Anda di halaman 1dari 37

NILAI NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM SENI KEBUDAYAAN

MADIHIN PADA MASYARAKAT BANJAR

SKRIPSI

Oleh :
AHMAD RIDANI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARMASIN
TAHUN 2023 M/1444 H

1
NILAI NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM SENI KEBUDAYAAN
MADIHIN PADA MASYARAKAT BANJAR

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan

Oleh :
AHMAD RIDANI
NIM. 190101010499

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARMASIN
TAHUN 2023 M/1444 H

2
KATA PENGANTAR

‫ِبْس ِم اِهلل الَّر َمْحِن الَّر ِح ْيِم‬


‫ َالَّص َالُةَو الَّسَالُم َع َلى اْش َر ِف اَألْنِبَياِء َو اْلُمْر َس ِلَن َس ِّيِد َناَو َمْو اَل َن َحُمَّم ٍد وَعَلى‬, ‫اَحْلْم ُد ِلَّلِه َر ِّب اْلَعاَلِم َنْي‬
‫ َاَّم ا َبْع ُد‬. ‫َاِلِه َو َاْص َح ِبِه َاَمْجِعَنْي‬
Segala Puji Bagi Allah SWT. Tuhan seru sekalian alam. Sholawat dan

salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Yang telah menunjukkan

jalan keselamatan dunia dan akhirat.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah Skripsi

di Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Antasari

Banjarmasin. Karya ini tidak akan selesai tanpa orang-orang tercinta di sekeliling

saya yang mendukung dan membantu. Terima kasih saya sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. H. Hamdan, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

UIN Antasari Banjarmasin yang berkenan menerima dan menyetujui judul

skripsi ini.

2. Ibu Dr. Hj. Suraijiah, M. Pd dan Bapak Muhammad Adli Nurul Ihsan, M.

Pd.I selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Antasari Banjarmasin, yang

memberikan arahan penulisan skripsi yang sesuai dengan pengembangan

program studi.

3. Bapak Dr. H. Surawardi, S.Ag, M. selaku Dosen Pembimbing Akademik

sekaligus Pembimbing Skripsi yang telah banyak membimbing dan

mengajarkan ilmu dan layanan yang baik selama penulis berstudi.

3
4. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Antasari

Banjarmasin yang telah banyak mengajarkan ilmu dan layanan yang baik

selama penulis berstudi.

5. Bapak Dr. Saifuddin, M. Ag, selaku kepala perpustakaan UIN Antasari

Banjarmasin dan seluruh staf yang telah memberikan layanan baik kepada

penulis dalam mendapatkan buku-buku yang diperlukan

6. Ustadz K.H. Muhammad Sayuti Rahmani selaku pimpinan majelis Az-zauqi

yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian dank elengkapan

data penelitian.

7. Semua pihak yang telah ikut berjasa dalam penyusunan skripsi ini yang

mohon maaf tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

8. Tidak lupa juga rasa sayang dan terimakasih peneliti haturkan kepada ayah

dan ibu yang senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan dalam

menyelesaikan pendidikan di strata 1 ini.

Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapat berkah dari

Allah Swt.

Atas segala bantuan, bimbingan, arahan, dan partisipasinya semoga

mendapat pahala dan kebaikan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Aamiin Ya Rabbal’alamin.

Banjarmasin, 09 Rabiul Awal 1445 H


25 September 2023 M

Penulis

4
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA

A. Konsonan
Dalam sistem tulisan Arab, fonem konsonan diwakili oleh huruf.
Sedangkan sebagian transliterasi menggunakan lambang huruf, sebagian sebagian
lagi menggunakan tanda, dan sebagian lainnya menggunakan lambang huruf dan
tanda secara bersamaan. Pada terbitan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama
RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543
b/U/1987 tanggal 22 Januari 1988, yakni:

1. Konsonan Tunggal
Huruf Nama Huruf Latin Nama
Arab

‫أ‬ Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

‫ب‬ Ba B Be

‫ت‬ Ta T Te

‫ث‬ Ṡa ṡ es (dengan titik di atas)

‫ج‬ Jim J Je

‫ح‬ Ḥa ḥ ha (dengan titik di bawah)

‫خ‬ Kha Kh ka dan ha

‫د‬ Dal D De

5
‫ذ‬ Żal Ż Zet (dengan titik di atas)

‫ر‬ Ra R Er

‫ز‬ Zai Z Zet

‫س‬ Sin S Es

‫ش‬ Syin Sy es dan ye

‫ص‬ Ṣad ṣ es (dengan titik di bawah)

‫ض‬ Ḍad ḍ de (dengan titik di bawah)

‫ط‬ Ṭa ṭ te (dengan titik di bawah)

‫ظ‬ Ẓa ẓ zet (dengan titik di bawah)

‫ع‬ `ain ` koma terbalik (di atas)

‫غ‬ Gain G Ge

‫ف‬ Fa F Ef

‫ق‬ Qaf Q Ki

‫ك‬ Kaf K Ka

6
‫ل‬ Lam L El

‫م‬ Mim M Em

‫ن‬ Nun N En

‫و‬ Wau W We

‫ﮬ‬ Ha H Ha

‫ء‬ Hamzah ‘ Apostrof

‫ي‬ Ya Y Ye

B. Vokal
1. Vokal Tunggal
Berikut adalah transliterasi vokal tunggal dalam bahasa Arab yang
dilambangkan oleh tanda ataupun harakat:

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

‫ﹷ‬ Fathah A A

‫ﹻ‬ Kasrah I I

‫ﹹ‬ Dammah U U

2. Vokal Rangkap

7
Berikut adalah transliterasi vokal rangkap dalam bahasa Arab yang
dilambangkan oleh hasil kombinasi dari harakat dan huruf:

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

‫ْي‬.َ..
Fathah dan ya Ai a dan u

‫ْو‬.َ..
Fathah dan wau Au a dan u

C. Kata Sandang
Sebagai kata sandang yang dilambangkan dengan huruf dalam transliterasi

bahasa arab, ‫ ال‬dibedakan menjadi beberapa jenis. Uraian tentang jenis-jenisnya


adalah sebagai berikut:

1. ‫ال‬ yang diikuti oleh huruf syamsiyah

Transliterasi dari kata sandang ini disesuaikan dengan bunyinya. Huruf “‫”ا‬
digantikan oleh huruf yang tepat berada setelah kata sandang tersebut.

2. ‫ ال‬yang diikuti oleh huruf qamariyah


Transliterasi dari kata sandang ini disesuaikan dengan ketetapan yang telah
ditentukam di depannya serta disesuaikan dengan bunyinya.
Kata sandang dituliskan memisah dari kata yang mengikuti serta dikaitkan
tanpa sempang. Baik setelahnya adalah huruf syamsiyah ataupun qamariyah.
Contohnya:

-
‫الَّر ُج ُل‬ ar-rajulu

-
‫اْلَق َلُم‬ al-qalamu

-
‫الَّش ْم ُس‬ asy-syamsu

- ‫اَجْلَالُل‬ al-jalālu

8
D. Syaddah (Tasydid)
Dalam tulisan Arab, transliterasi dari tanda syaddah (tasydid) ialah huruf
yang sama dengan huruf dari yang diberi tanda syaddah tersebut.

E. Ta Marbuthah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûthah terdapat pada
kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/
(lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûthah tersebut
diikuti oleh kata sifat (na‘t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûthah
tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi
huruf /t/ (lihat contoh 3).

No. Kata Arab Alih Aksara

1 ‫َطِر ْيَق ة‬ Tharîqah

2 ‫اَجْلاِم َعة اِأْل ْس اَل ِم َّية‬ Al-Jâmî’ah al-Islâmiyyah

3 ‫َو ْح َد ة اْلُو ُجْو د‬ Wahdah al-Wujûd

F. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam
alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan
yang berlaku dalam ejaan Bahasa Indonesia, antara lain untuk menuliskan
permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain.
Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf
kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata
sandangnya. Contoh: al-Ghazali bukan Al-Ghazali, al-Banjari bukan Al-Banjari.
Beberapa ketentuan lain dalam PUEBI sebetulnya juga dapat diterapkan
dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic)

9
atau cetak tebal (bold). Jika menurut PUEBI, judul buku itu ditulis dengan cetak
miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya, demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari
Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya
berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak ‘Abd
al-Samad al-Palimbani, Nuruddin al-Raniri, tidak Nur al-Dîn al-Raniri

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan sangat penting dalam perjalanan hidup manusia. Proses pendidikan
berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan
keduanya pada hakekatnya adalah kesatuan proses. Ini berarti bahwa seluruh
proses hidup dan kehidupan manusia adalah proses pendidikan1
Allah SWT menegaskan dalam firman QS. Ali Imran ayat 190-191 :

‫ِإَّن ِفى َخ ْلِق ٱلَّس َٰم َٰو ِت َو ٱَأْلْر ِض َو ٱْخ ِتَٰل ِف ٱَّلْيِل َو ٱلَّنَهاِر َل َء اَٰي ٍت ُأِّل۟و ِلى‬
‫ َّلِذ ْيَن َيْذ ُك ُر ْو َن َهّٰللا ِقَياًم ا َّو ُقُعْو ًد ا َّو َع ٰل ى ُج ُنْو ِبِهْم َو َيَتَفَّك ُر ْو َن‬١٩٠ ‫ٱَأْلْلَٰب ِب‬

10
‫ِفْي َخ ْلِق الَّس ٰم ٰو ِت َو اَاْلْر ِۚض َر َّبَنا َم ا َخ َلْقَت ٰه َذ ا َباِط ۚاًل ُسْبٰح َنَك َفِقَنا َع َذ اَب‬
١٩١ ‫الَّناِر‬
Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa segala yang diciptakan tidaklah sia-
sia karena keseluruhannya mengandung unsur pendidikan. Pendidikan islam
adalah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan pola ajaran agama islam.
Karena ajaran agama islam berdasarkan pada Al-Qur’an, sunah, pendapat ulama
serta warisan sejarah. Maka pendidikan islam sendiri harus berdasarkan Al-
Qur’an, sunah, pendapat ulama dan warisan sejarah. 2 Agar pendidikan bisa
berjalan dengan lancar maka diperlukannya manusia sebagai pelaku dalam proses
pendidikan. Manusia adalah makhluk pedagogik, yaitu ciptaan Allah SWT yang
berpotensi untuk di didik dan mampu mendidik sehingga menjadi
Kemajuan yang begitu pesat akibat dari pengaruh globalisasi yang
melanda diberbagai belahan dunia terutama Negara-negara yang sedang
berkembang banyak menimbulkan dampak positif maupun negatif. Dampak
negatif dari perubahan dan perkembangan tersebut salah satunya ialah condong
pada budaya Barat sehingga budaya lokal sering ditinggalkan, seperti
berkurangnya nilai-nilai keagamaan, khalifah di muka bumi yang bertugas sebagai
pendukung dan pengemban kebudayaan.
Pendidikan tidak hanya terbatas dalam pembelajaran formal seperti
sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama(SMP), sekolah menengah
atas(SMA) sarjana dan seterusnya. Tetapi ada banyak proses pendidikan yang di
dapat dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat adalah sekelompok orang
yang selalu berhubungan (berinteraksi). “Menurut Selo Soemarjan mengartikan
masyarakat sebagai orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan
kebudayaan.”2
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kebudayaan berarti hasil kegiatan
dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian dan adat

2
3Bambang Tejokusumo, Dinamika Masyarakat Sebagai Sumber Belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial, Dalam Jurnal Geoedukasi Vol. 3 No. 1, Maret 2014. Diakses Pada Tanggal 12
Desember 2022 Jam 13.00 Wita

11
3
istiadat. Mengenai masalah tentang kebudayaan pada penelitian ini penulis
mengaitkan nilai nilai pendidikan islam pada kebudayaan Madihin di masyarakat
banjar.
Madihin Menurut keterangan berbagai sumber asal kata madihin dari kata
madah, sejenis puisi lama dalam sastra Indonesia karena ia menyanyikan syair-
syair yang berasal dari kalimat akhir bersamaan bunyi. Madah bias juga diartikan
sebagai kalimat pujipujian (bahasa-Arab) hal ini bias dilihat dari kandungan kosa
kata atau kalimat dalam madihin yang kadangkala berupa puji-pujian. Sedangkan
pendapat lain mengatakan kata madihin berasal dari bahasa Banjar yaitu
papadahan atau mamadahi (member nasihat), pendapat ini juga bias dibenarkan
karena isi dari syairnya sering berisi nasihat. 4 Oleh karena itu puisi rakyat anonim
bergenre Madihin ini cuma ada di kalangan etnis masyarakat Banjar di
Kalimantan Selatan. Sehubungan dengan itu, definisi Madihin akan lebih tepat
dirumuskan dengan cara mengadopsinya dari khasanah kebudayaan/folklor etnis
masyarakat Banjar. Dalam hal ini Tajuddin Noor Ganie yang dikutip oleh Abdul
Jebar Hapip memberikan definisi tentang madihin dengan rumusan sebagai
berikut: puisi rakyat anonim bertipe hiburan yang dilisankan atau dituliskan dalam
bahasa Banjar dengan bentuk fisik dan bentuk mental tertentu sesuai dengan
konvensi yang berlaku secara khusus dalam khasanahfolklor masyarakat Banjar di
Kalimantan Selatan. Struktur pergelaran sudah baku, 5 madihin bisa dilihat sebagai
salah satu sastera lisan Banjar di Kalimantan Selatan mempunyai ciri dan struktur
pementasan yang khas. Kekhasan itu terlihat dari pantun madihin yang boleh
juga menggunakan syair dalam pementasannya.
Struktur pementasan madihin meliputi pembukaan, memasang tabi,
menguran, dan penutup. Kreativiti pemain madihin dalam membuat pantun
madihin dan kemahiran memukul terbang (sejenis rebana) sangat diperlukan.
Dalam hal pembangunan dan pembinaan madihin, pemerintah daerah, agensi

3
Depertemen Pendidikan Dan Kebudayan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : PT
Balai Pustaka, 2002) Hal 170.
4
Syahriansyah, Sejarah Kesultanan dan Budaya Banjar, (Banjarmasin, IAIN Antasari
Press, 2015) h. 131.
5
Ahmad Sya’rani, Kajian Sufistik Terhadap Madihin Sebagai Media Penyampaian
Pesan-Pesan Spiritual

12
berkaitan, dan masyarakat termasuk institusi pendidikan dan media televisi sangat
menyokong usaha mempertahankan dan pemuliharaan pantun madihin. 6 karena
madihin ini merupakan kesenian sastra lisan banjar yang banyak papadah
(nasehat) yang mana awal mula madihin ini dipergunakan Kita sebagai mahasiswa
disini memegang peranan yang sangat penting dalam melestarikan dan menjaga
kesenian banjar madihin. Karena dalam madihin bisa sebagai media dalam
memenuhi tujuan yang ingin dicapai dari Tri Dharma untuk terbentuknya
kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan sosial serta
hamba Tuhan yang mengabdikan diri kepada-Nya.
Begitu pentingnya pembentukanan moral dalam kehidupan seseorang,
keluarga, dan bangsa sehingga pemerintah menetapkan suatu tujuan pendidikan
nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun
2003 tentang Pendidikan Nasional yang berbunyi: Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Sesuai dengan tujuan tersebut, maka setiap arah dan tujuan pendidikan di
Indonesia diupayakan untuk membentuk pribadi yang tidak hanya cerdas dalam
intelektual, tapi juga memiliki kepribadian yang mulia serta beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dan didalam kesenian madihin banjar terdapat
papadah banjar yang berisi nilai nilai pendidikan yang dapat kita gunakan untuk
mencapai apa yang tertera diatas.
Dalam madihin terdapat Papadah banjar Berdasarkan hasil analisis
terdapat papadah yang menggambarkan hubungan manusia dengan manusia, dan
manusia dengan sang pencipta. Kesemua kaitan ini pada akhirnya
mengungkapkan suatu konsep berkehidupan yang terkandung dalam papadah
Banjar. Dalam papadah banjar terdapat konsep yang bagus di terapkan dalam

6
M. Rafiek, Pantun Madihin: Kajian Ciri, Struktur Pementasan, Kreativiti Pemadihinan,
Pembangunan dan Pembinaannya di Kalimantan Selatan, Vol. 2, Bil. 2 (Nov. 2012): 104-114

13
berkehidupan baik konsep Moral, bertingkah laku, etos kerja, maupun keagamaan.
Kita contohkan dalam madihin ada papadah, Urang Tuha jangan diulah papainan
“Orang Tua jangan dipermainkan” Papadah ini adalah sebuah nasihat, bahwa
jangan mempermainkan orang tua karena bisa mengakibatkan hal yang tidak
diinginkan. Mempermainkan orang tua juga merupakan perbuatan tidak terpuji.
Adat masyarakat Banjar sangat menjunjung tinggi sikap menghormati orang yang
lebih tua dan banyak lagi papadah banjar yangg berisi nasehat dalam
berkehidupan.
Dalam hal ini kesenian madihin merupakan salah satu media yang dapat
digunakan dalam aktualisasi papadah banjar yang berisi nasehat dalam
berkehidupan yang meliputi nilai sopan santun, akhlak, keagamaan, moral serta
menghidupkan kembali kebudayaan yang mulai memudar, oleh karena itu peneliti
merasa ingin menggali pengetahuan lebih jauh lagi tentang kebudayaan banjar
madihin, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “NILAI
NILAI PENDIDIKAN ISLAM MADIHIN DALAM SENI KEBUDAYAAN
MADIHIN PADA MASYARAKAT BANJAR”.

B. Definisi Operasional
Untuk memperjelas maksud judul penelitian, berikut disajikan definisi
operasional dari istilah-istilah yang menjadi kata kunci dalam judul penelitian ini,
sebagai berikut:
1. Nilai-Nilai
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas,
dan berguna bagi kehidupan manusia. Sesuatu yang bernilai itu pasti berharga
dan berguna bagi manusia. Jadi nilai yang dimaksud disini adalah hal-hal yang
berguna atau bermakna dalam suatu tradisi tersebut.
2. Pendidikan Islam

14
Pendidikan adalah suatu proses penanaman sesuatu kedalam diri
manusia. Pendidikan islam adalah pendidikan yang “berwarna” islam. Maka
pendidikan Islami adalah pendidikan yang berdasarkan ajaran islam. Dengan
demikian nilai-nilai ajaran Islam itu sangat mewarnai dan mendasari seluruh
proses pendidikan.
3. Kebudayaan
Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dihasilkan manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya baik berupa ide-ide, sikap, perilaku maupun
benda benda yang dijadikan milik bersama melalui proses belajar serta yang
diwariskan dari generasi yang satu kepada generasi berikutnya.
4. Madihin
Asal kata madihin dari kata madah, sejenis puisi lama dalam sastra
Indonesia karena ia menyanyikan syair-syair yang berasal dari kalimat akhir
bersamaan bunyi. Madah bias juga diartikan sebagai kalimat pujipujian
(bahasa-Arab) hal ini bias dilihat dari kandungan kosa kata atau kalimat dalam
madihin yang kadangkala berupa puji- pujian. Sedangkan pendapat lain
mengatakan kata madihin berasal dari bahasa Banjar yaitu papadahan atau
mamadahi (member nasihat), pendapat ini juga bias dibenarkan karena isi dari
syairnya sering berisi nasihat.7 Madihin dimainkan dengan iringan tarbang
atau gendang khusus madihin yang mana yang memainkanyapun adlah sang
penyairnya juga.
5. Masyarakat Banjar
Masyarakat yang Berada di wilayah kalimantan selatan terkhusus di
daerah Banjarmasin dan sekitarnya dan pada penelitian kali ini saya
mengambil bebrapa tempat untuk hasil observasi antara lain: Banjar. Desa
Handil Babirik,

C. Fokus Penelitian

7
Syahriansyah, Sejarah Kesultanan dan Budaya Banjar, (Banjarmasin, IAIN Antasari
Press, 2015) h. 131

15
Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah Aktualisasi Papadah Banjar
Madihin Dalam Seni Kebudayaan Banjar Madihin Di Desa Handil Babirik
Kecamatan Bumi Makmur Kabupaten Tanah Laut yang meliputi:
1. pelaksanaan kesenian madihin pada masyarakat banjar.
2. Nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam seni kebudayaan banjar
madihin di masyarakat banjar.

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui:
1. Tata cara pelaksanaan kesenian madihin pada masyarakat banjar.
2. Nilai-Nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam seni kebudayaan
banjar madihin pada masyarakat banjar.

E. Alasan Memilih Judul


Adapun alasan memilih judul diatas dalam penelitian ini adalah:
1. Peneliti ingin mengetahui lebih mendalam tentang kesenian madihin pada
masyarakat banjar.
2. Peneliti juga ingin mengetahui lebih dalam tentang madihin, agar seni
kebudayaan madihin tetap lestari dan tidak punah.
3. Peneliti ingin memberikan contoh bagi dunia pendidikan Islam lebih
khususnya konsentrasi SKI supaya lebih banyak peminatnya serta
termotivasi dan menyukai penelitian yang berhubungan dengan sejarah
Islam tersebut.

F. Signifikansi Penelitian
1. Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi
bagi para calon guru sejarah, guru seni, atau seniman mengenai Seni
Kebudayaan Banjar Madihin Di Desa Handil Babirik Kecamatan Bumi
Makmur Kabupaten Tanah Laut. yang akan terjun langsung kemasyarakat.

16
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca,
adapun manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut:
a. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat tentang papadah banjar
dalam Seni Kebudayaan Banjar Madihin Di Madihin pada Masyarakat
Banjar.
b. Sumbangan pemikiran yang mengungkap Tentang Nilai Nilai
Pendidikan Islam Madihin dalam kebudayaan Banjar Pada Masyarakat
Banjar.
c. Sebagai bahan informasi kepada pembaca untuk menambah wawasan
dan pengetahuan tentang Nilai-Nilai Pendidikan Islam Madihin dalam
kebudayaan Banjar Pada Masyarakat Banjar.
d. Sebagai bahan rekomendasi dalam memperkuat ketahanan tradisi
dalam menghadapi tantangan budaya global.

G. Penelitian Terdahulu
Dalam melakukan tinjauan awal, penulis menemukan penelitian yang
releven dengan penelitian yang dilakukan penulis, yaitu :
1. Skripsi Oleh IQLIMA NIM: 1301210449 “NILAI-NILAI PENDIDIKAN
ISLAM DALAM SYAIR SENI MADIHIN SYAHRANI” Skripsi
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui nilai nilai pendidikan islam dalam syair
madihin bapak Syahrani. Yang membedakan antara penelitian ini dengan
penelitian yg di tulis penulis adalah mengenai objek penelitian yang mana
pada penelitian yang di tulis Iqlima mengenai nilai pendidikan islam yang
di bawakan Bapak syahrani sedangkan pada penelitian penulis sekarang
mengenai nilai nilai pendidikan madihin yang di dapatkan dalam kesenian
madihin di masyarakat banjar.
2. Skripsi oleh Waladun Shaleh NIM:170102010183 “PENGGUNAAN
SENI MADIHIN DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

17
MATERI PENGERTIAN NAJIS DAN HADAS KELAS VII MTS
DARUL ILMI” Skripsi Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan, Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari
Banjarmasin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas
penggunaan seni madihin dalam pembelajaran tentang Fiqih di MTS
DARUL ILMI. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang
penulis buat adalah dari pembahasan serta objek penelitian.
3. Skripsi oleh Ika Susanti, NIM : 170102010329, judul “Nilai-Nilai
Pendiidkan Islam Dalam Budaya Sinoman Hadrah Di Angkatan Muda
Sabilal Muhtadin (AMSM) Banjarmasin. Skripsi Fakultas Tarbiyah Dan
Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Negeri
(UIN) Antasari Banjarmasin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana pelaksanaan budaya sinoman hadrah yang terdapat pada
angkatan muda sabilal muhtaddin dan nilai-nilai islami yang terdapat
dalam budaya sinoman hadrah di angkatan muda sabilal muhtaddin. Yang
membedakan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan
penulis terdapat dalam tradisi atau budaya yang di teliti. Peneliti
sebelumnya meneliti budaya sinoman hadrah sedangkan penulis meneliti
tentang tradisi kebudayaan Madihin pada masyarakat banjar.

H. Sistematika penulisan
Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh terhadap skripsi ini, maka
perlu dijelaskan bahwa skripsi ini terdiri atas tiga bagian yaitu bagian awal, bagian
utama dan bagian akhir. Bagian awal terdiri atas halaman judul, halaman nota
pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata
pengantar, daftar isi, bagian inti atau bagian utama terdiri dari lima BAB, yaitu:

18
BAB I: Pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah, definisi
operasional, rumusan masalah, tujuan penelitian, alasan memilih judul,
signifikansi penelitian, penelitian terdahulu dan sistematika penulisan.
BAB II: Landasan teori, pada bab ini berisi tentang: Tradisi seni budaya ,
pengertian papadah banjar, tujuan, nilai pendidikan Islam.
BAB III: Metode penelitian yang terdiri atas jenis dan pendekatan
penelitian, subjek dan objek dan penelitian, data dan sumber data teknik
pengumpulan data, teknik pengelolaan data dan analisis data dan prosedur
penelitian.

19
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Nilai-Nilai Pendidikan Islam


1. Pengertian Nilai
Secara etimologis, nilai berasal dari bahasa inggris value yang berarti
kuat, baik, berharga. Secara sederhana nilai adalah sesuatu yang berharga baik
menurut standar logika, estetika, etika, agama, hukum, dan menjadi acuan
keyakinan diri maupun kehidupan.8 Sesuatu memiliki nilai apabila mempunyai
manfaat bagi manusia yang berfungsi sebagai pemberikan penilaian. Bernilai
atau tidaknya sesuatu bergantung pada seberapa jauh ia dapat memenuhi
kepentingan manusia secara lahir dan batin. Jadi, nilai merupakan sesuatu
yang memiliki kualitas.
Nilai merupakan kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu bisa
disukai, diinginkan, bergunam dan dihargai sehingga dapat menjadi objek bagi
kepentingan tertentu. Nilai juga merupakan sesuatu yang memberi makna
dalam hidup, yang memberikan dalam hidup titik tolak, isi, dan tujuan. Nilai
artinya sifat-sifat yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.
2. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan adalah usaha atau proses yang ditujukan untuk membina
kualitas sumber daya manusia seutuhnya agar bisa melakukan perannya dalam
kehidupan secara optimal. Adapun pengetian islam berasal dari bahasa arab
aslama yuslimu islaman yang berarti berserah diri, patuh dan tunduk. Dan
selanjutnya islam menjadi nama suatu agama yang ajaranya diwahyukan
Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW.9
Pengertian pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara
dan mengemban fitrah manusia serta sumber daya manusia yang ada padanya
menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma

8
Suyatno, Nilai, Norma, Moral, Etika dan Pandangan Hidup Perlu Dipahami oleh Setiap
Warga Negara dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, PKn Progresif 7 (1) Juni 2012, h. 36.
9
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2009), h.
338- 339.

20
Islam.10 Sedangkan menurut Ahmad Tafsir pendidikan Islam adalah sebuah
proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya;
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan serta mampu mewujudkan eksistensinya
sebagai khalifah Allah dimuka bumi, yang berdasarkan ajaran Islam Al-
Qur’an dan As-Sunnah sehingga terwujudnya insan-insan kamil setelah proses
pendidikan berakhir.11 Pendidikan Islam memerlukan usaha, kegiatan, cara,
alat, dan lingkungan hidup untuk mewujudkannya supaya bisa menunjang
keberhasilannya. Hakikat pendidikan Islam adalah membentuk kepribadian
muslim yang tidak hanya bersifat teoritis akan tetapi juga bersifat praktis
sehingga yang terjadi dalam pendidikan Islam adalah pendidikan iman dan
amal saleh. Ajaran Islam berisi tentang sikap dan tingkah laku pribadi
masyarakat menuju kesejahteraan hidup individu maupun masyarakat.
3. Pengertian Nilai-Nilai Pendidikan Islam
Menurut Ali Sarwan, nilai pendidikan Islam adalah ciri-ciri atau sifat
khas Islami yang dimiliki sistem pendidikan Islam. Rajab Dauri mengatakan
nilai-nilai pendidikan Islam adalah corak atau sifat yang melekat pada
pendidikan Islam. Sedangkan Ruqaiyah M. berpendapat nilai-nilai pendidikan
Islam adalah ada pada determinasi yang terdiri dari cara pandang, aturan dan
norma yang ada pada pendidikan Islam yang selalu berkaitan dengan akidah,
ibadah, syariah, dan akhlak. Dengan demikian dapat dipahami bahwa nilainilai
pendidikan Islam adalah ciri khas, sifat yang melekat yang terdiri dari aturan
dan cara pandang yang dianut oleh agama Islam.12
Nilai pendidikan Islam adalah sejumlah sifat-sifat dan ide yang penting
dan berguna bagi manusia yang didapatkan dari proses pengembangan pribadi
melalui proses pengajaran, pelatihan, pengalaman, pewarisan, atau
pembudayaan dari generasi ke generasi sehingga terjadi perubahan sikap dan
tingkah laku yang mendarah daging untuk melaksanakan perbuatan

10
Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam Paradikma Humanism Teosentris, (Yogyakarta:
Pustaka belajar, 2005), h. 122.
11
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosydakarya, 2005), h. 1.
12
M. Fitrianor, Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Pelaksanaan Akikah dan Tasmiah di
Kel. Baamang Hulu Kec. Baamang Kab. Kotim, Jurnal studi dan Masyarakat 6 (1) Juni 2012, h.
173.

21
berdasarkan nilai-nilai dasar Islam yang terkandung dalam Al-Quran dan
Sunnah guna menggapai hakikat manusia.
Nilai-nilai pendidikan Islam pada dasarnya berlandaskan pada nilai-
nilai Islam yang meliputi semua aspek kehidupan, baik itu hubungan manusia
dengan Allah swt, hubungan manusia dengan manusia, maupun hubungan
manusia dengan lingkungannya.
Nilai-nilai Islam pada hakekatnya adalah kumpulan prinsip dan juga
ajaran yang menjadi acuan manusia untuk menjalankan kehidupan sebagia
khalifah di dunia.
Nilai-nilai pendidikan Islam yang dimaksud adalah nilai-nilai
keimanan (akidah), nilai-nilai ibadah dan nilai-nilai akhlak.
a. Nilai Akidah
Pengertian aqidah secara etimologi adalah bentuk masdar dari kata
”aqodaya’qidu-aqidan-aqidatan yang berarti simpulan, ikatan, perjanjian,
dan kokoh.13 Dari kata tersebut terbentuk lah akidah. akidah Islam bersifat
murni, baik dalam isi maupun prosesnya, dimana hanyalah Allah yang
wajib diyakini, diakui dan disembah. Akidah dalam Islam. meliputi
keyakinan dalam hati tentang Allah sebagai Tuhan yang wajib disembah,
ucapan dengan lisan dalam bentuk dua kalimah syahadat, dan perbuatan
dengan amal shaleh. Aqidah adalah sesuatu yang perlu dipercayai terlebih
dahulu sebelum yang lainnya. Kepercayaan tersebut hendaklah bulat dan
penuh, tidak tercampur dengan syak, ragu dan kesamaran. Jadi akidah
adalah sebuah konsep yang mengimani manusia seluruh perbuatan dan
prilakunya dan bersumber pada konsepsi tersebut. Akidah Islam
dijabarkan melalui rukun iman dan berbagai cabangnya seperti tauhid
ulluhiyah atau penjauhan diri dari perbuatan syirik, aqidah islam berkaitan
pada keimanan. Penanaman aqidah yang mantap pada diri akan membawa
kepada pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt.
b. Nilai Ibadah

13
Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawir, (Yogyakarta: PP. al-Munawir Krapyak,
1984), h. 1023.

22
Nilai pendidikan ibadah adalah standar atau ukuran seseorang
dalam proses mengamalkan suatu wujud perbuatan yang dilandasi rasa
pengabdian kepada Allah swt. Karena ibadah juga merupakan kewajiban
agama Islam yang tidak bisa dipisahkan dari aspek keimanan, kerena
keimanan merupakan hal yang fundamental, sedangkan ibadah merupakan
manifestasi dari keimanan tersebut. Ibadah merupakan bentuk penyerahan
diri kepada Allah, dilakukan secara sadar dan benar sesuai dengan ajaran
islam. Hal ini merupakan dari implementasi dari pemahaman seorang
hamba bahwa manusia diciptakan untuk menyembah Allah SWT. Ibadah
yang dimaksud disini tidak hanya ibadah yang merupakan suatu kewajiban
semua manusia seperti sholat, puasa dan membayar zakat yang sudah
diatur dan di tetapkan secara rinci oleh Allah SWT, Tetapi memiliki arti
yang lebih umum yaitu ibadah yang yang diizinkan Allah SWT. Segala
sesuatu akan di nilai sebagai ibadah dan memiliki balasan dari Allah SWT
selama itu tidak keluar dari syariat dan ajaran agama Islam.
c. Nilai Akhlak
Istilah akhlak, etika, moral dan karakter kerap digunakan secara
bersamaan. Ditinjau dari segi istilah, para ahli menganggap sama kata-kata
tersebut, yakni berkaitan dengan tingkah laku, kebiasaan, perangai, budi
pekerti dan lainnya yang intinya menunjukkan pada perbuatan seseorang.
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan akhlak dengan budi pekerti,
tabiat, kelakuan dan watak. Secara etimologi Akhlak berasal dari bahasa
Arab, khilqun yang berarti kejadian, perangai, tabiat atau karakter.
Sedangkan terminologi, akhlak adalah sifat yang melekat pada diri
seseorang dan menjadi identitasnya. Selain itu, akhlak dapat pula diartikan
sebagai sifat yang telah dibiasakan, ditabiatkan, didarah dagingkan,
sehingga menjadi kebiasaan dan mudah dilaksanakan, dapat dilihat
indikatornya, dan dapat dirasakan manfaatnya. Akhlak terkait dengan
memberikan penilaian terhadap sesuatu perbuatan dan menyatakan baik
dan buruk.14

14
Zahra Idris, Dasar-Dasar Kependidikan, (Padang: Angkasa Raya, 2005), h. 208.

23
Akhlak merupakan salah satu pilar utama kehidupan masyarakat
sepanjang sejarah. Kita juga membaca sejarah bahwa dalam suatu bangsa
menjadi kokoh apabila di topang dengan akhlak masyarakat yang kokoh,
dan begitu juga. sebaliknya, suatu bangsa akan runtuh ketika akhlak
masyarakatnya rusak. Dengan kata lain akhlak adalah suatu sifat mental
manusia tentang perilaku baik dan buruk dimana hubungannya adalah
dengan Allah SWT (hablu minallah) dan dengan sesama manusia (hablu
minannas). Secara umum akhlak dapat dibagi menjadi tiga ruang lingkup
yaitu: Akhlak kepada Allah SWT, Akhlak kepada sesama manusia, dan
Akhlak kepada lingkungan.

B. Seni Madihin
Madihin adalah salah satu jenis tradisi lisan yang ada di Kalimantan
Selatan. Pada pertunjukannya pamadihin akan melagukan syair atau berpantun
yang diiringi dengan pukulan rebana. Madihin berasal dari kata Madah yang
diartikan sebagai kalimat puji- pujian (bahasa arab) hal ini bisa dilihat dari kalimat
atau syair pada Madihin yang kadang kala berupa puji-pujian. Pendapat lain
mengatakan Madihin berasal dari Bahasa Banjar yaitu papadahan atau mamadahi
(memberi nasihat). Diperkirakan madihin telah ada semenjak Islam menyebar di
Kerajaan Banja yang lahirnya dipengaruhi oleh kasidah.
Fungsi utama kesenian Madihin dulunya untuk menghibur para raja atau
pejabat istana, isi syair atau pantun yang dibawakan berisi puji-pujian kepada
kerajaan. Seiring berjalannya waktu fungsi Madihin menjadi hiburan rakyat di
waktu-waktu tertentu misalnya pengisi hiburan sehabis panen, perkawinan,
khitanan dan acara lainnya. Madihin bisa dibawakan oleh dua sampai empat orang
pamadihinan.15
1. Sejarah Madihin
Seorang seniman Tembilahan, ibu kota kabupaten Indragiri Hilir Riau,
Indra Maulana mengakui seni tradisional suku Banjar seperti mamanda, kuda

15
Widiyanti, Wulan, Wadiyo Wadiyo, and Sunarto Sunarto, “Madihin Ar Rumi:
Kreativitas Musik dan Tindakan Sosial Dalam Penyajiannya” Catharsis 5.2 (2016): 107-113.

24
gepang, balamut, dan madihin cukup berkembang didaerahnya.
Berkembangnya kesenian asal Banjar itu disebabkan hampir 60 peratus
penduduk tempatan adalah berasal dari suku Banjar. Kesenian Banjar
berlangsung di Tembilahan kerana di anggap lebih menarik dan spesifik
berbanding kesenian lain dikawasan tersebut. Ia mencontohkan seni tutur
madihin, sekarang ini selalu digunakan untuk menghibur undangan pada pesta
perkahwinan atau peringatan harihari besar atau untuk hiburan saat panenan
dan acara kenduri lain.
Jhon Tralala atau Yusran Effendi menilai seni tutur khas suku berupa
pantun madihin kini di ambang kehancuran menyusul kian maraknya seni
moden yang melanda kehidupan generasi muda sekarang ini. Ia telah
mengembangkan madihin yang lebih dinamik berbeza dengan madihin era 40-
an dan 50-an kerana memasukkan unsur humor yang lebih dominan. Ismail
menyatakan bahawa madihin ada semenjak akhir abad ke-18 dan memasuki
abad ke-19, pada saat Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari pulang ke benua
Banjar dari menuntut ilmu di tanah suci. Sejak itu pula berkembang seni
madihin yang bernapaskan nilai-nilai agama. Lebih banyak dijelaskan bahawa
Haji Anang Abdullah ketika masih hidup, termasuk salah seorang penggemar
seni pantun, syair, madihin, dan seni mamanda. Berdasarkan keterangan Haji
Anang itu bahawa seni madihin tidak boleh terlepas dari seni syair.
Menurutnya, pamadihinan (pemain madihin) salah satunya menyampaikan
tema yang mengandungi mesej tentang meningkatkan pendidikan disegala
bidang. Madihin merupakan hiburan bagi seluruh masyarakat baik kaum
bawah, menengah, mahupun elit. Kesenian madihin ini sudah semakin langka
baik pamadihinannya, syair atau pantunnya, mahupun alat terbangnya.
Ada yang berpendapat bahawa madihin berasal dari kata madah,
sejenis puisi lama dalam sastra Indonesia, kerana ia dinyanyikan dalam bentuk
syair-syair yang berasal dari kalimat akhir bersamaan bunyi. Madah juga
boleh diertikan sebagai kata-kata pujian (bahasa Arab). Hal ini dapat dilihat
dari kalimat-kalimat dalam bait-bait madihin yang kadangkala berupa puji-
pujian.

25
Pendapat lain mengatakan bahwa kata madihin berasal dari bahasa
Banjar iaitu papadahan atau mamadahi (bahasa Indonesia: memberi nasihat).
Pendapat ini juga dibenarkan, kerana isi dari syair atau pantun yang
dinyanyikan oleh pemainnya adalah berupa nasihat-nasihat.
Ada yang berpendapat bahawa madihin berasal dari masyarakat
kampung Tawia, kecamatan Angkinang, kabupaten Hulu Sungai Selatan
Kalimantan Selatan. Dari kampung Tawia inilah madihin kemudian tersebar
ke seluruh Kalimantan Selatan, bahkan ke Kalimantan Timur. Pemain madihin
yang tersebar di mana-mana pada umumnya berasal dari Kampung Tawia.
Salah satu pamadihinan (pemain madihin) yang terkenal dari Tawia bernama
Dulah Nyanyang (Dulah Nyangnyang).
Ada juga sebahagian pendapat yang mengatakan madihin itu berasal
dari utara Kalimantan yang bersempadan dengan negara Malaysia. Kerana
madihin katanya dipengaruhi oleh syair dan gendang tradisional dari tanah
Semenanjung Melaka iaitu bentuk gendang yang dimainkan dan syair yang
dinyanyikan dalam madihin ada persamaan dengan gendang yang digunakan
oleh orang-orang Melaka dalam mengiringi irama tradisional Melayu Asli.
Kalau ada pendapat yang menyatakan bahawa madihin berasal dari kecamatan
Paringin, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan boleh juga
dibenarkan. Sebab dahulu Dulah Nyanyang (Dulah Nyangnyang) lama
bermukim di Paringin dan mengembangkan madihin di sana. Jadi, madihin
diperkenalkan pertama kali oleh siapa, di daerah mana madihin pertama kali
ditemui dan diperkenalkan serta dikembangkan, belum diketahui orang secara
jelas sampai sekarang. Cuma yang jelas madihin berbahasa Banjar pada
mulanya, yang bermakna pamadihinan pertamanya adalah orang Banjar dan
orang Banjar sejak dahulu mendiami wilayah Kalimantan Selatan.
Dianggarkan madihin telah ada setelah Islam menyebar di kawasan
Kalimantan, iaitu sekitar tahun 1800. Lahirnya dipengaruhi oleh kasidah,
menyusul syair-syair bercerita yang dibaca oleh masyarakat Banjar.
Pada waktu dulu, fungsi utama madihin adalah untuk menghibur raja
atau pegawai istana, isi syair dan pantun yang dibawakan atau dinyanyikan

26
mengandungi puji-pujian kepada sang raja dan pegawai istana lain. Hal ini
selaras dengan pendapat yang menyatakan bahawa asal kata madihin iaitu dari
kata madah (kata-kata pujian). Selanjutnya, madihin kini berfungsi sebagai
hiburan masyarakat di waktu-waktu tertentu. Misalnya suapan hiburan setelah
panen, kesenian dalam rangka memeriahkan acara pengantin, dan
memeriahkan peringatan hari besar nasional. Kalau kita membaca dan
menelaah secara saksama buku Suluh Sejarah Kalimantan karangan Bondan,
tak akan kita dapati maklumat tentang madihin. Yang ada malah genre teater
tradisional seperti mamanda, wayang gung, Abdul Muluk Cabang, Kuda
gipang Cerita, Damarrulan, Tantayungan, wayang kulit. Teater tutur seperti
Lamut, Andi-Andi, Tutur Candi, Dundam, dan Bakisah. Pantun Banjar
berbeza dengan pantun madihin kerana pantun Banjar terikat aturan seperti
pantun Melayu, sedangkan pantun madihin tidak. Sekarang, madihin selain
sebagai sarana hiburan masyarakat juga dipaparkan dalam acara sambutan
tetamu, pembukaan acara, perkahwinan, acara kesenian, dan acara hari besar
nasional.16
2. Struktur Pementasan Madihin
Menurut Thabah, dalam penyampaian pantun madihin sudah ada
struktur penyampaiannya yang sudah baku iaitu terdiri atas 4 langkah, yaitu:
a. Pembukaan yaitu dengan melagukan sampiran sebuah pantun yang
bermula pukulan terbang yang disebut pukulan membuka. Sampiran
pantun ini biasanya akan memberikan maklumat tema apa yang akan
dibawakan dalam penyampaian pantun madihin.
b. Memasang tabi yaitu membawakan syair-syair atau pantun yang isi
kandungannya menghormati penonton, dan memohon maaf jika
terdapat kekeliruan dalam penyampaian.
c. Menyampaikan isi (manguran) yaitu menyampaikan syair-syair atau
pantun yang selalu selaras dengan tema penyampaian atau sesuai
dengan permintaan pihak penganjur. Sebelum sampiran pantun
16
Rafiek, Muhammad. “Pantun Madihin: Kajian Ciri, Struktur Pementasan, Kreartiviti
Pemadihinan, Pembangunan, dan Pembinaannya di Kalimantan Selatan.” Jurnal Pendidikan
Bahasa Melayu, (2016): 104-114.

27
dipembukaan harus disampaikan isi kandungannya terlebih dahulu
(mamacah bunga).
d. Penutup yaitu menyampaikan kesimpulan dari apa yang baru saja di
sampaikan sambil menghormati penonton, dan mohon pamit, serta
ditutup dengan pantun-pantun serta lagu-lagu. Tetapi pada
kenyataannya ada juga yang membahagikan struktur penyajian pantun
madihin itu atas 3 sahaja yaitu
1) Pembukaan yang terdiri atas membawakan hadiyan dan memasang
tabi, contoh:
2) Penyampaian isi atau menguran.
3) Penutup. Pembukaan di atas terdiri atas dua bahagian, yaitu
membawakan hadiyan dan memasang tabi. Kedua-dua bahagian
itu mempunyai ciri sendiri-sendiri. Membawakan hadiyan,
maksudnya pamadihinan mulai mengucapkan kata-kata pembuka.
Pantun-pantunnya pun disebut pantun pembuka. Selain itu pada
bahagian ini pamadihinan juga berkesempatan mengucapkan kata-
kata selamat datang kepada para penonton yang sudah berkumpul
di tempat persembahan. Sesudah mengucapkan pantun pembuka
atau pantun hadiyan, lalu dilanjutkan dengan pantun selamat
datang. Jika pantun selamat datang sudah selesai diucapkan,
kemudian dilanjutkan dengan memecahkan hadiyan. Setelah itu
dilanjutkan dengan memasang tabi. Mengenai menguran dan
penutup.17
3. Tujuan Madihin
Pada dasarnya fungsi sastra lisan madihin Banjar adalah sebagai
hiburan tetapi di dalamnya terdapat pesan-pesan moral, media informasi,
sosialisasi program pemerintah, media pendidikan, dan media hiburan untuk
pencarian dana. Sastra lisan madihin Banjar selain untuk menghibur juga
berfungsi sebagai sarana untuk mengkritik pemerintah, kritik jenaka, media

17
Ibid, h. 114.

28
informasi, sosialisasi program pemerintah, media pendidikan, dan pengarahan
agama, karena sastra lisan madihin.
Banjar ini identik dengan syair atau pantun dan lelucon (humor) agar
orang itu tidak mudah tersinggung, dan berfungsi juga mengkritik pemerintah
dalam hal yang bersifat tidak selaras dengan pembangunan. Sastra lisan
madihin Banjar pada awalnya berfungsi menghibur rajaraja atau pejabat. Isi
syair dan pantun berisi pujian-pujian sang raja dan pejabat istana. Sebagai
hiburan bagi rakyat pada acara tertentu seperti mengisi hiburan sehabis panen,
perkawinan, sunatan dan lain-lain. Dalam perkembangan berikutnya fungsi
sastra lisan madihin Banjar adalah sebagai sarana hiburan bagi masyarakat
pengisi acara tertentu seperti, perkawinan, khitanan, peringatan hari-hari besar
dan Nasional, 17 Agustsus, dan lain-lain. Selain itu, sastra lisan madihin
Banjar ini berfungsi sebagai sarana penyampaian pesan kepada masyarakat,
seperti penyuluhan pembangunan, kesehatan, dan sebagai alat kontrol sosial.
Alasan dipilihnya tuturan humor madihin Banjar ini sebagai objek penelitian
dalam penelitian ini karena dalam tuturan humor tersebut banyak terdapat
tuturan ekspresif yang beragam dan berfungsi sebagai alat kritik yang
menampilkan sketsa sosial yang merekam dan membidik kenyataan kehidupan
dengan perspektif kejenakaan yang menyisakan berbagai keganjilan yang
mengusik lahirnya celetukan atau guyonan.oleh karena itu dalam tuturan ini
memungkinkan untuk dianalisis. Di dalam penelitian ini hanya dibahas hasil
penelitian fungsi pragmatis subtuturan humor eskpresif. Dengan demikian
subtuturan humor yang lain, yaitu representatif, direktif, komisif, dan isbati.

29
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian


Penelitian adalah suatu proses, yaitu suatu rangkaian langkah-langkah
yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan
masalah atau mendapatkan jawaban atas pertanyaan tertentu.18
Jenis Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang
dilakukan dengan deskriptif kualitatif menggunakan pendekatan kualitatif yakni
“pendekatan yang lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan secara
induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antara fenomena yang
diamati, dengan menggunakan logika ilmiah.19
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak menggunakan model-
model matematik, statistik atau komputer. Proses penelitian dimulai dengan
menyusun asumsi dasar dan aturan berfikir dan aturan berpikir yang akan
digunakan dalam penelitian. Asumsi dan aturan berpikir tersebut selanjutnya
diterapkan secara sistematis dalam pengumpulan dan pengolahan data dapat
menjadi sangat peka dan pelik. Karena informasi yang dikumpulkan dan diolah
harus tetap objektif dan tidak dipengaruhi oleh pendapat peneliti sendiri.20

B. Subjek dan Objek dan Lokasi Penelitian


1. Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah Tokoh
desa/Tetua Desa, Kepala Desa, dan Masyarakat yang melaksanakan Tradisi
Madihin Di Desa Handil Babirik Kecamatan Bumi Makmur Kabupaten Tanah
Laut.

18
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010),
h.11.
19
Saifuddin, Metode Penelitian, (Yogyakarta: PustakaPelajar, 2005), h. 5.
20
Sanafiah Faisal, Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar dan Aplikasi, (Malang: YT3
Malang, 1990), h. 8.

30
2. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan rumusan masalah
pokok yaitu Nilai Nilai Pendidikan Islam dalam kesenian madihin pada
masyarakat Banjar
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini bertempat di Desa Handil Babirik Kecamatan Bumi
Makmur Kabupaten Tanah Laut.

C. Data dan Sumber Data


1. Data
Data adalah suatu hal yang diperoleh di lapangan ketika melakukan
penelitian dan belum diolah, atau dengan pengertian lain suatu hal yang
dianggap atau diketahui.
a. Data Pokok ( Primer )
Adapun data yang digali dalam penelitian ini yaitu:
1) Pelaksanaan tradisi tradisi Madihin di Desa Handil Babirik Kecamatan
Bumi Makmur Kabupaten Tanah Laut.
2) Motif dan tujuan melaksanakan tradisi Madihin di Desa Handil Babirik
Kecamatan Bumi Makmur Kabupaten Tanah Laut.
3) Manfaat melaksanakan tradisi Madihin di Desa Handil Babirik
Kecamatan Bumi Makmur Kabupaten Tanah Laut.
4) Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam tradisi Madihin Di Desa Handil
Babirik Kecamatan Bumi Makmur Kabupaten Tanah Laut.
b. Data Penunjang (Sekunder)
Data Penunjang dalam penelitian ini merupakan data pelengkap yang
bersifat mendukung data ini meliputi gambaran umum lokasi penelitian baik
secara geografis maupun demografis penduduk. Adapun data yang digali
dalam penelitian ini yaitu:
1) Letak geografis
2) Keadaan alam
3) Jumlah penduduk

31
4) Pendidikan
5) Mata pencaharian masyarakat
6) Keagamaan
7) Sosial budaya.
c. Sumber Data
Untuk memperoleh data di atas diperlukan sumber data sebagai
berikut:
1) Responden, yaitu Tokoh Desa/Tetua Desa dan Masyarakat yang
menyaksikan tradisi Madihin.
2) Informan, yaitu Tokoh agama dan Kepala Desa Handil Babirik
3) Dokumen, yaitu seluruh catatan atau arsip yang memuat data-data atau
informasi yang mendukung dalam penelitian ini baik yang berasal dari
Aparatur Desa, Tokoh Desa/Tetua Desa maupun masyarakat sekitar.

D. Teknik Pengumpulan Data


Agar memperoleh data dan hasil penelitian yang diharapkan, maka dalam
penelitian ini, penulis mengunakan berbagai macam metode yaitu sebagai berikut:
1. Observasi
Teknik ini digunakan agar penulis dapat melihat secara langsung
keadaan lokasi penelitian dan untuk melengkapi sebagian dari data-data pokok
yang diperlukan. Adapun di sini penulis mengamati tentang Implementasi
Papadah Banjar dalam Tradisi Madihin di Desa handil Babirik Kecamatan
Bumi Makmur Kabupaten Tanah Laut
2. Wawancara
Teknik ini digunakan untuk menggali data dengan cara mengadakan
tanya jawab secara langsung dengan responden dan informasi, jenis data yang
didapat merupakan data primer dan data sekunder.

3. Dokumenter

32
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data letak geografis,
keadaan alam, keadaan penduduk, pendidikan, mata pencaharian, keagamaan
dan sosial budaya.

Untuk lebih jelas mengenai sumber data dan pengumpulan data, data
dilihat pada matriks berikut ini:

Teknik Pengumpulan
Data Sumber Data
Data
Nilai-nilai Pendidikan Tokoh Desa/Tetua Wawancara,
Islam dalam Tradisi Desa, Tokoh seni, dokumenter, dan
Madihin di Desa handil Kepala Desa, dan observasi
Babirik Kecamatan Bumi Masyarakat yang
Makmur Kabupaten Tanah melaksanakan tradisi
Laut yang meliputi: Madihin di Desa
Pelaksanaan tradisi Handil Babirik
madihin . Motif dan tujuan Kecamatan Bumi
melaksanakan Tradisi Makmur Kabupaten
madihin. Tanah Laut
Manfaat melaksanakan
tradisi Madihin. Kantor Kepala Desa
Nilai-nilai pendidikan Babirik
Islam dalam tradisi
Madihin.
Gambaran umum lokasi
penelitian meliputi:
Letak geografis
Keadaan alam jumlah
penduduk
Pendidikan
Mata pencaharian

33
Keagamaan
Sosial budaya

E. Teknik Pengelohan dan Analisis Data


1. Teknik Pengolahan Data
Dalam pengolahan data ini ditempuh tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Koleksi data yaitu penulis mengumpulkan data sebanyakbanyaknya
untuk mendapatkan hasil penelitian yang diperlukan.
b. Editing, teknik ini digunakan untuk meneliti dan mengolah kembali
jawaban yang diberikan oleh responden dan informan sehingga siap
disajikan.
c. Display data yaitu menyajikan data agar mudah dipahami dan mudah
dibaca.
d. Reduksi data, yaitu teknik ini dilakukan dengan membuat rangkuman
inti dari yang berhasil dikumpulkan.
2. Analisis data
Setelah data terkumpul, kemudian dianalisis dengan menggunakan
analisis deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan permasalahan berdasarkan
penafsiran dan argumentasi yang objektif dan logis, dibantu dengan besar
kecilnya persentasi pada tahap interpretasi data. Selanjutnya ditarik
kesimpulan dengan menggunakan metode induktif, yaitu menarik kesimpulan
secara umum berdasarkan data yang bersifat umum.

F. Prosedur Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, sebagai
berikut:
1. Tahap Pendahuluan
a. Penjajakan awal kelokasi penelitian.
b. Berkonsultasi dengan dosen pembimbing mengenai rencana penelitian.
c. Membuat desain proposal penelitian.

34
d. Mengajukan proposal penelitian ke Fakultas Tarbiyah UIN Antasari
Banjarmasin.
2. Tahap Persiapan
a. Mengadakan seminar proposal setelah disetujui.
b. Memperbaiki proposal berdasarkan hasil seminar.
c. Memohon surat riset kepada Fakultas.
d. Menyampaikan surat pengantar riset penelitian kepada pihak yang
bersangkutan.
e. Membuat instrument pengumpulan data (IPD) untuk penelitian.
3. Tahap Pelaksanaan
a. Menghubungi responden dan informan.
b. Melaksanakan instrument pengumpulan data (IPD).
c. Melakukan observasi untuk mengali data-data penunjang.
d. Mengumpulkan data yang berbentuk dokumentasi dan menyajikannya
e. Mengelola dan menganalisis data yang diperoleh.
f. Menyempurnakan naskah laporan sesuai arahan dan saran dari dosen
pembimbing.
4. Tahap Penyusunan Laporan
a. Menyusun hasil penelitian dan berkonsultasi dengan dosen
pembimbing untuk meminta persetujuan
b. Memperbanyak naskah skripsi yang telah disetujui pembimbing,
kemudian siap untuk diuji dan dipertahankan didepan tim penguji pada
saat sidang munaqasah

35
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam Paradikma Humanism Teosentris,


Yogyakarta: Pustaka belajar, 2005.
Faisal, Sanafiah, Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar dan Aplikasi, Malang: YT3
Malang, 1990.
Fitrianor, M., Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Pelaksanaan Akikah dan
Tasmiah di Kel. Baamang Hulu Kec. Baamang Kab. Kotim, Jurnal studi
dan Masyarakat 6 (1) Juni 2012.
Goebel, Zane, J. Herudjati Purwoko, Suharno, M. Suryadi dan Yusuf Al Arie,
Proceedings International Seminar Language Maintenance and Shift IV,
November 18, 2014.
Idris, Zahra, Dasar-Dasar Kependidikan, Padang: Angkasa Raya, 2005.
Indonesia, Depertemen Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 2005.
Munawir, Ahmad Warson, Kamus al-Munawir, Yogyakarta: PP. al-Munawir
Krapyak, 1984.
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2009.
Rafiek, M., Pantun Madihin: Kajian Ciri, Struktur Pementasan, Kreativiti
Pemadihinan, Pembangunan dan Pembinaannya Di Kalimantan Selatan,
Vol. 2, Bil. 2 (Nov. 2012).
Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: PustakaPelajar, 2005.
Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010.
Suyatno, Nilai, Norma, Moral, Etika dan Pandangan Hidup Perlu Dipahami oleh
Setiap Warga Negara dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, PKn
Progresif 7 (1) Juni 2012.
Sya’rani Ahmad, Kajian Sufistik Terhadap Madihin Sebagai Media Penyampaian
Pesan-Pesan Spiritual
Syahriansyah, Sejarah Kesultanan Dan Budaya Banjar, Banjarmasin, IAIN
Antasari Press, 2015.

36
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: PT Remaja Rosydakarya, 2005.
Widiyanti, Wulan, Wadiyo Wadiyo, and Sunarto Sunarto, “Madihin Ar Rumi:
Kreativitas Musik dan Tindakan Sosial Dalam Penyajiannya” Catharsis
5.2 (2016).
Tejokusumo Bambang, Dinamika Masyarakat Sebagai Sumber Belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial, Dalam Jurnal Geoedukasi Vol. 3 No. 1, Maret 2014.
Diakses Pada Tanggal 12 Desember 2022 Jam 13.00 Wita
Depertemen Pendidikan Dan Kebudayan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta
: PT Balai Pustaka, 2002) Hal 170.

37

Anda mungkin juga menyukai