Anda di halaman 1dari 9

30/10/2018

HEARING IMPAIRMENT
GANGGUAN MENDENGAR

16081015 Arman Tri Romadoni


16081165 Siska Permata Sari
16081210 Yasfi Firmansyah
16081252 Nurul Ummi
16081276 Ni Putu Amelia Astari Dewi
16081290 Muhamad Riyadi

Tuli
Ketidakmampuan menerima informasi
GANGGUAN MENDENGAR linguistik melalui pendengaran baik
dengan atau tanpa alat bantu dengar.
Kondisi dimana individu tidak
mampu/kesulitan mendengar dan hal ini
tampak dalam fungsi wicara atau bunyi- Kesulitan pendengaran
bunyian lain, baik dalam derajat frekuensi Gangguan pendengaran permanen/fluktuatif
(Hertz) maupun intensitas (dB) - mempengaruhi potensi akademik anak.
(Mampu mendengar dengan bantuan alat
bantu pendengaran)

1
30/10/2018

dB Brill et al, (dalam Hallahan, Kauffman,1988.


(desibel) page 262)
130
Petir 120
Musik Rock & Roll/ Suara 110 Profound (> 90 dB)
motor >60 dB  Tuli
Lalu lintas jalan Raya 100
Dering telpon 90
Severe (70-89 dB)
80
Percakapan Biasa 70
Moderate (55-69 dB)
60
Suara alat rumah tangga 50 20-60 dB 
Mesin tik listrik 40 Kesulitan Mendengar
Mild (26-54 dB)
30
20
bisikan 10
0

Klasifikasi berdasarkan onset:


(Hallahan & Kauffman, 1988. page.262)

• Genitally deaf  Sejak Lahir


• Adventitiously deaf  Beberapa saat setelah lahir
• Pre-lingual deafness  Sejak lahir, atau sebelum
dimulainya perkembangan Bahasa dan bicara
• Post-lingual deafness  setelah menguasai
Bahasa dan wicara

2
30/10/2018

Karakteristik (CIRI)
Menurut Telford dan Sawrey (1981) ketunarunguan
tampak dari simtom-simtom seperti :
1. Ketidakmampuan memusatkan perhatian yang
sifatnya kronis
2. Kegagalan berespons apabila diajak berbicara
3. Terlambat berbicara atau melakukan kesalahan
artikulasi
4. Mengalami keterbelakangan di sekolah

...LANJUTAN
Indikator adanya gangguan pendengaran (Ashman & Elkins,
1998; Cline & Frederickson, 2002; Suran & Rizzo, 1979)
1. Reaksi lambat terhadap instruksi
2. Melihat siswa lain untuk melakukan sesuatu
3. Secara konstan meminta orang lain untuk mengulangi
pembicaraan
4. Terkadang mampu mendengar, terkadang tidak terutama
setelah mengalami flu, sakit, atau saat pada posisi
tertentu.
5. Sering salah menginterpretasi informasi, pertanyaan, dan
pembicaraan orang, atau hanya merespon kata-kata yang
paling akhir.
6. Sulit mengulangi suara, kata-kata, lagu, irama, atau untuk
mengingat nama dan tempat.

3
30/10/2018

...LANJUTAN
7. Membuat kesalahan dalam berbicara
8. Bingung dengan kata-kata yang bunyinya hampir
sama
9. Melihat wajah pembicara dari jarak dekat atau
membaca bibir pembicara
10. Menyeringai atau menunjukan ketegangan ketika
diajak berbicara
11. Mengeluhkan adanya suara bising di telinganya
12. Suka menarik diri dari teman-temannya

3 DARI 1000 BAYI

4
30/10/2018

PENYEBAB (ETIOLOGY)
• KONDUKTIF
Outer-Middle Ear

• SENSORINEURAL
Inner Ear

• MIXED
Konduktif + Sensorineural

ASHMAN, ELKINS, CARWRIGHT, CLINE & FREDERIKSON

5
30/10/2018

PERILAKU
- Tidak Mampu Memberi Perhatian
- Mengarahkan Telinga – Sumber Suara
- Gagal Ikuti Instruksi
- Masalah Wicara
- Respon Tidak Sesuai
IDENTIFIKASI
TANDA-TANDA FISIK
- Telinga yang mengeluarkan cairan
- Bernapas melalui mulut
- Ekspresi yang tampak letih dan tertekan -
meskipun itu masih pagi hari
- Sering menggunakan kapas di telinga

KELUHAN
- Mendengar dengungan atau deringan
- Ada “suara” di dalam telinga
- Sering demam, sakit tenggorokan/tonsillitis
- Sakit pada telinga
- Telinga yang luka

Sejauh mana gangguan pendengaran memberi


dampak pada pendidikan anak?

6
30/10/2018

1. Perkembangan Bahasa

Tuli = Bisu?
(Tidak ada hubungan secara langsung antara
berbicara dan mendengar)

Babbling pada bayi dengan disabilitas rungu dengan


bayi normal tidak memiliki perbedaan (sampai 6
bulan), perbedaan muncul pada usia 7-10 bulan,
anak normal lebih kompleks sedangkan anak dengan
disabilitas rungu terbatas.

2. Perkembangan Intelektual dan


Prestasi Akademik
Pada tahapan oprasional konkrit tidak ada perbedaan antara
cara berfikir anak dengan disablitias rungu dengan anak
mampu rungu. Pada tahapan yang semakin abstrak anak
dengan disabilitas rungu mulai mengalami hambatan.
Dalam pengukuran intelegensi anak dengan disabilitas rungu
diperlukan tes-tes yang basisnya bukan bahasa.

7
30/10/2018

3. Perkembangan Sosial dan


Emosional
Kemampuan sosial dan kepribadian dipengaruhi oleh
komunikasi, oleh karena itu perlu memilih bahasa ekspresi
yang tepat.
Masalah emosional anak disabilitas rungu dimulai dari bayi,
kemampuan memahami aspek-aspek emosi yang
disampaikan scr verbal mungkin kurang bisa ditangkap (Hub
dengan ibu)
Masalah pada adaptasi, ada kecenderungan kaku, egosentris,
impulsif dan kurang mampu berempati.

INTERVENSI
• KOMUNIKASI
Komunikasi adalah masalah yang paling sering dialami atau dihadapi anak
tuli, sehingga intervensi yang dilakukan antara lain:

1. Latihan Pendengaran  mengembangkan sensitivitas untuk


membedakan apa yang didengar
2. Oralism  belajar berbicara dan membaca gerak bibir
3. Manualism  menggunakan manual alfabet atau Bahasa isyarat
4. Komunikasi Total menggabungkan berbagai bentuk komunikasi

8
30/10/2018

PENDIDIKAN
• Dalam situs www.ditplb.or.id milik Direktorat Pembinaan Sekolah Luar
Biasa (2006), dituliskan empat lingkup pengembangan program
Pendidikan bagi individu disabilitas rungu, yaitu :

a. TKLB/TKKH Disabilitas rungu tingkat tendah


b. SDLB/SDkh Disabilitas rungu kelas tinggi
c. SLTPLB/SMPKh Disabilitas rungu
d. SMLB/SMAKh Disabilitas rungu

REFERENSI
• Mangunsong, F., dkk. (1998). Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa.
Jakarta: LPSP3 UI.
• Hallahan, D.P., Kauffman, J. M. & Pullen, P. C. (2012). Exceptional
Learners: An Introduction to Special Education Twelfth Edition. Upper
Saddle River: Prentice-hall International, Inc.
• https://www.hearingsol.com/articles/difference-between-
sensorineural-and-conductive-hearing-loss/
• Image: google.com

Anda mungkin juga menyukai