selama tiga jam. Virus ini juga
telah ditemukan di feses, tetapi hingga Maret 2020 tidak diketahui apakah
56
penularan melalui feses mungkin, dan risikonya diperkirakan rendah.

2. Karakteristik COVID-19
Sub-family virus corona dikategorikan ke dalam empat genus; α, β, γ, d an
δ Selain virus baru ini (COVID 19), ada tujuh virus corona yang telah diketahui
menginfeksi manusia. Kebanyakan virus corona menyebabkan infeksi saluran
pernapasan atas (ISPA), tetapi Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus
(MERSr CoV), severe acute respiratory syndrome associated coronavirus (SARSr
CoV) dan novel coronavirus 2019 (COVID-19) dapat menyebabkan pneumonia
ringan dan bahkan berat, serta penularan yang dapat terjadi antar manusia. Virus

55
Dana Riksa Buana, “ Analisis Masyarakat Indonesia dalam Menghadapi Pandemi
Virus Corona (Covid 19) dan Kiat Menjaga Kesejahteraan Jiwa”, Jurnal, (Universitas Mercu
Buana, 2020), h. 2-4
56 Safrizal ZA dkk, Pedoman Umum Menghadapi Pandemi Covid 19 (Jakarta, 2020),
h. 3
35

corona sensitif terhadap sinar ultraviolet dan panas, dan dapat di nonaktifkan
(secara efektif dengan hampir semua disinfektan kecuali klorheksidin). Oleh
karena itu, cairan pembersih tangan yang mengandung klorheksidin tidak
direkomendasikan untuk digunakan dalam wabah ini.

a. Karakteristik Epidemiologi
Angka fatalitas kasus (CFR) tergantung pada ketersediaan layanan
kesehatan, usia dan masalah kesehatan dalam populasi, dan jumlah kasus yang
tidak terdiagnosis. Penelitian terdahulu telah menghasilkan angka tingkat fatalitas
kasus antara 2% dan 3%; pada Januari 2020. WHO menyimpulkan bahwa tingkat
fatalitas kasus adalah sekitar 3%, dan 2% pada Februari 2020 hanya di Provinsi
Hubei. WHO memperkirakan rasio fatalitas infeksi rata-rata (IFR, mortalitas di
antara yang terinfeksi) berkisar antara 0,8% - 0,9%. Sebuah penelitian
observasional terhadap sembilan orang tidak menemukan penularan vertikal dari
ibu terhadap bayi yang baru lahir. Juga, sebuah penelitian deskriptif di Wuhan
tidak menemukan bukti penularan virus melalui hubungan Pedoman Umum
Menghadapi 11 PANDEMI COVID-19 seks, tetapi beberapa ahli mencatat bahwa
penularan selama hubungan seks dapat terjadi melalui rute lain.

b. Karakter Etiologi

Coronavirus yang menjadi etiologi covid 19 termasuk dalam genus


betacoronavirus, umumnya berbentuk bundar dengan beberapa pleomorfik, dan
berdiameter 60-140 nm. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini
masuk dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan wabah
SARS pada 2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus. Atas dasar ini, International
Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV) memberikan nama penyebab
57
COVID 19 sebagai SARS-CoV-2.

57
Anung Sugihantono dkk, Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus
Disease 19 (Jakarta: Galih Alesya Timur, 2020), h. 22
36

c. Karakteristik Klinis

Infeksi Covid 19 dapat menimbulkan berbagai macam gejala mulai dari


gejala yang ringan, sedang atau berat. Gejala klinis utama yang muncul yaitu
demam dengan suhu badan diatas 38 derajat, batuk, dan kesulitan bernafas. Selain
itu, dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue, myalgia, gejala gastrointestinal
seperti diare dan gejala saluran nafas lainnya. Setengah dari pasien timbul sesak
dalam satu minggu. Pada kasus berat perburukan secara cepat dan progresif,
seperti ARDS, syok septik, asidosis metabolic yang sulit dikoreksi dan perdarahan
atau disfungsi system koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa pasien gejala
yang muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan demam. Kebanyakan pasien
memiliki prognosis baik, dengan sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan
58
meninggal.

Dalam hal pemeriksaan laboratorium, edisi terakhir pedoman mengenai


COVID-19 menambahkan penjelasan sebagai berikut: “Peningkatan kadar enzim
hati, LDH, enzim otot dan mioglobin dapat terjadi pada beberapa pasien; dan
peningkatan level troponin dapat dilihat pada beberapa pasien kritis” dan “asam
nukleat nCoV-2019 dapat dideteksi dalam spesimen biologis seperti apusan
nasofaringeal, dahak, sekresi saluran pernapasan bagian bawah, darah dan feses”.

Pada tahap awal COVID-19, hasil rontgen menunjukkan bahwa ada


beberapa bayangan polakecil (multiple small patches shadow) dan perubahan
interstitial, terutama di periferal paru. Seiring perkembangan penyakit, hasil
rontgen pasien ini berkembang lebih lanjut menjadi beberapa bayangan tembus
pandang/kaca (multiple ground glass shadow) dan bayangan infiltrasi di kedua
paru. Pada kasus yang parah dapat terjadi konsolidasi paru. Pada pasien dengan
59
COVID-19, jarang ditemui adanya efusi pleura.

58 Erlina Burhan dkk, Pneumonia Covid 19 Diagnosis dan Penatalaksanaan di


Indonesia (Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2020), h. 12
59 Erlina Burhan dkk, Pneumonia Covid 19 Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia,
h. 11-13
37
38

Demikian dengan adanya karakteristik covid 19, maka lahirlah sejumlah


aturan-aturan yang mengatur mengenai pencegahan covid 19 ini, dimana aturan-
aturan tersebut lahir karena merujuk kepada karakteristik covid 19, yang berfungsi
untuk memberitahukan kepada masyarakat bahwa terdapat karakteristik covid 19
yang harus dihindari dan menjadi perhatian agar masyarakat tidak terinfeksi oleh
virus tersebut.

3. Istilah-istilah yang Berkaitan dengan COVID 19

a. Social Distancing

Penularan covid 19 terjadi ketika orang sakit berkontak erat dengan orang
sehat. Untuk mencegahnya, masyarakat diminta untuk menjaga jarak, atau sering
disebut dengan social distancing. Dan WHO menyebutnya sebagai physical
60
distancing.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Arti istilah
„social distancing‟ atau „pembatasan sosial‟ adalah menghindari tempat umum,
menjauhi kerumunan, dan menjaga jarak optimal 2 meter dari orang lain. Karena
dengan adanya pemabatasan jarak, penyebaran covid 19 ini diharapkan dapat
berkurang.

b. Isolasi dan Karantina

Isolasi artinya memisahkan orang yang sudah sakit dengan orang yang
tidak sakit untuk mencegah terjadinya penyebaran covid 19, sedangkan karantina
artinya memisahkan dan membatasi setiap kegiatan orang yang sudah terpapar
covid 19 namun belum menunjukkan gejala. Bagi OTG isolasi mandiri dilakukan
di rumah selama 10 hari sejak pengambilan specimen diagnosis konfrimasi, baik
isolasi mandiri di rumah maupun di fasilitas publik yang disiapkan pemerintah.

60
Malida Magista dan Nuzul Sri Hertani, Buku Saku Desa Tangguh Covid 19
(Yogyakarta, 2020), h. 12
39

Dan untuk yang derajatnya ringan, isolasi mandiri di rumah/fasilitas karantina


selama maksimal 10 hari sejak muncul gejala ditambah 3 hari bebas gejala demam
dan gangguan pernapasan. Dan untuk orang derajatnya sedang, maka akan dirujuk
ke rumah sakit ke ruang perawatan covid 19/ rumah sakit darurat covid 19. Dan
untuk yang derajatnya berat, maka isolasi dilakukan di ruang isolasi rumah sakir
61
rujukan atau rawat secara kohorting.

c. Lockdown

Istilah lockown berarti karantina wilayah, yaitu pembatasan pergerakan


penduduk dalam suatu wilayah , termasuk menutup akses masuk dan keluar
wilayah.

d. Flattening The Curve

„Flattening the curve‟ atau „pelandaian curva‟ merupakan istilah di


bidang epidemiologi untuk upaya memperlambat penyebaran penyakit menular
dalam hal ini covid 19, sehingga fasilitas kesehatan memilki sumber daya yang
memadai bagi para penderita. Pelandaian kurva ini dapat diatasi dengan
62
melakukan social distancing, karantina dan isolasi.

e. Pasien dalam Pengawasan (PDP)


1) Orang dengan infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu demam
dengan suhu diatas 38 derajat atau riwayat demam, disertai salah satu
gejal/tanda penyakit pernapasan seperti batuk/sesak nafas/sakit
tenggorokan/pilek/pneumonia ringan hingga berat. Dan tidak ada
penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan dan pada 14
hari terakhir sebelum timbul gejala yang memiliki riwayat perjalanan atau
tinggal di negara/wilayah yang transmisi lokal.

61
Erlina Burhan dkk, Pedoman Tatalaksana Covid 19 Edisi 2 (Jakarta: Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia, 2020), h. 8-13
62
Alodokter, “Beragam Istilah terkait Virus Corona dan Covid 19”,
https://www.alodokter.com/beragam-istilah-terkait-virus-corona-dan-covid-19, diakses pada hari
Jumat, tanggal 24 Juli 2020, pukul 20.24
40

2) Orang dengan demam suhu diatas 38 derajat atau riwayat demam atau
ISPA dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat
kontak dengan kasus konfirasi covid 19.
3) Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang membutuhkan perawatan
di rumah sakit dan tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis
yang meyakinkan.

f. Orang dalam Pemantauan (ODP)


1) Orang yang mengalami demam suhu diatas 38 derajat atau riwayat
demamatau gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit
tenggorokan/batuk dan ridak ada penyebab lain berdasarkan gambaran
klinis yang meyakinkan dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala
memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah yang
melaporkan transmisi lokal.
2) Orang yang mengalami gejala gangguan sistem pernapasan seperti
pilek/akit tenggorokan/batuk dan pada 14 hari terakhir sebelu timbul
63
gejala yang memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi covid 19.

g. Orang tanpa Gejala (OTG)

OTG merupakan orang yang tidak mengalami gejala covid 19, tetapi ada
riwayat melakukan kontak langsung dengan pasien yang terjangkit positif covid
64
19. OTG tetap harus melakukan isolasi mandiri di rumah selama 14 hari
dipantau melalui telepon oleh petugs pemantau, dan melakukan kontrol setelah 14
hari isolasi mandiri.

63 Fathiyah Isbaniah dkk, Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 19
(Jakarta: Galih Alesya Timur, 2020), h. 13
64 Pemerintah Provinsi Riau, Buku Digital Ketua RT/RW Kader Posyandu Se-
Provinsi Riau Tanggap Covid 19 (Riau, 2020), h. 6
41

h. Herd Immunitiy

Secara harfiah, istilah „herd immunity‟ berarti kekebalan kelompok. Herd


immunity terhadap suatu penyakit salah satunya covid 19 ini bisa dicapai dengan
pemberian vaksin secara meluas atau bila sudah terbentuk kekebalan alamipada
sebagian besar orang dalam suatu kelompok setelah seseorang terjangkit dan
semuh dari penyakit terebut.

i. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)

Sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan yang dikeluarkan untuk


penanganan wabah COVID 19, beberapa wilayah di Indonesia menerapkan
pembatasan sosial berskala besar. Selama penerapan PSBB, pemerintah daerah
melakukan beberapa hal berikut ini:

1) Peliburan sekolah atau tempat kerja


2) Pembatasan kegiatan keagamaan
3) Pembatasan kegiatan di tempat umum atau fasilitas umum
4) Pembatasan kegiatan sosial dan budaya
5) Pembatasan moda transportasi
6) Pembatasan kegiatan lainnya khusus terkait aspek pertahanan dan
keamanan.

Kemudian terkait aturan peliburan tempat kerja diberikan pengecualian


untuk tempat kerja yang memberikan pelayanan pertahanan keamanan, ketertiban
umum, kebutuhan pangan, bahan bakar minyak dan gas, pelayanan kesehatan,
perekonomian, komukasi, industry, ekspor impor, distribusi logistik, dan
65
kebutuhan dasar lainnya.

Dari berbagai istilah-istilah mengenai covid 19 yang telah peneliti


paparkan di atas, maka aturan-aturan hukum terkait penanganan wabah covid 19
dibuat dengan merujuk pada berbagai macam istilah covid 19 yang telah lahir di

65
Alodokter, “Beragam Istilah terkait Virus Corona dan Covid 19”,
https://www.alodokter.com/beragam-istilah-terkait-virus-corona-dan-covid-19, diakses pada hari
Jumat, tanggal 24 Juli 2020, pukul 20.24
42

tengah masyarakat, sehingga aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah juga


bermacam-macam jenisnya dan fungsinya.
43

BAB III

TINJAUAN TENTANG PELANGGARAN DALAM PENANGANAN


WABAH COVID 19

A. Teori- teori Sosiologi Hukum


Berbagai teori dalam sosiologi yang datangnya silih berganti ini, termasuk
tetapi tidak terbatas pada:

1. Teori Behaviorisme
Teori behaviorisme adalah teori yang berkarakter psikologi, yang
mengajarkan bahwa manusia tidak dipengaruhi oleh bawaan lahir (kecerdasan,
emosional, ketahanan tubuh, penyakit bawaan, genetic), tetapi faktor yang lebih
penting untuk mengetahui sikap tindak manusia ialah memengaruhi serta
membentuk tingkah laku manusia ialah kebiasaan yang terus menerus
dilakukannya sebagai respon terhadap lingkungannya, respon ini dapat
diidentifikasi dan diukur untuk mengetahui seberapa besar respons yang
diiberikan terhadap stimulus internal maupun eksternal. Respons oleh manusia
terhadap lingkungannya melalui factor stimulus tersebut dapat dibentuk atau
dimodifikasi dengan jalan pemberian hadiah (reward), atau dengan jalan
pengadaan berbagai bentuk discouragement atau hukuman dalam sebuah proses
eksperimen yang disebut dengan conditioning. Karena itu, kaum behaviorisme ini
merupakan pendukung dari teori tabula rasa, yakni teori yang mengajarkan bahwa
manusia lahir tidak membawa apa-apa (seperti kertas putih), dimana sikap dan
watak tersebut menjadi berbeda-beda karena pengaruh dari lingkungannya sejak
66
dia mulai menjalani proses kehidupannya.

Dalam hal ini kaitannya dengan penanganan wabah covid 19, adalah
bahwa teori behaviorisme didasarkan pada tingkah laku masyarakat menyikapi
atau mengindahkan sejumlah aturan-aturan yang telah dibuat oleh pemerintah

66 Munir Fuady, Teori-teori dalam Sosiologi Hukum (Jakarta: Kencana, 2011), h. 23


44

dalam penanganan wabah covid 19 terkhusus pada lingkungan masyarakat itu


sendiri.

2. Teori Struktualisme
Teori struktualisme adalah teori yang berusaha untuk memahami aspek-
aspek kemasyarakatan yang bertitik tolak dari pendekatan kepada struktur bahasa
yang dipergunakan oleh masyarakat tersebut, kemudian juga ke struktur dasar
masyarakat (underlying structure), yang menganggap subjek atau aktor bukan
sebagai variable bebas, tetapi lebih merupakan variable yang tidak bebas, yang
selalu dipengaruhi dan dikungkung oleh struktur masyarakat, struktur mana
terdapat dalam pikiran alam bawah sadar masyarakat. Karena titik fokusnya yaitu
terhadap “struktur bahasa” maka kepada paham ini kemudian disebut dengan
67
istilah “struktualis”.

Berdasarkan teori ini, maka sejumlah aturan-aturan yang dibuat oleh


pemerintah dalam pencegahan wabah covid 19, disesuaikan dengan sejauh mana
kemampuan masyarakat dapat memahami isi aturan-aturan tersebut seperti
pengunaan bahasa, atau istilah-istilah lain yang diperkirakan dapat dipahami
dengan mudah oleh masyarakat.

3. Teori Fungsionalisme
Teori fungsionalisme mengajarkan bahwa secara teknis masyarakat dapat
dipahami dengan melihat sifatnya sebagai suatu analisis sistem sosial, dan
subsitem sosial, dengan pandangan bahwa masyarakat pada hakikatnya tersusun
kepada bagian-bagian secara struktural, di mana dalam masyarakat tersebut
terdapat berbagai sistem-sistem dan faktor-faktor, yang satu sama lain mempunyai
peran dan fungsinya masing-masing, saling berfungsi, dan mendukung dengan
tujuan agar masyarakat tersebut dapat terus bereksistensi, di mana tidak ada satu
bagian pun dalam masyarakat yang dapat dimengerti tanpa mengikutsertakan

67 M. Chairul Basrun Umanailo, Buku Ajar Sosiologi Hukum (Namlea: Fam


Publishing, 2016), h. 91
45

bagian yang lan, dan jika salah satu bagian dari masyarakat yang berubah, akan
terjadi gesekan-gesekan dan goyangan-goyangan ke bagian yang lain dari
masyarakat ini. Jadi, paham fungsionalisme ini lebih menitikberatkan
perhatiannya kepada faktor dan peranan dari masing-masing individu (secara
mikro) yang terdapat dalam masyarakat ini. Sehingga, paham fungsionalisme
lebih banyak berbicara tentang struktur-struktur makro dari masyarakat, lembaga-
lembaga ekonomi, social dan budaya, stratifikasi dan integrasi dalam masyarakat,
norma-norma, nilai-nilai dan fenomena-fenomena makro lainnya dalam
masyarakat.

Dengan demikian bahwa teori fungsional ini masing-masing elemen


pemerintah memiliki fungsi dan harus bekerja sama dengan masyarakat dalam
menangani covid 19, jika kebalikannya terjadi maka hal itu adalah sebuah hal
ketimpangan sosial antara pemerintah dan masyarakat.

4. Teori-teori Interaksionalisme Simbolis


Teori interaksionalisme simbolis adalah suatu teori yang sangat
dipengaruhi oleh paham pragmatisme (aliran Chicago), tentang behaviorisme
sosial, yang merupakan cabang psikologi sosial dalam ilmu sosiologi, khususnya
yang mengamati secara dekat dan menganalisis tentang interaksi timbal balik
antara manusia dan masyarakat sehari-hari, yang memakai simbol-simbol (seperti
dengan memakai bahasa atau isyarat), dan dengan penekanannya kepada peranan
dari bahasa dalam membentuk pikiran (mind), individu (self), dan masyarakat
(society), di mana dari interaksi masyarakat ini dapat ditarik arti tertentu tentang
bentuk-bentuk yang mendasari (underlying forms) interaksi masyarakat itu
68
sendiri.

Dalam hal ini, teori di atas berfungsi untuk meninjau sejauh mana
hubungan timbal balik yang terjadi antara hukum dengan masyarakat, hal ini

68 M. Chairul Basrun Umanailo, Buku Ajar Sosiologi Hukum, h. 24-25


46

berkaitan erat dengan aturan-aturan yang dibuat oleh penguasa negara dalam
penanganan wabah covid 19, telah muncul berbagai kejadian seperti masyarakat
tidak menerapkan atau mengabaikan berbagai himbauan atau anjuran pemerintah
terkait covid 19 ini yang telah menjangkiti sejumlah masyarakat.

5. Teori Etnometodologi
Teori etnometodologi berisikan sekumpulan pengetahuan, serangkaian
prosedur, dan sejumlah pertimbangan atau metode tentang kehidupan alamiah
masyarakat biasa sehari-hari, yang ditandai dengan bahasa yang digunakan, di
mana masalah-masalah kemasyarakatan ini diartikan sebagai masalah yang
diselesaikan secara rutin, praktis dan kontinu (tanpa banyak menggunakan
pikiran), dalam kehidupan sehari-hari dari anggota masyarakat, dengan
menggunakan penalaran praktis mereka menurut common sense dari para
member/anggota masyarakat, bukan menggunakan logika yang abstrak teoritis,
sehingga aktor (anggota masyarakat) dengan logikanya sendiri hidup dan
berkembang terus menerus, di mana mereka harus hidup dalam suatu organisasi
dan tatanan masyarakat alamiah yang merupakan produk masyarakat setempat.
Dengan demikian hal yang menjadi contoh adalah pemerintah dalam
membuat suatu aturan mengenai penanganan wabah covid 19 harus sesuai dengan
kemampuan masyarakat dalam memahami aturan tersebut serta kebiasaan
masyarakat sehari-hari di tengah pandemi covid 19 ini bukan semata-mata
menggunakan logika abtsrak yang teoritis.

6. Teori Fenomologi
Teori fenomologi mengajarkan dan mengamati kenyataan (fenomena)
sosial dan menganggapnya sebagai sesuatu yang berada dan menganggapnya
sebagai sesuatu yang berada di luar individu (aktor), dan tidak tergantung pada
makna yang diberikan oleh individu, tetapi bahkan kenyataan sosial ini dapat
memengaruhi individu. Kalaupun ada makna terhadap kenyataan sosial yang
dapat diberikan oleh individu merupakan makna yang diberikan oleh kesadaran
subjektif dari si aktor. Karena itu, teori fenomologi merupakan teori yang
47

melukiskan fenomena kehidupan sehari-hari dari aktor sebagaimana yang


dipersepsikan oleh aktor yang bersangkutan.
Seperti yang telah terjadi pada masa sekarang ini, fenomena masyarakat
dalam menyikapi pandemi covid 19, pemerintah sebagai aktor pertama telah
memperlihatkan berbagai kenyataan atau fakta kepada masyarakat bahwa
pandemi covid 19 telah berhasil merenggut ribuan nyawa dan juga beberapa
masyarakat yang telah dinyatakan positif akibat terjangkit covid 19, maka dengan
ini masyarakat diharapkan agar dapat menyadari bahwa covid 19 telah menjadi
suatu penyakit yang mematikan sehingga perlu dilakukan berbagai upaya
pencegahan merebaknya covid 19.

7. Teori Sistem
Teori sistem merupakan teori yang berpandangan dinamis terhadap realitas
masyarakat dan budaya yang merupakan kumpulan dari sub sistem psikologis dan
sosio kultural yang didasari atas proses arus balik informasi, yang berproses
secara sibernetika, susb-sub sistem ini banyak ragamnya, misalnya yang terdiri
dari (a) subsistem struktur dan proses, (b) subsistem ekuilibrium dan evolusi, dan
(c) subsistem makrokopis yang berisikan morfostatis (mempertahankan sistem)
dan morfogenesis (pembaruan, perluasan, dan perubahan sistem), yang
menekankan analisisnya antara lain terhadap masalah individu-biologis, adaptasi
dan stabilitas, pencapaian tujuan ke masyarakat, mekanisme sosialiasasi, dan
69
system pertahanan, sebagai sebuah evolusi dalam masyarakat.
Berdasarkan penjelasan teori diatas, berkaitan erat dengan sikap atau
budaya masyarakat yang dinamis, seperti beberapa masyarakat taat dan patuh
akan himbauan pemerintah dalam penanganan wabah covid 19, dan sebagian
masyarakat lainnya tidak patuh akan hal itu, mereka tetap melakukan budaya atau
kebiasaannya semasa normal jauh sebelum adanya covid 19, dengan tetap
beraktifitas di luar rumah, liburan bahkan jalan-jalan ke wilayah yang terpapar
covid 19.

69 M. Chairul Basrun Umanailo, Buku Ajar Sosiologi Hukum, h. 25-26


48

8. Teori Konflik
Konsep dasar teori konflik adalah kekuasaan dan penggunaannya. Teori ini
beranggapan bahwa konflik yang terjadi diantara kelompok-kelompok yang
mencoba menggunakan kontrol atas suatu situasi. Teori konflik mempunyai
asumsi bahwa siapa yang memiliki kekuasaan yang lebih tinggi dala kelas sosial
maka akan memiliki powerful members pada masyarakat. Dengan kekuasaan
yang dimiliki mereka dapat mempengaruhi pembuatan keputusan, juga dapat
70
memaksakan nilai-nilai terhadap kelas sosial yang lebih rendah.

Dalam hal ini kaitannya dengan aturan-aturan terkait penanganan wabah


covid 19, sering terjadi konflik antara pemerintah dan masyarakat, dimana
terkadang masyarakat tidak mentaati sejumlah peraturan yang dibuat mulai dari
peraturan perundang-undangan, perwali bahkan surat edaran, sehingga masyarakat
banyak melakukan pelanggaran dan sebagai akibat dari tindakannya maka
dikenakan berbagai sanksi, hal inilah yang dimaksud konflik antara pemerintah
dan masyarakat terhadap suatu aturan terkait pencegahan wabah covid 19.

9. Teori Pertukaran Sosial


Teori pertukaran sosial mengajarkan bahwa interaksi antar anggota
masyarakat bertitik tolak dari prinsip saling bertukar antar sesamanya yang dalam
hal ini dimulai dari “memberi” sesuatu kepada orang lain, dan “menerima
kembali” sesuatu dari orang lain tersebut dalam komposisi yang seimbang,
sehingga tingkah laku pola anggota masyarakat selalu dilakukan dengan
pertimbangan “untung rugi” (cost benefit), misalnya dalam bentuk “cost reward”
atau “reward punishment”.
Sesuai dengan teori di atas, maka jelas bahwa dalam hal ini pemerintah
atau penguasa negara sebagai pihak yang memberi sesuatu kepada masyarakat
yaitu memberikan suatu aturan untuk masyarakat terkait penanganan wabah covid
19, kemudian pihak yang menerima sesuatu dalam hal ini adalah masyarakat yang

70 Lilik Mulyadi, Kapita Selekta: Hukum Pidana dan Victimologi (Jakarta: Intan
Sejati Klaten, 2007), h. 105-106
49

menerima aturan tersebut serta harus mematuhi segala himbauan pemerintah


terkait penanganan wabah covid 19, sehingga berdasarkan pertukaran sosial
tersebut terjadilah keseimbangan sosial.

10. Teori Aktor Jaringan


Teori aktor jaringan merupakan perkembangan dari paham struktualisme
dan post struktualisme (yang bersikap anti-esentialisme), yang mengajarkan
bahwa entitas, subjek atau aktor (lebih tepatnya adalah “actant” karena termasuk
juga yang bukan manusia) adalah relative dan entitas (manusia dan entitas non
material), subjek atau actor tersebut tidak mempunyai kualitas inheren, dan tidak
mempunyai arti bentuk dan sifat, kecuali ketika entitas, subjek atau aktor tersebut
berkolerasi dengan entitas, subjek atau aktor yang lain dalam suatu jaringan
kemasyarakatan, bahwa onjek material pun baru mempunyai makna ketika
berhubungan dengan objek material yang lain, sehingga manusia tidaklah
dianggap sebagai akar segala sesuatu sebagaimana dipersepsikan oleh banyak
teori sosiologi modern, melainkan manusia atau aktor merupakan bagian, efek dan
subordinasi dari suatu jaringan tersebut. Dalam hal ini, teori aktor jaringan telah
melakukan decentering, yakni dari fokus terhadap pusat (esensi, asal-usul) telah
bergeser dengan fokus ke pinggiran (periphery), dan dari fokus terhadap agen
telah bergeser kepada fokus ke jaringaan dan objek-objek manusia dan non
manusia.

Dengan demikian teori aktor terbagi menjadi dua, pertama ada pihak aktor
yang bersifat mendominasi yaitu penguasa negara dan kedua ada yang namanya
objek aktor yaitu masyarakat pada umumnya, maka hal ni mengandung makna
bahwa aktor tersebut adalah pemerintah atau penguasa negara yang membuat
suatu aturan terkait upaya pengendalian wabah covid 19 dan objek aktor yaitu
masyarakat dalam hal ini juga memiliki peran dalam menanggulangi wabah covid
19 dengan mematuhi segala jenis peraturan yang telah dibuat dan ditetapkan oleh
pemerintah.
50

11. Teori Kritis


Teori kritis merupakan teori berhaluan kiri, yang awal mulanya
dikembangkan oleh kelompok Fankfurt (maszhab Fankfurt), dan kebanyakan
terdiri dari yang mengandung unsur-unsur dari aliran Marxisme, struktulisme dan
dekonstruksi. Teori kritis ini mengkritik berbagai hal dalam masyarakat, seperti
kritiknya terhadap ilmu dan ilmuwan sosial, masyarakat modern, kebudayaan
massa, birokrasi, kelompok elit dalam masyarakat dan tentu juga terhadap hokum,
melalui cabang khusus yang disebut teori hokum kritis (critical legal studies).

Karena itu, lahirnya paham critical legal studies dalam bidang hokum juga
karena terpengaruh oleh “teori kritis” (critical theory) yang berkembang sejak
decade 1960-an, yang merupakan perkembangan barudalam berbagai bidang ilmu,
khususnya bidang ilmu social dan kemanusiaan, seperti dalam bidang seni,
71
sosiologi dan ilmu social, ilmu kebudayaan, seni, estetika, dan lain-lain.

Pada prinsipnya, teori kritis atau Critical Legal Studies menolak anggapan
ahli hukum tradisional yang mengatakan sebagai berikut:

b. Hukum itu objektif. Artinya, kenyataan adalah tempat berpijaknya hukum.


c. Hukum itu sudah tertentu. Artinya, hukum menyediakan jawaban yang pasti
dan dapat dimengerti.
d. Hukum itu netral, yakni tidak memihak pada pihak tertentu.72

Adapun maksud dari teori kritis tersebut yaitu bahwa masyarakat memiliki
pemikiran kritis persoalan kebijakan-kebijakan pemerintah yang telah dibuat
mengenai penerapan hukum terhadap penyesuaiannya ke dalam kehidupan
masyarakat terfokus kepada kebijakan pemerintah persoalan upaya mengatasi
wabah covid 19 yang menginfeksi sejumlah masyarakat.

71 Munir Fuady, Teori-teori dalam Sosiologi Hukum (Jakarta: Kencana, 2011), h. 30


72 Munir Fuady, Aliran Hukum Kritis, (Jakarta: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h. 6
51

B. Asas-asas dalam Peraturan Perundang-undangan

1. Asas Lex Superior Derogat Legi Inferior

Asas lex superior derogate legi inferior artinya peraturan yang lebih tinggi
mengesampingkan peraturan yang lebih rendah (asas hierarki). Hans Kelsen dalam
“Teori Aquo” membahas mengenai jenjang norma hukum, ia berpendapat bahwa
norma-norma hukum itu berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis dalam suatu
hierarki tata susunan. Yaitu digunakan apabila terjadi pertentangan, dalam hal ini
yang diperhatikan adalah peraturan perundang-undangan. Misalnya, ketika terjadi
pertentangan peraturan pemerintah dalam hal penanganan wabah covid 19 dengan
undang-undang penanganan wabah covid 19 maka yang digunakan adalah
undang-undang tersebut karena undang-undang lebih tinggi derajatnya disbanding
dengan peraturan pemerintah.

2. Asas Lex Specialis Derogat Legi Generalis

Asas lex specialis derogate legi generalis adalah peraturan yang bersifat
umum dikesampingkan oleh peraturan yang bersifat khusus dengan syarat
73
peraturan dimaksud dalam hierarki yang sejajar. Misalnya, peraturan umum
yang mengatur tentang penanganan wabah covid 19 dengan peraturan khusus
yang mengatur tentang penanganan wabah covid 19, maka yang digunakan adalah
peraturan khusus tersebut dan peraturan yang umum dikesampingkan.

3. Asas Lex Posterior Derogat Legi Priori

Asas lex posterior derogate legi priori adalah peraturan yang berlaku
belakangan membatalkan peraturan perundang-undangan yang berlaku terdahulu.
Misalnya, pemerintah membuat peraturan baru dalam hal penanganan wabah atau
penyakit terkhusus dalam hal ini covid 19, maka peraturan yang lama terkait

73
Jumadi. "MAKNA ISTILAH DAN BAHASA HUKUM DALAM KONTEK KEADILAN."
Jurisprudentie: Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum 3.1 (2016): 51-62., h. 9
52

wabah atau penyakit tidak dipakai lagi, tetapi peraturan yang baru menggantikan
74
peraturan lama tersebut.

C. Pengertian Pelangggaran dan Teori Efektivitas Hukum

Pelanggaran dalam arti hukum adalah wetsdelict, artinya segala perbuatan-


perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok yang tidak sesuai dengan
norma atau kaidah sehingga perbuatannya disebut sebagai perbuatan melawan
hukum atau dalam pengertian lain, pelanggaran adalah segala jenis tindakan
masyarakat yang tidak patuh akan aturan hukum yang telah ditetapkan dalam
undang-undang yang dibuat oleh penguasa negara. Pusat perhatian pelanggaran
adalah kerugian dan penderitaan individual atau kolektif yang ditimbulkan
terhadap orang , termasuk kerugian fisik atau mental, penderitaan emosional,
kerugian ekonomi, atau pelemahan substansial hak-hak dasar mereka, karena
75
tindakan atau kelalaian yang dapat dipersalahkan kepada Negara.

Sementara teori efektivitas hukum menurut Soerjono Soekanto adalah


bahwa efektif atau tidaknya suatu hukum ditentukan oleh 5 faktor, yaitu:

a. Faktor hukumnya sendiri (undang-undang).


b. Faktor penegakan hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum.
c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.
d. Faktor masyarakat, yakni lingkungan di mana hukum tersebut berlaku atau
diterapkan.
e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan
pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

74 Roy Marthen Moonti, Ilmu Perundang-undangan (Makassar: Keretaupa, 2017), h.


32
75 Fadli Andi Natsif. "Perspektif Keadilan Transisional Penyelesaian Pelanggaran
Hak Asasi Manusia Berat." Jurisprudentie: Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum 3.2
(2016): 83-97, h. 87
53

Dengan demikian, bahwa peraturan-peraturan yang telah dibuat oleh


pemerintah dalam hal penanganan wabah covid 19, dapat berjalan dengan efektif
apabiila sesuai dengan hukumnya itu sendiri, kemudian tergantung dengan
seberapa tegasnya para penegak hukum dalam menerapkan aturan, kemudian
mendapat dukungan dari pemerintah itu sendiri, dan juga yang paling penting
76
adalah perlu adanya kesadaran dari masyarakat itu sendiri.

Kemudian mengenai masyarakat yang wajib taat pada hukum, dijelaskan


dalam surah An-Nisa ayat 59, yang berbunyi sebagai berikut:

‫•ر ِم ْن ُك ۚ ْم‬
ِ •‫َّس• ْو َ•ل َواُولِى ااْل َ ْم‬ُ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْٓوا اَ ِط ْيعُوا هّٰللا َ َواَ ِط ْي ُع••وا الر‬
ُ ‫از ْعتُ ْم ِف ْي َش • ْي ٍء فَ • ُر ُّد ْوهُ اِلَى هّٰللا ِ َوالر‬
‫َّس • ْو ِل اِ ْن ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُ• ْ•و َن‬ َ َ‫فَا ِ ْن تَن‬
‫ك َخ ْي ٌر َّواَحْ َس ُن تَْأ ِويْل‬ َ ِ‫بِاهّٰلل ِ َو ْاليَ ْو ِم ااْل ٰ ِخ ۗ ِر ٰذل‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Muhammad) dan Ulil Amri (Pemegang Kekuasaan) diantara kamu.
Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah
kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik diantaranya”.

Ayat di atas menunjukkan kata Ulil Amri yang berarti pemegang


kekuasaan, di mana dalam kehidupan bermasyarakat pemegang kekuasaan yang
dimaksud adalah pemerintah, sehingga kita sebagai masyarakat yang baik wajib
taat kepada pemerintah sesuai dengan firman allah Swt. termasuk segala peraturan
yang dibuatnya, dalam hal ini peraturan-peraturan yang terkait dengan
penanganan wabah covid 19, karena semua substansi yang terkandung dalam

76
Detik Hukum, “Teori Efektifitas Hukum Menurut Soerjono Soekanto”,
https://detikhukum-wordpress-
com.cdn.ampproject.org/v/s/detikhukum.wordpress.com/2015/09/29/teori-efektivitas-hukum-
menurut-soerjono
soekanto/amp/?amp_js_v=a2&amp_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D
%3D#aoh=160821
07819099&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=From%20%251%24s&ampshar
e=https%3A%2F%2Fdetikhukum.wordpress.com%2F2015%2F09%2F29%2Fteori-efektivitas-
hukum-menurut-soerjono-soekanto%2F, diakses pada hari Kamis, tanggal 17 November 2020,
pukul 21.28
54

peraturan tersebut adalah semata-mata untuk kebaikan hidup masyarakat itu


sendiri.

D. Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian Wabah Covid 19

Pencegahan dan pengendalian wabah COVID-19 harus ditempatkan pada


prioritas yang paling utama dalam segala kebijakan pemerintahan. Institusi
kesehatan pada semua tingkatan/ level harus mengikuti petunjuk pemerintah
pusat/daerah setempat dan memperkuat pedoman kerja pencegahan dan
pengendalian epidemi lokal dan membentuk kelompok ahli pencegahan dan
pengendalian COVID-19 yang melibatkan para ahli dan pemangku kepentingan
terkait.

Sejalan dengan prinsip kerja “pencegahan pada tingkat pertama”, integrasi


pencegahan dan pengendalian, pedoman ilmiah, pengobatan tepat waktu, prinsip
kerja, institusi-institusi terkait harus diorganisasikan untuk merumuskan dan
meningkatkan kerja dan solusi teknologi dan menstandarisasi pencegahan dan
pengendalian wabah COVID-19. Penguatan tindakan pencegahan dan
pengendalian bersama, meningkatkan komunikasi dan kerjasama inter dan antar
departemen, melakukan konsultasi rutin untuk menganalisis perkembangan
epidemi dan mendiskusikan kebijakan pencegahan dan pengendalian.

Pada epidemi yang terjadi di China, tanggung jawab Pusat Pencegahan


dan Pengendalian Penyakit Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
pada semua tingkatan termasuk mengatur, koordinasi, supervisi, dan evaluasi
surveilans untuk pengumpulan, analisis, laporan, dan memberikan umpan balik
terhadap data monitoring, melakukan pelatihan investigasi lapangan, pemeriksaan
laboratorium dan pengetahuan profesional lainnya, memberikan pendidikan
kesehatan pada masyarakat dan evaluasi risiko, menyiapkan pedoman metode
perlindungan pribadi/individu untuk masyarakat umum dan orang-orang khusus
dan petunjuk disinfeksi tempat-tempat khusus.
55

Dengan mempertimbangkan penyebaran Corona Virus Desease 2019


(COVID-19) di dunia yang cenderung terus meningkat dari waktu ke waktu,
menimbulkan korban jiwa dan kerugian material yang lebih besar, dan telah
berimplikasi pada aspek sosial, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat. Untuk
itu, di Indonesia perlu percepatan penanganan COVID-19 dengan langkah-
langkah cepat, tepat, fokus, terpadu, dan sinergis antar kementerian/lembaga dan
pemerintah daerah. Berdasarkan pertimbangan tersebut, Presiden Joko Widodo
menetapkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 7 Tahun 2020 tentang Gugus
Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, yang berada di bawah


dan bertanggung jawab kepada Presiden, bertujuan:

a. meningkatkan ketahanan nasional di bidang kesehatan;


b. mempercepat penanganan COVID-19 melalui sinergi antar
kementerian/lembaga dan pemerintah daerah;
c. meningkatkan antisipasi perkembangan eskalasi penyebaran COVID-19;
d. meningkatkan sinergi pengambilan kebijakan operasional; dan
e. meningkatkan kesiapan dan kemampuan dalam mencegah, mendeteksi, dan
meresponss terhadap COVID-19.

Menurut Keppres ini Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19


memiliki struktur Pengarah, yang memiliki tugas: memberikan arahan kepada
Pelaksana dalam melaksanakan percepatan penanganan COVID-19; dan
melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan percepatan penanganan
COVID-19.

Struktur Pelaksana dalam Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-


19 memiliki tugas:

a. menetapkan dan melaksanakan rencana operasional percepatan penanganan


COVID-19;
56

b. mengoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan percepatan


penanganan COVID-19;
c. melakukan pengawasan pelaksanaan percepatan penanganan COVID-19;
d. mengerahkan sumber daya untuk pelaksanaan kegiatan percepatan
penanganan COVID-19; dan
e. melaporkan pelaksanaan percepatan penanganan COVID-19 kepada Presiden
dan Pengarah.

Dalam melaksanakan tugas, Gugus Tugas Percepatan Penanganan


COVID-19 dibantu oleh Sekretariat yang berkedudukan di Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB). Sekretariat, sebagaimana dimaksud,
mempunyai tugas memberikan dukungan teknis dan administrasi kepada Gugus
77
Tugas Percepatan Penanganan COVID-19.

77
Safrizal ZA dkk, Pedoman Umum Menghadapi Pandemi Covid 19 (Jakarta, 2020), h.
40-47
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penerapan Sanski bagi Masyarakat yang Melakukan Pelanggaran


terhadap Peraturan-peraturan Wali Kota Makassar dalam Penanganan
Wabah Covid 19 di Makassar

Sejak diberlakukannya Peraturan Wali Kota Makassar No. 36 Tahun 2020


tentang Percepatan Pengendalian Corona Virus Desease 2019 (COVID 19) di
Kota Makassar dan Peraturan Wali Kota Makassar No. 22 Tahun 2020 tentang
Pelaksanaan PSBB di Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan, terdapat
sejumlah pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan warga Kota Makassar,
diantaranya:

“Izin Usaha Toko Agung Dicabut Akibat Melanggar PSBB”

Pemerintah Kota Makassar akhirnya mencabut izin usaha Toko New


Agung, yang berlokasi di Jalan Dr Ratulangi Makassar. Kebijakan ini ditetapkan
karena Toko Agung telah melanggar aturan Perwali No. 22 Tahun 2020 tentan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Pejabat (PJ) Wali Kota Makassar, Iqbal Suhaeb, mengungkapkan selama


penerapan PSBB, Toko Agung telah berulang kali melakukan pelanggaran dengan
tetap beroperasi padahal tidak termasuk dalam bidang usaha yang berkategori
Logistik. Sementara itu, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kota Makassar, Andi Bukti Djufrie, menjlaskan surat pencabutan izin
usaha Toko Agung tertuang dalam surat keputusan bernomor:
505/18/S.KEP/DPMPTSP/V/2020 tentang Pencabutan Izin Usaha Atas Nama
Toko New Agung yang diteken tanggal 05 Mei Tahun 2020.

Pencabutan izin usaha ini juga atas rekomendasi dari tim teknis Dinas
Perdagangan Kota Makassar. “Dari Pihak Toko New Agung sendiri sudah tiga
kali diberi teguran, namun tidak diindahkan. Kemudian surat edaran dari kepala
dinas perdagangan terkait imbauan jadwal operasional aktivitas juga tidak

57
58

diindahkan, dan hal itu telah dilakukan sebanyak 2 kali. Kemudian satpol PP juga
turut memberi teguran sebanyak 3 kali, sehingga atas pertimbangan tersebut maka
Andi Bukti selaku Kepala Dinas Penanaman Modal mencabut izin usaha Toko
New Agung.

Untuk batas pencabutan izin operasional toko tersebut, akan


dipertimbangkan lebih lanjut, tergantung dari niat baik pemilik usaha Toko New
Agung. Jika pihak pemilik merasa bersalah dan dapat memahami hal yang
menjadi kesalahannya, maka Toko Agung dapat bermohon kembali ke pihak
PTSP.

Hingga saat ini, baru Toko New Agung yang dicabut izin usahanya karena
melanggar aturan PSBB. Untuk selanjutnya tinggal menunggu rekomendasi dari
tim teknis Disdag Kota Makassar, jika ada toko usaha lain yang melanggar dan
78
patut untuk dicabut izin usahanya.

Sementara untuk pelanggaran lain yang telah dilakukan oleh warga Kota
Makassar, sebagaimana dalam Peraturan Wali Kota Makassar No. 36 Tahun 2020
tentang Percepatan Pengendalian Corona Virus Desease 2019 (COVID 19) di
Kota Makassar terkait Pembatasan Pergerakan Lintas Antar Daerah dalam pasal 6
ayat 1 menjelaskan bahwa “setiap orang yang ingin masuk ke Kota Makassar dan
keluar dari Kota Makassar, diwajibkan untuk melengkapi diri dengan surat
keterangan rekomendasi Covid-19 dari Gugus Tugas dan/atau Rumah
Sakit/Puskesmas daerah asal dan berlaku selama 14 hari setelah diterbitkan.

Sejauh diberlakukannya aturan Perwali tersebut, pelanggar yang banyak


ditemukan adalah “warga yang tidak menggunakan masker dan belum membuat
surat keterangan bahwa dia bekerja di Kota Makassar”, maka sanksi yang
diberikan adalah teguran lisan agar mendapat efek jerah dan sanksi sosial juga

78
Sindo News, “Akibat Melanggar Aturan PSBB Izin Usaha Toko Agung Dicabut”,
https://makassar.sindonews.com/newsread/18493/710/akibat-melanggar-aturan-psbb-izin-usaha-
toko-agung-dicabut-1588691130, diakses pada hari Selasa, tanggal 05 Januari 2020, pukul 21.07
59

turut diberikan berupa push up sebanyak-banyaknya dan juga


79
membersihkan/menyapu jalan raya.

Sementara untuk Peraturan Wali Kota Makassar Nomor 31 Tahun 2020


tentang Pedoman Pelaksanaan Protokol Kesehatan di Kota Makassar. Sejak
diberlakukannya aturan tersebut, sejumlah pelanggaran yang muncul adalah
“warga Kota Makassar yang tidak menerapkan protokol kesehatan” bagi warga
yang melakukan 1 kali diberi peringatan, namun bagi warga yang telah membuat
surat pernyataan 2 sampai 3 kali maka Pemerintah Kota Makassar dengan terpaksa
mencabut Kartu Tanda Penduduknya, hal ini dilakukan sebagai efek jera dan
bentuk ketegasan dari pemerintah mengingat Kota Makassar terus mengalami
kenaikan jumlah kasus Covid 19. Sebagaimana fungsi hukum yaitu untuk
menertibkan dan mengatur pergaulan hidup. Namun, kehidupan dan ketertiban
dalam masyarakat tidak mungkin hanya disandarkan pada penerapan hukum
berupa kriminalisasi maksimal terhadap berbagai aktivitas pelanggaran manusia
dalam masyarakat, akan tetapi suatu hal yang jauh lebih penting adalah mengubah
sesuatu yang ada dalam jiwa manusia yang paling asasi dan vital yaitu
80
menanamkan keimanan.

Selain masyarakat, pencabutan KTP juga diberlakukan bagi pengusaha


rumah makan dan kafe di Makassar yang tidak menerapkan protokol kesehatan
dan juga terancam akan dicabut izin usahanya. Misalnya pelanggaran yang
dilakukan oleh rumah makan, jika sudah ditegur beberapa kali, namun masih
belum mengindahkan maka akan dicabut izin usahanya, tetapi ternyata masih
81
beroperasi maka akan dicabut juga KTPnya dan hak-hak yang lainnya.

79
Suara.Com, “Warga Makassar Masuk Makassar Harus Punya Sura Bebas Virus
Corona”, https://www.suara.com/news/2020/07/13/104220/warga-masuk-makassar-harus- punya-
surat-bebas-virus-corona?page=1, diakses pada hari Selasa, tanggal 05 Januari 2020, pukul 21.07
80
Andi Safriani, “Hakikat Hukum Dalam Perspektif Perbandingan Hukum”, Jurnal
Jurisprudentie 5.2 (2018), h. 22
81 News Detik.Com, “Sanksi Pelanggar Protokol Kesehatan di Kota Makassar: KTP-
Izin
UsahaDicabut”,:https://news.detik.com/berita/d-5060957/sanksi-pelanggar-protokol-
60

Selanjutnya, untuk Peraturan Wali Kota Makassar No. 51 Tahun 2020


tentang Penerapan Disiplin Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Sebagai Upaya
Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease (Covid 19) dan Perwali Kota
Makassar No. 53 Tahun 2020 tentang Pedoman Protokol Kesehatan Pada
Pelaksanaan Kegiatan Pernikahan, Resepsi dan Pertemuan di Kota Makassar.

Sejauh ini, pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan oleh warga Kota


Makassar terkait Perwali No. 51 dan No. 53 Tahun 2020, diuraikan dalam tabel di
bawah ini sebagai berikut:

NO. CONTOH KASUS PELANGGARAN PERWALI YANG


BESERTA PENERAPAN SANKSINYA DILANGGAR
1. “Operasi Yustisi di Makassar Jaring 213 Peraturan Wali Kota
Pelanggar” Makassar No. 51 Tahun
TimOperasi Yustisi
Penegakan 2020 tentang Penerapan
Peraturan Wali Kota Makassar No. 51 Tahun Disiplin Penegakan
2020 tentang Penerapan Disiplin dan Hukum Protokol
Penegakan Hukum Protokol Kesehatan, hingga Kesehatan Sebagai
hari ke lima berhasil menjaring sebanyak 213 Upaya Pencegahan dan
pelanggar. Jumlah ini diakumulasi dari hari Pengendalian Corona
pertama operasi pada Senin sampai saat ini, Virus Disease (Covid 19)
jumlahnya sebanyak 213 orang pelanggar, 79
diantaranya mendapat sanksi sosial menyapu
taman dan jalan, selebihnya di denda membeli
masker masing-masing 10 lembar per orang.
Tim operasi yustisi tersebut selain
personil satpol PP, juga melibatkan personil
dari TNI-POLRI dalam hal ini Babinsa dan
Binmas, Badan Penanganan Bencana Daerah

kesehatan-di-kota-makassar-ktp-izin-usaha-dicabut, diakses pada hari Selasa, tanggal 05 Januari


2020, pukul 21.07
61

(BPBD), Dinas Perhubungan (Dishub),


Pemadam Kebakaran (Damkar), Linmas hingga
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Makassar
Sulsel.
Operasi ini bergerak di tempat-tempat
kerumunan orang seperti area terbuka hijau,
restoran, kafe, rumah makan, warung kopi
hingga tempat hiburan malam (THM) yakni
Pub, Diskotik hingga rumah bernyanyi. Selain
itu, bagi pelaku usaha dan pengungjung yang
tidak mematuhi protokol kesehatan, tidak
memakai masker, apalagi tidak menyediakan
wadah cuci tangan hingga tidak mengatur jarak
maka dianggap melanggar..
Tim operasi yustisi akan terus bergerak,
selain memberikan edukasi , juga teguran serta
sanksi kepada pelanggar. Hal ini dilakukan
untuk memutus mata rantai penularan serta
sebagai bentuk ketegasan pemerintah dalam hal
penegakan aturan protokol kesehatan.
Sebelumnya, Asisten I Kota Makassar,
sekaligus Ketua Satgas Penegakan Disiplin
protokol kesehatan Covid 19, Muh Sabri
menegaskan bahwa sanksi denda bagi
pelanggar di Kota Makassar resmi
diberlakukan.
Sanksi pada Perwali No 51 dan No 53
Tahun 2020 telah disosialisasikan, bagi yang
melanggar membayar denda mulai 100 ribu
rupiah sampai 20 juta rupiah. Kedua Perwali
tersebut mengatur sanksi denda yang tidak
62

tercantum sebelumnya dalam Perwali No 36


Tahun 2020 yang selama ini menjadi acuan
penegakan disiplin penerapan protokol
kesehatan. Mantan Kepala Badan Pertahanan
Pemerintah Kota Makassar menjelaskan, bahwa
sanksi denda tersebut akan diberlakukan
kepada masyarakat umum, pelaku usaha,
hingga pengelola penyelenggara atau
penanggung jawab tempat dan fasilitas umum.
Kemudian ada beberapa sanksi
administratif yang diberikan bagi mereka yang
melanggar protokol kesehatan. Sanksi ini
tertuang dalam Pasal 7 Perwali 51 tahun 2020.
Khusus untuk masyarakat umum, selain
teguran lisan, tertulis dan sanksi sosial,
masyarakat juga diancam denda maksimal 100
82
ribu.
2. “Puluhan Warga Terjaring Operasi Yustisi Peraturan Wali Kota
Covid 19 di Makassar” Makassar No. 51 Tahun
Puluhan warga Makassar
terjaring 2020 tentang Penerapan
operasi yusitis covid 19 di Makassar. Mereka Disiplin Penegakan
terjaring melanggar protokol kesehatan yang Hukum Protokol
telah ditetapkan. Operasi yustisi yang Kesehatan Sebagai
dilaksanakan di Jalan Ahmad Yani hingga Upaya Pencegahan dan
tentara pelajar pada 16 September 2020 Pengendalian Corona
menyasar salah satunya warnet game center Virus Disease (Covid 19)

82 Republika, “Operasi Yustisi di Makassar Jaring 213 Pelanggar”, https://m-


republika-coid.cdn.ampproject.org/v/s/m.republika.co.id/amp/qgv3a9349?
amp_js_v=a2&amp_gsa=1&usq p=mq331AQHKAFQArABIA%3D
%3D#aoh=16099912100512&referrer=https%3A%2F%2Fwww.go ogle.com&amp_tf=From
%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Frepublika.co.id%2Fberita%
2Fqgv3a9349%2Foperasi-yustisi-di-makassar-jaring-213-pelanggar, diakses pada hari Kamis,
tanggal 07 Januari 2020, pukul 12.40
63

evolution. Di sana terjaring 12 orang tidak


menggunakan masker. Setiap pelanggar
didenda menyediakan 10 masker. Sedangkan
tempat usaha tersebut juga ditegur karena tidak
menyediakan tempat cuci tangan.
Kemudian ada 3 orang yang dicurigai
sehingga di rapid test dan hasilnya non reaktif
tetapi didenda 10 masker. Sejauh ini tim yustisi
juga memberikan edukasi kepada masyarakat
termasuk pelanggar dikenakan sanksi mulai
ringan hingga berat. Kemudian hari berikutnya
operasi yustisi dilanjutkan pada tempat hiburan
malam, salah satu tempat karaoke. Di sana
terdapat 19 pelanggar yang tidak mengenakan
masker di Jalan Irian dan Jalan Ahmad Yani.
Operasi ini dilaksanakan bersama pasukan
gabungan TNI-POLRI dan Satpol PP Pemkot
Kota Makassar. Dari 19 orang pelanggar, 13
orang diantaranya diberi sanksi menyediakan
masing-masing 10 lembar masker. Sementara 6
orang lainnya mendapat teguran lisan dari
petugas, karena maskernya tidak digunakan dan
tidak menjaga jarak saat berkaraokean.
Operasi yustisi di Jalan Ahmad Yani
tepatnya di depan gedung kesenian, banyak
ditemukan warung kopi serta lapak tidak
menyediakan wadah cuci tangan. Mereka diberi
sanksi tertulis agar menyediakan wadah cuci
tangan sesuai dengan protokol kesehatan.
Begitupun juga pengunjungnya mempunyai
masker tetapi tidak digunakan. Kasat Sabhara
64

Polres Pelabuhan Makassar Iptu Asfada


menyampaikan bahwa masih banyak orang
yang belum paham akan penerapan protokol
kesehatan sehingga dijatuhi sanksi. Mereka
memilih apakah di denda 100 ribu atau
membeli masker. Kemudian seluruh masker
diberikan kepada masyarakat sesuai dengan
Perwali No. 51 dan No. 53 Tahun 2020. Dalam
hal ini perlu adanya kesadaran hukum secara
konsisten dan berkesinambungan, yang
selanjutnya akan mempengaruhi bekerjanya
83
suatu hukum atau aturan.
3. “Operasi Yustisi Makassar Jaring 20 Pelanggar Peraturan Wali Kota
Protokol Kesehatan Covid 19” Makassar No. 51 Tahun
Tim operasi yustisi Kota Makasar 2020 tentang Penerapan
berhasil menjaring para pelanggar protokol Disiplin Penegakan
kesehatan di tengah pandemi covid 19. Hukum Protokol
Koordinator Tim Operasi Yustisi Makassar Kesehatan Sebagai
Iman Hud mengatakan bahwa pada Upaya Pencegahan dan
pelaksanaan operasi yustisi ini berhasil Pengendalian Corona
menjaring sekitar 20 orang pelanggar protokol Virus Disease (Covid 19)
kesehatan yang tidak menggunakan masker saat
berkendara maupun saat berada di fasilitas
umum.
Operasi yang dilakukan saat itu
dipusatka di Jalan K.H. Agus Salim, Pasar
Butung dan sejumlah area fasilitas umum.
Untuk masing-masing pelanggar yang terjaring,

83 Ahkam Jayadi, “Peran Nilai-nilai Religiositas Dalam Pembangunan dan


Penegakan Hukum Negara”, Jurnal Jurisprudentie, 2019 6.1, h. 13
65

mereka diberikan sanksi yang berbeda-beda. Di


mana 12 pelanggar yang tidak menggunakan
masker diberikan sanksi untuk menyediakan
masker, semenatara 8 pelanggar lainnya
diberika sanksi sosial. Dalam operasi yustisi ini
sebanyak 52 anggota gabungan yang terlibat.
Antara lain 13 anggota kepolisian, 23 personil
Satpol PP Kota Makassar, 5 personil Damkar
Makassar, 6 personil Dishub Makassar dan 5
84
personil dari BPBD Makassar.

4. “Operasi Yustisi, 6 Warga Tak Pakai Masker di Peraturan Wali Kota


Makassar Dirapid Test” Makassar No. 51 Tahun
Aparat gabungan TNI,
Polri, 2020 tentang Penerapan
Pemerintah Kota Makassar dan Kejari Disiplin Penegakan
Makassar, menggelar operasi yustisi protokol Hukum Protokol
kesehatan di kawasan kuliner Kota Makassar, Kesehatan Sebagai
Sulawesi Selatan. Hasilnya terdapat 6 orang Upaya Pencegahan dan
warga yang tidak menggunakan masker Pengendalian Corona
terjaring dalam operasi saat
itu. Koordinator Virus Disease (Covid 19)
Penindakan Satpol PP Makassar, Irwan,
mengatakan bahwa operasi yang sama telah
dilakukan sebelumnya. Satpol PP telah
melakukan perubahan tempat duduk untuk
mengatur jaga jarak atau sosial distancing para
pengunjung, namun kenyataan yang terjadi di
lapangan, pengaturan tempat duduk tersebut
kem bali diubah.

84 Sulsel Sehat, “Operasi Yustisi Makassar Jaring 20 Pelanggar Protokol Kesehatan


Covid
19”, https://sulsel.sehat.news/makassar/7924/operasi-yustisi-makassar-jaring-20-pelanggar-
protokol-kesehatan-covid-19/, diakses pada hari Selasa, tanggal 05 Januari 2020, pukul 22.04
66

Oleh karena itu, ke 6 warga yang


terjaring tidak memakai masker langsung
dicatat datanya dan diberikan sanksi sosial
berupa membersihkan sampah di lokasi. Selain
itu, ke 6 warga tersebut juga dilakukan rapid
test dan hasilnya non reaktif. Dalam hal ini,
pemerintah Kota Makassar berencana
melakukan operasi selama 40 hari ke depan di
sejumlah lokasi di Kota Makassar. Dan jika
terdapat warga yang tidak melanggar protokol
kesehatan maka akan diberi sanksi denda
sebesar seratus ribu rupiah. Sementara salah
satu warga yang terjaring dalam operasi yustisi
saat itu, Ikbal, mengakui kesalahannya dan
mengapresiasi langkah Pemerintah Kota
Makassar dalam mencegah terjadinya
85
penyebaran Covid 19.
5. “Operasi Yustisi Di Ujung Pandang, Warga Peraturan Wali Kota
Tak Bermasker Kabur Lihat Petugas” Makassar No. 51 Tahun
Tim Satgas Covid 19 Kecamatan Ujung 2020 tentang Penerapan
Pandang Makassar bersama aparat TNI-POLRI Disiplin Penegakan
melakukan operasi yustisi di sejumlah tempat. Hukum Protokol
Saat itu petugas masih menemukan adanya Kesehatan Sebagai
masyarakat yang tidak menjaga jarak dan juga Upaya Pencegahan dan
tidak menggunakan masker. Aksi razia saat itu, Pengendalian Corona
sempat diwarnai saling kejar,
sejumlah Virus Disease (Covid 19)
masyarakat berusaha kabur, lantaran tidak

85 News Detik.com, “Operasi Yustisi 6 Warga Tak Pakai Masker di Makassar dirapid
Test”, https://news.detik.com/berita/d-5173367/operasi-yustisi-6-warga-tak-pakai-masker-di-
makassar-dirapid-test, diakses pada hari Selasa, tanggal 05 Januari 2020, pukul 22.04
67

menggunakan masker. Namun untungnya, saat


itu petugas lebih sigap sehingga berhasil
mengamankan dan memberi masker sambil
mengedukasi warga soal bahaya penyebaran
virus corona (Covid 19). Kegiatan ini
menindaklanjuti Peraturan Wali Kota Makassar
Nomor 51 dan 53 Tahun 2020 tentang Hukum
Penegakan Covid 19, di mana jika terdapat
warga yang melanggar maka akan diberi
sanksi, namun saat operasi yustisi saat itu,
pemerintah melakukan sosialiasi bagi warga
yang tidak memakai masker sebagai bentuk
86
peringatan.
6. “Warga Makassar Disuruh Bersihkan Peraturan Wali Kota
Toilet Karena Melanggar Protokol Kesehatan” Makassar No. 51 Tahun
Satuan Polisi Pamong Praja
Kota 2020 tentang Penerapan
Makassar bersama aparat TNI-POLRI Disiplin Penegakan
menelusuri sejumlah jalan di Kota Makassar. Hukum Protokol
Menghimbau warga agar selalu
disiplin Kesehatan Sebagai
menjalankan protokol kesehatan. Bagi warga Upaya Pencegahan dan
yang ditemukan melanggar langsung diberikan Pengendalian Corona
sanksi disiplin di tempat. Seperti Virus Disease (Covid 19)
membersihkan jalan dari sampah dan
membersihkan toilet umum.
Kepala Petugas Satpol PP Kota
Makassar mengungkapkan, saat petugas Patroli
di Jalan Sabutung, kecamatan ujung tanah,

86 News Detik.com, “Operasi Yustisi di Ujung Pandang Warga Tak Bermasker Kabur
Lihat
Petugas”, https://news.detik.com/berita/d-5173027/operasi-yustisi-di-ujung-pandang-warga- tak-
bermasker-kabur-lihat-petugas, diakses pada hari Selasa, tanggal 05 Januari 2020, pukul 22.04
68
69

terdapat warga yang tidak memakai masker,


karena Peraturan Wali Kota mengatur sanksi
disiplin dilakukan di sekitar lokasi pelanggaran,
petugas menyuruh warga tersebut
membersihkan toilet tempat kerjanya. Operasi
yustisi ini dimulai dengan menggelar apel
bersama pasukan TNI, POLRI, Kejari
Makassar, Dinas Perhubungan dan Satpol PP
Kota Makassar di lapangan POLRESTABES
87
Kota Makassar.
7. “Ketika Warga Makassar Harus Setiap Hari Peraturan Wali Kota
Harus Disanksi Karena Langgar Protokol Makassar No. 51 Tahun
Kesehatan” 2020 tentang Penerapan
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol Disiplin Penegakan
PP) menjadi ujung tombak penerapan protokol Hukum Protokol
kesehatan di Kota Makassar. Puluhan anggota Kesehatan Sebagai
Satpol PP Kota Makassar harus berposko di Upaya Pencegahan dan
lokasi-lokasi keramaian untuk memastikan Pengendalian Corona
warga menerapkan protokol kesehatan. Setiap Virus Disease (Covid 19)
hari Satpol PP menyasar ke pasar-pasar, mall
dan lokasi wisata seperti anjungan pantai losari
dan setiap hari pasti ada saja warga yang tidak
mematuhi protokol kesehatan, padahal para
warga tahu bahwa ada aturan yang mengikat
yaitu Perwali No. 51 Tahun 2020 agar warga
patuh untuk menjaga jarak dan menggunakan
masker.

87
Sulsel Suara.com, “Warga Makassar Disuruh Bersihkan Toilet Karena Melanggar
Protokol”,https://sulsel.suara.com/read/2020/09/16/152835/warga-makassar-ini-disuruh-
bersihkan-toilet-karena-melanggar-protokol?ref=terkini_sulsel_list_7, diakses pada hari Selasa,
tanggal 05 Januari 2020, pukul 22.04
70

Berdasarkan catatan yang diterima oleh


Liputan 6.com tepatnya pada hari Rabu tanggal
28 Oktober tahun 2020, terdapat 19 warga Kota
Makassar diberikan sanksi karena melanggar
protokol kesehatan saat sedang berada di
anjungan Pantai Losari. Pemerintah Kota
Makassar menjelaskan bahwa sanksi yang
diberikan kepada para pelanggar protokol
kesehatan itu terbagi menjadi dua, 9 orang
diantaranya diberikan sanksi sosial berupa
membersihkan fasilitas umum, sementara 10
orang lainnya diberikan sanksi untuk membeli
masker, dan masker tersebut dikumpulkan lalu
dibagikan kepada masyarakat sekitar.
Sementara sehari sebelumnya di tempat yang
sama, terdapat 7 orang warga diberikan sanksi
membersihkan fasilitas umum dan 2 orang
diantaranya diberikan sanksi membeli masker,
lantaran mereka terjaring melanggar protokol
88
kesehatan.
8. Perwali Kota Makassar
“Langgar Protokol Kesehatan Hotel di Makasar No.53 Tahun 2020
Bakal didenda 25 Juta” tentang Pedoman
Pemerintah Kota Makassar bakal Protokol Kesehatan Pada
menerapkan sanksi denda 25 juta bagi hotel- Pelaksanaan Kegiatan
hotel yang tidak mematuhi protokol kesehatan. Pernikahan, Resepsi dan
Petunjuk teknis tentang hal tersebut tertuang Pertemuan di Kota

88 Liputan 6.Com, “Ketika Warga Makassar Setap Hari Harus Disanksi Karena
Langgar Protokol Kesehatan”, https://www.liputan6.com/regional/read/4395222/ketika-warga-
makassar-setiap-hari-harus-disanksi-karena-langgar-protokol-kesehatan, diakses pada hari Selasa,
tanggal 05 Januari 2020, pukul 22.04
71

dalam PERWALI Kota Makassar Nomor 53 Makassar.


tahun 2020 tentang pedoman penetapan
protokol kesehatan pada pelaksanaan kegiatan
pernikahan resepsi pernikahan dan pertemuan
di kota Makassar.
Ketua Satuan Petugas Percepatan
Penanganan Covid 19 Kota Makasaar, Muh
sabri menjelaskan bahwa lahirnya peraturan ini
sebagai upaya pemerintah kota Makassar dalam
mendorong pemulihan dan percepatan ekonomi
nasional. Dalam hal ini Muh Sabri juga
menjelaskan b bahwa dalam PERWALI ini
juga ditetapkan sanksi bagi oknum pengusaha
hotel yang melakukan pelanggaran dalam
pelaksanaan resepsi pernikahan dan kegiatan
perkumpulan lainnya.
Apabila hal ini dilanggar maka aka nada
denda, dendanya itu sebesar 25 juta rupiah atau
penutupusan usaha bagi hotel yang melanggar.
Lebih lanjut sanksi ini akan dibebankan kepada
tempat berlangsungnya kegiatan perkumpulan
meski yang melakukan pelanggaran protokol
89
bukan dari pihak tempat penyelenggara.

Dengan demikian, berdasarkan jenis-jenis penerapan sanksi yang telah


pemerintah lakukan bagi warga yang melanggar segala jenis ketentuan perundang-
undangan sebagaimana yang telah peneliti paparkan di atas dalam hal ini Perwali

89 Suara.com, “Langgar Protokol Kesehatan Hotel Di Makassar Bakal didenda 25


Juta”, https://www.suara.com/bisnis/2020/09/03/094659/langgar-protokol-kesehatan-hotel-di-
makassar-bakal-didenda-rp-25-juta, diakses pada hari Selasa, tanggal 05 Januari 2020, pukul 22.04
72

Kota Makassar mulai dari Perwali No. 22 tahun 2020 tentang Pelaksanaan PSBB
Di Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan sampai dengan Perwali No. 53
Tahun 2020 tentang Pedoman Protokol Kesehatan Pada Pelaksanaan Kegiatan
Pernikahan, Resepsi dan Pertemuan di Kota Makassar. Dengan ini, peneliti juga
mengaitkan kasus-kasus atau praktek-praktek yang telah terjadi di lapangan
selama ini dengan teori-teori pendekatan progresif yang digagas oleh Satjipto
Rahardjo.

Adapun sepuluh butir rangkaian kata-kata kunci yang menjadi benang


merah dari pemikiran hukum progresif yang digagas oleh Satjipto Rahardjo,
sebagai berikut:

a. Hukum progresif itu untuk manusia bukan manusia untuk hukum. Pada
hakikatnya setiap manusia itu baik, sehingga sifat ini layak menjadi modal
dalam membangun kehidupan berhukumnya. Hukum bukan menjadi raja
(segalanya), tetapi sekedar alat bagi manusia untuk memberi rahmat kepada
dunia dan kemanusiaan. Hukum tidak ada untuk dirinya sendiri melainkan
untuk sesuatu yang lebih luas dan lebih besar, maka setiap diperbaiki, bukan
manusia yang dipaksa-paksa untuk dimasukkan ke dalam skema hukum. Di
sini sistem hukum perlu ditempatkan dalam alur deep-ecology. Kata-kata
kunci pada butir ini seyogyanya juga dapat dieja sebagai hukum untuk
konteks kehidupan sejagat, di mana manusia bukan lagi titik sentral satu-
satunya. Dalam hal ini, kaitannya dengan penerapan sanksi dalam
penanganan wabah covid 19, memiliki arti bahwa bukan lagi masyarakat
yang menjadi titik sentral satu-satunya, karena hukum diciptakan untuk
manusia bukan manusia untuk hukum, sehingga segala ketentuan perundang-
undangan dalam hal ini Perwali Kota Makassar diciptakan untuk dipatuhi
oleh masyarakatnya sendiri, dengan ini juga jika masyarakat dibiasakan
dengan pendekatan-pendekatan persuasif akan hukum maka nanti masyarakat
dapat sadar akan hal itu.
b. Hukum progresif itu harus pro rakyat dan pro keadilan. Harus berpihak
kepada rakyat. Keadilan harus ditempatkan di atas peraturan sebagaimana
73

tujuan hukum itu sendiri. Namun, bila yang terjadi adalah sebaliknya, maka
tentu yang patut untuk dipertanyakan adalah apa yang salah dan di mana letak
90
kesalahannya. Sehingga para penegak hukum harus berani menerobos
kekakuan teks (diistilahkan sebagai “mobilisasi hukum”) jika memang teks
itu mencederai rasa keadilan rakyat. Prinsip pro rakyat dan pro keadilan ini
merupakan ukuran-ukuran untuk menghindari agar progresivisme ini tidak
mengalami kemerosotan, penyelewengan, penyalahgunaan dan hal negative
lainnya. Dalam hal ini, segala ketentuan perundang-undangan dalam
penanganan wabah covid 19 yang dibuat oleh pemerintah haruslah mendapat
persetujuan dari masyarakat sendiri dan juga membawa keadilan untuk
masyarakat, dan pemerintah juga harus mementingkan kepentingan
masyarakat jangan semata-mata hanya untuk kepentingan pemerintah itu
sendiri, seperti langsung memberi denda bagi warga yang melanggar akan
tetapi sebaiknya pemerintah memberikan edukasi terlebih dahulu kepada
masyarakat itu sendiri.
c. Hukum progresif bertujuan mengantarkan manusia kepada kesejahteraan dan
kebahagiaan. Hukum harus memiliki tujuan lebih jauh daripada yang
diajukan oleh falsafah liberal. Pada falsafah liberal, hukum harus
menyejahterakan dan membahagiakan. Hal ini juga sejalan dengan cara
pandang orang timur yang memberikan pengutamaan pada kebahagiaan.
Dalam hal ini, ketentuan perundang-undangan dalam penanganan wabah
covdi 19 yang telah dibuat oleh pemerintah Kota Makassar, harus dapat
mengantarkan masyarakatnya kepada kesejahteraan dan dapat membuat
masyarakatnya menjadi bahagia dengan adanya aturan-aturan tersebut.
d. Hukum progresif selalu dalam proses menjadi (law as a process, law in the
making). Hukum bukan institusi yang final, melainkan ditentukan oleh
kemampuannya mengabdi kepada manusia. Ia terus menerus membangun dan
mengubah dirinya menuju kepada tingkat kesempurnaan yang lebih baik.
Setiap tahap dalam perjalanan hukum adalah putusan-putusan yang dibuat

90 Ahkam Jayadi. "Problematika Penegakan Hukum dan Solusinya." Al-risalah Jurnal


Ilmu Syariah dan Hukum 15.2 (2017), h. 6
74

guna mencapai ideal hukum, baik yang dilakukan legislative, yudikatif,


maupun eksekutif. Setiap putusan bersifat terminal menuju kepada putusan
berikutnya yang lebih baik. Hukum tidak pernah bisa meminggirkan sama
sekali kekuatan-kekuatan otonom masyarakat untuk mengatur ketertibannya
sendiri. Kekuatan tersebut akan selalu ada, sekalipun dalam bentuk terpendam
(laten). Pada saat-saat tertentu ia akan muncul dan mengambil alih pekerjaan
yang tidak bisa diselesaikan dengan baik oleh hukum negara sebaiknya
memang hukum itu dibiarkan mengalir saja. Dengan ini, bahwa ketentuan-
ketentuan perundang-undangan Perwali yang dibuat oleh pemerintah
bukanlah institusi final, melainkan hukum haruslah dapat mengabdi kepada
manusia hingga berada pada tingkat kesempurnaan yang baik.
e. Hukum progresif menekankan hidup baik sebagai dasar hukum yang baik.
Dasar hukum terletak pada perilaku bangsanya sendiri karena perilaku bangsa
itulah yang menentukan kualitas berhukum bangsa tersebut. Fundamen
hukum tidak terletak pada bahan hukum (legal stuff), sistem hukum, berfikir
hukum, dan sebagainya, melainkan lebih kepada manusia atau perilaku
manusia. Di tangan perilaku buruk, sistem hukum akan menjadi rusak, tetapi
tidak di tangan orang-orang dengan perilaku baik. Dalam hal ini, jika semua
masyarakat taat dan patuh akan aturan-aturan penanganan wabah covid 19,
maka kualitas berhukum di Kota Makassar telah dapat dikatakan baik pula.
f. Hukum progresif memiliki tipe responsive. Dalam tipe responsive, hukum
akan selalu dikaitkan pada tujuan-tujuan di luar narasi tekstual hukum itu
sendiri, yang disebut oleh Nonet dan Selznick sebagai “The Souverignity of
Purpose”. Pendapat ini sekaligus mengkritik doktrin due process o law. Tipe
responsive menolak otonomi hukum yang bersifat final dan tidak dapat
diganggu gugat. Dengan ini, jelas bahwa tidak semua peraturan-peraturan
penanganan wabah covid 19 dibuat sesuai dengan tekstual hukum, tetapi
justru terkadang aturan-aturan tersebut dibuat di luar dari narasi hukum itu
sendiri.
g. Hukum progresif mendorong peran negara. Mengingat hukum memiliki
kemampuan yang terbatas, maka mempercayakan segala sesuatu kepada
75

kekuatan hukum adalah sikap yang tidak realistis dan keliru. Di sisi lain,
masyarakat ternyata memiliki kekuatan otonom untuk melindungi dan menata
dirinya sendiri. Kekuatan ini untuk sementara tenggelam di bawah dominasi
hukum modern yang notabene adalah hukum negara. Untuk itu, hukum
progresif sepakat memobilisasi kekuatan otonom masyarakat (mendorong
publik). Dengan ini, jelas bahwa aturan-aturan penanganan wabah covid 19
yang dibuat oleh pemerintah memiliki kemampuan yang terbatas, sehingga
mempercayakan segala sesuatu kepada aturan-aturan tersebut adalah sikap
yang tidak realistis, karena pada kenyataannya masyarakat juga memiliki
kemampuan untuk melindungi dirinya sendiri.
h. Hukum progresif membangun negara hukum yang berhati nurani. Dalam
bernegara hukum, yang utama adalah kultur, “the cultural primacy”. Kultur
yang dimaksud adalah kultur pembahagiaan rakyat keadaan tersebut dapat
dicapai apabila kita tidak berkutat pada “the legal structure of the state”
melainkan hasu lebih mengutamakan “a state with conscience”. Dalam bentuk
pertanyaan, hal tersebut akan berbunyi: “bernegara hukum untuk apa?” dan
dijawab dengan: “bernegara untuk mebahagiakan rakyat”. Dengan ini, sudah
jelas bahwa lagi-lagi segala peraturan yang dibuat oleh pemerintah dalam hal
ini aturan terkait penanganan wabah covid 19, haruslah memperhatikan
kultur, di mana kultur yang dimaksud adalah kultur kebahagiaan rakyat.

i. Hukum progresif dijalankan dengan kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual


tidak ingin dibatasi patokan (rule-bound), juga tidak hanya bersifat
kontekstual, tetapi ingin keluar dari situasi yang ada dalam usaha mencari
kebenaran makna atau nilai yang lebih dalam. Dengan ini, bahwa peraturan-
peraturan dalam penanganan wabah covid 19 dibuat berdasarkan kecerdasan
spiritual penguasa negara, tidak selamanya bersifat kontekstual, tetapi
berusaha mencari sesuatu nilai yang lebih dalam dari aturan itu sendiri.
j. Hukum progresif itu merobohkan, mengganti, dan membebaskan. Hukum
progresif menolak sikap status quo dan submisif. Sikap status quo
menyebabkan kita tidak berani melakukan perubahan dan menganggap
76

doktrin sebagai sesuatu yang mutlak untuk dilaksanakan. Sikap demikian


hanya merujuk maksim “rakyat untuk hukum”. Dengan ini, mengandung
makna bahwa terkadang kita tidak berani melakukan suatu perubahan karena
telah dibuatnya peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah yang telah
91
dianggap sebagai sesuatu yang mutlak untuk dipatuhi.

B. Dampak yang Ditimbulkan dari Implementasi Ketentuan Perundang-


undangan Dalam Penanganan Wabah Covid 19 Ditinjau dari Segi
Sosiologi Hukum

Sejak terjadinya penyebaran Covid 19 di Indonesia hingga saat ini disertai


dengan implementasi ketentuan perundang-undangan dalam penanganan wabah
Covid 19, menimbulkan berbagai macam dampak pada aspek kehidupan terutama
pada aspek politik, sosial budaya, sosial ekonomi, hukum, keamanan dan
kesehatan. Adapun berbagai dampak yang ditimbulkan akibat pandemi Covid 19
di Indonesia sampai sejauh ini sebagai berikut:

a. Aspek Politik

Dampak pertama yang paling dirasakan adalah penundaan pilkada


serentak pada 23 september menjadi 9 Desember 2020. Penambahan anggaran
juga dibutuhkan demi menyediakan peralatan kesehatan bagi penyelenggara
pilkada. Namun, kelanjutan tahap penyelenggara pilkada kembali dihadapi
tantangan seiring meningkatnya kasus positif Covid 19 sepanjang bulan juli.

Selain pilkada, dampak yang paling dirasakan pada bidang politik adalah
teguran dari Presiden Joko Widodo kepada jajaran menteri Kabinet Indonesia
Maju. Teguran disampaikan dalam sidang kabinet paripurna pada 18 Juni karena

91
Satria Sukananda, “Pendekatan Teori Hukum Progresif dalam Menjawab
Permasalahan Kesenjangan Hukum (Legal Gaps) di Indonesia”, Jurnal Hukum Ekonomi Syariah,
(Universitas Islam Indonesia 1, no. 2 (2018), h. 149-151
77

program dan dana yang dikucurkan tidak mengalir secara optimal hingga ke
92
masyarakat.

b. Aspek Sosial Budaya

Dampak yang dirasakan dalam aspek sosial adalah aktivitas


masyarakat yang dibatasi seperti berkerumun sebagai syarat untuk memutus mata
rantai penyebaran covid 19. Masyarakat dihimbau untuk menarik diri dan
menghindari interaksi sosial dalam jumlah besar (social distancing) dan kontak
fisik (physical distance) di ruang-ruang public. Serta himbauaan untuk Stay at
Home, work from home sebagai kebijakan untuk menarik diri dari keramaian
sekaligus langkah menggunting rantai penyebaran pandemi bukan merupakan
pekerjaan yang mudah, sebab ada banyak masyarakat yang harus bekerja di luar
93
rumah serta sulit atau tidak terbiasa bekerja di dalam rumah. Sementara dalam
aspek budaya yaitu dengan adanya angka kasus viruss corona yang kian
bertambah, beberapa Negara telah menerapkan aturan ekstrem. Meski di Indonesia
belum sampai pada tahap tersebut, tetapi pemerintah cukup tegas dengan physical
94
distancing, salah satunya adalah imbauan untuk meniadakan resepsi pernikahan.
c. Aspek Peribadatan

Adanya surat edaran menteri Agama tentang Panduan Ibadah Ramadhan


dan Idul Fitri 1 Syawal 1441 H di tengah Pandemi Wabah Covid 19, dan Surat

92
Kompas, “Pandemi dari Kesehatan, Ekonomi hingga Politik”
https://bebas.kompas.id/baca/riset/2020/07/17/pandemi-dari-kesehatan-ekonomi-hingga-politik/,
diakses pada hari Kamis, tanggal 07 Januari 2020, pukul 14.00

93 Tasrif, “Dampak Covid 19 terhadap Perubahan Struktur Sosial Budaya dan Ekonomi”,
Jurnal Universitas Negeri Yogyakarta 3 no. 2 (2020): h. 99
94 Tamasia Anastasia, “Ini Alasan Resepsi Pernikahan Dilarang Saat Pandemi Virus
Corona”, https://m-klikdokter-com.cdn.ampproject.org/v/s/m.klikdokter.com/amp/3638193/ini-
alasanresepsipernikahandilarangsaatpandemiviruscorona?
amp_js_v=a2&amp_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D
%3D#aoh=16184996425024&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=From
%20%251%24s&ampshare=https %3A%2F%2Fwww.klikdokter.com%2Finfo-sehat%2Fread
%2F3638193%2Fini-alasan-resepsi-pernikahan-dilarang-saat-pandemi-virus-corona, diakses pada
hari Kamis, tanggal 15 April 2020, pukul 23.20
78

Menpan-RB tentang Pembatasan Kegiatan Bepergian Keluar Daerah/Mudik bagi


ASN serta diikuti dengan maraknya imbauan untuk tidak mudik bagi masyarakat
berpotensi mendapat respon negative hingga terjadinya penolakan dari kelompok
95
masyarakat tertentu dengan menggunakan isu agama. Pandemi covid 19 juga
mempengaruhi penyelengaraan berbagai kegiatan keagamaan di seluruh dunia.
Pengaruh dari pandemic terhadap keagamaan termasuk pembatalan kegiatan
peribadatan dan perayaan hari besar keagamaan. Dalam agama islam, pada tanggal
27 Februari 2020 kerajaan Arab Saudi melakukan pembatasan sementara
kunjungan bagi jamaah umrah yang dating dari Negara-negara yang dinilai
memiliki resiko tinggi penyebaran virus serta untuk menghindari berkumpulnya
banyak orang selama pandemi, maka penyelenggaraan shalat Jumat ditiadakan.
Dalam agama Kristen, sebagian besar keuskupan merekomendasikan umat Kristen
yang telah berusia lanjut untuk tinggal di rumah dan tidak menghadiri Misa pada
hari minggu, sebagaimana yang lazim dilaksanakan. Dalam agama Hindu, di
Singapura festival Panguni Uthiram yang melibatkan arak-arakan ribuan orang
dan banyak prosesi dibatalkan karena pandemic covid 19. Dalam agama Budha,
korea mengumumkan penundaan program berkunjung ke biara, karena program
ini memungkinkan peserta mengalami kehidupan dalam biara pada 130 kuil di
96
Korea Selatan.

d. Aspek Sosial Ekonomi

Adanya Covid 19 atau virus corona mengakibatkan tertutupnya semua


aktivitas masyarakat. Mulai penutupan aktivitas di sekolah, kantor, dan pasar.
Yang berdampak pada ekonomi masyarakat, di tengah penurunan ekonomi akibat
wabah virus corona, mengenai surat edaran yang telah dikeluarkan pemerintah
yaitu segala kegiatan di luar ruangan atau disebut “Lockdown”. Dari kebijakan
tersebut membuat perekonomian banyak merosot.

95 Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia, “Buku Saku Polri Menghadapi Covid
19”, (Jakarta, 2020), h. 21
96 Wikipedia, “Dampak pandemi koronavirus terhadap kegiatan keagamaan”,
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Dampak_pandemi_koronavirus_terhadap_kegiatan_keagamaan ,
diakses pada hari Kamis tahun 2020, pukul 23.34
79

Aspek ekonomi berkaitan erat dengan kesenjangan masyarakat tentunya,


kecukupan ekonomi bagi masyarakat baru akan tercapai jika hasil pendapatan
tersebut dapat menutupi keperluan masyarakat, namun melihat dari kondisi sosial
masyarakat yang mana segala perubahan aktivitas pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan dari kehadiran wabah covid 19 memengaruhi sistem sosial di
dalamnya.

Adapun sendi-sendi kehidupan yang terdampak salah satunya adalah para


da‟I kampong dan ustadz-ustadz desa yang biasanya mengisi kajian-kajian saat
ramadhan terpaksa membatalkan semua agendanya, juga berdampak pada usaha
kecil-kecilan para da‟i kampong menjadi tersendat sehingga pendapatan para
97
ustadz desa menjadi menurun drastis. Sementara hal lain juga berdampak pada
ojek online yang kian hari penumpangnya berkurang sehingga pendapatannya pun
berkurang, begitupun juga dengan usaha-usaha pedagang di pasar seperti penjual
98
ayam potong, penjual sayur mayor, penjual cabe rawit, penjual ikan, dsb.

Menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan Indonesia cukup


terhantam keras dengan penyebaran coronavirus. Tidak hanya menghantam di
bagiaan kesehatan manusia saja, akan tetapi virus ini juga mengganggu
perekonomian salah satunya di Indonesia, di bagian sector pariwisata contohnya.
Hal ini mengakibatkan sector pariwisata menjad lumpuh sementara. Sehingga
pengangguran semakin bertambah karena pariwisata merupakan salah satu wadah
yang memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar tempat wisata
maupun masyarakat yang berasal dari luar. Namun dikarenakan adanya kehadiran
wabah coronavirus membuat banyaknya masyarakat yang menggantungkan
hidupnya bekerja di sector pariwisata hilang, juga banyaknya pekerja-pekerja
pabrik yang terkena imbas PHK (Pemutusan Hubungan Kerja).

97
Berita Jatim.com, “Bukan Hanya Ojol Terdampak Covid-19, Pikirkan Nasib Dai
Kampung”, https://beritajatim.com/politik-pemerintahan/mufti-bukan-hanya-ojol-terdampak-
covid-19-pikirkan-nasib-dai-kampung/, diakses pada hari Kamis 2020, pukul 23.46
80

Pelemahan ekonomi Indonesia lainnya bisa terjadi karena cina merupakan


salah satu mitra dagang terbesar Indonesia. Berdasarkan data badan pusat statistic
(BPS) paada januari 2020. Penurunan yang sangat tajam terjadi pada ekspor migas
dan non migas yang sangat merosot. Hal ini dapat terjadi karena cina merupakan
pengimpor minyak mentah terbesar, termasuk dari Indonesia. Juga turunnya
transaksi komoditas buah-buahan dan berbagai macam kebutuhan-kebutuhan
masyarakat.

Di bidang ekonomi perdagangan juga terlibat. Tokoh-tokoh pun ikut


tertutup dikarenakan sistem lockdown diterapkan karena adanya coronavirus, hal
ini membuat maasyarakat yang memiliki tokoh mengalami penurunan pemasukan
ekonomi dan untuk mendapat barang-barang jualan sangat sulit akibat penjagaan
ketat telah dilakukan dari kota ke kota lain, dan pasar masyarakat juga ikut
tertutup mengingat arahan pemerintah untuk tetap di rumah dan tidak melakukan
aktivitas di luar rumah termasuk melakukan transaksi jual beli hal ini juga banyak
membuat pedagang-pedagang kecil yang menggantungkan hidupnya dan
berpenghasilan dari jual beli mengalami perosotan ekonomi Karen tidak lagi
melakukan kegiatan jual beli untuk mendapatkan penghasilan. Hal ini membuat
99
dampak yang luar biasa pada perekonomian.

Hal ini yang mmelatarbelakangi pemerintah untuk mengeluarkan


kebijakan “New Normal”. Kebijakan “New Normal” diharapkan dapat
mengembalikan dan menjaga kestabilan ekonomi khususnya masyarakat yang
perekonomian menengah ke bawah dengan catatan masyarakat wajib mematuhi
protocol kesehatan yang berlaku.

New Normal merupakan scenario dalam mempercepat penanganan Covid


19 dalam aspek kesehatan dan sosial ekonomi. Protokol kesehatan saat New
Normal ini tidak jauh berbeda dengan saat diberlakukannya PSBB. Adapun
protocol kesehatan tersebut seperti rutin mencuci tangan menggunakan sabun,
memakai masker saat keluar rumah, menjaga jarak aman dan menghindari

99 Muhammad Fajar dkk, “Menyingkap Dampak-dampak Sosial Kemasyarakatan


Covid
19”, (Pare-pare, IAIAN Pare-pare Nusantara Pers, 2020), h. 51-54
81
82

keramaian. Protocol ini tidak hanya berlaku untuk bidang ekonomi saja melainkan
pada bidang lainnya seperti pendidikan dan agama.

Banyak pekerjaan yang harus terhenti selama pandemic ini berlangsung.


Dampak tersebut juga dirasakan oleh para pedagang berjualan. Banyak diantara
mereka beralih berjualan online da nada yang tetap berjualan seperti biasanya
dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

Survei telah dilakukan terhadap 100 orang pedagang makanan yang berada
di Sumatera Barat, jambi dan Riau. Berdasarkan survey ini didapatkan 72,3%
pedangan yang berjualan secara offline beralih menggunakan cara online selama
pandemic berlangsung. Hal ini dilakukan agar perekonomian mereka tetap
berjalan. Namun, banyak juga diantara pedagang tersebut masih mengizinkan
pelanggannya makan di tempat dengan syarat mematuhi protocol kesehatan dan
ada yang tidak membolehkan pelanggan makan di tempat.

Pedagang makanan tersebut tentunya sudah mematuhi langkah-langkah


pencegahan Covid 19 yang telah oleh WHO. Langkah-langkah pencegahan yang
telah dilakukan tersebut seperti menggunakan masker, mencuci tangan secara
rutin, menjaga kebersihan tempat dan makanan serta menjaga jarak pada saat
berinteraksi. Sebanyak 73,3% dari pedagang makanan tersebut telah memakai
masker dan sarung tangan pada saat berjualan.

Setelah diberlakukannya kebijakan New Normal, aktivitas masyarakat


telah dapat berjalan seperti biasanya. Tempat wisata dan tempat umum banyak
yang telah terbuka kembali, oleh karena itu telah banyak pedagang yang kembali
berjualan seperti biasanya. Pendapatan para pedagang baik pedagang makanan
100
ringan, makanan basan hingga makanan berat telah mulai meningkat.

Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Agustus menyebut bahwa


pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada kuartal II 2020 minus 5,32 persen.
Sebelumnya pada kuartal I 2020, BPS melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi

100 Eng Zulkarnaeni, “Dampak Pandemi Covid 19 Terhadap Sendi-sendi Kehidupan”,


(Padang, LPPM-Universitas Andalas, 2020), h. 7
83

Indonesia hanya tumbuh sebesar 2,97 persen, turun jauh dari pertumbuhan sebesar
5,02 persen pada periode yang sama 2019 lalu. Kinerja ekonomi yang melemah
ini turut pula berdampak pada situasi ketengakerjaan Indonesia.

SMERU Research Institute, lembaga indpenden yang melakukan


penelitian dan kajian publik, pada Agustus 2020 merilis catatan kebijakan yang
berjudul “Mengatisipasi Potensi Dampak Krisis Akibat Pandemi Covid 19
terhadap Sektor Ketengakerjaan”. Dalam catatan tersebut, tim riset SMERU
menggarisbawahi setidaknya dua implikasi krisis ekonomi yang dialami Indonesia
pada sektor ketengakerjaan. Pertama, peningkatan jumlah pengangguran dan
kedua perubahan lanskap pasar tenaga kerja pasca krisis.

Pertama, pengangguran meningkat mengakibatkan terhambatnya aktivitas


perekonomian secara otomatis membuat pelaku usaha melakukan efisiensi untuk
menekan kerugian. Akibatnya, banyak pekerja yang dirumahkan atau bahkan
diberhentikan (PHK). Bersadarkan data Kementerian Ketenagakerjaan
(Kemnaker) per 7 April 2020, akibat pandemi covid 19, tercatat sebanyak 39.977
perusahaan di sektor formal yang memilih merumahkan, dan melakukan PHK
terhadap pekerjanya. Sehingga total ada 1.010.579 orang pekerja yang terkenda
dampak covid 19 ini.

Rinciannya, 873.090 pekerja dari 17.224 perusahaan dirumahkan,


sedangkan 147.489 pekerja di PHK dari 22.753 perusahaan. Sementara itu, jumlah
perusahaan dan tenaga kerja terdampak di sektor informal adalah sebanyak 34.453
perusahaan dan 189.452 orang pekerja.

Dilihat dari penyebaran sektornya, perdagangan adalah sektor yang paling


banyak mengalami pengurangan penyerapan tenaga kerja. Hasil estimasi
menunjukkan baha penyerapan tenaga kerja pada sektor ini berkurang sekitar
677.100-953.200 orang. Namun, jika dilihat proporsinya, konstruksi adalah sektor
yang paling banyak mengurangi penyerapan tenaga kerja dengan proporsi sebesar
3,2%-4,5% dari jumlah pekerja di sektor tersebut pada Februari 2020. Meski
demikian, ada sektor-sektor yang diperkirakan masih menyerap tenaga kerja,
84

seperti jasa pendidikan, jasa kesehatan dan kegiatan sosial serta jasa keuangan dan
asuransi. Hal ini kemungkinan terjadi karena pada kuartal I 2020, produk
domestic bruto (PDB) sektor ini mengalami dengan periode yang sama pada 2019.

Kedua, pasca tenaga kerja pasca krisis. Tim riset SMERU menyebutkan,
setidaknya ada empat poin utama yang akan mendorong terjadinya perubahan
lanskap passer tenaga kerja pasca krisis ekonomi dan pandemi covid 19.

Pertama, tingkat penyerapan tenaga kerja tidak akan sebesar jumlah tenaga
kerja yang terkena PHK. Selisih tenaga kerja yang tidak terserap ini, kemudian
akan masuk ke dalam kelompok pengangguran. Ketua tim riset menyusun catatan
kebijakan dengan mengatakan bahwa kemungkinan besar penagngguran, baik
angkatan kerja baru dan mereka yang terPHK karena krisis, akan bekerja pada
sektor-sektor informal. Oleh sebab itu yang perlu diantispasi dalam menyusun
program pemulhan ekonomi pasca krisis diharapkan juga mengarah pada sektor-
sektor informal agar produktifitas mereka dapat ditingkatkan.

Kedua, perusahaan hanya akan merekrut tenaga kerja yang memiliki


produktifitas tinggi dan mampu mengerjakan beberapa tugas sekaligus
(multitasking). Sebagai contoh, usaha perhotelan hanya akan merekrut tenaga
kerja yang memiliki kemampuan manajerial dan juga bisa melayani tamu di
bagian restoran. Hal ini cukup lumrah, bahkan sejak sebelum pandemi menerpa.
Namun prasyarat ini akan semakin dibutuhkan oleh perusahaan dalam proses
rekrutmen pekerja pasca krisis.

Ketiga, lapangan usaha yang akan berkembang pasca pandemi covid 19


adalah usaha yang berhubungan dengan tekonologi. Tenaga kerja yang
dibutuhkan juga adalah tenaga kerja yang memiliki kemampuan di bidang
teknologi. Hal ini terbukti dengan terjadinya pergeseran pola kerja selama
pandemi. Jika sebelumnya pekerja diharapkan untuk bekerja di tempat kerja,
maka selama pandemi ini perusahaan juga harus beradaptasi untuk mengurang
aktivitas mereka, terutama yang melibatkan bertemunya banyak orang. Salah satu
caranya adalah dengan penerapan pola kerja work from home (WFH)
85

Keempat, sistem alih daya (outsourching) dan pekerja kontrak akan lebih
diminati oleh pelaku usaha. Sebab, keduanya memberikan fleksibilitas tinggi
kepada perusahaan dalam hubungannya dengan tenaga kerja. Fleksibilitas yang
dimaksud adalah hubungan ketenagakerjaan yang non-standard seperti tenaga
kerja paruh waktu atau tenaga kerja dengan kontrak harian. Fleksibilitas ini dinilai
menjadi menarik bagi pelaku usaha untuk mengimbangi dengan situasi dunia
usaha yang masih dinamis di masa mendatang. Selain itu, perlu juga
dipertimbangkan skema unemployment benefit untuk melindungi para tenaga
kerja yang sewaktu-waktu kehilangan pendapatan, missal karena kehilangan
101
pekerjaan atau mereka yang dirumahkan dan tidak mendapatkan gaji.

e. Aspek Hukum

Kemungkinan terjadinya perdebatan hukum/aturan dalam penanganan


wabah covid 19.

f. Aspek Keamanan

Meningkatnya kejahatan konvensional dan kejahatan ekonomi, serta


102
potensi terjadinya konflik sosial.

g. Aspek Kesehatan

Dampak kesehatan yang ditimbulkan tidak hanya dari sisi Covid 19,
seperti penambahan kasus positif dan kekurangan alat kesehatan. Dari sisi
kesehatan lainnya, dampak yang lebih luas juga dirasakan oleh masyarakat.

Dampak yang paling dirasakan adalah kelangkaan masker medis di


pasaran. Padahal, masker juga dibutuhkan untuk penderita penyakit lainnnya,
terutama pasien tuberculosis untuk mencegah penularan. Selain masker, layanan

101 Kompas.com, “Pandemi Covid-19, Apa Saja Dampak pada Sektor Ketenagakerjaan
Indonesia”, https://www.kompas.com/tren/read/2020/08/11/102500165/pandemi-covid-19-apa-
saja-dampak-pada-sektor-ketenagakerjaan-indonesia-?page=all, diakses pada hari Kamis, tanggal
07 Januari 2020, pukul 23.20
102 Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia, “Buku Pedoman Polri Menghadapi
Covid 19”, (Jakarta, 2020), h. 22
86

kesehatan juga tidak dapat dirasakan secara optimal oleh masyarakat.


Kekhawatiran untuk berkungjung ke rumah sakit juga turut mendorong
masyarakat menahan diri untuk memeriksa kesehatan secara rutin ataupun
berobat.

Dampak lainnya yang paling dirasakan adalah pada layanan imunisasi


anak. Menurut catatan Kementerian kesehatan, dampak layanan kesehatan akibat
Covid 19, khususnya imunisasi mulai dirasakan sejak April lalu.

Kondisi ini tentu perlu menjadi perhatian bersama. Apalagi, terdapat


sekitar 300.000 anak di Indonesia yang belum menerima imunisasi dasar lengkap.
Jika dibiarkan, hal ini menjadi persoalan baru bagi sector kesehatan di Indonesia.
Campak, misalnya dapat menularkan hingga ke 18 orang lainnya. Artinya
imunisasi terhadap anak tetap perlu menjadi perhatian di tengah pandem covid
103
19.

Sementara untuk di wilayah Kota Makassar, juga menimbulkan berbagai


dampak akibat pandemi covid 19 seperti dari aspek pendidikan, ekonomi daan
kesejahteraan sosial adalah sebagai berikut:

a. Aspek Pendidikan

Problematika atau pemasalahan dalam aspek pendidikan yaitu belum


seragamnya proses pembelajaran atau meratanya layanan pembelajaran, baik
standar maupun kualitas dalam pencapaian pembelajaran, baik standar maupun
kualitas dalam pencapaian pembelajaran yang diinginkan. Namun, proses
pembelajaran yang seharusnya dilakukan secara tatap muka kini ditiadakan
sementara dan dialihkan dengan sistem belajar daring (online) dari rumah sesuai
arahan Presiden.

103
Kompas, “Pandemi dari Kesehatan, Ekonomi hingga Politik”
https://bebas.kompas.id/baca/riset/2020/07/17/pandemi-dari-kesehatan-ekonomi-hingga-
politik/, diakses pada hari Kamis, tanggal 07 Januari 2020, pukul 15.35
87

Pemerintah telah menyiapkan scenario pendidikan sehingga pendidikan di


Indonesia dengan layak dan berkualitas. Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan
dan Agama Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan (Kemenko PMK) Agus Sartono menuliskan skenarionya yaitu
scenario sekolah dibuka di akhir Julia atau pertengahan Agustus. Namun, sampai
saat ini sekolah belum buka. Selanjutnya skenarip berikutnya pesimis pandemi
covid 19 berakhir di akhir tahun maka pembelajaran daring dengan fokus ke
daerah yang tidak mendapatkan akses listrik dan internet maka pemerintah Kota
Makassar bekerja sama dengan saluran TVRI agar dapat memfasilitasi sekolah
yang tidak memiliki listrik.

Dengan adanya proses pembelajaran secara daring, maka masyarakat


mestinya mengeluarkan dana pribadinya untuk biaya internet dan pembelian
smartphone bagi yang tidak memiliki yang nantinya digunakan sebagai alat
belajar daring.

Terkait dengan biaya internet untuk belajar daring, dari total masyarakat
yang beranggota keluarga yang masih bersekolah, bagi kalangan miskin atau kelas
ke bawah mengalami keberatan untuk memenuhi itu semua. Di mana untuk biaya
makan mereka sangat pusing dan kesulitan untuk mencarinya atau memenuhinya
apalagi untuk memenuhi biaya internet sebesar 100 ribu rupiah/bulan agar dapat
melaksanakan belajar daring. Begitu pula dengan masyarakat kalangan menengah
cukup kesulitan untuk melaksanakan sistem belajar daring ini.

Dengan adanya scenario sistem belajar seperti itu, terdapat bantuan dari
pemerintah akan tetapi tidak merata pembagiannya. Melihat kondisi tersebut ,
bagaimana peluang masyarakat miskin dapat kembali bangkit dalam
mengembangkan usahanya yang berskala mikro atau usaha kecil? Kebijakan
pemerintah Kota Makassar yang meminta masyarakat mematuhi protokol
kesehatan tidak hanya membatasi dalam hal bersosialisasi dengan masyarakat
lainnya. Akan tetapi, membatasi ruang gerak masyarakat miskin untuk bertahan
hidup dan juga membuat roda perekonomian mereka lambat untuk dapat bangkit
dan berkembang kembali ditambah lagi harus memenuhi kebutuhan anaknya
untuk melanjutkan pendidikan dengan harus mengikuti bejalar daring (online)
88

karena layanan yang diberikan pemerintah tidak merata sehingga tidak semua
104
dapat membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya.

b. Aspek Ekonomi

Dari hasil kajian tim peneliti LOGOV Celebes, dilaporkan bahwa terdapat
6 sektor lapangan usaha yang paling terdampak akibat merebaknya COVID 19 di
Kota Makassar. Tiga sector diantaranya, yaitu sektor perdagangan, industry
pengolahan, dan konstruksi rata-rata di atas 10 persen per tahun dalam satu dekade
terakhir. Sementara itu, 3 sektor terdampak lainnya adalah sektor penyediaan
akomodasi, makan dan minum, sektor jasa perusahaan dan sektor transportasi.
Berdasarkan hasil proyeksi dengan skenario belum diberlakukannya PSBB, sektor
perdagangan, industry pengolahan, dan penyediaan akomodasi, makan dan minum
berada pada level pertumbuhan negative. Sedangkan 3 (tiga) sektor lainnya
mengalami penurunan pertumbuhan negative. Sedangkan tiga sektor lainnya
mengalami penurunan pertumbuhan, yaitu sektor transportasi (1,1%), konstruksi
(2,6%) dan jasa perusahaan (3,3%). Tingkat pertumbuhan setiap sektor menjadi
lebih dalam tinggi memperhatikan hasil proyeksi dengan scenario
diberlakukannya PSBB, yaitu berkisar antara 1,8%-4,08% di akhir tahun 2020.

Secara umum, pertumbuhan ekonomi Kota Makassar diproyeksikan


berpotensi mencapai tingkat 8,6%, dengan nilai PDRB rill sebesar Rp 133,04
triliun, namun angka tersebut hanya berlaku jika kondisi normal tanpa adanya
pandemi Covid 19. Sementara proyeksi dengan scenario diberlakukannya PSBB
sebagai respon atas Covid 19 menjadi 5,7%, bahkan dapat lebih dalam lagi ketika
tidak diberlakukan PSBB, yaitu turun hingga 3,4% untuk tahun 2020. Secara

104 Rakyat Sulsel, “ Masyarakat Miskin Terjebak Skenario pendidikan Akibat


Dampak Pandemi Covid 19”, https://rakyatsulsel.co/2020/10/18/masyarakat-miskin-yang-
terjebak-skenario-pendidikan-akibat-dampak-pandemi-covid-19/, diakses pada hari Kamis, tanggal
07 Januari 2020, pukul 16.05
89

berturut-turut, peluang ekonomi yang hilang dengan dua scenario tersebut adalah
3,6 triliun dan 6,36 triliun. Di sisi lain, kemiskinan dan sektor tenaga kerja juga
akan terdampak. Kemiskinan diproyeksikan akan naik mencapai level 7%,
sedangkan tingkat pengangguran terbuka juga akan naik hingga 17,30% di tahun
2020.

Selain proyeksi beberapa indicator ekonomi makro, tim peneliti LOGOV


juga memeperhatikan estimasi kebutuhan jarring pengaman sosial (JPS) untuk
kelompok masyarakat terdampak. Pertama, kelompok masyarakat dengan rumah
tangga 40% sosial ekonomi terbawah. Berdasarkan data BDT TN2PK tahun 2015,
kelompok ini mencapai 50.516 RT dengan rata-rata anggota RT sebanyak 4
orang. Hasil estimasi ini menunjukkan bahwa pemerintah Kota Makassar
memerlukan dana sebesar Rp 61,7 miliar per bulan untuk menalangi biaya
pengeluaran makanan kelompok masyarakat.

Namun, jika pemerintah ingin menalangi biaya pengeluaran makanan juga


non makanan, maka dana yang diperlukan mencapai Rp 10,7 miliar per bulan.
Kedua, terdapat 70.936 RT yang merupakan pekerja informal di sektor yang
terdampak. Pemerintah Kota Makassar membutuhkan dana Rp 112.8 miliar per
bulan untuk menalangi pengeluaran makanan dan minuman untuk kelompok
tersebut. Namun, jika pemerintah juga hanya ingin menalangi biaya pengeluaran
makanan saja, maka dibutuhkan dana sebesar Rp 68,4 miliar.

Hasil perhitungan dengan menggunakan data Anggaran Pendapatan dan


Belanja Daerah tahun 2020, pemerintah Kota Makassar memiliki ruang fiscal
sebesar Rp 1,77 triliun. Meski begitu, ruang fiscal ini tidak dapat digunakan
seluruhnya untuk memenuhi kebutuhan jarring pengaman sosial mengingat
pemerintah Kota Makassar juga memiliki beberapa prioritas lain untuk dikerjakan.
Maka, perlu direalokasikan beberapa anggaran kegiatan untuk difokuskan pada
105
kegiatan penanganan Covid 19.

105 Logov Celebes, Dampak Ekonomi Covid 19: Rekomendasi PSBB dan Implementasinya di
Kota Makassar, (Makassar, 2020), h. 2-3
90

Selain itu, terdapat sektor lain yang juga terdampak pandemi Covid 19
yaitu sektor perikanan mulai dari rantai produksi perikanan yaitu nelayan sampai
ke industry dan kuliner perikanan. Saat pandemi Covid 19, volume dan nilai
produksi perikanan dari Makassar menjadi turun drastis, profesi nelayan dan
operator jasa seperti Pappalimbang kapal regular hingga eksportir hasil laut sangat
terpukul. Hasil laut tetap tersedia, tetapi daya beli masyarakat yang rendah dan
tiadanya sarana transportasi membuat harga ikan sempat jaruh hingga 60 persen.

Rantai produksi perikanan tangkap yaitu dari nelayan, pengepul (pappalle


dan punggawa) supplier sampai ke eksportir terpengaruh dampak pandemi.
Nelayan dan pengepul bagian dalam sistem patron client bisnis dan sosial di
pesisir Makassar. Kadis Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulsel, Sulkaf S Latief
saat menjadi pembicara webinar yang digelar Mongabay Indonesia pada Jumat
17/7/2020 terkait dampak pandemi Covid 19 terhadap masyarakat pesisir dan
pulau-pulau mengakui bahwa warga pulau adalah kelompok yang sangat
terdampak covid 19 saat ini.

Di Kota Makassar, restoran banyak yang tutup, padahal dari restoran inilah
masyarakat nelayan bsa mendapatkan harga yang bagus. Ikan-ikan biasanya dijual
pada restoran. Rumput laut pun harganya turun, hanya udang yan bertahan nilai
jualnya. Dampaknya pun bisa dirasakan para nelayan dan pengusaha apalagi sejak
ditutupnya akses masuk ke wilayah kota atau sebaliknya.

Laporan lalu lintas perikanan ekspor Kota Makassar semester 1 tahun


2019 oleh Balai Besar Karantina ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan (BKIPM) Makassar menyebutkan volume komoditi perikanan
mencapai 44 ton dengan total nilai komoditi mencapai 1,4 triliun. Ada lima
komoditi teratas yaitu, rumput laut 79%, lalu karagenan 6%, udang vanamei 3%,
tuna 2% dan gurita 1%. Komoditi campuran seperti aneka ikan karang, pelagis
hingga kekerangan lainnnya mencapai 9%.
91

Pada semester yang sama pada tahun 2020, komposisi dan jumlahnya
berubah atau turun. Dari data yang disediakan BKIPM Makassar Nampak bahwa
rumput laut masih dominan hingga 75,9%, lalu karaginan 8,7%, vanamei 5,5%,
gurita 1,8% dan tuna 1,7%. Total komoditi 65 ton dengan nilai Rp 2,36 triliun dan
komoditi lain 7% atau turun sekitar 2%, di mana tahun lalu 6.683, 453 ton senilai
106
Rp 627,1 miliar menjadi 4,586,64 ton senilai Rp 489,06 miliar.

Sementara sektor lain, yaitu sektor ketengakerjaan. Perhimpinan Hotel dan


Restoran Indonesia (PHRI) Sulsel mencatat sebanyak 1.257 karyawan hotel yang
dirumahkan dari 21 hotel di Kota Makassar akibat pandemi covid 19. Itulah yang
terdata, dan kemungkinan besar justru sebenarnya masih banyak, karena dari 46
hotel yang ditutup karena pandemi, hanya 20 diantaranya yang berani membuka.
Dan saat penerapan new normal atau adaptasi kebiasaan baru (AKB)
diberlakukan, itu sekaligus mejadi masa pembukaan hotel. Namun pada
kenyataannya ditutup kembali karena tidak adanya pengunjung, sementara
karyawan harus diberi upah.

Tidak terbantahkan bahwa tingkat hunian memang sangat anjlok, saat itu
hanya berada di angka 2-8% sehingga konsekuensinya para karyawan harus
dirumahkan. Sementara jika tidak dirumahkan maka gaji mereka tetap akan
dipangkas, bahkan hanya menerima pada kisaran 25,50 atau 75%.

Dalam hal ini pemerintah harus jalan secara simultan, melakukan


penanggulangan covid 19 sekaligus menggerakakan roda ekonomi karenda
dengan hidupnya hotel aka akan diikuti kehidupan pada 101 UKM. Dan terkait
tenaga kerja terdampak covid 19 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pemprov
Sulsel merilis total pekerja terdampak covid 19 sebanyak 15.485 orang dari 1.174
perusahaan se sulsel per 21 Juli 2020. Data ini bersumber dari 18 kabupaten/kota

106 Mongabay, “Dampak Pandemi di Pesisir Makassar dari Penggantian Wali Kota
hingga
Belitan Patron Client Perikanan”, https://www.mongabay.co.id/2020/09/14/dampak-pandemi-di-
pesisir-makassar-dari-penggantian-wali-kota-hingga-belitan-patron-client-perikanan-bagian-1/,
diakses pada hari Kamis, tanggal 07 Januari 2020, pukul 22.00
92

di sulsel, enam kabupaten lainnya sampai saat ini belum mengkonfirmasi pekerja
terdampak.

Adapun rincian pekerja terdampak covid 19 di sulsel yakni total pekerja


yang dirumahkan sebanyak 14.740 orang dan 5.018 diantaranya tetap dibayarkan
upahnya, selebihnya dirumahkan tanpa menerima upah sembari menunggu
oanggilan kembali bekerja. Sedangkan total pekerja yang PHK sebanyak 745
orang dari 10 kabupaten/kota di sulsel dengan angka terttinggi di Kota Makassar
107
274 pekerja, disusul kabupaten Maros 200 pekerja dan Kabupaten Pekerja.

Berdasarkan pemaparan peneliti di atas, sangat jelas bahwa sejak pertama


diterapkannnya aturan-aturan terkait penanganan wabah covid 19 terkhusus
kepada aturan-aturan Perwali Kota Makassar sampai sejauh ini, menimbulkan
banyak dampak bagi sendi-sendi kehidupan masyarakat Kota Makassar, mulai
dari aspek politik sampai kepada aspek ekonomi Kota Makassar itu sendiri,
terkhusus aspek ekonomi adalah aspek yang paling banyak memberikan dampak
negative bagi kehidupan ekonomi masyarakat Kota Makassar.

c. Aspek Politik

Tingginya kasus Covid 19 menyebabkan Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin


Abdullah mengganti Pejabat (Pj) Wali Kota Makassar Yusran Yusuf. Nurdin
Abdullah berharap pengganti Yusran Yusuf bisa memberikan kontribusi dalam
menekan kasus Covid 19 di Kota Makassar. Yusran sebelumnya menjabat sebagai
Kepala Badan Prencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah
Pemeritah Provinsi Sulawesi Selatan. Dan Iqbal Suhaeb digantikan berdasarkan

107 Antarnews, “PHRI: 1.257 Karyawan Hotel di Sulsel Di rumahkan Dampak COVID-19”,
https://m-antaranewscom.cdn.ampproject.org/v/s/m.antaranews.com/amp/berita/1625030/
phri1257karyawanhoteldisulseldirumahkandampakcovid19?
amp_js_v=a2&amp_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D
%3D#aoh=16100282546802&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=From
%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.antaranews.com%2Fberita%2 F1625030%2Fphri-
1257-karyawan-hotel-di-sulsel-dirumahkan-dampak-covid-19, diakses pada hari Kamis, tanggal 07 Januari
2020, pukul 22.25
93

SK yang berlaku tertanggal 13 Mei tahun 2020 setelah menjalankan roda


pemerintahannya selaama setahun sebagai Pj Wali Kota Makassar. Sehingga, hal
ini mengakibatkan aturan-aturan terkait penanganan wabah Covid 19 di Makassar
tidak berjalan dengan baik dikarenakan belum optimalnya sosialisasi aturan
sebelumnya, lalu tercipta lagi aturan baru terkait Covid 19 di Makassar yang
108
dibuat oleh Pj Walikota baru yang terpilih.

108 Kompas.com, “Kasus Covid–19 Masih Tinggi, Gubernur Sulsel Ganti Pj Wali Kota
Makassar”,https://ampkompascom.cdn.ampproject.org/v/s/amp.kompas.com/regional/read/20
20/06/25/09433221/kasuscovid19masihtinggigubernursulselgantipjwalikotamakassar?amp_js_v=
a2&amp_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D%3D#aoh=16184524946928&referrer=https
%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=From%20%251%24s , diakses pada hari Kamis, tanggal 15
April 2020, pukul 22.50
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah peneliti paparkan sebelumnya,


maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan berbagai sanksi bagi masyarakat yang melakukan


pelanggaran dalam penanganan wabah covid 19 di Makassar yang telah
dibuat oleh pemerintah Kota Makassar telah berjalan optimal atau
efektif bagi masyarakat yang memiliki usaha besar seperti toko-toko
besar, namun bagi masyarakat yang memiliki usaha kecil penerapan
sanksi terkait pelanggaran aturan covid 19 belum dapat diterapkan
secara optimal atau efektif dikarenakan masalah ekonomi masyarakat
kecil yang berada pada kelas ekonomi bawah seperti pagandeng
gangang (penjual sayur mayur), sehingga dibolehkan untuk tetap
berjualan sesuai dengan peraturan daerah setempat.
2. Sejauh ini Covid 19 telah banyak menimbulkan dampak yang negatif
bagi sendi-sendi kehidupan masyarakat baik di Indonesia maupun
terkhusus di Kota Makassar. Adapun dampak yang ditimbukan akibat
covid 19 terkhusus di Kota Makassar sendiri yakni menimbulkan
berdampak pada aspek pendidikan di mana sistem pembelajaran daring
selama pandemi Covid 19 membuat kesulitan para orang tua siswa
untuk memenuhi kuota belajar anaknya, juga berdampak pada aspek
ekonomi dalam sektor akomodasi, makan dan minum, jasa perusahaan,
dan transportasi dan berdampak aspek politik di mana terjadi pergantian
Pj Wali Kota Makassar yang semula adalah Yusran Yusuf, kemudian
digantikan oleh Iqbal Suhaeb

94
95

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka peneliti memberikan


beberapa saran sebagai berikut:

1. Pemerintah Kota Makassar sebaiknya tidak hanya mengedepankan


pendekatan-pendekatan sistem hukum yang “hitam putih” (tertera
dalam suatu peraturan perundang-undangan) dalam menerapkan sanksi
terkait penanganan wabah covid 19, akan tetapi sebaiknya pemerintah
Kota Makassar perlu memperhatikan pendekatan-pendekatan hukum
progresif yang digagas oleh Prof. Dr. Satjipto Rahardjo, di mana
pendekatan hukum progresif haruslah pro rakyat dan pro keadilan.
Sebagai contoh, dalam hal pengenaan sanksi denda berupa nominal
uang, sebaiknya cukup diterapkan bagi masyarakat yang memiliki usaha
yang besar namun bagi masyarakat yang memiliki usaha kecil tidak
sewajarnya untuk diberikan sanksi denda berupa nominal uang,
mengingat pendapatan pelaku usaha kecil yang sangat minim. Namun,
dalam hal ini masyakarat diharapkan dapat bersinergi mendukung
pemerintah dalam menerapkan aturan terkait covid 19 agar dapat
berjalan efektif sepenuhnya.
2. Pemerintah Kota Makassar seharusnya dapat meminimalisir berbagai
dampak negative yang timbul akibat merebaknya wabah covid 19.
Dalam hal perekonomian misalnya, pemerintah Kota Makassar harus
mampu membangkitkan kembali keterpurukan ekonomi yang melemah
selama pandemi covid 19 dan dapat mengatasi berbagai permasalahan-
permasalahan lain yang timbul dalam kehidupan masyarakat. Namun
dalam hal ini, masyarakat juga perlu menumbuhkan kesadaran hukum
terhadap dirinya terkait bahaya dari dampak yang ditimbulkan wabah
covid 19.
DAFTAR PUSTAKA

Adi Rianto, Sosiologi Hukum: Kajian Hukum Secara Sosiologis, Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia, 2012.

Anwar Yesmil dan Adang, Pengantar Sosiologi Hukum, Jakarta: Gramedia


Widiasarana Indonesia, 2008.

Basrun Umanailo M Umanailo, Buku Ajar Sosiologi Hukum, Namlea: Fam


Publishing, 2016.

Burhan Erlina dkk, Pedoman Tatalaksana Covid 19 Edisi 2, Jakarta: Perhimpunan


Dokter Paru Indonesia, 2020.

Burhan Erlina dkk, Pneumonia Covid 19 Diagnosis dan Penatalaksanaan di


Indonesia, Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2020.

Celebesn Logov, Dampak Ekonomi Covid 19: Rekomendasi PSBB dan


Implementasinya di Kota Makassar, Makassar, 2020.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Semarang: Tohaputra, 2006.

Efendi Jonaedi dan Johnny Ibrahim, Metode Penelitian Hukum: Normatif dan

Empiris, Depok: Prenadamedia Group, 2016.

Fuady Munir, Aliran Hukum Kritis, Jakarta: PT. Cittra Aditya Bakti, 2003.

Fuady Munir, Teori-teori dalam Sosiologi Hukum, Jakarta: Kencana, 2011.

Hasnati, Sosiologi Hukum: Bekerjanya Hukum Di Tengah Masyarakat,


Yogyakarta: Absolute Media, 2015.

96
97

Isbaniah Fathiyah dkk, Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus


Disease 19, Jakarta: Galih Alesya Timur, 2020.

Ishaq, Dasar-dasar Ilmu Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2016.


Madiong Baso, Sosiologi Hukum Suatu Pengantar, Makassar: CV. Sah Media,
2014.

Magista Malida dan Nuzul Sri Hertani, Buku Saku Desa Tangguh Covid 19,
Yogyakarta: Ilustrasi Freepik, 2020.

Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia, Buku Pedoman Polri Menghadapi


Covid 19, Jakarta, 2020.

Maroni, Pengantar Hukum Pidana Administrasi, Bandar Lampung: CV. Anugrah


Utama Raharja Anggota IKAPI, 2015.

Marthen Moonti Roy, Ilmu Perundang-undangan, Makassar: Keretaupa, 2017.

Merta Ketut dkk, Buku Ajar Hukum Pidana, Denpasar: Universitas Udayana,
2016.

Muhammad Fajar dkk, Menyingkap Dampak-dampak Sosial Kemasyarakatan


Covid 19, Pare-pare: IAIN Pare-pare Nusantara Pers, 2020

Mulyadi Lilik, Kapita Selekta: Hukum Pidana dan Victimologi, Jakarta: Intan
Sejati Klaten, 2007.

Paujiyanti Ferra, Kamus Lengkap Tata Bahasa Indonesia, Jakarta: Lembar


Pustaka Indonesia, 2014.

Pemerintah Provinsi Riau, Buku Digital Ketua RT/RW Kader Posyandu Se-
Provinsi Riau Tanggap Covid 19, Riau, 2020.
98

Pramono Budi, Sosiologi Hukum, Surabaya: Scopindo Media Pustaka, 2020.

Prasetyo Teguh, Hukum Pidana, Depok: Rajawali Pers, 2017.

Salman Otje dan Anthon F Susanto, Teori Hukum, Bandung: PT Refika Aditama,
2008.

Shalihah Fithriathus, Sosiologi Hukum, Depok: Raja Grafindo Persada, 2017.

Shihab Nahla, Covid 19: Kupasan Ringkas yang Perlu Anda Ketahui, Jakarta:
Literati, 2020.

Sholehuddin, Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana, Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, 2004.

Sofyan Andi dan Nur Azisa, Hukum Pidana, Makassar: Pustaka Pena Pers, 2016.

Suadi Amran, Sosiologi Hukum Penegakan, Realitas dan Nilai Moralitas Hukum,
Jakarta: Kencana, 2018.

Sudika Mangku Dewa Gede, Pengantar Ilmu Hukum, Jawa Tengah: Lakeisha,
2020.

Sugihantono Agung dkk, Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus


Disease 19, Jakarta: Galih Alesya Timur, 2020.

Sunggono Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, Depok: Rajawali Pers, 2018.

Syamsuddin Rahman dan Ismail Aris, Merajut Hukum di Indonesia, Jakarta:


Mitra Wicana Media, 2014.

Syamsuddin Rahman, Pengantar Hukum Indonesia, Jakarta: Prenadamedia


Group, 2019.

Winarno F.G, Covid 19: Pelajaran Berharga dari Sebuah Pandemi, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2020.
Za Zafrisal dkk, Pedoman Umum Menghadapi Pandemi Covid 19, Jakarta: 2020.
99

Zainal Muhammad, Pengantar Sosiologi Hukum, Yogyakarta: Deepublish, 2019.

Zulkarnaeni Eng, Dampak Pandemi Covid 19 Terhadap Sendi-sendi Kehidupan,


Padang: LPPM-Universitas Andalas, 2020.

JURNAL:

Buana Dana Riksa, Analisis Masyarakat Indonesia dalam Menghadapi Pandemi


Virus Corona (Covid 19) dan Kiat Menjaga Kesejahteraan Jiwa,
Jurnal, (Universitas Mercu Buana, 2020).

Hari Susanto Sri Nur, Hukum Karakter Yuridis Sanksi Hukum Administrasi: Suatu
Pendekatan Komparasi, Jurnal, (Universitas Diponegoro, 2020).

Jayadi Ahkam, Peran Nilai-nilai Religiositas Dalam Pembangunan dan


Penegakan Hukum Negara, Jurnal Jurisprudentie 6.1, (2019).

Jayadi, Ahkam. "Problematika Penegakan Hukum dan Solusinya." Al-risalah


Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum 15.2 (2017).

Jumadi, MAKNA ISTILAH DAN BAHASA HUKUM DALAM KONTEK


KEADILAN. Jurisprudentie: Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan
Hukum 3.1 (2016): 51-62.

Natsif, Fadli Andi. Perspektif Keadilan Transisional Penyelesaian Pelanggaran


Hak Asasi Manusia Berat. Jurisprudentie: Jurusan Ilmu Hukum
Fakultas Syariah dan Hukum 3.2 (2016): 83-97.

Safriani Andi, Hakikat Hukum Dalam Perspektif Perbandingan Hukum, Jurnal


Jurisprudentie 5.2 (2018).
100

Safriani, Andi. TELAAH TERHADAP ASAS TRANSPARANSI DALAM


PENGELOLAAN
DANA DESA."Jurisprudentie: Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syariah
dan Hukum 7.1 (2020): 60-74.

Sukananda Satria, Pendekatan Teori Hukum Progresif dalam Menjawab


Permasalahan Kesenjangan Hukum (Legal Gaps) di Indonesia,
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, (Universitas Islam Indonesia 1, no.
2(2018).

Tasrif, Dampak Covid 19 terhadap Perubahan Struktur Sosial Budaya dan


Ekonomi, Jurnal Universitas Negeri Yogyakarta 3 no. 2 (2020).

PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN:

Undang-undang No. 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan

Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor HK.02.01/MENKES/202/2020 Tahun


2020 tentang Protokol Isolasi Diri Sendiri dalam Penanganan Coronavirus Disease
(COVID-19)

Peraturan Wali Kota Makassar No. 22 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan PSBB Di
Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan

Peraturan Walikota Makassar No. 31 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Protokol


Kesehatan di Kota Makassar

Peraturan Walikota Makassar No. 36 Tahun 2020 tentang Percepatan


Pengendalian Corona Virus Desease 2019 (COVID 19) Di Kota Makassar

Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah


Penyakit Menular
101

Peraturan Wali Kota Makassar No. 51 Tahun 2020 tentang Penerapan Disiplin
Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Sebagai Upaya Pencegahan dan
Pengendalian Corona Virus Disease (Covid 19)

Perwali Kota Makassar No. 53 Tahun 2020 tentang Pedoman Protokol Kesehatan
Pada Pelaksanaan Kegiatan Pernikahan, Resepsi dan Pertemuan di Kota
Makassar.

WEBSITE:

Halodoc, “Kronologi Lengkap Virus Corona Masuk di Indonesia”


https://www.halodoc.com/artikel/kronologilengkapviruscoronamasukindonesia,
diakses pada hari Sabtu, tanggal 18 Juli 2020, pukul 23.00

Wonkdermayu, “Sosiologi Hukum”, https;//wonkdermayu.wordpress.com/kuliah-


hukum/sosiologi-hukum,diakses pada hari Sabtu, tanggal 18 Juli 2020, pukul
18.00

Hukum Online, “ Jerat Hukum bagi Mereka yang Ogah di Karantina”,


https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5e7c6ae5caf16/jerathukum-
bagi-mereka-yang-ogah-dikarantina/, diakses pada hari Rabu, tanggal 11 Juni
2020, pukul 00.05

Liputan 6, “5 Langkah Jelaskan Karantina Pandemi Virus Corona Covid 19 pada


Lansia” ,https://www.liputan6.com/bola/read/4212882/5-langkah-jelaskan-
102

karantina-pandemi-virus-corona-covid-19-pada-lansia, diakses pada hari Rabu,


tanggal 11 Juni 2020, pukul 21.00

Wikipedia, “Definisi Sosiologi”, https://id.wikipedia.org/wiki/Definisi_Sosiologi,


diakses pada hari Kamis, tanggal 18 Juni 2020, pukul 20.00

Repository, http://repository.unpas.ac.id/27444/4/BAB%20II.pdf, diakses pada


hari Kamis, tanggal 18 Juni 2020, pukul 21.00

Kids Grid, “Perbedaan Isolasi dan Karantina terkait Pandemi Virus Corona”,
https://kids.grid.id/read/472117073/perbedaan-isolasidankarantinaterkaitpandemi-
virus-corona?page=all, diakses pada hari Kamis, tanggal 18 Juni 2020, pukul 21.00

Halodoc, “Corona Virus”, https://www.halodoc.com/kesehatan/coronavirus,


diakses pada hari Kamis, tanggal 18 Juni 2020, pukul 21.00

Satrioth, “Penulisan Skripsi dengan Metode Yuridis”,


https://satriofh.blogspot.com/2016/11/penulisanskripsidenganmetodeyuridis.html,dia
kses pada hari Kamis, tanggal 18 Juni 2020, pukul 21.15

Repository, http://repository.unpas.ac.id/27444/4/BAB%20II.pdf, diakses pada


hari Jumat, tanggal 19 Juni 2020, pukul 23.27
Nasional Kompas, “Langkah Hukum di tengah Penanganan Wabah Covid 19”,
https://nasional.kompas.com/read/2020/04/06/10272001/langkah-hukumditengah-
penanganan-wabah-covid-19-ini-pelanggaran-yang?page=all, diakses pada hari
Kamis, tanggal 23 Juli 2020, pukul 00.35
103

Kamus Tokopedia, “Denda”, https://kamus.tokopedia.com/d/denda/, diakses pada


hari Kamis, tanggal 23 Juli 2020, pukul 00.46

Media Indonesia, “Hukum Pelanggar Protokol Covid 19”,


https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2009hukumpelanggarproto
kol-covid-19, diakses pada hari Kamis, tanggal 23 Juli 2020, pukul 00.58

Sindonews, “Akibat Melanggar Aturan PSBB Izin Usaha Toko Agung


dicabut”,https://makassar.sindonews.com/read/18493/710/akibatmelanggaraturan-
psbb-izin-usaha-toko-agung-dicabut-1588691130, diakses pada hari Kamis,
tanggal 22 Juli 2020, pukul 01.15

Sonora, “Ditemukan Tak Pakai Masker Pj Walikota Makassar Minta Dihukum


Bersihkan Jalan”, https://www.sonora.id/read/422235841/ditemukan-tak-pakai-
masker-pj-walikota-makassar-minta-dihukum-bersihkan-jalan?page=all, diakses
pada hari Kamis, tanggal 23 Juli 2020, pukul 01.34

Alodokter, “Beragam Istilah terkait Virus Corona Covid 19”,


https://www.alodokter.com/beragam-istilah-terkait-virus-corona-dan-covid-19,
diakses pada hari Jumat, tanggal 24 Juli 2020, pukul 20.24

Nasional Okezone, “Update Corona di Indonesia 9 Oktober 2020 : Positif


324.658 Orang, Sembuh 247.667 & Meninggal 11.67”,
https://nasional.okezone.com/read/2020/10/09/337/2291098/updatecoronadiindon
104

esia-9-oktober-2020-positif-324-658-orang-sembuh-247-667-meninggal-11-677,
diakses pada hari Jumat, tanggal 09 Oktober 2020, pukul 19.00

Fix Makassar, “Update Covid-19 di Sulsel: Jumlah Kasus Harian Sembuh Covid-
19 per 9 Oktober 2020 Capai 111 Kasus”, https://fixmakassar.pikiran-

Rakyat.com/sulsel/pr-57816195/update-covid-19-di-sulsel-jumlah-kasusharian-
sembuh-covid-19-per-9-oktober-2020-capai-111-kasus, diakses pada hari Jumat,
tanggal 09 Oktober 2020, pukul 19.00

Sulsel Suara, “Kasus Covid-19 di Makassar Meningkat, Ribuan Orang Tanpa

Gejala”, https://sulsel.suara.com/read/2020/09/10/180601/kasus-covid-19-di-
makassar-meningkat-ribuan-orang-tanpa-gejala?page=all, diakses pada hari
Jumat, tanggal 09 Oktober 2020, pukul 19.00

Merdeka.com, “Lusa, Warga yang Tak Gunakan Masker Akan Dikenakan Sanksi
Sosial” https://m.merdeka.com/peristiwa/lusa-warga-makassar-yang-tak-gunakan-
masker-akan-dikenakan-sanksi-sosial.html, diakses pada hari Kamis, tanggal 17
Desember 2020, pukul 20.37

Ferry Koto, “Pengantar Kuliah Metode Penelitian Socio


Legal”,http://ferrykotopasca15.web.unair.ac.id/artikel_detail154176PendidikanPe
ngantar%2520Kuliah%2520Metode%2520Penelitian%2520Sosio%2520Legal.
html, diakses pada hari Kamis, tanggal 17 Desember, pukul 21.08

Detik Hukum, “Teori Efektifitas Hukum Menurut Soerjono Soekanto”,


https://detikhukumwordpresscom.cdn.ampproject.org/v/s/
detikhukum.wordpress.com/2015/09/29/
105

teoriefektivitashukummenurutsoerjonosoekanto/amp/?
amp_js_v=a2&amp_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D
%3D#aoh=16082107819099&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=From%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Fdetikhukum.wordpress.com%2F2015%2F09%2F29%2Fteori-efektivitas-
hukum-menurut-soerjono-soekanto%2F, diakses pada hari Kamis, tanggal 17
November 2020, pukul 21.28

Suara.Com, “Warga Makassar Masuk Makassar Harus Punya Sura Bebas Virus
Corona”, https://www.suara.com/news/2020/07/13/104220/warga-masuk-
makassar-harus-punya-surat-bebas-virus-corona?page=1, diakses pada hari Selasa,
tanggal 05 Januari 2020, pukul 21.07

News Detik.Com, “Sanksi Pelanggar Protokol Kesehatan di Kota Makassar:


KTP-Izin Usaha Dicabut”, :https://news.detik.com/berita/d-5060957/sanksi-
pelanggar-protokol-kesehatan-di-kota-makassar-ktp-izin-usaha-dicabut, diakses
pada hari Selasa, tanggal 05 Januari 2020, pukul 21.07

News Detik.com, “Operasi Yustisi di Ujung Pandang Warga Tak Bermasker


Kabur Lihat Petugas”, https://news.detik.com/berita/d-5173027/operasi-yustisi-
di-ujung-pandang-warga-tak-bermasker-kabur-lihat-petugas, diakses pada hari
Selasa, tanggal 05 Januari 2020, pukul 22.04

News Detik.com, “Operasi Yustisi 6 Warga Tak Pakai Masker di Makassar


dirapid Test”, https://news.detik.com/berita/d-5173367/operasi-yustisi-6-warga-
tak-pakai-masker-di-makassar-dirapid-test, diakses pada hari Selasa, tanggal 05
Januari 2020, pukul 22.04

Sulsel Suara.com, “Warga Makassar Disuruh Bersihkan Toilet Karena


Melanggar Protokol”, https://sulsel.suara.com/read/2020/09/16/152835/warga-
106

makassarinidisuruhbersihkantoiletkarenamelanggarprotokol?
ref=terkini_sulsel_list_7, diakses pada hari Selasa, tanggal 05 Januari
2020, pukul 22.04

Liputan 6.Com, “Ketika Warga Makassar Setap Hari Harus Disanksi


KarenaLanggarProtokolKesehatan”,https://www.liputan6.com/regional/read/
4395222/ketika-warga-makassar-setiap-hari-
harusdisanksikarenalanggarprotokolkesehatan, diakses pada hari Selasa, tanggal 05
Januari 2020, pukul 22.04

Suara.com, “Langgar Protokol Kesehatan Hotel Di Makassar Bakal didenda 25


Juta”, https://www.suara.com/bisnis/2020/09/03/094659/langgar-protokol-
kesehatan-hotel-di-makassar-bakal-didenda-rp-25-juta, diakses pada hari Selasa,
tanggal 05 Januari 2020, pukul 22.04

Republika, “Operasi Yustisi di Makassar Jaring 213 Pelanggar”, https://m-


republikacoid.cdn.ampproject.org/v/s/m.republika.co.id/amp/qgv3a9349?amp_js_
v=a2&amp_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D%3D#aoh=160999121
00512&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=From%20%251%
24s&ampshare=https%3A%2F%2Frepublika.co.id%2Fberita%2Fqgv3a9349%2F
operasi-yustisi-di-makassar-jaring-213-pelanggar, diakses pada hari Kamis,
tanggal 07 Januari 2020, pukul 12.40

Sulsel Sehat, “Operasi Yustisi Makassar Jaring 20 Pelanggar Protokol

Kesehatan Covid 19”, https://sulsel.sehat.news/makassar/7924/operasi-


yustisi-makassar-jaring-20-pelanggar-protokol-kesehatan-covid-19/, diakses
pada hari Selasa, tanggal 05 Januari 2020, pukul 22.04

Kompas, “Pandemi dari Kesehatan, Ekonomi hingga Politik”


https://bebas.kompas.id/baca/riset/2020/07/17/pandemi-dari-kesehatan-ekonomi-
hingga-politik/, diakses pada hari Kamis, tanggal 07 Januari 2020, pukul 14.00
107

Rakyat Sulsel, “Masyarakat Miskin Terjebak Skenario Pendidikan Akibat


Dampak Pandemi Covid 19”, https://rakyatsulsel.co/2020/10/18/masyarakat-
miskin-yang-terjebak-skenario-pendidikan-akibat-dampak-pandemi-covid-19/,
diakses pada hari Kamis, tanggal 07 Januari 2020, pukul 16.05

Mongabay, “Dampak Pandemi di Pesisir Makassar dari Penggantian Wali Kota


hingga Belitan Patron Client Perikanan”,

https://www.mongabay.co.id/2020/09/14/dampak-pandemi-di-pesisir-
makassar-dari-penggantian-wali-kota-hingga-belitan-patron-client-perikanan-
bagian-1/, diakses pada hari Kamis, tanggal 07 Januari 2020, pukul 22.00

Kompas.com, “Pandemi Covid-19, Apa Saja Dampak pada Sektor


KetenagakerjaanIndonesia”,https://www.kompas.com/tren/read/2020/08/11/1025
00165/pandemi-covid-19-apa-saja-dampak-pada-sektor-ketenagakerjaan-
indonesia-?page=all, diakses pada hari Kamis, tanggal 07 Januari 2020, pukul
23.20

Kompas.com, “Kasus Covid–19 Masih Tinggi, Gubernur Sulsel Ganti Pj Wali


KotaMakassar”,https://ampkompascom.cdn.ampproject.org/v/s/amp.kompas.com
/regional/read/2020/06/25/09433221/kasuscovid19masihtinggigubernursulselganti
pjwalikotamakassar?amp_js_v=a2&amp_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABI
A%3D%3D#aoh=16184524946928&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.co
m&amp_tf=From%20%251%24s, diakses pada hari Kamis, tanggal 15 April
2020, pukul 22.50

Tamasia Anastasia, “Ini Alasan Resepsi Pernikahan Dilarang Saat Pandemi


VirusCorona”,https://mklikdoktercom.cdn.ampproject.org/v/s/m.klikdokter.com/a
mp/3638193/inialasanresepsipernikahandilarangsaatpandemiviruscorona?
amp_js_v=a2&amp_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D
%3D#aoh=16184996425024&referrer=https%3A%2F
108

%2Fwww.google.com&amp_tf=From%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Fwww.klikdokter.com%2Finfosehat%2Fread%2F3638193%2Fini-alasan-
resepsi-pernikahan-dilarang-saat-pandemi-viruscorona, diakses pada hari Kamis,
tanggal 15 April 2020, pukul 23.20

Wikipedia, “Dampak pandemi koronavirus terhadap kegiatan keagamaan”,


https://id.m.wikipedia.org/wiki/Dampak_pandemi_koronavirus_terhadap_kegiata
n_keagamaan, diakses pada hari Kamis tahun 2020, pukul 23.34

Berita Jatim.com, “Bukan Hanya Ojol Terdampak Covid-19, Pikirkan Nasib Dai
Kampung”, https://beritajatim.com/politik-pemerintahan/mufti-bukan-hanya-ojol-
terdampak-covid-19-pikirkan-nasib-dai-kampung/, diakses pada hari Kamis 2020,
pukul 23.46

LAMPIRAN-LAMPIRAN
109
110
111
112

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nurafni Faradillah, lahir di Kota


Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara, pada
tanggal 26 Januari tahun 2000. Penulis
lahir dari pasangan bapak Ahmad Taufik
dan ibu Hj. Fatimah Ramli dan merupakan seorang anak tunggal.

Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 2005 di SD Negeri 1 Lamokato


(Kolaka, Sulawesi tenggara) dan tamat di SD Centre Mangalli (Gowa, Sulawesi Selatan) pada
tahun 2011, kemudian penulis lanjut pada jenjang Sekolah Menengah Pertama pada tahun
2011 di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kendari (Kendari, Sulawesi Tenggara) dan tamat di
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kolaka (Kolaka, Sulawesi Tenggara) pada tahun 2014.
Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3
Takalar (Takalar, Sulawesi Selatan) pada tahun 2014-2017.

Pada tahun yang sama, penulis diterima menjadi mahasiswi Jurusan Ilmu Hukum,
Fakultas Sya’riah dan Hukum, UIN Alauddin Makassar melalui jalur SNMPTN. Kemudian
pada bulan Oktober-November penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata Dari Kampung
(KKN-DK) di Kelurahan Tetebatu, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa Peovinsi
Sulawesi Selatan.

Dengan perjuangan yang cukup panjang disertai proses yang cukup berat. Penulis
akhirnya berhasil menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir perkuliahan pada tanggal 29
April tahun 2020 dengan predikat Cumlaude dengan masa studi 3 tahun 6 bulan. Semoga
dengan penulisan skripsi ini dapat memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan
khususnya dalam bidang hukum.

Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya atas


terselesaikannya skripsi yang berjudul, “Tinjauan Sosiologi Hukum Penerapan Sanksi
bagi Masyarakat yang Melakukan Pelanggaran dalam Penanganan Wabah Covid 19 di
Makassar.

Anda mungkin juga menyukai