SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Adab Dan Humaniora Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)
Oleh:
Saogi Alhabsyi
NIM: 1111024000019
JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
JAKARTA
1439 H/2018 M
ABSTRAK
Saogi Alhabsyi
Medan Makna dan Penerjemahan Kata Qalbun dalam Tafsir Al-Azhar.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui terjemahan kata Qalbun di dalam
buku Tafsir Al-Azhar yang merupakan salah satu karya dari Abuya Hamka.
Dalam penelititan ini metode yang penulis gunakan adalah penelitian kualitatif
dengan analisis medan makna yang di dukung analisis komponen makna.
Langkah penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data dalam buku
tafsir al-azhar.
Setelah penulis analisa menggunakan komponen makna, penulis
menyimpulkan kata Qalbun adalah kata yang sering digunakan untuk
menunjukkan maksud ‘hati/jantung’, sementara kata ainun menggunakan konteks
kebahagian, kegembiraan, kata shodrun adalah bentuk penjelasan dari hati yang
digunakan dalam menggambarkan sesuatu yang tersembunyi atau niatan yang
tersembunyi dan tertutup, kata fuaad digunakan dalam konteks untuk
menggambarkan hati yang sedang ‘terbakar’ emosi, baik emosi marah, sedih,
senang, frustasi, dan sebagainya, kata nafsun banyak di gunakan dalam konteks
seorang hamba meminta kepada Allah dengan meminta belas kasih.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT Tuhan semesta alam atas
karunia dan ridho-Nya yang tidak pernah putus memberikan nikmat dan berkah
Nya. Sholawat dan salam senantiasa saya curahkan kepada Rasulullah SAW yang
telah membawa umatnya dari jalan dari zaman kegelapan menjadi zaman terang
menderang.
Peneliti bersyukur karena, dapat menyelesaikan karya ilmiah yang
berjudul Medan Makna dan Terjemahan Kata Qalbun di dalam Tafsir Al-
Azhar.
Hal ini tidak akan terwujud dengan sendirinya, melainkan ada dukungan
dan bantuan dari banyak pihak. Baik moril maupun materil. Untuk itu peneliti
menyampaikan terimakasih kepada:
1. Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil.
2. Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum. selaku Kepala Prodi Tarjamah
dan Rizki Handayani, M.A, selaku sekretaris Prodi Tarjamah yang
sudah banyak membantu dan arahan untuk mencapai ke tahap ini.
3. Dr.Abdullah, M.Ag, selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan, bantuan serta arahan yang tiada tara kepada
penliti selama penyusunan skripsi ini.
4. Kedua orang tercinta ayahanda Ubaidillah Alhabsyi dan ibunda
Saadiah Aljufry. Serta istri Hafsah Alhadi, dan adik-adik saya
Syareehan, Fatya, Jadid yang selalu memberikan do’a dan dukungan
yang tak henti-henti nya kepada penulis dengan tabah dan ini penulis
persembahkan untuk kalian dan teman-teman yang tidak dapat di
sebutkan satu per satu.
Akhirnya peneliti hanya mampu mengucapkan terimakasih sebesar-besar nya
kepada semua pihak yang sudah membantu peneliti baik secara langsung maupun
tidak langsung. Semoga Allah SWT menambah Rahmat dan Karunia Nya kepada
kita semua. Peneliti mohon maaf apabila terdapat kesalahan di dalam penelitian
v
karya ilmiah ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca nya. Amin Yaa
Rabbal A’lamin.
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI
Berikut ini adalah Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri
tentang Transliterasi Arab-Latin yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini.
A. Konsonan
ا Alif - -
ب Ba’ B Be
ت Ta’ T Te
ج Jim J Je
د Dal D De
ر Ra’ R Er
X
س Sin S Es
غ Gain G Ge
ف Fa F Fa
ق Qaf Q Qi
ك Kaf K Ka
ل Lam L El
م Mim M Em
ن Nun N En
و Wau W We
ه Ha’ H Ha
ي Ya’ Y Ye
XI
B. Vokal
1. Vokal Tunggal
َ◌ Fatḥah A A
◌ِ Kasrah I I
ُ◌ Ḍammah U U
2. Vokal Rangkap
ى
ى
3. Vokal Panjang
XII
Kasrah dan ya’ Ȋ I dengan garis di atas
wau
C. Ta’ Matrbuṭah
Ta’ matrbuṭah yang hidup atau yang mendapat harakat Fatḥah, Kasrah, dan
adalah“h”.
3. Transliterasi untuk ta’ matrbuṭah jika diikuti oleh kata yang menggunakan
ditransliterasikan dengan“h”.
E. Kata sandangalif-lam“”لا
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf alif-lam
ma‘rifah “”ﻻ. Namun dalam transliterasi ini, kata sandang dibedakan atas kata
sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah dan kata sandang yang diikuti oleh
huruf qamariyah.
XIII
1. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah
dengan bunyi yaitu “ ”ﻻdiganti huruf yang sama dengan huruf yang
sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai pula dengan
berlaku untuk kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah maupun
F. Hamzah
Aturan transliterasi huruf hamzah yaitu menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi
hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Bila hamzah terletak diawal kata,
G. Huruf Kapital
Meskipun tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital, tetapi dalam transliterasi
huruf kapital digunakan untuk awal kalimat, nama diri, dan sebagainya seperti
keterangan-keterangan dalam EYD. Awal kata sandang pada nama diri tidak
H. Lafẓ al-Jalālah() ﷲ
Kata Allah yang didahului dengan partikel seperti huruf jar dan huruf lainnya,
XIV
hamzah. Adapun ta’ matrbuṭah di akhir kata yang bertemu dengan lafẓal-jalālah,
XV
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan Pustaka............................................................................. 3
A. Makna ………………………………………………………… 7
vii
1. Pengertian Medan Makna ………………………………... 13
A. Biografi ....................................................................................... 30
B. Karya-karya hamka..................................................................... 35
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pendahuluan…………………………………………………… 40
B. Analisis ………………………………………………………... 40
C. Temuan………………………………………………………... 52
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………. 72
B. Saran………………………………………………………….... 72
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 59
viii
BAB I
PENDAHULUAN
sebuah aturan, kaidah, atau pola-pola tertentu, baik dalam bidang bunyi, tata
bentuk kata, maupun tata kalimat.1 Oleh sebab itu keterkaitan bahasa amat
hidup umat Islam, bahasa buku-buku keislaman yang hanya dapat dipahami
secara baik dan benar dengan menguasai bahasa Arab. Di sisi l’ain, cara
beribadah yang dilakukan umat Islam juga banyak yang menggunakan bahasa
Arab. Maka dari sudut pandang inilah bahasa Arab sebenarnya bukan hanya
milik bangsa Arab saja akan tetapi milik seluruh umat Islam di dunia
khususnya Indonesia.3 Namun tidak semua orang paham dengan bahasa Arab,
oleh karena itulah perlu kiranya adanya praktik penerjemahan, guna untuk
1
Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta; Rineka Cipta, 2003) h,1.
2
Abdul Chaer, Linguistik Umum, ( Jakarta; Rineka Cipata, 1994) h. 292
3
Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia (Teori dan Praktek), (Bandung: Humaniora,
2005), h. 3
1
dikerahkan dan diabadikan sepenuhnya untuk mengunkap makna yang terdapat
dalam teks yang diterjemahkan.4 Oleh sebab itu hasil terjemahan agar menjadi
lebih baik maka harus memperhatikan berbagaimacam aspek. Agar pesan yang
karena berada dalam satu bidang. Seperti kata bola, wasit, pem’ain, gawang,
menjadi satu karena semuanya berada dalam medan makna olah raga dan
perm’ainan.6
penerjemah takan lepas dari makna, karena makna merupakan pusat perhatian
ungkapkan dalam TSu ke TSu7. Oleh sebab itu menjadi sesuatu yang wajib
dihasilkan tidak lepas dari konteks yang diinginkan oleh penulisnya dalam
bahasa sumber.
Oleh sebab itu, peneliti akan menelti medan makna kata qalbu dalam
dalam Bahasa Arab memiliki banyak terjemahana. Hati yang dalam bahasa
4
Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia (Teori dan Praktek), h. 3
5
Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia (Teori dan Praktek), h. 5
6
Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), h.
110-111.
7
Henry guntur tarigan, Pengajar Kosakata,(Bandungn:Angkasa:1993), h. 3
2
Arab disebut qalb berasal dari bahasa Arab qalaba-yqlibu-qalban, yang berarti
Indonesia, hal itu menunjukan bahwa setiap bahasa memiliki medan makna
yang berbeda sesuai dengan kebudayaan penutur bahasa itu sendiri. Kosakata
peneliti menulis karya ilmiah berupa skripsi dengan judul “Medan Makna dan
dalam tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka. Rumusan masalah penelitian ini
adalah:
C. Tujuan Penelitian
8
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1989), h. 353
9
Ibrahim Anis, dkk., Al-Mu’jam Al-Wasîth, (tmp., tth.), h. 753
10
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, (Yogyakarta:
Pesantren Al-Munawwir), 1984, h. 1232
3
2. Mengetahui komponen makna Kata Qalbu dalam tafsir al-azhar.
D. Manfaat penelitian
tersampaikan.
E. Kajian Terdahulu
yang baru. Hasil dari pengamatan penulis, misalanya skripsi yang ditulis oleh
judul “ Pola terjemahan kalimah mabni majhul dalam kitab dalam kitab fath al-
mu'in (analisis semantik gramatikal pada bab nikah) dalam penelitan ini
penulis melihat yang diteliti terkait kalimat mabni dan majhul dalam kitab
fathul mu’in. Kemudian hasil penelitian yang ditulis oleh Delami dengan judul
hanya pada ayat jender saja. Kemudian penulis juga menemukan hasil
penelitian Syahidul Hak dengan judul “Makna Fi’il Ja’a dalam al-qur’an
terjemahan Hamka sebuah kajian Semantik “ hasil penelitian ini hanya terfokus
4
pada satu verba yaitu ja’a saja. Kemudian hasil penelitian Makyun Subki
F. Metodologi Penelitian
berkaitan dengan data yang akan di analisis lebih lanjut di bab selanjutnya. Di
dalam penulisan ini penulis menggunakan teori dari medan makna dan
penulis sehingga mencapai maksud dan tujuan penelitian ini. Data di peroleh
dari kata-kata yang memiliki medan makna dengan kata hati, kemudian di
5
(Umar, 1982). Dan Pengantar Semantik (Ullmann, 2009). Penulis juga
merujuk buku-buku yang berkaitan tentang teori medan makna dan komponen
Munawwir dan Kamus Al – Asryi. Untuk menganalisis medan makna dari kata
data dalam buku tersebut mana yang termasuk terjemahan kolokasi atau teknik
penelitian ini, penulis mengacu kepada buku pedoman penulisan karya ilmiah
(skripsi, tesis, dan disertasi) yang disusun olem tim penulis UIN Syarif
G. Sistematika Penulisan
Bab II Kerangka Teori: Bab ini berisikan teori makna yang memuat
tentang pengertian makna dan jenis-jenis makna. Kemudian teori medan makna
6
Bab IV analisis penerjemahan kata qolbu dan medan maknanya dalam
tafsir al-Azhar.
rekomendasi.
7
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Makna
1. Pengertian Makna
Sudah disebutkan pada sub bab yang lalu bahwa objek studi semantik adalah
makna; atau dengan lebih tepat makna yang terdapat dalam satuan-satuan ujaran
seperti kata, klausa, dan kalimat.11 Aristoteles (384-322 SM) seorang sarjana
bangsa Yunani sudah menggunakan istilah makna, yaitu ketika dia mendifinisikan
makna.12
atau ketidaksepadanan antara bahasa dan alam di luar bahasa, atau antara ujaran
dengan sesuatu yang berada di dalam ujaran itu sendiri, atau makna adalah gejala
dalam ujaran.80
Palmer dan Lyons membedakan pengertian makna dan arti. Makna adalah
pertautan yang ada di antara unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata-kata).
11
12
Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, h. 13.
Kridalaksana, Kamus Linguistik h. 132.
13
Verhaar, Pengantar Linguistik, h. 127.
7
Menurut Palmer makna hanya menyangkut intra bahasa. Lyons menyebutkan
bahwa mengkaji atau memberikan makna suatu kata ialah memahami kajian kata
tersebut berbeda dari kata-kata l’ain. Arti dalam hal ini menyangkut makna
leksikal dari kata-kata itu sendiri, yang cenderung terdapat di dalam kamus
sebagai leksem.14
setiap tanda linguistik atau tanda bahasa terdiri dari dua komponen, yaitu
bunyi, dan komponen signifie atau “yang diartikan” yang wujudnya berupa
kita terdapat bermacam-macam peristiwa atau hal yang dapat diserap panca indra
kita yang secara tradisional kita kenal sebagai rumah, binatang, bulan, tanah,
batu, dan pohon. Kata-kata semacam itu merupakan lambang bunyi ujaran untuk
mengacu pada benda-benda yang ada di alam itu. Masyarakat bahasa yang l’ain
akan melambangkan barang-barang itu dengan lambang bunyi ujaran yang l’ain.
14
Abdul Chaer, Linguistik Umum, h. 285-286
15
Gorys Keraf, Tata bahasa Ruhukan Bahasa Indonesia: untuk Tingkat Pendidikan Menengah,
h. 159-160.
8
Bila orang Indonesia menyebut rumah dan langsung menghubungkannya dengan
gejala: tempat tinggal yang ada atap, dinding, pintu, dan jendela, maka timbullah
2. Jenis-jenis Makna
Dari jenis makna yang ada dari berbagai pendapat para ahli, Penulis hanya
akan membahas jenis makna yang paling tepat pada pembahasan ini yaitu:
Makna leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa
kata). Satuan dari leksikon adalah leksem, yaitu satuan bentuk bahasa yang
konteksnya. Hal ini berarti bahwa makna leksikal suatu kata terdapat dalam kata
yang berdiri sendiri-sendiri. Sebab makna sebuah kata dapat berubah apabila kata
16
J. D Parera, Teori Semantik , (Jakarta: Erlangga, 2004), Ed. Ke-2, h. 51.
17
Abdul Chaer, Linguistik Umum, h. 289.
18
Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, h. 60.
19
Rochayah Machali, Pendoman bagi Penerjemah, (Jakarta: Grasindo, 2000), h.24.
9
Makna gramatikal adalah makna yang terbentuk akibat susunan kata-kata
dalam frase, klausa, atau kalimat,20 misalnya, dalam proses afiksasi prefiks ber-
baju”.
Makna refrensial adalah makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang
ditunjuk oleh kata.21 Acuan yang ditunjuk oleh kata tersebut bisa berupa benda,
gejala, peristiwa, proses, sifat dan sebag’ainya. Contohnya kata meja. Makna yang
diacu adalah benda, yaitu wujud atau bentuk meja, seperti kalimat, meja itu terbuat
Makna denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang
dimiliki oleh sebuah leksem. Jadi makna denotatif ini sebenarnya sama dengan
membeli amplop di warung itu. Leksem amplop dimaknai sebagai ‘tempat atau
alat pembungkus surat’. Makna denotatif bukan makna kiasan atau perumpamaan.
denotatif yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang
20
Machali, h.125
21
Machali, h.125
22
23
Machali, h.98
Abdul Chaer, linguistik Umum, h. 292
10
cepat selesai. Leksem amplop bermakna konotatif uang yang diisi di dalam
d. Makna Konseptual
Makna konseptual adalah makna yang sesuai dengan konsepnya dan makna yang
bebas dari asosiasi atau hubungan apapun. Jadi, sebenarnya makna konseptual ini
e. Makna Idiomatikal
Makna idiomatikal adalah makna sebuah satuan bahasa (entah kata frase, atau
kalimat) yang “menyimpang” dari makna leksikal atau makna gramatikal unsur-
unsur pembentukya. Untuk mengetahui makna idiom sebuah kata (frase atau
kalimat) tidak ada jalan l’ain sel’ain mencarinya di dalam kamus, contoh raja
siang (matahari).25
f. Makna Kias
Semua bentuk bahasa (baik kata, frase, maupun kalimat) yang tidak merujuk pada
arti sebenarnya (arti leksikal, arti konsptual, atau arti denotatif) mempunyai arti
kiasan. Bentuk-bentuk seperti putri malam dalam arti bulan, pencakar langit
g. Makna Kognitif
24
Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, h. 72
25
Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, h. 75
11
Makna ini yang ditunjukkan acuannya, makna unsur bahasa yang sangat dekat
hubungannya dengan dunia luar bahasa, abjek atau gagasan, dan dapat dijelaskan
Kata pohon bermakna tumbuhan yang berbatang keras dan besar. Jika orang
berkata pohon, terbayang pada kita bahwa pohon yang selama ini kita kenal,
makna kognitifnya lebih banyak berhubungan dengan otak dan pemikiran kita
tentang sesuatu.26
h. Makna Emotif
Makna emotif adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau
sikap pembicara terhadap apa yang difikirkan atau dirasakan. Misalnya, kata
penerjemah terhadap bahasa Arab (BSU) dan BSA adalah syarat utama yang harus
kreativitas di dalam merangkai kata dalam kalimat teks terjemahan, maka hasil
terjemahan akan terlihat kaku akibatnya pembaca akan merasa jenuh dan tidak
26
Pateda, h. 109
27
Pateda, h. 110
12
B. Medan Makna
Medan makna dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah ﺣﻘﻞ دﻻﻟﻲ. Menurut
tersusun rapi dalam medan-medan, dalam medan itu setiap unsur yang berbeda
didefinisikan dan diberi batas yang jelas sehingga tidak ada tumpang tindih antar
makna. Ia mengatakan bahwa medan makna itu tersusun sebagai satu susunan.
Setiap medan makna selalu tercocokkan antar sesama medan sehingga membentuk
satu keutuhan bahasa yang tidak mengenal tumpang tindih.28 Sementara itu, Chaer
mengutip dari Harimurti, ia menyatakan bahwa medan makna adalah bagian dari
sistem semantik bahasa yang menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau
realitas dalam alam semesta tertentu yang direalisasikan oleh seperangkat unsur
membentuk medan makna tertentu. Begitu juga dengan nama perabot rumah
nama istilah perkerabatan dalam bahasa Indonesia adalah cucu, cicit, piut,
bapak/ayah, ibu, kakek, nenek, moyang, buyut, paman, bibi, saudara, kakak, adik,
sepupu, kemenakan, istri, suami, ipar, mertua, menantu dan besan. Kata-kata yang
28
J.D. Parera, Teori Semantik, (Jakarta: Erlangga, 2004), edisi kedua, h. 139-140.
13
terdapat dalam medan makna dapat digolongkan menjadi dua, yaitu yang termasuk
a. Kolokasi (berasal dari bahasa latin colloco yag berarti ada di tempat yang sama
leksikal itu. Misalnya: kata-kata lahar, lereng, puncak, curam dan lembah berada
b. Set menuju pada hubungan sintagmatik karena kata-kata atau unsur-unsur yang
berada dalam suatu set dapat saling menggantikan. Misalnya :remaja merupakan
Ada konsep tentang fitur medan makna yang disampaikan Pateda, di mana
dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu: a. bentuk atau ukuran, b. tingkat-tingkat
29
Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka CIpta, 1995), h. 113-
114.
30
Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 256.
14
tomat, jagung, kelapa, dsb. Kata bunga juga memiliki hiponim bugenfil, kamboja,
kumpulan kata-kata yang kecil dapat membentuk satu medan makna jika memiliki
hubungan makna antar satu sama l’ain sebelum menganalisis ke komponen makna
komponen makna umum yang sama, yakni semuanya saling berhubungan dan
2. Komponen Makna
Komponen makna dalam bahasa Arab dikenal dengan sebutan اﻟـﻤﺤﺪد اﻟﺪﻻﻟﻲ,
menurut Chaer setiap kata, leksem, atau butir leksikal tentu mempunyai makna.
Makna yang dimiliki oleh setiap kata, leksem, atau butir leksikal itu terdiri dari
keseluruhan makna kata, leksem, atau butir leksikal tersebut. Komponen makna
31
Ahmad Mukhtar Umar, ‘Ilmu ad-Dilalah, (Kuwait: Maktabah dar al-Gurubah li an-Nasyr wa
at-Tauzi’) h. 121.
15
dapat dianalisis, dibutiri, dan disebutkan satu persatu berdasarkan “pengertian-
property, atau semantic marker) mengajarkan bahwa setiap unsur leksikal terdiri
dari satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuk makna kata atau
makna unsur tesebut. Untuk menganalisis komponen makna, analisis kata yang
memiliki suatu ciri diberi tanda (+) dan yang tidak memiliki ciri itu diberi tanda
minus (-). Konsep analisis ini lazim disebut analisis biner yang oleh para ahli
kemudian diterapkan juga untuk membedakan makna suatu kata dengan kata yang
l’ain. Misalnya, kata ayah mengandung komponen makna atau unsur makna:
[+KAWIN].
diakibatkan dari perubahan bentuk yang terbatas pada derivasi leksemnya, karena
itu setiap makna memiliki makna dasar. Pembeda makna akan terjadi karena
32
http://file.upi.edu/Direktori/DUALMODE/KEBAHASAAN%201/BBM%2017.pdf, diakses
pada 15 februari 2018.
16
makna. Komponen makna diperlukan untuk mengetahui seberapa jauh kedekatan,
33
Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, h. 261.
17
BAB III
A. BIOGRAFI HAMKA
Hamka lahir di Sungai Batang Maninjau (Sumatera Barat), 17 Februari 1908 M./14
Muharram 1326 H. Namanya Abdul Malik, tapi lebih dikenal dengan Hamka, yaitu
potongan dari nama lengkapnya, Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah.
Ayahnya seorang ulama Islam terkenal alias Haji Rasul pembawa faham-faham
Ibunya bernama Siti Safiyah. Ayah dari ibunya itu bernama Gelanggang gelar
Bagindo nan Batuah. Di kala mudanya terkenal sebagai guru tari, nyanyian dan
pencak silat. Dari Gelanggang itulah, di waktu masih kecil Hamka selalu
tuanya saat mereka pindah dari Maninjau ke Padangpanjang, pada 1914.35 Setelah
usia tujuh tahun, Hamka kecil dimasukkan ayahnya ke sekolah desa. Pada 1916
petang hari, di Pasar Usang Padangpanjang. Pagi hari Hamka pergi ke sekolah desa,
sore hari pergi ke Sekolah Diniyah, dan pada malam hari belajar di surau bersama
teman-temannya
34
“Nama Saya: Hamka”, dalam Nasir Tamara, Buntaran Sanusi, dan Vincent Djauhari (Editor),
Hamka
35
di Mata Hati Umat, (Jakarta: Sinar Harapan, 1996), Cet. III, h. 51
Hamka, Kenang-Kenangan Hidup, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), Jilid I, h. 28
30
Pada tahun 1918, Surau Jembatan Besi, tempat ayahnya memberikan pelajaran
agama diubah menjadi madrasah, yang kemudian dikenal dengan Thawalib School.
Dengan tujuan agar anaknya kelak menjadi ulama, Hamka dimasukkan ke Thawalib
School, dan berhenti dari sekolah desa. Keharusan menghafal membuat Hamka cepat
ayahnya bercerai dengan ibunya. Hamka pun niat berangkat ke tanah Jawa. Namun di
Setelah sembuh, ia kembali ke Padangpanjang dengan wajah yang penuh bekas cacar.
Pencarian ilmu di tanah Jawa itu, ia mulai dari kota Yogyakarta. Lewat Ja’far
bertemu dengan Ki Bagus Hadikusumo, dan dari dia Hamka mendapatkan pelajaran
tafsir Quran. Ia juga bertemu dengan HOS Cokroaminoto. Hamka juga berdialog
dengan tokoh-tokoh penting l’ainnya seperti, Haji Fachruddin dan Syamsul Ridjal,
36
Di antara kitab yang harus dihafal Hamka adalah Matan Taqrîb, Matan Binâ, dan Fathul
Qarîb.37
Lihat Hamka, Kenang-Kenangan Hidup, h. 58
M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Penamadani, 2003), Cet.
II,h. 42
38
Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar, h. 43
31
Kota Yogyakarta telah memberikan sesuatu yang baru bagi kesadaran
sesuatu yang hidup, yang menyodorkan suatu pendirian dan perjuangan yang
dinamis.39 Hamka berada di Pekalongan selama lebih kurang enam bulan. Dari A.R.
tahun Hamka telah mulai berpidato, dan pada usia 17 tahun ia kembali ke
Minangkabau.
sambil menjadi koresponden harian “Pelita Andalas” di Medan. Pulang dari sana dia
menulis di majalah “Seruan Islam” di Tanjung Pura (Langkat), dan pembantu dari
kembali dari perjalanan ke Makkah, ia dikawinkan dengan Siti Raham (15 Tahun).41
Tahun 1950 beliau pindah ke Jakarta. Kemudian pada 1952 diangkat oleh
39
40
Hamka, Kenang-kenangan Hidup, h. 102
Hamka, Tasawuf Modern, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2001), h. 9
41
Pada 1 Januari 1972 istri Hamka meninggal dunia di Jakarta, dengan meninggalkan
sepuluh orang anak: tujuh laki-laki dan tiga perempuan. Satu tahun delapan bulan setelah istri
pertamanya meninggal, pada 19 Agustus 1973, ia menikah lagi dengan Hj. Siti Khadijah, dari
Cirebon, Jawa Barat. Lihat “Nama Saya Hamka”, Nasir Tamara, dkk., Hamka di Mata Hati
Umat, h. 51-52
32
Besar pada Perguruan Tinggi Islam dan Universitas Islam di Makassar dan menjadi
dikuas’ainya hanyalah semata-mata bahasa Arab. Slamet Mulyono, ahli tentang ilmu
Baru”.43
yang indah, maka pada permulaan 1959 Majelis Tinggi University Al-Azhar Kairo
Rusdi Hamka berpendapat bahwa kemajuan yang diraih saat ini adalah hasil
perjuangan panjang yang dirintis generasi terdahulu, di mana Almarhum Buya ikut di
dalamnya. Menurutnya, mungkin karena jasa-jasa itu pada 1993 dalam peringatan
Tahun 1962 Hamka mulai menafsirkan Al-Quran dengan nama Tafsir Al-
Azhar. Sebagian besar terselesaikan selama di tahanan dua tahun tujuh bulan (Hari
42
Hamka, Tasawuf Modern, h. 10-11
43
Hamka, Tasawuf Modern, h. 10-11
44
Rusjdi Hamka, “Kata Pengantar Cetakan Ketiga”, Nasir Tamara, dkk., Hamka di
Mata Hati Umat, h. 13-14
33
Senin 12 Ramadhan 1385/27 Januari 1964-Juli 1969). Sabtu, 6 Juni 1974 Hamka
Hamka mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum MUI (Majlis Ulama
Indonesia), pada Mei 1981. Lewat MUI, beliau berfatwa: Umat Islam diharamkan
itu, dan memerintahkan agar MUI mencabut fatwa tersebut. Bagi Hamka, walau
langit runtuh, kebenaran harus tetap disampaikan. Haram bagi seorang muslim
berbuat munafik hanya semata-mata karena sebuah jabatan. Fatwa memang ditarik
tinggal, Hamka berujar: “Fatwa boleh dicabut, tetapi kebenaran tak bisa diingkari.”46
Gerak kreativitas Hamka dimulai dari usia sangat muda, 17 tahun (1925) hingga
menjelang dekat ke akhir hayatnya, dalam usia 73 tahun (1981). Dalam jarak waktu
kurang lebih 57 tahun, Hamka telah menulis 84 judul buku di luar artikel “Dari Hati
ke Hati” yang terdapat dalam Panji Masyarakat, majalah yang dipimpinnya.47 Namun
menurut berita, Hamka telah menulis buku sebanyak 113 meliputi bidang agama,
Siapa sajakah tokoh yang sangat kuat mempengaruhi Hamka? Buya Zas
45
Hamka, Tasawuf Modern, h. 11
46
Hamka, Tasawuf Modern, h. 159
47
M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar, h. 8
48
Sides Sudyarto DS, “Hamka, Realisme Religius”, dalam Nasir Tamara, dkk.,
Hamka di Mata Hati Umat, h. 14
34
darah ayahnya Hamka mewarisi keberanian dan kecerdasan. Lalu dikembangkan oleh
Sebenarnya, yang paling penting yang bisa diwarisi dari beliau adalah
Buya Hamka adalah seorang optimistis, dan dengan modal itulah ia mampu untuk
terus-menerus menghargai orang l’ain secara tulus, karena ia percaya bahwa pada
B. Karya-karya Hamka
Enam judul di atas itulah yang termasuk karya sastra Hamka. Untuk
35
F. Tanya Jawab (I dan II), 1975
P. Karena Fitnah,
Q. Tuanku Direktur,
Masih banyak karya Hamka yang belum tertulis di sini. Penulis belum sempat
melacaknya lebih jauh. Di bawah ini akan diuraikan sedikit tentang sejarah ditulisnya
Tafsir Al-Azhar berasal dari kuliah Subuh yang disampaikan Hamka di Masjid
Agung Al-Azhar, sejak 1959. Hamka menulis tafsir ini tiap-tiap pagi waktu subuh
52
Sides Sudyarto DS, , “Hamka, Realisme Religius”, dalam Nasir Tamara, dkk.,
Hamka di Mata Hati Umat, h. 140-142
36
sejak akhir tahun 1958, namun sampai Januari 1964 belum juga tamat. Diberi nama
Tafsir Al-Azhar, sebab tafsir ini timbul di dalam Masjid Agung Al-Azhar, yang nama
ini akan selesai dikerjakan, padahal tugas-tugas yang l’ain di dalam masyarakat
terlalu besar pula? Memang, Hamka kerapkali meninggalkan rumah. Dia kerapkali
yang jauh. Dia juga menjadi Dosen pada beberapa Perguruan Tinggi, baik di Jakarta
ataupun di daerah. Dia menjadi guru besar di Pusraoh (Pusat Pendidikan Rohani)
Islam Angkatan Darat. Bahkan Hamka sempat merasa pesimis, seperti terbaca dari
penuturannya: “Kalau begini halnya, niscaya tafsir ini tidak akan selesai dalam masa
20 tahun. Padahal umur bertambah tua juga. Sebab, jika dihitung-hitung dari segi
umur pada waktu itu, yaitu akhir tahun 1963, mungkin tafsir ini tidak akan selesai
kira 100 orang kaum ibu, membahas QS Al-Baqarah 255, atau ayat Al-Kursi. Pukul
11 siang selesailah pengajian dan Hamka kembali ke rumah melepas lelah sejenak
53
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2001), Juz I, h. 66
54
Hamka, Tafsir Al-Azhar, h. 67
55
Hamka, Tafsir Al-Azhar, h. 66
37
Pada saat istirahat itulah empat orang menjemput Hamka untuk ditahan, setelah
sebelumnya menyerahkan surat tugas penahanan. Setelah empat hari dalam tahanan,
Prawiranegara.56
Lain yang difikirkan Hamka, lain pula rencana Tuhan. Tuhan Allah rupanya
menghendaki agar masa terpisah dari anak istri, dan masyarakat dua tahun, dapat
petunjuk dan hidayah Allah, beberapa hari sebelum dia dipindahkan ke dalam
tahanan rumah, penafsiran Al-Quran 30 Juz telah selesai. Semasa dalam tahanan
rumah dua bulan lebih, Hamka mempergunakan pula buat menyisip mana yang masih
kekurangan.57
besi. Betapa tidak, karena fitnah dan hasad manusia Hamka hidup terpencil. Padahal
dalam masa terpencil itulah Beliau dapat berkhalwat dan beribadah lebih khusu’.
Saat-saat senggang yang begitu luas, malamnya dapat digunakan buat ibadah,
munajat dan tahajjud. Siang yang panjang dapat digunakannya buat mengarang,
56
Hamka, Tafsir Al-Azhar, h. 67
57
Hamka, Tafsir Al-Azhar, h. 70
58
Hamka, Tafsir Al-Azhar, h. 72
38
Demikianlah, penjara itu membawa hikmah yang besar buat Hamka, pekerjaan
menulis Tafsir Al-Azhar telah selesai. Sebagai penutup bab ini saya ingin kutipkan
komentar mantan Presiden Republik Indonesia ke-4 terhadap karya Hamka tersebut.
tercakup oleh bidang ilmu-ilmu agama Islam serta pengetahuan non-keagamaan yang
59
Abdurrahman Wahid, “Benarkah Hamka Seorang Besar”, dalam Nasir Tamara, dkk.,
Hamka di Mata Hati Umat, h. 30
39
BAB IV
A. Pendahuluan
Setiap perbuatan tidak akan terlepas dari pelakunya (subjek). Demikian halnya
dengan produk terjemahan. Produk terjemahan itu dianggap baik atau buruk, jelas
sebagai pencipta, dia tidak punya kebebasan seluas kebebasan yang dimiliki penulis
Pada bab ini penulis akan menjabarkan temuan dan analisis medan makna kata
Qalbu dalam tafsir Al-Azhar. Adapun medan makna kata Qalbu meliputi kata; qulub,
fuadun, afidatun, nafs, anfusu, nufusun, shadrun, shudurun, ‘‘ainu, dan a’yun.
B. Analisis
a. Medan Makna
1. Kata ‘ain
Surat Taha ayat 40 di sini Abuya Hamka menerjemahkan kata ‘ain menjadi hati,
kalau kita terjemahkan dari kata perkata ‘ain di sini memiliki arti mata, akan tetapi
Abuya Hamka menerjemahkannya berbeda. Hal ini dikarenakan jika merujuk pada
60
Ibnu Burdah, Menjadi Penerjemah: Metode dan Wawasan Menerjemah Teks Arab,
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004)
40
teori semantik, khususnya medan makna menurut Kridalaksana “medan makna
merupakan bagian dari sistem semantik bahasa yang menggambarkan bagian dari
bidang kehidupan atau realitas dalam alam semesta tertentu yang direalisasikan oleh
Adapun dalam kasus terjemahan QS. Taha: 40 ini, Abuya Hamka mencoba
menerjemahkan kata ‘‘ain secara maknawi, tidak lagi secara harfiah dengan mencoba
dipertemukan dengan orang yang mengasuhnya yakni ibu, dapat digambarkan betapa
bahagianya hati ibu dengan kembalinya anaknya yang dapat ia lihat kembali sehingga
membuat hatinya senang. Oleh sebab itu, kata ‘mata’ mempunyai makna terdekat
dengan ‘hati’.
َ َﻚ ﻓَﺘَﻘُﻮ ُل ھ َۡﻞ أَ ُدﻟﱡ ُﻜﻢۡ َﻋﻠَ ٰﻰ َﻣﻦ ﯾَ ۡﻜﻔُﻠُ ۖۥﮫُ ﻓَ َﺮ َﺟ ۡﻌ ٰﻨ
َ ﻚ إِﻟَ ٰ ٓﻰ أُ ﱢﻣ
ﻚ َﻛ ۡﻲ ﺗَﻘَ ﱠﺮ ﻋ َۡﯿﻨُﮭَﺎ َو َﻻ َ ُإِ ۡذ ﺗَﻤۡ ِﺸ ٓﻲ أُ ۡﺧﺘ
Terjemahan
Seketika saudara perempuanmu berjalan, lalu dia berkata: Sudikah kalian aku
tunjukkan atas orang yang akan mengasuhnya? Lalu Kami kembalikanlah engkau
kepada ibumu, agar senanglah hatinya dan tidak dia berdukacita lagi. Lalu engkau
61
Jatu Perwitosari, dkk. “Medan Makna Verba “Membawa” dalam Bahasa Melayu Dialek
Sintang”, Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra FKIP Untan
41
bunuh satu orang. Maka lepaskan engkau dari kesusahan, dan Kami percobai
antara penduduk Madyan. Kemudian engkau pun datang menurut waktu yang telah
2 Kata Qalb
Al-Baqarah ayat 7 Abuya Hamka menerjemahkan kata qalb jelas dengan terjemahan
hati. Di sini, beliau menerjemahkan cukup dengan terjemahan harfiah, sebab beliau
telah menafsirkan sendiri di dalam kitab Tafsir al-Azhar yang menjelaskan bahwa
Allah telah menutup hati mereka yakni orang-orang kafir yang tidak mau menerima
peringatan dari Allah melalui Muhammad serta mereka tidak mau beriman kepada
agama tauhid yakni Islam. Oleh sebab itulah Allah menutup hati, pendengaran dan
dengan terjemahan “dimaterai” padahal jika dilihat secara harfiah, maka berarti
‘ditutup’. Akan tetapi beliau lebih senang menggunakan diksi ‘dimaterai’ dan jika
diartikan bahwa kata “khatama” lebih mengerucut pada arti ‘dimaterai’ yang artinya
bahwa Abuya Hamka tidak perlu menggunakan terjemahan maknawi sebab medan
makna sel’ain kata ‘hati’ untuk terjemahan QS. Al-Baqarah : 7 tidak ada yang cocok
42
dengan kata-kata selanjutnya pada terjemahan tersebut. Sebab, setelah kata ‘hati’,
tersebut merupakan kesepadanan yang efektif dalam penerjemahan, sebab ketiga kata
tersebut mempunyai makna kolokasi yang sama yaitu berkaitan dengan anggota
tubuh manusia.
ۖ
٧ ِ ة َوﻟَﮭُﻢۡ َﻋ َﺬابٌ ﻋٞ ﺼ ِﺮ ِھﻢۡ ِﻏ ٰ َﺸ َﻮ
ﯿﻢٞ َﻈ َ ٰ ُ َﻋﻠَ ٰﻰ ﻗُﻠُﻮﺑِ ِﮭﻢۡ َو َﻋﻠَ ٰﻰ َﺳﻤۡ ِﻌ ِﮭﻢۡۖ َو َﻋﻠَ ٰ ٓﻰ أَ ۡﺑ#َﺧﺘَ َﻢ ٱ ﱠ
Terjemahan:
Telah dimaterai oleh Allah atas hati mereka dan atas pendengaran mereka, dan atas
penglihatan mereka ada penutup; dan bagi mereka adalah azab yang besar.
3. Kata Nafs
Al-A’raf ayat 205 ini Abuya Hamka menerjemahkan kata ‘nafs’ menjadi kata ‘hati’,
padahal jika diterjemahkan secara harfiah kata ‘nafs’ bermakna ‘diri’. Dalam hal ini,
“bersamaan sebutan pada lidah dengan ingatan dalam hati. Sebab dengan kalimat
Duunal Jahri yang berarti jangan keras-keras, dapatlah difahamkan bahwa nama
Allah itu disebut juga dengan lidah, ditekan dengan Tadharru’, merendah diri,
43
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dilihat bahwa Abuya Hamka telah
terlebih dahulu menerjemahkan kata nafsik secara harfiah yakni ‘diri’, tetapi setelah
masuk ke dalam sebuah kalimat, tentu tidaklah efektif jika menggunakan terjemahan
kata ‘diri’ sebab akan terjadi pengulangan kata yang sama yaitu pada frase ‘di dalam
Sedangkan jika dilihat dari segi medan makna, maka kata ‘diri’ lebih
mendekati pada arti ‘hati’, makna kolokasi yang sama yaitu berkaitan dengan anggota
tubuh manusia. Sehingga beliau menentukan diksi tersebut dalam penerjemahan QS.
ﺎل َو َﻻ
ِ ﺻ ٓ ۡ ﻀﺮﱡ ٗﻋﺎ َو ِﺧﯿﻔَ ٗﺔ َو ُدونَ ٱ ۡﻟ َﺠ ۡﮭ ِﺮ ِﻣﻦَ ٱ ۡﻟﻘَ ۡﻮ ِل ﺑِﭑ ۡﻟ ُﻐ ُﺪ ﱢو َوٱ
َ ﻷ َ َﻚ ﺗ َ َوٱ ۡذ ُﻛﺮ ﱠرﺑﱠ
َ ﻚ ﻓِﻲ ﻧ َۡﻔ ِﺴ
Terjemahan:
Dan sebutlah Tuhan engkau di dalam hatimu dengan merendah diri dan takut; dan
tidak dengan kata-kata yang keras, pada pagi hari dan petang; dan janganlah
4. Kata Fuaad
Al-Hud ayat 120 di Ayat ini Abuya Hamka menerjemahkan kata fuaad dengan
‘hati’. Adapun terjemahan ini cukup dengan terjemahan harfiah, sebab secara lughawi
kata qalb memiliki kesamaan arti dengan kata fuaad yaitu keduanya sama-sama
44
bermakna ‘hati’. Akan tetapi dari kedua kata tersebut, masing-masing mempunyai
makna yang mendalam. 1) Kata Qalb adalah kata yang sering digunakan untuk
menunjukkan maksud ‘hati/jantung’, dan kata ini memiliki akar kata yang bermakna
sesuatu yang dapat berubah dan berbolak-balik. Seperti dalam HR. Ahmad: 23463,
yaitu “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati kami dalam
Islam.” 2) Kata fuaad berasal dari kata kerja fa’ada yang berarti ‘terbakar/membakar
atau berkobar’. Jika dilihat dari intensitas penggunaan bahasa Arab, kata fuaad
digunakan dalam konteks untuk menggambarkan hati yang sedang ‘terbakar’ emosi,
baik emosi marah, sedih, senang, frustasi, dan sebag’ainya, salah satu contohnya
terdapat dalam QS. Al-Qashash: 10. “Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa”, hal ini
menggambarkan bahwa hati ibunda Musa as. Sangat khawatir sebab anaknya Musa
ك ﻓِﻲ ٰھَ ِﺬ ِه ٱ ۡﻟ َﺤ ﱡ
ﺔٞ َﻖ َو َﻣ ۡﻮ ِﻋﻈ َ ۚ ﱢﺖ ﺑِ ِۦﮫ ﻓُ َﺆا َد
َ ك َو َﺟﺎٓ َء َ َو ُﻛ ٗ ّﻼ ﻧﱠﻘُﺺﱡ َﻋﻠَ ۡﯿ
ُ ﻚ ِﻣ ۡﻦ أَ ۢﻧﺒَﺎٓ ِء ٱﻟﺮﱡ ﺳ ُِﻞ َﻣﺎ ﻧُﺜَﺒ
Terjemahan:
Dan tiap-tiapnya itu, telah Kami kisahkan kepada engkau darihal berita-berita
Rasul-Rasul itu, ialah untuk Kami menetapkan hati engkau dengan dia. Dan telah
datang kepada engkau di dalam semua (berita-berita) ini dengan kebenaran dan
45
5. Kata Sodrun
Az-Zumar ayat 22. Di dalam ayat ini Abuya Hamka banyak menafsirkan kata sodrun
dengan makna hati. Kata sodrun ini juga sering mempunyai arti yang sama dengan
kata qalb dan fuaad sebagaimana telah disinggung pada analisis QS. Al-Hud: 120,
yakni sama-sama bermakna ‘hati’. Akan tetapi, jika dilihat lebih dalam, kata shadr
tersembunyi atau niatan yang tersembunyi dan tertutup. Contohnya dalam QS. Ali-
dalam hatimu atau melahirkannya, pasti Allah mengetahui.” Allah mengetahui apa-
apa yanag ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. Dan Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu.” Dan ditambah dengan dalil QS. An-Nas: 5, yaitu “yang
membisikkan kejahatan ke dalam qalb manusia, karena hati pada dasarnya suci. Akan
tetapi, setan dapat masuk ke dalam dada manusia meski belum sampai ke hati, sebab
hati diibaratkan benteng, sedangkan mata, lidah, tangan dan telinga merupakan celah-
celah atau pintu yang dapat dijadikan perantara oleh setan untuk merasuki dan
Oleh karena itu, dari ketiga kata di atas, jika diteliti lebih mendalam maka
dapat terlihat perbedaan-perbedaan yang ada di dalamnya, dengan melihat akar kata,
46
ۚ ﻞ ﻟﱢ ۡﻠ ٰﻘَ ِﺴﯿَ ِﺔ ﻗُﻠُﻮﺑُﮭُﻢ ﱢﻣﻦ ِذ ۡﻛ ِﺮ ٱ ﱠٞ ﻮر ﱢﻣﻦ ﱠرﺑﱢ ۚ ِﮫۦ ﻓَ َﻮ ۡﯾ
ِ$ ٖ ُﻓَﮭُ َﻮ َﻋﻠَ ٰﻰ ﻧ ﻺ ۡﺳ ٰﻠَ ِﻢ
ِ ۡ ِﺻ ۡﺪ َرهۥُ ﻟ
َ ُ#أَﻓَ َﻤﻦ َﺷ َﺮ َح ٱ ﱠ
ٓ
َ ِأُوْ ٰﻟَﺌ
ﻚ ﻓ ِﻲ
َٰ
ٍ ِﺿﻠَ ٖﻞ ﱡﻣﺒ
٢٢ ﯿﻦ
Terjemahan:
Maka apakah orang yang dilapangkan Allah dadanya untuk menerima Islam, lalu dia
beroleh cahaya dari Tuhannnya? Maka celakalah bagi orang yang kesat hati mereka
dari menginat Allah. Orang-orang itu adalah dalam kesesatan yang nyata.
Dengan demikian, yang perlu menjadi catatan bahwa, dari hasil data yang
peneliti analisis di atas, meski terdapat beberapa kata bahasa Arab yang memiliki
makna yang sama yaitu ‘hati’, tetapi tidak semua dari kata tersebut diartikan dengan
kata ‘hati’, mel’ainkan tetap disesuaikan dengan teks, koteks, dan konteks, serta
b. Komponen Makna
Di kamus besar bahasa Indonesia kata hati sangat beragam penjelasan salah satunya:
menghasilkan empedu.
47
2. Daging dari hati sebagai bahan makanan (terutama hati dari binatang
sembelihan)
3. Sesuatu yang ada dalam tubuh manusia yang dianggap sebagai tempat segala
‘ain, shadr, fu’adun, nafs. Kata-kata tersebut penulis kumpulkan dari beberapa kamus
bahasa Arab, jadi komponen makna mengajarkan kepada kita bahwa setiap kata atau
unsur leksikal terdiri dari satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuk
makna kata tersebut, atau keseluruhan makna dari suatu kata, terdiri dari sejumlah
elemen, antara elemen yang satu dengan elemen yang l’ain memiliki ciri yang
berbeda-beda.
KOMPONEN MAKNA
62
Departemen Pendidikan Nasional, KBBI Edisi 4, (Jakarta: Gramedia pustaka utama,
2008), hal 487
48
dah
5 Jiwa raga Berharg Mengembir Pendapat/kemulyaa
a akan n
6 Berbolak balik Keluhur Kepala/ Batin/jiwa/rohani
an, pemimpin
Kemuly kaum
aan
banyaknya unsur leksikal atau kata sampai menemukan sebuah kesimpulan makna.
a. Qalb
Memiliki makna hati secara harfiah, sebagai mana telah penulis jabarkan di
atas bahwa kata Qalb adalah kata yang sering digunakan untuk menunjukkan
maksud ‘hati/jantung’, dan kata ini memiliki akar kata yang bermakna sesuatu
yang dapat berubah dan berbolak-balik. Seperti dalam HR. Ahmad: 23463,
dalam Islam.” Kalau kita melihat tabel kompenen makna, sesuai dengan apa
sehingga lebih mudah orang untuk memahami maksud dari kata ini, yakni
bentuk hati yang dapat berbolak balik, atau ketidak tetapan hati, yang sering
49
b. ‘Ain
Memiliki makna mata secara harfiah, akan tetapi kalau kita melihat dari
Abuya Hamka menerjemahkan dengan kata hati, kalau kita kaitkan dengan
medan makna maka makna kolokasi yaitu berkaitan dengan anggota tubuh
manusia, antara mata dan hati sangatlah berkaitan, seperti komponen makna di
dari hati. Dalam konteks ini Abuya Hamka mencoba menerjemahkan ‘ain
yang mengasuhnya yakni ibu, dapat digambarkan betapa bahagianya hati ibu
hatinya senang”.
c. Shadr
Memiliki makna dada, kalau kita melihat dari komponen makna sesuai
dengan table di atas, semau penjelasan yang berkaitan dengan hati, akan tetapi
50
pasti Allah mengetahui.” Allah mengetahui apa-apa yanag ada di langit dan
apa-apa yang ada di bumi. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” Dan
dengan hati.
d. Fuad
Kata fuaad berasal dari kata kerja fa’ada yang berarti ‘terbakar/membakar
atau berkobar’. Jika dilihat dari intensitas penggunaan bahasa Arab, kata
‘terbakar’ emosi, baik emosi marah, sedih, senang, frustasi, dan sebag’ainya,
salah satu contohnya terdapat dalam QS. Al-Qashash: 10. “Dan menjadi
kosonglah hati ibu Musa”, di sini menggambarkan bahwa hati ibunda Musa
as. Sangat khawatir sebab anaknya Musa berada di tangan Fir’aun. Tidak
secara harfiah, hanya saja dapat digunakan di dalam konteks yang berbeda
dengan qalb.
51
e. Nafs
sangat banyak kesamaan, seperti jiwa, orang, tubuh, jasad, darah, semangat,
hasrat, kehendak, batin, rohani. Memiliki satu kesatuan dengan hati, sehingga
sangatlah mungkin kata nafs diterjemahkan dengan kata hati, sebab dari kata
anggota tubuh manusia, kata nafs ini banyak digunakan dalam konteks
seorang hamba meminta kepada Allah dengan meminta belas kasih, ketidak
berdayaan diri atau kelemahan, yang kalau kita lihat semuaya berada di dalam
komponen makna.
C. Temuan
Hamka
52
ada di hadapannya ٩٧ َﻟِ ۡﻠ ُﻤ ۡﺆ ِﻣﻨِﯿﻦ
dan petunjuk dan
kabar gembira bagi
orang- orang yang
beriman.63
Dan setengah dari Al-Baqarah : 204 ﻚ ِ َو ِﻣﻦَ ٱﻟﻨﱠ
َ ُﺎس َﻣﻦ ﯾ ُۡﻌ ِﺠﺒ
manusia ada yang
menarik hati engkau
kata-katanya dari
ﻗَ ۡﻮﻟُﮫۥُ ﻓِﻲ ٱ ۡﻟ َﺤﯿَ ٰﻮ ِة ٱﻟ ﱡﺪ ۡﻧﯿَﺎ
hidup di dunia, dan
dia menjadikan Allah َ َﻋﻠَ ٰﻰ َﻣﺎ ﻓِﻲ ﻗَ ۡﻠﺒِ ِۦﮫ#َوﯾ ُۡﺸ ِﮭ ُﺪ ٱ ﱠ
saksi atas apa yang
dalam hatinya, ٢٠٤ ﺎم
ِ ﺼَ ٱ ۡﻟ ِﺨ َوھُ َﻮ أَﻟَ ﱡﺪ
padahal dia adalah
sejahat jahat musuh.
64
Dan ingatlah tatkala Al-Baqarah : 260 َوإِ ۡذ ﻗَﺎ َل إِ ۡﺑ ٰ َﺮ ِھۧ ُﻢ َربﱢ أَ ِرﻧِﻲ
berkata Ibrahim: Ya
Tuhanku!
Perlihatkanlah
َﻛ ۡﯿﻒَ ﺗُ ۡﺤ ِﻲ ٱ ۡﻟ َﻤ ۡﻮﺗ َٰۖﻰ ﻗَﺎ َل أَ َو
Engkau
menghidupkan orang ﻟَﻢۡ ﺗُ ۡﺆ ِﻣ ۖﻦ ﻗَﺎ َل ﺑَﻠَ ٰﻰ َو ٰﻟَ ِﻜﻦ
yang telah mati.
Berfirman Dia: ﻗَﺎ َل ﻓَ ُﺨ ۡﺬ ۖﻟﱢﯿَ ۡﻄ َﻤﺌِ ﱠﻦ ﻗَ ۡﻠﺒِﻲ
Apakah engkau tidak
percaya? Berkata
dia: Sekali-kali
أَ ۡرﺑَ َﻌ ٗﺔ ﱢﻣﻦَ ٱﻟﻄﱠ ۡﯿ ِﺮ ﻓَﺼ ُۡﺮھُ ﱠﻦ
bukan begitu, akan
tetapi untuk ﻚ ﺛُ ﱠﻢ ٱ ۡﺟ َﻌ ۡﻞ َﻋﻠَ ٰﻰ ُﻛﻞﱢ َﺟﺒَ ٖﻞ
َ إِﻟَ ۡﯿ
menetapkan hatiku.
Berfirman Dia: ﱢﻣ ۡﻨﮭ ﱠُﻦ ﺟ ُۡﺰءٗ ا ﺛُ ﱠﻢ ٱ ۡد ُﻋﮭ ﱠُﻦ
Kalau begitu,
ambillah empat ekor
َ َﯾَ ۡﺄﺗِﯿﻨ
َ#ﻚ َﺳ ۡﻌﯿٗ ۚﺎ َوٱ ۡﻋﻠَﻢۡ أَ ﱠن ٱ ﱠ
burung dan
63
Tafsir Al-Azhar, Juz I, hal 320
64
Tafsir Al-Azhar, Juz I, hal 191
53
jinakkanlah dia ٢٦٠ ﯿﻢ
ٞ َﺣ ِﻜ َﺰﯾ ٌﺰ
ِ ﻋ
kepada dirimu,
kemudian
letakkanlah di atas
tiap-tiap gunung
daripadanya
sebagian-sebagian,
kemudian itu
panggillah mereka,
niscaya mereka akan
datang kepada
engkau dengan
segera. Dan
ketahuilah
bahwasanya Allah
adalah Maha Gagah,
lagi Maha
Bijaksana!65
Dan jika kamu di Al-Baqarah : 283 ۡ۞ َوإِن ُﻛﻨﺘُﻢۡ َﻋﻠَ ٰﻰ َﺳﻔَ ٖﺮ َوﻟَﻢ
dalam perjalanan,
ۖﺔٞ ﺿ
sedang kamu tidak
mendapat seorang َ ﻦ ﱠﻣ ۡﻘﺒُﻮٞ َوا َﻛﺎﺗِﺒٗ ﺎ ﻓَ ِﺮ ٰھ
ْ ﺗ َِﺠ ُﺪ
penulis, maka
hendaklah kamu ﻀﺎ ُ ﻓَﺈِ ۡن أَ ِﻣﻦَ ﺑَ ۡﻌ
ٗ ﻀ ُﻜﻢ ﺑَ ۡﻌ
pegang barang-
barang agunan. ُﻓَ ۡﻠﯿُ َﺆ ﱢد ٱﻟﱠ ِﺬي ٱ ۡؤﺗُ ِﻤﻦَ أَ ٰ َﻣﻨَﺘَ ۥﮫ
Tetapi jika percaya
yang setengah kamu ْ َ َرﺑﱠ ۗۥﮫُ َو َﻻ ﺗ َۡﻜﺘُ ُﻤ#ﻖ ٱ ﱠ ۡ
akan yang setengah,
ﻮا ِ َوﻟﯿَﺘﱠ
maka hendaklah
orang yang diserahi ُٱﻟ ﱠﺸ ٰﮭَ َﺪ ۚةَ َو َﻣﻦ ﯾَ ۡﻜﺘُﻤۡ ﮭَﺎ ﻓَﺈِﻧﱠ ٓۥﮫ
amanat itu
menunaikan َُ ﺑِ َﻤﺎ ﺗ َۡﻌ َﻤﻠُﻮن#ﻢ ﻗَ ۡﻠﺒُ ۗﮫۥُ َوٱ ﱠٞ َِءاﺛ
amanatnya, dan
hendaklah ia takwa
65
Tafsir Al-Azhar, Juz III, hal 46
54
kepada Allah, ٢٨٣ ﯿﻢ
ٞ َِﻋﻠ
Tuhannya. Dan
janganlah kamu
sembunyikan
(kesaksian) itu, maka
sesungguhnya telah
berdosalah hatinya.
Dan Allah
mengetahui apa yang
kamu kerjakan. 66
Telah dimaterai oleh ﻗﻠﻮب Al-Baqarah : 7 ُ َﻋﻠَ ٰﻰ ﻗُﻠُﻮﺑِ ِﮭﻢۡ َو َﻋﻠَ ٰﻰ#َﺧﺘَ َﻢ ٱ ﱠ
Allah atas hati
mereka dan atas
pendengaran mereka, َ ٰ َو َﻋﻠَ ٰ ٓﻰ أَ ۡﺑ
ۡﺼ ِﺮ ِھﻢ َۖۡﺳﻤۡ ِﻌ ِﮭﻢ
dan atas penglihatan
mereka ada penutup; ٧ ﯿﻢ
ٞ َﻈ
ِ ﻋ ٌۖة َوﻟَﮭُﻢۡ َﻋ َﺬابٞ ِﻏ ٰ َﺸ َﻮ
dan bagi mereka
adalah azab yang
besar. 67
Di dalam hati mereka Al-Baqarah : 10 ٞ ﱠﻣ َﺮ
ض ﻗُﻠُﻮﺑِ ِﮭﻢ ف ِ◌ي
ada penyakit, maka
menambahlah Allah
akan penyakit (l’ain).
ۡﺿ ۖﺎ َوﻟَﮭُﻢ
ٗ ُ َﻣ َﺮ#ﻓَ َﺰا َدھُ ُﻢ ٱ ﱠ
Dan untuk mereka
adalah azab yang ْ َُﻛﺎﻧ
ﻮا ﺑِ َﻤﺎ أَﻟِﯿ ۢ ُﻢ ٌَﻋ َﺬاب
pedih dari sebab
mereka telah ١٠ َﯾَ ۡﻜ ِﺬﺑُﻮن
berdusta.68
Kemudian telah Al – Baqarah : 74 ﺛُ ﱠﻢ ﻗَ َﺴ ۡﺖ ﻗُﻠُﻮﺑُ ُﻜﻢ ﱢﻣ ۢﻦ ﺑَ ۡﻌ ِﺪ
kesat hati kamu
َ ِٰ َذﻟ
sesudah itu, maka
adalah dia laksana
ﻚ ﻓَ ِﮭ َﻲ َﻛﭑ ۡﻟ ِﺤ َﺠﺎ َر ِة أَ ۡو أَ َﺷ ﱡﺪ
batu atau lebih keras.
66
Tafsir Al-Azhar, Juz III, hal 111 - 112
67
Tafsir Al-Azhar, Juz I, Hal 157
68
Tafsir Al-Azhar, Juz I, Hal 164
55
Dan sesungguhnya ﻗَ ۡﺴ َﻮ ٗۚة َوإِ ﱠن ِﻣﻦَ ٱ ۡﻟ ِﺤ َﺠﺎ َر ِة ﻟَ َﻤﺎ
daripada batu
kadang-kadang
terpancarlah
ﯾَﺘَﻔَ ﱠﺠ ُﺮ ِﻣ ۡﻨﮫُ ٱ ۡﻷَ ۡﻧ ٰﮭَ ۚ ُﺮ َوإِ ﱠن ِﻣ ۡﻨﮭَﺎ
daripadanya sungai-
sungai, dan ﻖ ﻓَﯿَ ۡﺨ ُﺮ ُج ِﻣ ۡﻨﮫُ ٱ ۡﻟ َﻤﺎٓ ۚ ُء
ُ ﻟَ َﻤﺎ ﯾَ ﱠﺸﻘﱠ
sesungguhnya
setengah dari َوإِ ﱠن ِﻣ ۡﻨﮭَﺎ ﻟَ َﻤﺎ ﯾَ ۡﮭﺒِﻂُ ِﻣ ۡﻦ
padanya ada yang
ُ ﺑِ ٰ َﻐﻔِ ٍﻞ َﻋ ﱠﻤﺎ#ِ َو َﻣﺎ ٱ ﱠ$
belah, maka
ۗ َﺧ ۡﺸﯿَ ِﺔ ٱ ﱠ
keluarlah air dari
dalamnya. Dan
sesungguhnya dari ٧٤ َﺗ َۡﻌ َﻤﻠُﻮن
setengahnya pula ada
yang runtuh dari
takutnya kepada
Allah. Dan tidaklah
Allah lengah dari apa
yang kamu perbuat.
69
69
Tafsir Al-Azhar, Juz I, Hal 282
70
Tafsir Al-Azhar, Juz I, Hal 309
56
Lalu Kami ﻮا ْ ۖ َءاﺗ َۡﯿ ٰﻨَ ُﻜﻢ ﺑِﻘُ ﱠﻮ ٖة َوٱ ۡﺳ َﻤﻌ
ْ ُُﻮا ﻗَﺎﻟ
firmankan: Ambillah
apa yang kami ْ ﺼ ۡﯿﻨَﺎ َوأُ ۡﺷ ِﺮﺑ
datangkan kepada
ُﻮا َ َﺳ ِﻤ ۡﻌﻨَﺎ َو َﻋ
kamu dengan
sungguh-sungguh ۚۡﻓِﻲ ﻗُﻠُﻮﺑِ ِﮭ ُﻢ ٱ ۡﻟ ِﻌ ۡﺠ َﻞ ﺑِ ُﻜ ۡﻔ ِﺮ ِھﻢ
dan dengar-kanlah!
Mereka berkata: ۡﻗُ ۡﻞ ﺑِ ۡﺌ َﺴ َﻤﺎ ﯾَ ۡﺄ ُﻣ ُﺮ ُﻛﻢ ﺑِ ِٓۦﮫ إِﯾ ٰ َﻤﻨُ ُﻜﻢ
Telah kami
dengarkan dan kami
durhakai. Dan
٩٣ َإِن ُﻛﻨﺘُﻢ ﱡﻣ ۡﺆ ِﻣﻨِﯿﻦ
menyelusuplah ke
dalam hati mereka
anak-lembu itu
lantaran kekafiran
mereka. Katakanlah:
Alangkah buruknya
apa yang disuruhkan
oleh iman kamu itu,
kalau memang kamu
beriman. 71
Dan berkata orang- Al – Baqarah:118 َوﻗَﺎ َل ٱﻟﱠ ِﺬﯾﻦَ َﻻ ﯾَ ۡﻌﻠَ ُﻤﻮنَ ﻟَ ۡﻮ َﻻ
orang yang tidak
71
Tafsir Al-Azhar, Juz I, Hal 315
57
hati mereka.
Sesungguhnya telah
Kami jelaskan ayat-
ayat kepada kaum
yang yakin.72
Tidaklah Al – Baqarah: 220 ُ ﺑِﭑﻟﻠﱠ ۡﻐ ِﻮ ﻓِ ٓﻲ#اﺧ ُﺬ ُﻛ ُﻢ ٱ ﱠ
ِ ﱠﻻ ﯾُ َﺆ
diperhitungkan oleh
72
Tafsir Al-Azhar, Juz I, Hal 359
73
Tafsir Al-Azhar, Juz II, Hal 263
58
karena hendak ٱ ۡﻟ ِﻌ ۡﻠ ِﻢ ﻓ ِﻲ ََوٱﻟ ٰ ﱠﺮ ِﺳ ُﺨﻮن
membuat fitnah dan
karena hendak
menta’wil. Padahal
ّﻞ ﱢﻣ ۡﻦٞ ﯾَﻘُﻮﻟُﻮنَ َءا َﻣﻨﱠﺎ ﺑِ ِۦﮫ ُﻛ
tidaklah mengetahui
akan ta’wilnya itu, ٓ ِﻋﻨ ِﺪ َرﺑﱢﻨ َۗﺎ َو َﻣﺎ ﯾَ ﱠﺬ ﱠﻛ ُﺮ إِ ﱠ
ﻻ
mel’ainkan Allah.
Dan orang-orang ِ َﻮا ٱ ۡﻷَ ۡﻟ ٰﺒ
٧ﺐ ْ ُأُوْ ﻟ
yang telah mendalam
kepada ilmu, berkata
mereka: Kami
percaya kepadanya,
semuanya itu adalah
dari sisi Tuhan kami.
Dan tidaklah akan
mengerti, kecuali
orang-orang yang
mempunyai isi
fikiran jua. 74
Wahai Tuhan kami! Ali ‘Imran : 8 َرﺑﱠﻨَﺎ َﻻ ﺗُ ِﺰ ۡغ ﻗُﻠُﻮﺑَﻨَﺎ ﺑَ ۡﻌ َﺪ إِ ۡذ
Janganlah Engkau
sesatkan hati kami
sesudah Engkau beri
َ ھَﺪ َۡﯾﺘَﻨَﺎ َوھ َۡﺐ ﻟَﻨَﺎ ِﻣﻦ ﻟﱠ ُﺪﻧ
ﻚ
prtunjuk kepada
kami, dan َ َر ۡﺣ َﻤ ۚﺔً إِﻧﱠ
٨ ُﻚ أَﻧﺖَ ٱ ۡﻟ َﻮھﱠﺎب
kurniakanlah kiranya
kepada kami rahmat
langsung dari
Engkau.
Sesungguhnya
Engkau adalah
pemberi karunia. 75
Dan Kami teguhkan Al-Kahfi : 14 َو َرﺑَ ۡﻄﻨَﺎ َﻋﻠَ ٰﻰ ﻗُﻠُﻮﺑِ ِﮭﻢۡ إِ ۡذ
hati mereka tatkala
74
Tafsir Al-Azhar, Juz III, Hal 147-148
75
Tafsir Al-Azhar, Juz III, Hal 148
59
mereka berdiri ْ ُﻮا ﻓَﻘَﺎﻟ
ﻮا َرﺑﱡﻨَﺎ َربﱡ ْ ﻗَﺎ ُﻣ
(mengambil sikap),
maka mereka pun ۡ
berkata: Tuhan kami
ﻟَﻦ ِ َوٱﻷَ ۡر
ض ِ ٱﻟ ﱠﺴ ٰ َﻤ ٰ َﻮ
ت
ialah Tuhan sekalian
langit dan bumi. ٓﻧﱠ ۡﺪ ُﻋ َﻮ ْا ِﻣﻦ ُدوﻧِ ِٓۦﮫ إِ ٰﻟَﮭٗ ۖﺎ ﻟﱠﻘَ ۡﺪ ﻗُ ۡﻠﻨَﺎ
Sekali-kali kami
tidak akan menyeru ١٤ ﺷﻄَﻄًﺎ
َ إِ ٗذا
kepada yang sel’ain
Dia satu Tuhan pun.
Karena kalau
demikian, niscaya
adalah perkataan
kami melanggar
kebenaran.76
Dan siapakah lagi Al-Kahfi : 57 ِ ََو َﻣ ۡﻦ أَ ۡظﻠَ ُﻢ ِﻣ ﱠﻤﻦ ُذ ﱢﻛ َﺮ َٔﺑِﺎ ٰﯾ
ﺖ
yang lebih aniaya
daripada orang yang
telah diperingatkan
ض ﻋ َۡﻨﮭَﺎ َوﻧ َِﺴ َﻲ
َ َرﺑﱢ ِۦﮫ ﻓَﺄ َ ۡﻋ َﺮ
kepadanya ayat-ayat
Tuhannya, namun َﻣﺎ ﻗَ ﱠﺪ َﻣ ۡﺖ ﯾَﺪَا ۚهُ إِﻧﱠﺎ َﺟ َﻌ ۡﻠﻨَﺎ
dia masih berpaling
jua daripadaNya dan َُﻋﻠَ ٰﻰ ﻗُﻠُﻮﺑِ ِﮭﻢۡ أَ ِﻛﻨﱠﺔً أَن ﯾَ ۡﻔﻘَﮭُﻮه
lupa apa yang telah
76
Tafsir Al-Azhar, Juz XV, Hal 169 - 170
60
kepada petunjuk,
maka tidaklah
mereka mau akan
petunjuk itu selama-
lamanya. 77
Dan tidaklah Saba’ : 23 َو َﻻ ﺗَﻨﻔَ ُﻊ ٱﻟ ﱠﺸ ٰﻔَ َﻌﺔُ ِﻋﻨ َﺪ ٓۥهُ إِ ﱠﻻ
memberi syafa’at di
sisiNya kecuali bagi
siapa yang diveri
ﻟِ َﻤ ۡﻦ أَ ِذنَ ﻟَ ۚﮫۥُ َﺣﺘﱠ ٰ ٓﻰ إِ َذا ﻓُ ﱢﺰ َع
izin, sehingga
apabila telah ْ ُﻋَﻦ ﻗُﻠُﻮﺑِ ِﮭﻢۡ ﻗَﺎﻟ
ﻮا َﻣﺎ َذا ﻗَﺎ َل
dihilangkan
ketakutan dari dalam ﻮا ٱ ۡﻟ َﺤ ۖ ﱠ
ﻖ َوھُ َﻮ ْ ُﻗَﺎﻟ َۖۡرﺑﱡ ُﻜﻢ
hati mereka, mereka
akan berkata:
“Apakah yang telah
٢٣ ٱ ۡﻟ َﻌﻠِ ﱡﻲ ٱ ۡﻟ َﻜﺒِﯿ ُﺮ
di firmankan Tuhan
kamu?” Mereka
menjawab : “Ialah
yang benar!” Dan
Dia adalah Maha
Tinggi, Maha
Besar.78
Maka apakah orang Az-Zumar : 22 ُﺻ ۡﺪ َرهۥ
َ ُ#أَﻓَ َﻤﻦ َﺷ َﺮ َح ٱ ﱠ
yang di lapangkan
Allah dadanyauntuk ٰ ۡ ِﻟ
menerima islam, lalu ٖ ُﻺ ۡﺳﻠَ ِﻢ ﻓَﮭُ َﻮ َﻋﻠَ ٰﻰ ﻧ
ﻮر ﱢﻣﻦ ِ
dia beroleh cahaya
dari tuhannya? Maka ﻞ ﻟﱢ ۡﻠ ٰﻘَ ِﺴﯿَ ِﺔ ﻗُﻠُﻮﺑُﮭُﻢ ﱢﻣﻦٞ ﱠرﺑﱢ ۚ ِۦﮫ ﻓَ َﻮ ۡﯾ
celakalah bagi orang
ٓ
yang kesat hati ﺿ ٰﻠَ ٖﻞ َ ِِ أُوْ ٰﻟَﺌ$
َ ﻚ ﻓ ِﻲ ۚ ِذ ۡﻛ ِﺮ ٱ ﱠ
meraka dari
mengingat Allah.
Orang-orang itu
٢٢ ﯿﻦ
ٍ ِﱡﻣﺒ
77
Tafsir Al-Azhar, Juz XV, Hal 221
78
Tafsir Al-Azhar, Juz XXII, Hal 159
61
adalah dalam
kesesatan yang
nyata.79
Dan di antara mereka Muhammad : 12 َ َو ِﻣ ۡﻨﮭُﻢ ﱠﻣﻦ ﯾَ ۡﺴﺘَ ِﻤ ُﻊ إِﻟَ ۡﯿ
ﻚ َﺣﺘﱠ ٰ ٓﻰ
ada yang
mendengarkan ْ ُك ﻗَﺎﻟ ْ إِ َذا َﺧ َﺮﺟ
kepada engkau,
ﻮا َ ُﻮا ِﻣ ۡﻦ ِﻋﻨ ِﺪ
tetapi apabila mereka
telah keluar dari sisi ﻮا ٱ ۡﻟ ِﻌ ۡﻠ َﻢ َﻣﺎ َذا ﻗَﺎ َل
ْ ُﻟِﻠﱠ ِﺬﯾﻦَ أُوﺗ
engkau berkatalah
ٓ
mereka: Apakah َ َِءاﻧِﻔً ۚﺎ أُوْ ٰﻟَﺌ
ُ#ﻚ ٱﻟﱠ ِﺬﯾﻦَ طَﺒَ َﻊ ٱ ﱠ
yang dikatakannya
sebentar tadi? Itulah
orang-orang yang
َوٱﺗﱠﺒَﻌ ُٓﻮ ْا ۡﻗُﻠُﻮﺑِ ِﮭﻢ َﻋﻠَ ٰﻰ
telah dicap Allah atas
hati mereka itu dan ١٦ ۡأَ ۡھ َﻮ ٓا َءھُﻢ
mereka itu mengikuti
hawanafsu mereka. 80
Wahai Tuhan kami! Al-Imron َرﺑﱠﻨَﺎ َﻻ ﺗُ ِﺰ ۡغ ﻗُﻠُﻮﺑَﻨَﺎ ﺑَ ۡﻌ َﺪ إِ ۡذ
Janganlah kau
sesatkan hati kami
sesudah Engkau beri
َ ھَﺪ َۡﯾﺘَﻨَﺎ َوھ َۡﺐ ﻟَﻨَﺎ ِﻣﻦ ﻟﱠ ُﺪﻧ
ﻚ
petujuk kepada kami,
dan karuniakanlah َ َر ۡﺣ َﻤ ۚﺔً إِﻧﱠ
ُﻚ أَﻧﺖَ ٱ ۡﻟ َﻮھﱠﺎب
kiranya kepada kami
rahmat langsung dari
Engkau.
Sesungguhnya
Engkau adalah
pemberi karunia81
Dialah yang telah Al-Fath : 4 ي أَﻧ َﺰ َل ٱﻟ ﱠﺴ ِﻜﯿﻨَﺔَ ﻓِﻲ
ٓ ھُ َﻮ ٱﻟﱠ ِﺬ
menurunkan
ketentraman ke
79
Tafsir Al-Azhar, Juz XXIII, Hal 35
80
Tafsir Al-Azhar, Juz XXVI, Hal 79
81
Tafsir Al-Azhar, Juz III, Hal 148
62
dalam hati orang- ب ٱ ۡﻟ ُﻤ ۡﺆ ِﻣﻨِﯿﻦَ ﻟِﯿَ ۡﺰدَا ُد ٓو ْا
ِ ﻗُﻠُﻮ
orang yang beriman,
supaya mereka
bertambah iman pula
إِﯾ ٰ َﻤ ٗﻨﺎ ﱠﻣ َﻊ إِﯾ ٰ َﻤﻨِ ِﮭﻢۡۗ َو ِ ﱠ(ِ ُﺟﻨُﻮ ُد
sesudah iman mereka
ۡ ِ ٱﻟ ﱠﺴ ٰ َﻤ ٰ َﻮ
dan bagi Allahlah ِ ۚ ت َوٱﻷَ ۡر
َض َو َﻛﺎن
tentara-tentara di
langit dan di bumi ٤ ُ َﻋﻠِﯿ ًﻤﺎ َﺣ ِﻜ ٗﯿﻤﺎ#ٱ ﱠ
dan adalah Allah itu
Maha Mengetahui,
Maha Bijaksana.82
Dan tiap-tiapnya itu, ﻓﺆاد Hud : 120 َ َو ُﻛ ٗ ّﻼ ﻧﱠﻘُﺺﱡ َﻋﻠَ ۡﯿ
ﻚ ِﻣ ۡﻦ أَ ۢﻧﺒَﺎٓ ِء
telah Kami kisahkan
kepada engkau
darihal berita-berita
َ ۚ ﱢﺖ ﺑِ ِﮫۦ ﻓُ َﺆا َد
ك ُ ٱﻟﺮﱡ ﺳ ُِﻞ َﻣﺎ ﻧُﺜَﺒ
Rasul-Rasul itu, ialah
untuk Kami ك ﻓِﻲ ٰھَ ِﺬ ِه ٱ ۡﻟ َﺤ ﱡ
ﻖ َ َو َﺟﺎٓ َء
menetapkan hati
engkau dengan dia. َﺔ َو ِذ ۡﻛ َﺮ ٰى ﻟِ ۡﻠ ُﻤ ۡﺆ ِﻣﻨِﯿﻦٞ ََو َﻣ ۡﻮ ِﻋﻈ
Dan telah datang
kepada engkau di
dalam semua (berita-
١٢٠
berita) ini dengan
kebenaran dan
pengajaran dan
peringatan bagi
orang-orang yang
beriman. 83
Dan berkata pula Al-Furqan : 32 ْ َوﻗَﺎ َل ٱﻟﱠ ِﺬﯾﻦَ َﻛﻔَﺮ
ُوا ﻟَ ۡﻮ َﻻ ﻧُ ﱢﺰ َل
orang-orang yang
82
Tafsir Al-Azhar, Juz XXVI, Hal 124
83
Tafsir Al-Azhar, Juz XII, Hal 150
63
demikianlah caranya, َ ۖ ﺑِ ِﮫۦ ﻓُ َﺆا َد
ك َ َِﻛ ٰ َﺬﻟ
َﻚ ﻟِﻨُﺜَﺒﱢﺖ
agar dengan Al-
Qur’an itu hendak
Kami teguhkan
٣٢ َو َرﺗﱠ ۡﻠ ٰﻨَﮫُ ﺗ َۡﺮﺗِ ٗﯿﻼ
hatimu, dan Kami
bacakan dia dengan
bacaan yang teratur.
84
Dan akan kami أﻓﺌﺪة Al-An‘am : 110 َ ٰ َوﻧُﻘَﻠﱢﺐُ أَ ِۡٔﻓ َﺪﺗَﮭُﻢۡ َوأَ ۡﺑ
ۡﺼ َﺮھُﻢ
berpaling-palingkan
hati mereka dan
pandangan- ﻮا ﺑِ ِٓۦﮫ أَ ﱠو َل َﻣﺮ ٖﱠة
ْ َُﻛ َﻤﺎ ﻟَﻢۡ ﯾ ُۡﺆ ِﻣﻨ
pandangam meraka,
sebagaimana meraka
tidak beriman sejak ۡطُ ۡﻐ ٰﯿَﻨِ ِﮭﻢ ﻓ ِﻲ َۡوﻧَ َﺬ ُرھُﻢ
pertama kali,” Dan
kami biarkan meraka ١١٠ َﯾَ ۡﻌ َﻤﮭُﻮن
di dalam kesehatan,
itu pada kebingungan
86
Dan supaya tertarik Al-An‘am : 113 َﻰ إِﻟَ ۡﯿ ِﮫ أَ ِۡٔﻓ َﺪةُ ٱﻟﱠ ِﺬﯾﻦَ َﻻ
ٓ ٰ َﺼﻐ
ۡ َوﻟِﺘ
kepadanya hati
orang-orang yang ٓ ۡ ﯾ ُۡﺆ ِﻣﻨُﻮنَ ﺑِﭑ
tidak percaya kepada َ ﻷ ِﺧ َﺮ ِة َوﻟِﯿَ ۡﺮ
ُﺿ ۡﻮه
akhirat, dan supa
meraka ridha
84
Tafsir A-Azhar, Juz XIX, Hal 8
85
Tafsir Al-Azhar, Juz XX, Hal 52
86
Tafsir Al-Azhar, Juz VII, Hal 303
64
kepadaNya, dan supa َﻮا َﻣﺎ ھُﻢ ﱡﻣ ۡﻘﺘ َِﺮﻓُﻮن
ْ َُوﻟِﯿَ ۡﻘﺘ َِﺮﻓ
meraka kerjakan
keburukan apa yang
hendak meraka
١١٣
kerjakan.87
Ya Tuhan kami! Ibrahim : 37 ُ ﱠرﺑﱠﻨَﺎٓ إِﻧﱢ ٓﻲ أَ ۡﺳ َﻜ
ﻨﺖ ِﻣﻦ ُذرﱢ ﯾﱠﺘِﻲ
Sesungguhnya aku
telah menempatkan
sebahagian dari ٍ ﺑِ َﻮا ٍد ﻏ َۡﯿ ِﺮ ِذي َز ۡر
ع ِﻋﻨ َﺪ
keturunanku di
lembah yang tidak ْ ﻚ ٱ ۡﻟ ُﻤ َﺤﺮ ِﱠم َرﺑﱠﻨَﺎ ﻟِﯿُﻘِﯿ ُﻤ
ﻮا َ ِﺑَ ۡﯿﺘ
bertumbuh-
tumbuhan itu. Di َﺼﻠَ ٰﻮةَ ﻓَﭑ ۡﺟ َﻌ ۡﻞ أَ ِۡٔﻓﺪ َٗة ﱢﻣﻦ
ٱﻟ ﱠ
dekat rumahMu yang
dihormati. Ya Tuhan
kami. Supaya
ي إِﻟَ ۡﯿ ِﮭﻢۡ َوٱ ۡر ُز ۡﻗﮭُﻢ ِ ٱﻟﻨﱠ
ٓ ﺎس ﺗ َۡﮭ ِﻮ
kiranya mereka
mendirikan َت ﻟَ َﻌﻠﱠﮭُﻢۡ ﯾَ ۡﺸ ُﻜﺮُون
ِ ﱢﻣﻦَ ٱﻟﺜﱠ َﻤ ٰ َﺮ
sembahyang, maka
jadikanlah hati ٣٧
setengah dari
manusia condong
kepada mereka. Dan
anugerahilah mereka
rezeki dari buah-
buahan. Moga-moga
mereka sama
bersyukur. 88
Sesungguhnya telah Al-Ahqaf : 26 َۡوﻟَﻘَ ۡﺪ َﻣ ﱠﻜ ٰﻨﱠﮭُﻢۡ ﻓِﯿ َﻤﺎٓ إِن ﱠﻣ ﱠﻜ ٰﻨﱠ ُﻜﻢ
Kami teguhkan
kedudukan mereka
pada barang yang
َﺳﻤۡ ﻌٗ ﺎ ۡﻓِﯿ ِﮫ َو َﺟ َﻌ ۡﻠﻨَﺎ ﻟَﮭُﻢ
tidak Kami teguhkan
kamu padanya dan
87
Tafsir Al-Azhar, Juz VIII, Hal 4
88
Tafsir Al-Azhar, Juz XIII, Hal 151
65
telah Kami jadikan ﺼ ٗﺮا َوأَ ۡﻓِٔﺪ َٗة ﻓَ َﻤﺎٓ أَ ۡﻏﻨ َٰﻰ
َ ٰ َوأَ ۡﺑ
bagi mereka itu
pendengaran dan
penglihatan dan hati. َ ٰ ﻻ أَ ۡﺑ
ۡﺼ ُﺮھُﻢ ٓ َ ﻋ َۡﻨﮭُﻢۡ َﺳﻤۡ ُﻌﮭُﻢۡ َو
Maka tidaklah
mencukupi bagi ﻻ أَ ِۡٔﻓ َﺪﺗُﮭُﻢ ﱢﻣﻦ َﺷ ۡﻲ ٍء إِ ۡذ
ٓ َ َو
mereka itu
pendengaran mereka ِ َﻮا ﯾَ ۡﺠ َﺤ ُﺪونَ َٔﺑِﺎ ٰﯾ
ِ#ﺖ ٱ ﱠ ْ َُﻛﺎﻧ
dan tidak penglihatan
mereka dan tidak ْ ُق ﺑِ ِﮭﻢ ﱠﻣﺎ َﻛﺎﻧ
pula hati mereka
ﻮا ﺑِ ِﮫۦ َ َو َﺣﺎ
sesuatu pun tatkala
mereka menyangkal ٢٦ َﯾَ ۡﺴﺘ َۡﮭ ِﺰءُون
terhadap ayat-ayat
Allah, dan
menimpalah kepada
mereka apa yang
telah mereka
perm’ainan-
m’ainkan itu. 89
Dan sebutlah Tuhan ﻧﻔﺲ Al-A’raf : 205 ﻚ َ َوٱ ۡذ ُﻛﺮ ﱠرﺑﱠ
َ ﻚ ﻓِﻲ ﻧ َۡﻔ ِﺴ
engkau di dalam
hatimu dengan
merendah diri dan
ََو ُدون َو ِﺧﯿﻔَ ٗﺔ ﻀﺮﱡ ٗﻋﺎ
َ َﺗ
takut; dan tidak
dengan kata-kata ٱ ۡﻟ َﺠ ۡﮭ ِﺮ ِﻣﻦَ ٱ ۡﻟﻘَ ۡﻮ ِل ﺑِﭑ ۡﻟ ُﻐ ُﺪ ﱢو
yang keras, pada
pagi hari dan petang; َﺎل َو َﻻ ﺗَ ُﻜﻦ ﱢﻣﻦ
ِ ﺻ ٓ ۡ َوٱ
َ ﻷ
dan janganlah
٢٠٥ َٱ ۡﻟ ٰ َﻐﻔِﻠِﯿﻦ
engkau termasuk
orang-orang yang
lalai. 90
Maka sungguh tidak, An-Nisa : 65 ﻚ َﻻ ﯾ ُۡﺆ ِﻣﻨُﻮنَ َﺣﺘﱠ ٰﻰ
َ ﻓَ َﻼ َو َرﺑﱢ
demi Tuhan engkau!
89
Tafsir Al-Azhar, Juz XXVI, Hal 36
90
Tafsir Al-Azhar, Juz IX, Hal 225
66
Tidaklah mereka itu ۡك ﻓِﯿ َﻤﺎ َﺷ َﺠ َﺮ ﺑَ ۡﯿﻨَﮭُﻢ
َ ﯾُ َﺤ ﱢﻜ ُﻤﻮ
beriman, sehingga
mereka bertahkim
kepada engkau pada
ۡوا ﻓِ ٓﻲ أَﻧﻔُ ِﺴ ِﮭﻢ
ْ ﺛُ ﱠﻢ َﻻ ﯾَ ِﺠ ُﺪ
hal-hal yang
berselisih di antara ْ ﻀ ۡﯿﺖَ َوﯾُ َﺴﻠﱢ ُﻤ
ﻮا َ ََﺣ َﺮ ٗﺟﺎ ﱢﻣ ﱠﻤﺎ ﻗ
mereka, kemudian
itu tidak mereka ٦٥ ﺗ َۡﺴﻠِ ٗﯿﻤﺎ
dapati di dalam diri
mereka keberatan
atas apa yang engkau
putuskan, dan
mereka pun
menyerah dengan
nyerahan yang
sungguh-sungguh. 91
Akan diedarkan Az-Zukhruf : 71 ﺎف ﱢﻣﻦ
ٖ ﺼ َﺤ ُ َﯾُﻄ
ِ ِﺎف َﻋﻠَ ۡﯿ ِﮭﻢ ﺑ
kepada mereka
piring-piring dari
emas dan piala-piala, ٖ ۖ َﺐ َوأَ ۡﻛ َﻮ
اب َوﻓِﯿﮭَﺎ َﻣﺎ ٖ َذھ
dan di dalamnya ada
apa saja yang ﺗ َۡﺸﺘَ ِﮭﯿ ِﮫ ٱ ۡﻷَﻧﻔُﺲُ َوﺗَﻠَ ﱡﺬ ٱ ۡﻷَ ۡﻋﯿ ۖ ُُﻦ
diingini oleh setiap
diri, dan yang ٧١ ََوأَﻧﺘُﻢۡ ﻓِﯿﮭَﺎ ٰ َﺧﻠِ ُﺪون
menyedapkan
pandangan. Dan
kamu di dalamnya
akan kekal. 92
Tuhan kamu lebih ﻧﻔﻮس Al-Isra’ : 25 ۚۡﻮﺳ ُﻜﻢ
ِ ُﱠرﺑﱡ ُﻜﻢۡ أَ ۡﻋﻠَ ُﻢ ﺑِ َﻤﺎ ﻓِﻲ ﻧُﻔ
tahu apa yang ada di
dalam dirimu; Jika ْ ُإِن ﺗَ ُﻜﻮﻧ
adalah kamu orang- َ ٰ ﻮا
ُﺻﻠِ ِﺤﯿﻦَ ﻓَﺈِﻧﱠﮫۥ
orang yang bertaubat
91
Tafsir Al-Azhar, Juz V, Hal 185
92
Tafsir Al-AZhar, Juz XXV, Hal 78
67
adalah sangat ٗ َُﻛﺎنَ ﻟِ ۡﻸَ ٰ ﱠوﺑِﯿﻦَ َﻏﻔ
٢٥ ﻮرا
memberi ampun. 93
Maka apakah orang ﺻﺪر Az-Zumar : 22 ُﺻ ۡﺪ َرهۥ
َ ُ#أَﻓَ َﻤﻦ َﺷ َﺮ َح ٱ ﱠ
yang dilapangkan
Allah dadanya untuk ٰ ۡ ِﻟ
menerima Islam, lalu ٖ ُﻺ ۡﺳﻠَ ِﻢ ﻓَﮭُ َﻮ َﻋﻠَ ٰﻰ ﻧ
ﻮر ﱢﻣﻦ ِ
dia beroleh cahaya
dari Tuhannnya? ﻞ ﻟﱢ ۡﻠ ٰﻘَ ِﺴﯿَ ِﺔ ﻗُﻠُﻮﺑُﮭُﻢ ﱢﻣﻦٞ ﱠرﺑﱢ ۚ ِۦﮫ ﻓَ َﻮ ۡﯾ
Maka celakalah bagi
ٓ
orang yang kesat hati ﺿ ٰﻠَ ٖﻞ َ ِِ أُوْ ٰﻟَﺌ$
َ ﻚ ﻓ ِﻲ ۚ ِذ ۡﻛ ِﺮ ٱ ﱠ
mereka dari
menginat Allah.
Orang-orang itu
٢٢ ﯿﻦ
ٍ ِﱡﻣﺒ
adalah dalam
kesesatan yang
nyata. 94
Ketahuilah Hud : 5 ُ َﻻ إِﻧﱠﮭُﻢۡ ﯾَ ۡﺜﻨُﻮن
ۡﺻ ُﺪو َرھُﻢ ٓ َ َأ
sesungguhnya merek
memalingkan dada
mereka karena
َﻮا ِﻣ ۡﻨ ۚﮫُ أَ َﻻ ِﺣﯿﻦ
ْ ُﻟِﯿَ ۡﺴﺘ َۡﺨﻔ
hendak bersembunyi
daripadaNya. ﯾَ ۡﺴﺘ َۡﻐ ُﺸﻮنَ ﺛِﯿَﺎﺑَﮭُﻢۡ ﯾَ ۡﻌﻠَ ُﻢ َﻣﺎ
Ketahuilah, di waktu
mereka memakai ۚ ُﯾ ُِﺴﺮﱡ ونَ َو َﻣﺎ ﯾ ُۡﻌﻠِﻨ
ُﻮنَ إِﻧﱠﮫۥ
pakaian mereka.
Diapun tahu apa
yang mereka
٥ ور ِ َﻋﻠِﯿ ۢ ُﻢ ﺑِ َﺬا
ِ ت ٱﻟﺼﱡ ُﺪ
sembunyikan dan
apa yang mereka
terangkan.
Sesungguhnya Dia
adalah amat tahu
93
Tafsir Al-Azhar, Juz XV, Hal 46
94
Tafsir Al-Azhar, Juz XXIV, Hal 35
68
yang ada di dalam
setiap dada. 95
Dan barangsiapa Lukman : 23 ُﻚ ُﻛ ۡﻔ ُﺮ ۚ ٓۥه
َ َو َﻣﻦ َﻛﻔَ َﺮ ﻓَ َﻼ ﯾَ ۡﺤ ُﺰﻧ
yang tidak mau
percaya, janganlah
menyedihkan engkau
إِﻟَ ۡﯿﻨَﺎ َﻣ ۡﺮ ِﺟ ُﻌﮭُﻢۡ ﻓَﻨُﻨَﺒﱢﺌُﮭُﻢ ﺑِ َﻤﺎ
kekafirannya itu.
ۚ
Kepada Kamilah ِ َ َﻋﻠِﯿ ۢ ُﻢ ﺑِ َﺬا#إِ ﱠن ٱ ﱠ
ت َﻋ ِﻤﻠُ ٓﻮ ْا
tempat kembali
mereka, maka akan
ِ ٱﻟﺼﱡ ُﺪ
٢٣ ور
Kami beritakan
kepada mereka apa
yang telah mereka
perbuat.
Sesungguhnya Allah
adalah Maha
Mengertahui segala
yang tersimpan di
dada. 96
Seketika saudara ﻋﯿﻦ Thaha : 40 َ ُإِ ۡذ ﺗَﻤۡ ِﺸ ٓﻲ أُ ۡﺧﺘ
ﻚ ﻓَﺘَﻘُﻮ ُل ھ َۡﻞ
perempuanmu
berjalan, lalu dia
berkata: Sudikah
ُﯾَ ۡﻜﻔُﻠُ ۖﮫۥ َﻣﻦ َﻋﻠَ ٰﻰ ۡأَ ُدﻟﱡ ُﻜﻢ
kalian aku tunjukkan
atas orang yang akan ﻚ َﻛ ۡﻲ ﺗَﻘَ ﱠﺮ َ َﻓَ َﺮ َﺟ ۡﻌ ٰﻨ
َ ﻚ إِﻟَ ٰ ٓﻰ أُ ﱢﻣ
mengasuhnya? Lalu
Kami kembalikanlah َﻋ َۡﯿﻨُﮭَﺎ َو َﻻ ﺗ َۡﺤ َﺰ ۚنَ َوﻗَﺘ َۡﻠﺖ
engkau kepada
ٱ ۡﻟ َﻐ ﱢﻢ َ َﻧ َۡﻔﺴٗ ﺎ ﻓَﻨَﺠ ۡﱠﯿ ٰﻨ
ibumu, agar
senanglah hatinya
َﻚ ِﻣﻦ
dan tidak dia
berdukacita lagi. َﻮﻧ ۚﺎ ﻓَﻠَﺒِ ۡﺜﺖَ ِﺳﻨِﯿﻦ َ َوﻓَﺘَ ٰﻨﱠ
ٗ ُﻚ ﻓُﺘ
Lalu engkau bunuh
satu orang. Maka
95
Tafsir Al-Azhar, Juz XII, Hal 7
96
Tafsir Al Azhar, Juz XXI, Hal 138
69
Kami lepaskan ﻓِ ٓﻲ أَ ۡھ ِﻞ َﻣ ۡﺪﯾَﻦَ ﺛُ ﱠﻢ ِﺟ ۡﺌﺖَ َﻋﻠَ ٰﻰ
engkau dari
kesusahan, dan Kami
percobai engkau
٤٠ ﻗَﺪ َٖر ٰﯾَ ُﻤﻮ َﺳ ٰﻰ
dengan berbagai
percobaan, lalu
tinggallah engkau
beberapa tahun di
antara penduduk
Madyan. Kemudian
engkau pun datang
menurut waktu yang
telah ditentukan, hai
Musa.97
Dan berkatalah istri Al-Qashash : 9 َﻓِ ۡﺮﻋ َۡﻮن ُ َٱﻣۡ َﺮأ
ت ِ ََوﻗَﺎﻟ
ﺖ
fir’aun (Dia) biji
mata untukku dan
untuk engkau, jangan َ ۖ َﱠت ﻋ َۡﯿ ٖﻦ ﻟﱢﻲ َوﻟ
ﻚ َﻻ ُ ﻗُﺮ
engkau bunuh dia.
Mudah- mudahan
akan ada manfaat ﺗ َۡﻘﺘُﻠُﻮهُ َﻋ َﺴ ٰ ٓﻰ أَن ﯾَﻨﻔَ َﻌﻨَﺎٓ أَ ۡو
untuk kita atau kita
ambil dia jadi anak; َﻧَﺘﱠ ِﺨ َﺬهۥُ َوﻟَ ٗﺪا َوھُﻢۡ َﻻ ﯾَ ۡﺸ ُﻌﺮُون
dan meraka tidaklah
menyadari 98
٩
Dan orang-orang أﻋﯿﻦ Al-Furqan : 74 َوٱﻟﱠ ِﺬﯾﻦَ ﯾَﻘُﻮﻟُﻮنَ َرﺑﱠﻨَﺎ ھ َۡﺐ ﻟَﻨَﺎ
yang berkata: Ya
Tuhan kami,
anugerahilah kiranya
َِﻣ ۡﻦ أَ ۡز ٰ َو ِﺟﻨَﺎ َو ُذرﱢ ٰﯾﱠﺘِﻨَﺎ ﻗُ ﱠﺮة
kami ini dari isteri-
isteri dan keturunan أَ ۡﻋﯿ ُٖﻦ َوٱ ۡﺟ َﻌ ۡﻠﻨَﺎ ﻟِ ۡﻠ ُﻤﺘﱠﻘِﯿﻦَ إِ َﻣﺎ ًﻣﺎ
kami yang menjadi
cahayamata, dan
jadikanlah kiranya
97
Tafsir Al-Azhar, Juz XVI, Hal 149
98
Tafsir Al-Azhar, Juz XX, Hal 20
70
kami ini menjadi ٧٤
Imam ikutan
daripada orang-orang
yang bertakwa
kepada Engkau.99
Engkau tangguhkan Al-Ahzab : 51 ۞ﺗُ ۡﺮ ِﺟﻲ َﻣﻦ ﺗَ َﺸﺎٓ ُء ِﻣ ۡﻨﮭ ﱠُﻦ
siapa yang engkau
99
Tafsir Al-Azhar, Juz XIX, Hal 42
100
Tafsir Al-Azhar, .Juz XXI, Hal 65
71
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah penulis analisis terjemahan kata Qalb terdapat pada tafsir Al-Azhar memiliki
5 sumber kata; Qalb, Fuadun, Nafs, Shadrun, dan ‘‘ain. Yang terdapat di 25 ayat.
Akan tetapi tidak dari semua ayat yang menggunakan 5 kata diatas terjemahkan
denag kata hati, Abuya Hamka melihat fungsi dari kata di atas memlalui konteks
semakin banyak kita menemukan komponen makna dalam satu kata, akan semakin
jelas definisinya, seperti kata Qalb adalah kata yang sering digunakan untuk
kebahagian, kegembiraan, kata shadr adalah bentuk penjelasan dari hati yang
menggambarkan hati yang sedang ‘terbakar’ emosi, baik emosi marah, sedih, senang,
frustasi, dan sebag’ainya, kata nafs banyak di gunakan dalam konteks seorang hamba
72
meminta kepada Allah dengan meminta belas kasih, ketidak berdayaan diri atau
B. SARAN
Penelitian dalam skripsi yang berjudul ‘Medan Makna dalam Terjemahan Kata Qalb
di dalam Tafsir al-Azhar’ ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi dalam
peneliti menyadari bahwa di dalam penelitian ini masih terdapat kesalahan dan
Di samping itu, peneliti berharap agar hasil penelitian yang tertuang dalam
skripsi ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan baik bagi kalangan
73
Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003.
2005.
1972.
Verhaar J.M.W. Pengantar Linguistik. Jakarta: Gajah Mada University Press, 1999.
Gorys Keraf, Tata bahasa Bahasa Indonesia: untuk Tingkat Pendidikan Menengah.
Umar, Ahmad Mukhtar. ‘Ilmu ad-Dilalah. Kuwait: Maktabah dar al-Gurubah li an-
Yusuf, M. Yunan. Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Penamadani, 2003.
Cet. II.
Sides Sudyarto DS, “Hamka, Realisme Religius”, dalam Nasir Tamara, dkk., Hamka di
Burdah, Ibnu, Menjadi Penerjemah: Metode dan Wawasan Menerjemah Teks Arab,
http://file.upi.edu/Direktori/DUALMODE/KEBAHASAAN%201/BBM%2017.pdf,