Anda di halaman 1dari 49

DHABTH MUSHAF AL-QUR`AN RIWAYAT QALUN

(Studi Komparatif Mushaf Madinah dan Mushaf Tunisia)

Skripsi Ini Diajukan


Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama
(S.Ag)

Oleh:

ANNISA SALSABILA
NIM: 16210721

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ)
JAKARTA
1440 H/2020 M
DHABTH MUSHAF AL-QUR`AN RIWAYAT QALUN
(Studi Komparatif Mushaf Madinah dan Mushaf Tunisia)

Skripsi Ini Diajukan


Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama
(S.Ag)

Oleh:

ANNISA SALSABILA
NIM: 16210721

Pembimbing:
Ahmad Hawasi, M. Ag.

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ)
JAKARTA
1440 H/2020 M
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Dhabth Mushaf Al-Qur`an Riwayat Qalun: Studi


Komparatif Mushaf Madinah dan Mushaf Tunisia” yang disusun oleh
Annisa Salsabila Nomor Induk Mahasiswa: 16210721 telah diperiksa dan
disetujui untuk diujikan ke sidang munaqasyah.

Jakarta, 21 Agustus 2020


Pembimbing,

Ahmad Hawasi, M. Ag.

i
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Dhabth Mushaf Al-Qur`an Riwayat Qalun: Studi


Komparatif Mushaf Madinah dan Mushaf Tunisia” oleh Annisa Salsabila
dengan NIM 16210721 telah diujikan pada sidang Munaqasyah Fakultas
Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta pada
tanggal 21 Agustus 2020. Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag).

Jakarta, 21 Agustus 2020


Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta,

Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc., M.A.


Sidang Munaqasyah
Ketua sidang, Sekretaris Sidang,

Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc., M.A. Mamluatun Nafisah, M.Ag.

Penguji I, Penguji II,

Dr. Romlah Widayati, M.Ag. Istiqomah, M.A.


Pembimbing,

Ahmad Hawasi, M. Ag.

ii
iii
MOTTO

“Jangan pergi mengikuti kemana jalan akan berujung. Buat jalanmu


sendiri dan tinggalkanlah jejak.”

iv
PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini penulis persembahkan kepada:

Ayah dan Ibu, serta orang-orang yang tersayang;

Kepada diri penulis sendiri; serta,

Almamater Fakultas Ushuluddin dan Dakwah

Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta

v
‫بسم اهلل الرمحن الرحيم‬
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis haturkan atas kehadirat Allah swt,
yang berkat rahmat dan hidayah-Nya penyusunan skripsi ini dapat
berlangsung dan selesai tepat waktu. Salawat penghormatan dan salam
pengagungan senantiasa tercurah kepada Rasulullah saw yang telah
membawa manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang
benderang.
Berbagai hambatan selalu hadir mulai dari awal hingga akhir
pengerjaan skripsi, baik internal maupun eksternal. Begitu pula dengan
motivasi/semangat yang senantiasa naik dan turun. Namun hal-hal
tersebut banyak memberikan pembelajaran kepada penulis untuk lebih
sabar dan optimis. Tentu saja semua itu bisa dilalui atas dorongan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
patutlah jika penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, M.A. selaku Rektor
Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta.
2. Ibu Dr. Hj. Nadjematul Faizah, SH, M.Hum (Warek I IIQ). Bapak
Dr. M. Dawud Arif Khan, SE, AK, MSI, CPA (Warek II IIQ), serta
Ibu Dr. Hj. Romlah Widayati, M.A. (Warek III IIQ).
3. Bapak Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc., M.A. selaku Dekan Fakultas
Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta yang
senantiasa memberikan dukungan kepada mahasiswi semester akhir
terkhusus Fakultas Ushuluddin.

vi
4. Bapak Ahmad Hawasi, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing yang
telah meluangkan waktunya dan memberikan arahan, masukan
serta dukungan kepada penulis.
5. Instruktur Tahfizh Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, khususnya
Bapak K.H. Fathoni, Lc., M.A., Ibu Hj. Muthmainnah, M.A., Ibu
Hj. Atiqah, S.Th.I., Ibu Dra. Hj. Isti„anah Imran, kak Fitriani, S.Pd.,
kak Luthfatul Badriyah, S.Ag., yang telah membimbing penulis
untuk menyelesaikan program tahfizh di Institut Ilmu AlQur`an
(IIQ) Jakarta.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut
Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta yang telah mendampingi dan
membimbing penulis selama perkuliahan dari awal sampai akhir.
7. Seluruh staf Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-
Qur`an (IIQ) Jakarta yang telah banyak membantu dalam proses
berlangsungnya kegiatan belajar selama perkuliahan.
8. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Institut Ilmu Al-Qur`an
(IIQ) Jakarta, Perpustakaan Umum (PU) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Pusat Studi Qur‟an (PSQ) dan Perpustakaan Iman Jama
yang telah membantu penulis dalam mencari data dan rujukan
selama proses belajar dan perampungan skripsi.
9. Bapak Abdul Rasyid, M.A., Ibu Ruaedah, S.Th.I., serta seluruh staf
dan pengurus asrama Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, yang
telah memberikan banyak pengalaman dan menciptakan suasana
kekeluargaan selama penulis bertempat tinggal di lingkungan
asrama.
10. Yang teristimewa kedua orang tua: Ayahanda Mirwan, S.E. dan
Ibunda Dahlelawati, S.E. yang telah mendidik dan membesarkan

vii
dengan penuh cinta dan kasih sayang, senantiasa mendoakan,
memberi dukungan serta kekuatan kepada penulis dalam setiap
perantauan.
11. Adik-adik penulis: Azri, Rahma, Hafizh dan saudara-saudara yang
selalu memberikan motivasi/semangat kepada penulis.
12. Muhammad Fitriadi, SQ, S.Ag., orang baik yang juga berperan
sangat besar dalam penyusunan skripsi ini, membantu penulis
dalam menata semangat, sebagai pelepas penat, juga pemberi solusi
dalam setiap masalah.
13. Siti Nadlifah, selaku teman sekamar, teman berpetualang dan
tempat untuk bertanya banyak hal. Adlina, Ikrimah, Mega,
Khoirotunnisa, dan teman-teman lainnya yang bersedia penulis
minta waktunya untuk bertanya dan dimintai pendapat, terkhusus
ketika berlangsungnya penulisan skripsi.
14. Teman-teman seperjuangan IAT/8 A yang telah saling
membersamai dan menguatkan dalam proses perkuliahan dari
semester 1 sampai 8.
15. Teman-teman angkatan 2016 yang senantiasa memberi kekuatan
dan dukungan satu sama lain selama berlangsungnya kegiatan dan
perkuliahan bersama.
16. Seluruh orang yang memberikan dukungan dalam pengerjaan
skripsi ini, semoga Allah membalas segala kebaikannya. Âmîn.

Jakarta, 21 Agustus 2020

Annisa Salsabila

viii
PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi adalah penyalinan dengan dengan penggantian huruf


dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan skripsi di
Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, transliterasi Arab-Latin mengacu
pada berikut ini:

1. Konsonan

‫ا‬ :a ‫ط‬ : th

‫ب‬ :b ‫ظ‬ : zh

‫ت‬ :t ‫ع‬ :„

‫ث‬ : ts ‫غ‬ : gh

‫ج‬ :j ‫ؼ‬ :f

‫ح‬ :h ‫ؽ‬ :q

‫خ‬ : kh ‫ؾ‬ :k

‫د‬ :d ‫ؿ‬ :l

‫ذ‬ : dz ‫ـ‬ :m

‫ر‬ :r ‫ف‬ :n

‫ز‬ :z ‫ك‬ :w

‫س‬ :s ‫ق‬ :h

‫ش‬ : sy ‫ء‬ :`

‫ص‬ : sh ‫م‬ :y

‫ض‬ : dh

ix
2. Vokal

Vokal tunggal Vokal panjang Vokal rangkap

Fathah :a ‫آ‬ :â ‫َم‬...: ai


Kasrah :i ‫م‬:î ‫َك‬...: au
Dhammah :u ‫ك‬ :û

3. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikuti alif lam (‫ )ال‬qamariyah
Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (‫ )ال‬qamariyah
ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh:

‫البقرة‬ : al-Baqarah

‫املدينة‬ : al-Madînah
b. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (‫ )ال‬syamsiyah
Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (‫ )ال‬syamsiyah
ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan
dan sesuai dengan bunyinya. contoh

‫ الرجل‬: ar-rajul ‫ السيدة‬: as-Sayyidah


‫ الشمس‬: asy-syams ‫ الدارمي‬: ad-Dârimî
c. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang
(ّ), sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf,
yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd.
Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydîd yang berada di

x
tengah kata, di akhir kata ataupun yang terletak setelah kata
sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Contoh:
ِ‫آمنَّا بِاهلل‬ : Âmannâ billâhi

‫السفهاء‬ ُّ ‫آمن‬ : Âmana as-sufahâ`u

‫إِ َّف الَّ ِذين‬ : Inna al-ladzîna

‫الرَّك ِع‬
ُّ ‫ك‬ : wa ar-rukka„i
d. Ta marbûthah (‫)ة‬
Ta marbûthah (‫ )ة‬apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh
kata sifat (na‟at), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi
huruf “h”. Contoh:
ِ‫اْلفئِدة‬ : al-af`idah

‫اْل ِامعة ا ِْلسَل ِميَّة‬ : al-Jâmi„ah al-Islâmiyyah


Sedangkan ta marbûthah (‫ )ة‬yang diikuti atau disambungkan (di-
washal) dengan kata benda (ism), maka dialih aksarakan menjadi
huruf “t”. Contoh:
ِ ‫ع ِاملةه ن‬
‫اصبةه‬ : „Âmilatun Nâshibah

‫اْلية الكبػرل‬ : al-Âyat al-Kubrâ


e. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan
tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan
yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan
awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan
lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam
alih aksara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold)
dan ketentuan lainnya. Adapun untuk nama diri yang diawali

xi
dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis kapital adalah awal
nama diri, bukan kata sandangnya. Contoh: „Alî Hasan al-„Âridh,
al-„Asqallânî, al-Farmawî dan seterusnya. Khusus untuk penulisan
kata Alqur`an dan nama-nama surahnya menggunakan huruf
kapital. Contoh: Al-Qur`an, Al-Baqarah, Al-Fâtihah dan
seterusnya.

xii
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................................i


LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... ii
PERNYATAAN PENULIS ..................................................................... iii
MOTTO ....................................................................................................iv
PERSEMBAHAN ...................................................................................... v
KATA PENGANTAR ..............................................................................vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ...............................................................ix
DAFTAR ISI .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................xvi
ABSTRAK ............................................................................................ xvii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Permasalahan .................................................................................. 8
1. Identifikasi masalah ..................................................................... 8
2. Pembatasan masalah .................................................................. 10
3. Perumusan masalah ................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 12
E. Tinjauan pustaka ........................................................................... 12
F. Kerangka teori ............................................................................... 15
G. Metodologi penelitian ................................................................... 17
H. Teknik dan sistematika penulisan ................................................. 19

xiii
BAB II : DISKURSUS DHABTH DAN QIRA`AT
A. Masa Pemberian Dhabth ............................................................... 21
1. Definisi Dhabth ......................................................................... 21
2. Sejarah dhabth ........................................................................... 24
3. Aspek-Aspek Dhabth................................................................. 32
B. Diskursus Qira`at .......................................................................... 46
1. Gambaran Umum Qira`at .......................................................... 46
2. Qira`at Riwayat Qalun ............................................................... 51

BAB III : GAMBARAN UMUM MUSHAF MADINAH RIWAYAT


QALUN DAN MUSHAF TUNISIA
A. Mushaf Madinah riwayat Qalun ................................................... 57
1. Profil mushaf Madinah .............................................................. 57
2. Ciri-ciri mushaf Madinah .......................................................... 61
3. Dhabth yang digunakan ............................................................. 62
4. Tanda waqf................................................................................. 64
5. Penomoran Ayat ........................................................................ 65
6. Tanda tahzib............................................................................... 65
7. Tanda sajdah.............................................................................. 65
B. Mushaf Tunisia ............................................................................. 67
1. Profil Mushaf Tunisia ................................................................ 67
2. Ciri-ciri Mushaf Tunisia ............................................................ 68
3. Dhabth yang digunakan ............................................................. 69
4. Tanda waqf................................................................................. 71
5. Penomoran ayat ......................................................................... 72
6. Tanda tahzib............................................................................... 72
7. Tanda sajdah.............................................................................. 73

xiv
BAB IV : TEMUAN DAN ANALISIS
A. Komparasi Dhabth Kedua Mushaf ............................................... 76
1. Harakah ..................................................................................... 76
2. Sukûn.......................................................................................... 83
3. Mad ............................................................................................ 87
4. Mim jam‟ .................................................................................... 89
5. Hamzah ...................................................................................... 90
6. Isymâm ....................................................................................... 98
7. Ikhtilâs ....................................................................................... 99
8. Imâlah ...................................................................................... 100
9. Lam alif .................................................................................... 101
10. Huruf tambahan ....................................................................... 101
11. Huruf di hadzf .......................................................................... 102
B. Analisis Perbandingan Dhabth Kedua Mushaf ........................... 105

BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 112
B. Saran ........................................................................................... 113

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 115


BIOGRAFI PENULIS ........................................................................... 121

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Cover depan Mushaf Madinah riwayat Qalun ......................66


Gambar 2. Halaman surah Al-Fatihah Mushaf Madinah ........................67
Gambar 3. Cover depan Mushaf Al-Qur‟an Tunisia ...............................73
Gambar 4. Halaman awal dan penjelasan warna Mushaf Tunisia ……..74
Gambar 5. Halaman surah Al-Fatihah dan awal surah Al-Baqarah Mushaf
Tunisia .....................................................................................................74
Gambar 6. Penjelasan qira‟at pada sisi Mushaf Tunisia ..........................75

xvi
ABSTRAK
Qira`at dengan berbagai riwayat saat ini mulai dikenal dan
dipelajari oleh masyarakat, baik melalui halaqah-halaqah keilmuan
maupun di rumah. Qira`at mulai sering dilantunkan pada acara-acara
tertentu hingga menjadi salah satu materi wajib dalam ajang Musabaqah
Tilawah Al-Qur`an sejak tahun 2002. Oleh karena itu, banyak dari
masyarakat yang akhirnya tertarik untuk belajar membaca Al-Qur`an
dengan berbagai qira`at tersebut. Terlebih dengan akses internet yang
sangat luas sekarang ini, mushaf qira`at Al-Qur`an tidak hanya bisa
didapat dalam bentuk mushaf yang dibukukan, namun bisa berupa file
yang dapat diunduh hingga aplikasi digital.
Keragaman qira`at mempengaruhi penulisan dhabth pada mushaf
Al-Qur`an. Oleh karena itu, untuk menghindari kekeliruan dalam
membaca Mushaf Al-Qur`an dalam qira`at yang berbeda, skripsi ini akan
mengkaji mengenai dhabth pada mushaf Al-Qur`an riwayat Qalun yaitu
Mushaf Madinah Nabawiyah dan Mushaf Tunisia. Penelitian ini akan
berfokus pada aspek-aspek persamaan dan perbedaan dhabth pada kedua
mushaf serta menganalisa faktor-faktor yang menimbulkan pesamaan dan
perbedaan tersebut.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-
analisis, analisis-historis, dan analisis-komparatif. Penulis akan
memberikan pemaparan mengenai data-data yang diperoleh terlebih
dahulu, kemudian dianalisis menggunakan pendekatan sejarah untuk
menilik latar belakang dan perkembangan dhabth dan selanjutnya penulis
akan membandingkan dhabth antara Mushaf Madinah dan Mushaf
Tunisia.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa aspek persamaan
dhabth pada mushaf Madinah dan mushaf Tunisia meliputi bentuk dan
penempatan dhabth pada harakah fathah, kasrah, tanda tanwîn, sukûn,
mad, hamzah ketika tahqîq, tashîl dan ibdâl, hamzah washal dan ibtidâ‟,
lafazh ‫التورىة‬, huruf ziyadah, beberapa huruf hadzf yakni alif, waw, dan
ya` pada ha` dhamîr. Pada aspek perbedaan terletak pada bentuk
dhammah, tanwîn pada alif „iwadh, hadzf alif sebelumnya berupa huruf
lam, hadzf ya` pada selain ha` dhamîr, hadzf nun, lam alif, imâlah kubrâ,
isymâm, ikhtilâs, letak hamzah ketika dhammah. Adapun faktor penyebab
pada aspek persamaan ialah: 1) Periwayatan rasm. 2) Periwayatan
dhabth. 3) Qira`at. Kemudian faktor penyebab pada aspek perbedaan
ialah: 1) Faktor mazhab periwayatan dhabth yang digunakan antara
maghâribah dan masyâriqah. 2) Jenis mushaf. 3) Pola berpikir yang
digunakan oleh lajnah kedua mushaf.

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur`an merupakan kitab suci umat Islam sebagai puncak
dan penutup wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia, dan
bagian dari rukun iman, yang disampaikan kepada Nabi Muhammad
saw, melalui perantaraan malaikat Jibril.1 Pemeliharaan Al-Qur`an
pada masa awal yakni pada masa Rasulullah saw dilakukan dengan
dua cara, yaitu menghafalkan dan menuliskannya. 2 Setiap wahyu
turun kepada Nabi Muhammad saw langsung disampaikan kepada
sahabat dan kemudian dihafalkan. Meskipun Rasulullah tidak pandai
baca tulis (al-ummî), akan tetapi beliau memiliki kemampuan yang
sangat kuat dalam hal menghafal dan mengingat. 3 Hal ini dapat
mengangkat eksistensi Al-Qur`an sebagai kalam yang benar-benar
berasal dari Allah, bukan dari hasil rekayasa Nabi Muhammad
sendiri, lantaran diketahui bahwa Nabi Muhammad bukanlah
seseorang yang pandai membaca dan menulis. 4
Selain menghafal, para sahabat juga biasa menuliskan Al-
Qur`an pada beberapa media yang ada pada masa itu, seperti kulit
binatang, lempengan batu, tulang belulang dan pelepah kurma.5
Setiap kali ayat turun, Nabi memerintahkan mereka untuk

1
Nasruddin, “Sejarah Penulisan Al-Qur`an: Kajian Antropologi Budaya”, dalam
jurnal Rihlah, Vol. 2 No. 1 Mei 2015, h. 55
2
Teungku M. Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur`an dan
Tafsir, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009), h. 59
3
Asnil Aidah Ritonga, Ilmu-Ilmu Al-Qur`an, (Bandung: Citapustaka Media
Perintis, 2013), Cet. ke-3, h. 2
4
Mukhlisin Purnomo, Sejarah Kitab-Kitab Suci, (Yogyakarta: FORUM, 2014),
Cet. ke-1, h. 339
5
Asnil Aidah Ritonga, Ilmu-Ilmu Al-Qur`an, h. 3

1
2

menulisnya dan menunjukkan tempat ayat tersebut dalam surah.


Bukan hanya pada lempengan tempat menulis yang harus tersusun
sesuai dengan yang ditunjukkan pada Nabi, namun juga pada hafalan
para sahabat. Jadi ada kecocokan antara hafalan dengan bukti fisik
dari ayat yang tertulis. sehingga penulisan pada lembar itu membantu
penghafalan di dalam hati.
Di samping itu sebagian sahabat juga menuliskan Al-Qur`an
yang turun itu atas kemauan mereka sendiri, tanpa diperintah oleh
Rasulullah saw.6 Namun Nabi juga mengisyaratkan agar penulisan
ayat-ayat tersebut tidak dicampurkan dengan lembaran yang sama
dengan ucapan beliau selain Al-Qur`an.7 Dikatakan bahwa jumlah
sahabat yang menulis Al-Qur`an waktu itu mencapai hingga 40
orang.8 Mereka di antaranya ialah Abu Bakar, Umar bin Khattab,
Utsman bin „Affan, Ali bin Abi Thalib, Mu„awiyyah bin Abi Sufyan,
Zaid bin Tsabit, Khalid bin al-Walid, Ubai ibn Qeis. Mereka inilah
yang betugas untuk menulis setiap ayat Al-Qur`an yang turun.9
Pengumpulan Al-Qur`an pada masa Rasulullah belum
berbentuk sebagai mushaf, masih berbentuk lembaran-lembaran serta
hafalan dari para sahabat. Hal ini dikarenakan Nabi Muhammad saw
masih hidup di tengah-tengah masyarakat dan selalu menanti
turunnya wahyu dari waktu ke waktu.10 Oleh karena itu penulisan
Al-Qur`an dilakukan setelah Al-Qur`an turun dengan sempurna yaitu

6
Nasruddin, “Sejarah Penulisan Al-Qur`an: Kajian Antropologi Budaya”, dalam
jurnal Rihlah, Vol. 2 No. 1 Mei 2015, h. 56
7
Daniel Juned, Antropologi Al-Qur`an, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 32
8
Mukhlisin Purnomo, Sejarah Kitab-Kitab Suci, h. 298
9
Asnil Aidah Ritonga, Ilmu-Ilmu Al-Qur`an, h. 3
10
Mukhlisin Purnomo, Sejarah Kitab-Kitab Suci, h. 297-298
3

dengan wafatnya Rasulullah, agar penulisannya tidak berubah-ubah


pada tiap waktu wahyu diturunkan.11
Setelah Rasulullah wafat, kepemimpinan diganti oleh khalifah
Abu Bakar. Pada masa ini terjadilah jam„ Al-Qur`an yang dilatar
belakangi oleh banyaknya penghafal Al-Qur`an yang gugur dalam
perang Yamamah (12 H), yaitu mencapai sekitar 70 orang, bahkan
dalam suatu riwayat dinyatakan sekitar 500 orang. Kekhawatiran
Umar akan hilangnya Al-Qur`an secara berangsur-angsur
mendorongnya untuk mendatangi Abu Bakar dan mengusulkan agar
melakukan pengkodifikasian terhadap Al-Qur`an.12 Pada awalnya
Abu Bakar menolak usulan Umar tersebut, karena hal ini tidak
dilakukan oleh Rasulullah Saw. Walaupun demikian, Umar tetap
membujuk Abu Bakar, hingga akhirnya Allah swt membukakan hati
Abu Bakar untuk menerima usulan dari Umar untuk melakukan
kodifikasi terhadap Al-Qur`an. Kemudian Abu Bakar membentuk
suatu kepanitiaan yang terdiri oleh Zaid bin Tsabit, Utsman bin
„Affan, Ali bin Abi Thalib dan Ubay bin Ka„ab.13
Selanjutnya pada masa kekhalifahan Umar, mushaf zaman Abu
Bakar disalin dalam lembaran (shahifah). Umar tidak menggandakan
lagi shahifah yang ada, karena awalnya memang digunakan sebagai
naskah asli, bukan sebagai naskah hafalan. Setelah selesai, naskah
tersebut diserahkan kepada Hafshah, istri Rasulullah, untuk

11
Nasruddin, “Sejarah Penulisan Al-Qur`an: Kajian Antropologi Budaya”, dalam
jurnal Rihlah, Vol. 2 No. 1 Mei 2015, h. 57
12
Asnil Aidah Ritonga, Ilmu-Ilmu Al-Qur`an, h.4
13
Muhammad Ichsan, “Sejarah Penulisan dan Pemeliharaan Al-Qur`an Pada
Masa Nabi Muhammad saw dan Sahabat”, dalam jurnal Substantia, Vol. 14 No.1 2012,
h. 4-5
4

disimpan. Pertimbangannya, selain istri Rasulullah, Hafshah juga


dikenal sebagai orang yang pandai membaca dan menulis.14
Selanjutnya pada masa Utsman, sahabat telah banyak
menyebar keluar Madinah, di antara mereka ada yang memiliki
mushaf dan mengajarkannya kepada penduduk. Namun terdapat
perbedaan dalam pelafalan dan pengucapan huruf-huruf Al-Qur`an,
sehingga terjadi perselisihan.15 Situasi seperti ini sangat
mencemaskan bagi khalifah Utsman, karenanya diperoleh
kesepakatan agar mushaf yang ditulis pada masa Abu Bakar disalin
kembali menjadi beberapa mushaf dengan dialek Quraisy. Utsman
menunjuk suatu tim yang terdiri dari Zaid bin Tsabit, Abdullah bin
Zubair, Sa‟id bin al-Ash, dan Abdurrahman bin al-Haris bin Hisyam.
Setelah itu mushaf original dikembalikan kepada Hafshah dan
beberapa mushaf hasil kerja tim tersebut dikirim ke berbagai kota
untuk dijadikan rujukan. Sementara itu mushaf-mushaf lainnya yang
ada pada saat itu dibakar atas perintah Utsman bin „Affan. 16
Naskah mushaf Utsmani generasi awal adalah naskah yang
ditulis tanpa alat bantu tanda baca sebagaimana mushaf sekarang ini.
Hal ini bertujuan agar rasm tersebut dapat mengakomodasi ragam
qira`at yang diterima dan diajarkan oleh Nabi Muhammad saw.
Kemudian terjadilah perluasan dan pembukaan wilayah-wilayah
baru, sehingga banyak orang-orang non-Arab yang kemudian masuk
Islam. Akibatnya, terjadi banyak kekeliruan dalam menentukan jenis

14
Zainal Arifin, “Mengenal Rasm Usmani”, dalam jurnal Shuhuf, Vol. 5 No. 1
2012, h. 5
15
Eva Nugraha, “Konsep al-Nabi al-Ummi dan Implikasinya Pada Penulisan
Rasm”, dalam jurnal Refleksi, Vol. 13 No. 2 2012, h. 276
16
Munawir, “Problematika Seputar Kodifikasi Al-Qur`an”, dalam jurnal
Maghza, Vol. 3, No. 2, 2018, h. 155
5

huruf serta membaca harakah.17 Oleh sebab itu demi memudahkan


pembaca Al-Qur`an dan terhidar dari kesalahan yang fatal, diberilah
tanda pada akhir huruf oleh Abu al-Aswad ad-Du`ali, kemudian
dilanjutkan dengan tanda titik pada huruf untuk dapat membedakan
antara ba`, ta`, tsa`, dan sebagainya oleh Nashr bin „Ashim dan
Yahya bin Ya„mar. Selanjutnya pemberian tanda baca berupa
harakah, sukûn, tasydîd, dan lain-lain oleh Khalil bin Ahmad al-
Farahidi.18
Seiring berkembangnya zaman, kebutuhan masyarakat
terhadap Al-Qur`an semakin besar sehingga Al-Qur`an mulai dicetak
di berbagai negara. Penulisan Al-Qur`an tersebut disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing masyarakat, misalnya Indonesia. Mushaf
Al-Qur`an Standar Utsmani Indonesia dalam penulisannya disetting
untuk masyarakat Indonesia yang awam terhadap bacaan Al-Qur`an.
Sehingga pihak pentashih dan ulama Al-Qur`an berupaya untuk
mengenalkan Al-Qur`an, terutama tulisannya dengan gaya yang
berbeda dengan Mushaf Standar Utsmani sebagaimana dijadikan
pijakan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan masyarakat dalam
membaca Al-Qur`an.19
Dewasa ini, seringkali dijumpai kesalahpahaman serta
kebingungan pada masyarakat akan mushaf dengan bentuk tulisan
yang berbeda dari mushaf Al-Qur`an yang biasa dibaca, terutama
pada aspek tanda-tanda baca. Ini dikarenakan masyarakat kita asing

17
Mukhlisin Purnomo, Sejarah Kitab-Kitab Suci, h. 310-311
18
M. Zaenal Arifin, Khazanah Ilmu Al-Qur`an, (Tangerang: Pustaka Pelajar,
2018), h. 31
19
Atifah Thoharoh, “Mushaf Al-Qur`an Standar Utsmani Indonesia dan Mushaf
Madinah: Kajian Atas Ilmu Rasm”, Skripsi, fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah,
IAIN Tulungagung, 2017, h. 152
6

terhadap huruf dan bahasa Al-Qur`an yang notabene menggunakan


bahasa Arab, sehingga belum terbiasa dengan bentuk-bentuk tanda
baca yang berbeda dari mushaf Al-Qur`an acuan yang biasa
digunakannya. Misalnya pada bacaan idghâm nâqish bi ghunnah,
yakni ya` atau waw yang terletak setelah nun mati atau tanwîn,
dalam Mushaf Madinah tertulis tanpa ada tanda tasydîd di atasnya

untuk menandakan bahwa nun mati atau tanwîn tersebut


tidak dilebur secara sempurna kepada huruf setelahnya. Berbeda
dengan bacaan idghâm kamîl bi ghunnah yang dibubuhi tasydîd pada
huruf setelahnya. Sedangkan dalam mushaf standar Indonesia,
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an menyesuaikan penulisannya
dengan kebutuhan masyarakat kita, sehingga semua bacaan idghâm
baik yang idghâm nâqish bi ghunnah maupun idghâm kamîl bi
ghunnah diberi tanda tasydîd pada setelahnya,20 untuk memudahkan
masyarakat dalam kaidah tajwid bahwa bacaan tersebut merupakan
bacaan idghâm. Hal ini menunjukkan bahwa pembahasan mengenai
dhabth ini sangat penting untuk menghindari kesalahpahaman dalam
membaca mushaf-mushaf dengan tanda baca yang berbeda tersebut.
Dalam kegiatan pembinaan pentashihan mushaf Al-Qur`an
pada instalasi/lembaga yang diselenggarakan oleh Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur`an di Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ)
Jakarta21, Anton Zaelani, MA. Hum 22 selaku pemateri “Dhabth dan

20
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, Tanya Jawab Tentang Mushaf Al-
Qur`an Standar Indonesia dan Layanan Pentashihan, (Jakarta: Kementrian Agama RI,
2019 ), Cet. 1, h. 11
21
Kegiatan tersebut diselenggarakan pada hari Selasa, 25 Februari 2020, pukul
13.00-14.30 wib.
7

Syakl Dalam MSI” mengatakan bahwa keragaman qira`at juga


mempengaruhi penulisan dhabth pada mushaf Al-Qur`an. Seperti
pada QS. Al-Baqarah: 6, pada Mushaf Indonesia yang umumnya
menggunakan qira`at riwayat Hafsh dari „Ashim tertulis dengan

ْ‫َءاَنْ َذ ْرتَ ُه ْم‬ karena riwayat Hafsh membaca dengan tahqîq hamzah.

Namun pada Mushaf Al-Jamahiriyah Libya yang menggunakan

riwayat Qalun dari Nafi‟ tertulis dengan sebab riwayat


Qalun membaca dengan tashîl hamzah kedua dengan al-idkhâl.
Begitu pula dengan qira`at-qira`at lain yang membaca lafazh tersebut
dengan bacaan yang berbeda, maka akan berbeda pula pemberian
dhabth-nya pada mushaf.
Qira‟at dengan berbagai riwayat saat ini mulai dikenal dan
dipelajari oleh masyarakat, baik itu melalui halaqah-halaqah
keilmuan maupun di rumah.23 Bacaan qira`at tersebut mulai sering
dilantunkan pada acara-acara tertentu hingga menjadi salah satu
materi wajib dalam ajang Musabaqah Tilawah Al-Qur`an sejak
tahun 2002. Qira`at yang dimusabaqahkan di antaranya ialah qira`at
Imam Nafi riwayat Qalun dan Warsy, qira`at Ibnu Katsir riwayat Al-
Bazzi dan Qunbul, serta qira`at Abu „Amr riwayat ad-Duri dan as-
Susi. Menurut data yang penulis dapat dan amati, qirâ`ah sab„ah
menjadi salah satu golongan terfavorit dan bergengsi di MTQ

22
Anton Zaelani menjabat sebagai pengawas pentashihan di Lajnah Pentashihan
Mushaf Al-Qur`an (LPMQ) di bawah naungan Kementrian Agama Republik Indonesia.
Beliau juga aktif dalam berbagai organisasi keagamaan Nahdlatul „Ulama.
23
Di Indonesia, umumnya masyarakat menggunakan bacaan qira`at riwayat
Hafsh dari „Ashim, yang mana bacaan tersebut berasal dari mushaf Al-Qur`an yang
dicetak oleh pihak Lajnah berdasarkan jumlah pembaca riwayat qira‟at terbanyak di
Indonesia.
8

Nasional tahun 2018 lalu.24 Antusiasme masyarakat sangat besar


terhadap bacaan-bacaan qira`at. Oleh karena itu, banyak dari mereka
yang akhirnya tertarik untuk belajar membaca Al-Qur`an dengan
berbagai qira`at tersebut. Terlebih lagi mushaf Al-Qur`an dengan
berbagai periwayatan qira`at sudah sangat mudah untuk didapat.
Dengan akses internet yang sangat luas sekarang ini, mushaf qira`at
Al-Qur`an tidak hanya bisa didapat dalam bentuk mushaf yang
dibukukan, namun bisa berupa file yang dapat diunduh hingga
aplikasi digital.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis akan mengangkat
tema mengenai tanda-tanda baca pada mushaf Al-Qur`an riwayat
Qalun. Ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa bacaan riwayat
Qalun banyak dipelajari oleh masyarakat sebab merupakan salah satu
bacaan yang digunakan dalam ajang MTQ golongan qirâ`ah sab„ah
dan merupakan bacaan dengan posisi pertama dalam urutan perawi-
perawi qira`at Al-Qur`an. Mushaf yang penulis pilih ialah Mushaf
Madinah dan Mushaf Tunisia, sebab merupakan mushaf yang paling
mudah ditemui terlebih lagi dengan akses internet yang sangat luas
jangkauannya saat ini.

B. Permasalahan
1. Identifikasi masalah
Dari latar belakang masalah tersebut, dapat timbul masalah
yang dapat diidentifikasi, yaitu:
a. Pengumpulan Al-Qur`an pada masa Nabi. Pada masa
Rasulullah Al-Qur`an dijaga dengan cara menghafalkan tiap

24
https://orbitdigitaldayly.com diakses pada Rabu, 8 Juli 2020 pukul 11.24 wib.
9

ayat yang turun kepada sahabat dan menuliskannya pada


media-media yang ada pada masa itu.
b. Pengumpulan Al-Quran pada masa Abu Bakar. Setelah
Rasulullah wafat, dilakukan pembukuan terhadap Al-Qur`an
pada masa khalifah Abu Bakar atas keresahan Umar bin
Khathab mengenai banyaknya penghafal Al-Qur`an yang
gugur dalam perang yamamah.
c. Pengumpulan Al-Qur`an pada masa Utsman. Mushaf yang
ditulis pada masa Abu Bakar kembali disalin pada masa
Utsman bin „Affan, sebab terjadi perselisihan dalam pelafalan
huruf-huruf Al-Qur`an.
d. Kesalahan dalam membaca Al-Qur`an. Seiring berjalannya
waktu, persebaran Islam semakin luas, orang-orang non-Arab
banyak yang masuk Islam, sehingga mereka banyak melakukan
al-lahn dan al-ujmah dalam membaca Al-Qur`an.
e. Pemberian dhabth. Demi memudahkan pembaca Al-Qur`an
agar terhidar dari kesalahan yang fatal, diberilah tanda-tanda
baca pada mushaf oleh Abu Aswad ad-Du`ali, Nashr bin
„Ashim dan Yahya bin Ya` mar, serta Khalil bin Ahmad.
f. Al-Quran cetak. Al-Qur`an telah dicetak di berbagai negara
dengan penulisan yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-
masing masyarakat dan riwayat qira`at terbanyak negara
tersebut.
g. Mushaf qira`at Al-Qur`an. Mushaf Al-Qur`an dalam berbagai
qira`at sekarang ini sangat mudah dijumpai, bukan hanya
dalam bentuk mushaf yang dibukukan, namun bisa berupa file
yang dapat diunduh ataupun aplikasi digital.
10

h. Eksistensi qira`at. Keberadaan qira`at mulai melambung sebab


qira`at dengan berbagai riwayat mulai dipelajari masyarakat
baik dirumah maupun halaqah-halaqah keilmuan serta
diperdengarkan pada acara-acara besar.
i. Qira`at dalam MTQ. Qira`at riwayat Qalun menjadi salah satu
yang terbanyak dipelajari karena menjadi materi wajib dalam
ajang Musabaqah Tilawah Al-Qur`an serta merupakan bacaan
dengan posisi pertama dalam urutan perawi-perawi qira`at Al-
Qur`an.

2. Pembatasan masalah
Agar pembahasan skripsi ini dapat terarah dan memiliki
fokus dalam pembahasannya, maka penulis merasa perlu
memberikan batasan masalah yang merupakan upaya menentukan
aspek-aspek tertentu dari masalah yang akan diteliti. Batasan
tersebut diantaranya:
a. Dari banyaknya jenis qira`at, baik pada al-qirâ‟ât as-sab„,al-
qirâ‟ât al-„asyr, maupun al-qirâ‟ât al-arba„ al-„asyr, penulis
hanya memilih untuk meneliti bacaan riwayat Qalun dari Imam
Nafi‟. Hal tersebut dikarenakan bacaan riwayat Qalun ini
digunakan sebagai salah satu bacaan dalam perlombaan MTQ,
yang tentu saja banyak dipelajari oleh masyarakat.
b. Mushaf Al-Qur`an qira`at riwayat Qalun dicetak di berbagai
negara, khususnya negara-negara yang masyhur padanya
qira`at riwayat Qalun seperti, Libya, Tunisia, dan Qatar.
Namun pada penelitian ini hanya memilih mushaf Al-Qur`an
qira`at riwayat Qalun yang paling mudah dijumpai yaitu
Mushaf Madinah Nabawiyah dan Mushaf Tunisia sebagai
11

pembandingnya yang penulis dapat dari internet. Ini dengan


pertimbangan bahwa dengan akses internet yang sangat luas
saat ini, maka akan sangat mudah bagi masyarakat untuk
mendapatkan kedua mushaf ini ketika mencari mushaf dengan
riwayat Qalun di internet.
c. Kemudian dikarenakan kemampuan penulis yang terbatas,
untuk fokus penelitian penulis membatasi pada perbedaan
aspek dhabth-nya, yakni pada naqth al-i„râb-nya saja.

3. Perumusan masalah
Berdasarkan pembatasan masalah sebagaimana penulis
paparkan di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam
bentuk pertanyaan, yaitu:
a. Bagaimana Perbandingan dhabth Mushaf Madinah riwayat
Qalun dan Mushaf Tunisia?
b. Apa faktor yang mempengaruhi persamaan dan perbedaan
dhabth dalam Mushaf Madinah riwayat Qalun dan Mushaf
Tunisia?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab beberapa
rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, yakni sebagai
berikut:
1. Untuk mengidentifikasi perbedaan dhabth Mushaf Madinah
riwayat Qalun dan Mushaf Tunisia.
2. Untuk mengemukakan faktor penyebab persamaan dan perbedaan
dhabth dalam Mushaf Madinah riwayat Qalun dan Mushaf
Tunisia.
12

D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan pada tujuan penelitian yang telah disebutkan di
atas, maka tulisan ini diharapkan dapat memberikan beberapa
kontribusi sebagai berikut:
1. Secara akademis, manfaat penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi keilmuan dalam kajian ilmu Al-Qur`an,
khususnya yang berkaitan dengan mushaf Al-Qur`an, serta dapat
menjadi sumber inspirasi atau rujukan bagi peneliti lain yang
ingin mengkaji tema terkait.
2. Secara teoritis, manfaat penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi umat Islam khususnya penggiat ilmu qira`at
mengenai dhabth Al-Qur`an, serta menambah wawasan
masyarakat luas agar mengenal dan memahami bentuk tanda
baca yang digunakan pada Mushaf Madinah riwayat Qalun dan
Mushaf Tunisia sehingga dapat terhidar dari kekeliruan dalam
membaca mushaf.

E. Tinjauan pustaka
Untuk menghindari terjadinya kesamaan, penulis terlebih
dahulu menelusuri kajian-kajian yang pernah dilakukan yang
memiliki relevansi terhadap kajian yang akan dilakukan penulis, di
antaranya:
1. Mushaf Al-Qur`an Standar Utsmani Indonesia dan Mushaf
Madinah: Kajian Atas Ilmu Rasm oleh Atifah Thoharoh, jurusan
Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir, fakultas Ushuluddin Adab dan
Dakwah, IAIN Tulungagung tahun 2017. Penelitian ini memiliki
kesamaan dengan yang akan penulis kaji yaitu mengenai
perbandingan mushaf, namun Atifah hanya mengkaji pada surah
13

Al-Qiyamah dari aspek rasm dan sedikit membahas mengenai


aspek dhabth. Dari penelitiannya dapat diketahui bahwa faktor
penyebab perbedaan rasm dan dhabth mushaf ada dua, yakni yang
pertama, perbedaan pada periwayatan dan yang kedua, perbedaan
penyetingan mushaf pada masing-masing wilayah.25
2. Metode Kajian Rasm, Qira`at, Waqf, dan Dhabth Pada Mushaf
Kuno oleh Abdul Hakim dalam jurnal Shuhuf, volume 11, nomor
1, tahun 2018. Penelitian ini meneliti beberapa mushaf kuno dari
aspek ilmu Al-Qur`annya. Penelitian ini memiliki kesamaan
dengan yang akan penulis kaji, yaitu mengkaji mushaf dari aspek
dhabth, namun tidak dijadikan sebagai fokus utama. Abdul Hakim
juga mengkaji dari aspek rasm, qira`at dan tanda waqf-nya. Dari
penelitiannya dapat diketahui bahwa sebagian mushaf kuno yang
ada di Indonesia menggunakan rasm imla‟i. Namun tiga tahun
belakangan pendapat tersebut bergeser dan muncullah istilah rasm
campuran, maksudnya bukan merupakan rasm „utsmani maupun
rasm imla‟i. Kemudian muncul temuan baru lagi, bahwa
sebenarnya rasm mushaf kuno itu „utsmani, kecuali pada
beberapa kata yang berkaidah hadzf alif. Pergeseran kesimpulan
tersebut terjadi karena belum adanya kaidah standar penelitian
mushaf kuno terkait aspek rasm.26
3. Karakteristik Dhabth Mushaf Nusantara: Perbandingan Mushaf
Standar Indonesia dan Mushaf Aceh oleh M. Fitriadi, jurusan
Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir, fakultas Ushuluddin, Institut PTIQ

25
Atifah Thoharoh, “Mushaf Al-Qur`an Standar Utsmani Indonesia dan Mushaf
Madinah: Kajian Atas Ilmu Rasm”, Skripsi, fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah,
IAIN Tulungagung, 2017
26
Abdul Hakim, “Metode Kajian Rasm, Qira‟at, Waqf, dan Dhabth Pada Mushaf
Kuno”, dalam jurnal Shuhuf, Vol. 11 No.1 2018.
14

Jakarta, tahun 2019. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan


yang akan penulis kaji, yaitu mengkomparasikan mushaf Al-
Qur`an dari aspek dhabth-nya. Namun objek mushaf yang diteliti
berbeda. Fitriadi memaparkan perbedaan dhabth antara mushaf
standar Indonesia yang dan dua manuskrip mushaf Aceh. Dari
penelitiannya dapat diketahui bahwa terdapat beberapa perbedaan
dari mushaf-mushaf tersebut, seperti pada harakah, sukûn, tanda
mad, dan tanda waqf. contohnya pada Lafzh al-Jalâlah dalam
MSI ditulis menggunakan fathah berdiri, sedangkan pada mushaf
Aceh menggunakan fathah yang dikonsepkan oleh al-Khalil bin
Ahmad al-Farahidi. Kemudian untuk tanda waqf dalam MSI ada 6
sedangkan pada Mushaf Aceh tersebut tidak terdapat tanda
waqf.27
4. Karakteristik Dhabth Mushaf Riwayat Warsy: Perbandingan
Aplikasi Ayat dan Cetakan Madiah oleh Dedi Ahmad Irwanto,
jurusan Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir, fakultas Ushuluddin, Institut
PTIQ Jakarta, tahun 2019. Penelitian ini memiliki kesamaan
dengan yang akan penulis kaji, yaitu mengenai perbandingan dua
mushaf Al-Qur`an qira`at dari aspek dhabth-nya. Akan tetapi
mushaf qira`at yang digunakan berbeda, penelitian ini
menggunakan mushaf Al-Qur`an qira`at riwayat Warsy yaitu
yang mushaf cetak Madinah dan mushaf digital ayat. Dari
penelitiannya dapat diketahui bahwa kedua mushaf tersebut
kebanyakan menggunakan tanda dhabth yang digagas oleh al-
Khalil. Perbedaan tanda dhabth pada keduanya diklasifikasikan

27
M. Fitriadi, “Karakteristik Dhabth Mushaf Nusantara: Perbandingan Mushaf
Standar Indonesia dan Mushaf Aceh”, Skripsi, fakultas Ushuluddin, Institut PTIQ
Jakarta, 2019.
15

berdasarkan kaidah ushûliyyah pada penempatan fathah tanwîn,


mad „iwadh, lam alif dan imâlah.28
5. Keragaman Manuskrip Mushaf Al-Qur`an Koleksi Pura
Pakualaman: Kajian Filologi oleh Ahmad Ulil Albab, jurusan
Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir, fakultas Ushuluudin dan Pemikiran
Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2019. Ahmad dalam
penelitiannya menilik tentang sejarah manuskrip mushaf Al-
Qur`an Pura Pakualaman dan keragaman karakteristik dari tiap
mushaf tersebut seperti dari aspek rasm, dhabth, qira`at, dan lain-
lain. Dari penelitiannya diketahui bahwa keragaman yang terdapat
pada mushaf Al-Qur`an Pura Pakualaman merupakan keinginan
Pura Pakualaman untuk menjawab kebutuhan masyarakat di
sekitarnya. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan yang akan
penulis kaji, yaitu mencari tau karakteristik masing-masing
mushaf salah satunya dari aspek dhabth. Namun penelitian ini
dhabth tidak menjadi fokus utamanya.29

F. Kerangka teori
Pada penelitian ini, teori yang akan digunakan penulis dalam
mengkaji adalah teori sejarah. Dengan sejarah, segala peristiwa dapat
dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi, di mana, apa
sebabnya, dan siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Bahkan
ketika mempelajari Al-Qur`an, kuntowijoyo menyimpulkan bahwa
kandungan Al-Qur`an itu terbagi dalam dua bagian, yang pertama
28
Dedi Ahmad Irwanto, “Karakteristik Dhabth Mushaf Riwayat Warsy:
Perbandingan Aplikasi Ayat dan Cetakan Madinah”, Skripsi, fakultas Ushuluddin,
Institut PTIQ Jakarta, 2019.
29
Ahmad Ulil Albab, “Keragaman Manuskrip Mushaf Al-Qur`an Koleksi Pura
Pakualaman: Kajian Filologi”, Skripsi, fakultas Ushuluudin dan Pemikiran Islam, UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2019.
16

berisi konsep-konsep, dan yang kedua berisi kisah-kisah sejarah dan


perumpamaan. Melalui sejarah seseorang diajak untuk memasuki
keadaan yang sebenarnya berkenaan dengan suatu peristiwa.30
Tujuan penelitian dengan teori sejarah ini adalah untuk
membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif,
dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi serta
mensistematisasikan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan
memperoleh kesimpulan yang kuat, sehingga dapat memberikan ruh
tersendiri pada keseluruhan isi.31 Dengan itu, teori sejarah ini
diperlukan penulis untuk menilik latar belakang dan perkembangan
mushaf qira`at Al-Qur`an dari awal sampai pada penambahan dhabth
pada mushaf Al-Qur`an, mencakup kapan, di mana, apa sebabnya
dan siapa saja yang terlibat dalam peristiwa tersebut, serta
perkembangannya hingga sekarang agar tidak terjadi kekeliruan
dalam mempelajari dan memahami dhabth pada mushaf.
Setelah mengetahui latar belakang dari dhabth serta kedua
mushaf qira`at Al-Qur`an tersebut, yakni Mushaf Madinah dan
Mushaf Tunisia, penulis akan mengidentifikasi persamaan dan
perbedaan tanda baca yang digunakan pada kedua mushaf dengan
berpegang pada kitab “Irsyâd ath-Thâlibîn” karya Muhammad
Salîm Muhaisin.

30
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), cet. ke-
20, h. 46-48
31
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, h. 174
17

G. Metodologi penelitian
1. Jenis penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan
(library research) karena sasaran penlitian ini adalah literatur-
literatur yang berkaitan dengan objek penelitian, yaitu mengenai
dhabth, qira`at serta berbagai literatur tentang Mushaf Madinah
riwayat Qalun dan Mushaf Tunisia. Serta penulis juga
menggunakan internet research untuk mencari bahan-bahan yang
sulit didapatkan.

2. Sumber data
Pengumpulan data terkait penelitian ini terbagi menjadi
dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Adapun
data primer yang mendukung penelitian ini ialah Mushaf Al-
Qur`an al-Mu‟allim Tunisia dan Mushaf Madinah Nabawiyah
riwayat Qalun yang diterbitkan oleh Mujamma‟ al-Malik Fahd li
Thabâ‟ah al-Mushaf al-Syarîf.
Sedangkan sumber data sekunder diantaranya adalah Ushûl
ad-Dhabth, ath-Thirâz fî Syarh Dhabth al-Khirâz, as-Sabîlu Ilâ
Dhabthi Kalimât at-Tanzîl, Irsyâd ath-Thâlibîn, al-Muyassar, al-
Muhkam fî Naqth al-Mashâhifi, Ilmu Qira‟at Tujuh, buku-buku
lain, jurnal, skripsi, tesis yang berkaitan dengan tema yang diteliti.

3. Teknik pengumpulan data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini ialah teknik dokumentasi. Dalam hal ini mencakup seluruh
sumber-sumber tertulis yang memuat informasi mengenai Mushaf
Tunisia dan Mushaf Madinah Nabawiyah riwayat Qalun. Data-
18

data yang diperoleh nantinya akan dianalisis, kemudian


dikomparasikan, dan disusun menjadi suatu kajian yang utuh dan
sistematis.

4. Analisis data
Setelah semua data terkumpul, langkah selanjutnya adalah
menganalisis data-data tersebut. Adapun metode analisis yang
akan penulis gunakan ialah sebagai berikut:
a. Deskriptif-analisis
Metode ini bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan
berdasarkan data-data dengan menggunakan teknik deskriptif,
yaitu penelitian, analisa dan klasifikasi. Selain menyajikan
data, penelitian ini juga menganalisis dan menginterpretasi
sejumlah data.32 Dalam penelitian ini penulis bermaksud
menganalisa data-data yang didapat mengenai Mushaf
Madinah Nabawiyah riwayat Qalun dan Mushaf Tunisia,
kemudian memaparkannya.
b. Analisis historis
Setelah data-data diperoleh, maka penulis akan
mengambil langkah analisis dengan menggunakan pendekatan
historis. Metode ini bertujuan untuk menilik kembali latar
belakang dan perkembangan dhabth hingga penyebarannya
yang kemudian menimbulkan keberagaman.
c. Analisis komparatif
Kemudian setelah penulis menganalisis data, langkah
selanjutnya yaitu membandingkan penulisan dhabth antara

32
Winarno Surahmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 1994), h.
138-139
19

mushaf Madinah Nabawiyah riwayat Qalun dan mushaf


Tunisia. Adapun tujuannya yaitu untuk mengetahui banyaknya
perbedaan dan persamaan yang terdapat pada kedua mushaf
tersebut.

H. Teknik dan sistematika penulisan


Untuk penulisan skripsi ini secara umum penulis berpedoman
pada buku petunjuk “Petunjuk Teknis Penulisan Proposal dan
Skripsi” yang diterbitkan oleh Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta,
2017. Adapun sistematika penulisan bertujuan untuk mempermudah
proses penelitian dan memberikan kerangka sederhana keseluruhan
isi dari penelitian ini sehingga dapat tersusun secara sistematis.
Bab satu, merupakan pendahuluan sebagai pengantar
munculnya masalah penelitian. Pada bab ini mencakup latar
belakang, identifikasi, pembatasan serta rumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, kajian pustaka dari skripsi atau tesis maupun
tulisan yang relevan dengan penelitian, metodologi penelitian, dan
teknik penulisan serta sistematika penelitian.
Bab dua, merupakan pembahasan mengenai diskurus dhabth
meliputi definisi dhabth, sejarah dan perkembangan dhabth, serta
aspek-aspek dalam pembahasan dhabth. Kemudian dalam bab ini
juga akan dibahas mengenai qira`at mencakup definisi qira`at, ragam
qira`at, Imam qira`at tujuh, biografi Imam Qalun, kaidah-kaidah
ushûliyyah dan farsy al-hurûf pada qira`at riwayat Qalun, serta
mengenai mushaf-mushaf Qalun yang tersebar di dalam dunia Islam.
Bab tiga, merupakan pembahasan mengenai profil mushaf-
mushaf yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu Mushaf
Madinah Nabawiyah riwayat Qalun dan Mushaf Tunisia.
20

Bab empat, merupakan memaparan hasil yang penulis dapat


dari penelitian. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai aspek-aspek
dhabth dari kedua mushaf, yaitu Mushaf Madinah Nabawiyah dan
Mushaf Tunisia dan kemudian akan dibandingkan serta dianalisa
dengan perspektif ilmu dhabth.
Bab lima, merupakan akhir dari pembasan penelitian, meliputi
kesimpulan menyeluruh pembahasan penelitian dari bab-bab
sebelumnya, dan saran-saran yang diperlukan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah penulis paparkan dalam
bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagaimana
tertera pada rumusan masalah yaitu sebagai berikut:
Pertama, persamaan dhabth pada Mushaf Madinah dan
Mushaf Tunisia meliputi bentuk dan penempatan dhabth pada
harakah fathah dan kasrah serta tanda tanwîn, sukûn, tanda mad,
hamzah ketika tahqîq, tashîl dan ibdâl, hamzah washal dan ibtidâ`,
dhabth pada lafazh ‫التورىة‬, dhabth pada huruf-huruf tambahan pada
rasm, serta dhabth pada beberapa huruf yang dibuang pada rasm
yakni pada hadzf alif, hadzf waw, hadzf ya` pada ha` dhamir.
Kemudian perbedaan dhabth kedua mushaf terletak pada
bentuk dhammah, letak tanwîn pada alif „iwadh, huruf alif hadzf
sebelumnya berupa huruf lam, hadzf ya` pada selain ha` dhamir,
hadzf nun, lam alif, imâlah kubrâ, isymâm, ikhtilâs, penempatan
hamzah ketika dhammah.
Kedua, adapun faktor yang mempengaruhi pada aspek
persamaan kedua muhaf tersebut ialah 1) Faktor periwayatan rasm
yang digunakan pada kedua mushaf, yakni mentarjih pendapat Abu
Daud terutama pada huruf-huruf yang di-hadzf. 2) Faktor
periwayatan dhabth yang digunakan pada beberapa tanda baca,
yaitu pada harakah fathah dan kasrah, sukûn, tasydîd, mad, bentuk
hamzah, huruf tambahan serta hamzah washal dan ibtidâ`. 3)
Faktor qira`at, memberikan pengaruh pada pembubuhan tanda mad
dan hamzah ketika tahqîq, tashîl dan ibdâl.

112
113

Kemudian faktor-faktor yang mempengaruhi adanya aspek


perbedaan pada kedua mushaf diantaranya: 1) Faktor perbedaan
mazhab periwayatan dhabth antara maghâribah dan masyâriqah.
Pada beberapa tempat Mushaf Madinah cenderung mengikuti
mazhab maghâribah sedangkan Mushaf Tunisia mengikuti
masyâriqah. 2) Jenis mushaf. Mushaf Tunisia merupakan mushaf
yang memberikan penjelasan pada bagian sisinya ketika qira`at
tersebut memiliki dua wajh, sehingga dapat memberikan perbedaan
pada pembubuhan dhabth. 3) Pola berpikir yang digunakan oleh
lajnah kedua mushaf pada tanda baca yang tidak mengikuti
periwayatan manapun.

B. Saran
Setelah menyelesaikan penelitian ini, Penulis menyadari
bahwa penelitian ini jauh dari kata cukup apalagi sempurna. masih
banyak pembahasan yang perlu dikaji kembali dari pemaparan yang
penulis sajikan. Sehingga kajian ini tidak dapat dikatakan telah
selesai, masih banyak hal yang dapat dikaji lebih dalam lagi pada
penelitian ini. Penulis menyarakan kepada beberapa pihak yang
berkeinginan dan berkomitmen untuk mengkaji beragam isu dan
perkembangan dalam ilmu dhabth khususnya, dalam berbagai
produk yang mampu mencerahkan wawasan masyarakat pada
umumnya. Adapun saran tersebut dikhususkan kepada:
1. Para peneliti. Penulis berharap, ada tindak lanjut dari
penelitian skripsi ini. Artinya para peneliti diharapkan
semakin giat dan gencar untuk meneliti mengenai hal perihal
tanda baca pada mushaf-mushaf Al-Qur`an yang ada.
114

Mengingat, minimnya pengetahuan seputar dhabth dan


singkatnya pembelajaran mengenai dhabth di akademisi.
Adapun kitab-kitab rujukan ilmu dhabth juga perlu ditinjau
dan ditelusuri keberadaan dan kebenaran yang absolut. Selain
itu, penulis berharap para peneliti untuk melanjutkan
penelitian skripsi ini pada bahasan yang lebih luas, detil, dan
juga menjangkau beberapa ranah yang masih membutuhkan
penelitian lebih lanjut.
2. Pihak penulis dan pencetakan mushaf atau Lajnah, diharapkan
kajian ini dapat membantu pihak pemerhati dan pencetak
mushaf Al-Qur`an untuk mempertimbangkan keselarasan
tanda baca yang digunakan pada mushaf sesuai dengan qira`at
yang digunakan sebelum dipublikasikan.
3. Kepada masyarakat, diharapkan kajian ini dapat memberikan
manfaat dan wawasan untuk memperkaya pengetahuan
perihal dhabth mushaf Al-Qur`an, yang kurang mendapat
perhatian di mata masyarakat. Adapun dari adanya pemaparan
perbedaan penulisan dhabth pada dua mushaf tersebut, dapat
menjadi pertimbangan dan pedoman dalam menyikapi
perbedaan yang ada pada mushaf terutama mushaf Al-Qur`an
riwayat Qalun khususnya.
115

DAFTAR PUSTAKA

Abu Zihtar, Ahmad Muhammad, As-Sabîlu ilâ Dhabthi Kalimât at-


Tanzîl, Cet. ke-1, Kuwait: Mahfuzah Jami„al Huqûq, 2009.
Albab, Ahmad Ulil, “Keragaman Manuskrip Mushaf Al-Qur`an Koleksi
Pura Pakualaman: Kajian Filologi”, Skripsi, fakultas Ushuluudin
dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2019.
Al-Andalusi, Abu Abdullah Muhammad bin Syuraih al-Ru„aini, Al-Kafî
fî al-Qira`at al-Sab„, Beirut: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 2000.
AR, Didin Sorojuddin, Seni Kaligrafi Islam, Cet. ke-1, Jakarta: Amzah,
2016.
Arifin, M. Zaenal, Khazanah Ilmu Al-Qur`an, Tangerang: Pustaka
Pelajar, 2018.
Arifin, Zaenal, “Harakat dan Tanda Baca Mushaf Al-Qur`an Standar
Indonesia Perspektif Ilmu Dhabth”, dalam jurnal Shuhuf, Vol. 7
No. 1 2014.
, “Mengenal Rasm Usmani”, dalam jurnal Shuhuf, Vol. 5 No. 1
2012.
, Perbedaan Rasm Utsmani Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf
Madinah, Depok: Azza Media, 2018.
Ad-Dani, „Utsman bin Sa‟id, Al-Muhkam fî Naqth al-Mashâhifi,
Damaskus: Dar al-Fikr, 1997.
, „Utsman bin Said, Al-Muqni„ fî Ma„rifati Marsum Mashâhifi Ahli
al-Amshâr ma„a Kitâb al-Naqth, Beirut: Dar al-Bashair al-
Islamiyah, 2011.
Adh-Dhabba‟, Ali Muhammad, Samîr ath-Thâlibîn fî Rasm wa Dhabth
al-Kitâb al-Mubîn, Kuwait: Qitha‟u al-Masajid, t.t.
116

Er, Muh. Kailâni, dkk., Pedoman Umum Penulisan dan Pentashihan


Mushaf Al-Qur`an Dengan Rasm Usmani, Cet. ke-1, Jakarta:
Puslitbang Lektur Agama Badan Litbang Agama Departemen
Agama, 1999.
Faizin, Hamam, “Pencetakan Al-Qur`an dari Venesia hingga Indonesia”,
dalam jurnal Esensia, Vol. 12 No.1 Januari 2011.
Al-Farmawi, „Abd al-Hayy, Qishshah al-Naqth wa asy-Syakl fî al-
Mushaf al-Syarîf, Kairo: Dâr al-Nahdhah al-„Arabiyyah, t.t.
, „Abd al-Hayy, Rasm Al-Mushaf wa Naqthuh, Cet. ke-1, Makkah:
Dâr Nur al-Maktabat, 2004.
Fathoni, Ahmad, “Studi Komparasi Bacaan Riwayat Qalun dan Riwayat
Hafsh QS. Al-Fatihah, Al-Baqarah dan Ali Imran”, Shuhuf, vol. 5,
no.1, 2002.
, Kaidah Qiraat Tujuh 1 dan 2, Tangerang Selatan: Yayasan Bengkel
Metode Maisuro dan Pesantren Takhasus IIQ Jakarta, 2016.
, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisuro, Cet. ke-
10, Tangerang Selatan: Yayasan Bengkel Metode Maisuro dan
Pesantren Takhasus IIQ Jakarta, 2017.
, Tuntunan Praktis Kalimat al-Farsyiyah Plus Surah Al-Baqarah s/d
Surah Ali Imran Qiraat Nafi„ Riwayat Qalun, Cet. ke-3,
Tangerang: IIQ Jakarta Press, 2018.
, Tuntunan Praktis Kalimat al-Farsyiyah Plus Surah Ibrahim s/d Al-
Kahfi Qira‟at Nafi„ Riwayat Warsy, Cet. ke-1, Tangerang Selatan:
Pesantren Takhassus IIQ Jakarta, 2018.
Fitriadi, M., “Karakteristik Dhabth Mushaf Nusantara: Perbandingan
Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Aceh”, Skripsi, fakultas
Ushuluddin, Institut PTIQ Jakarta, 2019.
117

Hakim, Abdul, “Metode Kajian Rasm, Qira‟at, Waqaf, dan Dabt Pada
Mushaf Kuno”, dalam jurnal Shuhuf, Vol. 11 No.1 2018.
Al-Hamad, Ghanim Qadduri, Al-Muyassar fî „Ilm Rasm al-Mushaf wa
Dabthih, Cet. ke-2, Hayyu Rihab: Ma„had al-Imam al-Syathîbî,
2016.
Ibn al-Jazariy, Ghâyah al-Nihâyah fî Thabaqât al-Qurrâ`, Juz 1, Beirut:
Dâr al-Kitâb al-„ilmiyyah, 1971.
Ichsan, Muhammad, “Sejarah Penulisan dan Pemeliharaan Al-Qur`an
Pada Masa Nabi Muhammad saw dan Sahabat”, dalam jurnal
Substantia, Vol. 14 No.1 2012.
Irwanto, Dedi Ahmad, “Karakteristik Dhobt Mushaf Riwayat Warsy:
Perbandingan Aplikasi Ayat dan Cetakan Madinah”, Skripsi,
fakultas Ushuluddin, Institut PTIQ Jakarta, 2019.
Juned, Daniel, Antropologi Al-Qur`an, Jakarta: Erlangga, 2011.
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, Tanya Jawab Tentang Mushaf
Al-Qur`an Standar Indonesia dan Layanan Pentashihan, Cet. ke-1,
Jakarta: Kementrian Agama RI, 2019.
Majma„ al-Lughah al-„Arabiyyah, Mu„jam al-Wasith, Cet. ke-4, Mesir:
Maktabah asy-Syuruq ad-Dauliyah, 2008.
Al-Marshafi, „Abd al-Fattah al-Sayyid „Ajami, Hidâyah al-Qârî ilâ
Tajwîd Kalâm al-Bârî, Madinah: Maktabah Thayyibah, t.t.
Muhaisin, Muhammad Salim, Irsyâd ath-Thâlibîn ilâ Dhabthi al-Kitâb
al-Mubîn, Kairo: Al-Maktabah al-Azhariyyah li at-Turf, 1989.
Munawir, “Problematika Seputar Kodifikasi Al-Qur`an”, dalam jurnal
Maghza, Vol. 3, No. 2, 2018.
118

Nashoih, Afif Kholisun, “Problematika Qira‟at Al-Qur`an: Pintu Masuk


Munculnya Kajian Bahasa Arab”, dalam jurnal Dinamika, Vol. 1
No. 1 2016.
Nasruddin, “Sejarah Penulisan Al-Qur`an: Kajian Antropologi Budaya”,
dalam jurnal Rihlah, Vol. 2 No. 1 Mei 2015.
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Cet. ke- 20, Jakarta: Rajawali
Pers, 2013.
Nugraha, Eva, “Konsep al-Nabi al-Ummi dan Implikasinya Pada
Penulisan Rasm”, dalam jurnal Refleksi, Vol. 13 No. 2 2012.
Purnomo, Mukhlisin, Sejarah Kitab-Kitab Suci, Cet. ke-1, Yogyakarta:
FORUM, 2014.
Al-Qattan, Manna, Mabahits fî „Ulum Al-Qur`an, Cet. ke-7, Kairo:
Maktabah Wahbah, t.t.
Ar-Rahman, „Abd bin Ismail bin Ibrahim, Ibrâz Ma„ânîy min Hirz al-
Amânîy fî al-Qirâ`at as-Sab„, tt.p.: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyyah, t.t.
Rayyasi, Abu „Abd ath-Tawwab „Abd al-Majid, Ilmu Rasm dan Dhabth,
terj. Adawat adh-Dhabth Al-Qurani oleh Abu Ya‟la Kurnaedi,
Jakarta: Pustaka Imam Syafi‟i, 2017.
Ritonga, Asnil Aidah, Ilmu-Ilmu Al-Qur`an, Cet. ke-3, Bandung:
Citapustaka Media Perintis, 2013.
Salim, Muhsin, Ilmu Qiraat Tujuh, Jakarta: Yayasan Tadris AL-
QUR`ANI YATAQI Jakarta, 2008.
Ash-Shiddieqy, Teungku M. Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-
Qur`an dan Tafsir, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009.
Sulaiman bin Najah, Ushûl adh-Dhabth wa Kaifiyyatuh „„alâ Jihah al-
Ikhtishâr, tt.p.: t.p., t.t.
119

Surahmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito,


1994.
Suwaid, Aiman Rusydi, At-Tajwîd al-Mushawwar, Damaskus: Maktabah
Ibn Jazari, 2011.
As-Suyuthi, Jalaluddin, Al-Itqan fi „Ulum Al-Qur`an, Beirut: Dar el-Fikr,
2010.
At-Tanasi, Abu „Abdullah Muhammad bin „Abdullah, Ath-Thirâz fî
Syarh Dhabth al-Khirâz, Madinah: Mujamma‟ al-Malik Fahd li
Thabâ‟ah al-Mushaf al-Syarîf, 1420 H.
Thoharoh, Atifah, “Mushaf Al-Qur`an Standar Utsmani Indonesia dan
Mushaf Madinah: Kajian Atas Ilmu Rasm”, Skripsi, fakultas
Ushuluddin Adab dan Dakwah, IAIN Tulungagung, 2017.
Yusup, Bahtian, “Qira`at Al-Qur`an: Studi Khilâfiyah Qira`ah Sab„ah”,
dalam jurnal Tadabbur, Vol. 4 No. 2 2019.
“Imam Qalun dan Jalur Ilmu Qira`atnya”,
https://islam.nu.or.id/post/read/101242/imam-qalun-dan-jalur-ilmu-
ilmu-qiraatnya, diakses tanggal 28 Agustus 2020, pukul 06.33 wib.
“Qira‟at Imam Nafi‟ Riwayat Qalun Pada Mushaf Kuno ternate”,
https://lajnah.kemenag.go.id/artikel/559-qiraat-imam-nafi-riwayat-
qalun-pada-mushaf-kuno-ternate diaskes pada tanggal 13 Juli 2020,
pukul 23.20 wib
“Qira‟at Nafi Riwayat Qalun Perlu Dikembangkan di Indonesia”
https://iiq.ac.id/artikel/details/570/Qiraat-Nafi-Riwayat-Qalun-
Perlu-Dikembangkan-di-Indonesia diakses tanggal 17 mei 2020,
pukul 12.46 wib.
https://orbitdigitaldayly.com diakses pada Rabu, 8 Juli 2020 pukul 11.24
wib.
120

https://qurancomplex.gov.sa/kfgqpc-quran-riwaiat/, diakses pada 27


Oktober 2019 pukul 19.23 wib
Mushaf al-Mu„allim: Al-Qur`an al-Karîm bi Riwâyah Qâlûn „an imâm
Nâfi‟ al-Madanî ma‟a Ibrâz Ahammi Qawâ‟idi at-Tartîli
Mushaf Madînah Riwâyah Qâlûn, Ta‟rîf Hâdzâ al-Mushaf
121

BIOGRAFI PENULIS

Annisa Salsabila, lahir pada 9 Mei 1998 di Kota Kualasimpang,


Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh. Penulis merupakan anak pertama dari 4
bersaudara dan dari pasangan Bapak Mirwan dan Ibu Dahlelawati.

Penulis memulai pendidikan pertama dari orang tua secara tidak formal,
termasuk belajar membaca Al-Qur`an dari sang ibu. Pendidikan formal
dimulai pada usia 6 tahun di SDN No. 1 Kualasimpang dan lulus pada
tahun 2010. Kemudian penulis menempuh pendidikan di Pondok
Pesantren Ulumul Qur`an Stabat untuk jenjang pendidikan MTs dan MA,
serta lulus pada tahun 2016.

Setelah menempa pendidikan secara formal selama 12 tahun, akhirnya


pada tahun 2016 penulis mendaftarkan diri di Institut Ilmu Al-Qur`an
(IIQ) Jakarta dan diterima sebagai mahasiswi dengan jurusan Ilmu Al-
Qur`an dan Tafsir (IAT) fakultas Ushuluddin dan Dakwah.

Hubungi penulis:
annisasalsabila829@gmail.com/annisaaslsbla@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai