KONTEKS KEKINIAN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh :
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh:
Di Bawah Bimbingan:
Sidang Munaqasyah
Anggota
Segala puji dan syukur dirafa’kan ke hadrat Allah; Tuhan sekalian alam;
yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang; dan yang sentiasa melimpahkan
mulia, manusia teladan, insan pilihan, rasul termulia yakni Nabi Muhammad
SAW, ahli keluarganya, para sahabat dan tabien serta al-sabiqun dan al-awwalun
serumpun ini sebagai seorang mahasiswa internasional. Yang mencetus ide untuk
pengetahuan, ‘ibrah dan teladan, serta mengimarah antara pusat pengajian Islam.
Konteks Kekinian’.
ilmiah, penulis menyedari bahwa tidak mungkin penulisan skripsi ini selesai
tanpa dorongan motivasi, saran dan kritik dari semua pihak. Jadi pada
1. Bpk. Prof. DR. Zainon Kamaluddin Fakih, MA., selaku Dekan Fakultas
2. Dr. Bustamin, M.Si, Ketua Jurusan Tafsir Hadis, dan Bpk Rifqi
i
3. Dr. Atiyatul Ulya, M.A, Dosen Pembimbing Skripsi, yang banyak
4. Seluruh tenaga pengajar program studi Tafsir Hadis (TH), Seluruh staf
dan Hadi. Teman-teman Indonesia Atik, Nita dan selainnya. Juga tidak
Semoga usaha kecil penyusunan skripsi ini sebagai satu amal yang ikhlas,
yang membuahkan ganjaran di sisi Allah, yang menghasilkan karya ilmiah yang
Akhirnya, segala kesempurnaan itu adalah mutlak milik sang Pencipta dan
Penulis
ii
PEDOMAN TRANSLITERASI
a. Padanan Aksara
Huruf Huruf
Keterangan
Arab Latin
ا tidak dilambangkan
ب B be
ت T te
ث Ts te dan es
ج J je
ح H ha dengan garis di bawah
خ Kh ka dan ha
د D de
ذ Dz de dan zet
ر R er
ز Z zet
س S es
ش Sy es dan ye
ص S es dengan garis di bawah
ض D de dengan garis di bawah
ط Th te dan ha
ظ Z zet dengan garis di bawah
ع ‘ koma terbalik diatas hadap kanan
غ Gh ge dan ha
ف F ef
ق Q ki
ك K ka
ل L el
م M em
ن N en
و W we
هـ H ha
ء ` apostrof
ي Y ye
b. Vokal
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
َ a fathah
ِ i kasra
ُ u dammah
Adapun Vokal Rangkap
iii
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
َ ي ai a dan i
َ و au a dan u
c. Vokal Panjang
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ـَـﺎ â a dengan topi di atas
ــــِــﻲ î i dengan topi di atas
ــــُـــﻮ û u dengan topi di atas
d. Kata Sandang
Kata sandang yang dalam Bahasa Arab dilambangkan dengan huruf ()ال,
dialih-aksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti huruf syamsiyyah maupun
huruf qamariyyah. Contoh = اﻟﺸﻤﺴﻴﺔal-syamsiyyah, = اﻟﻘﻤﺮﻳﺔal-qamariyyah.
e. Tasydîd
Dalam alih-aksara, tasydîd dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan
menggandakan huruf yang diberi tanda tasydîd itu. Tetapi hal ini tidak berlaku
jika huruf yang menerima tasydîd itu terletak setelah kata sandang yang diikuti
huruf-huruf samsiyyah.
f. Ta Marbûtah
Jika ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf
tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/. begitu juga jika ta marbûtah tersebut
diikuti kata sifat (na‘t). Namun jika ta marbûtah diikuti kata benda (ism), maka
huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/.
g. Huruf Kapital
Huruf kapital digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Jika nama didahulukan oleh kata sandang,
maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan
huruf awal atau kata sandangnya . Contoh = اﻟﺒﺨﺎرal-Bukhâri.
iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
C. Kegiatan Iktibar............................................................................. 13
v
BAB III RELEVANSI TEKS HADIS DENGAN KONTEKS
BAB IV KESIMPULAN
A. Kesimpulan .................................................................................. 81
B. Saran-saran .................................................................................. 82
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini, seluruh jagat telah menyaksikan nasib malang yang dialami oleh
persoalan teologi, penguasaan ekonomi, media massa dan sebagainya. Kita telahpun
tanah dan negara Islam Irak, Afghanistan, juga ancaman terhadap Iran,
pendominasian ekonomi dan industri oleh Barat, pemurtadan serius dalam kalangan
muda mudi, kekaburan fakta benar dalam informasi maklumat dan lain-lain.
Problem tersebut ini bukan hanya fenomena semasa. Ini karena, buku-buku
sejarah dan peradaban telah mencatat kekelaman dunia Islam dahulu akibat
serangan tentera Monggol, 1 kehancuran Turki Usmani yang dipimpin oleh bapa
modern Kamal Artartuk, 2 dan perebutan kuasa di Sepanyol oleh tentera Kristen di
bawah pimpinan Ferdinand III dari Castilla yang menyebabkan supremasi Islam
Apa yang menimpa dunia Islam modern ini dari sudut sebab, strategi, metode
dan akibatnya adalah sama dengan apa yang menimpanya dunia Islam terdahulu,
1
2
kehilangan akal apakah ini semua disebabkan karena takut, tiada kuasa, atau pokok
dan punca masalah sebenarnya adalah penyakit al-wahn; satu ungkapan yang
bermaksud cinta dunia dan takut mati di dalam sebuah hadis yang berisi petunjuk
ﻦ ﺟَﺎ ِﺑ ٍﺮ
ُ ْﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ اﺑ
َ ﻦ َﺑﻜْ ٍﺮ
ُ ْﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ ِﺑﺸْ ُﺮ ﺑ
َ ﻲ
ﻦ ِإﺑْﺮَاهِﻴ َﻢ اﻟ ﱢﺪ َﻣﺸْ ِﻘ ﱡ
ُ ْﻦ ﺑ
ِ ﻋﺒْ ُﺪ اﻟ ﱠﺮﺣْ َﻤ
َ ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ
َ
ﻚ اﻟُْﺄ َﻣ ُﻢ
ُﺷ
ِ ﺳﱠﻠ َﻢ ﻳُﻮ
َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو
َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠ ُﻪ
َ ِل اﻟﻠﱠﻪ
ُ ل َرﺳُﻮ
َ ل ﻗَﺎ
َ ن ﻗَﺎ
َ ﻋﻦْ َﺛﻮْﺑَﺎ
َ ﺴﻠَﺎ ِم
ﻋﺒْ ِﺪ اﻟ ﱠ
َ ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨِﻲ َأﺑُﻮ
َ
ْل َﺑﻞ
َ ﻦ َﻳﻮْ َﻣ ِﺌ ٍﺬ ﻗَﺎ
ُ ْل ﻗَﺎﺋِﻞٌ َو ِﻣﻦْ ِﻗﱠﻠ ٍﺔ َﻧﺤ
َ ﻋَﻠﻴْ ُﻜﻢْ آَﻤَﺎ َﺗﺪَاﻋَﻰ اﻟَْﺄ َآَﻠ ُﺔ إِﻟَﻰ َﻗﺼْ َﻌ ِﺘﻬَﺎ َﻓﻘَﺎ
َ َأنْ َﺗﺪَاﻋَﻰ
ﻋ ُﺪوﱢ ُآ ْﻢ اﻟْ َﻤﻬَﺎ َﺑ َﺔ
َ ﺻﺪُو ِر
ُ ْﻦ اﻟﻠﱠ ُﻪ ِﻣﻦ
ﻋﱠ
َ ﻞ َوَﻟ َﻴﻨْ َﺰ
ِ ْﺴﻴ
ﻏﺜَﺎءٌ َآ ُﻐﺜَﺎ ِء اﻟ ﱠ
ُ َْأﻧْ ُﺘﻢْ َﻳﻮْ َﻣ ِﺌ ٍﺬ َآﺜِﻴﺮٌ َوَﻟ ِﻜ ﱠﻨ ُﻜﻢ
ﺣﺐﱡ اﻟ ﱡﺪﻧْﻴَﺎ
ُ ل
َ ﻦ ﻗَﺎ
ُ ْل اﻟﻠﱠﻪِ وَﻣَﺎ اﻟْ َﻮه
َ ل ﻗَﺎﺋِﻞٌ ﻳَﺎ َرﺳُﻮ
َ ﻦ َﻓﻘَﺎ
َ ْﻦ اﻟﻠﱠ ُﻪ ﻓِﻲ ُﻗﻠُﻮ ِﺑ ُﻜﻢْ اﻟْ َﻮه
ِﻣﻨْ ُﻜﻢْ َوَﻟ َﻴﻘْ ِﺬ َﻓ ﱠ
4
ت
ِ َْو َآ َﺮا ِه َﻴ ُﺔ اﻟْ َﻤﻮ
Artinya: Menyampaikan hadis kepada kami ‘Abd al-Rahman bin Ibrâhîm al-
Dimasyqî menyampaikan hadis pada kami Bisyr bin Bakr menyampaikan
hadis kepada kami Ibn Jâbir meriwayatkan hadis kepadaku Abû Abd al-
Salâm daripada Tsaubân berkata, telah bersabda Rasulullah SAW:
“Hampir saja bangsa-bangsa memangsa kalian sebagaimana orang-orang
lapar menghadapi meja penuh hidangan.” Seseorang bertanya, “Apa kami
saat itu sedikit”? Jawab beliau, “Bahkan kalian saat itu banyak, akan tetapi
kalian seperti buih di laut. Allah sungguh akan mencabut rasa takut dari
dada musuh kalian, dan Allah sungguh akan mencampakkan penyakit wahn
ke dalam hatimu.” Seseorang bertanya, “Ya Rasulullah, apa itu wahn?
Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati”. 5
4
Abî Dâwud Sulaimân bin al-`Asy‘ast al-Sijistânî 202-275, Sunan Abî Dâwud, (T.tp.: Dar al-
A‘lam, 1423H/2003M), cetakan pertama, h. 698.
5
‘Umar Sulaimân al-Asyqar, Al-Yaum al-Akhîr al-Qiyâmah al-Sughrâ wa ‘Alâmât al-qiyâmah
al-Kubrâ, penerjemah Irfan Salim, (T.tp.:PT Serambi Ilmu Semesta, Rabiulakhir 1421H/Juli 2000M),
cetakan kesatu, h. 161.
3
Namun demikian, problem yang menyangkut teks sebuah hadis masih dapat
saja muncul. Apakah pemahaman makna sebuah ritual hadis harus dikaitkan dengan
konteksnya (substance) atau tidak? Apakah konteks tersebut berkaitan dengan pribadi
pengucapnya saja, atau mencakup pula mitra bicara dan kondisi sosial ketika
dengan kondisi zaman-zaman setelah Nabi? Itulah sebagian persoalan yang dapat
hidup masyarakat saat ini, sangat jelas memperlihatkan kebenaran sabda Nabi SAW.
Gambaran yang jelas dan nyata daripada hadis dan fakta itu ialah ada satu
kelompok manusia yang dikuasai dan dijadikan makanan manakala ada satu
Sebab terjadinya tidak disebutkan dengan jelas dalam berita pertama. Kedua berita ini
saling keterkaitan yang mana salah satunya adalah satu bukti kebenarannya.
Pertamanya adalah hadis yang diungkap oleh Rasulullah SAW, dan kedua adalah
suatu bukti kebenarannya. Negara dan masyarakat Islam dijadikan makanan oleh
sekumpulan kelompok manusia dari Negara-negara dan agama bukan Islam yang
pada kenyataannya musuh agama. Mereka bangga dan tidak merasa takut terhadap
6
Makhsis Shahaby, ‘Integritas hadis Dalam Konteks Dakwah Islam’, artikel ini diakses pada
tanggal 31 Disember 2009 dari http://media.isnet.org/islam/Quraish/Membumi/Hadis.html.
4
Umat Islam adalah kelompok yang kalah, lemah dan senang dikuasai sehingga
dipisahkan dan juga diperkosa kesuciannya oleh penyantap hidangan. Mereka seperti
disebutkan dengan jelas oleh hadis, karena terkena penyakit al-wahn yakni ﺣﺐﱡ اﻟ ﱡﺪﻧْﻴَﺎ
ُ
ت
ِ ْوَآَﺮَا ِه َﻴ ُﺔ اﻟْ َﻤﻮ.
perjuangan menimpa umat sebelum Islam bahkan ia dijadikan sunnahtullah (qadâ` al-
Mubram) oleh Yang Maha Kuasa. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda
maksudnya; “Umatku akan ditimpa penyakit yang pernah menimpa umat terdahulu.”
Sahabat bertanya , “apakah penyakit umat terdahulu itu?” Nabi SAW menjawab; “
penyakit itu telah terlalu banyak seronok, terlalu mewah, menghimpun harta
sebanyak mungkin, tipu menipu dalam merebut harta benda dunia, saling memarah,
Penyakit yang disebutkan oleh Rasulullah SAW ini telah banyak kita lihat di
kalangan masyarakat muslim hari ini. Di sana sini kita melihat penyakit ini merebak
dan menular dalam masyarakat dengan ganasnya. Dunia Islam dilanda krisis rohani
yang sangat tajam dan meruncing. Dengan kekosongan rohani itulah mereka terpaksa
Pada saat itu, hilanglah nilai akhlak dan yang terwujud hanyalah kecurangan,
Maka jelaslah di sini bahwa hadis yang disabdakan Rasulullah SAW perlu
lebih diteliti kesahihan, esensi dan substansinya supaya pemahaman yang lebih tepat
karena al-wahn adalah satu wabah yang dapat memudaratkan pribadi umat muslim
dewasa ini dan memerlukan penjelasan yang lebih luas. Permasalahan inilah yang
ingin diangkat dalam judul skripsi, dan penulis merasa tertarik untuk meneliti dan
Konteks Kekinian”.
Dari pembahasan makna teks hadis di atas, adalah wabah al-wahn berdasarkan
kepada kitab Sunan Abû Dâwud, begitu banyak persoalan yang muncul tatkalah
berbicara tentang hadis Nabi dan relevansi kebenarannya dengan konteks kekinian.
Hal ini merupakan suatu indikasi akan menariknya pembahasan ini, kerana penyakit
yang terkandung di dalam teks hadis yang diketengahkan penulis adalah merupakan
antara simpton kemunduran umat Islam. Dalam penelitian ini, penulis lebih
kekinian.
6
Penulis juga akan membuat penelitian terhadap sanad dan matan hadis.
Mencoba menjelaskan apakah yang sebenarnya diartikan dalam hadis bersumber dari
kitab Sunan Abû Dâwud dan kitab Syarahnya ‘Aun al-Ma’bûd Syarh Sunan Abî
Dâwud’.
1. Bagaimana kualitas sanad dan matan hadis tentang al-wahn dalam kitab
Tujuan dan manfaat yang ingin digapai dalam penelitian ini antaranya adalah:
1. Tujuan Penelitian
dan kejelasan kedudukan dan status hadis tersebut apakah sahîh, hasan
atau da‘îf.
c. Mengetahui adakah teks hadis tersebut sesuai dan relevan atau tidak jika
2. Manfaat penelitian
c. Bagi memperoleh gelar Sarjana (SI) dalam bidang Tafsir Hadis di Fakultas
Ushuluddin.
D. Metodologi Penelitian
merangkum di dalamnya kritik sanad dan pendekatan kritik tekstual (matan) dengan
mengkaji hadis tersebut dari sisi pemahaman teksnya, apakah hadis itu memiliki
keseragaman redaksi, atau berbeda-beda redaksi dari sekian banyak sanad yang ada.
Dalam aspek penafsiran bagi mencari kaitan/relevansi dengan persoalan masa kini,
Adapun teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, disertasi), yang diterbitkan oleh UIN Syarif
E. Sistematika Penelitian
Penulisan skripsi ini dibuat dalam empat bab, adapun perinciannya adalah
sebagai berikut.
mengenai materi yang akan dibahas, yang merupakan penegasan pembatasan dan
perumusan masalah yang difokuskan kepada kasus relevansi kebenaran hadis dalam
sistematika penulisan.
Bab kedua adalah Takhrîj al-hadîts mengenai hadis al-Wahn. Pembahasan ini
periwayatan. Selain itu, ditelusuri biografi para periwayat dan komentar para ulama
riwayat tersebut.
melalui pembuktian-pembuktian.
9
kesimpulan dan jawaban dari yang ada pada pembahasan dan perumusan masalah
seluruh pembahasan, serta saran-saran yang dapat disampaikan oleh penulis dalam
penyusunan skripsi.
BAB II
ﻦ ﺟَﺎ ِﺑ ٍﺮ
ُ ْﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ اﺑ
َ ﻦ َﺑﻜْ ٍﺮ
ُ ْﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ ِﺑﺸْ ُﺮ ﺑ
َ ﻲ
ﻦ ِإﺑْﺮَاهِﻴ َﻢ اﻟ ﱢﺪ َﻣﺸْ ِﻘ ﱡ
ُ ْﻦ ﺑ
ِ ﻋﺒْ ُﺪ اﻟ ﱠﺮﺣْ َﻤ
َ ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ
َ
ﻚ
ُﺷ
ِ ﺳﱠﻠ َﻢ ﻳُﻮ
َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو
َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠ ُﻪ
َ ِل اﻟﻠﱠﻪ
ُ ل َرﺳُﻮ
َ ل ﻗَﺎ
َ ن ﻗَﺎ
َ ﻋﻦْ َﺛﻮْﺑَﺎ
َ ﺴﻠَﺎ ِم
ﻋﺒْ ِﺪ اﻟ ﱠ
َ ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨِﻲ َأﺑُﻮ
َ
ﻦ
ُ ْل ﻗَﺎﺋِﻞٌ َو ِﻣﻦْ ِﻗﱠﻠ ٍﺔ َﻧﺤ
َ ﻋَﻠﻴْ ُﻜﻢْ آَﻤَﺎ َﺗﺪَاﻋَﻰ اﻟَْﺄ َآَﻠ ُﺔ ِإﻟَﻰ َﻗﺼْ َﻌ ِﺘﻬَﺎ َﻓﻘَﺎ
َ اﻟُْﺄ َﻣ ُﻢ َأنْ َﺗﺪَاﻋَﻰ
ﺻﺪُو ِر
ُ ْﻦ اﻟﻠﱠ ُﻪ ِﻣﻦ
ﻋﱠ
َ ﻞ َوَﻟ َﻴﻨْ َﺰ
ِ ْﺴﻴ
ﻏﺜَﺎءٌ َآ ُﻐﺜَﺎ ِء اﻟ ﱠ
ُ ْل َﺑﻞْ َأﻧْ ُﺘﻢْ َﻳﻮْ َﻣ ِﺌ ٍﺬ َآﺜِﻴﺮٌ َوَﻟ ِﻜ ﱠﻨ ُﻜﻢ
َ َﻳﻮْ َﻣ ِﺌ ٍﺬ ﻗَﺎ
ل اﻟﻠﱠﻪِ َوﻣَﺎ
َ ل ﻗَﺎﺋِﻞٌ ﻳَﺎ َرﺳُﻮ
َ ﻦ َﻓﻘَﺎ
َ ْﻦ اﻟﻠﱠ ُﻪ ﻓِﻲ ُﻗﻠُﻮ ِﺑ ُﻜﻢْ اﻟْ َﻮه
ﻋ ُﺪوﱢ ُآ ْﻢ اﻟْ َﻤﻬَﺎ َﺑ َﺔ ِﻣﻨْ ُﻜﻢْ َوَﻟ َﻴﻘْ ِﺬ َﻓ ﱠ
َ
1
ت
ِ ْﺣﺐﱡ اﻟ ﱡﺪﻧْﻴَﺎ َو َآﺮَا ِه َﻴ ُﺔ اﻟْ َﻤﻮ
ُ ل
َ ﻦ ﻗَﺎ
ُ ْاﻟْ َﻮه
Artinya: Menyampaikan hadis kepada kami ‘Abd al-Rahman bin Ibrâhîm al-
Dimasyqî menyampaikan hadis pada kami Bisyr bin Bakr menyampaikan
hadis kepada kami Ibn Jâbir meriwayatkan hadis kepadaku Abû ‘Abd al-
Salâm daripada Tsaubân berkata, telah bersabda Rasulullah SAW:
“Hampir saja bangsa-bangsa memangsa kalian sebagaimana orang-orang
lapar menghadapi meja penuh hidangan.” Seseorang bertanya, “Apa kami
saat itu sedikit”? Jawab beliau, “Bahkan kalian saat itu banyak, akan tetapi
kalian seperti buih di laut. Allah sungguh akan mencabut rasa takut dari
dada musuh kalian, dan Allah sungguh akan mencampakkan penyakit wahn
ke dalam hatimu.” Seseorang bertanya, “Ya Rasulullah, apa itu wahn?
Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati”. 2
B. Identifikasi Hadis
hadis adalah menemukan sanad-sanad hadis dan perawi-perawi hadis yang ada di
1
Abî Dâwud Sulaimân bin al-`Asy‘ats al-Sijistânî, Sunan Abî Dâwud, kitab Al-Malâhim,
hadis ke-4297, (T.tp.: Dar al-A‘lam, 1423H/2003M), cet. 1, h. 698.
2
‘Umar Sulaimân al-Asyqar, Al-Yaum al-Akhîr al-Qiyâmah al-Sughrâ wa ‘Alâmât al-qiyâmah
al-Kubrâ, penerjemah Irfan Salim, (T.tp.:PT Serambi Ilmu Semesta, Rabiulakhir 1421H/Juli 2000M),
cetakan kesatu, h. 161.
10
11
metode takhrîj al-hadîts bi al-lafaz (penelusuran hadis melalui lafal atau kata-kata
dalam matan hadis). 3 Untuk kepentingan takhrîj al-hadîts yang disebutkan, penulis
Dari matan hadis yang diperoleh di atas, apabila ditempuh metode takhrîj al-
Tujuan dan rasional penulis memilih lafal-lafal demikian adalah karena eksistensinya
yang asing ketimbang lafal selainnya. Adapun data yang disajikan oleh kitab al-
:ت
ِ ْﺣﺐﱡ اﻟ ﱡﺪﻧْﻴَﺎ َو َآﺮَا ِه َﻴ ُﺔ اﻟْ َﻤﻮ
ُ ﻦ ﻗَﺎل
ُ ْل ُﻗﻠْﻨَﺎ َوﻣَﺎ اﻟْ َﻮه
َ ﻦ ﻗَﺎ ُ َو َﻳﺠْ َﻌ, )وﻳﻠﻘﻰ4 ﻦ
َ ْﻞ ﻓِﻲ ُﻗﻠُﻮ ِﺑ ُﻜﻢْ اﻟْ َﻮه ُ َْوه
:ﻞ
ِ ْﺴﻴ ُ ْ َوَﻟ ِﻜ ﱠﻨ ُﻜﻢ, 5 ٌﻏﺜَﺎء
ﻏﺜَﺎءٌ َآ ُﻐﺜَﺎ ِء اﻟ ﱠ ُ
:ﻞ
ِ ْﺴﻴ ُ ْ َوَﻟ ِﻜ ﱠﻨ ُﻜﻢ, 6 ﻞ
ﻏﺜَﺎءٌ َآ ُﻐﺜَﺎ ِء اﻟ ﱠ ِ ْﺴﻴ
اﻟ ﱠ
٥ ﻣﻼﺣﻢ: د .1
Berdasarkan data dari kitab kamus al-Mu‘jam tersebut, ternyata riwayat untuk
3
Metode ini tergantung kepada kata-kata yang terdapat dalam matan hadis, baik hadis itu
berupa ism atau fi‘il. Para penyusun kitab-kitab takhrîj hadis menitikberatkan peletakan hadis-
hadisnya menurut lafal-lafal yang asing. Semakin asing ( ) ﻏﺮﻳﺐsuatu kata, maka pencarian hadis
akan semakin mudah dan efisien. Lihat Metode Takhrij Hadits, penerjemah Agil Husin Munawwar dan
Ahmad Rifqi Muchtar, (Semarang: Dina Utama, t.t), h. 60.
4
A.J Wensick, Al-Mu‘jam al-Mufahras li al-Alfâz al-Hadîts al-Nabawî, penerjemah M. Fouad
Abdel Baky, (Leiden: E.J. Brill, 1936 M), juz 7, h. 342.
5
A.J Wensick, Al-Mu‘jam al-Mufahras li al-Alfâz al-Hadîts al-Nabawî, juz 4, h. 406.
6
A.J Wensick, Al-Mu‘jam al-Mufahras li al-Alfâz al-Hadîts al-Nabawî, juz 3, h. 53.
12
1. Sunan Abû Dâwud, nomor hadis 4297, kitab al-Malâhim, bab fî Tadâ’î al-
2. Musnad Ahmad bin Hanbal, juz II, halaman 359 dan juz V halaman 278.
ﻦ
ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ اﺑْ ُ
ﻦ َﺑﻜْ ٍﺮ َ
ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ ِﺑﺸْ ُﺮ ﺑْ ُ
ﻲ َ
ﻦ ِإﺑْﺮَاهِﻴ َﻢ اﻟ ﱢﺪ َﻣﺸْ ِﻘ ﱡ
ﻦ ﺑْ ُ
ﻋﺒْ ُﺪ اﻟ ﱠﺮﺣْ َﻤ ِ
ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ َ
َ
ﻋَﻠﻴْ ِﻪ
ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠ ُﻪ َ
ل اﻟﻠﱠﻪِ َ
ل َرﺳُﻮ ُ
ل ﻗَﺎ َ
ن ﻗَﺎ َ
ﻋﻦْ َﺛﻮْﺑَﺎ َ
ﻋﺒْ ِﺪ اﻟﺴﱠﻠَﺎمِ َ
ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨِﻲ َأﺑُﻮ َ
ﺟَﺎ ِﺑ ٍﺮ َ
ل ﻗَﺎﺋِﻞٌ
ﻋَﻠﻴْ ُﻜﻢْ آَﻤَﺎ َﺗﺪَاﻋَﻰ اﻟَْﺄ َآَﻠ ُﺔ ِإﻟَﻰ َﻗﺼْ َﻌ ِﺘﻬَﺎ َﻓﻘَﺎ َ
ﻚ اﻟُْﺄ َﻣ ُﻢ َأنْ َﺗﺪَاﻋَﻰ َ
ﺷُ
ﺳﱠﻠ َﻢ ﻳُﻮ ِ
َو َ
ﻞ
ﺴﻴْ ِ
ﻏﺜَﺎءٌ َآ ُﻐﺜَﺎ ِء اﻟ ﱠ
ل َﺑﻞْ َأﻧْ ُﺘﻢْ َﻳﻮْ َﻣ ِﺌ ٍﺬ َآﺜِﻴﺮٌ َوَﻟ ِﻜ ﱠﻨ ُﻜﻢْ ُ
ﻦ َﻳﻮْ َﻣ ِﺌ ٍﺬ ﻗَﺎ َ
َو ِﻣﻦْ ِﻗﱠﻠ ٍﺔ َﻧﺤْ ُ
ﻦ
ﻦ اﻟﻠﱠ ُﻪ ﻓِﻲ ُﻗﻠُﻮ ِﺑ ُﻜﻢْ اﻟْ َﻮهْ َ
ﻋ ُﺪوﱢ ُآ ْﻢ اﻟْ َﻤﻬَﺎ َﺑ َﺔ ِﻣﻨْ ُﻜﻢْ َوَﻟ َﻴﻘْ ِﺬ َﻓ ﱠ
ﺻﺪُو ِر َ
ﻦ اﻟﻠﱠ ُﻪ ِﻣﻦْ ُ
ﻋﱠ
َوَﻟ َﻴﻨْ َﺰ َ
7
ت
ﺣﺐﱡ اﻟ ﱡﺪﻧْﻴَﺎ َو َآﺮَا ِه َﻴ ُﺔ اﻟْ َﻤﻮْ ِ
ل ُ
ﻦ ﻗَﺎ َ
ل اﻟﻠﱠﻪِ وَﻣَﺎ اﻟْ َﻮهْ ُ
ل ﻗَﺎﺋِﻞٌ ﻳَﺎ َرﺳُﻮ َ
َﻓﻘَﺎ َ
Riwayat hadis dari mukharrij Ahmad ibn Hanbal:
ﻋﺒْ ِﺪ اﻟﻠﱠﻪِ
ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ ﻣَﺮْزُوقٌ أَﺑُﻮ َ
ﻦ َﻓﻀَﺎَﻟ َﺔ َ
ك ﺑْ ُ
ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ اﻟْ ُﻤﺒَﺎرَ ُ
ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ َأﺑُﻮ اﻟ ﱠﻨﻀْ ِﺮ َ
َ
ﻋَﻠﻴْ ِﻪ
ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠ ُﻪ َ
ل اﻟﻠﱠﻪِ َ
ن ﻣَﻮْﻟَﻰ َرﺳُﻮ ِ
ﻋﻦْ َﺛﻮْﺑَﺎ َ
ﻲ َ
ﺣ ِﺒ ﱡ
ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ َأﺑُﻮ أَﺳْﻤَﺎ َء اﻟ ﱠﺮ َ
ﻲ َ
ﺼﱡ
ﺤﻤْ ِ
اﻟْ ِ
ﻋَﻠﻴْ ُﻜﻢْ اﻟُْﺄ َﻣ ُﻢ
ﻚ َأنْ َﺗﺪَاﻋَﻰ َ
ﺷُ
ﺳﱠﻠ َﻢ ﻳُﻮ ِ
ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو َ
ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠ ُﻪ َ
ل اﻟﻠﱠﻪِ َ
ل َرﺳُﻮ ُ
ﺳﱠﻠ َﻢ ﻗَﺎل ﻗَﺎ َ
َو َ
ل اﻟﻠﱠﻪِ َأ ِﻣﻦْ ِﻗﱠﻠ ٍﺔ ﺑِﻨَﺎ
ل ُﻗﻠْﻨَﺎ ﻳَﺎ َرﺳُﻮ َ
ﻋﻠَﻰ َﻗﺼْ َﻌ ِﺘﻬَﺎ ﻗَﺎ َ
ﻖ آَﻤَﺎ َﺗﺪَاﻋَﻰ اﻟَْﺄ َآَﻠ ُﺔ َ
ِﻣﻦْ ُآﻞﱢ ُأ ُﻓ ٍ
ع اﻟْ َﻤﻬَﺎ َﺑ َﺔ ِﻣﻦْ
ﻞ َﻳﻨْ َﺘ ِﺰ ُ
ﺴﻴْ ِ
ﻏﺜَﺎ ًء َآ ُﻐﺜَﺎ ِء اﻟ ﱠ
ن ُ
ل َأﻧْ ُﺘﻢْ َﻳﻮْ َﻣ ِﺌ ٍﺬ َآﺜِﻴﺮٌ َوَﻟ ِﻜﻦْ َﺗﻜُﻮﻧُﻮ َ
َﻳﻮْ َﻣ ِﺌ ٍﺬ ﻗَﺎ َ
7
Abî Dâwud, Sunan Abî Dâwud, h. 698.
13
kegiatan al-i‘tibâr, meneliti pribadi periwayat hadis yang berkenaan (kritik sanad)
dan membuat kesimpulan hasil pengumpulan data-data dari kitab-kitab takhrîj dan
kritik periwayat.
C. Kegiatan al-I‘tibâr
seluruh jalur sanad hadis yang diteliti, termasuk nama-nama periwayatnya, dan
akan membuat skema sanad dari kutipan dua mukharrij bagi hadis yang dijadikan
8
Ahmad ibn Muhammad bin Hanbal ibn Hilâl ibn Asad al-Syaibânî, Al-Musnad li al-Imâm
Ahmad bin Hanbal, juz 8, hadis nomor 22460, (Beirut: Dar al-Fikr, 1414H/1994M), cet. 2, h. 327.
9
Al-Syaibânî, Al-Musnad li al- Imâm Ahmad bin Hanbal, juz 17, hadis nomor 8356, h. 398.
14
Namun, sebelum dikemukakan skema sanadnya, ada beberapa hal yang perlu
1. Dari tiga jalur sanad, ada tertulis periwayat yang menyandarkan nama kepada
nasab atau kuniyyah. Pertama Ibn Jâbir yang nama sebenarnya adalah ‘Abd
al-Rahman bin Yazîd bin Jâbir al-Azadî. 10 Kedua periwayat ‘Abd al-Salâm
yang nama sebenarnya adalah Sâlih bin Rustam al-Hâsyimî. 11 Ketiga Abû al-
Nadar yang nama sebenarnya Hâsyim bin al-Qâsim bin Muslim bin
2. Dari tiga jalur sanad tersebut duanya berakhir kepada Tsaubân. Dan sisanya
Pada skema tampak bahwa periwayat pertama dan yang keseterusnya terdapat
periwayat yang berstatus pendukung berupa syâhid dan mutâbi’. 16 Akan tetapi hadis
10
Jamâl al-Dîn Abî al-Hujjâj Yûsuf al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ`al-Rijâl, (Beirut:
Muassasah al-Risalah, 1413H/1992M), cet. 3, juz 11, h. 421.
11
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, juz 9, h. 26.
12
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, juz 19, h. 214.
13
Al-‘Asqalânî, Taqrîb al-Tahdzîb, juz 1, h. 745. Lihat Al-Dzahabî, Al-Kâsyif fî Man Lahu
Riwâyah fî al-Kutub Al-Sittah, juz 2, h. 295.
14
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, juz 16, h. 175.
15
‘Izz al-Dîn Ibn Al-Asir Abî al-Hasan ‘Alî bin Muhammad al-Jazrî, Usl al-Ghâbah fî
U
ini hanya diterima oleh dua orang sahaja (‘azîz). 17 Ini berarti bahwa hadis tersebut
merupakan bagian dari yang hadis berkategori âhâd, maka perlu diteliti, apakah hadis
ataupun tidak.
Dalam melihat kualitas periwayat hadis, maka dua aspek yang harus
diperhatikan yaitu:
Oleh kerana hadis yang menjadi obyek penelitian hanya didapati dari tiga
jalur sanad, yaitu masing-masing satu jalur daripada sanad Abû Dâwud melalui
Tsaubân dan dua jalur dari sanad Ahmad ibn Hanbal melalui Tsaubân dan Abû
5. Periwayat V: ‘Abd al-Rahman bin Ibrâhîm bin ‘Amrû bin Maimûn al-Qurasyî
Jalur Tsaubân
Dalam kegiatan kritik sanad (naqd al-sanad), akan dimulai pada periwayat
terakhir (mukharrij), yakni Abû Dâwud, lalu diikuti pada periwayat sebelumnya dan
1. Abû Dâwud
17
a) Nama lengkapnya: Menurut Ibn Abî Hâtim adalah Sulaimân bin al-`Asy‘ats
bin Syidâd bin ‘Amr bin ‘Âmir. Sedang menurut al-Khathîb al-Baghdâdî,
namanya adalah Sulaimân bin al-`Asy‘ats bin Syidâd bin ‘Amr bin ‘Imrân.
Beliau dilahirkan pada tahun 202 H/817 M di Sijistan, sebuah negara muslim
di Asia Tengah yang kini termasuk bekas wilayah Uni Soviet dan meninggal
dunia di Basrah pada 16 Syawal tahun 275 H/889 M dalam usia 73 tahun. 20
b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadits: Di antara guru Abû
Dâwud adalah Ahmad bin Hanbal (240 H), Yahyâ bin Ma‘în Abû Zakariyâ
(233 H), Musaddad bin Musarhad al-Asadî al-Basrî (228 H), dan ‘Amrû bin
‘Aun Nazîl al-Basrah (225 H). Sedang murid Abû Dâwud yang terkenal
adalah Abû ‘Îsâ al-Turmudzî, putranya; Abû Bakr Ibn Abû Dâwud, Ahmad
bin Muhammad bin Hârûn al-Hilâl al-Hanbâlî, Zakariyâ bin Yahyâ al-
Sajiyyû. 21
1. Abû Hâtim ibn Hibbân berkata, “Abû Dâwud adalah salah seorang Imam
yang pintar, berilmu, dan hafîz. Dia telah mengumpulkan banyak hadis,
2. Al-Hâkim berkata: Abû Dâwud adalah imam ahli hadis di masanya tanpa
20
Al-Mizî, jil. 2, h. 367.
21
Al-Mizî,Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ`al-Rijâl, jil. 2, h. 356-360. Lihat Abû Dâwud Sulaimân
bin al-Asy‘ats Al-Sijistânî, Sunan Abû Dâwud, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), juz. 1, h. 10.
22
Ahmad ibn ‘Alî Hajar Abû al-Fadhl Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, (Beirut: Dar al-Fikr,
1984M/1404H), cet. 1, juz 4, h. 151.
18
ulama besar dalam bidang fikih dan kitab karyanya merupakan bukti akan
hal itu. Dia termasuk murid Ahmad bin Hanbal yang terkemuka. Sewaktu
secara detail. 23
4. Mûsâ bin Hârûn: Aku belum pernah melihat orang yang lebih alim dari
Dengan kedudukannya sebagai mukharrij maka tidak perlu diragukan lagi akan
pernyataannya yang menerima hadis dari ‘Abd al-Rahman bin Ibrâhîm. Periwayatan
a) Nama lengkapnya: ‘Abd al-Rahman bin Ibrâhîm bin ‘Amrû bin Maimûn.
23
Syams al-Dîn Muhammad ibn Ahmad ibn Utsmân Al-Dzahabî, Siyâr al-A‘lâm Al-Nubalâ`,
(Qaherah: Dar al-Hadits, 2006), juz 13, h. 215-216.
24
Al-Dzahabî, Siyâr al-A‘lâm Al-Nubalâ`, juz 13, h. 212-213.
25
Ahmad ibn ‘Alî Hajar Abû al-Fadhl Al-‘Asqalânî, Taqrîb al-Tahdzîb, (Syiria: Dar Al-
Rasyid, 1986), cet.1, jilid 1, h. 559.
19
170 H dan wafat pada hari ahad,13 terakhir Ramadhan 245 H di Palestin. 26
c) Guru ‘Abd al-Rahman bin Ibrâhîm cukup banyak, antara lain Bisyr bin Bakr
al-Tinnîsî , ‘Abdullah bin Nâfi‘ al-Sâ`igh, dan Sufyân bin Uyainah. 28 Ulama
yang disebutkan pertama adalah guru beliau dalam hadis yang sedang diteliti.
Muridnya juga banyak, antara lainnya adalah al-Bukhârî (w.256 H), Abû
Dâwud (w. 275 H), al-Nasâ`î (w. 303 H), dan anak lelakinya Ibrâhîm. 29
1. Abû Sa‘îd bin Yûnus: Beliau adalah periwayat yang tsiqah tsabat.
Tsiqah.
5. Abû Ahmad bin ‘Ady: Duhaim atsbat dari Harmalah bin Yahyâ. 31
adalah kibâr tâbi‘ al-atbâ‘ yang tsiqah. Tidak ada seorang pun kritikus hadis yang
mencela pribadi ‘Abd al-Rahman bin Ibrâhîm. Pujian-pujian yang diberikan orang
sahîh dalam bentuk kedua, yang dikategorikan sebagai hadis hasan oleh al-
mngatakan bahwa dia menerima riwayat hadis di atas dari Bisyr bin Bakr dengan
berarti, sanad antara ‘Abd al-Rahman bin Ibrâhîm dan Bisyr bin Bakr dalam keadaan
bersambung.
32
Al-‘Asqalânî, Taqrîb al-Tahdzîb, jilid 1, h. 559.
33
Al-Siddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, h. 61.
34
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, juz 3, h. 59. Lihat Al-‘Asqalânî, Taqrîb al-
Tahdzîb, juz 1, h. 126.
21
tahun 124 H 35 dan ada beberapa pendapat tentang tanggal kewafatannya. Ada
yang mengatakan pada tahun 200 H dan ini adalah pernyataan dari Hanbal bin
Ishâq. Abû Sa‘îd bin Yûnus mengatakan pada bulan Zulka’dah tanggal 205 H
dan makamnya berada di Turnisia dan daerah Dimyath. Abû Nasr al-
b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis: Antara guru Bisyr bin
Bakr adalah ‘Abd al-Rahman bin Yazîd bin bin Jâbir, Sa‘îd bin ‘Abd al-‘Azîz
al-Tanûkhî, dan ‘Abd al-Hamîd bin Sawwar. Muridnya juga banyak, antara
lain ‘Abd al-Rahman bin Ibrâhîm Duhaim, Sulaimân bin Syu‘aib al-Kaisânî,
3. Al-Darâqutnî: Tsiqah. 37
4. Marrah: Laisa bih ba’s, tidakku ketahui kecuali hal-hal yang baik-baik
sahaja.
6. Al-Hâkim: Ma’mûn.
35
Ahmad ibn ‘Alî Hajar Abû al-Fadhl Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, (Beirut: Dar al-Fikr,
1984M/1404H), cet. 1, juz 1, h. 288.
36
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, juz 3, h. 60. Lihat Al-Dzahabî, Al-Kâsyif fî
Man Lahu Riwâyah fî al-Kutub Al-Sittah, juz 1, h. 101.
37
Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 1, 290. Lihat Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-
Rijâl, juz 3, h. 60.
22
Allah.
Penelitian para kritikus hadis tersebut menunjukkan bahwa Bisyr bin Bakr
adalah al-sughrâ min al-atbâ‘ yang tsiqah. Tidak ada seorang pun kritikus hadis yang
mencela pribadi Bisyr bin Bakr. Pernyataannya menerima riwayat hadis di atas dari
‘Abd al-Rahman bin Yazîd dengan metode al-samâ‘ (dengan lambang haddatsanâ)
dapat dipercaya kebenarannya. Ini terbukti sanad antara Bisyr bin Bakar dan ‘Abd al-
4) Ibn Jâbir
a) Nama lengkapnya: ‘Abd al-Rahman bin Yazîd bin Jâbir. Nasabnya adalah al-
Saudara kepada Yazîd bin Yazîd bin Jâbir dan bapa kepada ‘Abd Allah bin
‘Abd al-Rahman bin Yazîd bin Jâbir. 39 Banyak pendapat tentang tanggal
b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis: Guru Ibn Jâbir cukup
banyak antaranya Abî ‘Abd al-Salâm Sâlih bin Rustam, ‘Abd Allah bin ‘Umar
38
Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 1, h. 288.
39
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, juz 11, h. 421.
40
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, juz 11, h. 423. Lihat Al-‘Asqalânî, Taqrîb al-
Tahdzîb, juz 1, h. 595. Lihat Al-Dzahabî, Al-Kâsyif fî Man Lahu Riwâyah fî al-Kutub Al-Sittah, juz 2,
h. 168.
23
bin ‘Abd al-‘Azîz, dan Zaid bin Aslam. 41 Manakala muridnya dalam bidang
ini antaranya adalah Bisyr bin Bakr al-Tinnîsî, ‘Abd Allah bin al-Mubârak,
selainnya: Tsiqah.
4. Ya‘qûb bin Utsmân: ‘Abd al-Rahman dan Yazîd adalah anak lelaki Yazîd
Syam.
7. Mûsâ Hârûn: Abû Usâmah meriwayatkan dari ‘Abd al-Rahman bin Yazîd
bin Jâbir, beliau meyangka tidak akan menemui Ibn Jâbir sebaliknya
menemui ‘Abd al-Rahman bin Yazîd bin Tamîm yang disangkanya adalah
bin Yazîd adalah kibâr al-atbâ‘ yang tsiqah. Tiada kritikus hadis yang mencela
pribadi beliau. Dengan demikian, pernyataannya menerima riwayat hadis di atas dari
41
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, juz 11, h. 421.
42
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, juz 11, h. 422.
43
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, juz 11, h. 322.
24
Sâlih bin Rustam dengan metode al-samâ‘ (dengan lambang haddatsanî) dapat
dipercayai. Itu berarti, sanad antara ‘Abd al-Rahman bin Yazîd dan Sâlih bin Rustam
5) ‘Abd al-Salâm
Syam. 45
b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis: Guru ‘Abd al-Salâm
adalah Tsaubân; hamba Rasulullah SAW, ‘Abd Allah bin ‘Abd al-Rahman
bin Hawâlah al-Azadî dan Makhul al-Syâmî. Manakala muridnya adalah ‘Abd
Allah bin ‘Abd al-Rahman bin Yazîd bin Jâbir, Sa’îd bin Ayyûb, dan
1. ‘Abd al-Rahman bin Abî Hâtim: Aku bertanya kepada ayahku tentangnya,
44
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, juz 9, h. 26. Lihat juga Al-‘Asqalânî, Taqrîb
al-Tahdzîb, juz 1, h. 428.
45
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, juz 9, h. 26.
46
Al-Râzî, Al-Jarh wa al-Ta’dîl, (Beirut: Dar al-Fikr, 1954), cet 1, juz 4. h. 403. Lihat Al-
Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, juz 9, h. 26.
25
2. Abû Zur‘ah al-Damsyiqî: Beliau adalah generasi kedua dari tabi‘in Syam,
namanya adalah Sâlih bin Rustam, aku bertanya kepada syeikh siapakah
identitasnya).
Sekalipun identitas Sâlih bin Rustam dalam kesamaran, beliau masih dapat
dikategorikan surghrâ min al-atbâ’ yang tsiqah kerana pernyataan ahli hadis dengan
minimal ada dua orang yang meriwayatkan darinya atau lebih dapat menghilangkan
6) Tsaubân
Hâsyimî. Kuniyyahnya adalah Abû ‘Abd Allah. Ada yang mengatakan Abû
b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis: Guru Tsaubân adalah
Nabi Muhammad SAW. Manakala muridnya antaranya adalah Abû ‘Abd al-
Salâm Sâlih bin Rustam, Syidâd bin Aus, 50 dan Abû Asmâ` al-Rahabî.
tempat atau daerah di antara Makkah dan Yaman. 51 Para ahli kritik hadis tidak ada
yang mencela pribadi Tsaubân dalam periwayatan hadis. Lambang periwayatan yang
digunakan dalam meriwayatkan hadis yang sedang diteliti sanadnya ini adalah qâla
yang oleh sebagian ulama, lambang itu disamakan kedudukannya dengan ‘an atau
pun ‘annâ. Kredibilitas keadilan sahabat juga tidak perlu dipertikai berdasarkan dalil-
Dengan demikian dapatlah dinyatakan bahwa hadis yang sanadnya diteliti ini
diterima langsung oleh Tsaubân dari Nabi, itu berarti pula bahwa antara Nabi dan
kerana seluruh periwayatan yang terdapat dalam sanad yang diteliti, masing-masing
dari mereka itu bersifat tsiqât (adil dan dhabit), walau mayoritas periwayatnya telah
dinyatakan lafal keterpujian pada level yang keempat (yang menghasilkan sahîh
51
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, juz 3, h. 271.
52
Maksudnya: Kamu (wahai umat Muhammad) adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan bagi
(faedah) umat manusia, (kerana) kamu menyuruh berbuat segala perkara yang baik dan melarang
daripada segala perkara yang salah (buruk dan keji), serta kamu pula beriman kepada Allah (dengan
sebenar-benar iman). Dan kalaulah Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) itu beriman (sebagaimana yang
semestinya), tentulah (iman) itu menjadi baik bagi mereka. (Tetapi) di antara mereka ada yang
beriman dan kebanyakkan mereka: orang-orang yang fasik. Surat al-Imran ayat 110. Lihat, Al-
Khathib, Usûl Al-Hadîts, h. 388.
U
53
Manakala contoh hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id al-Khudriy berbunyi:
“Janganlah kalian mencaci salah seorang di antara sahabatku, karena salah seorang di antara
kalian, seandainya menginfaqkan emas sebesar gunung Uhud, maka tidak akan dapat menyamai satu
mud (yang dinafkahkan) oleh salah seorang di antara mereka dan tidak pula separuhnya”. Lihat, Al-
Khathib, Usûl Al-Hadîts, h. 387.
U
27
dalam bentuk kedua yaitu hasan), dan sanadnya bersambung mulai dari mukharrij
Ini berarti, hadis yang diteliti ini telah memenuhi unsur-unsur kaidah
dzâtih. 54
a) Nama lengkap: Ahmad Ibn Muhammad bin Hanbal Ibn Hilâl Ibn Asad al-
bulan Rabi‘ul Awal tahun 164 hijrah atau november 780 M dan wafat pada
hari jumaat bulan Rabiul Awal tahun 241 hijrah di kota kelahirannya,
b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis: Antara guru Ahmad
adalah Abû Al-Nadar Hâsyim bin al-Qâsim, Ibrâhîm Ibn Khâlid al-Sin‘ânî,
dan ‘Abd al-Rahman bin Mahdî. 57 Manakala muridnya antaranya adalah al-
54
Hadis di atas sahîh berdasarkan keseluruhan jalurnya, sebagaimana dikatakan Syeikh
Nashiruddin al-Albani, ia menyandarkan hadis ini kepada Abû Dâwud, al-Rûyânî dalam Musnadnya,
Ibn ‘Asâkir dalam Târîkh Baghdâd, Ahmad dalam Musnadnya, Abû Nu‘aim dalam al-Hilyah, dan
lain-lain. Lihat Silsilah al-Hadîts al-Sahîhah, Muhammad Nasr al-Dîn Al-Albânî, (Riyadh: Maktabah
al-Ma‘arif, 1415H/1995M), cetakan terkini, juz 2, h. 647-648, no. 958.
55
Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 2, h. 97. Lihat Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ`
al-Rijâl, juz 1, h. 226.
56
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, (Beirut: Muassasah al-Risalah,
1403H/1973M), cet. 2, juz 1, h. 465.
57
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, juz 1, h. 437-439.
28
Bukhârî, Abû Dâud, dan ‘Abdullah Ibn ‘Umar Ibn Muhammad Ibn Abbân al-
Ju‘f. 58
dia berkata ﺣﺪﺛﻨﺎ, semua orang akan mengatakan ia adalah sadûq. Ditanya
Abû Bakr as-Siddîq pada peristiwa al-riddah dan dengan Ahmad bin
) اﻟﻤﺤﻨﺔ.
Tidak ada seorang kritikus pun yang mencela Ahmad bin Hanbal. Pujian yang
diberikan orang kepadanya adalah pujian berperingkat tinggi dan tertinggi. Dengan
demikian, pernyataannya yang mengatakan bahwa dia telah menerima riwayat hadis
di atas dari Abû al-Nadar Hâsyim bin al-Qâsim dengan metode al-samâ‘ (dengan
lambang haddatsanâ) dapat dipercaya. Itu berarti bahwa sanad antara beliau dan Abû
58
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, juz 1, h. 440-441.
59
Syams al-Dîn Muhammad ibn Ahmad ibn Uthmân Al-Dzahabî, Tadzkirah al-Huffâz,
(Beirut: Dar Ihya al-Turats, 1375H-1955M), cet. 1, juz 11, h. 431-432.
29
2) Abû al-Nadar
a) Nama sebenarnya adalah Hâsyim bin al-Qâsim bin Muslim bin Miqsam.
b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis: Guru ulama hadis ini
cukup banyak antaranya Mubârak bin Fadâlah, Syarîk bin ‘Abdullah al-
Nakha‘î, 62 dan ‘Abd al-Rahman bin ‘Abd Allah bin Dînâr. Manakala
muridnya antaranya adalah Ahmad bin Hanbal, Ahmad bin Muhammad bin
3. ‘Alî bin al-Madînî, Muhammad bin Sa‘ad dan Abû Hâtim: Tsiqah
60
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, juz 19, h. 214. Lihat Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-
Tahdzîb, juz 11, h. 18. Lihat Al-’Asqalânî, Taqrîb al-Tahdzîb, juz 2, h. 261.
61
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, juz 19, h. 216. Lihat Al-‘Asqalânî, Taqrib
Tahdzib, juz 2, h. 261. Lihat Al-Dzahabî, Al-Kâsyif fî Man Lahu Riwâyah fî al-Kutub Al-Sittah, juz 1,
h. 191-192.
62
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, juz 19, h. 214.
63
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, juz 19, h. 215.
64
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, juz 19, h. 216.
30
adalah al-surghrâ min al-atbâ‘ yang tsiqah. Kerana tidak ada seorang kritikus pun
dari Mubârak bin Fadâlah dengan metode al-samâ‘ (dengan lambang haddatsanâ)
dapat dipercaya. Itu berarti bahwa sanad antara beliau dan Mubârak bin Fadâlah
adalah Abû Fadâlah. Manakala nasabnya adalah al-Basrî. Hamba Zaid bin al-
bih. 67
b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis: Antara gurunya adalah
Hasan al-Basrî, Abû Bakr bin ‘Abd Allah al-Mazanî, dan Wakî‘, Hibbân bin
berbandingnya,
65
Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 1, h. 62.
66
Ahmad ibn ‘Alî Hajar Abû al-Fadhl Al-‘Asqalânî, Taqrîb al-Tahdzîb, juz 2, h. 157.
67
Al-‘Ajali, Ma’rifah al-Tsiqât, juz 2, h. 263.
68
Al-‘Asqalânî, Taqrîb al-Tahdzîb, juz 2, h. 157.
69
Al-Dzahabî, Al-Kâsyif fî Man Lahu Riwâyah fî al-Kutub Al-Sittah, juz 1, h. 104.
31
2. ‘Amrû bin ‘Alî: Aku telah mendengar ‘Affân berkata Mubârak dianggap
ahli ibadah.
Mubârak dan al-Rabî‘ bin Sabîh, maka jawabnya: Aku tidak terlalu rapat
tsiqah. 71
Para kritikus hadis memuji Mubârak bin Fadâlah, dan ada yang menilainya
sebagai yudallis 72 . Tetapi beliau masih bisa dikatakan tsiqah kerana argumentasi
4) Marzûq
70
Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 10, h. 27.
71
Jalâl al-Dîn ‘Abd al-Rahman bin Abî Bakr, Tabaqât al-Huffâz, (Beirut, Dar al-Kutub al-
‘Ilmiah, 1994), cet. ke-2, h. 93.
72
Mudallas adalah hadis-hadis yang telah disisipkan ke dalam sanadnya, seseorang yang
bukan dari sanadnya, atau dirupakan dengan bukan rupa yang asli. Hadis ini amat daifnya. Ringkasnya
perawi tersebut tidak mau menyebutkan nama orang yang memberikan hadis kepadanya. Orang yang
diketahui pernah membuat hadis mudallas, tiada dipercayai lagi riwayatnya. Lihat, Ash-Siddieqy,
Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, h. 350.
32
b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis: Guru Marzûq antaranya
adalah Abû Asmâ` al-Rahabî, ‘Abd Allah bin ‘Âmir, dan ‘Âsim bin ‘Alî al-
1. Yahyâ bin Ma‘în: Marzûq Abû ‘Abdullah al-Syâmî laisa bih ba’s.
Tidak ada seorang pun dari kritikus hadis yang mencela pribadi Marzûq. Ini
beliau yang menerima riwayat hadis di atas dari Abû Asmâ` al-Rahabî dengan
berarti pula bahwa sanad antara Marzûq dan Abû Asmâ` al-Rahabî dalam keadaan
bersambung.
b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis: Guru Abû Asmâ` al-
Aus al-Ansârî, dan Abû Hurairah. Manakala muridnya pula antaranya adalah
Sâlih bin Jubair, Râsyid bin Dâwud al-Sin‘âni, dan Abû Sallâm al-Aswad.
1. Al-‘Ijlî: Beliau adalah seorang tabien, ahli Syam dan seorang yang tsiqah.
Tsiqât. 77
Penelitian para kritikus hadis tersebut menunjukkan bahwa Abû Asmâ` al-
Rahabî adalah al-wusthâ min al-tâbi‘în yang tsiqah. Tidak ada seorang pun kritikus
mengatakan bahwa dia menerima riwayat hadis di atas dari Tsaubân dengan metode
al-samâ‘ (dengan lambang ‘an) dapat dipercaya kebenarannya dan berarti sanad
Tsaubân
b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis: Antara guru Abû Ja‘far
adalah ‘Abd al-Samad bin Habîb, ‘Îsâ bin Maimûn al-Madanî, dan Mansûr
bin Abî al-Aswad. Manakala muridnya antaranya adalah Ahmad bin Hanbal,
3. Abû Hâtim: Hadisnya ditulis, akan tetapi tidak boleh dijadikan hujjah
Pernyataan terhadap Abû Ja‘far menunjukkan adanya para kritikus hadis yang
memuji dan mencelanya dengan lafal layyin dan lâ yuhtaj bih. Sedang lafal layyin
dan lâ yuhtaj bih adalah istilah untuk menyebut sifat periwayat yang tergolong al-
jarh (terdapat celaan) yang peringkatnya berada paling dekat dengan peringkat al-
78
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, juz 16, h. 175. Lihat Al-‘Asqalânî, Taqrîb al-
Tahdzîb, juz 2, h. 63. Lihat Al-’Asqalânî , Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 9, h. 86.
79
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, juz 16, h. 176. Lihat Al-‘Asqalânî, Taqrîb al-
Tahdzîb, juz 2, h. 63.
80
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, juz 16, h. 176.
81
Lihat Al-Dzahabî, Al-Kâsyif fî Man Lahu Riwâyah fî al-Kutub Al-Sittah, juz 1, h. 26. Lihat
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, juz 16, h. 176.
82
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, juz 16, h. 176. Lihat Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-
Tahdzîb, juz 9, h. 86.
35
ta’dîl yang terendah. 83 Walaupun Abû Hâtim dan Abû Dâwud sudah terpercaya akan
a) Nama lengkapnya: ‘Abd al-Samad bin Habîb bin ‘Abdullah. Nasabnya adalah
menambah yakni beliau adalah ‘Abd al-Samad bin Abî al-Hantsar al-Râsibî. 85
b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis: Guru ‘Abd al-Samad
adalah bapanya Habîb, Sa‘îd bin Rahman al-Quthâ‘î dan Ma‘qil al-Qasmalî.
2. Abû Zakariyâ: ‘Abd al-Samad bin Habîb adalah syeikh Baghdad laisa bih
83
Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadis, (Bandung: PT Alma’rif, 1974), cet. 1, h.
318.
84
Lihat Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, h. 75.
85
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, juz 11, h. 473.
86
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, juz 11, h. 473. Lihat Al-‘Asqalânî, Taqrîb al-
Tahdzîb, juz 1, h. 601.
87
Al-Dzahabî, Al-Kâsyif fî Man Lahu Riwâyah fî al-Kutub Al-Sittah, juz 2, h.173.
36
laisa bi al-Matrûk. 88
dengan lambang ‘an, ulama telah banyak yang mempersoalkan tentang lafal atau harf
tersebut. Maka perlu memenuhi syarat-syarat tertentu. 89 Setelah diteliti, penulis tidak
menemukan data adanya pertemuan yaitu tanggal wafat dan lahir, beliau juga
dinyatakan layyin. Oleh kerana ulama tidak menyertakan sebab kelayyinan beliau,
b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis: Gurunya adalah Syubail
bin ‘Auf al-Ahmasî, al-Hakam bin ‘Amrû al-Ghifârî, dan Sinan bin Salamah
ini. Yang menandakan periwayat ini adalah mastûr (tidak diketahui hal ihwalnya).
Walaubagaimanapun jahâlah tersebut akan hilang sekiranya ada dua orang atau lebih
88
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, juz 11, h. 473.
89
Syarat-syarat itu adalah: 1. Pada sanad tidak terdapat tadlîs. 2. Para periwayat yang
namanya beriring dan diantarai oleh lambang itu telah terjadi pertemuan. 3. Periwayat yang
menggunakan lafal tersebut mestilah orang yang tsiqah. Lihat, Ismail, Metodologi Penelitian Hadis
Nabi, h. 79.
90
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, juz 4, h. 124.
91
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, juz 4, h. 124.
37
yang meriwayatkan hadis darinya. Secara dzahirnya, mereka berstatus adil tetapi ke-
a) Nama lengkapnya: Syubail bin ‘Auf bin Abî Hayyah. Nasabnya adalah al-
b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan hadis: Gurunya adalah Abû
Hurairah, ‘Umar bin al-Khatthâb, dan Abî Jabîrah bin al-Dahâk al-Ansârî.
Manakala muridnya adalah Habîb bin ‘Abdullah al-Azadî; bapa kepada ‘Abd
bahwa Syubail bin ‘Auf adalah seorang periwayat hadis dari generasi kibâr al-tâbi‘în
yang tsiqah. Dengan demikian, pernyataan Syubail bin ‘Auf bahwa dia menerima
hadis di atas dengan metode al-samâ‘ (dengan lambang ‘an) dari Abû Hurairah, tidak
92
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, juz 8, h. 280. Lihat Al-‘Asqalânî, Taqrîb al-
Tahdzîb, juz 1, h. 412.
93
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, juz 8, h. 280.
94
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, juz 8, h. 280. Lihat Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-
Tahdzîb, juz 4, h. 273.
95
Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, juz 4, h. 273.
38
diragukan lagi kebenarannya. Itu berarti pula bahwa sanad antara Syubail bin ‘Auf
5) Abû Hurairah
a) Nama lengkapnya: ‘Abdullah atau ‘Abd al-Rahman al-Dausî dari Azd al-
Yamanî. Versi lain mengatakan bahwa namanya adalah Abû Hurairah bin
Sakhr. 96 Beliau memeluk Islam pada tahun ke-7 H pada waktu peristiwa
Khaibar dalam usia kira-kira 27 tahun. 97 Abû Hurairah lahir pada tahun 21
sebelum hijrah dan meninggal pada tahun 57 H/636M dalam usia 78 tahun. 98
b) Guru dan muridnya dalam bidang periwayatan: Guru Abû Hurairah antara lain
adalah Muhammad SAW, Abû Bakr al-Siddîq, dan Usâmah bin Zaid.
Manakala muridnya antara lain adalah ‘Abdullah bin ‘Umar, Muhammad bin
1. ‘Abdullah bin ‘Umar (w. 37H) berkata bahwa Abû Hurairah sering
96
‘Izz al-Dîn Ibn Al-Asr Abî al-Hasan ‘Alî bin Muhammad al-Jazrî, Usl al-Ghâbah fî
U
99
Ibrahim Dasuqi Al-Syahrawi, Mu‘âlah al-Hadîts, (Qairo: Syirkah al-Tiba’at al-Fanniyah al-
Muttahidah, t.t), h. 181.
39
2. Al-Syâfi‘î (w. 206H) berkata bahwa Abû Hurairah paling hapal hadis
3. Al-A‘raj (w. 117H) berkata bahwa Abû Hurairah banyak menerima hadis
sebagai salah seorang yang sangat hampir dan banyak mendampingi Rasulullah,
Para kritikus tiada yang mencela pribadi Abû Hurairah dalam periwayatan
hadis. Melihat hubungan pribadinya yang erat dengan Nabi SAW dan dedikasinya
yang tinggi dalam memelihara sumber ajaran Islam kedua ini, maka Abû Hurairah
100
Bustamin dan M. Isa H.A Salam, Metodologi kritik hadis, (Jakarta: PT RajaGrafindo,
2004), cet. 1, h. 52.
101
Jalâl al-Dîn ‘Abd al-Rahman bin Abî Bakr, Tabaqât al-Huffâz, (Beirut: Dar al-Kutub Al-
Ilmiah, 1994), cet. ke-2, h. 17.
102
Hubungannya yang erat dengan Rasulullah kerana beliau tidak disibukkan dengan urusan.
Hal ini kerana ia merupakan seorang yang fakir dan tidak berharta sehingga hampir seluruh waktunya
digunakan untuk berada di sisi Rasul, suatu hal yang tidak bisa dilakukan oleh kaum anshar pada
umumnya. Lihat, Fayyad, Manhaj al-Muhadditsîn fî Dabth as-Sunnah, h. 108.
103
Al-Muktsirûn fî al-Hadîts (Bendaharawan Hadis) ialah sahabat Nabi SAW yang telah
meriwayatkan hadis lebih dari 1000 buah hadis. Mereka itu ada tujuh orang, yakni (1) Abû Hurairah
(w. 58H), (2) ‘Abdullah bin ‘Umar (w. 73H), (3) Anas bin Mâlik (w. 93H), (4) Um al-Mukminîn
‘Âisyah (w. 58H), (5) ‘Abdullah bin ‘Abbâs (w. 68H), (6) Jâbir bin ‘Abdullah (w. 78H), (7) Abû Sa‘îd
Al-Khudrî. Hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhârî berjumlah 5374 buah. Di antara jumlah tersebut,
325 buah hadis disepakati oleh al-Bukhârî Muslim. 93 buah diriwayatkan oleh al-Bukhârî sendiri dan
189 buah diriwayatkan oleh Muslim sendiri. Sedang sisanya diriwayatkan oleh ulama hadis selain al-
Bukhârî dan Muslim. Lihat, Fatchur Rahman, Ikhtishar Mushthalahul Hadits, h. 287-288.
40
termasuk salah seorang sahabat Nabi yang tidak diragukan kejujuran dan
dalam meriwayatkan hadis yang diteliti sanadnya ini adalah sami‘tu. Ini berarti, Abû
Hurairah benar-benar telah mendengar langsung hadis tersebut dari Nabi Muhammad
SAW.
Dengan demikian, dapatlah dinyatakan bahwa hadis yang sanadnya diteliti ini
diterima langsung oleh Abû Hurairah dari Nabi SAW. Dan berarti pula bahwa antara
Kekuatan sanad Ahmad bin Hanbal semakin meningkat bila dikaitkan dengan
pendukung berupa syâhid dan mutâbi‘. Kesahihan sanad dari Abû Dâwud juga telah
Hanbal melalui Abû Ja‘far al-Madâ`inî dan seluruh periwayatannya bersifat adil dan
dan matan memiliki kedudukan yang sama pentingnya. Kerana menurut ulama hadis,
keotentikan sebuah hadis ditentukan oleh dua hal, yakni sanad dan matan. Sanad ialah
104
Hadis di atas sahîh berdasarkan keseluruhan jalurnya, sebagaimana dikatakan Syeikh Nasr
al-Dîn al-Albânî, ia menyandarkan hadis ini kepada Abû Dâwud, al-Rûyânî dalam Musnadnya, Ibn
‘Asâkir dalam Târikh Baghdâd, Ahmad dalam Musnadnya, Abû Nu‘aim dalam al-Hilyah, dan lain-
lain. Lihat Silsilah al-Hadîts al-Sahîhah, Muhammad Nasr al-Dîn Al-Albânî, (Riyadh: Maktabah al-
Ma‘arif, 1415H/1995M), cetakan terkini, juz 2, h. 647-648, no. 958.
41
rangkaian periwayat yang menyampaikan hadis dari masdarnya yang awal. Sedang
istilah matan adalah materi hadis itu sendiri. Kerana itu, sebuah hadis akan dianggap
otentik apabila memenuhi beberapa persyaratan yang terkait dengan sanad dan matan
unsur acuan utama yang harus dipenuhi oleh suatu matan yang berkualitas sahih
adalah terhindar dari syudzûdz (keganjalan) dan terhindar dari ‘illat (cacat).
Dalam kegiatan kritik matan (naqd al-matn al-dakhilî) ini, penulis akan
Konklusi hasil kritik sanad (naqd al-sanad, al-naqd al-kharijî) hadis yang
diteliti telah ditegaskan bahwa dua sanad hadis Ahmad bin Hanbal dan satu dari Abû
Dâwud adalah berkualitas sahîh. Itu berarti bahwa kualitas hadis dari kedua-dua
musnad telah memenuhi langkah pertama kritik matan untuk hadis yang
bersangkutan.
105
Hadis yang sanadnya sahih dan matannya tidak sahih, atau sebaliknya, sanadnya dhaif dan
matannya sahih, tidak dinyatakan sebagai hadis sahih. Meskipun dalam prakteknya, kegiatan penelitian
sanad didahulukan atas penelitian matan. Lihat, Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, h. 122-123.
42
Redaksi matan hadis di atas merupakan hadis qauliyyah. Dari segi bahasa,
mengajak kepada kebenaran dan kesadaran dengan bahasa yang singkat, padat, sopan,
bahasa yang tentunya juga bersifat keagamaan. Sebagai sebuah bahasa keagamaan
tentu sedikit tidaknya berbeda dengan bahasa ilmiah atau bahasa umum. Salah satu
ciri yang paling menonjol dalam bahasa keagamaan adalah seringnya pemakaian
bahasa metaforis dan kiasan. 106 Sementara hadis di atas, Nabi menyampaikan maksud
Susunan matan hadis untuk ketiga sanad yang telah dikutip dari dua mukharrij
dimaksud, berikut ini dikemukakan contoh perbedaan lafal dari kutipan tiga matan
tersebut:
107
ت
ِ ْﺣﺐﱡ اﻟﺪﱡﻧْﻴَﺎ َو َآﺮَا ِه َﻴ ُﺔ اﻟْ َﻤﻮ
ُ .1
108
ت
ِ ْﺤﻴَﺎ ِة َو َآﺮَا ِه َﻴ ُﺔ اﻟْ َﻤﻮ
َ ْﺣﺐﱡ اﻟ
ُ .2
109
ل
َ ﺣﺒﱡ ُﻜ ْﻢ اﻟﺪﱡﻧْﻴَﺎ َو َآﺮَا ِه َﻴ ُﺘ ُﻜﻢْ اﻟْ ِﻘﺘَﺎ
ُ .3
106
Maizuddin, “Pemahaman Kontekstual Atas Hadis Nabi,”artikel diakses pada 6 Mac 2010
dari http://maizuddin.wordpress.com/artikel/pemahaman-kontekstual-atas-hadis-nabi/
107
Susunan matan dari mukharrij Abû Dâwud.
108
Susunan matan dari mukharrij Ahmad, jalur Tsaubân.
109
Susunan matan dari mukharrij Ahmad, jalur Abû Hurairah.
43
lafal pada berbagai matan yang semakna, maka dapat dinyatakan bahwa perbedaan
lafal tersebut masih dapat ditoleransi. Pernyataan ‘dapat ditoleransi’ didasarkan atas
alasan bahwa di antara sanad-sanad dari hadis di atas kesemuanya sahîh 110 dan
hadis dengan metode autensitas hadis yang terlalu umum, penelitian hadis di Barat
yang autentik dari yang tidak autentik. Penekanan pada penelitian mereka adalah
Jadi bagi menjawab segala pertanyaan kapan, di mana dan siapa yang
Barat seperti Joseph Schacht, G.H.A Juynboll, Harald Motzki dan lain-lain. Salah
satu metode telah mengenalkan apa yang disebut dengan konsep “common link”,
yang telah menyebabkan lahirnya konsep-konsep lain seperti “partial common link”,
110
Hadis di atas sahîh berdasarkan keseluruhan jalurnya, sebagaimana dikatakan Syeikh Nasr
al-Dîn al-Albânî, ia menyandarkan hadis ini kepada Abû Dâwud, al-Rûyânî dalam Musnadnya, Ibn
‘Asâkir dalam Târikh Baghdâd, Ahmad dalam Musnadnya, Abû Nu‘aim dalam al-Hilyah, dan lain-
lain. Lihat Silsilah al-Hadîts al-Sahîhah, Muhammad Nasr al-Dîn Al-Albânî, h. 647-648, no. 958.
111
Para sahabat dan pakar hadis yang lahir kemudian mempersoalkan tentang boleh tidaknya
periwayatan hadis secara makna. Tetapi kebanyakan dari mereka memperbolehkannya dengan
menekankan pentingnya pemenuhan beberapa syarat yang cukup ketat. Lihat, M. Syuhudi Ismail,
Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2007), cet. 2, h. 70-71.
44
The Origins of Muhammadan Jurisprudence telah diadopsi oleh Josef van Ess.
pembuatan otoritas (perawi) tambahan untuk matan yang sama. Dalam hal ini, yang
jalur redaksi hadis sedangkan ia bersumber dari seorang sahabat (Tsaubân)? Hasil
kajian tersebut melahirkan asumsi bahwa proliferasi isnâd mungkin terjadi dalam
beberapa cara yang dalam skripsi ini tidak dijelaskan oleh penulis. 112
link sebagai pemalsu atau pemula bagi sebuah hadis, konsep ini sebenarnya telah
dikritisi oleh Harald Motzki dengan metode penanggalan atas dasar analisis sanad dan
matan (isnâd cum matn analysis) mencoba mencari penjelasan lain tentang fenomena
common link dan single strands. Interpretasi Motzki pada fenomena common link
membawanya pada penafsiran yang berbeda tentang jalur tunggal antara common link
dan otoritas yang lebih awal (lebih tua) dan fenomena diving. Menurut beliau, jalur
tunggal (single strands) tidak harus berarti bahwa hanya satu jalur periwayatan. Jalur
tunggal hanya berarti bahwa common link ketika meriwayatkan sebuah hadis dari
koleksinya hanya menyebut satu jalur riwayat, yaitu versi yang paling dia ketahui.
Mungkin terdapat versi lain dengan jalurnya, yang tidak sempat terkumpul atau
112
Kamaruddin Amin, Menguji Kembali Keakuratan Metode Kritik Hadis, (Bandung: PT
Mizan Publika, April 2009), cetakan 1, h. 155-156.
45
tidak menyampaikannya, atau karena versi tersebut tidak diketahui pada masa dan di
tempat common link. Di kemudian hari, para murid common link atau penghimpun
peristiwa di akhir zaman, penulis menemukan matan lain yang memiliki topik
masalah yang sama dengan hadis yang sedang diteliti. Dan ternyata kandungannya
pun sejalan.
أﻧﺒﺄ اﺑﻦ، أﻧﺒﺄ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﷲ، ﺣﺪﺛﻨﺎ أﺑﻮ اﻟﻌﺒﺎس ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻳﻌﻘﻮب
ﺣﺪﺛﻨﻲ أﺑﻮ ﺳﻌﻴﺪ اﻟﻐﻔﺎري، أﺧﺒﺮﻧﻲ أﺑﻮ هﺎﻧﺊ ﺣﻤﻴﺪ ﺑﻦ هﺎﻧﺊ اﻟﺨﻮﻻﻧﻲ، وهﺐ
ﺳﻤﻌﺖ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ: رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻳﻘﻮل، ﺳﻤﻌﺖ أﺑﺎ هﺮﻳﺮة: أﻧﻪ ﻗﺎل،
وﻣﺎ داء، ﻳﺎ رﺳﻮل اﷲ: ﺳﻴﺼﻴﺐ أﻣﺘﻲ داء اﻷﻣﻢ ﻓﻘﺎﻟﻮا:اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻳﻘﻮل
اﻷﺷﺮ واﻟﺒﻄﺮ واﻟﺘﻜﺎﺛﺮ واﻟﺘﻨﺎﺟﺶ ﻓﻲ اﻟﺪﻧﻴﺎ واﻟﺘﺒﺎﻏﺾ واﻟﺘﺤﺎﺳﺪ:اﻷﻣﻢ ؟ ﻗﺎل
114
« ﺣﺘﻰ ﻳﻜﻮن اﻟﺒﻐﻲ » هﺬا ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ اﻹﺳﻨﺎد وﻟﻢ ﻳﺨﺮﺟﺎﻩ
113
Kamaruddin Amin, Menguji Kembali Keakuratan Metode Kritik Hadis, h. 167-168.
114
Abî ‘Abdullah Muhammad bin ‘Abdullah Al-Hâkim al-Naisâbûrî, Al-Mustadrak, (Beirut:
Dar al-Ma’rifah, t.t.), hadis ke-7419, juz 17, h. 158.
46
sebanyak mungkin, (4) tipu menipu dalam merebut harta benda dunia, (5)
saling memarahi, (6) hasut menghasut sehingga jadi zalim menzalim". 115
Hadis disabdakan Nabi SAW di atas secara redaksi juga sehubungan dengan
arah kesesatan, maka mereka selalu menurut apa yang samar-samar dari Al-Quran
Hal tersebut sekaligus memberi informasi bahwa hadis yang sedang diteliti
juga mendapat dukungan dari ayat al-Quran. Secara tegas dapat dinyatakan bahwa
mengintrospeksi diri supaya terhindar dari penyakit al-wahn. Kerana ifek dari
penyakit ini akan menyebabkan kita sebagai umat Islam hilang hak dan keistimewaan
115
Al-Asyqar, Al-Yaum al-Akhîr al-Qiyâmah al-Sughrâ wa ‘Alâmât al-qiyâmah al-Kubrâ, h.
180.
BAB III
Kata “kontekstual” berasal dari “konteks” yang dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia mengandung dua arti: 1) Bagian sesuatu uraian atau kalimat yang dapat
mendukung atau menambah kejelasan makna. 2) Situasi yang ada hubungan dengan
suatu kejadian 1 . Kedua arti ini dapat digunakan karena tidak terlepas istilah dalam
kajian pemahaman hadis. Manakala kontekstual yang dalam bahasa arab adalah al-
asbâb al-wurûd.
yang melatarbelakangi munculnya hadis-hadis tersebut, atau dengan kata lain dengan
kajian kontekstual dimaksud merupakan bagian yang paling penting. Tetapi kajian
yang lebih luas tentang pemahaman kontekstual tidak hanya terbatas pada asbâb al-
wurûd dalam arti khusus seperti yang biasa dipahami, tetapi lebih luas dari itu
1
Budiono MA, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Penerbit Agung, 2005), h. 285.
47
48
darinya. 2
diucapkan, dan kepada siapa pula hadis itu ditujukan. Artinya, hadis Nabi SAW
hendaknya tidak ditangkap makna dan maksudnya hanya melalui redaksi lahiriah
Realitas sosial budaya juga menjadi pertimbangan yang penting. Sebab hadis
pada umumnya adalah respons terhadap situasi yang dihadapi oleh Rasul dalam ruang
dan waktu tertentu, baik itu situasi yang bersifat umum (sosial budaya) maupun
situasi khusus (terhadap seorang atau beberapa orang sahabat). Memahami situasi-
situasi tersebut atau asbâb al-wurûd akan mengantarkan penafsir atau pembaca
berada dalam ruang dan waktu di mana hadis itu diucapkan sehingga memberikan
wawasan yang lebih luas mengapa (‘illah) dan siapa yang menjadi sasaran (objek)
hadis. Dari sini maka akan dapat ditangkap maksud sebenarnya yang dituju oleh
hadis tersebut dengan baik serta akan memberikan jalan keluar bagi hadis-hadis yang
digambarkan dalam konteks Islam modern, tentu akan mengalami distorsi pemaknaan
2
Maizuddin, “Pemahaman Kontekstual Atas Hadis Nabi”, artikel ini diakses pada 6 Mac 2010
dari http://maizuddin.wordpress.com/artikel/pemahaman-kontekstual-atas-hadis-nabi/
3
Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian Hermeneutik, (Jakarta:
Paramadina, Oktober 1996), cet. 1, h. 214.
4
Maizuddin, “Pemahaman Kontekstual Atas Hadis Nabi”.
49
tentang fungsi dan kedudukan hadis. Yaitu perbedaan mendasarnya dan relevansinya
bagaimana masyarakat yang dihadapi di zaman Nabi SAW dengan masyarakat di era
modern ini yang tidak keluar dari pokok utama yaitu Al-Quran, supaya dapat
dipahami bahwa integritas hadis bisa menjadi pilar materi sekaligus sumber bagi
kelangsungan dakwah dalam konteks Islam modern yang kerap menghadapi isu-isu
Oleh itu, dalam aspek penafsiran sebuah teks, bagi mencari relevansinya
dengan persoalan masa kini dan dalam tujuan meuniversalkan peran hadis sesuai
kontekstual yaitu melalui sejarah atau ulasan sosiologis dan dengan mengemukakan
terpenting.
Menurut bahasa, seperti yang dikutip dari kitab lisân al-‘Arab, Mu‘jam al-
Wasîth dan Al-Munjid telah menginformasikan definisi kata al-wahn dengan arti
kelemahan, baik berbentuk: 1) lemah dalam amal dan urusan.6 2) lemah dan kelayuan
daya semangat hidup, vitalitas, energy, dinamika. 7 Dengan melihat etimologi ﻦ
ُ ْاﻟْ َﻮه
5
Makhsis Shahaby, “Integritas Hadis Dalam Konteks Dakwah”, artikel diakses pada 14 march
2010 dari http://lenterahadis.com/index.php?option=com_content&view=article&id=67:integritas-
hadits-dalam-konteks-dakwah-islam&catid=36:kajian-hadis&Itemid=57
6
Abî al-Fadl Jamâl al-Dîn Muhammad bin Mukram ibn Manzûr, Lisân al-‘Arab, (Beirut: Dar
Shadir, 1414 H/1994 M), cet. 3, jilid 13, h. 453. Lihat kamus Al-Munjid fî al-Lughah wa al-‘Alam,
(Beirut: Dar al-Rasyid, t.t.), h. 921.
7
Jumhuriyyah Mesir al-‘Arabiyyah, Mu‘jam al-Wasîth, (T.tp.: Maktabah al-Syuruf al-
Dauliyyah, 1423H/2004M), cet. 4, h. 1060-1061.
50
surat Luqman: 9
ﻋﻠَﻰ وَهْﻦ
َ ﺣ َﻤَﻠﺘْ ُﻪ ُأﻣﱡ ُﻪ وَهْﻨًﺎ
َ ن ِﺑﻮَاِﻟ َﺪﻳْ ِﻪ
َ ﺻ ْﻴﻨَﺎ اﻹِﻧﺴَﺎ
َو َو ﱠ
tambah lemah…
wahn dengan arti kelemahan atau kerapuhan adalah kurangnya kemampuan memikul
beban kehamilan, penyusuan dan pemeliharaan anak. Petron kata yang digunakan
8
Ibn Manzûr, Lisân al-‘Arab, (Beirut: Dar Shadir, 1414 H/1994 M), cet. 3, jilid 13, h. 453.
9
Penerjemah Muhammad Fuad ‘Abd al-Baqiy, Mu‘jam al-Mufahras li al-Alfâz al-Qur`an al-
Karîm, (Indonesia: Maktabah Dahlan, t.t.), h. 935.
51
bagaikan kelemahan itu sendiri, yakni segala sesuatu yang berkaitan dengan
Rasulullah SAW sudah dinyatakan pada perbahasan pada bab sebelumnya. Yaitu
sebagaimana yang terkandung dalam Musnad Ahmad, dan Sunan Abû Dâwud adalah
Ulama juga telah menafsirkan ‘cinta dunia’ dengan arti tamak, rakus, bakhil,
egoisme dan tidak mau mendermakan harta ke jalan Allah, manakala ‘takut mati’
berarti leka dengan kehidupan dunia tanpa membuat persiapan untuk akhirat. Sedang
Al-Thîbî di dalam Kitab Syarh ‘Aun al-Ma‘bûd tidak memisahkan dua ungkapan tadi
menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan dalam hidup’. 12
Manakala yang kedua berarti ‘haluan falsafah yang berpendapat bahwa benda jua
yang menjadi sebab segala yang ada dan terjadi di dunia’. 13 Dalam hal ini, antara al-
wahn, hedonisme dan metarialisme memang sejajar maknanya jika dilihat pada
karekter perilaku dan sifatnya, yaitu kehidupan yang hanya berkiblabkan duniawi.
10
M. Quraisy Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera hati, Jumadil Akhir 1428/Juni
2007), cet. Viii, vol. ii, h. 127-130.
11
Abî Thayyib Muhammad Syams Al-Haq al-‘Azîm Abadî dan Syams al-Dîn ibn Qayyim Al-
Jauziyyah, ‘Aun al-Ma‘bûd Syarh Sunan Abî Dâwud, (Beirut: Dar Al-Afkar, t.t.), juz. 11, h. 316.
12
Budiono, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, h. 183.
13
Budiono, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, h. 366.
52
Maka berdasarkan dua tafsiran di atas, yaitu penafsirannya al-wahn ibu hamil
dari ayat al-Quran yang berarti lemah fisik/mental dan penafsirannya oleh Nabi di
dalam hadis yang berarti lemah hati/spiritual terlihat adanya kontradiksi, tetapi lemah
mental juga membawa arti lemah jiwa. Hal ini ingin menyatakan bahwa konklusi dari
semua kutipan definisi dan penafsiran, al-wahn adalah sejenis penyakit yang muncul
ketika ketika manusia tidak bisa berfikir secara sihat, tidak lazim, kerana semua insan
akan berdepan dengan mati. Orang hamil juga sering tidak bisa berfikir secara sihat,
meminta sesuatu yang tidak lazim kerana mengalami al-wahn. Kondisi lemah mental
yang kini terjadi antaranya pada orang yang cenderung tergerus arus materialisme dan
hedonism.
Nabi mengatakan, saat itu umat Islam tidak lagi ditakuti oleh musuh-
musuhnya. Dan umat Islam mengalami penyakit al-wahn berupa cinta dunia dan
takut mati. Dengan kata lain, ini berarti sikap umat Islam yang mulai lebih cinta
kepada dunia, akan mulai takut kehilangan dunianya, kerana itulah mereka takut
untuk menghadapi mati merupakan sebuah kondisi ketika umat Islam tidak lagi
Hadis tersebut berisi sebuah prediksi. Penafsiran pada suatu masa bukan
semestinya mutamad bermaksud akhir zaman, kerana bisa juga berarti zaman
Rasulullah, karena Rasulullah mengatakan "hampir tiba sebuah masa". Ini menandai
bahwa masa itu begitu dekat dengan masa Nabi sendiri, sehingga bisa jadi bukan
akhir zaman. Maka meskipun obyek ketika hadis disabdakan adalah sahabat, yaitu
53
orang yang hampir dengan lingkungan beliau tetapi isensi dan moral yang ingin
Jika dikatakan bahwa zaman sekarang adalah masa akhir zaman, bahkan juga
tanda kiamat, maka persoalan yang akan muncul adalah apakah zaman sekarang
orang sudah sangat cinta dunia dan takut mati? Apakah konteks Rasulullah dan
Sedang apabila ditinjau dari setting sosialnya dan kondisi orang Arab ketika
itu dan sebelumnya (karena hadis ini tidak ditemukan data asbâb al-wurûd), mereka
juga sangat cenderung terhadap hal-hal keduniaan dan memiliki moral yang rendah,
، أﻧﺒﺄ اﺑﻦ وهﺐ، أﻧﺒﺄ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﷲ، ﺣﺪﺛﻨﺎ أﺑﻮ اﻟﻌﺒﺎس ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻳﻌﻘﻮب
: أﻧﻪ ﻗﺎل، ﺣﺪﺛﻨﻲ أﺑﻮ ﺳﻌﻴﺪ اﻟﻐﻔﺎري، أﺧﺒﺮﻧﻲ أﺑﻮ هﺎﻧﺊ ﺣﻤﻴﺪ ﺑﻦ هﺎﻧﺊ اﻟﺨﻮﻻﻧﻲ
ﺳﻤﻌﺖ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ: رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻳﻘﻮل، ﺳﻤﻌﺖ أﺑﺎ هﺮﻳﺮة
اﻷﺷﺮ: وﻣﺎ داء اﻷﻣﻢ ؟ ﻗﺎل، ﻳﺎ رﺳﻮل اﷲ: ﺳﻴﺼﻴﺐ أﻣﺘﻲ داء اﻷﻣﻢ ﻓﻘﺎﻟﻮا:ﻳﻘﻮل
واﻟﺒﻄﺮ واﻟﺘﻜﺎﺛﺮ واﻟﺘﻨﺎﺟﺶ ﻓﻲ اﻟﺪﻧﻴﺎ واﻟﺘﺒﺎﻏﺾ واﻟﺘﺤﺎﺳﺪ ﺣﺘﻰ ﻳﻜﻮن اﻟﺒﻐﻲ » هﺬا
14
« ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ اﻹﺳﻨﺎد وﻟﻢ ﻳﺨﺮﺟﺎﻩ
Maksudnya; “Umatku akan ditimpa penyakit yang pernah menimpa umat
terdahulu.” Sahabat bertanya, “apakah penyakit umat terdahulu itu?” Nabi SAW
menjawab; “penyakit itu telah terlalu banyak seronok, terlalu mewah, menghimpun
14
Abî ‘Abdillah Muhammad bin ‘Abdullah Al-Hâkim al-Naisâbûrî, Al-Mustadrak ‘Alâ al-
Sahîhain, hadis ke- 7419, juz. 17, h. 158.
54
harta sebanyak mungkin, tipu menipu dalam merebut harta benda dunia, saling
memarah, hasut-menghasut sehingga jadi zalim menzalimi”. 15
Hadis di atas ingin meyakinkan bahwa al-wahn tetap wujud di setiap zaman
pada generasi ummat. Kaum Bani Israil juga bersikap al-wahn seperti yang ditafsir
kuasa. Khalifah Abbasiyah juga mengalami kemunduran kerana al-wahn. Hal ini
adalah logis sekalipun ummat Muhammad adalah ‘khair ummah’ tapi tujuan
bahwa inti ajaran dan tujuan (‘illah) yang ingin ditunjuk oleh baginda kepada para
sahabat adalah supaya mempersiapkan diri untuk akhirat dan bahwa Islam adalah
ajaran yang suci dan mendukung etika dan moral yang tinggi. Islam memiliki nilai
spiritualitas yang tinggi sebagai agama. Kondisi ketinggian posisi Islam inilah yang
‘Allah sungguh akan mencabut rasa takut dari dada musuh kalian’ sebagaimana
pengertian bekerjasama, cooperation, yaitu yang melibatkan dua pihak dan lebih. Di
15
‘Umar Sulaiman al-Asyqar, Al-Yaum al-Akhîr al-Qiyâmah al-Sughrâ wa ‘Alâmât al-
qiyâmah al-Kubrâ, penerjemah Irfan Salim, (T.tp.:PT Serambi Ilmu Semesta, Rabiul akhir 1421H/Juli
2000M), cetakan kesatu, h. 180.
55
dilihat dari dua sudut pandang yaitu penguasaan fizikal dan pemikiran. Sudut pertama
karakteristik yang dekat dengan brain washing atau dengan istilah lain thought
kondisi ummat saat ini. Ini kerana serangan pemikiran atau brain washing ini
biasanya sangat efektif pada saat keadaan tidak normal atau tidak berimbang.
56
hadis tanda-tanda akhir zaman, bahkan karena ulama juga telah mengklafikasikan
bahwa pada akhir zaman musuh Islam berkonspirasi mengjatuhkan umat Islam. Arti
yang sebenarnya adalah bukan musuh Islam yang akan menjatuhkan umat Islam
dengan konspirasinya, tetapi umat Islam sendiri yang mulai meninggalkan agamanya
dan dengan itu umat Islam kehilangan martabatnya yang tinggi. Ini adalah
konsekuensi logis, kerana kekuatan umat dewasa ini tidak terkosentrasi pada musuh,
Adapun kebenaran teks dari sudut pembuktiannya dalam konteks ini akan
Dalam kelangsungan hidup dewasa ini, kita tidak dapat menidakkan lahirnya
problemika yang menimpa umat Islam secara aqliyah, diniyah, ruhaniyah, akhlak,
maupun amaliah. Ringkasnya, ummat Islam khususnya konteks ini sering melupakan
16
Indrayogi, ‘Serangan pemikiran dalam Pendidikan Islam’, artikel ini diakses pada 3 Jun
2010 dari http://indrayogi.multiply.com/journal/item/85
17
‘Umar Sulaiman al-Asyqar, Kiamat Kecil dan Tanda-tanda Kiamat Besar, penerjemah Irfan
Salim, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Sastera, Rabi’ul awal 1421H/Juli 2000M), cet. 1, h. 161-162.
57
Allah, sehingga lupa akan diri sendiri. 18 Sedang yang diinginkan Allah SWT adalah
Bagaimana fenomena ini terjadi sedangkan asalnya Allah telah mensifati umat
ini sebagai umat yang baik serta menerangkan kebaikannya.19 Allah berfirman di
☺
⌧ ☺
Artinya: “Kamu (wahai umat Muhammad) adalah sebaik-baik umat yang
dilahirkan bagi (faedah) umat manusia, (kerana) kamu menyuruh berbuat
segala perkara yang baik dan melarang daripada segala perkara yang salah
(buruk dan keji), serta kamu pula beriman kepada Allah (dengan sebenar-
benar iman).
Allah juga mensifati umat ini sebagai umat yang adil dan pilihan. 20
18
Yusuf Qardhawi, Titik Lemah Umat Islam, penerjemah Rusydi Helmi, (Jakarta Timur:
Penebar Salam, Syawal 1421H/Januari 2001), cet. 1, h. 16.
19
Qardhawi, Titik Lemah Umat Islam, h. 14.
20
Qardhawi, Titik Lemah Umat Islam, h. 15.
58
⌧ ⌧
⌧
Artinya: “Dan demikianlah (sebagaimana Kami telah memimpin kamu ke
jalan yang lurus), Kami jadikan kamu (wahai umat Muhammad) satu umat
yang pilihan lagi adil, supaya kamu layak menjadi orang yang memberi
keterangan kepada umat manusia (tentang yang benar dan yang salah) dan
Rasulullah (Muhammad) pula akan menjadi orang yang menerangkan
kebenaran perbuatan kamu”.
Bahkan Allah juga mensifati umat ini sebagai umat yang bersatu, ketika ia
Artinya: “Sesungguhnya agama Islam inilah agama kamu, agama yang satu
asas pokoknya, dan Akulah Tuhan kamu; maka sembahlah kamu akan Daku”.
Saat ini boleh dikatakan ummat Islam adalah ummat yang paling tertinggal
40 juta, namun menguasai ekonomi dan politik dunia. Mereka bisa menguasai
Masjid al-Aqsha tanpa perlawanan berarti dari ummat Islam yang katanya berjumlah
1,2 milyar atau 30 kali lipat lebih banyak dari kaum Yahudi. 22
kepantasan, kepesatan ilmu dan teknologi yang tanpa had, sangat maju di bidang
21
Qardhawi, Titik Lemah Umat Islam, h. 14-16.
22
Berbagai Sumber, ‘Mengapa Ummat Islam Mundur dan Ummat Selain Islam Maju’, artikel
ini diakses pada tanggal 21 April 2010 dari http://www.semuabisnis.com/articles/100514/1/Mengapa-
Ummat-Islam-Mundur-dan-Ummat-Selain-Islam-Maju/Page1.html
59
teknologi, juga menguasai negara-negara Islam secara ekonomi dan politik. Mereka
mampu membuat dan memasarkan berjenis merek mobil, kapal selam, kapal induk
yang mampu memuat ratusan kapal terbang, rudal antar benua dan pesawat ulang
alik. 23
ummat Islam di Afghanistan dan Irak tanpa perlawanan dari seluruh ummat Islam.
dengan mereka. 24
Jepang juga meskipun secara rasmi adalah Negara yang didomisili oleh
mayoritas non muslim, dan sumber pertaniannya merupakan sektor ekonomi yang
kecil kerana ketidaksuburan bumi kesan serangan atom di Hirosyima dan Nagasaki
yang dijatuhi oleh Amerika Serikat pada tanggal 6 Agustus 1945, 25 tetap mempunyai
terbesar di dunia, selepas disesuaikan dengan pariti kuasa beli (PPP), selepas Amerika
Serikat dan Republik Rakyat China. Jepang juga merupakan ekonomi kedua terbesar
23
Berbagai Sumber, ‘Mengapa Ummat Islam Mundur dan Ummat Selain Islam Maju’.
24
Berbagai Sumber, ‘Mengapa Ummat Islam Mundur dan Ummat Selain Islam Maju’.
25
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, ‘Serangan bom atom di Hiroshima dan
Nagasaki’, di akses pada tanggal 21 April 2010 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Serangan_bom_atom_di_Hiroshima_dan_Nagasaki
26
Dari Wikipedia Bahasa Melayu, ensiklopedia bebas, ‘Ekonomi Jepun’, diakses pada tanggal
17 April 2010 dari http://ms.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_Jepun
60
Ini dikarenakan zaman Nabi, sahabat, dan beberapa generasi sesudahnya selama 700
tahun ummat Islam begitu maju menguasai dunia. Islam berkibar dari Ternate, India,
kerajaan Super Power saat itu yaitu Romawi dan Persia. Bahkan ibukota kedua
negara tersebut, yaitu Constantinople (Istambul) dan Baghdad berada di tangan Islam
Semangat jihad ummat Islam begitu tinggi sehingga 200 ribu pasukan
Romawi selama tujuh hari pertempuran tidak mampu mengalahkan strategi pasukan
Islam yang dipimpin komander Khalid bin Walid yang berjumlah hanya tiga ribu
orang.
Dalam Perang Salib antara ummat Kristen dengan Ummat Islam yang terjadi
beberapa kali dari tahun 1096 hingga 1291 untuk memperebutkan Palestina, hanya
perang Salib pertama yang dimenangkan ummat Kristen. Setelah itu ummat Islam
yang menang dan berkuasa hingga abad 20 sebelum akhirnya jatuh ke tangan Israel.
Sama halnya di bidang ilmu pengetahuan, Ibnu Sina (Avicenna) yang dikenal
sebagai Bapa Kedokteran dunia. Ketika perang Salib dan Raja Richard the Lion Heart
sakit, tiada ada satu dokter Eropa pun yang mampu mengobatinya. Justru Sultan
27
Berbagai Sumber, ‘Mengapa Ummat Islam Mundur dan Ummat Selain Islam Maju’.
28
Berbagai Sumber, ‘Mengapa Ummat Islam Mundur dan Ummat Selain Islam Maju’.
61
seperti Aljabar (Algebra), Algoritma (Algorithm) yang dikenali hingga kini. Bahkan
angka yang digunapakai sekarang merupakan hasil penemuan ilmuwan Islam yang
Romawi yang sangat tidak fleksibel. Pada saat munculnya Islam, bangsa Barat belum
mengenal angka 0 (No l) dan Islamlah yang mengenalkan angka itu pada mereka. 30
Tetapi kini cahaya keunggulan dan kegemilangan Islam itu sudah malap sama
sekali, yang jelas adalah ummat Islam modern ini mengalami kebalikannya. Mengapa
dan kenapa hal ini bisa terjadi? Apa gerangan faktor kelemahan tersebut? Salah
melemahnya setiap aspek tadi samada di masa lampau, saat ini dan kemudian
bertepatan dengan sabdanya hadis yang menjadi obyek penelitian, yaitu disebabkan
29
Berbagai Sumber, ‘Mengapa Ummat Islam Mundur dan Ummat Selain Islam Maju’.
30
Berbagai Sumber, ‘Mengapa Ummat Islam Mundur dan Ummat Selain Islam Maju’.
62
hilang kesadaran atau penafsiran al-wahn dari definisi sebelumnya berarti tidak bisa
ل
ُ ﻦ َﺑﺸِﻴ ٍﺮ َﻳﻘُﻮ
َ ْن ﺑ
َ ﺖ اﻟ ﱡﻨﻌْﻤَﺎ
ُ ْﺳ ِﻤﻌ
َ ل
َ ﻋﻦْ ﻋَﺎ ِﻣ ٍﺮ ﻗَﺎ
َ ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ َز َآ ِﺮﻳﱠﺎ ُء
َ ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ َأﺑُﻮ ُﻧ َﻌﻴْ ٍﻢ
َ
ﺤﺮَا ُم ﺑَ ﱢﻴﻦٌ َو َﺑﻴْ َﻨ ُﻬﻤَﺎ
َ ْل ﺑَ ﱢﻴﻦٌ وَاﻟ
ُ ﺤﻠَﺎ
َ ْل اﻟ
ُ ﺳﱠﻠ َﻢ َﻳﻘُﻮ
َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو
َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠ ُﻪ
َ ِل اﻟﻠﱠﻪ
َ ﺖ َرﺳُﻮ
ُ ْﺳ ِﻤﻌ
َ
ْﺿ ِﻪ َو َﻣﻦ
ِ ْﻋﺮ
ِ س َﻓ َﻤﻦْ ا ﱠﺗﻘَﻰ اﻟْ ُﻤﺸَ ﱠﺒﻬَﺎتِ اﺳْ َﺘﺒْ َﺮَأ ِﻟﺪِﻳ ِﻨ ِﻪ َو
ِ ُﻣﺸَ ﱠﺒﻬَﺎتٌ ﻟَﺎ ﻳَﻌْﻠَ ُﻤﻬَﺎ َآﺜِﻴﺮٌ ِﻣﻦْ اﻟﻨﱠﺎ
ﺣﻤًﻰ
ِ ﻚ
ٍ ن ِﻟ ُﻜﻞﱢ َﻣِﻠ
ﻚ َأنْ ُﻳﻮَا ِﻗ َﻌ ُﻪ أَﻟَﺎ َوِإ ﱠ
ُﺷ
ِ ل اﻟْﺤِﻤَﻰ ﻳُﻮ
َ ْﺣﻮ
َ ع ﻳَﺮْﻋَﻰ
ٍ ت َآﺮَا
ِ ﺸ ُﺒﻬَﺎ
َو َﻗ َﻊ ﻓِﻲ اﻟ ﱡ
ﺴ ُﺪ
َﺠَ ْﺢ اﻟ
َ ﺻَﻠ
َ ْﺤﺖ
َ ﺻَﻠ
َ ﺴ ِﺪ ُﻣﻀْ َﻐ ًﺔ ِإذَا
َﺠَ ْن ﻓِﻲ اﻟ
ﺿ ِﻪ َﻣﺤَﺎ ِر ُﻣ ُﻪ أَﻟَﺎ َوِإ ﱠ
ِ ْﺣﻤَﻰ اﻟﻠﱠﻪِ ﻓِﻲ َأر
ِ ن
أَﻟَﺎ ِإ ﱠ
32
ﺐ
ُ ْﻲ اﻟْ َﻘﻠ
َ ﺴ ُﺪ ُآﻠﱡ ُﻪ أَﻟَﺎ َو ِه
َﺠَ ْﺴ َﺪ اﻟ
َ ﺴ َﺪتْ َﻓ
َ ُآﻠﱡ ُﻪ وَإِذَا َﻓ
Maksudnya: Diriwayatkan dari al-Nu‘man bin Basyir r.a: Aku pernah
mendengar Rasulullah SAW bersabda “Yang halal dan yang haram telah
jelas. Namun sebagian besar umat manusia tidak mengetahui bahwa di
antara keduanya terdapat syubhat ( sesuatu yang diragukan). Siapa pun yang
meninggalkannya, ia telah menyelamatkan agamanya dan kehormatannya.
Dan orang yang menurutkannya bagaikan seorang pengembala yang
menggembalakan (ternaknya) di dekat hima (padang rumput pribadi) milik
orang lain, dan kapan saja ia dapat terperangkap di dalamnya. (wahai
umatku!) berhati-hatilah! Setiap raja memiliki hima dan hima kepunyaan
Allah SWT di bumi ini adalah segala sesuatu yang diharamkan Allah.
Hati-hatilah! Ada segumpal daging di dalam tubuh yang apabila
gumpalan daging itu baik maka baik pulalah seluruh tubuh, dan bila
gumpalan daging itu buruk maka buruk pulalah seluruh tubuh. Segumpal
daging itu adalah hati (qalb)”. 33
Soal benar atau tidak argumentasi ini bisa dilihat dari sudut keterkaitan hadis
31
Qardhawi, Titik Lemah Umat Islam, h. 13.
32
Al-Bukhârî, Abû ‘Abdullah Muhammad bin Ismâ‘îl al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî, kitab al-
Iman, bab Fadl Man Istabrâ` Li dînih, hadis ke-52, (Jordan: Bait al-Afkar wa al-Dauliyyah), cet.
Terbaru. h. 18-19.
33
Al-Zabidi, Ringkasan Shahîh al-Bukhârî, penerjemah Cecep Syamsul Hari dan Tholib Anis,
(Bandung: PT Mizan Pustaka, Jumada al-Tsaniyah 1429/Juni 2008), cetakan 1, h. 26.
63
kehidupan dunia baik yang berupa harta kekayaan atau sebagainya dengan syarat
segala kekuasaan, kekayaan yang tidak diimbangi dengan nilai iman dan norma
atas nikmat Allah yang menuntun kepada kehancuran dan kebinasaan di muka
bumi. 34
Ini juga karena tabiat semulajadi manusia itu selalu cenderung pada hal-hal
yang cepat untuk mendapatkan kecintaan dan kesuksesannya, terkadang banyak yang
tidak lagi mempedulikan bagaimana dan cara bagi mencapai kesuksesan. Seperti yang
dijelaskan oleh Allah dalam surat al-Qiyamah ayat 20-21 dan surat Al-Insan ayat 27:
⌧⌧
⌧
Artinya: “Ingat! bahkan kamu suka yang segera dan kamu tinggalkan
akhirat.”
⌧
⌧
Artinya: “Sesungguhnya mereka itu mencintai yang segera, dan
meninggalkan di belakangnya hari yang berat pertanggungan jawabnya
(siksanya).”
Sayyid Qutb telah menjelaskan bahwa: “Dalam hidup dan kehidupan ini
setiap zaman dan waktu, seseorang selalu terbuai dengan kenikmatan duniawi.
34
Majidy dan Nik Mat, Kisah Cinta Dalam Al-Quran: Mengenal Cinta Meraih Allah, h. 144.
64
Mereka lupa ada kenikmatan yang lebih tinggi dan lebih abadi berbanding
kenikmatan dunia yang sesaat ini. Mereka terbuai dengan kemegahan mata kasar.
Mereka sama sekali tidak pernah memikirkan dari mana kekayaan itu diperoleh,
dengan cara seperti apapun dipergunakan untuk apa. Cara pandang mereka (insan
yang lemah iman) melihat dunia tidak jauh beza dengan cara semut melihat gula.
alamat kehancuran. Bahkan ini adalah konsekuensi logis, karena di antara aspek yang
memperpanjang usia dan memperluas kemakmuran serta disegani musuh yaitu tidak
hidup mewah dan tidak terjerumus ke dalam kesenangan. Kerana hidup mewah
berkorban. 36
35
Majidy dan Nik Mat, Kisah Cinta Dalam Al-Quran: Mengenal Cinta Meraih Allah, h. 150.
36
Muhammad Sayyid al-Wakil, Wajah Dunia Islam Dari Bani Umayyah Hingga Imperialisme
Modern, penerjemah Fadhli Bahri, Lc, (Jakarta Timur: Pustaka al-Kautsar, November 2009), cet. 6, h.
21.
65
maksiat, berhibur dan bersenang akan melentur hati menjadi keras, sebagaimana
kerasnya hati para ahli kitab sebelumnya. 38 Allah berfirman di dalam surat al-
⌧
⌧
⌧ ☺
☺
☺
☺
☺ ☺
Artinya: “Kemudian sesudah itu, hati kamu juga menjadi keras seperti batu,
bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu ada yang terpancar
dan mengalir air sungai daripadanya; dan ada pula di antaranya yang
pecah-pecah terbelah lalu keluar mata air daripadanya; dan ada juga di
antaranya yang jatuh ke bawah kerana takut kepada Allah; sedang Allah
tidak sekali-kali lalai daripada apa yang kamu kerjakan”.
Padahal ajaran yang paling penting dari agama kita adalah pensucian hati dan
pembersihan diri. 39 Allah berfirman di dalam surat al-Syamsy ayat 9 dan 10:
37
Mukaddimah Ibnu khaldun, hal. 187.
38
Al-Qardhawi, Titik Lemah Umat Islam, h. 34.
39
Al-Qardhawi, Titik Lemah Umat Islam, h. 35.
66
⌧
Artinya: “Sesungguhnya berjayalah orang yang menjadikan dirinya - yang
sedia bersih bertambah-tambah bersih (dengan iman dan amal kebajikan).
Dan sesungguhnya hampalah orang yang menjadikan dirinya - yang sedia
bersih - itu susut dan terbenam kebersihannya (dengan sebab kekotoran
maksiat)”.
adalah menyibukkan diri dengan hal-hal yang al-mubah secara berlebihan sehingga
dapat menyebabkan kelalaian dalam melakukan ketaatan kepada Allah SWT dan
menyita waktu. Yang sangat berpengaruh terhadap hati sekiranya melampaui batas. 40
mubah maka pasti terjerumus ke dalam lembah keraguan-raguan, dan pada gilirannya
bumi, di laut saat ini adalah karena tunduknya manusia kepada hawa nafsu dan
⌧
☺
40
Hussin Muhammad Syamir, 31 Sebab Lemahnya Iman, penerjemah Musthafa Aini, (Jakarta:
Darul Haq, Muharram 1430H/Januari 2009), cet. VII, h. 117.
41
Yusuf al-Qardhawi, Islam Agama Ramah Lingkungan, penerjemah Abdullah Hakam Shah,
Dkk., (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, Mei 2002), cet. 1, h. 354.
67
Artinya: “Dan kalaulah kebenaran itu tunduk menurut hawa nafsu mereka,
nescaya rosak binasalah langit dan bumi serta segala yang adanya. (Bukan
sahaja Kami memberikan ugama yang tetap benar) bahkan Kami memberi
kepada mereka Al-Quran yang menjadi sebutan baik dan mendatangkan
kemuliaan kepada mereka; maka Al-Quran yang demikian keadaannya,
mereka tidak juga mahu menerimanya”.
⌧⌧
⌧
Artinya: “Ingatlah! Sesungguhnya jenis manusia tetap melampaui batas (yang
sepatutnya atau yang sewajibnya). Dengan sebab ia melihat dirinya sudah
cukup apa yang dihajatinya”.
bahwa segala bentuk kekuasaan, kenikmatan, dan kesenangan dunia adalah sekedar
☺
68
Ibnu Khaldun menukil nasihat salah seorang ulama Persia kepada rajanya
yang isinya:
Peneliti besar Islam, Dr. Yusuf al-Qardhawi berpendapat bahwa Islam adalah
paling pertama yang ditimpa kemalangan dan dampak negatif dari kejahatan
kediktatoran dan kezaliman. Tirani dan kediktatoran bukan saja merusak politik, tapi
juga merusak menajemen, ekonomi, moral, agama, dan merusak semua kehidupan. 43
Dia merusak menajemen kerana menajemen yang baik akan memilih orang
yang duduk dalam sebuah jabatan adalah orang yang mampu, terpercaya, mampu
yang pas pula; yang baik diberi bonus dan yang jahat dikenai sanksi.44
42
Mukaddimah Ibnu Khaldun, hal. 320.
43
Al-Qardhawi, Keprihatinan Muslim Modern, h. 256.
44
Al-Qardhawi, Keprihatinan Muslim Modern, h. 257.
69
mendekati orang penting dan orang-orang munafik, atas perhitungan kaum moralis
lenyap, dan umat akan mendekati masa kehancurannya. 46 Hal ini sebagaimana yang
ﻦ
ِ ْﻋﻄَﺎ ِء ﺑ
َ ْﻋﻦ
َ ﻲ
ﻋِﻠ ﱟ
َ ﻦ
ُ ْل ﺑ
ُ ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ هِﻠَﺎ
َ َﺳﻠَﻴْﻤَﺎن
ُ ﻦ
ُ ْﺢ ﺑ
ُ ْﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ ُﻓَﻠﻴ
َ ن
ٍ ﺳﻨَﺎ
ِ ﻦ
ُ ْﺤﻤﱠ ُﺪ ﺑ
َ ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ ُﻣ
َ
ﺳﱠﻠ َﻢ ِإذَا
َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو
َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠ ُﻪ
َ ِل اﻟﻠﱠﻪ
ُ ل َرﺳُﻮ
َ ل ﻗَﺎ
َ ﻋﻨْ ُﻪ ﻗَﺎ
َ ﻲ اﻟﻠﱠ ُﻪ
َﺿ
ِ ﻋﻦْ َأﺑِﻲ ُه َﺮﻳْ َﺮ َة َر
َ َﻳﺴَﺎ ٍر
ل ِإذَا ُأﺳْ ِﻨ َﺪ اﻟَْﺄﻣْ ُﺮ
َ ل اﻟﻠﱠﻪِ ﻗَﺎ
َ ﻋ ُﺘﻬَﺎ ﻳَﺎ َرﺳُﻮ
َ ﻒ ِإﺿَﺎ
َ ْل َآﻴ
َ ﻋ َﺔ ﻗَﺎ
َ ﻈﺮْ اﻟﺴﱠﺎ
ِ ﺿ ﱢﻴ َﻌﺖْ اﻟْﺄَﻣَﺎﻧَ ُﺔ ﻓَﺎﻧْ َﺘ
ُ
ﻋ َﺔ
َ ﻈﺮْ اﻟﺴﱠﺎ
ِ ﻏﻴْ ِﺮ َأهِْﻠ ِﻪ ﻓَﺎﻧْ َﺘ
َ ِإﻟَﻰ
Artinya: “Jika kamu telah menyia-nyiakan amanat, maka tunggulah
kehancuran. Dikatakan: “dan bagaimana menyiakannya?”. Rasulullah
menjawab: “jika sesuatu perkara diberikan kepada selain ahlinya maka
tunggulah kehancuran”. 47
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Ada dua kelompok umatku yang jika
mereka baik maka akan baik seluruh umatku, dan jika mereka rusak maka akan rusak
Pada konteks ini juga, banyak wanita misalnya terjerumus di dalam bidang
kerjaya antaranya periklanan dan prostitusi. Mereka menjadi obyek eksploitasi sistem
kapitalisme yang memandang materi adalah segalanya. Para perempuan ini, sadar dan
45
Al-Qardhawi, Keprihatinan Muslim Modern, h. 257.
46
Al-Qardhawi, Keprihatinan Muslim Modern, h. 257. Lihat, Majidy dan Nik Mat, Kisah
Cinta Dalam Al-Quran: Mengenal Cinta Meraih Allah, h. 170-174.
47
Al-Qardhawi, Keprihatinan Muslim Modern, h. 257.
48
Syeikh ibn al-Rais Karmani, Mega Tragedi Lengkap Asyura, penerjemah Ahmad Subandi,
(T.tp.: Al-Huda, Disember 2008), cet. 1, h. 35.
70
tidak, menjadi ujung tombak dalam sistem ekonomi kapitalisme. Mereka menjadi
pendidikan tinggi turut terjebak dalam lingkaran eksploitasi. Tenaga dan pikiran
komoditi. Membuka aurat, bahkan sampai adegan berzina pun dilakoni, asal
mendatangkan materi. Aurat perempuan dilombakan dan dinilai, mana yang paling
mendatangkan hoki. Tidak hanya perempuan dewasa, bahkan gadis-gadis, sejak belia
sudah mulai dikader untuk menjadi bagian dari bisnis eksploitasi ini di layar kaca,
antara penyimpangan sosial yang banyak terdapat di hampir seluruh Negara ini
memang sudah berumur tua, selalu ada dalam kehidupan masyarakat sejak ribuan
pemerintah. Demi wang dan kekayaan, banyak antara pemimpin yang terlibat di
dalam amalan korupsi, kasus suap, korupsi, gratifikasi, tipu menipu dan bahwa
49
Asri Supatmiati, “Eksploitasi Wanita”, artikel diakses pada 1 march 2010 dari laman web
http://www.indoforum.org/showthread.php?t=42372
50
‘Parpol Tak Lepas dari Jerat Korupsi’, Kompas, senin, 12 April 2010, h. 1. Lihat
http://korupsi.vivanews.com/ diakses pada tanggal 20 April 2010. Lihat ‘Perlu, Upaya Mendasar
71
Amalan korupsi dan segala sikap seperti sikap arogansi terhadap harta benda,
hedonism, banyak melakukan kemaksiatan, merebut kedudukan demi uang dan nama
berpecah-belah, saling bermusuhan antara satu sama lain. Ummat Islam boleh
dikatakan ummat yang paling miskin, paling ketinggalan, dan paling suka bertengkar
dengan sesama.
syairnya:
terkuburnya sistem Islam dan akhlak Islam berganti dengan sistem sekular dan moral
barat yang tidak tertanding dengan kehebatan hukum Islam turut mengubur
kemuliaan kaum Muslim. Ummat tidak lagi dibentang dengan tembok akidah Islam
yang ketat sehingga pemikiran sesat mudah merasuk ke dalam diri mereka.
Indonesia Bisa Meniru China untuk Berantas Praktik Suap’, Kompas, Senin, 5 April 2010, h.
1. Lihat Heri Susanto dan Desy Afrianti, ‘Kasus Bank Century Berkas Robert Tantular Diserahkan ke
Kejati’, diakses pada tanggal 20 April 2010 dari http://korupsi.vivanews.com/news/read/25631-
berkas_robert_tantular_diserahkan_ke_kejati
51
Yusuf al-Qardhawi, Keprihatinan Muslim Modern, penerjemah Moh. Farid AZ, (Surabaya:
CV. Dunia, 21 Ramadhan 1416 H/11 Februari 1995), h. 314.
72
Modern
hadis yang menjadi obyek penelitian relevan dibuktikan dengan beberapa kasus yang
Serikat untuk menguasai dan pencerobohan ke atas Baghdad lewat beberapa tahun
yang lalu.
Sekiranya kita memusatkan pemerhatian dengan kanta hati dan iman terhadap
dua berita yang akan disebutkan, nescaya kita akan mendapati persamaan di antara
keduanya yaitu berita pertama dari hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud
ﻦ ﺟَﺎ ِﺑ ٍﺮ
ُ ْﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ اﺑ
َ ﻦ َﺑﻜْ ٍﺮ
ُ ْﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ ِﺑﺸْ ُﺮ ﺑ
َ ﻲ
ﻦ ِإﺑْﺮَاهِﻴ َﻢ اﻟ ﱢﺪ َﻣﺸْ ِﻘ ﱡ
ُ ْﻦ ﺑ
ِ ﻋﺒْ ُﺪ اﻟ ﱠﺮﺣْ َﻤ
َ ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ
َ
ﻚ اﻟُْﺄ َﻣ ُﻢ
ُﺷ
ِ ﺳﱠﻠ َﻢ ﻳُﻮ
َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو
َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠ ُﻪ
َ ِل اﻟﻠﱠﻪ
ُ ل َرﺳُﻮ
َ ل ﻗَﺎ
َ ن ﻗَﺎ
َ ﻋﻦْ َﺛﻮْﺑَﺎ
َ ﺴﻠَﺎ ِم
ﻋﺒْ ِﺪ اﻟ ﱠ
َ ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨِﻲ َأﺑُﻮ
َ
ْل َﺑﻞ
َ ﻦ َﻳﻮْ َﻣ ِﺌ ٍﺬ ﻗَﺎ
ُ ْل ﻗَﺎﺋِﻞٌ َو ِﻣﻦْ ِﻗﱠﻠ ٍﺔ َﻧﺤ
َ ﻋَﻠﻴْ ُﻜﻢْ آَﻤَﺎ َﺗﺪَاﻋَﻰ اﻟَْﺄ َآَﻠ ُﺔ إِﻟَﻰ َﻗﺼْ َﻌ ِﺘﻬَﺎ َﻓﻘَﺎ
َ َأنْ َﺗﺪَاﻋَﻰ
ﻋ ُﺪوﱢ ُآ ْﻢ اﻟْ َﻤﻬَﺎ َﺑ َﺔ
َ ﺻﺪُو ِر
ُ ْﻦ اﻟﱠﻠ ُﻪ ِﻣﻦ
ﻋﱠ
َ ﻞ َوَﻟ َﻴﻨْ َﺰ
ِ ْﺴﻴ
ﻏﺜَﺎءٌ َآ ُﻐﺜَﺎ ِء اﻟ ﱠ
ُ َْأﻧْ ُﺘﻢْ َﻳﻮْ َﻣ ِﺌ ٍﺬ َآﺜِﻴﺮٌ َوَﻟ ِﻜ ﱠﻨ ُﻜﻢ
ﺣﺐﱡ اﻟ ﱡﺪﻧْﻴَﺎ
ُ ل
َ ﻦ ﻗَﺎ
ُ ْل اﻟﻠﱠﻪِ وَﻣَﺎ اﻟْ َﻮه
َ ل ﻗَﺎﺋِﻞٌ ﻳَﺎ َرﺳُﻮ
َ ﻦ َﻓﻘَﺎ
َ ْﻦ اﻟﻠﱠ ُﻪ ﻓِﻲ ُﻗﻠُﻮ ِﺑ ُﻜﻢْ اﻟْ َﻮه
ِﻣﻨْ ُﻜﻢْ َوَﻟ َﻴﻘْ ِﺬ َﻓ ﱠ
52
ت
ِ َْو َآﺮَا ِه َﻴ ُﺔ اﻟْ َﻤﻮ
Pertama: “Hampir saja bangsa-bangsa memangsa kalian sebagaimana orang-orang
lapar menghadapi meja penuh hidangan.” Seseorang bertanya, “Apa kami
saat itu sedikit”? Jawab beliau, “Bahkan kalian saat itu banyak, akan tetapi
kalian seperti buih di laut. Allah sungguh akan mencabut rasa takut dari
dada musuh kalian, dan Allah sungguh akan mencampakkan penyakit wahn
52
Abî Dâwud Sulaimân bin al-`Asy‘ats al-Sijistânî, Sunan Abî Dâwud, (T.tp.: Dar al-A’lam,
1423H/2003M), Cetakan pertama, h. 698.
73
Kedua: Untuk menjayakan ‘misi keamanan’ di Iraq seperti yang memberi kenyataan
Negara asing dalam jumlah yang banyak yang melibatkan ketenteraan dari Negara
Ada 18 buah Negara lain yang ikut menceroboh pada 2003 tetapi menarik
balik tenteranya. 54
Gambaran yang jelas dan nyata daripada kedua-dua berita itu ialah ada satu
kelompok manusia yang dijadikan makanan dan ada satu kelompok manusia yang
dalam berita pertama. Kedua-dua berita ini ada hubung kait yang mana salah satunya
adalah satu bukti kebenarannya. Yang satu adalah hadis dan yang lainnya adalah
manusia 39 negara dunia moden pimpinan Amerika yang pada kenyataannya bukan
53
‘Umar Sulaiman al-Asyqar, Al-Yaum al-Akhîr al-Qiyâmah al-Sughrâ wa ‘Alâmât al-
qiyâmah al-Kubrâ, penerjemah Irfan Salim, (T.tp.:PT Serambi Ilmu Semesta, Rabiulakhir 1421H/Juli
2000M), cetakan kesatu, h. 161.
54
“Kebenaran Hadis Dalam Senario Iraq Modern: Kejatuhan Baghdad 772 Tahun Lalu
Berulang Akibat Kerakusan Mengejar Keduniaan”, Utusan Malaysia, 21 februari 2004, h. 12.
55
“Kebenaran Hadis Dalam Senario Iraq Modern: Kejatuhan Baghdad 772 Tahun Lalu
Berulang Akibat Kerakusan Mengejar Keduniaan”, Utusan Malaysia, 21 februari 2004, h. 12.
74
Negara Islam. Mereka adalah penceroboh tetapi mereka bangga dan tidak berasa
Ummat Islam adalah kelompok yang kalah. Mereka juga seperti apa yang
telah disebutkan dengan jelas oleh hadis, terkena jangkitan penyakit al-wahn yakni
perjuangan menimpa umat sebelum Islam. Dalam sebuah hadis, baginda bersabda:
، أﻧﺒﺄ اﺑﻦ وهﺐ، أﻧﺒﺄ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﷲ، ﺣﺪﺛﻨﺎ أﺑﻮ اﻟﻌﺒﺎس ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻳﻌﻘﻮب
: أﻧﻪ ﻗﺎل، ﺣﺪﺛﻨﻲ أﺑﻮ ﺳﻌﻴﺪ اﻟﻐﻔﺎري، أﺧﺒﺮﻧﻲ أﺑﻮ هﺎﻧﺊ ﺣﻤﻴﺪ ﺑﻦ هﺎﻧﺊ اﻟﺨﻮﻻﻧﻲ
ﺳﻤﻌﺖ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ: رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻳﻘﻮل، ﺳﻤﻌﺖ أﺑﺎ هﺮﻳﺮة
اﻷﺷﺮ: وﻣﺎ داء اﻷﻣﻢ ؟ ﻗﺎل، ﻳﺎ رﺳﻮل اﷲ: ﺳﻴﺼﻴﺐ أﻣﺘﻲ داء اﻷﻣﻢ ﻓﻘﺎﻟﻮا:ﻳﻘﻮل
واﻟﺒﻄﺮ واﻟﺘﻜﺎﺛﺮ واﻟﺘﻨﺎﺟﺶ ﻓﻲ اﻟﺪﻧﻴﺎ واﻟﺘﺒﺎﻏﺾ واﻟﺘﺤﺎﺳﺪ ﺣﺘﻰ ﻳﻜﻮن اﻟﺒﻐﻲ » هﺬا
56
« ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ اﻹﺳﻨﺎد وﻟﻢ ﻳﺨﺮﺟﺎﻩ
Maksudnya; “Umatku akan ditimpa penyakit yang pernah menimpa umat
terdahulu. “Sahabat bertanya , “apakah penyakit umat terdahulu itu?” Nabi SAW
menjawab; “penyakit itu telah terlalu banyak seronok, terlalu mewah, menghimpun
harta sebanyak mungkin, tipu menipu dalam merebut harta benda dunia, saling
memarah, hasut-menghasut sehingga jadi zalim menzalimi”. 57
Penyakit yang disebutkan oleh Rasulullah SAW ini telah banyak kita lihat
dikalangan muslim hari ini. Di sana sini kita melihat penyakit ini merebak dan
menjalar dalam masyarakat dengan ganasnya. Dunia Islam dilanda krisis rohani yang
56
Abî ‘Abdillah Muhammad bin ‘Abdullah Al-Hâkim al-Naisâbûrî, Al-Mustadrak ‘Alâ al-
Sahîhain, hadis ke-7419, juz. 17, h. 158.
57
Al-Asyqar, Al-Yaum al-Akhîr al-Qiyâmah al-Sughrâ wa ‘Alâmât al-qiyâmah al-Kubrâ, h.
180.
75
sangat tajam dan meruncing. Dengan kekosongan rohani itulah mereka terpaksa
Pada saat itu, hilanglah nilai akhlak dan yang wujud hanyalah kecurangan,
Apa yang menimpa Iraq modern hari ini adalah sama halnya juga dengan apa
yang menimpanya 772 tahun lalu. Pada 656H/1258M, Baghdad jatuh ke tangan
Cucu Genghis Khan, Ibn Katsîr menulis, “Saya memasuki kota Baghdad pada
656H. Pada tahun itu saya telah melihat bala tentara Tatar telah mengepung kota
dengan anak panah dari setiap penjuru sehingga akhirnya mengenai seorang sahaya
wanita yang sedang bermain dengan khalifah. Sahaya yang bernama Arfah itu
termasuk salah seorang gundik khalifah. Ketika anak panah itu mengenainya dia
Dari segi sebab, strategi, metode dan akibatnya adalah lebih kurang sama,
yang berbeda hanyalah pelaku, alat dan waktu. Pada masa pencerobohan itu 1.8 juta
orang terbunuh seperti dilaporkan Ibn Katsîr. Bandingkan dengan ribuan jumlah
58
Free Ensiklopedia, “Bani Abbasiyah”, artikel ini diakses pada tanggal 31 Disember 2009
dari http://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Abbasiyah
59
Abî al-Fidâ` al-Hafîz Ibn Katsîr (w. 774H), Al-Bidâyah wa al-Nihâyah, (Beirut: Dar al-Fikr,
t.t.), cet.1, juz. 13, h. 200.
76
rakyat Iraq yang terbunuh selepas beberapa tahun pencerobohan Amerika ke atas
Negara tersebut.
minuman keras dan seks; kekikiran khalifah; perselisihan dan pertempuran antara
penganut mazhab; dan ketidakserasian antara khalifah, wazir dan general Turki. 60
Manakala di antara sebab kejatuhan Baghdad hari ini adalah jatuhnya kota
besar Irak bermula dari Selatan, Basra hingga Utara, Kurdistan; hedonisme pemimpin
Parti Baath yang memerintah Irak pimpinan Saddam Hussein; perselisihan mazhab
yang membakar dan ketidakserasian jentera kerajaan sehingga diakui seorang jeneral
itu tidak dibenarkan untuk berbuat demikian malah diserahkan kepada Pengawal
Republik pimpinan anak Saddam; Qusai yang tidak berpengalaman dalam strategik
peperangan. 61
antara umat Islam yang berbilang bangsa ketika itu di mana ia mengundang
Baghdad itu adalah peristiwa yang paling bersejarah.pada zaman Bani Buwaih
mazhab khilafah Abbasiyah adalah Syiah. Selepas berpindah kepada Seljuk, mazhab
kerajaan kembali kepada Sunni. Akan tetapi, khalifah pada akhir era kerajaan
60
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT RajaGrafido Persada, t.t.), h.70-71.
61
Ensikliopedia Bebas, “Invasi Iraq 2003”, artikel diakses pada tanggal 31 Disember 2009
dari http://id.wikipedia.org/wiki/Invasi_Irak_2003
77
Abbasiyah masih terus percaya kepada tokoh Syiah seperti Mu’ayyid ad-Deen bin al-
Alqami. Atas perbalahan yang berlaku di antara Sunni dan Syiah, Mu’ayyid telah
tadah dan membuka laluan kepada Hulagu menyerang Baghdad sehingga ke akar
Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan
saja mengakhiri kekuasaan khilafah Bani Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan
awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Baghdad sebagai
pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu
pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumihanguskan oleh pasukan Monggol yang
Senario Iraq moden termasuk di dalamnya minyak bukanlah senario Iraq dan
barat pimpinan Amerika saja tetapi ia sebenarnya senario kebenaran dan kebatilan,
Islam dan jahilliyyah serta menjelaskan bahwa rakusnya manusia terhadap hal-hal
ل
َ ﻋﻦْ َأﺑِﻲ ُه َﺮﻳْ َﺮ َة ﻗَﺎل ﻗَﺎ
َ ﻋﻦْ َأﺑِﻴ ِﻪ
َ ﻞ
ٍ ْﺳ َﻬﻴ
ُ ْﻋﻦ
َ ٌﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ ُزهَﻴْﺮ
َ ﻦ ﻣُﻮﺳَﻰ
ُ ْﻦ ﺑ
ُﺴ
َﺣَ ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ
َ
ت
ُ ﺴ َﺮ اﻟْ ُﻔ َﺮا
ِ ْﺣﺘﱠﻰ َﻳﺤ
َ ﻋ ُﺔ
َ ت َأوْ ﻟَﺎ َﺗﻘُﻮ ُم اﻟﺴﱠﺎ
ُ ﺴ ُﺮ اﻟْ ُﻔﺮَا
ِ ْﺳﱠﻠ َﻢ َﻳﺤ
َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو
َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠ ُﻪ
َ ِل اﻟﻠﱠﻪ
ُ َرﺳُﻮ
62
Ensiklopedia Bebas, “Bani Abbasiyah”, artikel diakses pada tanggal 31 Disember 2009 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Abbasiyah
78
kerosakan, ditindas, dijajah, adalah berpusat pada esensi krisis besar yang menurut
Yusuf Qardhawi adalah krisis spiritual moralitas, krisis keimanan dan akhlak. Krisis
di sisi yang jangka masa yang panjang akan mengarah kepada ekonomi, politik,
manajemen, sains dan teknologi. Yang intinya berpangkal pada matinya ruh
berpunca dari racun yang ditanam musuh, sejenis penyakit yang samar kelihatan dan
Keduanya adalah kelemahan iman dan akhlak dalam dalam diri seluruh
63
Ahmad bin Hanbal, Al-Musnad al-Imâm Ahmad bin Hanbal, juz 17, cet. 1, Musnad Abû
Hurairah, hadis ke-8038, (Beirut: Dar al-Fikr, 1991), h. 80.
64
Al-Asyqar, Al-Yaum al-Akhîr al-Qiyâmah al-Sughrâ wa ‘Alâmât al-qiyâmah al-Kubrâ, h.
192.
65
KH Imam Zarkasyi, ‘Jangan Jadi Penyakit di Masyarakat’, Gantor, Februari
2006/Muharram 1427, h. 37.
79
Artinya: “Kepada Firaun dan kaumnya; lalu kaum Firaun menurut perintah
Firaun, sedang perintahnya itu bukanlah perintah yang betul”.
⌧
Artinya: “(Dengan yang demikian), maka Firaun memperbodohkan kaumnya,
lalu mereka mematuhinya; sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang fasik
– derhaka”.
Ini adalah kelemahan yang tercermin dalam: “cinta dunia dan takut akan
Jika penguasa tidak lagi mau diganti kursinya oleh orang lain, ia berniat mau
untuk mempertahankannya. Segala cara dihalalkan agar tetap berjabat. Mereka adalah
pemerintahan kita sendiri. Sumbernya bukanlah perbedaan cara berfikir dan siasat,
namun sekedar perbedaan kamauan dan tujuan serta kemaslahatan penguasa di atas
66
Al-Qardhawi, Keprihatinan Muslim Modern, h. 318.
67
Al-Qardhawi, Keprihatinan Muslim Modern, h. 319.
80
memilik barang haram hasil dari penipuan, suap, gratifikasi, korupsi, bisnis prostitusi,
kebutuhan kehidupan lahir dari semboyan ‘het doel heiling de middelen’ (segala jalan
boleh ditempuh) dalam mengejar kekayaan dan kenikmatan. Tanpa peduli halal dan
untuk mencapai tujuan tanpa menghiraukan baik buruk, benar salah semuanya
segala cara, oportunisme, juga kehinaan aroganisme, acuh tak acuh, malas, lemah
dalam produksi, sikap apatis, adalah kotoran dan penyakit, bahkan lebih bahaya dari
seluruh penyakit. 69
Dalam kehidupan modern, sepintas lalu akan dirasa adanya kemajuan dan
kenikmatan secara materi. Tetapi di lain pihak, tanpa disedari adanya pencemaran
jiwa (mental pollution) yang menyerapi diri yang menjadi rahsia konspirasi musuh
dan menyebab kemunduran agama. Dengan arti bahwa bukan musuh Islam yang akan
menjatuhkan umat Islam dengan konspirasinya, tetapi umat Islam sendiri yang mulai
meninggalkan agamanya adalah esensi segala konspirasi musuh dan dengan itu umat
68
Kh Imam Zarkasyi, ‘Rapuhnya Moral Agama’, Gontor, edisi 12 tahun vi, April 2009/Rabiul
Akhir 1430, h. 1.
69
Al-Qardhawi, Keprihatinan Muslim Modern, h. 321.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan ke atas sanad dan matan tentang hadis al-
1. Hadis nombor 4297 yang dikutip dari kitab Sunan Abû Dâwud (sahîh li
hadis dari Musnad Ahmad bin Hanbal melalui Abû Hurairah (8356) dapat
dari Sunan Abû Dâwud dan melalui Tsaubân (22460) oleh jalur Musnad
menurut hadis adalah bersumber dari dalam diri kaum muslimin itu
dari dua unsur yang selalu wujud dalam bentuk kembar dua, dua penyakit
81
ini tidak dapat dipisahkan, yaitu ‘cinta dunia’ dan ‘takut mati’. Umat
Islam kini secara kuantitas memang tidak dinafikan, tetapi aspek kualitas,
tentang segala pemasalahan yang menimpa umat dulu dan kini asalnya
sumber hujjah.
B. Saran-saran
Sejalan dengan beberapa hal yang dibahas penulis dalam skripsi ini, maka
nafsu memburu harta kekayaan karena bentuk ujian iman tersebut akan
sehingga inti ajaran dan apa yang diterapkan oleh beliau dapat direalisasikan
sebaiknya.
82
Konklusinya, semoga penulisan ini terhindar dari kesalahfahaman yang
dan berharap semoga penelitian yang jauh dari kesempurnaan ini bermanfaat
83
Lampiran 1
ﻏﺜَﺎءٌ
ل َﺑﻞْ َأﻧْ ُﺘﻢْ َﻳﻮْ َﻣ ِﺌ ٍﺬ َآﺜِﻴﺮٌ َوَﻟ ِﻜ ﱠﻨ ُﻜﻢْ ُﻦ َﻳﻮْ َﻣ ِﺌ ٍﺬ ﻗَﺎ َل ﻗَﺎﺋِﻞٌ َو ِﻣﻦْ ِﻗﱠﻠ ٍﺔ َﻧﺤْ ُ
ﻋَﻠﻴْ ُﻜﻢْ آَﻤَﺎ َﺗﺪَاﻋَﻰ اﻟَْﺄ َآَﻠ ُﺔ ِإﻟَﻰ َﻗﺼْ َﻌ ِﺘﻬَﺎ َﻓﻘَﺎ َ ﻚ اﻟُْﺄ َﻣ ُﻢ َأنْ َﺗﺪَاﻋَﻰ َ ﺷُ ﺳﱠﻠ َﻢ ﻳُﻮ ِ
ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو َ
ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠ ُﻪ َ
ل اﻟﱠﻠ ِﻪ َ ل َرﺳُﻮ ُ ﻗَﺎ َ
ت
ﺣﺐﱡ اﻟ ﱡﺪ ْﻧﻴَﺎ َو َآﺮَا ِه َﻴ ُﺔ اﻟْ َﻤﻮْ ِ ل ُ ﻦ ﻗَﺎ َ ل اﻟﱠﻠ ِﻪ َوﻣَﺎ اﻟْ َﻮهْ ُ
ل ﻗَﺎﺋِﻞٌ ﻳَﺎ َرﺳُﻮ َ ﻦ َﻓﻘَﺎ َ
ﻦ اﻟﱠﻠ ُﻪ ﻓِﻲ ُﻗﻠُﻮ ِﺑ ُﻜﻢْ اﻟْ َﻮهْ َ
ﻋ ُﺪوﱢ ُآ ْﻢ اﻟْ َﻤﻬَﺎ َﺑ َﺔ ِﻣﻨْ ُﻜﻢْ َوَﻟ َﻴﻘْ ِﺬ َﻓ ﱠ
ﺻﺪُو ِر َ ﻦ اﻟﻠﱠ ُﻪ ِﻣﻦْ ُ ﻋﱠ
ﻞ َوَﻟ َﻴﻨْ َﺰ َ
ﺴﻴْ ِ
َآ ُﻐﺜَﺎ ِء اﻟ ﱠ
ﺷﺒﻴﻞ ﺑﻦ ﻋﻮف /اﻟﻜﻮﻓﺔ أﺑﻮ أﺳﻤﺎء /ﻋﻤﺮو ﺑﻦ ﻣﺮﺛﺪ /اﻟﺸﺎم ﻋﺒﺪ اﻟﺴﻼم /اﻟﺸﺎم
ﺣﺒﻴﺐ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﷲ /اﻟﺒﺼﺮة ﻣﺮزوق /اﻟﺸﺎم اﺑﻦ ﺟﺎﺑﺮ /ﻋﺒﺪ اﻟﺮﺣﻤﻦ ﺑﻦ ﻳﺰﻳﺪ /
اﻟﺸﺎم W. 153 H /
ﻋﻦ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺣﺪﺛﻨﺎ
ﻋﺒﺪ اﻟﺼﻤﺪ ﺑﻦ ﺣﺒﻴﺐ ﻣﺒﺎرك ﺑﻦ ﻓﻀﺎﻟﺔ /اﻟﺒﺼﺮة W. / ﺑﺸﺮ ﺑﻦ ﺑﻜﺮ /اﻟﺸﺎم W. H /
166 L. 124 H /205
ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺣﺪﺛﻨﺎ
أﺑﻮ ﺟﻌﻔﺮ اﻟﻤﺪاﺋﻨﻰ /ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﺮﺣﻤﻦ ﺑﻦ اﺑﺮاهﻴﻢ /اﻟﺸﺎم /
ﺟﻌﻔﺮ /اﻟﻤﺪاﺋﻦ W. 206 H / أﺑﻮ اﻟﻨﻀﺮ /هﺎﺷﻢ ﺑﻦ اﻟﻘﺎﺳﻢ W. / W. 245 H / L. 170 H
ﺣﺪﺛﻨﺎ 207 H / L. 134 H
ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺣﺪﺛﻨﺎ
أﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﺣﻨﺒﻞ / W. 241 H /
L. 164 H
أﺑﻮ داود L. 202 W. 275 H/
H/
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur`an al-Karim
Budiono MA. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Penerbit Agung, 2005.
Al-Qatthan, Manna’ Khalil. Studi Ilmu-ilmu al-Quran. Indonesia: PT. Mitra Kerjaya,
2007. Cet 10
Fatah Yasin, Qurratul Ain. Ilmu Mustholah Hadis. Kuala Lumpur: ISP Shahab
Trading 2006. Cetakan pertama.
Al-Sijistânî, Abî Dâwud Sulaimân bin al-`Asy ast. Sunan Abî Dâwud. T.tp.: Dar al-
A lam, 1423H/2003M. Cetakan pertama.
Metode Takhrij Hadits, Penerjemah Agil Husin Munawwar dan Ahmad Rifqi
Muchtar. Semarang: Dina Utama, t.t
Al-Syaibânî, Ahmad ibn Muhammad bin Hanbal ibn Hilâl ibn Asad. Al-Musnad li
al-Imâm Ahmad bin Hanbal. Beirut: Dar al-Fikr, 1414H/1994M. Cet. 2.
Al-‘Asqalânî, Ahmad ibn Alî Hajar Abû al-Fadhl. Taqrîb al-Tahdzîb. Syiria, Dar
Al-Rasyid, 1986. Cetakan pertama.
……………., Kaidah Kesahihan Sanad Hadis (Telaah Kritis dan Tinjauan dengan
Pendekatan Ilmu Sejarah). Jakarta: Bulan Bintang, 1988.
Ash Shiddieqy, Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis. Semarang: PT Pustaka
Rizki Putra, 1997. Cetakan pertama.
Al-Mizî, Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl. Beirut:
Muassasah al-Risalah, 1992 M/1413H, cet. 3. Beirut: Muassasah al-Risalah,
1980, cetakan pertama.
84
Syams al-Dîn Muhammad ibn Ahmad ibn Uthmân al-Dzahabî. Siyâr al-A’lâm Al-
Nubalâ. Qaherah: Darul Hadis, 2006.
Al-Dzahabî. Al-Kâsyif fî Man Lahu Riwâyah fî al-Kutub Al-Sittah. Beirut: Dar al-
Kutub Al-Sittah, 1983. Cetakan pertama.
Abî Bakr, Jalâl al-Dîn ‘Abd al-Rahman. Thabaqât al-Huffâz. Beirut, Dar al-Kutub
al-‘Ilmiah, 1994. Cet. 2.
Al-Jazrî, ‘Izz al-Dîn Ibn Al-Asir Abî al-Hasan ‘Alî bin Muhammad. Usl al-Ghâbah
U
Abî Bakr, Jalâl al-Dîn ‘Abd al-Rahman. Tabaqât al-Huffâz. Beirut: Dar al-Kutub Al-
Ilmiah, 1994. Cet. 2.
Al-Jauziyyah, Abî Thayyib Muhammad Syams Al-Haq al-‘Adzîm Abadî dan Syams
al-Dîn ibn Qayyim. ‘Aun al-Ma’bûd Syarh Sunan Abî Dâwud. Beirut: Dar
Al-Afkar, tt
85
Manzûr, Abî al-Fadhl Jamâl al-Din Muhammad bin Mukram ibn. Lisân al-‘Arab.
Beirut: Dar Shadir, 1414 H/1994 M). Cet. 3
……………, Titik Lemah Umat Islam. Penerjemah Rusydi Helmi. Jakarta Timur:
Penebar Salam, Syawal 1421H/Januari 2001. Cetakan pertama.
Al-Bukhârî, Abû ‘Abdullah Muhammad bin Ismâ îl. Sahîh al-Bukhârî. Jordan: Bait
al-Afkar wa al-Dauliyyah. Cet. Terbaru.
Al-Wakil, Muhammad Sayyid. Wajah Dunia Islam Dari Bani Umayyah Hingga
Imperialisme Modern. Penerjemah Fadhli Bahri, Lc. Jakarta Timur: Pustaka
al-Kautsar, November 2009. Cet. 6.
Syamir, Hussin Muhammad. 31 Sebab Lemahnya Iman. Penerjemah Musthafa Aini.
Jakarta: Darul Haq, Muharram 1430H/Januari 2009. Cet. VII.
Ibnu katsir, Abi al-Fida al-Hafidz. Al-Bidâyah wa al-Nihâyah. Beirut: Dar al-Fikr,
t.t.. Cetakan pertama.
86
Maizuddin. “Pemahaman Kontekstual Atas Hadis Nabi”. Artikel diakses pada 6 Mac
2010 dari http://maizuddin.wordpress.com/artikel/pemahaman-kontekstual-
atas-hadis-nabi/
Shahaby, Makhsis. “Integritas hadis Dalam Konteks dakwah Islam”. Artikel diakses
pada tanggal 31 Disember 2009 dari
http://media.isnet.org/islam/Quraish/Membumi/Hadis.html
Shahaby, Makhsis. “Integritas Hadis Dalam Konteks Dakwah”. Artikel diakses pada
14 march 2010 dari
http://lenterahadis.com/index.php?option=com_content&view=article&id=67
:integritas-hadits-dalam-konteks-dakwah-islam&catid=36:kajian-
hadis&Itemid=57
Supatmiati, Asri. “Eksploitasi Wanita”. Artikel diakses pada 1 march 2010 dari
laman web http://www.indoforum.org/showthread.php?t=42372
Free Encyclopedia. “Bani Abbasiyah”. Artikel ini diakses pada tanggal 31 Disember
2009 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Abbasiyah
Berbagai Sumber. “Mengapa Ummat Islam Mundur dan Ummat Selain Islam Maju”.
Artikel diakses pada tanggal 21 April 2010 dari
http://www.semuabisnis.com/articles/100514/1/Mengapa-Ummat-Islam-
Mundur-dan-Ummat-Selain-Islam-Maju/Page1.html
“Perlu, Upaya Mendasar Indonesia Bisa Meniru China untuk Berantas Praktik Suap”.
Kompas, Senin, 5 April 2010.
“Kebenaran Hadis Dalam Senario Iraq Modern: Kejatuhan Baghdad 772 Tahun Lalu
Berulang Akibat Kerakusan Mengejar Keduniaan”. Utusan Malaysia, 21
februari 2004, h. 12.
“Parpol Tak Lepas dari Jerat Korupsi”. Kompas, Senin, 12 April 2010, h. 1.
Ilyas, Abustani. “Kontribusi Pemikiran Hadis Rasyid Ridha”. Refleksi: Jurnal Kajian
Agama dan Filsafat. Vol. IX, no. 3 (2007). h. 253.
87