Skripsi
Diajukan ke Fakultas Ushuluddin untuk memenuhi
Persyaratan Meraih Gelar
Sarjana Agama (S.Ag.)
Oleh:
Cici Zulaika
NIM: 1113033100075
iv
KATA PENGANTAR
Bismillāhirraḥmānirraḥīm
tanpa kendala yang berarti. Ṣalawāh dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi
1. Dra. Tien Rohmatin, MA. Sebagai ketua Program Studi Aqidah dan
dalam penulisan skripsi ini. Tanpa beliau saya tidak akan pernah sadar
kuasai.
v
4. Segenap Karyawan Perpustakaan Fakultas Ushuluddin, Universitas
selama ini.
5. Segenap Bapak dan Ibu dosen khususnya Aqidah dan Filsafat Islam,
berpikir penulisan.
7. Buya dan Umi yang selalu percaya akan kesuksesan anaknya, dan
bernama Reynaldi, juga teman baik yaitu Feishal Adam, yang selalu
vi
membantu penulis dan mau berbagi ilmu, terkhusus juga kepada
Penulis menyadari, masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Namun
Kepada Allah saya mohon ampun, yang benar datangnya dari Allah Swt
dan yang salah merupakan kekhilafan penulis sendiri. Semoga dengan ini kita
selalu berpegang teguh pada Alquran yang telah Allah Swt turunkan untuk
Cici Zulaika
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Padanan Aksara
Vokal Tunggal
viii
Vokal Rangkap
Vokal Panjang
Kata Sandang
Syaddah (Tasydȋd)
Syaddah atau tasdȋd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda ()ﹷ, dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf,
yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi,
hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak
setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata
الضرورۃtidak ditulis aḏ-darûrah melainkan al-darûrah.
Ta Marbûṯah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada
kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf
/h/ (lihat contoh 1). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûṯah tersebut
diikuti oleh kata sifat (naʹt) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûṯah
tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi
huruf /t/ (lihat contoh 3).
ix
DAFTAR ISI
x
C. Hikmah Penciptaan Alam.......................................................... 81
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................ 97
B. Saran .......................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 100
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
adalah tentang penciptaan alam. Di mana para failasuf, ilmuwan, bahkan sufi,
umum lainnya memiliki nama lain yaitu Kosmos. Kosmos adalah alam
semesta dengan segala isinya, semisal bumi, tata surya, galaksi, dan
1
Penulisan kata falsafat merujuk pada penjelasan Harun Nasution mengenai sumber kata
tersebut. Menurutnya, Sumber asal kata ini berasal dari Yunani, Philosophia yang terdiri dari
gabungan dua kata, Philein (cinta) dan Sophos (hikmah, kebijaksanaan). Orang Arab
memindahkan kata Yunani tersebut ke dalam Bahasa mereka sesuai tabiat susunan kata-kata
bahasa Arab, yaitu falsafa, dalam bentuk fi’il, mengikuti wazn fa’lala, yufa’lilu, fa’lalah/fa’lalat
wa fi’lāl. Dengan demikian, kata benda dari kata kerja falsafa dan filsaf. Harun Nasution memilih
kata falsafat dengan tidak mengubah tā marbuṭah. Akan tetapi, di Indonesia, sering dipakai istilah
filsafat. “fil” dari kata Barat, dan “safah” dari Arab. Harun Nasution tidak menyetujui kaidah
penggabungan dari dua bahasa ke dalam satu kata fil dan safah. Harun Nasution, Falsafat Agama
(Jakarta: Bulan Bintang, 2003), h. 3.
2
Penerjemahan buku-buku kedalam bahasa Arab secara sistematis terjadi pada masa
Khalifah Al-Ma’Mûn (813-833). Lihat, M. Iqbalut Taufiq, Metafisika Dalam Perspektif AlGhazali
(Jakarta: Program Studi aqidah Filsafat, Fakultas Usuluddin, UIN Jakarta, 2014), h. 41.
1
2
falsafat yang mengenal alam raya, serta meneliti hakikat alam. 4 Secara umum
kausalitas. Analisis kosmologi mencoba mencari apa yang berlaku bagi dunia
ini.5
memberikan pengartian, bahwa alam adalah jagat raya yang diketahui, seperti
bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Tuhan, sedangkan apa yang
tentukan oleh massa, posisi, dan kecepatan yang dipunyai oleh partikel-
3
Save M. Bagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (T.t: T.p,t.t), h. 538.
4
Dick Hartoko, Kamus Populer Filsafat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h.
48.
5
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 499.
6
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h.19.
3
yang fisikal, yang terdiri dari dua bagian. Pertama, penyelidikan falsafah
tentang istilah-istilah pokok yang terdapat dalam fisika, seperti ruang, waktu
hakikat asal, hakikat susunan, hakikat perubahan, dan hakikat tujuan akhir
dari jagat raya ini. Misalnya, bagaimana sesungguhnya hakikat asal dari jagat
alam, terlebih keyakinan kepada Sang pencipta alam. Sebab apabila seseorang
karya Sirajuddin Zar, Al-Kindi9 berpendapat bahwa alam semesta ini adalah
baru, apa yang terdapat padanya pasti terbatas. Penciptaan alam ini juga dari
tidak ada menjadi ada (Creatio ex nihillo), dan pencipta itu ialah Tuhan.10
Adapun filosof setelah al-Kindi, adalah al-Farabi dan Ibn Sina mereka
7
Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam (Lanjutan) Teori dan Praktik, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2010), h. 163.
8
Zulekho, Pandangan Said Nursi tentang Tauhid dan Fenomena Alam, (Skripsi S1
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Islam, Universitas Islam Negeri Jakarta,2016), h. 2.
9
Memiliki nama lengkap Ya’kub Ibnu Ishaq al-Kindi, berasal dari Kindah di Yaman,
tetapi ia lahir di Kufah (Irak) pada tahun 796 M. Orangtuanya adalah gubernur dari Basrah. Al-
Kindi adalah penganut aliran Muktazilah, yang kemudian belajar falsafat. Tidak hanya itu, ia juga
dikenal dengan ilmu kedokterannya, sehingga buku karangannya Legacy of Islam, yang berkenaan
tentang optik di terjemahkan ke dalam bahasa Latin. Ia wafat pada tahun 873 M. Lihat: Harun
Nasutin, Falsafat dan Mistisisme Dalam Islam, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2014), Cet. 12, h. 6.
10
Abdul Aziz Dahlan, Pemikiran Falsafi dalam Islam, (Jakarta: Djambatan, 2003), h.47.
4
berpendapat bahwa alam ini tercipta sejak zaman azali, dan tidak mungkin
Tuhan ada sendiri tanpa mencipta pada awalnya. Tuhan itu tidak mungkin
tidak mencipta lalu mencipta, sama saja menunjukkan bahwa Tuhan itu
memiliki sifat labil, maka tidak ada bedanya dengan manusia. Sementara itu,
Imam al-Ghazâlî berpendapat bahwa alam ini adalah baru, alam haruslah
tidak kadim. Sebab yang menciptakan alam adalah Tuhan, jadi bagaimana
mungkin alam ini azali. Jika dikatakan azali, maka hal itu sangatlah
jelas perbedaan Imam al-Ghazâlî dengan para filosof lainnya, inilah mengapa
Karena Imam al-Ghazâlî beranggapan, bahwa apa yang mereka pikirkan itu
penulisan tersebut kita dapat mengetahui hakikat serta proses penciptaan alam
11
Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam: Konsep, Filsuf, dan Ajarannya, (Bandung:
CV. Pustaka Setia Bandung, 2009), h. 162.
5
Imam al-Ghazâlî. Alam itu tidak qadim (tercipta dengan kebermulaan, dan
C. Tujuan Penelitian
menerangkan hikmah dari apa yang ada pada alam raya ini.
D. Manfaat Penelitian
12
Oliver Leaman, Pengantar Filsafat Islam: Sebuah Pendekatan Tematis. Penerjemah:
Musa Khazim dan Arif Mulyadi, (Bandung: Mizan Media Utama, 2002), Cet.2, h. 28.
6
berhubungan dengan alam. Selain itu, penulis juga berharap skripsi ini dapat
menjadi referensi yang cukup memadai bagi pembaca yang ingin mendalami
alam.
E. Tinjauan Pustaka
dapatkan biografi serta pemikiran tasawuf dari Imam al-Ghazâlî. Kedua, buku
didalamnya terdapat hikmah dari segala penciptan alam yang Tuhan ciptakan.
Ketiga, buku Imam al-Ghazâlî Tafsir Ayat Cahaya dan Telaah Kritis Pakar,
Fayḍ dan Ibdā’ menurut Hamzah Fansuri, juga para filosof bagian Timur
lainnya.
terdapat beberapa kesamaan dari apa-apa yang di bahas oleh penulis lain
mendalam, sehingga bagi penulis hal ini perlu untuk di lajutkan dalam
atas, adalah skripsi ini lebih menjelaskan tentang hikmah dari penciptaan
yang ada di alam semesta, beserta pengkajian ulang tentang penciptaan alam
Esa, tidak dapat di samakan dengan makhluk dan ciptaan-Nya yang lain.
F. Metode Penelitian
karena itu, sumber data penelitian ini sepenuhnya berpijak pada tulisantulisan
primer, dan sumber sekunder yang berbentuk ulasan dan tulisan tentang
pemikiran tokoh tersebut; juga dari artikel, jurnal, dan lain-lain yang
G. Sistematika Penulisan
berupa sub-sub bab yang akan lebih detail menjelaskan maksud dari tiap-tiap
penulis angkat pada tulisan ini. Selain itu, tulisan pada bab ini
pemikir.
IMAM AL-GHAZALI
(dengan dobel “z”). Ghazali dengan satu”z” karena saat itu terdapat tempat
yang terkenal di dataran Thusi. Sedangkan Ghazzala dengan doble “z” karena
sikap Imam al-Ghazȃlȋ yang senantiasa berusaha untuk menyucikan diri dan
Ghazala dengan satu “z” adalah karena menunjukkan pada saat itu di ambil
11
12
Sedangkan Ghazzala dengan double “z” kata ini di ambil dari kata Ghazzal
yang artinya tukang pintal benang, sebab ayahnya pada saat itu bekerja
sebagai seorang pemintal benang wol. 3 Namun nama beliau lebih di buat
Ghazȃlȋ.4
ungkapkan bahwa ia lahir di tahun ketiga setelah kaum Saljuk mengambil alih
nama Ibu, ayah dan silsilah keluarga Imam al-Ghazȃlȋ lainnya. Namun `Abd
3
Abdul Hakim dan kawan, Filsafat Umum dari Metodologi Sampai Teofilosofi, h. 463.
4
Al-Ghazâlî, Ihyâ’ `Ulumuddin (Jakarta: Republika Penerbit, 2011), h, vii.
5
Terdapat beberapa pendapat akan tahun kelahiran Imam al-Ghazali, harun Nasution
menyatakan tahun 1059 M, Hasyimsya Nasution mengatakan pada tahun 1056 M, sedangkan
dalam buku karangan Saeful Anwar adalah tahun 1058/ 1059 M.
6
Harun Nasution,Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, h. 29.
7
Saeful Anwar mencantumkan kondisi Imam Al-Ghazali saat lahir, pada saat itu Ia lahir
di Thus, Khurasan. Yang pada saat itu sedang terjadi situasi kritis. Dimana situasi kritis itu
berakhir dengan jatuhnya Abbasiyah ke tangan Tugrul Bek dari Dinasti Saljuk atas undangan
khalifah Al-Qa’im yang mengangkatnya menjadi sultan (447-455). Meskipun hal ini menimbulkan
pemberontakan Basasiri yang disokong Fatimi Mesir dan berhasil menduduki Baghdad sesudah
menangkap Khalifah dan membunuh Wazir Ibn Maslamah, Tugrul berhasil menumpasnya dan
mengembalikan Khalifah ke atas kursinya. Dalam situasi seperti ini ghazali lahir. Lihat Saeful
Anwar, Filsafat Ilmu Al-Ghazali Dimensi Ontologi dan Aksiologi, h. 37.
8
Yuris pada bagian ini memiliki makna “Ahli Hukum atau Sarjana Hukum.” Admin, Arti
"yuris" Makna Pengertian dan Definisi, diakses dari https://artikatadari.com/yuris/ pada
tanggal 18 Juli 2018 pukul 10:47.
9
Al-Mawardi adalah seorang Yuris abbasiyah yang keenam. Ia dan Imam al-Ghazâlî
sama-sama menganut mazhab al-Syafii. Meski keduanya sama dalam menganut mazhab, namun
mereka mempunyai cara yang berbeda untuk dikenang. Al-Mawardi dikenal sebagai Yuris
sekaligus diplomat yang mempunyai keinginan mengembalikan wibawa politik Abbasiyah yang
sudah berantakan. Dan ia memilih dengan cara menulis buku al-Ahkam al-Sulthaniyah. Sedangkan
Imam Al-Ghazali ernyata dalam ranah intelektualnya sudah lebih menjulang tinggi sehingga
berhasil menukik lebih jauh ke alam esoterik dengan kemampuan kontempelasi sufistik yang luar
biasa.Ia juga tergolong sebagai tokoh moral yang langka ditemui dalam sejarah. Lihat di Yayasan
Wakaf Paramadina, Ihya’ `Ulum al-din Pemikiran Keislaman al-Ghazâlî(Jakarta:Yayasan Wakaf
Paramadina, 1995), h. 1.
13
Ayah Imam al-Ghazâlî adalah seorang sufi yang masa hidupnya tidak
ia habiskan dengan hanya bekerja sebagai pemintal benang wol, Ia juga selalu
menjadi orang alim sebagaimana para alim-ulama pada saat itu pula. Alasan
Ahmad di titipkan kepada seorang guru dengan harapan kelak mereka akan
Ayahnya juga adalah lelaki shalih, yang hanya ingin makan dari hasil usaha
10
Saeful Anwar, Filsafat Ilmu al-Ghazâlî Dimensi Ontologi dan Aksiologi, h. 50-51.
11
Sebelum ayah Imam al-Ghazâlî meninggal, ia sempat menitipkan anaknya kepada
salah seorang sahabatnya sekaligus sebagai seorang ulama untuk mendidik anaknya menjadi
seorang yang berilmu, namun ternyata dalam pertengahan anaknya menuntut ilmu, perbekalan
yang almarhum ayahya tinggalkan dan titipkan kepada sang guru telah habis. Sebab sang guru
adalah seorang sufi, yang hidupnya pun menjalankan hidup sufistik. sebab itulah ia menyuruh
Imam Al-Ghazali beserta adiknya untuk menuntut ilmu ke tempat lain, yang bisa sekaligus
menjamin kehidupan mereka. Lihat: Sirajuddin Zar, Filsafat Islam Filosof dan Filsafatnya (Jakart:
Rajawali perss, 2009) h. 156.
14
hakekat segala sesuatu.12 Berkat hasil dari keseriusan belajarnya itulah Imam
satu guru dan tidak hanya pada satu tempat. Pertama, Imam al-Ghazâlî belajar
kepada Achmad Arrozakany yang sekaligus sebagai seorang sufi. 14 Saat itu
yaitu:
12
Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1982), h. 202.
13
Wahyu Murtiningsih, Para filsuf dari Plato Hingga Ibn Bajjah, 3th ed.(Jogjakarta:
IRCiSoD, t.t), h. 325.
14
Moh Siah Doa dan Djalaluddin, Rahasia Alam Kebatinan (T.tp.: AB. Sitti Sjamsijah
Sala, t.t), h.7.
15
Yang artinya menunjukkan penyesalan dirinya akan pendidikan kedua anaknya
dapatkan. Karena belum ada apa-apa yang kedua anaknya dapat dari dirinya. Sehingga ia ingin
bertanggung jawab atas apa yang memang seharusnya jadi pertanggungan dirinya. Namun karena
ia tahu umurnya tak akan lama lagi, maka ia menitipkan amanah kepada sahabatnya itu, agar
sekiranya Achmad dapat mendidik kedua anaknya, sebagaimana ia (Achmad) menempatkan
posisinya sebagai dirinya (ayahnya Imam Al-Ghazali) dalam bertanggung jawab mendidik
anaknya tersebut. Lihat: Doa dan Djalaluddin, Rahasia Alam Kebatinan, h. 7.
16
Hasyimsyah nasution, Filsafat Islam,h.76.
15
yang sekiranya dapat Imam al-Ghazȃlȋ dan adiknya menempa ilmu, dan
Zahabi dan Subki, Imam al-Ghazȃlȋ belajar pada Abi Ismail kurang lebih
selama 5 tahun dengan cara Ta`liqah.19Barulah pada tahun 473 H Imam al-
mantiq.21
Dengan kecerdasan dan daya analisis kritis yang luar biasa serta daya
hapal yang kuat, Ia memperlihatkan aktivitas studi yang serius dan prestasi
diangkat menjadi asisten guru besar dalam memberi kuliah dan bimbingan
22
kepada para mahasiswa. Sayangnya, setelah gurunya wafat, ia pergi
Ghazȃlȋ kepada Nizham al-Mulk, 24 yang pada saat itu sekaligus sebagai
untuk mengajar para ilmuwan juga ulama yang hadir. Bahkan saat melakukan
sesi tanya jawab, dengan lancer Ia dapat mejawab segala pertanyaan tersebut
namanya menjadi populer di tempat yang ia datangi pada saat itu. Tidak hanya
menjadi populer bahkan ia juga disegani sebab keluasan ilmu yang ia miliki.
menjadi guru besar di Madrasah Nizhamiyah, Baghdad. Pada saat itu ia tidak
hanya mengajar, namun juga memanfaatkan waktunya yang ada untuk belajar
22
Anwar, Filsafat Ilmu Al-Ghazâlî Dimensi Ontologi dan Aksiologi, h. 53-54.
23
Di nyatakan bahwa Imam al-Ghazâlî saat tinggal di Naisabur juga sempat berguru
kepada Abu `Ali al-Fadhl ibn Muhammad ibn `Ali al-Farmadzi untuk belajar Tasawuf. Nasution,
Filsafat Islam, h.76.
24
Di katakan bahwa terbunuhnya Nizam Al-mulk di bunuh oleh seorang anggota Assain
pada 485 H/ 1092 M. Lihat: Ensiklopedia Filsafat Islam, h. 323.
17
Sina, Ibn Maskawaih, juga Ikhwan Al-Shafa. Hal tersebut berjalan kurang
tahu yang terbaik untuk dirinya. Begitulah yang dialami Imam al-Ghazȃlȋ,
hukum, teologi, dan juga falsafat. Ia juga ragu akan sebenarnya manfaat dari
yang ia alami semakin berat, bahkan oleh dokter spesialis sekalipun tak dapat
mengundurkan diri dari jabatan yang Ia pegang pada saat itu. Hingga pada
belum cukup akan hasil ber`uzlah yang Ia dapatkan, akhirnya Imam al-Ghazâlî
Rasulullah SAW.
25
Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, h.76-77.
18
Pada periode itu pula Imam al-Ghazâlî menulis karyanya yang terbesar yaitu,
lama, Imam al-Ghazâlî hanya mengajar selama dua tahun saja. Selanjutnya
Madrasah bagi para Fuqaha, dan sebuah zawiyah atau khanaqah untuk para
mutasawwifin. Di kota inilah Imam al-Ghazȃlȋ wafat pada 505 H (111 M).28
26
Menurut pengalaman Imam al-Ghazâlî, skeptis terjadi akibat dari rasa condong yang
luar biasa dalam dirinya untuk mengenal hakikat segala sesuatu, yang telah ia rasakan semenjak
dari masa kecilnya. Terdorong oleh keinginan tersebut akhirnya ia mencari kebenaran mutlak
dimana kebenaran itu memungkinkan tidak mengandung sedikitpun kesalahan. Hal itu di carinya
melalui `ilm Kalam, Falasafat, ke dalam ajaran bathiniyyah. Lihat: Yayasan wakaf Paramadina,
Ihya’ `Ulum al-Din Pemikiran Keislaman Al-Ghazali, h. 44.
27
Fakhr al-Mulk adalah seorang yang menguasai Saljuk pada masa itu (499 H, di saat
Imam al-Ghazâlî kembali dari beruzlah). Lihat: Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, (Jakarta:
Gaya Media Pratama, 1999), Cet.2, h.79. Lihat juga: Saeful Anwar, Filsafat Ilmu Al-Ghazâlî
Dimensi Ontologi dan Aksiologi,(Bandung: Pustaka Setia, 2007), h, 66-67.
28
Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, h. 76-77.
19
Damaskus
7). Naesapur
Palestina ke-2 (499 H-
503 H) 8). Thus ke-2 (503 H-
505 H)
Ia ditarik oleh
Kairo - Mekah – Fakhral-Mulk Pada persinggahannya
Madinah untuk yang terakhir, Imam al-
mengajar Ghazâlî mendirikan
Di sinilah Imam
kembali di madrasah, dan mengajar
al-Ghazâlî
Nizhamiyah. di sana hingga Ia wafat.
melakukan
ibadah haji.
20
1) Kalam
identik dengan ilmu Tauhid, akan tetapi hanya sebagian daripadanya, karena
bahwa para pemikir dalam ilmu Tauhid mula-mula berpegang pada ayat-ayat
istilah kalam terlahirkan dalam tauhid. Dan dengan nama inilah orang lebih
kalam yang menggeser ilmu tauhid. Sebab tauhid itu memiliki artian
melihat dari apa yang telah terjadi di masa lalu dan di masanya akhirnya Imam
Dengan hal seperti ini baginya kalam hanya dapat berfungsi atau digunakan
21
umat.Tetapi tidak bisa untuk menanamkan akidah yang benar kepada umat
menghayatinya.29
2) Metafisika
a. Qadimnya alam
Qadimnya Tuhan atas alam sama dengan qadimnya sebab atas akibat.
Yaitu dari segi zat, dan tingkatan, bukan dari segi zaman.
hal tersebut berarti harus diketahui tujuan mengapa alam tersebut tiba-
29
Abdul Hakim dan Ahmad Saebani, Filsafat Umum dari Mitologi sampai Teofilosofi,
h. 478-479.
22
pendapat bahwa alam kekal dalam arti tidak bermula tak dapat
sesuatu dari tiada. Kalau alam dikatakan tidak bermula, maka alam
yang menganut paham bahwa alam ini kekal dan tak bermula.31
kecil.
Sedangkan alam ini tercipta oleh Tuhan, tidak akan ada yang lain jika
yang satu tidak ada. Hal itu di karena keberadaannya tidak berdiri
30
Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), h. 213.
31
Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, (Jakara: Bulan Bintang,Cet.12,
2014), h. 32.
23
sendiri, dan membuthkan yang lain.32 Jadi tidak mungkin Tuhan tidak
kembali tubuh dan tulang belulang manusia yang telah hancur menjadi
ini.
32
Imam Al-Ghazâlî, Tahâfut Al-Falâsifah. Penerjemah:Ahmad Maimun, (Bandung: Marja, Cet.
5, 2016), h. 154.
24
3) Falsafat
guna membatalkannya
berfalsafat, yaitu:
menjadi sesat.
c) Filsuf yang percaya adanya Tuhan. Pada bagian ini, Imam Al-
Ilmu Falsafat. Dari uraian singkat di atas jealaslah bahwa hal yang
falsafat atas usaha sendiri, tanpa bantuan guru, dalam masa kurang
33
Massimo Companini, Al-Ghazali dalam buku Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam
:buku Pertama, ed.Seyyed Hoseein Nasr dan Oliver Leaman (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2003),
h. 320.
26
hanya dari falsafat al-Farabi dan Ibn Sina, tapi juga falsafat Filosof-
4) Epistemologi
antara kasyf di satu sisi dengan berdasarkan naql dan `aql di sisi yang
lain adalah sama dengan orang yang melihat bulan purnama secara
air. 38 Dari ketiga hal tersebut, yang lebih dominan adalah pengetahuan
39
melalui Kasyf, karena dinilai lebih jelas dibanding pengetahuan
metode tersebut.
Sekiranya ada orang yang mengatakan bahwa tiga itu adalah lebih banyak
38
Khudori Soleh, Filsafat Islam Dari Kalsik Hingga Kontemporer, (Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2016), h. 115.
39
Kasyf atau pengucapan mudahnya menjadi “Kasaf” ini berkaitan dengan hati.Jika
ingin mendapatkan ilmu melalui hal ini, maka di perlukan hati yang bersih.Oleh karenanya hati
perlu dijaga dalam kehidupan ini. Dimana Imam Al-Ghazali berkata tentang hati “Tak seorangpun
tentu termasuk sarjana ataupun sufi yang dapat memulihkan hati nuraninya jika perang dan
kezaliman melanda”. Perkataannya yang sama tentang hati yang menjurus kepada Kasyf adalah
“Pengetahuan yang benar adalah hasil dari pencerahan Ilahi, sebab ketika Tuhan menjaga hati ...,
dada tercerahkan dan misteri alam spiritual (Malakût) tersingkap, dan tabir kesalahan sirna serta
realitas hal-hal yag Ilahi bersinar dalam hati”. “Sekali hati menjadi pemiliki kebenaran, pikiranpun
memperoleh kepastian.Di yakinkan lagi dengan perkataannya yaitu “Kebenaran-kebenaran
rasional diperoleh ksaya memperoleh kembali keyakinan terhadap kepastian dan kepatutannya
untuk di percaya.Sebab hal ii tidak di peroleh melalui demonstrasi yang sistematis ataupun
argumen yang tertata.Akan tetapi melalui cahaya yang diberikan oleh Tuhan yang maha tinggi ke
dalam dada”. Lihat, Massimo Companini, Al-Ghazali, dalam buku: Ensiklopedia filsafat Islam
Buku Pertama, Ed. Seyyed Hossein Nasr dan Oliver Leaman ( Bandung: Mizan, 2003), h. 322.
40
Khudori Soleh, Filsafat Islam dari Kalsik Hingga Kontemporer, Penerjemah Mizan
(Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2016), h.115.
28
dari pada sepuluh dengan argumen bahwa tongkat dapat ia jadikan ular,
dan hal itu memang betul Ia laksanakan, saya akan kagum melihat
sepuluh lebih banyak daripada tiga tidak akan goyah. Seperti itulah
pengetahuan inderawi.41
pengetahuan itu sesuatu hal yang dapat ditangkap oleh panca indera. Akan
tetapi lambat laun ia menyadari, bahwa sebenarnya dari indera juga dapat
dengan bintang-bintang yang ada di langit terlihat dari kejauhan atau dari
rumah sangatlah kecil, bahkan seakan dapat dikepal oleh tangan, akan
41
Inderawi atau diseut juga dengan Pancaindra merupakan sarana penangkap pertama
yang muncul dalam diri manusia, disusul dengan daya khayal yang menyusun aneka bentuk
susunan dari pertikular-partikular yang ditangkap oleh indra. Pancaindra ini pula mempunyai
banyak kelebihan dalam membantu kelancaran hidup manusia.Akan tetapi pancaindra ini
mempunyai kelemahan dan kekurangan tertentu di banding akal. Meskipun sebenarnya akal tak
bisa bekerja maksimal tanpa adanya pancaindra, namun dinyatakan bahwa di banding akal, panca
indra punya kelemahan seperti : (a) mata tak dapat melihat dirinya sendiri, (b) mata hanya dapat
melihat sebagian yang ada (c) mata tak dapat melihat sesuatu yangberkesudahan (d)mata tak dapat
menangkap apa yang ada di balik tabir (e) mata tak dapat melihat objek sensual karena terlalu
jauh, dan kadang terlalu dekat. (f) mata tak dapat melampaui dunia warna dan bentuk (g) mata
sering menangkap sesuatu tidak sesuai realitasnya sendiri. Meskipun begitu, secara kumulatif
pancaindra adalah sarana untuk mengetahui esensi segala sesuatu dalam dunia fisis-sensual.Lihat,
Al-Ghazâlî, Misykâtul Anwar. Penerjemah:Hasan Abrori dan Masyhur Abadi, (Suarabaya: Pustaka
Progressif, 1999), h. 48-57.
42
Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, h. 78. Lihat juga Nasution, Falsafat dan
Mistisisme, h.35-36.Lihat juga Al-Ghazali, al-Munqidz, h.4-5.
29
hal itu maka ia tidak lagi percaya akan pengetahuan yang panca indera
puncak gunung yang tak terjangkau oleh tangan manusia karena kokoh
yang tinggi serta perhatian yang khusus pada akal sampai akhir hayatnya.
Ghazali mengenai akal dan dari logikanya dengan beberapa kitab yang
5) Jiwa
43
Statemen-statemen seperti : akal merupakan inti dari hakikat manusia, cahaya batin
manusia, petunjuk dari kesesatan dan pembebas dari kegelapan , pangkal-tengah-serta ujung
keimanan, “tentara ” Allah untuk melawan setan dengan menyempitkan jalan-jalannya melalui
penalaran rasional, oleh sebab itu akal merupakan suatu yang paling mulia dan kekayaan yang
paling menguntungkan. Adapun keunggulan akal lainnya adalah: 1. akal dapat menangkap yang
lain, dirinya, juga sifat-sifat dirinya. 2. Semua yang ada merupakan lapangannya, sebab akal dapat
menjangkau objek-objek indera yang lainnya. 3. Akal dapat menangkap objek-ojjek akal yang tak
terhingga. 4. Akal dapat eroperasi dimana saja, sebagaimana akal dapat beroperassi di `Arasy, dan
lainnya, bahkan semua hakikat tak terhalang baginya (terkecuali hakikatnya zat, sifat dan
perbuatan Allah). 5. Akal juga tak berpengaruh ingin melihat dari jarak jauh ataupun dekat, 6.
Akal mampu menembus bagian dalam dan esensi serta rahasianya. 7. Akal menangkap hal-hal
yang sesuai realitas. Anwar, Filsafat Ilmu Al-Ghazali Dimensi Ontologi dan Aksiologi, h.183 dan
h. 187.
44
Abdul Hakim- Ahmad Saebani, Filsafat Umum dari Metologi sampai Teofilosofi, h.
495-496.
30
BagiImam al-Ghazâlî jiwa adalah suatu zat (jauhar) dan bukan suatu
Imam Al-Ghazali jiwa berasal sama dengan malaikat, asal dan sifatnya
seperti menurut plato juga fuilsuf lainnya. Bagi Imam al-Ghazâlî, jiwa
Pada waktu lahir, ia merupakan zat yang bersih dan murni dengan esensi
bertentangan dengan tabiat aslinya. Kerena itu, jiwa rindu akan alam atas,
6) Tasawuf
45
Nasution, Filsafat islam, h.87-90.
46
Tetapi unsur-unsur yang sangat dasar dalam apa yang disebut tasawuf itu mulai
muncul ke permukaan saat pertengahan abad ke-3 H. Bertepatan dengan itu pula para sufi telah
membicarakan apa yang disebut ma’rifah...dalam artian pengenalan langsung akan Allah juga
bagaimana cara pencapaiannya. Lihat: Yayasan wakaf Paramadina, Ihya’ `Ulum al-Din Pemikiran
Keislaman Al-Ghazali (Jakarta: T.t, 1995), h. 42.
31
membersihkan dari akhlak yang tercela serta sifat yang jelek.49Dalam hal
alami, hanya dapat sembuh dengan jalan tasawuf yang Ia jalani, yang
bahwa dengan tasawuf ini tidak hanya membersihkan diri kita dari luar
47
Yayasan wakaf Paramadina, Ihya’ `Ulum al-Din Pemikiran Keislaman Al-Ghazali, h.
43-45.
48
Tasawuf terbagi menjadi 2, tasawuf Falsafi dan Tasawuf sunni. Dalam hal ini Imam
al-Ghazâlî mengambil Tasawuf Sunni, dimana Tasawuf sunni adalah salah satu aliran tasawuf
yang tidak dicampuri oleh falsafat atau para pelakunya, hanya berusaha mengikuti Alquran dan
Hadits dengan sebaik-baiknya serta membersihkan hati dan pikiran, juga memperbaiki akhlak
serta ibadah mereka disisi Allah SWT. Karena itulah penganutnya condong menjauhi hal-hal
yang bersifat keduniaan, jabatan, kekayaan, dan hal lain yang bisa mengganggu ibadahnya
kepada allah Swt. Lihat, Dalami Islam, “Tasawuf Sunni: Pengertian, Sejarah, dan Manfaatnya”,
artikel diakses pada 04 Januari 2018 dari https://dalamislam.com/dasar-islam/tassawuf-sunni
49
Bachrun Rifa`i dan Hasan Mud`is, Filsafat Tasawuf, (Bandung: CV. Pustaka Setia,
2010), h. 131.
32
saja, melainkan juga membersihkan penyakit yang ada pada diri kita yang
paling dalam. Seperti penyakit hati, syirik, kikir, dan lain sebagainya.
yang membahas tentang Theologi Islam (ilmu kalam), Hukum Islam (fiqh),
bahasa Arab, ada juga yang berbahasa Persi. Dengan tulisan dan pemikirannya
itu ia menjadi orang yang sangat berpengaruh dalam kalangan khalayak ramai,
memandang bahwa agama Islam yang kaum Muslimin gambarkan ini berasal
juga tekun dalam beribadah, tak heran jika buah hasil dari yang ia kerjakan itu
berdampak sangat dahsyat, bukan hanya utnuk dirinya tetapi juga untuk
menentukan bidang spesialis apa yang ia geluti. Sebab pada masa hidupnya ia
tidak hanya belajar satu ilmu, namun banyak ilmu. Maka dari itu tidaklah
patut jika dikatakan Imam Al-Ghazali menguasai satu bidang saja. Benar
50
Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, h. 198.
33
mematahkan pendapat para filosof saat pendapat itu berlawanan dengan yang
Imam Al-Ghazali masih menjadi tokoh yang terbesar, sama halnya seperti
memiliki ketenaran yang sangat luar biasa, bahkan bukan hanya terkenal
pada kaum Muslimin saja, namun juga sampai ke kalangan dunia Barat
dan luar Islam. Karya terbesarnya ini memiliki proses perjalanan yang
Dibuat untuk menyelamatkan kaum Muslim pada saat itu dari kesesatan
berisikan kecaman yang sangat keras kepada para filsuf pada saat itu.
51
Dewi Komalasari, Takhrij Al-Hadits Kitab Minhaj Al-Abidin Karya Imam al-Ghazali
(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, Ushuluddin, Program Studi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir,2017),
h. 21.
52
Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, h.199.
34
mencapai Tuhan.
15) Minhajul Abidin (Akhlaq) secara harfiah berarti Pedoman Dasar bagi para
Ahli Ibadah. Minhajul ini termasuk ke dalam kitab tasawuf. Kitab ini di
tulis saat Imam Al-Ghazali sudah mendekati wafatnya. Kitab ini terbit di
al-Haramain, akan tetapi terbitan itu tanpa tahun. Cover kitab ini berwarna
hitam, kertas kuning dan memiliki 108 halaman yang terdiri dari tuju ba
atau kita kenal dengan judul. Dalam kitab ini memuat akan hadis-hadis
penjelasannya.
35
18) Adabu al-Nikah wa Kasri al- Syahawat (Etika Menikah dan Memecah
Syahwat)
30) Iljam Al-Awam `an Ilm Al-Kat (Membentengi Orang Awam dari Ilmu
Kalam)
32) Al-Intishar
34) Al-Basith
35) Al-Wasith
37) Al-Mankhul
53) Al-Ma`khadz
54) Al-`Amal
BAB III
Tuhan yan mencipta disebut dengan Khalik. Dalam konsep penciptaan hanya
di kenal dengan dua istilah yaitu alam sebagai yang diciptakan dan Allah
sebagai pencipta. Alam adalah ciptaan Allah, maka alam merupakan makhluk
yang berbeda esensi, sifat dan karakternya dari Sang Pencipta. Alam adalah
patut di sebut realitas terakhir (The Ultimate Reality). Karena itu mempelajari
adanya Tuhan, Sang Realitas terakhir. Namun untuk mendapatkan smeua itu
tidak dapat hanya dengan mengenal kulitnya saja. Tapi juga harus sampai ke
Alam berasal dari bahasa Arab dengan bentuk singular (mufrad) dari kata
‘ālam. Sedang bentuk pluralnya (Jam’) dari ‘ālam adalah ‘awālim dan ‘alāmūn.
1
Mulyadhi Kartanegara, Nalar Religius: Memahami Hakikat Tuhn, Alam, dan
Manusia.(Jakarta: Erlangga), h. 8.
37
38
Seluruh kata tersebut memiliki arti yang sama yaitu seluruh makhluk atau
etimologis bahwa segala sesuatu selain pencipta adalah al-‘ālam. Label al-
Adapun alam dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala yang ada
di langit dan di bumi, segala sesuatu yang ada di duni ini, yang bukan buatan
manusia.3 Sedangkan dalam kamus lainnya alam adalah jagat raya yang belum
(dunia, alam semesta) dan logos (ilmu tentang, alasan pokok bagi, suatu
pertimbangan).
2
Eka Putra Wirman, Hukum Alam dan Sunnatullah: Upaya Rekonstruksi Pemahaman
Teologis Di Indonesia, Ilmu Ushuluddin Jurnal Himpunan Peminat Ilmu Ushuluddin (HIPIUS).
Volume 1, nomor 1, 2010, h. 142.
3
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia- edisi
keempat.(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama), h. 34.
4
Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Tt, Tp: Lembaga Pengkajian
Kebudayaan Nusantara), h. 28.
39
ruang, dan kausalitas. Analisis kosmologi mencoba mencari apa yang berlaku
Sedangkan dari kamus bahasa Inggris kosmologi berasal dari kata Cosmos yang
memiliki arti “dunia, dunia yang didalamnya telah tersusun secara teratur suatu
benda”.6 Sementara kosmos yang berasal dari bahasa Belanda adalah: Jagat raya,
alam semesta, alam dengan segala isinya.7 Dalam kamus populer filsafat,
kosmologi adalah falsafah yang mengenai alam raya.8 Lalu dalam Kamus
Dalam mengartikan alam, seorang filosof yang dikenal al-Razi mengatakan bahwa
di dalam alam itu terdapat sebuah ruang, juga bagian atom-atom tidak mempunyai
pendapat akan alam. Dimana penjabaran tersebut dikatan dalam kitab al-Ta`rifat,
bahwa alam menurut bahasa adalah apa yang dengannya diketahui sesuatu, dan
5
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 499.
6
Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan,(Tt,Tp: Lembaga Pengkajian
Kebudayaan Nusantara (LPKN)), h.538.
7
Badudu dan Sutan Muhammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia,(Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1996), h.721.
8
Dick Hartoko, Kamus Populer Filsafat,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), cet.
3, h.48.
9
Poerwadarminta,Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi ke-3,(T.tp: Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional, t.t), h. 22.
10
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa edisi
ke-4, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 34.
11
Sirajuddin Zar, Filsafat Islam Filosof danFilsafatnya, h. 119.
40
menurut isilah , alam adalah semua yang ada selain Allah. Pengertian dalam arti
12
Syarifah Syafe’i, Alam Rohani Dalam Filsafat Ikhwan Al-Shafâ, (Tesis IAIN Imam
Bonjol Padang: Program Studi Pengkajian Islam, 2006), h. 65.
13
Mohammad Haj Yousef, Ibn `Arabi-Time and Cosmology, (T.tp: T.p, T.t), h. 1.
14
Dalam ayat ini memiliki penafsiran bahwa penciptaan alam pada enam masa ini,
bukanlah hari seperti yang dipahami oleh manusia pada saat ini. “enam hari ya dihitung dari satu
sampai enam”. Karena hari itu adalah perhitungan hari dimana setelah terciptanya langit dan
bumi.”Dengan demikian hari yang dimaksud pada ayat ini adalah masa sebelum itu, masa dimana
Alam raya ini belum tercipta. Hari atau masa yang disebutkan dalam al-Qur`an hanyalah Allah
yang mengetahui berapa lamanya. Namun dalam al-Quran pun menjelaskan bahwa satu hari disisi
Allah itu ialah sama dengan 1000 (seribu) tahun, Qs. Al-Hajj/22:47. Dalam ayat lain menyatakan
bahwa satu hari itu sama dengan lima puluh ribu tahun dalam hitungan manusia, QS. Al-Ma`ārij/
70: 4.
41
b. QS. Hūd/11: 7 :
Dan dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
dan adalah `Arsy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di anara
kamu yang leih baik amalnya. (Hūd/11: 7).
c. QS. al-Hadīd (57 : 4) :
Dan sungguh, kami telah menciptakan langit dan bumi dan apa
yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan kami tidak merasa letih
sedikit-pun (Qāf/50: 38).
f. QS. al-Sajdah (32: 4):
Allah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di
antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di ata
`Arsy. Bagimu tidak ada seorangpun penolong maupun pemberi syafa`at
selain Dia. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (as-Sajdah/ 32: 4).
dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara,
sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang
terdapat padanya dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang,
matahari dan bulan. masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam
garis edarnya. Maksudnya: yang ada di langit itu sebagai atap dan yang
dimaksud dengan terpelihara ialah segala yang berada di langit itu dijaga
oleh Allah dengan peraturan dan hukum-hukum yang menyebabkan dapat
berjalannya dengan teratur dan tertib.
c. QS. Al-Furqon/ 25: 61
Kemudian Dia menuju ke langit dan langit itu masih berupa asap,
lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi, “Datanglah kamu
berdua menurut perintah-Ku dengan patuh atau terpaksa.”keduanya
menjawab, “Kami datang dengan patuh.” Lalu diciptakan-Nya tujuh
langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit
urusannya.Dan kami hiasi langit-langit yang dekat dengan bintang-
bintang yang cemerlang, dan Kami memeliharanya dengan sebaik-
baiknya.Demikianlah ketentuan Yang Mahaperkasa lagi
Mahamengetahui.(QS. Fushshilat [41]: 11-12)
45
Para pemikir Yunani Kuno pada abad 6 dan 5 SM, mereka telah
Thales adalah filsuf yang paling terkemuka di antara para filsuf Yunani. Ia
muncul pada paruh kedua abad ke-6 SM dan ia menguasai ilmu ukur (geometri)
di Yunani. Ia adalah filsuf yang menjelaskan bahwa alam berasal dari air. Sebuah
kehidupan itu terbentuk di dalam air dan air adalah unsur utama yang merupakan
menyatakan bahwa air itu bisa berubah dan membuat berbagai bentuk.15
15
Dalam pemikiran Thales ada Aristoteles yang menyatakan bahwa sebuah pemikiran
Thales itu dilandasi karena pengaruh apa yang ia lihat. Karena ia melihat pengaruh air hujan pada
46
Menurutnya alam ini berasal dari udara. Kenapa udara? Sebab udara
merupakan bahan dasar yang membentuk semua benda yang ada dalam alam
semesta. Jika kumpulan udara sangat banyak maka ia berubah bentuk menjadi
awan atau sesuatu yang dapat dipandang mata; jika basah maka ia menjadi air
hujan; dan jika awan menjadi semakin padat, maka ia menjadi tanah atau batu
analisa terhadap alam, bahwa alam ini tidaklah kekal, sebab seluruh semesta ini
sesuatu itu berubah, mengalir, dan berganti. Ciumlah saja bunga mawar untuk
yang pertama kali, pasti akan berbeda untuk yang kedua kalinya, begitulah ia
Api adalah unsur yang paling ringan dan paling cepat gerakannya, maka dari
itu Herakleitos menjadikannya sebagai unsur utama yang darinya unsur-unsur lain
terbentuk. Api melahap apa-pun yang bersentuhan dengannya dan di alam ini
tidak ada sesuatu yang mempu menahan lahapannya. Di antara api, air, udara serta
tanah, ada gerakan siklus yang bersambung tanpa mengenal istirahat dan diam,
maka tanah berubah menjadi air, air menguap menjadi awan, lalu menjadi udara
dan udara menyala lalu kembalimenjadi api. Disini api adalah hakim tertinggi
tumbuhnya tanaman, serta cairan bahan reproduksi pada binatang dan cairan bangkai ketika
terurai.
16
Zainal Abidin, Pengantar Filsafat Barat, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 87.
47
yang segala sesuatu tunduk pada keputusannya, sebab ketika ia melahap apa yang
ada disekitarnya maka ialah yang akan tetap abadi. Begitulah pendapat
Herakleitos.17
begitu jelas diketahui jika tidak dikaji ulang karya-karyanya. Sebab satu-satunya
buku yang telah ia tulis sudah hilang.18 Akan tetapi dapat diketahui bahwa
logos itu ialah tugas utama. Sebab Logositu menyatukan yang berlawanan, dan
mempunyai pemikiran juga pandangan yang berbeda dari para filosof lainnya.
menjadi sebab atau asal dari alam.Heraklitos juga tertarik pada masalah
sebab Heraklitos sangat terpengaruh oleh kenyataan bahwa alam ini mengalami
perubahan terus menerus.20 Baginya pun alam ini adalah abadi, namun apa yang
ada di alam ini tidaklah tetap juga permanen. Karena apapun yang terlihat tetap
17
Hanna al-Fakhuri dan Khalil al-Jurr, Riwayat Filsafat Arab, jilid 1, penerjemah: Irwan
Kurniawan, (Jakarta: Sadra Press, 2014), h. 41-42.
18
Simon Blackburn, Kamus Filsafat,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013) h. 396.
19
Dick Hartoko, Kamus Populer Filsafat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002) h. 35.
Lihat juga di, Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum dari Metologi sampai
Teofilosofi (Bandung : Cv.Pustaka Setia, 2008) h.164.
20
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum dari Metodologi
sampai Teofilosofi (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008) h.163.
48
Sebagaimana pandangannya akan alam itu dapat dilihat pada ucapannya :Pan
tarhei kai uden menei, semuanya mengalir dan tidak ada satupun yang tinggal
menetap. Engkau tidak bisa turun dua kali kedalam sungai yang sama,dan
Matahari setiap harinya berubah. Heraklitos juga menyatakan bahwa alam ini
bahwa alam itu tidak tetap , selalu berubah. Oleh karena itu di dalam alam tidak
satunya realitas.21
Plato juga salah satu tokoh filosof yang mampu mempengaruhi daya gugah
dan gaya getar agama.22 Menurutnya alamberada di dalam ruang, dan sesuatu
yang berada di dalam ruang23 adalah sebuah materi yang bisa di observasi
untukdiberi arti oleh akal (ratio).24 Plato juga secara jelas membicarakan masalah
21
Wila Huky Ba, “Capita Selecta Pengantar Filsafat” (Surabaya: Usaha Nasional, 1982)
h.70-71.
22
Tim nuansa, Plato Filosof Yunani Terbesar,(Bandung: Nuansa cendekia, 2009), h. 5.
23
Ruang adalah konsep ontologis yang ada pada daya nalar manusia, karena itu ruang
harus di hubungkan dengan obyek agar dapat diberi arti, misalnya ruang ini, ruag itu dsb.Ruang
mempunyai hubungan atau berkaitan dengan materi dan waktu.Sehingga di sebut materi, ruang,
dan waktu.Sebab tidak ada materi berkembang tanpa ruang.Dan tidak ada materi berkembang
tanpa waktu. Karena jika terdapat materi dalam ruang, maka materi bisa mempunyai saling
hubungan antara yang satu dengan yang lain, sedang jika di dalam waktu maka akan mebuat
materi itu bisa berkembang. Sedang ruang adalah sesuatu yang mempunyai luas juga dapat diisi
oleh materi.Oleh sebabnya ruang dapat dicapai lebih dari satu kali ataupun beratus kali.Sedang
waktu adalah detik-detik yang terus bersambung tiada henti, dan terus maju.
Prawironegoro,Filsafat Ilmu (Jakarta : Nusantara Consulting, 2010), h. 163.
24
Prawironegoro, Filsafat Ilmu (Jakarta : Nusantara Consulting, 2010), h.141.
49
yang ia ajarkan tidaklah jauh dari kisaran permasalahan terciptanya dunia beserta
susunannya. Sedangkan baginya pemeran utama dari semua itu adalah seorang
Plato lontarkan untuk seorang pencipta.25 Bagi khalayak ramai pasti akan
beranggapan bahwa sebutan itu pastilah terdengar asing dan sangat aneh. Namun
bagi Plato arti tersebut mempunyai makna tertentu yang sangat penting.26
Dari isi buku tersebut, dapat kita pahami, bahwasanya Plato beranggapan
bahwa dunia ini tidak mungkin abadi, sebab ia sebagai sesuatu yang kasat mata.,
dan di cipta oleh Tuhan. Mengapa Tuhan? Karena Tuhan bersifat baik, Ia
menciptakan dunia berdasarkan contohnya yang kekal. Tanpa ada rasa cemburu,
makhluk hidup yang memiliki jiwa dan kecerdasan. Dunia ini hanya satu, bukan
banyak, sebagaimana yang para filosof pra-Sokrates ajarkan. Tak mungkin ada
lebih dari satu dunia, sebab dunia ini adalah salinan yang diciptakan agar sedapat
25
Demiurgos berasal dari bahasa Yunani yang berarti “pekerja” dimana orang tersebut
menyerupai tukang kayu. Dalam hal ini Plato memahamkan bahwa dunia yang kita tinggali ini
adalah sesuatu yang terbentuknya mirip sekali dengan sebuah kursi. Sebagaimana seorang tukang
kayu sebelum membentuk sebua kursi, terlebih dahulu ia ciptakan konsepnya, atau sebuah bentuk
kursi sebagaimana yang ia inginkan. Begitu pulalah Demiurgos menciptakan dunia ini menurut
suatu bentuk tertentu yang ia inginkan. Dalam hubungannya dengan masalah ciptaan ini, bentuk-
bentuk bersifat abadi. Louis, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogja, 2004), h.257-
258.
50
mungkin sesuai dengan contohnya yang asli dan kekal yang hanya diketahui oleh
Tuhan.
Empat unsur berupa air, api, udara dan tanah, adalah sebuah bilangan yang
sebagaimana udara berimbang dengan air dan sebagaimana air berimbang dengan
tanah. Baginya semua unsur tersebut Tuhan gunakan untuk menciptakan dunia,
sehingga dunia menjadi sempurna, dan tak mungkin dirundung usia, maupun
kehendak Tuhan. 27
menulis tentang langit dan bintang-bintang, tentang gerak yang muncul lalu
juga jiwa.28 Tulisan dari pengetahuannya yang luas itu ia peroleh berdasarkan
dan badan-badan yang bergerak juga diam. Alam juga akan ada untuk selama-
lamanya, hal ini karena ia mempunyai anggapan bahwa waktu itu tidak berhingga.
Lalu ia melanjutkan bahwa bagian alam yang paling sempurna adalah penggerak
27
Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat : kaitannya dengan kondisi sosio-politik
zaman kuno hingga sekarang, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cet. 3, 2007), h. 195-196.
Penerjemah: Sigit Jatmiko, Agung Prihantoro Imam Muttaqien, Imam Baihaqi, Muhammad
Shodiq.
28
Muhammad Hatta, Alam Pikiran Junani (Jakarta : PT.Tintamas Indonesia, 1964), h. 75.
51
pertama yaitu langit, memiliki bentuk bulat, dan membawa beredar bintang-
tiada awal maupun akhir. Demikianpula langit seluruhnya tidak disebabkan juga
tidak dapat rusak.29 Sehingga dapat diketahui bahwa menurut Aristoteles setiap
perubahan itu di motivasi oleh sebuah sebab eksternal. Filsafat Yunani, sepertinya
Khanna al-Fakhuri dan Khalil al-Jurr dalam buku Riwayat Filsafat Arab juga
menjadi sumber gerakan. Dalam hal ini ia mengagungkan gerak, bahwa gerak
tidak ada awal juga akhir, ia bersifat azali. Adapun yang lain bergerak, itu
6. Descartes
geometri, yang tunduk pada hukum-hukum ilmu ukur. Hakikat benda adalah
panjang, lebar dan tingginya, sedangkan materi adalah substansi yang terbentang
dalam ruang, yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya.30 Dalam hal ini
Descartes menyatakan bahwa ilmu alam memiliki satu pengertian yang sama
dengan Metafisika, utuh tanpa ada perbedaan yang membuatnya berbeda sangat
jauh. Lalu dari hasil penelitian buku yang dibaca, maka penulis menyimpulkan
29
Bruno Guiderdoni, Membaca Alam Membaca Ayat, (Bandung: PT. Mizan Pustaka,
2004) Penerjemah: Anton Kurnia dan Andar Nubowo, h. 102.
30
Prawironegoro, Filsafat iImu, h. 142.
52
bahwa sebenarnya adanya alam sama halnya dengan adanya makhluk hidup di
muka bumi ini. Seperti halnya manusia ada tidaklah ada dengan sendirinya,
sempurna yang jelas dan tegas. Untuk menghasilkan konsepsi semacam itu
dengan daya sendiri aku haruslah sempurna.Namun mau bagaimanapun aku ada,
aku bukanlah yang menyebabkan diriku sendiri. Jadi konsep tersebut bukanlah
Table 1.1
Tabel Penciptaan Alam Menurut Filosof Barat
NO TOKOH PEMIKIRAN
Ia percaya bahwa alam semesta
1 Thales (610 – 546 SM) ini bermula dan terbentuk dari
air.
Menurutnya alam ini tercipta
dari udara. Sebab udara
merupakan bahan dasar dari
pembentukan semua benda yang
ada pada alam semesta ini.
Anaximandros (585 – 528
2 Seperti adanya huja tercipta dari
SM)
udara, sebab jika udara sangat
banyak, maka ia berkumpul dan
berubah menjadi awan, dan
awan tersebut yang menurunkan
air hujan. Dsb.
Menurutnya alam ini tercipta
dari api,baginya api adalah
hakim tertinggi yang segala
sesuatu tunduk pada
keputusannya.
3 Heraklitos (544 – 483 SM) Ia mengemukakan bahwa alam
semesta ini kekal, akan tetapi
apa yang ada di dalamnya
tidaklah abadi (kekal). Sebab
didalam alam semesta tidak
terdapat “ada”, hanya terdapat
31
Anton Bakker, Metode-Metode Filsafat (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984 ) h. 69-77.
53
Al-Kindi memiliki nama lengkap Abdul Yusuf Ya`qub bin Ishaq bin Ash-
Shabah bin `Imran bin Isma`il bin Muhammad bin al-Asy`ats bin Qeis al-Kindi.
Ia termasuk dari keturunan yang terpandang, yang berasal dari kabilah Kindah. Ia
32
Ahmad Fuad Al-Ahwani, Filsafat Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, cet.10, 2008), h. 64-
68.
54
mencari dan mengamalkan kebenaran, yakni berfalsafat. Dan falsafat yang paling
utama dari segala falsafaat adalah falsafat pertama. Yakni upaya untuk
mengetahui seba pertama, yakni Tuhan. Dalam hal pembuktian akan falsafat
Dimulai pada argumennya yang pertama, bahwasanya alam itu baharu juga
memiliki permulaan waktunya, sebab alam ini terbatas. Setiap yang baharu,
haruslah dan pasti ada yang menyebabkan alam ini terjadi (ada yang
menjadikannya). Karena setiap benda yang ada tidaklah akan mungkin muncul
dengan sendirinya, ataupun menciptakan dirinya sendiri, semua itu pasti ada yang
sebab bagi wujud dirinya?” maka dengan tegas Al-Kindi menjawab, “bahwa itu
tidak mungkin, karena alam ini mempunyai permulaan waktu dan setiap yang
suatu benda yang ada, karena terdapat suatu hal yang menyebabkan wujudnya,
mustahil benda itu ada dengan sendirinya tanpa ada yang menjadi sebabnya”.Hal
33
Abdul Aziz Dahlan, Pemikiran Falsafi Dalam Islam, (Jakarta: Unipress, 2003), h. 46.
34
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum dari Metodologi sampai
Teofilosofi, Bandung : CV. Pustaka Setia, 2008) , h. 445-446.
55
ini menunjukkan bahwa alam semesta ini baharu dan di ciptakan dari tiada oleh
dengan penjelasan yang diselingi pertanyaan. Sekiranya alam ini memiliki besar
tak terbatas lalu alam ini di bagi dua, maka muncul pertanyaan tentang berapa
keseluruhan; dengan hal itu bagian pertama maupun kedua sama-sama terbatas.
Kalaupun kedua bagia tersebut disatukan kembali, maka tetap saja ia terbatas.
Sebab bagian terbatas ditambah dengan bagian terbatas maka jadinya-pun akan
tetap terbatas.Pabila diandaikan bagian dari alam ini tidak terbatas, maka hal itu-
pun mustahil. Karena bagian tidak sama besarnya dengan keseluruhan. Jadi alam
alam ini lahir tidak mungkin rapi dan teratur, kecuali ada yang merapikannya, Dan
itu pastilah zat yang tidak tampak.Zat yang tidak tampak tersebut hanya dapat
diketahui melalui bekas-bekas-Nya dan kerapian yang terdapat pada alam ini.37
Abu Nasher Mohammad bin Mohammad bin Quzalq bin Thurkhan Al-Farabi
atau lebih dikenal dengan Al-Farabi ini adalah seorang yang dikenal sebagai guru
kedua setelah Aristoteles. Aristoteles dikatakan sebagai guru pertama sebab dia
35
Sirajuddin Zar, Filsafat Islam : Filosof dan Filsafatnya, (Jakarta : Rajawali Pers,2012),
h. 53.
36
Abdul Aziz Dahlan, Pemikiran Falsafi dalam Islam, h. 47.
37
Sirajuddin, Filsafat Islam Filosof dan Filsafatnya, h. 52.
56
segala yang maujud itu tidak mungkin ada wujud ketiga. Oleh sebab itu menurut
ilmu yang mencakup segala hal, yang meletakkan bentuk dunia yang lengkap di
depan akal.38
diciptakan Tuhan dari tidak ada (Creatio ex nihilo) menjadi ada, al-Farabi
sejakzaman azali, sehingga tergambar bahwa penciptaan alam oleh Tuhan bukan
pencipta, yang menciptakan sesuatu dari bahan yang sudah ada secara pancaran.
Dalam artian Allah menciptakan alam semenjak azali, materi alam berasal dari
38
Husayn Ahmad Amin, Seratus Tokoh Dalam Sejarah Islam. Penerjemah: Bahruddin
Fannani (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1999), h. 128.
39
Sirajuddin Zar, Filsafat Islam Filosof dan Filsafatnya, h. 74.
57
yang kadim, sedangkan susunan materi yang menjadi alam adalah baharu. Dalam
hal ini al-Farabi seakan tak mau meninggalkan pemikiran dari Aristoteles, namun
Al-Farabi mempercayai bahwa sejatinya Allah itu idak mungkin ada yang
makhluknya, sebab Allah itu maha sempurna. Di sinilah al-Farabi teori emanasi
berikut:
(wujud 2). Akal 1, karena memikirkan Tuhan, memancarkan Akal 2 (ini adalah
langit pertama (al-samā` al-ūl) yakni langit terbesar/terluas dan terjauh dari bumi.
Akal 2 karena memikirkan Tuhan memancarkan akal 3 (wujud 4), dan karena
karena memikirkan Tuhan maka memancarlah akal 4 (wujud 5), dan karena
dimana langit ketiga adalah tempat beradanya bola saturnus (kurraṯ al-Zuhal).
Akal 4 karena memikirkan Tuhan maka memancarlah akal 5 (wujud 6) dan karena
memikirkan dirinya sendiri memancarkan langit keempat dimana itu adalah letak
sendiri memancarlah langit kelima tempat beradanya bole Mars (kurraṯ al-
58
Mirrīkh). Akal 6 karena memikirkan Tuhan memancarlah akal 7 (wujud 8), dan
(kurraṯ al-`Aṭārid). Akal 9, karena memikirkan Tuhan, memancarkan akal 10, dan
beradanya bola Bulan (kurraṯ al-Qamar). Akal 10, karena memikirkan Tuhan dan
dirinya, maka hanya memancarkan bumi dan jiwa-jiwa yang berada di lingkungan
bumi.40
adalah Sang Pencipta, dan Dia-lah satu-satunya yang tidak bergerak.Dia-lah sebab
pertama bagi adanya segala hal.Dia-lah yang mengatur alam semesta ini dengan
Dari semua itu terdapat sepuluh akal dan sembilan langit (dari teori Yunani
c) Ibn Sina
40
Abdul Aziz Dahlan, Pemikiran Falsafi dalam Islam, h. 64-66.
41
Husayn Ahmad Amin, Seratus Tokoh Dalam Sejarah Islam, terj. Bahruddin Fannani, h.
129.
42
Sirajuddin Zar, Filsafat Islam Filosof dan Filsafatnya, h.74-75.
59
Abu Ali al-Husein ibn Abdullah Ibn al-Hasan Ibn Ali Ibn-Sina, atau yang
lebih akrab di sapa Ibn Sina, ia dikenal dengan pendiri Neo-Platonisme Arab
dengan konsep eanasinya tentang alam. Menurutnya, Tuhan adalah pancaran Akal
pertama. Sekalipun Tuhan terdahulu dari segi zat, namun Tuhan dan Akal
Pertama adalah sama-sama azali. Meskipun konsep emanasi yang Ibn Sina
rumuskan terlihat sama seperti konsep Emanasi Al-Farabi, namun tidak semua
dari isinya juga sama. Ibn Sina justru lebih percaya bahwa Tuhan dari memikirkan
diriNya memancarkan Akal-akal, dari Akal 1 hingga Akal 10, yang masing-
masing memancarkan segala apa yang ada di bumi. Akal Pertama yang terpancar
ini mempunyai 2 sifat, yaitu: 1). Sifat Wâjibul wujûd yang dari proses berpikirnya
sama-sama azali, akan tetapi Tuhan lebih terdahulu dari segi zatNya.43
43
Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), h. 70.
60
Wājib al-Wujūd
Akal Pertama
Sifat Wâjibul Wujud
Memiliki 2 sifat
Akal Kedua
Sifat Mumkin
Jiwa Langit Pertama
Wujud
Tubuh Langit Pertama
Akal Ketiga
1). Jiwa Langit Kedua
2). Tubuh Langit Kedua (Bintang-bintang
Tetap)
Akal Keempat
1). Jiwa Langit Ketiga
2). Tubuh Langit Ketiga
Akal Kelima
44
Mulyadi Kartanegara, Gerbang Kearifan, (Jakarta: Lentera Hati, 2006), h. 40-41.
61
Aristoteles.45 Sebab baginya Aristoteles ialah pemikir besar yang istimewa bahkan
Ibn Rusyd pernah berbeda pendapat dengan Al-Farabi dan Ibn Sina, karena tak
setuju dengan pendapat kedua filsuf tersebut dalam kitab-kitab yang mereka tulis
dan Ibn Sina.46 Dalam hal itu ia beranggapan bahwa, Allah adalah penggerak
Dapat diketahui pemikiran Ibn Rusyd tentang alam dari tulisan yang ia tulis
untuk membela para filosof dari kritikan Imam al-Ghazâlî Yaitu : “Mereka
percaya bahwa creatio ex nihillo itu tidak mungkin terjadi. Karena dari sesuatu
yang tidak ada (kekosongan) tidak mungkin berubah menjadi ada, Ibn Rusyd
menerangkan, yang memang mungkin terjadi adalah sesuatu yang “ada” berubah
Lebih jelasnya lagi, tertulis di dalam buku filsafat Islam oleh Sudarsono,
bahwa Ibn Rusyd mengemukakan pendapatnya akan alam, bahwa alam adalah
45
Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), h.112.
46
Nasution, Filsafat Islam, h. 115.
47
Nasution, Filsafat Islam, h. 118.
62
azali tanpa permulaan. Baginya Tuhan dan alam adalah sesuatu hal yang sama
namun berbeda tingkatan, sama-sama azali, akan tetapi Tuhan memiliki tingkat
keazalian yang lebih utama di banding alam. Dalam meyakinkan hal ini, Ibn
Dalam hal ini ia juga menuturkan bahwa, qadimnya alam dan Tuhan yang di
katakan para teolog tidaklah bisa di samakan, sebab alam mempunyai ke-
qadimannya sendiri, yaitu ada dari dahulu namun diciptakan oleh qadim yang
mencipta. Jadi alam adalah Qadim yang dicipta, sedang Tuhan adalah Qadim
yang mencipta.48 Ibn Rusyd berpendapat bahwa alam ini memanglah berasal dari
keqadiman, dimana tatkala Allah menciptakan alam sudah ada sesuatu selain
Allah.Dari sesuatu yang sudah ada itulah Allah menciptakan alam. Untuk
48
Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam (Konsep, Filsuf, dan Ajarannya), h. 232.
63
Dan dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
dan `Arsy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu
yang lebih baik amalnya. Jika engkau berkata (kepada penduduk Mekah),
“sesungguhnya kamu akan di bangkitkan setelah mati”, niscaya orang
kafir itu akan berkata”ini hanyalah sihir yang yang nyata”. (Hȗd [11] :
7).
Dari keterangan ayat-ayat di atas dapat disimpulkan bahwa sebelum alam ini
diciptakan sudah ada sesuatu yang lain, yakni mâ’ (air) dan dukhân (uap).Dengan
demikian Ibn Rusyd menyatakan bahwa pemikiran yang benar itu adalah para
filosof Muslim, karena mereka sesuai dengan apa yang di nyatakan dalam Al-
Qur`an. Lalu dari kaum teologyang sebenarnya tidak sesuai dengan apa yang Al-
49
Filsafat Islam Filosof & FIlsaftanya
64
memaparkan bahwa menurut Ibn Rusyd penciptaan ini tidak langsung dan bukan
pertanyaan, dan jawaban dari pertanyaan ini. Apakah alam ini ada permulaan
terjadinya atau tidak? Dalam hal ini Ibn Rusyd mengemukakan bahwa alam ini
azali tanpa permulaan. Dengan demikian berarti bahwa bagi Ibn Rusyd ada dua
hal yang azali, yaitu Tuhan dan alam ini.Hanya saja keazalian keduanya itu
No Tokoh Pemikiran
Baginya alam ini tercipta oleh Tuhan dari tiada,
al-Kindi (180- baharu, juga memiliki permulaan waktu. Dalam
1
796 SM) menjawab penciptaan alam, Al-Kindi terkenal dengan
konsep Creatio ex Nihillo.
Ia memahami bahwa alam ini diciptakan dari
Al-Farabi (259-
2 pancaran emanasi sejak zaman azali. Sehingga
879 SM)
dipahami bahwa alam ini tercipta dari yang ada.
Ibn Sina percaya bahwa alam ini ada yang
menciptakannya. Sehingga ia menggunakan konsep
emanasi untuk menjawab penciptaan alam yang ada
sekarang ini. Konsep emanasi yang dibuat sebenarnya
adalah hasil perpaduan antara pemikiran yang
Ibn Sina (980 M - mengatakan bahwa alam ini di ciptakan dengan alam
3
1037 M) ini tidak diciptakan. Sehingga Ibn sina berkesimpulan
bahwa alam adalah sesuatu yang mungkin ada dengan
sendirinya, tetapi, alam adalah sesuatu yang harus ada
lantaran sesuatu yang lain, karena ia ada dalam ilmu
Tuhan. Sesuatu yang ada di dalam ilmu Tuhan itu
haruslah ada.
Menurutnya creatio ex nihillo tidaklah ada dan tidak
Ibn Rusyd (520- mungkin terjadi. Baginya yang dapat dipercaya adalah
4
1126 SM) “sesuatu yang ada , pastilah berasal dari yang ada
pula. Akan tetapi menjadi bentuk yang lain.”
50
Ahmad Hanafi,Pengantar Filsafat Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), h. 253.
51
Sudarsono, Filsafat Islam,(Jakarta: Rineka cipta, 2010), h. 101.
65
BAB IV
dan metafisika, ilmiah dan spiritual; kualitatif dan kuantitatif; oraktis dan
estetis. Hal ini karena, sebagai sebuah dunia dan dipandang dalam totalitasnya,
tentang penciptaan alam ini. Siapa yang menciptakannya, dan mereka selalu
menjadi pertanyaan mereka kepada alam semesta. Oleh sebab itulah falsafat
lahir sehingga muncul yang namanya filsafat alam. Hal itu semata karena
pemikir Yunani ingin mencari tahu inti dari pada alam ini.2 Oleh karena sejak
awal kelahiran falsafat alam ini terlahir, hingga masuklah pada periode Imam
al-Ghazali, dan hal itu masih juga menjadi hal yang menyanggal. Karena
menurut Imam al-Ghazâlî apa yang para pemikir dahulu utarakan sangatlah
bertentangan dengan apa yang ada pada Al-Quran. Terlebih pemikir itu salah
satunya adalah Ibn Sina dan Al-Farabi. Sehingga hal yang ia khawatirkan
1
Osman Bakar, Tauhid dan Sains: Perspektif Islam tentang Agama dan Sains.
Penerjemah: Yuliani Liputo dan M.S. Nasrulloh, (Bandung: Pustaka Hidayah), h. 75-77.
2
Hamzah Abbas, Pengantar Filsafat Alam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1981), h. 50-51.
65
66
adalah, para kaum awam akan mengikuti cara pandang dan berpikir mereka,
Pada bagian inilah secara detail penulis mencantumkan pemikiran Imam al-
dan darinya terdiri dari dua unsur yang berbeda, yaitu atom dan aksiden.4
Atom adalah lokus yang memberi susbtansi pada aksiden. Sebuah aksiden
tidak dapat eksis pada eksiden lainnya melainkan hanya dalam atom atau
benda yang tersusun atas atom-atom ini. Sebaliknya sebuah benda tidak dapat
dilepas dari aksiden-aksiden, positif atau negatif, seperti warna, bau, hidup,
yang terdapat dalam falsafat Yunani seperti Lerucippus, dan Democritus, atau
Epicurus.5 Salah satu ciri atom Asy’ariyyah adalah jumlahnya sudah tertentu
3
Penulis mencantumkan Asy’ariyyah, karena Imam al-Ghazâlî adalah Asy’ariyyah tulen,
hal ini dibuktikan dengan seluruh karyanya yang mendukung kalam Asy’ariyyah. Termasuk guru-
guru beliau semuanya adalah Asy’ari, terutama Imam al-Juwaini. Imam al-Ghazâlî juga dibesarkan
di kawasan yang mayoritas berpaham Asy’ari. hal ini sebelumnya sudah dijelaskan pada Bab 2,
dalam penulisan biografi seorang Imam al-Ghazâlî. Lihat Bab 2, Biografi dan Latar Belakang
Intelektual Imam al-Ghazâlî.
4
Osman Bakar, Tauhid dan Sains: Perspektif Islam tentang Agama dan Sains, h. 182.
5
Lebih jelasnya lagi Mulyadi Kartanegara menerangkan didalam buku Gerbang
Kearifan-nya bahwa teori atom yang Asy`ariyyah kemukakan adalah pinjaman dari pemikir India.
Menurut teori ini alam terdiri atas atom-atom. Akan tetapi atom-atom tersebut tidak bertahan lama,
mereka hanya dapat bertahan satu-dua saat saja, kemudian musnah. Dengan inilah menurut mereka
untuk Tuhan mempertahankan keberadaan alam ini maka Tuhan harus menciptakan atom-atom
sejenis setiap kali atom yang lama musnah. Sehingga pemaparan ini dalam wacana falsafat disebut
dengan “occasionalisme”. Karena atom-atom itu memerlukan campur tangan langsung dari Tuhan,
yang setiap saat harus menciptakan secara berkesinambungan atom-atom yang baru. Sebagaimana
Al-Quran mengatakan bahwa Allahlah yang mengeluarkan biji-bijian dari bumi yang mati, dan
menjadikan di dalamnya kebun-kebun korma dan anggur, dan dia jugalah yang menyebabkan
menyembburnya mata air-mata air dan sebagainya. Lihat, Mulyadi Kartanegara, Gerbang
Kearifan, (Jakarta: Lentera Hati, 2006), h. 102. Lihat, QS. 36 ayat 33-34.
67
atau berhingga, landasan ini ia ambil pada QS. 72:28 (dan Dia menghitung
segala yang ada di alam kasat mata ini merupakan simbol sesuatu yang ada di
berikut dapat dilihat dari jawaban atas sanggahan Imam al-Ghazâlî terhadap
penciptaan alam para filosof, bahwa sesungguhnya alam semesta ini adalah
yang meliputi segalanya, baik itu diluar maupun didalam, baik hal kecil
maupun hal besar, alam juga merupakan hal yang baru.8 Sebagaimana yang
kita ketahui bahwa pemikiran Imam al-Ghazâlî tentang alam bermula dari
ini adalah kadim, dan ada bersama Tuhan. Sebab inilah Imam al-Ghazâlî
mengkritik, dan menyatakan bahwa alam tidak kadim melainkan baru. Agar
lebih jelas, sebelumnya perlu kita ketahui mengapa para filosof berpendapat
bahwa alam ini adalah kadim, terutama kepada Al-Farabi dan Ibn Sina yang
Para filosof berpendapat bahwa, alam itu bukan baru karena sesuatu yang
berawal mustahil lahir dari yang azali. Hal ini karena menurut mereka Tuhan
adalah kekal atau azali, dan sesuatu yang azali tidak mungkin, bahkan
mustahil dapat berubah. Oleh sebab itu mustahil alam baru, dan kalaupun alam
itu baru tidak mungkin dia berasal dari yang azali, semua itu mustahil. Sebab
dengan menyatakan bahwa alam itu baru dan berasal dari yang azali, secara
6
Osman Bakar, Tauhid dan Sains: Perspektif Islam tentang Agama dan Sains, h. 184.
7
Osman Bakar, Tauhid dan Sains: Perspektif Islam tentang Agama dan Sains, h. 78.
8
Osman Bakar, Tauhid dan Sains: Perspektif Islam tentang Agama dan Sains, h. 85.
68
tidak langsung menyatakan bahwa diri Tuhan itu berubah. Baik itu
mereka para filosof menyatakan bahwa alam ini kadim, berawal dengan
Tuhan,9 dan mustahil baru.10 Adapun argumen yang lain para filosof katakan
bahwa yang layak dikatakan baru adalah gerakan bintang, yaitu gerak putar
baru.11
Baginya, karena alam itu diciptakan dan setiap yang diciptakan pasti berawal
dan akan berakhir, karenanya alam adalah baru. Memasuki ranah pendapat
para filosof, bahwa mustahil alam yang baru muncul dari sesuatu yang kadim.
Dalam butir ini Imam al-Ghazâlî menggunakan dalil filosof untuk menyerang
munculnya yang baru dari yang kadim, padahal filosof mengakui adanya
akibat, yakni satu peristiwa penyebab bagi peristiwa yang lain. Penyebab itu
9
Sebagaimana para filosof menggamabarkannya dengan sebuah matahari dan cahayanya.
Suatu yang sudah ada itu adalah Tuhan, maka alam berawal dari emanasi Tuhan tanpa kehendak,
bagaikan cahaya dengan matahari. Cahaya secara otomatis muncul ketika adanya matahari,
begitulah Tuhan dengan alam. Alam secara otomatis muncul ketika Tuhan ada. Karena itu, Tuhan
yang kadim membuahkan suatu yang serupa dengan-Nya, yaitu materi awal yang kadim juga.
Lihat: Amsal Bakhtiar, h. 83.
10
Imam Al-Ghazâlî, Tahâfut al-Falâsifah (Kerancuan Para Filosof). Penerjemah:
Ahmad Maimun, (Bandung: Marja, 2016), cet. 5, h. 64
11
Amsal Bakhtiar, Problematika Metafisika Dan Fisika Dalam Filsafat Islam:
Perbandingan antara Al-Ghazâlî dan Ibn Rusyd, (Tesis S2, Jurusan Ilmu Agama Islam, Program
Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1998), h. 81
69
tidak mungkin berangkai tanpa ada ujungnya karena tidak ada orang yang
berakal dapat mempercayai pendapat tersebut. Kalau sebab berhenti pada tepi
yang paling ujung, maka ujungnya itu tentu kadim. Kalau demikian halnya,
kenapa filosof menolak munculnya yang baru dari yang kadim.12 Selain itu
sesuatu yang baru dari yang kadim bisa saja muncul karena ditetapkan
batas keberlanjutan itu. Sebaliknya, wujud akan mulai pada saat permulaan
muncul. Kapan wujud itu muncul? Wujud muncul pada saat dikehendaki oleh
kehendak kadim (Tuhan). Prinsip seperti ini mustahil bagi Tuhan. Jadi,
untuk meng- “ada” –kan itu bermula, dengan begitu alam merupakan sesuatu
yang dikehendaki.14
12
Amsal Bakhtiar, Problematika Metafisika Dan Fisika Dalam Filsafat Islam:
Perbandingan antara Al-Ghazâlî dan Ibn Rusyd, h. 80-81.
13
Amsal Bakhtiar, Problematika Metafisika Dan Fisika Dalam Filsafat Islam:
Perbandingan antara Al-Ghazâlî dan Ibn Rusyd, h. 78.
14
Imam Al-Ghazâlî, Tahâfut al-Falâsifah (Kerancuan Para Filosof), h. 182.
15
Imam Al-Ghazâlî, Tahâfut al-Falâsifah (Kerancuan Para Filosof), h. 72.
70
alam. Begitupula suatu kehendak dan obyek yang dikehendaki itu saling
yang baru.16 Dalam tulisan Amsal Bakhtiar, terdapat alasan Imam al-Ghazâlî
tentang kehendak Tuhan. Bahwa, Tuhan memiliki kehendak yang bebas dan
mutlak. Dia dapat saja menciptakan alam dalam waktu tertentu atau
yang Tuhan miliki, terserah Tuhan ingin mengadakan alam ini kapan dan
yang bebas tadi. Berbicara tentang kehendak Tuhan, disini Imam al-Ghazâlî
manusia itu tidak dapat disamakan. Sebab, disini kehendak manusia didorong
oleh faktor luar. Sedangkan Tuhan bebas berkehendak dan berbuat, faktor
luar tidak ada pada diri-Nya. Karena itu Tuhan itu tidak mustahil menciptakan
16
Imam Al-Ghazâlî, Tahâfut al-Falâsifah (Kerancuan Para Filosof), h. 64.
17
Dalam konteks ini Imam al-Ghazâlî mengatakan bahwa makna kehendak itu berbeda
dengan berkuasa. Kehendak adalah menentukan atau memilih waktu penciptaan pada saat tertentu
bkan saat yang lain, tanpa perlu ditanyakan sebabnya, karena sebab adalah kehendak-Nya itu
sendiri. Kalau kita menanyakan sebabnya maka sama saja kehendak Tuhan itu terbatas, dan tidak
lagi bebas. Adapun kekuasaan adalah perbuatan pada saat terlaksananya kehendak. Lihat: Amsal
Bakhtiar, Problematika Metafisika Dan Fisika Dalam Filsafat Islam: Perbandingan antara Al-
Ghazâlî dan Ibn Rusyd, h. 80.
18
Meskipun memang bagi filosof, terutama Ibn Sina mengatakan bahwa Tuhan tidaklah
berkehendak. Sebab jika Tuhan berkehendak berarti di luar Tuhan ada sesuatu yang membuat-
Nya. Jika seperti itu, maka mustahil. Karena selain Tuhan tidak ada zat yang lain. Begitu juga
kalau kehendak itu ada, kenapa kehendak itu baru muncul pada waktu tertentu, tidak dari kadim.
Lihat: Amsal Bakhtiar, Problematika Metafisika Dan Fisika Dalam Filsafat Islam: Perbandingan
antara Al-Ghazâlî dan Ibn Rusyd,, h. 84.
19
Amsal Bakhtiar, Problematika Metafisika Dan Fisika Dalam Filsafat Islam:
Perbandingan antara Al-Ghazâlî dan Ibn Rusyd, h. 85.
71
Tuhan dari dimensi otomatis (dharûrî), tidak pada dimensi pencipta yang aktif
dan berkehendak bebas. Pada dimensi otomatis, maka kehendak menjadi tidak
penting sebab jika ada zat, secara otomatis timbul fungsi dalam zat itu,
sebagaimana halnya yang telah mereka gambarkan pada matahari yang secara
Tuhan setelah ada wujud-Nya karena tidak ada penghalang bagi Tuhan utnuk
tidak menciptakan. Penciptaan alam dalam waktu juga ditolak oleh filosof,
karena waktu adalah bagian dari ukuran gerak alam, sehingga sulit
Karena itu, tidak ada halangan bagi Tuhan dengan kehendak kadim
menciptakan alam yang baru pada waktu tertentu.21 Karena Tuhan dapat saja
memilih waktu tertentu untuk menciptakan alam lewat keputusan yang kadim.
Jadi, hal itu tidak mungkin mustahil terjadi bagi Tuhan, karena Tuhan yang
berkuasa mutlak.22
20
Amsal Bakhtiar, Problematika Metafisika Dan Fisika Dalam Filsafat Islam:
Perbandingan antara Al-Ghazâlî dan Ibn Rusyd, h. 85
21
Selain menurut Imam al-Ghazâlî, Tuhan sendiri mengtaakan bahwa dirinya adalah yang
berkehendak, pada QS. 22: 14 “Sungguh Allah berbuat apa yang Ia kehendaki”.
22
Amsal Bakhtiar, Problematika Metafisika Dan Fisika Dalam Filsafat Islam:
Perbandingan antara Al-Ghazâlî dan Ibn Rusyd, h. 86.
72
Imam al-Ghazâlî bahwa alam ini baru oleh para filosof,23 semua itu
sebenarnya kembali kepada pendapat yang diatas, bahwa lagi-lagi semua itu
Tuhan. Agar tidak ada satupun yang menyaingi posisi Tuhan, bahkan
menghilangkan esensi zat yang Tuhan miliki. Hal ini diperjelas pula didalam
Namun disini jika kita cermati, sebenarnya Imam al-Ghazâlî pun telah
nyatakan bahwa alam itu tercipta secara emanasi, namun pada bagian ini
penulis memahami bahwa yang dikatakan proses itu adalah jeda waktu
25
Amsal Bakhtiar, Problematika Metafisika Dan Fisika Dalam Filsafat Islam:
Perbandingan Antara Al-Ghazâlî dan Ibn Rusyd,(Jakarta: Jurusan Ilmu Agama Islam, Program
Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1998), h. 86.
26
Proses: runtunan perubahan (peristiwa dalam perkembangan sesuatu), Rangkaian,
tindakan, pembuatan, pengolaan yang menghasilkan produk. Ebta Setiawan, “Proses” Kamus
Besar Bahasa Indonesia Online. Artikel ini diakses pada 3 April 2018 dari
http://kbbi.web.id/proses
74
satu hal yang krusial, dalam teologi Islam maupun dalam falsafat Islam.
Sebab, jika alam qadim sedangkan Tuhan juga qadim, maka disini
menunjukkan ada dua yang qadim. Sedangkan dua yang qadim sangat
bertentangan dengan ajaran Islam yang menegaskan bahwa Tuhan adalah yang
Esa, dan satu-satunya zat yang qadim, dan selain Tuhan, semuanya adalah
baru juga tercipta oleh-Nya. Perdebatan inilah yang timbul di kalangan filosof,
argumennya, tidak lain hal ini ia lakukan agar umat Islam tidak tersesat akibat
Imam al-Ghazâlî mempunyai anggapan bahwa para pemikir dan ahli bidah
pada saat itu sangat terpengaruh oleh nama besar, seperti Socrates,
Hippokrates, Plato, dan Aristoteles. Mereka tertipu oleh pengikut para pemikir
tersebut. Bahwa mereka itu mempunyai intelektual yang luar biasa, prinsip-
aturan yang dibuat-buat dan tipuan-tipuan dasar. Ketika hal itu terus-menerus
terhormat kalau mereka juga mengikuti pendapat para filosof tersebut. Mereka
27
Amsal Bakhtiar, Tema-Tema Filsafat Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 114.
75
juga lebih percaya akan hal baru yang para filosof munculkan dibandingkan
Dalam hal itu Imam al-Ghazâlî mengatakan, padahal justru mereka telah
orang sesat.28
Dari penuliasn di atas, pada dasarnya para filosof dan Imam al-Ghazâlî
sepakat bahwa alam ini adalah berasal dari Tuhan. Sebenarnya jika kita
bahwa alam ini berasal dari Tuhan. hanya saja Imam al-Ghazâlî disini
memakai kata dimunculkan, “bahwa alam ini dimunculkan oleh Tuhan dan
tercipta oleh Tuhan”, namun disini para filosof menggunakan kata akibat
“bahwa alam ini adalah akibat dan sebab dari yang Azali dan abadi”. Maka ia
tidak bisa terlepas dari sebab. Karena sebab tidak dapat berubah, dan akibat-
28
Amsal Bakhtiar, Tema-Tema Filsafat Islam, h. 118.
76
pun tidak dapat berubah. Inilah dasar penolakan mereka terhadap kebermulaan
alam dan argumen ini juga dapat diterapkan pada keberakhiran alam.29
alam tiada, maka ketiadaannya itu akan terjadi sesudah keadaanya (alam itu
bagian ini terdapat afirmasi waktu, akan tetapi waktu menurut mereka disini ada
pada saat materi telah tercipta. Sedangkan Imam al-Ghazâlî pada halaman
menyatakan waktu itu ad sebelum alam (materi tercipta). Karena dalam hal
implikasi pendapat dia terhadap penciptaan alam, bahwa alam ini adalah baru
bukan kadim. Alam ini juga tercipta atas kehendak Tuhan, segala apa yang
ada dan terjadi pada alam ini adalah atas kehendak Tuhan. Sehingga Imam al-
Ghazâlî meyakini bahwa sebab-akibat yang para filosof yakini itu bukanlah
dharuri (tidak pasti). Dan sebuah benda yang dicipta juga tidak bisa
29
Imam Al-Ghazâlî, Tahâfut al-Falâsifah (Kerancuan Para Filosof), h. 101.
30
Imam Al-Ghazâlî, Tahâfut al-Falâsifah (Kerancuan Para Filosof), h. 102.
77
kausalitas dalam bahasa Inggris: causality; dari bahasa Latin causa yang
dalam berbagai bentuk. Sebab juga bisa dibagi menjadi beberapa bagian,
Dengan begitu kausalitas adalah wujud yang bergantung pada wujud lain,
dan tanpanya dia tidak akan mewujud atau mendapatkan realitas, hal ini
antara sebab dan akibat tidak bersifat dharûrîy (kepastian). Dimana keduanya
sebab-akibat pada apa yang diyakini oleh para filosof dan pengikutnya adalah
suatu yang tidak niscaya (dharûrî). masing-masing dari mereka berdiri sendiri,
yang dimaksud dari berdiri sendiri disini adalah, ini bukan itu, dan itu bukan
ini. Antara yang satu tidak mesti harus menyebabkan suatu yang lain.
penegasian pada yang lain dan penafian terhadap yang satu tidak mesti
31
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005), Cet. 4,
h. 399.
32
Mohsen Gharawiyan, Pengantar Memahami Buku Daras Filsafat Islam. Penerjemah:
Muhammad Nur Djabir, (Jakarta: Sadra Press, 2012), h. 110.
33
Sirajuddin Zar, Filsafat Islam, h. 175.
78
merupakan penafian pada yang lain. Eksistensi yang satu tidak mengharuskan
eksistensi pada yang lain, dan ketiadaan yang satu tidak mengaharuskan
ketiadaan yang lain.“ Dalam hal ini Imam al-Ghazâlî juga mencontohkan dari
argumen yang Ia maksud, yaitu seperti pemuasan haus dan minum, kenyang
dan makan, pembakaran dan kontak dengan api, cahaya dan terbitnya
minum obat, cuci perut dan minum obat pencahar, dan lainnya sebagai
lumpur mengeras, dapat pula menghtiamkan wajah tukang cuci yang mencuci
di luar rumah, juga dapat memutihkan pakaian yang dicuci. Dimana dalam hal
ini kita dapat melihat sebabnya hanyalah satu yaitu cahaya matahari, namun
akibat yang ditimbulkan melebihi dari satu kejadian. Bukankah hal ini tidak
dapat dikatakan bahwa dari yang satu mneyebabkan kejadian satu yang
Kalaulah bukan Tuhan yang menghendakinya belum tentu bisa seperti itu.
apabila ada satu peristiwa mengikuti yang lain, hal itu disebabkan karena
34
Imam al-Ghazâlî, Tahâfut Al-Falâsifah Kerancuan Para Filosof. Penerjemah: Ahmad
Maimun, (Bandung: Marja, 2016), Cet. V, h. 235.
79
Kenapa para filosof beranggapan bahwa sebab-akibat itu pasti dan saling
berhubungan, menurut Imam al-Ghazâlî itu semua tidak lain hanyalah karena
semua menurut Imam al-Ghazâlî adalah keterkaitan sebagai akibat dari takdir
Tuhan, padahal juga Tuhan sangat berkuasa atas segala sesuatu. Sebagaimana
kematian tanpa harus kepala terlepas dari tubuh, dan demikian seterusnya
contoh dan gambaran, semata-mata agar semua itu dapat terbuktikan dengan
gambaran yang nyata, dan apa yang Ia katakan tentang pendapatnya ini
bukanlah karangan semata. Seperti “suatu kapas bisa saja tidak terbakar jika ia
bersentuhan dengan api, dan kapas bisa saja berubah menjadi abu tanpa harus
terbakar.” Tidak hanya sekedar memberikan contoh dan argumen akan suatu
apa yang terjadi itu semua adalah atas kehendak Tuhan. Seperti yang para
filosof utarakan, bahwa jika sebuah kapas akan terbakar jika bersentuhan
dengan api, maka sama saja menyatakan bahwa api tiu memiliki kehendak
sendiri. Sedangkan menurut apa yang Imam al-Gahzâlî yakini, bahwa sifat api
35
Ahmad Nawawi, Relasi Sebab Akibat Menurut Al-Ghazâlî dan David Hume (Kritik
Nalar Kausalitas dalam Teologi dan Filsafat), (Tesis S2 Konsentrasi Pemikiran Islam,
Pascasarjana Magister S2, Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004), h. 65-66.
36
Imam al-Ghazâlî, Tahâfut Al-Falâsifah Kerancuan Para Filosof, h. 236.
80
membakar atau tidaknya adalah kehendak dari Tuhan. Karena sejatinya api itu
adalah benda mati, ia tercipta, dan segala kekuatan apa yang berada padanya
pernah terjadi pada masa seorang Nabi yang bernama Ibrahim. Dimana saat
itu Nabi Ibrahim di lempar ke dalam api yang sedang berkobar-kobar, namun
atas kehendak Tuhan tubuh Nabi Ibrahim sama sekali tidak terbakar, api itu
sebab-akibat, maka api itu pastilah sudah melahap dan menghanguskan tubuh
Contoh lain di sini adalah seorang anak yang katanya (para filosof) berasal
dari air mani seorang ayah. Sedangkan dalam hal ini, Imam al-Ghazâlî
menjawab dengan pola pikir yang sama. “Ayah bukanlah pelaku bagi
tidaklah serta merta dengan memasukkan air mani seorang ayah ke dalam
hal yang ada pada anak itu. Jika semua hal itu tidak Tuhan kehendaki,
bagaimana mungkin air mani yang masuk ke dalam rahim seorang ibu dapat
membentuk seorang anak, bagaimana bisa seorang anak dapat terlahir dengan
sempurna dari rahim seorang ibu.39 Dalam hal ini penulis menangkap, kenapa
Imam al-Ghazâlî memberikan contoh dari hal kecil hingga terbesar, yaitu
37
Kita bisa melihat bukti nyata yang telah tertulis dalam QS. Al-Anbiya, ayat 69: “Kami
(Allah) berfirman, „Wahai api! Jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim!”
38
Imam al-Ghazâlî, Tahâfut Al-Falâsifah Kerancuan Para Filosof, h. 239
39
Pernyataan sebelum penjelasan inipun telah Allah cantumkan didalam QS. 21 : 89-90.
81
dari rahim manusia. Semua itu tidak lain hanyalah, agar manusia berpikir
bahwa suatu benda atau suatu makhluk itu tercipta dan yang menciptakannya
adalah Tuhan, dan sebuah makhluk serta suatu hal yang tercipta itu tidak
karena itu tidaklah mungkin mereka menjadi sebab dari segala sesuatu dengan
eksistensinya dari Tuhan, baik langsung maupun melalui perantara dari para
tersebut.40
Dalam hal ini, penulis menyimpulkan dari uraian contoh dan kisah yang
Imam al-Ghazâlî utarakan, bahwa disinilah terbukti suatu benda itu tidak
sesuatunya itu.
Segala pujian berhak diberikan kepada Tuhan yang mencipta, yang telah
Dijadikannya manusia berpikir terhadap yang Dia ciptakan hal itu adalah
40
Imam al-Ghazâlî, Tahâfut Al-Falâsifah Kerancuan Para Filosof, h. 237.
82
yang mereka perhatikan, dengan itu mereka mengenal dan yakin bahwa tiada
dinyatakan oleh para filosof bahwa alam semesta ini tercipta dari ada, dan
memang sudah ada dari dahulunya, maka dari itu dapat dikatakan qadim.
Sehingga apa-apa yang ada di alam semesta ini terjadi begitu saja tanpa ada
dan mutakallimin yang meyakini bahwa alam ini tercipta dengan kehendak
akan ditulis pada bagian ini, setidaknya dapat membuat pembaca berpikir dan
merenungkan apakah benar alam ini tercipta dan sudah ada sejak zaman azali,
semesta ini seperti rumah yang kokoh, yang didalamnya terdapat segala
hal yang kita butuhkan. Sebagaimana langit terbentang laksana atap pada
rumah yang di tempati, lalu bumi terbentang luas laksana hamparan karpet
83
yang terpendam, dan manusia adalah sebagai pemilik rumah itu yang di
hewan yang tumbuh dan hadir didalamnya, yang tersedia untuk kebutuhan
petunjuk dalam hidupnya. Hal ini dilihat dari langit yang memiliki
mereka.
Dapat kita ambil kisah dari Nabi Ibrahim sebagai contoh, bermula dari
mencari melalui apa yang alam tampakkan, lalu ia kaji dari apa yang ia
lihat pada saat itu. Dapat kita ketahui dari alur ceritanya, tanpa harus
berada bersamanya pada saat itu, bahwa yang ia lihat kala itu adalah
adalah sang pencipta semesta ini, lalu matahari pun terbit akan tetapi
41
Imam al-Ghazâlî, Rahasia Penciptaan Alam Semesta & Makhluk Hidup. Penerjemah.
Kaserun AS. Rahman, (Jakarta: Turos Khazanah Pustaka Islam, 2016),h. 2.
84
datang lalu pergi tanpa keabadian yang pasti. Dari hal itu kita dapat
mengambil pelajaran bahwa, apa yang tampak pada alam patutlah kita
pelajari dan ambil pelajaran darinya. Bukan berarti apa yang ada dalam
Ketika sendiri, langit dengan warna biru mendekati hitam bukanlah hal
ketika kita tahu manfaat dari segala yang tercipta di muka bumi ini tanpa
kali akan sangat sulit mencari cela kehancuran dari badannya. Berbeda
diungkap maka perasaan yang kita rasa saat mata memandang tak dapat
diungkap.
maka kita tahu makna dari penciptaan langit itu sangatlah menakjubkan,
42
Imam al-Ghazâlî, Tafsir Ayat Cahaya Dan Telaah Kritis Pakar, h. 71.
85
Pada lain sisi ada matahari yang menemani sang langit, sehingga ada
nama siang dan malam dalam sebutan manusia. Sebenarnya tak perlu
dibahas terlalu banyak, akan manfaat dari matahari. Karena dengan indera
matahari menjadi petunjuk atas tegaknya siang dan malam pada seluruh
seluruh perkara alam. Tidak akan ada manusia yang dapat bekerja untuk
menjadi gelap gulita. Olehnya mereka tidak tenang dalam menjalani hidup,
43
Imam al-Ghazâlî, Rahasia Penciptaan Alam Semesta & Makhluk Hidup. Penerjemah.
Kaserun AS. Rahman, (Jakarta: Turos Khazanah Pustaka Islamm), 2016, h. 6.
44
Imam Al-Ghazâlî, Rahasia Penciptaan Alam dan Makhluk Hidup, h. 11-12.
45
Imam Ja`far AsShadiq, Mengurai Tanda Kebesaran Allah. Penerjemah: Irwan
Kurniawan, (Bandung: Pustaka Hidayah, cet. 7, 2000), h. 90-91.
86
Manusia tidak akan merasa tenang. Hal itu disebabkan keinginan dan
kebutuhan manusia yang besar dalam mencari hal untuk menunjang biaya
hidup, serta gaya hidup yang mereka jalani. Oleh sebab itu dengan
ketenangan pun tak mungkin diraih. Maka pada akhirnya diri kita-pun
jika siang terus terpancar, dan ketika hewan ternak itu dipaksa terus
mati.
beristirahat”, karena manusia tahu akan tandanya malam, dan tak mungkin
46
Pekerjaan yang tak mungkin dikerjakan pada malam hari, yang jika pekerjaan malam
hari dilkaukan pada malam hari akan berdampak buruk pada pekerjaan itu. Seperti tidak
maksimalnya dalam hasil dari pekerjaan yang dilakukan. Akan tetapi ada pula pekerjaan siang
yang dapat dikerjakan pada malam hari, yang karena jika dikerjakan pada siang hari mereka
merasa terganggu, atau tidak sempat, dan lain sebagainya. Lihat: Imam al-Ghazâlî, Rahasia
Penciptaan Alam Semesta & Makhluk Hidup, h. 11.
87
“pergiliran empat musim” dalam satu tahun dan keteraturan dalam hal itu.
panas, semi, dan gugur dengan cara naik turunnya matahari maka keempat
udara menjadi pekat, sehingga dihasilkan darinya awan dan hujan, dan
yang dihasilkan pada musim ini bergerak dan muncul, maka jadila
47
Dimana pada pukul 23.00-03.00, terdapat hati atau liver melakukan aktivitas
pembuangan racun hasil metabolisme dan terjadi proses generasi sel-sel organ hati. Sangat
disarankan pada jam ini kita sudah berhenti beraktivitas, ungkap Antony Kiro, herbalis dari Daun
Hijau Mediabeta. Itu adalah sebagian bukti, bahwa adanya malam memang diciptakan untuk
manusia beristirahat juga merasakan damai. Lihat, Lusia Kus Anna, “Jam Kerja Organ Tubuh
Menurut Pengobatan Tiongkok,” artikel di akses pada 21 Desember 2017 dari
http://lifestyle.kompas.com/read/2015/09/25/190000023/Jam.Kerja.Organ.Tubuh.Menurut.Pengob
atan.Tiongkok
48
Imam al-Ghazâlî, Rahasia Penciptaan Alam Semesta & Makhluk Hidup, h. 13.
88
membuat bangunan dan usaha. Pada musim gugur udara menjadi bersih,
teman untuk para makhluk dalam keadaan gelap. Ketika manusia tak dapat
bekerja di siang hari maka dapat tergantikan bekerja pada malam hari
49
Iman Ja’far Ash-Shadiq, Mengurai TandaKebesaran Allah, (Bandung, Pustaka
Hidayah) cet.7, h. 87-88.
89
malam adalah waktunya tuk berganti dengan keadaan yang nyaman. Yaitu
dengan suhu yang lebih redup. Hal ini pula bermaksud agar manusia tidak
bekerja seperti rasanya di siang hari. Kecuali untuk yang tidak dapat
Ketika malam dan siang menjadi hubungan antara siang dan malam,
beredar pada siang dan malam dengan sangat cepat. Pernyataan tersebut
dapat kita saksikan dengan timbul dan terbenamnya ia. Terbitnya bintang
satu waktu tenggelam dan dari sebagian yang lainnya muncul, seperti
kepada manusia di muka bumi ini. Karena itulah rasi bintang selalu
tampak dan tak pernah tenggelam, demi sejumlah maslahat. Rasi bintang
laksana simbol atau pertanda yang menjadi petunjuk bagi manusia. Seperti
ketika melintasi jalanan tak dikenal, baik di darat maupun di laut. Semua
50
Imam al-Ghazali, Rahasia Penciptaan Alam Semesta dan Makhluk Hidup, h.18.
90
hal itu tidak Tuhan ciptakan dengan sia-sia, melainakan semua itu demi
4. HikmahPenciptaanBumi
Perlu kita ketahui kelebihan dari sang bumi yang senantiasa diinjak,
luasnya bentangan bumi, jika tidak maka manusia di muka bumi ini akan
sulit untuk bergerak, dan akan terus merasa bosan. sebab jika bumi ini
luas, maka manusia dengan mudah untuk mencari tempat lain dalam
Allah juga menciptakan bumi dengan sifat dingin dan kering sesuai
51
Imam al-Ghazâlî, Rahasia Penciptaan Alam Semesta & Makhluk Hidup, h. 24.
52
Imam Ja`far Ash-Shadiq, Mengurai Tanda Kebesaran Allah, h. 100.
91
kebinasaan manusia. Jika bumi ini keras dan padat, manusia akan kesulitan
5. HikmahPenciptaan Air
Betapa gersangnya hidup ini jika dilalui tanpa air yang mengalir. Air
Dijadikannya belahan utara lebih tinggi dari belahan selatan. Imam Ja`far
daripada selatan, karena air yang ada di dalam rongga bumi mengikuti
permukaan bumi dalam hal naik turunnya.“ sehingga mata-mata air selain
53
Imam al-Ghazâlî, Rahasia Penciptaan Alam Semesta & Makhluk Hidup, h. 31.
54
Imam Ja’far Ash-Shadiq, Mengurai Tanda Kebesaran Allah, h. 102.
92
sedangkan tanpa minu kita tidak bisa hidup. ”Sebagaimana QS. Al-
Anbiya` ayat 21 dikatakan, bahwa segala sesuatu dapat hidup dengan air.
Allah menjadikan yang kotor menjadi bersih, baik itu pada tubuh manusia,
pula, tanah yang keras dapat menjadi lembut dan gembur, yang pada
pemilik perusahaan rela mengeluarkan cara apa saja, dan biaya berapa saja
yang berada di sampingnya, binasalah dan sirna jika tak ada cara untuk
air yang seperti inipun, masih banyak manusia yang lalai akan nikmat dari
tahu kita sangat membutuhkan air tersebut. Lalu bagaimana jika kapasitas
air dalam kehidupan ini sangat terbatas? Kehidupan di dunia ini pastinya
55
Dikatakan pula oleh Imam al-Ghazâlî, saat tubuh merasakan kelelahan maka setelah
kita memandikannya, maka akan dirasa nikmat rehat seketika. Segala penat, dan amarah-pun
mereda. Lihat: Imam al-Ghazâlî, Rahasia Penciptaan Alam Semesta & Makhluk Hidup, h. 52.
93
menjadi keruh, dengan itu Allah menurunkan dan memudahkan air demi
manfaat air dengan menggandeng ilmuwan kimia dan fisika Rusia, yaitu
dunia ini. Para ahli-pun telah menetapkan bahwa air adalah satu-satunya
zat cair alam yang dapat dijadikan media untuk menciptakan reaksi kimia
makhluk hidup. Para ahlipun telah menemukan bahwa air adalah benda
cair yang paling utama, karena merupakan penghantar listrik paling cepat.
Ada hitam di situ ada putih, dimana ada panas pasti ada dingin,
begitupun dengan adanya air, pasti hadirlah api. Tak bisa di pungkiri
menciptakan api, bukan tanpa kesengajaan. Api tidak saja berguna untuk
penerangan dikala gelap tak ada pencahayaan seperti bulan, juga matahari,
56
Imam al-Ghazâlî, Rahasia Penciptaan Alam Semesta & Makhluk Hidup, h. 54.
57
Kemukjizatan Penciptaan Bumi dalam Ensiklopedia Mukjizat Alquran dan Hadis, jilid
8, h. 66.
94
terlebih pada zaman dahulu tidak adanya lampu. Api juga tidak hanya
dingin juga salju. Api sendiri tidak hanya tercipta untuk mengeringkan
seperti emas, perak, tembaga, timbal, timah, berikut besi. Dimana kita tahu
manusia terhadapnya. Jika Air terdapat pada mata air, serta benda-benda,
termasuk tumbuhan maka api hanya dapat kita temukan pada dalam benda.
Seperti didalam batu, ataupun kayu.59 Maka dari itulah adanya tangan
mereka dapat mengeluarkan api yang ada pada suatu benda, serta
58
Imam al-Ghazâlî, Rahasia Penciptaan Alam Semesta & Makhluk Hidup, h. 64.
59
Hal itu dapat kita buktikan dengan nyalanya api ketika digesekkannya kayu dengan
kayu, ataupun batu dengan batu. Sebagaimana yang dilakukan dengan manusia dahulu yang hidup
sebelum masa modern sekarang ini.
60
Imam Ja`far Ash-Shadiq, Mengurai Tanda Kebesaran Allah, h. 104.
95
Apakah yang dapat membuat suhu badan semua jenis binatang darat
binatang darat, sama halnya dengan air bagi binatang laut. Bila binatang
terhalang dari menghirup udara, suhu panas yang ada di dalam tubuhnya
pastilah memerlukan udara. Mau itu besar, kecil, banyak atau sedikit,
dengan tiupan angin itu pula perahu-perahu dapat berlayar dari ujung
hikmah pada apa yang diciptakan Pencipta Yang Mahasuci dan yang Dia
61
QS. al-Hijr/15: 22.
62
Imam al-Ghazali, Rahasia Penciptaan Alam Semesta & Makhluk Hidup, h. 56-57.
96
adapula orang yang merusak sesuatu yang telah tersimpan pada tempatnya
dan tersedia bagi keutuhannya, tapi ia tidak mengetahui arti semua itu,
untuk apa disediakan? Mengapa dijadikan seperti itu? Maka serta merta
pada alam semesta ini, meskipun tidak semuanya akan tetapi berapa yang
bahwa alam ini memang baharu dan tercipta. Otomatis, setiap yang
63
Imam Ja`far Ash-Shadiq, Mengurai tanda Kebesaran Allah, h. 10.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
menemukan ada yang kurang tepat dalam penjabaran alam dari para filosof
Islam menjadi kafir, dan tidak percaya akan adanya Tuhan. Sebagaimana yang
Imam al-Ghazâlî katakan dalam teologi Islam, Tuhan adalah pencipta, dan
yang dimaksud dengan pencipta ialah menciptakan sesuatu dari tiada. Kalau
orang Islam tidak ada yang menganut paham bahwa alam ini kekal dan tak
bermula.
yang lain. Sedangkan alam ini tercipta oleh Tuhan, tidak akan ada yang lain
jika yang satu tidak ada. Hal itu di karena keberadaannya tidak berdiri sendiri,
dan membutuhkan yang lain. Jadi, tidak mungkin alam semesta itu tercipta
dengan sendirinya, atau sampai dikatakan qadim. Sebab yang bermula pasti
mempunyai kesudahan, dan alam itu diciptakan. Maka setiap yang diciptakan
pasti berawal dan akan berakhir, karenanya alam adalah baru. Dengan begitu,
97
98
belum dikehendaki, maka wujud belum muncul. Wujud muncul pada saat
dikehendaki oleh kehendak kadim (Tuhan). Alam juga disebut sebagai kitab
simbol-simbol, karena segala yang ada di alam kasat mata ini merupakan
simbol sesuatu yang ada di alam yang lebih tinggi. Alam semesta ini adalah
yang meliputi segalanya, baik itu diluar maupun di dalam, baik hal kecil
semesta ini memiliki hikmah, yang jika manusia biasa lihat memang tidak ada
dan hati-nya untuk berpikir, merenungi, dan merasakan segala apa yang ada,
dipandang. Apa yang ada padanya adalah sebuah manfaat, yang jika di
buruk dan lain sebagainya. Adapaun terciptanya matahari tidak lain salah
manfaat dari apa yang telah Tuhan ciptakan. Itulah sebabnya mengapa bulan
99
juga hadir sebagai peneman matahari. Dan masih banyak manfaat lainnya lagi
dari apa yang Tuhan adakan pada alam semesta ini. Begitulah kiranya hikmah
dari beberapa penciptaan yang ada. Hikmah dari semua itu bukanlah untuk
B. Saran
skripsi ini yang belum dapat dijelaskan lebih dalam, ataupun kurang jelas
Al-Ahwani, Ahmad Fuad, Filsafat Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus, cet.10, 2008.
Al-Fakhuri, Hanna, dan al-Jurr, Khalil, Riwayat Filsafat Arab, jilid 1, penerjemah: Irwan
Kurniawan. Jakarta: Sadra Press, 2014.
-------------, Imam, Rahasia Penciptaan Alam Semesta & Makhluk Hidup. Penerjemah.
Kaserun AS. Rahman. Jakarta: Turos Khazanah Pustaka Islam, 2016.
-------------, Imam, Tafsir Ayat Cahaya Dan Telaah Kritis Pakar. Penerjemah: Hasan Abrori
dan Masyhur abadi. Surabaya: Pustaka Progressif, 1999.
Amin, Husayn Ahmad, Seratus Tokoh Dalam Sejarah Islam. Penerjemah: Bahruddin Fannani.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1999.
Anna, Lusia Kus, “Jam Kerja Organ Tubuh Menurut Pengobatan Tiongkok,” artikel di akses
pada 21 Desember 2017 dari
http://lifestyle.kompas.com/read/2015/09/25/190000023/Jam.Kerja.Organ.Tubuh.Me
nurut.Pengobatan.Tiongkok
Anwar, Saeful , Filsafat Ilmu Al-Ghazali Dimensi Ontologi dan Aksiologi. Bandung:
Cv.Pustaka Setia, 2007.
As-Shadiq, Imam Ja`far, Mengurai Tanda Kebesaran Allah. Penerjemah: Irwan Kurniawan.
Bandung: Pustaka Hidayah, cet. 7, 2000.
Ba, Wila Huky, “Capita Selecta Pengantar Filsafat”. Surabaya: Usaha Nasional, 1982.
Badudu dan Zain, Sutan Muhammad, Kamus Umum Bahasa Indonesia,(Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1996.
Bakar, Osman, Tauhid dan Sains: Perspektif Islam tentang Agama dan Sains. Penerjemah:
Yuliani Liputo dan M.S. Nasrulloh. Bandung: Pustaka Hidayah, 1995.
100
101
Bakhtiar, Amsal, Problematika Metafisika Dan Fisika Dalam Filsafat Islam: Perbandingan
Antara Al-Ghazâlî dan Ibn Rusyd. Tesis S2, Jurusan Ilmu Agama Islam, Program
Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1998.
Bakhtiar, Amsal, Tema-Tema Filsafat Islam. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005.
Bakry, Hasbullah , Di Sekitar Filsafat Skolastik Islam. Jakarta: PT. Tintamas Indonesia,1973.
Dagun, Save M, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Tt,Tp: Lembaga Pengkajian Kebudayaan
Nusantara (LPKN).
Dahlan, Abdul Aziz, Pemikiran Falsafi Dalam Islam. Jakarta: Unipress, 2003.
Dalami Islam, “Tasawuf Sunni: Pengertian, Sejarah, dan Manfaatnya”, artikel diakses pada
04 Januari 2018 dari https://dalamislam.com/dasar-islam/tassawuf-sunni
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa edisi ke-4.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Doa, Moh Siah, dan Djalaluddin, Rahasia Alam Kebatinan. T.tp.: AB. Sitti Sjamsijah Sala, t.t.
Guiderdoni, Bruno, Membaca Alam Membaca Ayat. Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2004.
Hakim, Abdul , dan kawan, Filsafat Umum dari Metodologi Sampai Teofilosofi. t.t.
Hakim, Atang Abdul, dan Saebani, Beni Ahmad, Filsafat Umum dari Metologi sampai
Teofilosofi. Bandung : Cv.Pustaka Setia, 2008.
Hartoko, Dick, Kamus Populer Filsafat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002.
--------------, Mulyadhi, Nalar Religius: Memahami Hakikat Tuhn, Alam, dan Manusia.
(Jakarta: Erlangga), 2007.
Komalasari, Dewi, Takhrij Al-Hadits Kitab Minhaj Al-Abidin Karya Imam al-Ghazali.
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, Ushuluddin, Program Studi Ilmu Al-Qur`an dan
Tafsir,2017.
102
Leaman, Oliver , Pengantar Filsafat Islam: Sebuah Pendekatan Tematis. Penerjemah: Musa
Khazim dan Arif Mulyadi. Bandung: Mizan Media Utama, 2002.
---------, Oliver, Pengantar filsafat Islam: Sebuah Pendekatan Tematis. Penerjemah: Musa
Khazim dan Arif Mulyadi. Bandung: Mizan Media Utama, 2002.
Murtiningsih, Wahyu, Para filsuf dari Plato Hingga Ibn Bajjah. Jogjakarta: IRCiSoD, 2014.
Muzani, Ahmad, Kritik Al-Ghazali Terhadap Kausalitas Dalam Perspektif Filosofis. Jakarta;
Skripsi Jurusan Aqidah Filsafat, Fak.Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2014.
Nasr, Seyyed Hoseein, dan Leaman, Oliver, ed. Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam :buku
Pertama. Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2003.
Nasutin, Harun , Falsafat dan Mistisisme Dalam Islam. Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2014.
Nawawi, Ahmad, Relasi Sebab Akibat Menurut Al-Ghazâlî dan David Hume (Kritik Nalar
Kausalitas dalam Teologi dan Filsafat). Tesis S2 Konsentrasi Pemikiran Islam,
Pascasarjana Magister S2, Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004.
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi ke-3. T.tp: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, t.t.
Rifa`i, Bachrun, dan Mud`is, Hasan, Filsafat Tasawuf. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Russell, Bertrand, Sejarah Filsafat Barat : kaitannya dengan kondisi sosio-politik zaman
kuno hingga sekarang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cet. 3, 2007.
Setiawan, Ebta, “Proses” Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. Artikel ini diakses pada 3
April 2018 dari http://kbbi.web.id/proses
Soleh, Khudori , Filsafat Islam dari Kalsik Hingga Kontemporer, Penerjemah: Mizan.
Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2016.
Supriyadi, Dedi , Pengantar Filsafat Islam (Lanjutan) Teori dan Praktik. Bandung: CV
Pustaka Setia, 2010..
-----------, Dedi , Pengantar Filsafat Islam: Konsep, Filsuf, dan Ajarannya. Bandung: CV.
Pustaka Setia Bandung, 2009.
103
Syafe’i, Syarifah, Alam Rohani Dalam Filsafat Ikhwan Al-Shafâ. Tesis IAIN Imam Bonjol
Padang: Program Studi Pengkajian Islam, 2006.
Taufiq, M. Iqbalut , Metafisika Dalam Perspektif AlGhazali. Jakarta: Program Studi aqidah
Filsafat, Fakultas Usuluddin, UIN Jakarta, 2014.
Tim nuansa, Plato Filosof Yunani Terbesar. Bandung: Nuansa cendekia, 2009.
Wirman, Eka Putra, Hukum Alam Dan Sunnatullah : Upaya Rekonstruksi Pemahaman
Teologis Di Indonesia. Ilmu Ushuluddin Jurnal Himpunan Peminat Ilmu Ushuluddin
(HIPIUS), Volume 1, Nomor 1, 2010.
Yayasan Wakaf Paramadina, Ihya‟ „Ulum al-din Pemikiran Keislaman al-Ghazâlî. Jakarta:
Yayasan Wakaf Paramadina, 1995.
Yousef, Mohammad Haj, Ibn `Arabi-Time and Cosmology. T.tp: T.p, T.t.
Zar, Sirajuddin , Filsafat Islam Filosof dan Filsafatnya. Jakarta: Rajawali perss, 2009.
-----, Sirajuddin, Filsafat Islam : Filosof dan Filsafatnya. Jakarta : Rajawali Pers,2012.
Zulekho, Pandangan Said Nursi tentang Tauhid dan Fenomena Alam. Skripsi S1 Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat Islam, Universitas Islam Negeri Jakarta,2016.