DRAF PROPOSAL
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Hukum
Oleh
ABD SAMAD
NIM: 10100118098
2022
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Nim : 10100118098
Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penetapan Harta Bersama Dalam Praktik Izin
penyusun sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ini merupakan duplikat,
tiruan, plagiat, dibuat atau dibantu orang lain secara keseluruhan (tanpa campur
tangan penyusun), maka skripsi ini dan gelar yang diperoleh dapat batal demi
hukum.
Samata, 2022
Penyusun
ABD SAMAD
NIM; 10100118098
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Swt yang senantiasa
memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini
sebagaimana semestinya tanpa hambatan.
Ucapan terima kasih tidak terhingga untuk kedua pahlawan tanpa jasa
yang telah mencurahkan seluruh kasih sayangnya kepada penulis yang tercinta
Ayahanda H. Sagena dan Ibunda Marhati, tanpa bimbingan dan doa restu kalian
penulis tidak dapat berada pada posisi seperti sekarang ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada saudara-saudariku yang tercinta dan keluarga
besarku serta seluruh pihak yang telah ikhlas memberikan bantuan dan curahan
pemikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan studi pendidikan S1 (Strata satu)
di Jurusan Hukum Keluarga Islam di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin
Makassar.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan
studi S1 (Strata satu) pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar. Tentunya dalam penyusunan skripsi ini ada banyak tantangan
yang dihadapi penulis terutama penelitian ini dilakukan ketika masa pandemi
Covid-19, akan tetapi berkat ketekunan, semangat, bimbingan, petunjuk serta
bantuan dari semua pihak akhirnya penulis dapat merampungkang penelitian ini.
Penghargaan dan ucapan terima kasih yang terdalam dan tak terhingga
terutama kepada yang terhormat:
ii
2. Bapak Prof. Hamdan Juhannis M.A, Ph. D selaku Rektor UIN
Alauddin Makassar beserta jajarannya;
3. Bapak Dr. H. Muammar Muhammad Bakry, LC., M.Ag selaku
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar beserta
jajarannya;
4. Ibu Dr. Hj. Patimah, M.Ag selaku ketua Jurusan Hukum Keluarga
Islam UIN Alauddin Makassar beserta Dr. H. Jamal Jamil
S.Ag.,M.Ag selaku Sekertaris Jurusan Hukum Keluarga Islam;
5. Bapak Prof. Dr. H. A. Qadir Gassing selaku pembimbing I dan Ibu
Nurfaika Ishak, S.H., M.H. selaku pembimbing II. Kedua beliau
ditengah kesibukannya telah banyak memberikan bimbingan, nasehat
dan petunjuk bagi peneliti dalam proses penyelesaian skripsi ini;
6. Ibu Dr. Musyfika Ilyas, M.Ag. Selaku penguji I dan Bapak Ibnu
Izzah, S.H.I., M.H. selaku penguji II. Kedua beliau ditengah
kesibukannya telah banyak memberikan bimbingan, nasehat dan
petunjuk bagi peneliti dalam proses penyelesaian skripsi ini;
7. Bapak dan ibu dosen serta seluruh staf akademik dan pegawai Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar.
8. Kepada saudara-saudariku dan keluargaku tercinta, yang selalu
memberikan support dan motivasinya kepada peneliti untuk terus
berusaha selama menjalani proses pendidikan S1 di Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Alauddin Makassar;
9. Ketua Pengadilan Agama Sungguminasa Kelas 1B Bapak Drs. H.
Muhadin, SH., MH yang telah memberikan izin dan kesempatan bagi
peneliti untuk melakukan penelitian di Pengadilan Agama Makassar
Kelas 1A.
10. Bapak Drs. H. Ahmad P., M.H. salah satu Hakim di Pengadilan
Agama Makassar Kelas 1A yang telah meluangkan waktu dan
tenaganya dalam proses wawancara dalam mengumpulan data, sehingga
penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas akhir ini hingga dapat
memperoleh gelar S,H;
iii
11. Kepada sahabat-sahabatku sekaligus juga sebagai keluarga kecilku
diperantauan terima kasih telah mengisi perjalanan pendidikan ini
selama 4 tahun lebih, pesanku tetap ingat sahabatmu ini dimanapun dan
kapanpun itu.
12. Kepada seluruh saudara-saudariku di LDRH (Lembaga Debat dan
Riset Hukum) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar
yang telah memberikan banyak pengalaman yang tidak terhingga
dengan sejumlah ukiran prestasi di tengah-tengah kesibukan kuliah.
Terima kasih telah hadir dan berbagi suka dan duka yang berarti.
13. Kepada Keluarga Besar Romang Polong tercinta Alif Djorgi, Alwi
Rahman, Muhammad Wahyudi, Muhammad Iqbal Ramadhan,
Muhammad Imam Hidayat, Muhammad Wirawan Ady Pratama,
Riswandi, Arham Amiruddin, Harni Eka Wati, Alvian Rahmi,
Nurhasanah dan Sirajuddin yang selalu memberikan canda tawa dan
semangat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih
untuk semuanya, kalian terbaik.
14. Kepada sahabat-sahabatku Tim Pejuang Skripsi Andi Sartika,
Rabiatul Adawiah, Siti Khofifah, Hijrah, Musdalifah, Nurlaela
Masriana, Aunur Rafiq, Mursyid Azzahaby, Muhammad Assaqaf,
Alwi Rahman, Riswandi, dan Alif Djorgi yang selalu pantang
menyerah untuk menyelesaikan penelitiannya dan selalu memberikan
motivasi bagi peneliti sehingga bisa berada pada tahap ini.
15. Kepada saudaraku A. Agung Mallongi yang selalu memberikan saran,
masukan dan bimbingan kepada peneliti tanpa beliau peneliti tidak bisa
sampai pada tahap ini, terima kasih saudaraku.
16. Kepada partnerku irma rahmawati
iv
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Transliterasi Arab-Latin
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya kedalam huruf Latin dapat
dilihat pada tabel berikut :
1. Konsonan
v
م Mim M Em
ن Nun N En
و Wau W We
ها Ha H Ha
ء Hamzah ‘ Apostrof
ي Ya Y Ye
Hamzah (? )ءyang terletak diawal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi
tanda apapun. Jika ia terletak ditengah atau diakhir, maka ditulis dengan
tanda (‘).
2. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.Vokal tunggal
bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya
sebagai berikut :
Tanda Nama Huruf Latin Nama
َا Fathah A A
?ِا Kasrah I I
ُا Dammah U U
Contoh :
ََك ْيف : kaifa
هَوْ َل: haula
3. Maddah
Madda atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda yaitu :
vi
Harakat dan Nama Huruf dan Tanda Nama
Huruf
fatha dan alaif A dan garis di atas
ى... ǀ ا... Ā
atau ya
ي kasrah dan ya Ī I dan haris diatas
U dan garis dia
ُو dammah dan wau Ū
atas
Contoh
ََمات : māta
َر َمى : ramā
قِ ْي َل : qila
ُ ْيَ ُمو
ت : yamūtu
4. Tā’ marbūṭah
Transliterasi untuk tā’ marbūṭah ada dua, yaitu: tā’ marbūṭah yang
hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah, dan dammah, transliterasinya
adalah [t]. Sedangkan tā’ marbūṭah yang mati atau mendapat harakat
sukun, transliterasinya adalah [h].
Kalau pada kata yang berakhir dengan tā’ marbūṭah diikuti oleh kata
yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah,
maka tā’ marbūṭah itu ditransliterasikan dengan ha (h).
Contoh:
طفَ ِل ْ ضةُُ اَأْل
َ ْ َرو: rauḍah al-aṭfāl
ُُضلَة
ِ َ ْالفJُُ اَ ْل َم ِد ْينَة: al-madinah al-fāḍilah
ُُاَ ْل ِح ْكمة : al-ḥikmah
َ
5. Syaddah ( Tasydid )
Syaddah atau Tasydid yang dalam sistem tulisan Arab, dilambangkan
dengan sebuah tanda tasydid ( ) ﹼ, dalam transliterasi ini dilambangkan
dengan perulangan huruf ( konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.
Contoh :
Jَربَّنَا : rabbanā
وJٌّ َع ُد : ‘aduwwun
vii
6. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf ا
( لalif lam ma'rifah ). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang
ditransliterasikan seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf
syamsiyah maupun huruf qamariyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi
huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata
yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).
Contoh :
َّ اَل
ُش ْمس : al-syamsu (bukan asy-syamsu)
ُُاَل َّز ْل َزلَة : al-zalzalah (bukan az-zalzalah)
8. Hamzah
Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof ( ʼ ) hanya berlaku bagi
hamzah yang terletak ditengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak
diawal kata, ia tidak dilambangkan, kerana dalam tulisan Arab ia berupa
alif.
Contoh :
َ تَْأ ُم ُروْ ن: ta’ murūna
َش ْي ٌء : syai’un
ُ ُْأ ِمر
ت : umirtu
B. Daftar Singkatan
viii
Beberapa singkatan yang dibakukan adalah :
Swt. = Subḥānahū wa ta’ālā
Saw. = ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam
a.s = ‘alaihi al-salām
H = Hijriah
M = Masehi
SM = Sebelum Masehi
I. = Lahir Tahun (untuk orang yang masih hidup saja)
W. = Wafat Tahun
QS = Qur’an Surah
HR = Hadits Riwayat
ABSTRAK
ix
NAMA : ABD SAMAD
NIM : 10100118098
DAFTAR ISI
x
HALAMAN JUDUL........................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
PEDOMAN TRANSLITERASI.......................................................................
ABSTRAK........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................1
C. Rumusan Masalah........................................................................6
D. Kajian Pustaka.............................................................................6
A. HUKUM ISLAM.........................................................................................11
B. HARTA BERSAMA
C. POLIGAMI
1. Pengertian Poligami............................................................................18
3. Syarat-Syarat Poligami........................................................................21
4. Prosedur Poligami...............................................................................25
xi
5. Akibat Poligami...................................................................................26
1. Jenis Penelitian.....................................................................36
2. Lokasi Penelitian..................................................................36
B. PENDEKATAN PENELITIAN....................................................36
C. SUMBER DATA...........................................................................36
1. Observasi..............................................................................37
2. Wawancara...........................................................................37
3. Dokumentasi.........................................................................38
1. Perpanjangan Keikutsertaan......................................................39
2. Ketekunan Pengamat.................................................................39
3. Trigulasi.....................................................................................40
419/Pdt.G/2020/Pa.Sgm)
xii
B. Persfektif Hukum Islam Terhadap penetapan Harta Bersama Antara Suami
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................
B. Saran..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
BIODATA PENULIS.......................................................................................
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
suatu cara yang dipilih oleh Allah Swt, sebagai jalan mahkluknya untuk
tentang perkawinan adalah suatu akad yang telah ditetapkan oleh syari’ agar
ibadah, selain itu perkawaninan merupakan hal yang sangat dianjurkan oleh
Sehingga, tidak salah bila pernikahan harus diatur agar memenuhi fungsi-fungsi
hidup di dunia dan akhirat. 4 Sebagaimana dalam firman Allah Swt dalam QS Ar-
Rum/30:21
1
Slamet Abidin dan Aminuddi, fiqh munakahat l (Bandung: Pustaka setia, 1999), h. 9
2
Wahbah al Zuhaily, al- Fiqhul Islami wa Adillatuhu, juz. 2, h. 29.
3
Nur hidayati dan Hartini, “Relevansi Kafa’ah Perspektif Adat Dan Agama Dalam
Membina Rumah Tangga Yang Sakinah”, Qadauna 1, no. 2 (2020), h. 2.
4
Arif Zunaidi, “Kedudukan Harta Bersama Perkawinan Poligami”, Fakultas Syariah II
no. 2 Juni (2018). h. 91.
1
2
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ اجا لِّتَ ْس ُكُن ْٓو ا الَْي َها َو َج َع َل َبْينَ ُك ْم َّم َو َّدةً َّو َرمْح َةًۗا َّن يِف ْ ٰذل
ك ً َوم ْن اٰيٰت ٓه اَ ْن َخلَ َق لَ ُك ْم ِّم ْن اَْن ُفس ُك ْم اَْز َو
ت لَِّق ْوٍم يََّت َف َّكُر ْو
ٍ ٰاَل ٰي
Terjemahnya:
adanya istilah poligami, yang dimana poligami ialah bentuk perkawinan yang
dimana dalam waktu bersamaan seorang pria atau suami memiliki lebih dari satu
isteri.7
QS An-Nisa/4:3
5
Kementrian Agama RI. Alquran dan Terjemahnya (Jakarta: Perum Percetakan Negara
RI, 2015), h. 406.
6
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran
Volume 11, (Jakarta: Lentera Hati, 2005), h. 33.
7
Mochamad Toyib dan Sudirwan, “Konsep Adil Dalam Poligami Perspektif Imam
Syafi’I”, Al Wasith: Jurnal Studi Hukum Islam 2, no. 1 (2017). h. 25.
3
saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih
dekat kepada tidak berbuat aniaya”.8
Pada ayat di atas maka syari’at Islam telah mengatur dan membolehkan
adanya praktik poligami dengan jumlah batasan sampai empat orang isteri serta
mewajibkan berlaku adil kepada mereka semua, bukan salah satu dari mereka,
baik dalam urusan papan (tempat tinggal), pangan (makanan), sandang (pakaian),
serta lainnya yang bersifat kebendaan tanpa adanya perbedaan. Bilamana seorang
semua hak-hak mereka, maka ia diharamkan untu berpoligami, bila yang sanggup
dipenuhi hanya dua maka baginya haram untuk menikahi dengan tiga orang, jika
sanggup hanya tiga orang maka haram baginya menikah dengan empat orang.
Perlu kita pahami juga bahwa Tujuan dari perkawinan adalah untuk
membentuk suatu rumah tangga yang kekal, bahagia dan harmonis yang di
dimaksud itu. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa rumah tangga yang telah
dibangun dan dibina kadang kala tidak berjalan dengan mulus sesuai dengan apa
keadilan tanpa adanya deskriminasi, karena pada dasarnya pokok Tujuan pokok
bersama. Maka hidup adalah hal terpenting dalam ikatan perkawinan yang harus
8
Kementrian Agama RI. Alquran dan Terjemahnya. h. 77.
9
Nurul Khaerani dan supardin, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pertimbangan Hakim
Pengadilan Agama Maros Dalam Penetapan Besaran Minimal Nafkah Anak (Analisis Putusan
Nomor:39/Pdt.G/2019/PA.Mrs)”, Shautuna 1, no.3 (2020). h. 677.
4
dipenuhi seorang suami untuk istrinya.10 Maka salah satu caranya adalah dengan
hukum Islam sendiri mengenal harta bersama dengan istilah harta gono-gini
sendiri yaitu harta yang didapatkan oleh suami dan istri selama masa
perkawinan.11
pencampuran antara harta yang berujung pada perceraiaan. Hal ini nampak pada
Akan tetapi, tujuan dan makna dari pelaksanaan praktik poligami sering
menjadi pembahasan yang menarik untuk dibahas, apakah dapat menjadi upaya
pencegahan terjadinya perceraian atau sebaliknya, terutama pada kasus yang
Tahun 1974, Bab VII pada Pasal 35, 36, dan 37.12
10
Hasri dan Saleh Ridwan, “Pemenuhan Nafkah Batin Narapidana Kepada Istri Di Lapas
Kelas 1 Makassar Dan Implikasinya Bagi Keharmonisan Keluarga”. Qadauna 3, no.3 (2021). h.
525.
11
M. Ali Hasan, Berbagi Macam Transaksi Dalam Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004), h. 71.
12
Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat (Depok: Raja Grafindo, 2018), h.180.
5
1. Fokus Penelitian
bersama dalam praktik izin poligami dengan menganalisa objek putusan dengan
2. Deskripsi Fokus
a) Hukum Islam
Hukum Islam ialah berisikan aturan yang telah ditetapkan Allah Swt untuk
semua makhluknya atau lebih terkhusus manusia, yang diturunkan melalui Nabi
diluar hadiah atau warisan. Maksudnya ialah harta yang didapatkan atas usaha
13
Eva iryani, “Hukum Islam, Demokrasi Dan Hak Asasi Manusia”, Universitas
Batanghari Jambi 17, no. 2 (2017). h.24
14
Wasmandan Wardah Nuroniyah, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Teras
Yogyakarta, Tahun 2011). h. 213.
6
c) Poligami
Poligami (beristri lebih dari satu) dalam bahasa Arab ialah ta’addud
zaujāt”. Ta’addud zaujat ialah jika seorang suami menikahi seorang istri dua atau
tiga pada waktu bersamaan meski istrinya berbeda tempat tinggal atau daerah.15
e) Putusan
pernyataan seorang hakim sebagai pejabat negara yang memiliki wewenang untuk
C. Rumusan Masalah
D. Kajian Pustaka
1. Skripsi karya Amelia Afifah Hadi dari IAIN Ponorogo, pada tahun 2019,
15
Slamet Abidin dan Aminuddin, Fiqh Munakahat, Cet Ke-1, (Bandung: Pustaka Setia,
1999), h.131
16
H. Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, (Jakarta: Rajagrafindo Persada,
2016), h. 203.
7
Selain itu, peneliti akan lebih mengkaji dan mengulas lebih dalam terkait
2. Jurnal Karya Devi Juni Wardani, Dzulfikar rodafi dan Syamsu Madyan dari
Malang, pada tahun 2021. Dengan judul Disparitas Putusan Hakim Pengadilan
atas terletak pada objek penelitian yakni berkaitan dengan adanya penetapan
Islam.
8
3. Skripsi karya Ahmad Fahmi. Institut Agama Islam Negeri Jember, Tahun 2020
penelitian penulis dengan penelitian di atas terletak pada objek penelitian yakni
Selain itu, penelitian peneliti juga akan menjabarkan tinjauan hukum Islam
terkait adanya harta bersama sebagai bentuk upaya mecegah terjadinya suatu
4. Jurnal karya Siah Khosyi’ah. Al-Manahij Vol. XI No. 1, Fakultas Syariah dan
Hukum (FSH) UIN Sunan Gunung Djati Bandung, tahun 2017. Dengan judul
hukum Islam.
5. Skripsi karya Nurfajri Thahir, Jurusan Hukum Acara Peradilan Agama Dan
penelitian penulis dengan penelitian di atas terletak pada objek penelitian yakni
hukum Islam.
419/Pdt.G/2020/Pa.Sgm) ?
1. Tujuan Penelitian
harta bersama antara suami dan istri dalam praktik izin poligami.
b. Untuk mengetahui implikasi hukum yang ditimbulkan dari pembagian
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Teoritis
suami dan istri dalam praktik izin poligami ditinjau hukum Islam.
b. Kegunaan Praktis
harta bersama antara suami dan istri dalam praktik izin poligami dalam
TINJAUAN TEORETIS
A. Hukum Islam
Hukum secara etimologi berasal dari akar kata bahasa Arab, ialah
hakama-yahkumu bentuk mashdar nya ialah hukman. Kata al-hukmu ialah bentuk
tunggal dan kata ahkam merupakan bentuk jamak. Dari asal kata hakama
permasalahan.18
yang memiliki arti ketundukan dan kepatuhan serta bisa juga bermakna Islam,
damai, dan selamat. kalimat asal dari lafadz Islam ialah berasal dari kata salima-
Sehingga jika digabungkan dua kata ‘hukum’ dan ‘Islam’ maka muncullah
istilah hukum Islam. untuk memahami arti dari kedua kata yang ada dalam istilah
hukum Islam, maka dapat disimpulkan bahwa hukum Islam ialah sekumpulan
17
Mardani, Hukum Islam; Pengantar Ilmu Hukum Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010), h. 7.
18
Zainudin Ali, Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2006), h. 1.
19
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,
(Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 654.
12
dan Nabi Muhammad Swt. untuk mengatur semua tingkah laku manusia di
datangnya dari ajaran agama Islam. Hukum Islam adalah hukum yang berasal dari
agama Islam yang dimana hokum tersebut diturunkan oleh Allah Swt untuk
menunjukkan bahwa hukum Islam itu adalah ciptaan Allah Swt bukan ciptaan
manusia. Allah Swt mempunyai hak untuk membuat dan menciptakan hukum,
yaitu antara lain menghalalkan sesuatu dan mengharamkan yang lainnya, jika
Rasulullah Saw menghalalkan dan mengharamkan sesuatu, hal itu karena Allah
Swt juga yang memberi beliau kewenangan dan Allah Swt juga memrintahkan
QS Al-Jazayiah/45:18
ٰك َع ٰلى َش ِر ْي َع ٍة ِّم َن ااْل َ ْم ِر فَاتَّبِ ْع َها َواَل َتتَّبِ ْع اَ ْه َواۤءَ الَّ ِذيْ َن اَل َي ْعلَ ُم ْو َن
َ مُثَّ َج َع ْلن
Terjemahnya:
“Kemudian Kami jadikan engkau (Muhammad) mengikuti syariat
(peraturan) dari agama itu, maka ikutilah (syariat itu) dan janganlah
engkau ikuti keinginan orang-orang yang tidak mengetahui”.21
QS Hud/11:1
20
Muchammad Ihcsan, pengantar Hukum Islam, (Yogyakarta: percetakan muhammadiyah
“gramasurya” 2015) h. 2.
21
Kementrian Agama RI. Alquran dan Terjemahnya, h. 500
22
Kementrian Agama RI. Alquran dan Terjemahnya, h. 221
42
berikut:
Telah ditetapkan dalam suatu ketetapan bahwa dalil syar’i yang
dipergunakan oleh hukum amaliah itu, dikembalikan kepada empat hal,
yakni al-Qur’an, as-Sunnah, Ijma dan qiyas. Keempat dalil ini sudah
disepakati oleh umat Islam. Dengan inilah orang memberi dalil kepada
sesuatu itu. Juga orang sepakat atas bentuk susunan dalil tersebut untuk
mengambil sebagai dasar hukum. Susunan itu adalah; al-Qur’an, as-Sunah,
Ijma’ dan qiyas. Artinya, apabilah orang mengemukakan suatu persoalan,
maka mula-mula dilihat dalam terdapat dalam al-Qur’an maka (kemudian)
dilihat dalam as-Sunnah; kalau terdapat hukumnya dalam sunah ini maka
dijalankan. Tetapi kalau tidak ditemukan maka diperhatikan apakah para
mujtahid masa lalu pernah bersidang untuk memecahkan masalah itu
(Ijma’) kalau sudah terdapat hukumnya maka dijalankan. Tetapi kalau
tidak, maka dalam hal ini kita melakukan ijtihad sendiri yakni dengan
qiyas (analogi) kepada keputusan-keputusan yang berdasarkan nash.23
B. Harta Bersama
Dari segi bahasa harta bersama di bagi 2 (dua) kata, ialah harta dan
bersama, menurut kamus besar bahasa indonesia, harta berarti barang atau uang
sebagainya yang menjadi kekayaan dan dapat berarti kekayaan berwujud dan
kekayaan tidak berwujud yang bernilai. Harta bersama ialah harta yaang di
diluar warisan atau hibah, maksudnya ialah harta yang didapatkan atas usaha
gono gini memang tidak diatur secara mendalam di fikih Islam, tetapi
23
Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul fikih, terjm. Halimuddin (Jakarta: Rineka Cipta,
2012), h. 14-15.
24
Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Jakarta, Balai Pustaka, 1995, cet. Ke
VII, h, 342.
25
Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan (Yogyakarta:
Liberty, 1999), h. 102.
43
keberadaannya tidak dapat diterima oleh sebagian ulama Indonesia. Dilihat realita
sehari-hari dan untuk simpanan atau tabungan di masa tua serta jika keadaan
dunia.26
perolehan selama ikatan perkawinan yang didapat atas sebuah usaha masing-
masing secara sendiri-sendiri atau didapat secara usaha bersama merupakan harta
Nomor 1 Tahun 1974, Pasal 35 ialah harta benda yang diperoleh suami istri
hokum Islam (KHI) disebutkan bahwa adanya harta bersama dalam perkawinan
itu tidak dapat menutup kemungkinan adanya harta milik masing-masing suami
istri, bahkan juga dijelaskan dalam Pasal 86 ayat (1) disebutkan bahwa pada
dasarnya tidak ada percampuran antara harta bersama dan istri karena
perkawinan.28
harta bersama, tetapi juga diatur dalam UU perkawinan tentang harta bersama
menentukan bahwa:
26
Tihami & Sobari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Lengkap, Ct. 3 (Jakarta,
Rajawali Pers, 2013), h. 181.
27
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia, ( Jakarta: Kencana,
2006), h. 108.
28
Kompilasi Hukum Islam (KHI), bab VII, pasal 35.
44
secara terperinci tentang pengaturan harta bersama. Harta bersama ialah harta
kekayaan yang diperoleh antara suami dan istri selama mereka diikat oleh tali
perkawinan, atau dengan kata lain harta bersama ialah suatu harta yang diperoleh
dengan jalan syirkah antara suami dan istri sehingga adanya percampuran harta
satu dengan yang lain dan tidak dapat dibeda-bedakan antara harta yang lain. 30
ْ يب مِم َّ ا
Jۖ اك تَ َس بُ وا ِ ِ ِ ٍ بع
ٌ ل لرِّ َج ال نَ صJۚ ض َْ ض ُك ْم َع لَ ٰى ِ
َ ض َل اللَّ هُ بِ ه َب ْع
َّ ََو اَل َت تَ َم َّن ْو ا َم ا ف
ٍان بِ ُك لِّ ش ي ء
َْ
ِ ِ ْ َِم ْن ف
َ ِإ َّن اللَّ هَ َكJۗ ض ل ه َاس َألُ وا اللَّ ه ْ يب مِم َّ ا
ْ َوJۚ َ اك تَ َس نْب
ِ ِ و لِ لن
ٌ ِّس اء نَص َ َ
يم ا ِ
ً َع ل
Terjemahan:
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah
kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (karena) bagi laki-laki ada
bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan pun ada
bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada allah sebagian
dari karunianya, sungguh, Allah maha mengetahui seaga sesuatu”.31
Ayat di atas menjelaskan bahwa laki-laki dan permpuan apa yang mereka
usahakan maka mendapat bagian. Dalam kitab tafsir Al-Maraghi telah dipaparkan
bahwa Allah Swt telah membebani laki-laki dan wanita dengan berbagai
29
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan.
30
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta, Kencana
Prenada Media Group, 2008) h. 109.
31
Kementrian Agama RI. Alquran dan Terjemahnya. h. 83
45
adanya kaum wanita. Bagi wanita dibebani berbagai pekerjaan khusus pula bagi
mereka, dan juga mendapatkan bagian-bagian khusus dari pekerjaan mereka tanpa
adanya kaum laki-laki. Kedua-duanya tidak boleh iri terhadap apa yang telah di
tetapi juga dijelaskan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang dijelaskan
dalam Bab XIII Pasal 85 sampai dengan Pasal 91. Dari Peraturan paling baru
berkaitan dengan harta bersama di dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) sebagai
berikut :
Pasal 85
Pasal 86
1. Pada dasarnya tidak ada percampuran antara harta suami dan harta isteri
karena perkawinan.
2. Harta isteri tetap menjadi hak isteri dan dikuasai penuh olehnya, demikian
juga harta suami tetap menjadi hak suami dan dikuasi penuh olehnya.
Pasal 87
1. Harta bawaan dari masing-masing suami dan isteri dan harta yang
diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan adalah di bawah
penguasaan masing-masing, sepanjang para pihak tidak menentukan lain
dalam perjanjian perkawinan.
2. Suami dan isteri mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan
hukum atas harta masing-masing berupa hibah, hadiah, sodaqah atau
lainnya.
Pasal 88
32
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 5, (Semarang : Toha Putra
1993), h. 35.
46
Pasal 89
Pasal 90
Istri turut bertanggung jawab menjaga harta bersam maupun harta suami
yang ada padanya.
Pasal 91
Adapun tujuan dari pembagian harta bersama ialah seorang istri yang bekerja di
rumah suaminya berhak mendapatkan upah. hasil keringat istri dalam keluarga
tidak dapat dipisahkan dengan harta yang dimiliki suami. Ketika ada percampuran
33
Kompilasi Hukum Islam (KHI), bab XIII, pasal 85-91.
34
Nurul Ainun Marfu’ah, dkk, “Legal Reasoning Hakim Dalam Menentukan Besaran
Bagian Harta Bersama Dalam Perkara Perceraian (Studi Putusan Nomor 139/Pdt.G/2017/Pa
Takalar 1B”, Qadauna 2, no.1 (2020). h.30.
47
antara harta suami dan istri, maka harus upah istri yang bercampur dengan harta
suami patut di bagi rata untuk menjaga hak-hak istri setelah melaksanakan
poligami.
mengurangi adanya potensi konflik antara istri pertama dan kedua terutama ini
Maka dari itu, untuk menjaga kemashalatan antara istri peratama, kedua,
ketiga, dan keempat perlu adanya pembagian harta agar di antaranya tidak ada
harta bersama didasarkan pada syarat ikut sertanya istri secara aktif dalam
membantu pekerjaan suami. Jika istri tidak ikut secara fisik dan membantu suami
dalam memperoleh dalam mencari harta benda, maka hal tersebut tidak bisa
dikatakan sebagai harta bersama dalam perkawinan. Dalam sejarah lebih lanjut
pendapat ini mendapat kritik keras dari berbagai kalangan ahli hukum.35
C. Poligami
1. Pengertian Poligami
Dalam bahasa yunani Kata poligami berasal dari kata “poly” atau “polus”
berarti banyak, dengan kata lain “ganein” dan “gamos” yang berarti kawin atau
banyak, dan bisa jadi dalam arti yang tak terbatas. 36 Adapun pengertian poligami
35
M. Yahya harahap, Perlawanan Terhadap Eksekusi, ( Bandung, PT Citra Aditya Bakti :
1993), h. 194.
36
Labib MZ, Pembelaan Umat Muhammad ( Surabaya: Bintang Pelajar 1986). h. 15
48
mengawini beberapa lawan jenis dalam waktu yang bersamaa. Pengertian kalimat
di atas “salah satu pihak” tetapi dalam istilah perempuan yang memiliki banyak
suami dikenal dengan poliandri, maka yang dimaksud poligami disini ialah suatu
seorang laki-laki yang menikah lebih dari seorang isteri pada waktu yang sama
seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang melebihi dari satu orang.
Menikahi perempuan lebih dari seorang diperbolehkan dalam Islam tetapi dibatasi
paling banyak empat orang.39 Dalam praktik Poligami Islam telah mengatur
dengan ketentuan pada ajaran agama, yaitu untuk menolong wanita. Tetapi juga
kebanyakan orang melakukan poligami karena mengikuti hawa nafsunya, hal ini
sering terjadi terkhusus di Indonesia. Dengan hal itu, demi menjaga kemaslahatan
untuk menikah dengan lebih dari seorang wanita atau pria. Poligami dibagi
menjadi dua yaitu pertama, poligini atau polygyny. kedua, yaitu poliandri atau
37
Abdul Aziz Dahlan, dkk. Ensiklopedia Hukum Islam “Monogami, Bihami, dan
Poligami”, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997). h. 1186.
38
Slamet Abidin dan Aminuddin, Fiqh Munakahat, Cet Ke-1, (Bandung: Pustaka Setia,
1999). h. 131
39
Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan, (yogyakarta:
liberty 1989), h. 74.
40
Soerjono Soekanto, Kamus Hukum Adat, Alumni, (Bandung, Cet. Ke-1., 2009). h. 206.
49
ialah:
QS. An-Nisa/4:3
ِ و ِإ ْن ِخ ْف ت م َأ اَّل تُ ْق ِس طُ وا يِف الْ ي ت ام ى فَ انْ ِك ح وا م ا طَ اب لَ ُك م ِم ن الن
ٰ ِّس اء َم ْث ىَن
َ َ ْ َ َ ُ ٰ َ ََ ُْ َ
ِ ِ ِ ِ
َ ٰذَ لJۚ ت َأ مْيَ انُ ُك ْم
ك ْ فَ ِإ ْن خ ْف تُ ْم َأ اَّل َت ْع د لُ وا َف َو اح َد ةً َْأو َم ا َم لَ َكJۖ اع
َ َث َو ُر ب َ َو ثُاَل
َأد ىَنٰ َأ اَّل َت عُ ولُ وا
ْ
Terjemahnya:
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah
wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian
jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang
saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih
dekat kepada tidak berbuat aniaya”.41
ayat ini bersifat mutlak, tidak ada batasan tempat-tempat keadilan. Maka, yang
tentang seseorang yang merawat anak yatim (menjadi walinya), dan menikahinya
anak yatim tersebut, maka seorang wali atau orang yang menikahi anak yatim
disuruh untuk menikahi orang lain (berpoligami), dengan harapan harta anak
yatim yang sudah dinikahi tersebut tidak diselewengkan.43 Dalam Ayat ini juga
sikap kehati-hatian, seperti itu bila dikhawatirkan tidak dapat berlaku adil, dan
41
Kementrian Agama RI. Alquran dan Terjemahnya, h. 83
42
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an Jilid 2 (Jakarta: Gema Insani, 2002). h. 275.
43
Ibnu Hamdun dan Muh. Saleh Ridwan, “Tinjauan Hukum Islam Tentang Dampak
Poligami Terhadap Istri Di Kabupaten Gowa”, Qadauna 1, no. 1 (2019). h.36.
44
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an Jilid 2, h. 276.
50
sebagai giliran dan pembagian nafkah. Setelah M. Quraish Shihab mengkaji dan
bahkan di dalam syariat poligami, dalam hal berpoligami bukan hanya terkandung
ekonomis untuk mengangkat harkat dan martbat wanita. Untuk hal itu Islam telah
mensyariatkan poligami lengkap dengan adab yang harus dijunjung tinggi bagi
Tahun 1974 pada Pasal 3 ayat 2 yang berbunyi: Pengadilan dapat memberi izin
kepada seorang suami untuk beristri lebih dari seorang apabia dikehendaki oleh
Kompilasi Hukum Islam (KHI) seperti yang terlihat tidak berbeda dengan
Islam pelaksanaan poligami diatur dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Buku I
1. Suami yang hendak beristeri lebih dari satu orang harus mendapatkan
45
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‟an; Tafsir Maudhu‟i atas Pelbagai Persoalan
Umat (Bandung: Mizan, 1996). h. 199.
46
Imanuddin Husein, Satu Isteri Tak Cukup (Jakarta: Khaznah, 2003), h. 106
47
Pasal 3 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan.
48
Kompilasi Hukum Islam (KHI), bab IX, pasal 56.
51
menurut tata cara sebagaimana diatur dalam Bab VIIIPP No.9 tahun
1975.
3. Syarat-syarat Poligami
berikut:
1. Jumlah istri yang dibolehkan dalam berpoligami paling banyak empat orang
wanita. Syarat ini telah disebutkan oleh Allah Swt dalam QS. An-Nisa/4: 3
ِ و ِإ ْن ِخ ْف ت م َأ اَّل تُ ْق ِس طُ وا يِف الْ ي ت ام ى فَ انْ ِك ح وا م ا طَ اب لَ ُك م ِم ن الن
ٰ ِّس اء َم ْث ىَن
َ َ ْ َ َ ُ ٰ َ ََ ُْ َ
ِ ِ ِ ِ
َ ٰذَ لJۚ ت َأ مْيَ انُ ُك ْم
ك ْ فَ ِإ ْن خ ْف تُ ْم َأ اَّل َت ْع د لُ وا َف َو اح َد ةً َْأو َم ا َم لَ َكJۖ اع
َ َث َو ُر ب َ َو ثُاَل
َأد ىَنٰ َأ اَّل َت عُ ولُ وا
ْ
Terjemahnya:
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah
wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian
jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang
saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih
dekat kepada tidak berbuat aniaya”.49
berhubungan dengan anak yatim yang dinikahi walinya. Bahkan dalam pendapat
Al-Jasshas mengatakan bahwa pelarangan menikahi anak yatim ini begitu kuat.
Hal ini terlihat dengan dimasukkannya materi ini pada bab At-Tazwij Al-shighar
49
Kementrian Agama RI. Alquran dan Terjemahnya. h. 83
52
dengan perempuan lain. Oleh karena itu, ayat ini menjelaskan membolehkannya
pelaksanaan poligami sebenarnya bukan dengan maksud menunjuk pada sifat dan
berlaku adil secara hakiki.51 Dalam prinsip islam keadilan disini memliki maksud
ditentukan52
Adapun dijelaskan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 55 ayat (1)
dan (2) dan Pasal 56 ayat (1) menyatakan syarat poligami, ialah:
Pasal 55
1. Beristri lebih dari satu bersamaan, terbatas hanya sampai empat istri.
2. Syarat utama beristri lebih dari seorang, suami harus mampu berlaku
Pasal 56
1. Suami yang hendak beristri lebih dari satu orang harus mendapat izin
Pasal 57
50
Mardani, Hukum Perkawinan Islam Di Dunia Islam Modern, (Yogyakarta : Graha
Ilmu, 2011), h. 89.
51
Tihami, Sobari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian fikih Nikah Lengkap, h. 358.
52
Shippa Chotban, “Nilai Keadilan dalam Syariat Poligami”, Al-Qadau 5, no. 1 (2017). h.
179.
53
disembuhkan.
disebutkan pada Pasal 55 ayat (2), ditegaskan lagi oleh Pasal 58 ayat (1), yaitu:
Pasal 58
1. Adanya persetujuan istri,
2. Adanya kepastian, bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup
istri-istri dan anak-anak mereka.53
pada Pasal 4 ayat (1) dan (2) dalam Undang-undang Perkawinan ialah:
(1) Dalam hal seorang suami akan beristri lebih dari seorang, sebagaimana
tersebut dalam Pasal 3 ayat (2) Undang-undang ini, maka ia wajib
mengajukan permohonan ke Pengadilan di daerah tempat tinggalnya.
53
Kompilasi Hukum Islam (KHI), bab IX, Pasal 55-58.
54
Boedi Abdullah dan Beni Ahmad Saebani, Perkawinan dan Perceraian Keluarga
Muslim, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h 31.
54
dan materiil.55
2. Isteri mendapat suatu cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan.
Menceraikan isteri suatu hal yang sangat tidak diinginkan oleh pihak
keluarga dari perempuan, dengan berpoligami alasan di atas maka hal ini
lebih bersifat humanisme. Oleh karena itu, poligami dalam hal seperti ini
monogami.56
Jika istri tidak bisa memiliki keturunan bukan kesalahan suami, jika istri
mandul maka majelis hakim akan menggali kemandulan itu dan meminta
surat keterangan dokter untuk lebih spesifik lagi, apakah isteri mandul atau
tidak. Tetapi jika suami yang mandul maka tidak bisa dijadikan sebagai
dimaksud dalam ayat 1 huruf (a) Pasal ini tidak diperlukan bagi seorang suami
dapat menjadi pihak dalam perjanjian apabila tidak ada kabar dari istrinya selama
55
M. Yahya Harahap, Hukum Perkawinan Indonesia (Medan: CV Tahir Trading Co,
1978). h. 33.
56
M. Yahya Harahap, Hukum Perkawinan Indonesia, h. 34
55
perlu mendapat penilaian dari hakim pengadilan. Jika alasan dan syarat telah
Persyaratan dalam Pasal 5 (lima) ini merupakan bentuk syarat kumulatif yang
dimana seluruh syaratnya harus dapat dipenuhi suami yang akan berkeinginan
melakukan poligami.57
Sehingga seorang suami tidak mudah lagi melakukan poligami, karena poligami
bukan perintah agama tetapi hanya dibolehkan dengan beberapa syarat-syarat atau
4. Prosedur Poligami
Salah satu hal yang perlu dipertegas dalam perkawinan poligami yaitu izin
poligami yang dilakukan oleh hakim Pengadilan Agama hal ini bertujuan agar
1. Suami yang hendak beristri lebih dari satu orang harus mendapat izin
Pengadilan Agama.
57
Esther Masri, “Poligami Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor I Tahun 1974
Tentang Perkawinan Dan Kompilasi Hukum Islam (KHI)”, Krtha Bhayangkara 13, no. 2, (2019).
h.238.
58
Hasbi, Supardin dan Kurniati, “Pertimbangan Hakim Terhadap Pemberian Izin
Perkawinan Poligami Menurut Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
(Studi Kasus Di Pengadilan Agama Sunguminasa)”, Al-Qadau 8, no. 1 (2021). h. 103.
59
Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Edisi Revisi, (Cet. 1 Jakarta:
Rajawali Pers, 2013), h.142.
56
Pengadilan Agama hanya dapat memberikan izin kepada suami yang akan
2. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan.
kemudian memeriksa :
1. Ada atau tidaknya suatu alasan yang dapat memungkinkan seorang suami
2. Ada atau tidaknya persetujuan dari istri, baik persetujuan lisan maupun
60
Kompilasi Hukum Islam (KHI), bab IX, pasal 57.
57
Pemerintah No. 9 Tahun 1975, persetujuan istri atau para istri- istri dapat
diberikan secara tertulis atau dengan lisan, tetapi sekalipun telah ada persetujuan
tertulis, persetujuan ini dipertegas persetujuan lisan istri pada sidang Pengadilan
Agama.
Pasal 42 mengatur :
bersangkutan.
bahwa cukup alasan bagi pemohon untuk beristri lebih dari seorang, maka
5. Akibat Poligami
Praktik Poligami hingga saati selalu memicu reaksi keras dan menjadi isu
besar orang masih memandang keluarga poligami dengan stigma negatif dan
61
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Peraturan Pelaksana Tentang
Perkawinan.
58
yakni:
Kelebihan utama yang perlu ada pada seorang suami yang ingin
berpoligami ialah mampu dan berkuasa menanggung nafkah isteri-isteri dan orang
karna memberi nafkah itu kewajiban suami. Haram hukumnya jika seseorang
isterinya. Maka kewajiban seorang ialah memberi makan dan pakaian kepada
QS.Al-Baqarah/2:233.
ِ ِ ٌ نِ َس ا ُؤ ُك ْم َح ْر
َ َو َّات ُق وا اللَّ هJۚ َو قَ دِّ ُم وا َأِل ْن ُف س ُك ْمJۖ ث لَ ُك ْم فَ ْأ تُ وا َح ْر ثَ ُك ْم َأ ىَّنٰ ش ْئ تُ ْم
ِِ ِ َو بَ شJۗ َُّك ْم ُم اَل قُ وه
َِّر الْ ُم ْؤ م ن ني ُ اع لَ ُم وا َأن
ْ َو
Terjemahnya:
“Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka
datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu
kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan
bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan
menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman”.63
jawabnya terhadap istri dan anak-anaknya, maka ini suatu pelanggaran baik dari
tidak mencukupi, tempat tinggal yang tidak terurus, maka suami tersebut telah
melakukan suatu perbuatan yang tidak layak kepada istri-istri dan anak-anaknya.
Maka hukum berpoligami ini bisa membawa kepada haram. Poligami sebenarnya
diamanatkan oleh Allah Swt untuk menolong kaum perempuan dan anak-anak
62
Ramlah dan Musyfikah Ilyas, “Praktik Poligami Di Kecamatan Campalagian Kabupaten
Polewali Mandar”, Qadauna 1, no.1 (2019), h. 65.
63
Kementrian Agama RI. Alquran dan Terjemahnya, h. 35.
59
praktik poligami yang bisa mempengaruhi perkembangan masa depan anak. Jika
suasana dalam rumah tangga yang tidak harmonis akan sulit terjadi proses
pendidikan yang efektif, jika seorang anak dibesarkan dalam suasana yang tidak
harmonis maka anak itu tidak akan memperoleh pendidikan yang baik dan efektif
sehingga dalam perkembangan kepribadian anak itu mengarah kepada hal yang
kurang baik. Akibat negatife yang dapat diperkirakan anak itu tidak betah tinggal
dan permusuhan serta bentuk-bentuk kelainan lainnya. Lebih parah lagi jika anak
itu masuk dalam lingkungan yang kurang menunjang. Kemungkinan Besar hal
tersebut akan merembes ke dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas lagi.
Akibat negatif dari keluarga yang berpoligami yang disebabkan karena hal-hal
sebagai berikut:65
64
Barzah Latupono, “Kajian Juridis Dampak Poligami Terhadap Kehidupan Keluarga”,
Bacarita Law 1, no.1 (2020), h. 22 – 23.
65
Barzah Latupono, Kajian Juridis Dampak Poligami Terhadap Kehidupan Keluarga, h.
23-25.
60
suami tidak dapat bersikap bijaksana dan adil. Ketiga, anak-anak yang lahir dari
ibu yang berlainan sangat rawan perkelahian, permusuhan dan saling cemburu.
Keempat, kekacauan dalam bidang ekonomi. Bisa saja pada awalnya suami
memiliki kemampuan untuk poligami, namun bukan mustahil suatu saat akan
mengalami kebangkrutan, maka yang akan menjadi korban akan lebih banyak.66
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
66
Andi Intan Cahyani, “Poligami dalam Perspektif Hukum Islam”, Al-Qadau 5, no. 2
(2018). h. 279.
61
1. Jenis Penelitian
deskriptif dalam bentuk field reseracrh yang biasa dikenal juga dengan penelitian
lapangan. Pada penelitian ini peneliti akan melalui beberapa tahapan dalam
pengumpulan data yakni melalui tahap wawancara dan observasi di lokasi yang
2. Lokasi Penelitian
Sungguminasa.
B. Pendekatan Penelitian
dengan menjelaskan terhadap suatu masalah yang didasarkan pada hukum Islam
yakni al-Qur’an, al-Hadis, kaidah ushul fiqh dan pendapat para ulama.
2. Pendekatan kasus
C. Sumber Data
responden yang berhubungan dengan objek penelitian. Dalam penelitian ini yang
67
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2005), h. 40.
62
Merupakan data yang diperoleh melalui hasil bacaan dan kajian yang
tinjauan hukum dengan menggunakan bantuan kamus hukum agar peneliti dapat
dilalui peneliti untuk dapat memperoleh dan merangkumkan sebuah data yang
Adapun metode pengumpulan data yang akan peneliti tempuh yakni meliputi;
1. Pengamatan/ observasi
terhadap keadaan atau prilaku objek sasaran.70 Dalam penelitian ini peneliti akan
68
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosia: Format 2 Kuantitatif Dan Kualitatif,
(Surabaya: Airlangga university Press, 2005), h. 128.
69
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009,
Cet. Ke 8), h. 137.
70
Abdurrahman Fatoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyususna Skripsi (Jakarta:
Rineka Cipta,2011), h.104.
63
2. Wawancara
jawab lisan yang berlansung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang
Hopkins, wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam
3. Dokumentasi,
informasinya berupa bahan-bahan tertulis atau tercatat. Pada metode ini peniliti
pengumpulan data dari bahan-bahan tulis kemudian akan digabungan dengan data
hasil obsevasi dan wawancara sbelumnya. Tentunya antara data dari bahan-bahan
kualitatif yang bersifat induktif, yaitu suatu bentuk analisis yang berdasarkan pada
Adapun tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam metode analisis data yakni
1. Reduksi Data
Reduksi data yaitu metode dengan mengelola data mentah yang telah di
agar mudah dibaca dan dimengerti. Reduksi data adalah suatu bentuk analisis
71
Abdurrahman Fatoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyususna Skripsi, h.105.
72
Sutrisno Hadi, Metodologi Reserch (Yogyakarta:Andi Ofset,Edisi Refisi,2002), h.157.
73
Sanafiah Faesal, Dasar dan Teknik Penelitian Keilmuan Sosial ( Surabaya: Usaha
Nasional, 2002).h.42-43.
74
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 147.
64
2. Display Data
metode yang paling sering digunakan dalam pengelolalahn data penelitian untuk
penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat
memahami sesuatu yang sedang diteliti. Melalui display data (penyajian data)
data-data penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel, matrik, grafik, dan bagan
yang bertujuan data-data dapat tersusun baik dan akan mudah dipahami.
3. Conclusion Drawing
verifikasi. Metode ini merupakan tahapan akhir dalam penelian yang akan
memberikan inti sari kesimpulan dari seluruh hasil data-data yang telah melalui
objektif sesuai dengan data dan fakta yang ada yang diperoleh selama penelitian.77
1. Perpanjangan pengamatan
Pada tahap ini peneliti akan memulai memasuki lapangan, peneliti masih
dianggap sebagai orang asing, masih dicurigai, sehingga informasi yang diberikan
belum lengkap, tidak mendalam, dan masih memungkinkan banyak hal yang
dengan narasumber akan terjalin semakin terbentuk rapport, semakin akrab (tidak
75
Emzir, Metode Penelitian Kualitatif: Analisis Data, Cet Ke-IV, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2014), h. 129-130.
76
Sugiyono, Metode Penelitian-Pendidikan-(Bandung: Alfabeta,2010).h.-341.
77
Emzir, Metode Penelitian Kualitatif: Analisis Data, h. 133.
65
ada jarak lagi), semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada
2. Meningkatkan ketekunan
apakah data yang telah ditemukan itu benar atau tidak, dengan cara melakukan
yang terkait penelitian, sehingga kemudian wawasan peneliti akan semakin luas
dan tajam.79
3. Triangulasi
78
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, h. 270
79
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, h. 272.
80
Emzir, Metode Penelitian Kualitatif: Analisis Data, h. 189.
35
BAB IV
PENETAPAN PEMBAGIAN HARTA BERSAMA PADA PRAKTIK IZIN
POLIGAMI DITINJAU HUKUM ISLAM (Analisis Putusan Nomor
419/Pdt.G/2020/Pa.Sgm)
A. Gambaran Umum Pengadilan Agama Sungguminasa Kelas IB
1. Sejarah Berdirinya Pengadilan Agama Sungguminasa Kelas IB
Kepala Daerah TK.II Gowa yang pertama “Andi Ijo Dg Mattawang Karaeng
Lalowang “ yang juga disebut nama Sultan Muhammad Abdul Kadir Aididdin
Tumenanga Rijongaya, dan merupakan Raja Gowa yang terakhir (Raja Gowa ke
XXXVI).
bidang agama, demikian secara turun temurun mulai diperkirakan tahun 1857
sampai dengan Qadli yang keempat tahun 1956
No Kecamatan Kelurahan/Desa
1 Somba Opu Kelurahan Sungguminasa
Kelurahan Bonto-Bontoa
Kelurahan Batang Kaluku
Kelurahan Tompo Balang
Kelurahan Katangka
Kelurahan Pandang-Pandang
Kelurahan Kalegowa
Kelurahan Tombolo
Kelurahan Tamarunang
Kelurahan Bontoramba
Kelurahan Paccinongang
Kelurahan Romang Polong
Kelurahan Samata
Kelurahan Mawang
2 Pallangga Kelurahan Pangkabinanga
Kelurahan Tetebatu
Kelurahan Parangbanoa
Kelurahan Mangalli
Desa Je'netallasa
Desa Bontoala
Desa Pallangga
Desa Bungaejaya
Desa Toddotoa
Desa Panakkukang
Desa Julukanaya
Desa Julubori
Desa Taeng
Desa Julupa'mai
Desa Kampili
Desa Bontoramba
40
Desa Katangka
Desa Bulogading
Desa Butegulung
Desa Bontobiraeng Selatan
Desa Kalebarembeng
7 Bontomarannu Kelurahan Borongloe
Kelurahan Bontomanai
Kelurahan Romang Lompoa
Desa Pakatto
Desa Nirannuang
Desa Sokkolia
Desa Romangloe
Desa Mata Allo
Desa Bili-Bili
8 Pattallassan Desa Timbusseng
Desa Pattallassang
Desa Pallantikang
Desa Paccellekang
Desa Sunggumanai
Desa Panaikang
Desa Je'nemadinging
Desa Borongpa'la'la
9 Bontonompo selatan Desa Sengka
Desa Tanrara
Kelurahan Bontoramba
Desa Tindang
Desa Pa'bundukang
Desa Salajengki
Desa Salajo
Desa Bontosunggu
Desa Jipang
10 parangloe Kelurahan Lannai
Kelurahan Bontoparang
Desa Barisallo
Desa Lonjoboko
Desa Belapunrangnga
Desa Botokassi
42
Desa Belabori
11 Manuju Desa Pattallikang
Desa Moncongloe
Desa Tanakaraeng
Desa Manuju
Desa Tamalate
Desa Bilalang
Desa Tassese
12 Tinggimoncong Kelurahan Malino
Kelurahan Bulutana
Kelurahan Gantarang
Kelurahan Pattapang
Kelurahan Bontolerung
Kelurahan Garassi
Desa Parigi
13 Tombolo pao Kelurahan Tamaona
Desa Pao
Desa Tonasa
Desa Kanreapia
Desa Tabbinjai
Desa Mamampang
Desa Erelembang
Desa Bolaromang
Desa Balasukka
14 Tompobulu Kelurahan Malakaji
Kelurahan Cikoro
Desa Bontobuddung
Desa Tanete
Desa Garing
Desa Rappoala
Desa Datara
Desa Rappolemba
15 Biringbulu Kelurahan Lauwa
Desa Tonrorita
Desa Taring
Desa Pencong
Desa Parangloe
43
Desa Lembangloe
Desa Beru Tallasa
Desa Borimasunggu
Desa Batu Rappe
Desa Batu Malonro
Desa Julukanaya
16 Bungaya Kelurahan Sapaya
Desa Bontomanai
Desa Mangempang
Kelurahan Jenebatu
Desa Buakkang
Desa Rannaloe
Desa Bissoloro
17 Bontolempangan Desa Bontoloe
Desa Julumate'ne
Desa Paranglompoa
Desa Bontotangnga
Desa Bontolempangan
Desa Pa'landingan
Desa Ulu Jangang
Desa Lassa-Lassa
18 Parigi Desa Majannang
Desa Jonjo
Desa Manimbahoi
Desa Sicini
Desa Bilanrengi
1. Perkawinan
2. Waris
3. Wasiat
4. Hibah
5. Wakaf
6. Zakat
7. Infak
8. Shodaqoh
a. Bank Syariah
c. Asuransi
d. reksadana syari’ah
f. sekuritas syari’ah
g. pembiayaan syaria’ah
h. pengadaian
81
Abdullah Tri Wahyudi, Kewenangan Bsolut Peradilan Agama Di Indonesia Pada Masa
Klonial Belanda Hingga Masa Pasca Reformasi, jurnal YUDISIA, vol. 7, No. 2 desember 2016. h.
302.
45
j. bisnis syari’ah
VISI
MISI
a. Ketua
- Memimpin pelaksanaan tugas Pengadilan Agama;
- Menetapkan sasaran kegiatan setiap tahun;
- Menetapkan dan menjadwalkan rencana kegiatan;
- Membagi tugas dan mengarahkan pelaksanaan kegiatan di lingkungan
Pengadilan Agama;
- Memantau pelaksanaan tugas bawahan;
- Mengadakan Rapat dinas,
- Menetapkan rumusan Pengadilan Agama;
- Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait;
- Menanggapi dan memecahkan masalah yang muncul di lingkungan
Pengadilan Agama;
- Mengadakan konsultasi dengan atasan setiap saat diperlukan;
- Menunjuk dan menetapkan tugas majelis hakim dan mengatur pembagian
tugas para hakim untuk melakukan sidang perkara;
- Menetapkan dan memerintahkan eksekusi/sita eksekusi suatu keputusan;
- Mengitsbatkan dan menentukan tim hisab rukyat hilal di Pengadilan
Agama;
- Menunjuk dan menentukan rohaniawan untuk mendampingi
penyumpahan pejabat/pegawai serta memberikan nasehat tentang hukum
Islam sebagai upaya penyuluhan hukum kepada masyarakat;
- Melaksanakan tugas khusus yang diberikan oleh atasan;
- Mengevaluasi prestasi kerja para aparat di lingkungan Pengadilan
Agama.
47
b. Wakil Ketua
- Mewakili Ketua Pengadilan Agama dalam hal :
- Memimpin pelaksanaan tugas Pengadilan Agama;
- Menetapkan sasaran setiap tahun kegiatan;
- Menetapkan dan menjadwalkan rencana kegiatan;
- Membagi tugas dan menentukan penanggung jawab kegiatan;
- Menggerakkan dan mengarahkan pelaksanaan kegiatan di lingkungan
Pengadilan Agama;
- Memantau pelaksanaan tugas bawahan;
- Mengadakan rapat dinas;
- Menetapkan rumusan Pengadilan Agama;
- Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait;
- Menanggapi dan memecahkan masalah yang muncul di lingkungan
Pengadilan Agama;
- Mengadakan konsultasi dengan atasan setiap saat diperlukan;
- Menunjuk dan menetapkan tugas majelis hakim dan mengatur pembagian
tugas para hakim untuk melakukan sidang perkara;
- Menetapkan dan memerintahkan eksekusi/sita eksekusi dalam suatu
keputusan;
- Mengitsbatkan dan menentu tim hisab rukyat hilal di Pengadilan Agama;
- Menunjuk dan menentukan rohaniawan untuk mendampingi
penyumpahan pejabat/pegawai serta memberikan nasehat tentang hukum
Islam sebagai upaya penyuluhan hukum kepada masyarakat;
- Melaksanakan tugas khusus yang diberikan oleh atasan;
- Mengevaluasi prestasi kerja para aparat di lingkungan Pengadilan
Agama;
- Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Ketua Pengadilan Agama.
c. Hakim
- Menjadi Ketua dan Anggota Majelis sidang atas penunjukan Ketua
Pengadilan Agama;
- Meneliti dan mempelajari berkas yang akan disidangkan;
48
d. Panitera
- Memimpin pelaksanaan tugas kepaniteraan;
- Menetapkan sasaran kegiatan kepaniteraan;
- Menyusun dan menjadwalkan rencana kegiatan;
- Membagi tugas kepada bawahan dan menetapkan penanggung jawab
kegiatan Kepaniteraan;
- Menggerakkan dan mengarahkan pelaksanaan kegiatan di lingkungan
Kepaniteraan;
- Memantau pelaksanaan tugas bawahan;
- Mengadakan rapat dinas;
- Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait;
- Menanggapi dan memecahkan masalah yang muncul di bidang
Kepaniteraan;
- Mengadakan konsultai dengan atasan setiap saat diperlukan;
- Menyusun konsep pembinaan hukum agama dan melaksanakan hisab
rukyat;
- Melaksanakan tugas khusus yang diberikan oleh atasan;
- Mengevaluasi prestasi kerja para aparat di lingkungan kepaniteraan;
- Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Ketua Pengadilan Agama;
49
e. Sekretaris
- Memimpin pelaksanaan tugas kesekretariatan;
- Menetapkan sasaran kegiatan kesekretariatan setiap tahun kegiatan
- Menyusun dan menjadwalkan rencana kegiatan;
- Membagi tugas kepada bawahan dan menetapkan penanggung jawab
kegiatan Kesekretariatan;
- Menggerakkan dan mengarahkan pelaksanaan kegiatan di lingkungan
kesekretariatan;
- Memantau pelaksanaan tugas bawahan;
- Mengadakan rapat dinas;
- Menyiapkan konsep rumusan kebijaksanaan pimpinan di bidang
Kepegawaian/Kesekretariatan;
- Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait;
50
Keadaan Perkara Sisa Tahun 2020 dan Yang Masuk di Pengadilan Agama
Sungguminasa Kelas IB Tahun 2021 Berdasarkan Klasifikasi Perkara
Ket: perkara yang mengajukan tingkat banding 11 perkara dan perkara yang
mengajukan tingkat kasasi 5 perkara
51
Total 3
Total 2
Dalam al-qur’an tidak di atur secara rinci tentang harta bersama. Hal itu,
kompilasi hukum islam (KHI) mengaturnya dengan dasar kebiasaan yang telah
diterima dalam kehidupan masyarakat Indonesia dan tidak bertentangan dengan
syari'at. pada hukum Islam, kebiasaan semacam ini disebut urf yang bisa menjadi
dasar penentuan hukum.
Dalam Islam tidak di atur secara rinci tentang pembagian harta bersama.
Tetapi Islam hanya memberikan rambu-rambu secara umum dalam menyelesaikan
masalah harta bersama. Pembagian harta bersama tergantung kepada kesepakatan
suami dan istri. Kesepakatan ini di dalam Al Qur‟an disebut dengan istilah “Ash
Shulhu“, yaitu perjanjian untuk melakukan perdamaian antara kedua belah pihak
(suami istri) setelah mereka berselisih.
82
makalah, sekripsi, dan materi kuliah: Tinjauan Hukum (Pengertian,Tujuan, Fungsi)
(dukunmahasiswa.blogspot.com) (7 juni 2022)
52
Isi ini
Harta bersama yang di artikan sebagai harta kekayaan yang di hasilkan
antara suami dan istri masih dalam ikatan pernikahan Atau dengan perkataan lain
harta bersama ialah harta yang di hasilkan melalui dari Syirkah antara suami istri
sehinggah adanya percampuran anatara harta yang satu dengan harta yang lain dan
tidak dapat di beda-bedakan dengan yang lain. Maka tidak disalahkan apabila
syirkah di laksanakan di indonesia. Dalam hal ini akan di bahas secara fikih.
1. Menurut Fikih
Harta bersama ialah harta kekayaan yang di peroleh antara suami dan istri
dalam ikatan perkawinan, atau harta yang hasilkan dari perkongsian antara suami
dan istri. Dalam kitab-kitab fiqih, perkongsian di sebut dengan syarikah atau
83
Happy Susanto, Pembagian Harta Gono-Gini Setelah Terjadinya Perceraian, (Bandung:
Alumni, 2005), h. 2
53
syirkah berasal dari bahasa arab. Para ulama mazhab sepakat bahwa ada
perkonsian yang di perbolehkan dan ada pula perkongsian yang tidak di
perbolehkan.
Harta bersama tidak di jelaskan secara rinci di dalam al-Qur’an itu sendiri
ataupun aturan tentang harta bersama apalagi dalam perkara poligami, tetapi
secara umum di munkinkang terbentuknya harta bersama dalam suatu perkawinan
sebagaimana di dalam surat An Nisa ayat 32, yang berbunyi:84
Ayat di atas menjelaskan bahwa laki-laki dan perempuan apa yang mereka
usahakan maka mendapat bagian. bahwa Allah Swt telah membebani laki-laki dan
wanita dengan berbagai pekerjaan. Dan untuk laki-laki di bebankan perkara-
perkara yang khusus bagi mereka, dan mendapatkan bagian-bagian khusus dari
pekerjaan mereka tanpa adanya kaum wanita. Bagi wanita dibebani berbagai
pekerjaan khusus pula bagi mereka, dan juga mendapatkan bagian-bagian khusus
84
Kementrian Agama RI. Alquran dan Terjemahnya, h.
54
dari pekerjaan mereka tanpa adanya kaum laki-laki. Kedua-duanya tidak boleh iri
terhadap apa yang telah di bebani apa yang telah di khususkan bagi mereka.
PERTIMBANGAN HUKUM
1 (satu) unit rumah beserta tanahnya seluas 150 m2 (seratus lima puluh
meter persegi) yang terletak di Jalan Gassing Dg. Tiro RT. 003 RW. 005
Kelurahan Batangkaluku Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa,
sebagaimana diuraikan dalam Akta Jual Beli Nomor: 79/KSO/KBK/I/06,
Persil Nomor. 2 S.II, Kohir nomor. 929 C.1;
1 (satu) unit rumah beserta tanahnya seluas 162 m2 (seratus enam puluh
dua meter persegi) yang terletak di Jalan Gassing Dg. Tiro RT. 003 RW.
005 Kelurahan Batangkaluku Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa,
sebagaimana diuraikan dalam Akta Jual Beli Nomor: 118/2011, Persil
Nomor. 2 S.II, Kohir nomor. 752 C.1;
1 (satu) unit rumah beserta tanahnya seluas 92 m2 (sembilan puluh dua
meter persegi) yang terletak di Jalan Gassing Dg. Tiro RT. 003 RW. 005
Kelurahan Batangkaluku Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa,
sebagaimana diuraikan dalam Akta Jual Beli Nomor: 280/2016, Persil
Nomor. 2 S.II, kohir nomor. 463 C.1;
1 (satu) unit motor Nomor Polisi: DD 3488 YI Tahun : 2018 No. Rangka:
MH1JM1115JK 593733 No. Mesin: JM11E1573341
1 (satu) unit mobil Nomor Polisi: DD 1320 LO Tahun : 2016 Nomor
Rangka: MHFE2CK3JGK040898 Nomor Mesin: 35ZDGA5506.
oleh Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Somba Opu,
Kabupaten Gowa pada tanggal 12 November 2001, telah bermeterai cukup dan
telah dicocokkan dengan aslinya sehingga memiliki kekuatan pembuktian
sebagaimana ketentuan Pasal 285 R.Bg, maka telah terbukti bahwa Pemohon
dengan Termohon telah terikat dalam perkawinan yang sah, sehingga baik
Pemohon maupun Termohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk
mengajukan permohonan perceraian.
2. Bahwa antara Pemohon dan Termohon masih tinggal bersama dalam satu
rumah.
Sebidang tanah dan rumah berukuran 150 m2 yang terletak di Jalan Gassing
Dg. Tiro Nomor 2 SII, Kohir Nomor 929 C1 dengan batas-batas : Sebelah
Utara : Tanah milik Agustinus Hada Sebelah Timur : Tanah milik Dg. Tarra
Sebelah Selatan: Tanah milik Dg. Tarra Sebelah Barat : Tanah milik Dg.
Tika
ث َو ُربٰ َع ۚ فَاِ ْن ِخ ْفتُ ْم ِ واِ ْن ِخ ْفتم اَاَّل ُت ْق ِسطُوا ىِف الْيت ٰٰمى فَانْ ِكحوا ما طَاب لَ ُكم ِّمن الن
َ ِّساۤء َم ْثىٰن َوثُ ٰل
َ َ ْ َ َ ُْ َ ْ ُْ َ
ك اَ ْد ٰنٓى اَاَّل َتعُ ْولُْو ۗا ِ ِ ِ
ْ اَاَّل َت ْعدلُْوا َف َواح َدةً اَْو َما َملَ َك
َ ت اَمْيَانُ ُك ْم ۗ ٰذل
Terjemahannya:
61
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah
wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian
jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang
saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih
dekat kepada tidak berbuat aniaya.”
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Pasal 55 ayat (2)
serta Pasal 58 Kompilasi Hukum Islam.
dengan adanya izin poligami memiliki kepentingan yang urgent untuk menjamin
serta memberikan kepastian hukum atas harta bersama Pemohon dan Termohon
sebelum Pemohon menikah lagi dengan isteri keduanya sehingga menjamin hak-
hak dari Termohon sebagai isteri pertama hal ini sebagaimana diatur dalam
ketentuan Pasal 94 Kompilasi Hukum Islam.
a. Sebidang tanah dan rumah berukuran 150 m2 yang terletak di Jalan Gassing
Dg. Tiro Nomor 2 SII, Kohir Nomor 929 C1 dengan batas-batas :
Sebelah Barat : Tanah milik Dg. Tika b. Sebidang tanah dan rumah berukuran
80 m2 yang terletak di Jalan Gassing Dg. Tiro Nomor 2 SII, Kohir Nomor
463 C1 dengan batas-batas :
Sebelah Barat : Tanah milik Sittiara binti H. Sampara c. Sebuah motor Honda
Beat dengan Nomor Polisi DD 3488 YI d. Sebuah mobil mobil Toyota Rush
dengan Nomor Polisi DD 1320 LO Menimbang, bahwa ketentuan Pasal 35
ayat (1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan mengatur
bahwa harta bersama adalah harta yang diperoleh dalam masa perkawinan,
oleh karenanya berdasarkan ketentuan tersebut majelis menetapkan harta
64
MENGADILI
e. Sebidang tanah dan rumah berukuran 150 m2 yang terletak di Jalan Gassing
Dg. Tiro Nomor 2 SII, Kohir Nomor 929 C1 dengan batas-batas :
Sebelah Barat : Tanah milik Dg. Tika f. Sebidang tanah dan rumah
berukuran 80 m2 yang terletak di Jalan Gassing Dg. Tiro Nomor 2 SII,
Kohir Nomor 463 C1 dengan batas-batas :
Pada ketentuan dalam kebolehan beristeri lebih dari seorang telah di atur
dalam undang-undang, namun ketentuan tersebut juga telah mengatur
pembatasan-pembatasan terkait dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
seorang suami yang ingin melakukan poligami. negara dalam hal ini pemerintah
juga semakin memberikan pengetatan terhadap kebolehan berpoligami dengan
mensyaratkan keadaan tertentu bagi istri Pemohon poligami yang harus terpenuhi
secara optional apabila ingin mendapatkan izin dari Pengadilan Agama yaitu 1)
istri tidak dapat melaksanakan kewajibannya 2) istri mendapat cacat badan atau
penyakit yang tidak dapat disembuhkan 3) istri tidak dapat melahirkan keturunan,
sebagaimana yang termuat dalam ketentuan Pasal 4 ayat (2) Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan jo. Pasal 41 huruf (a) Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
ث َو ُربٰ َع ۚ فَاِ ْن ِخ ْفتُ ْم ِ واِ ْن ِخ ْفتم اَاَّل ُت ْق ِسطُوا ىِف الْيت ٰٰمى فَانْ ِكحوا ما طَاب لَ ُكم ِّمن الن
َ ِّساۤء َم ْثىٰن َوثُ ٰل
َ َ ْ َ َ ُْ َ ْ ُْ َ
ك اَ ْد ٰنٓى اَاَّل َتعُ ْولُْوا ِ ِ ِ
ْ اَاَّل َت ْعدلُْوا َف َواح َدةً اَْو َما َملَ َك
َ ت اَمْيَانُ ُك ْم ۗ ٰذل
Terjemahannya:
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah
wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian
jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang
saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih
dekat kepada tidak berbuat aniaya.”
Pada ketentuan dalam kebolehan beristeri lebih dari seorang telah di atur
dalam al-quran, namun ketentuan tersebut juga telah mengatur pembatasan-
pembatasan terkait dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang suami
yang ingin melakukan poligami. syarat-syarat pembatasan poligami salah satunya
ialah mampu berlaku adil, apabila tidak bisa maka sebaiknya tidak melakukan
poligami. Dan juga diatur Pasal 57 Kompilasi Hukum Islam, selain syarat
berkaitan dengan keadaan istri Pemohon Poligami, terdapat juga syarat-syarat
kumulatif yang harus dipenuhi oleh Pemohon izin poligami yaitu, 1) Harus
mendapat persetujuan dari istri 2) memiliki kemampuan untuk menjamin
kehidupan isteri-isteri dan anak-anaknya 3) Mampu berlaku adil.
Maka dari itu implikasi hukum dari penetapan harta bersama ialah
mencegah dari perceraian dan mencegah pertikaian di sebab kan adanya
percampuran harta.
dalam penetapan harta bersama dalam praktik izin poligami. Adapun indikator-
indikator dalam mencegah perceraian ialah
a. adanya kesepakatan
b. adanya harta
sehinggah seorang suami harus memberikan nafkah kepada istri dan ana-
anaknya, baik dalam urusan papan (tempat tinggal), pangan (makanan), sandang
(pakaian), serta lainnya yang bersifat kebendaan. Sehinggah seorang suami ingin
melakukan poligami maka harus dapat memberikan nafkah. Jika tidak mampu
yang sanggup dipenuhi hanya dua maka baginya haram untuk menikahi dengan
tiga orang, jika sanggup hanya tiga orang maka haram baginya menikah dengan
empat orang. Sehinggah ingin melakukan poligami maka harus berlaku adil dan
hiper sexs adalah orang dalam kelebihan dalam sexs, hal ini banyak
merupakan persoalan yang jarang di temukan tapi bisa mengakibatkan sebuah
perceraian, karena apabila seorang istri tidak meampu melayani suaminya ia tidak
kuata dalam melakukan hal tersebut seorang bisa menceraikan istrinya, da
1. pencegahan perceraian
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B.Saran
70
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Boedi. dan Beni Ahmad Saebani, Perkawinan dan Perceraian
Keluarga Muslim, Bandung: Pustaka Setia, 2013.
Abidin, Slamet dan Aminuddin, Fiqh Munakahat, Cet Ke-1, Bandung: Pustaka
Setia, 1999.
Al zuhaily,Wahbah. al- Fiqhul Islami wa Adillatuhu, juz. 2.
Ali, Zainudin. Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, Jakarta:
Sinar Grafika, 2006.
Al-Maragi,-Ahmad Mustafa.mTerjemahan Tafsir’Al-Maraghi 5,-Semarang: Toha
Putra-1993.
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosia: Format 2 Kuantitatif Dan
Kualitatif, Surabaya: Airlangga university Press, 2005.
Dahlan, Abdul Aziz. dkk. Ensiklopedia Hukum Islam “Monogami, Bihami, dan
Poligami”, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997.
71
Emzir, Metode Penelitian Kualitatif: Analisis Data, Cet Ke-IV, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2014.
Faesal, Sanafiah. Dasar dan Teknik Penelitian Keilmuan Sosial, Surabaya: Usaha
Nasional, 2002.
Fatoni, Abdurrahman. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyususna Skripsi
Jakarta: Rineka Cipta,2011.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Reserch Yogyakarta: Andi Ofset, Edisi Refisi, 2002.
Harahap, M. Yahya. Perlawanan Terhadap Eksekusi, Bandung, PT Citra Aditya
Bakti: 1993.
Hasan, M. Ali. Berbagi Macam Transaksi Dalam Islam, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2004.
Husein, Imanuddin. Satu Isteri Tak Cukup Jakarta: Khaznah, 2003.
Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial, Jakarta: Erlangga, 2009.
Ihcsan, Muchammad. pengantar Hukum Islam, Yogyakarta: percetakan
muhammadiyah “gramasurya” 2015.
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta:
Perum Percetakan Negara RI, 2015.
Khalaf, Abdul Wahab. Ilmu Ushul fikih, terjm. Halimuddin Jakarta: Rineka Cipta,
2012.
Labib MZ, Pembelaan Umat Muhammad Surabaya: Bintang Pelajar 1986.
Manan, Abdul. Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Jakarta:
Kencana, 2006.
------, Abdul. Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta,
Kencana Prenada Media Group, 2008.
Mardani, Hukum Perkawinan Islam Di Dunia Islam Modern, Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2011.
Muinawwir, Ahmad Warson. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,
Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.
Nuroniyah,Wasmandan Wardah. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Teras
Yogyakarta,Tahun 2011.
Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa departemen pendidikan dan
kebudayaan, kamus besar bahasa indonesia, edisi kedua, jakarta, balai
pustaka, 1995, cet. Ke VII.
Quthb, Sayyid. Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an Jilid 2 Jakarta: Gema Insani, 2002.
Rasyid, H. Roihan A. Hukum Acara Peradilan Agama. Jakarta: Rajagrafindo
Persada, 2016.
Rofiq, Ahmad. Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Edisi Revisi, Cet. 1. Jakarta:
Rajawali Pers, 2013
Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Qur‟an; Tafsir Maudhu‟i atas Pelbagai
Persoalan Umat Bandung: Mizan, 1996.
-------, Muhammad Quraish. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Quran, Jakarta: Lentera Hati, 2005.
Soekanto, Soerjono. Kamus Hukum Adat, Alumni, Bandung, Cet. Ke-1, 2009.
72
Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
Kompilasi Hukum Islam (KHI)
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 9 Tahun 1975 tentang Peraturan Pelaksana
Tentang Pekawinan.
74
DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Dokumentasi Penelitian
TERHADAP PENETAPAN
KEBERLANGSUNGAN PENDIDIKAN
pasangan Ayahanda Andi Muhammad Nasri dan Ibunda Andi Rosmiati. Riwayat
Makassar dan berhasil lulus di Jurusan Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah
dan Hukum, penulis pernah menjadi pengurus di Ikatan Penggiat Peradilan Semu
Jurusan Hukum Keluarga Islam (2019-2020) dan salah satu pendiri Lembaga
Debat dan Riset Hukum (LDRH) Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam
77
Negeri (UIN) Alauddin Makassar. Penulis pun pernah beberapa kali mengukir
prestasi pada tingkat regional maupun nasional diantaranya; Juara 1 Internal Moot
Court Compettion Tahun 2019, Juara 3 Lomba Debat Hukum Nasional Alauddin
Law Fair, Juara 1 Lomba Debat Pekan Ilmiah FSH Uinam Tahun 2021. Juara 2
Lomba Debat Hukum Poros Intim PTKIN Se-Indonesia Timur Tahun 2021. Juara
3 Lomba Debat Hukum OASE PTKIN Se- Indonesia tahun 2021. Peserta