Anda di halaman 1dari 191

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENETAPAN PERKARA

PERUBAHAN BIODATA AKTA NIKAH


(Studi Kasus di Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A)

SKRIPSI

Diajukan Kepada
Fakultas Syari’ah
Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

MUHAMMAD SANGIDUN
NIM. 18.21.2.1.043

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM (AL-AHWAL ASY-


SYAKHSHIYYAH)
JURUSAN HUKUM ISLAM
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN MAS SAID
SURAKARTA
2022
ii
iii
iv
v
MOTTO

‫اّلل يَأمر مك َا من ت َؤ ُّدوا م َاْل هم هن ِت ِا ه ىٰل َا مه ِلهَ ۙا َو ِا َذا َح َ مَك مُت ب َ م َْي النَّ ِاس َا من‬
َ ٰ ‫ِا َّن ه‬
‫اّلل ََك َن َ َِس مي ًع ۢا ب َ ِص م ًْيا‬ َ ٰ ‫َ مَتَك موا ِِبلم َع مد ِل ۗ ِا َّن ه‬
َ ٰ ‫اّلل ِن ِع َّما ي َ ِعظ مُك ِب ٖه ۗ ِا َّن ه‬
“Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia
hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang
memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha
Melihat.”

(An-Nisa’ ayat 58)

vi
PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, dengan mengucap syukur kepada Allah SWT yang telah

memberikan kekuatan, membekali ilmu melalui para dosen UIN Raden Mas Said

Surakarta. Atas karunia dan kemudahan yang Engkau berikan, akhirnya skripsi ini

dapat terselesaikan. Sholawat serta salam selalu terlimpahkan kepada suri

tauladan kita Nabi Muhammad SAW. Saya persembahkan karya ini kepada

mereka yang telah setia berada di ruang dan waktu kehidupan saya, khususnya

teruntuk:

1. Orang tua saya tercinta; Bapak Miarto dan Ibu Tunem yang senantiasa

memberikan kasih sayang, mendokaan serta yang saya nantikan ridhonya.

2. Segenap keluarga besar; Ki Danakrama, Ki Rasmita, Ki Asnawi yang selalu

mendukung dan membantu saya sampai saat ini. Terutama kakak-kakaku

Kang Ari Setiawan beserta keluarga kecilnya, Yu Sumirah (Almh) dan

keluarga kecilnya swargi langgeng kagem panjenengan Yu, Kang Budi

Priyanto beserta keluarga kecilnya, dan Kang Nikmatulloh juga keluarga

kecilnya.

3. Segenap guru-guru saya di almamater; SDN 3 Dermasari, Mts Riyadushh

Sholihin Purwareja Klampok, MA Al Hidayah 1 Purwareja Klampok serta

Bapak Ibu dosen yang telah mengajar serta mendidik saya sampai saat ini.

4. Guru-guru saya; Eyang Rosyid, Pak Muhammad Habib Arifin, Bapak Kyai

Muh. Aminuddin Ikhsan, LC., MA, Bapak K.H..R. Muh Yasin, Bapak Kyai

Muhammad Amin Al-Hafidz yang senantiasa mendoakan dan tansah kulo

dereki dawuh-dawuhipun.

vii
5. Ibu Roykhatun Nikmah yang telah membimbing saya dengan sabar dalam

penyusunan skripsi ini.

6. Program BIDIKMISI, yang membiayai biaya kuliah saya dawi awal.

7. Segenap keluarga tanpa KK saya, Qurro Squad bin Bapak Sugi; Mas Noval

Arrahman, Mas Wildan, Mas Restu Purba, Mas Arik, Mas Trisno, Mas

Wahyu, Makruf, Isa Roman, Mbak Yasmin, Mba Aniq.

8. Seluruh teman-teman dan sahabat saya di Komunitas Mahasiswa Ngapak

(KOMPAK), UKM Marching Band, UKM JQH Al-Wustho’, Forum

Mahasiswa Bidikmisi, LSO Sharia Law Community, PESMA Munawwir

Syadzali Fakultas Syariah, Pondok Pesantren Al-Musthofa Ngeboran.

9. Seluruh teman-teman Prodi HKI angkatan 2018 terkhusus kelas B.

viii
PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi yang digunakan dalam penulisan skripsi di Fakultas


Syariah Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta didasarkan pada
Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
Nomor 158/1987 dan 0543 b/U/1987 tanggal 22 Januari 1988. Pedoman
transliterasi tersebut adalah:

1. Konsonan
Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab
dilambangkan dengan huruf, sedangkan dalam transliterasi ini sebagian
dilambangkan dengan tanda dan sebagian lagi dilambangkan dengan huruf
serta tanda sekaligus. Daftar huruf Arab dan transliterasinya dengan huruf
latin adalah sebagai berkut:

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

‫ا‬ Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan


‫ب‬ Ba B Be
‫ت‬ ta T Te
‫ث‬ s|a s| Es (dengan titik di atas)
‫ج‬ jim J Je
‫ح‬ h{a h{ Ha (dengan titik di bawah)
‫خ‬ kha Kh Ka dan ha
‫د‬ dal D De
‫ذ‬ z|al z| Zet (dengan titik di atas)
‫ر‬ ra R Er
‫ز‬ zai Z Zet
‫س‬ sin S Es
‫ش‬ syin Sy Es dan ye
‫ص‬ s}ad s} Es (dengan titik di bawah)
‫ض‬ d}ad d{ De (dengan titik di bawah)

ix
Huruf Nama Huruf Latin Nama
Arab
‫ط‬ t}a t} Te (dengan titik di bawah)
‫ظ‬ z}a z} Zet (dengan titik di bawah)
‫ع‬ ‘ain …’… Koma terbalik di atas
‫غ‬ gain G Ge
‫ف‬ fa F Ef
‫ق‬ qaf Q Ki
‫ك‬ kaf K Ka
‫ل‬ lam L El
‫م‬ mim M Em
‫ن‬ nun N En
‫و‬ wau W We
‫ه‬ ha H Ha
‫ء‬ hamzah ...ꞌ… Apostrop
‫ي‬ ya Y Ye

2. Vokal
Vokal bahasa Arab seperti vokal bahasa Indonesia terdiri dari vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
a. Vokal Tunggal
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau
harakat, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama


ۚ Fathah A A
ۚ Kasrah I I
ۚ Dammah U U
Contoh:

No Kata Bahasa Arab Transiterasi

x
No Kata Bahasa Arab Transiterasi

1. ‫كتب‬ Kataba
2. ‫ذكر‬ Zukira
3. ‫يذهب‬ Yazhabu

b. Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan
antara harakat dan huruf maka transliterasinya gabungan huruf, yaitu:

Tanda dan Nama Gabungan Huruf Nama


Huruf
‫ى‬...‫أ‬ Fathah dan ya Ai a dan i
‫و‬...‫أ‬ Fathah dan wau Au a dan u
Contoh:

No Kata Bahasa Arab Transliterasi

1. ‫كيف‬ Kaifa
2. ‫حول‬ Haula

3. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda sebagai berikut:

Harakat Nama Huruf dan Nama


danHuruf Tanda
‫ي‬...‫أ‬ Fathah dan alif atau ya a> a dan garis di atas
‫ي‬...‫أ‬ Kasrah dan ya i> i dan garis di atas
‫و‬...‫أ‬ Dammah dan wau u> u dan garis di atas
Contoh:

No Kata Bahasa Arab Transliterasi

xi
No Kata Bahasa Arab Transliterasi
1. ‫قال‬ Qa>la
2. ‫قيل‬ Qi>la
3. ‫يقول‬ Yaqu>lu
4. ‫رمي‬ Rama>

4. Ta Marbutah
Transliterasi untuk Ta Marbutah ada dua (2), yaitu:
a. Ta Marbutah hidup atau yang mendapatkan harakat fathah, kasrah atau
dammah transliterasinya adalah /t/.
b. Ta Marbutah mati atau mendapat harakat sukun transliterasinyaadalah/h/.
c. Apabila pada suatu kata yang di akhir katanya Ta Marbutah diikuti oleh
kata yang menggunakan kata sandang /al/ serta bacaan kedua kata itu
terpisah maka Ta Marbutah itu ditransliterasikan dengan/h/.
Contoh:

Kata Bahasa Arab Transliterasi


No

1. ‫روضة األطفال‬ Raud}ah al-atfa>l / raud}atul atfa>l

2. ‫طلحة‬ T{alhah

5. Syaddah (tasydid)
Syaddah atau Tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda yaitu tanda Syaddah atau Tasydid. Dalam transliterasi
ini tanda Syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang
sama dengan huruf yang diberi tanda Syaddah itu.
Contoh:

Kata Bahasa Arab Transliterasi


No

xii
No Kata Bahasa Arab Transliterasi

1. ‫ربنا‬ Rabbana

2. ‫نزل‬ Nazzala

6. Kata Sandang
Kata sandang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf yaitu ‫ال‬.
Namun dalam transliterasinya kata sandang itu dibedakan antara kata sandang
yang diikuti oleh huruf Syamsiyyah dengan kata sandang yang diikuti oleh
hurufQamariyyah.
Kata sandang yang diikuti oleh huruf Syamsiyyah ditransliterasikan
sesuai dengan bunyinya yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama
dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu. Sedangkan kata
sandang yang diikuti leh huruf Qamariyyah ditransliterasikan sesua dengan
aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya. Baik diikuti
dengan huruf Syamsiyyah atau Qamariyyah, kata sandang ditulis dari kata
yang mengikuti dan dihubungkan dengan katasambung.
Contoh:

No Kata Bahasa Arab Transliterasi

1. ‫الرجل‬ Ar-rajulu

2. ‫اجلالل‬ Al-Jala>lu

7. Hamzah
Sebagaimana yang telah disebutkan di depan bahwa Hamzah
ditransliterasikan dengan apostrof, namun itu hanya terletak di tengah dan di
akhir kata. Apabila terletak diawal kata maka tidak dilambangkan karena
dalam tulisan Arab berupa huruf alif. Perhatikan contoh berikut ini:

xiii
No Kata Bahasa Arab Transliterasi

1. ‫أكل‬ Akala

2. ‫أتخذون‬ Taꞌkhuduna

3. ‫النؤ‬ An-Nauꞌu

8. Huruf Kapital
Walaupun dalam sistem bahasa Arab tidak mengenal huruf kapital, tetapi
dalam transliterasinya huruf kapital itu digunakan seperti yang berlaku dalam
EYD yaitu digunakan untuk menuliskan huruf awal, nama diri dan permulaan
kalimat. Bila nama diri itu didahului oleh kata sandangan maka yang ditulis
dengan huruf kapital adalah nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata
sandangnya.
Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam
tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan tersebut
disatukan dengan kata lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan,
maka huruf kapital tidak digunakan.
Contoh:

Kata Bahasa Arab Transliterasi


No

1. ‫وماحممداالرسول‬ Wa ma> Muhaamdun illa> rasu>l

2. ‫احلمد هلل رب العاملي‬ Al-hamdu lillahi rabbil ꞌa>lami>na

9. Penulisan Kata
Pada dasarnya setiap kata baik fi’il, isim, maupun huruf ditulis terpisah.
Bagi kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab yang sudah
lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang
dihilangkan maka penulisan kata tersebut dalam transliterasinya bisa

xiv
dilakukan dengan dua cara yaitu bisa dipisahkan pada setiap kata atau bisa
dirangkai.
Contoh:

Kata Bahasa Arab Transliterasi


No

Wa innalla>ha lahuwa khair ar-


1. ra>ziqin / Wa innalla>ha lahuwa
‫وان هللا هلو خري الرازقي‬
khairur-ra>ziqi>n

2 Fa aufu> al-Kaila wa al-mi>za>na /


‫فاوفو الكيل و امليزان‬ Fa auful-kaila wal mi>za>na

xv
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENETAPAN PERKARA
PERUBAHAN BIODATA AKTA NIKAH (Studi Kasus di Pengadilan
Agama Cilacap Kelas 1A)” Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan Studi
Jenjang Strata 1 (S1) Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Syari’ah
Universitas Islam Negeri (UIN) Raden mas said surakarta.
Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis telah banyak mendapatkan
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah menyumbangkan pikiran,
waktu, tenaga dan sebagainya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan
setulus hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Mudhofir, S.Ag., M.Pd selaku Rektor Universitas Islam Negeri
(UIN) Raden Mas Said Surakarta.
2. Dr. Ismail Yahya, S.Ag., MA selaku Dekan Fakultas Syariah
3. H. Masrukhin, S.H., M.H Selaku ketua Jurusan Hukum Islam
4. Muh. Zumar Aminuddin, S.Ag., M.H Selaku sekretaris Jurusan Hukum Islam
Fakultas Syariah
5. Diana Zuhro, M.Ag selaku Koordinator Program Studi Hukum Keluarga
Islam Fakultas Syariah
6. Dr. Abdul Aziz, M.Ag selaku dosen Pembimbing Akademik
7. Roykhatun Nikmah, M.H selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan banyak bimbingan selama penulisan skripsi ini.
8. Seluruh Dosen Fakultas Syariah yang telah membagikan ilmu-ilmunya selama
penyusun menjadi mahasiswa dan semoga segala ilmu yang telah diberikan
dapat bermanfaat di kehidupan yang akan datang.
9. Seluruh Staf karyawan Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said
Surakarta dan Fakultas Syariah yang telah membantu dalam kelancaran
penyusunan skripsi.

xvi
10. Hj. Amini, S.H selaku Panitera Muda Hukum, serta para Hakim Pengadilan
Agama Cilacap Kelas 1A yang banyak memberikan bantuan juga
mengizinkan penulis melakukan penelitian.
11. Orang tua serta seluruh keluarga
12. Teman-teman angkatan 2018 yang banyak memberikan cerita kepada penulis
selama menempuh studi di Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri (UIN)
Raden Mas Said Surakarta.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan oleh penulis satu persatu yang telah
berjasa dan membantuku baik moril maupun spiritnya dalam penyusunan
skripsi. Tak ketinggalan pada seluruh pembaca yang budiman.
14. Terhadap semuanya tiada kiranya penulis dapat membalasnya, hanya do’a
serta puji syukur kepada Allah SWT, semoga memberikan balasan kebaikan
kepada semuanya. Amin
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua
pihak yang membutuhkannya. Aamiin

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Penulis

xvii
ABSTRAK
Muhammad Sangidun, NIM: 18.21.2.1.043 “PERTIMBANGAN
HAKIM DALAM PENETAPAN PERKARA PERUBAHAN BIODATA
AKTA NIKAH (Studi Kasus di Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A)”.
Penelitian ini membahas mengenai pertimbangan Hakim Pengadilan Agama
Cilacap Kelas 1A dalam memutus perkara permohonan perubahan biodata Akta
Nikah yang dimohonkan oleh Pemohon dengan berbagai alasan dan tujuan seperti
kebutuhan pembuatan akta kelahiran anak, berkas pendaftaran haji dan umroh,
berkas PNS, pembuatan akta kematian dan alasan-alasan lain sebagaimana pada
kasus dengan nomor perkara 1008/Pdt.P/2020/Pa.Clp, 0060/Pdt.P/2020/Pa.Clp,
0057/Pdt.P/2020/Pa.Clp, 0186/Pdt.P/2020/Pa.Clp, 1102/Pdt.P/2020/Pa.Clp,
0966/Pdt.P/2020/Pa.Clp, juga membahas tentang kewenangan dalam menangani
perkara ini.
Berdasarkan ketentuan pasal 38 PMA Nomor 20 tahun 2019 tentang
Pencatatan Nikah, seharusnya untuk mengubah biodata yang ada pada Akta Nikah
merupakan kewenangan KUA dan tanpa harus melalui penetapan pengadilan
terlebih dahulu, baik Pengadilan Agama maupun Pengadilan Negeri. Selain itu,
dalam ketentuan Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 tentang Peradilan Agama
tidak disebutkan kewenangan lembaga Peradilan Agama dalam menangani
perkara perubahan Akta Nikah, namun pada prakteknya di Pengadilan Agama
Cilacap Kelas 1A hakim menerima dan memutus kabul permohonan tersebut dan
tercatat ada 309 perkara permohonan perubahan biodata Akta Nikah yang diputus
pada tahun 2020.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif lapangan dengan data primer
yang diperolah melalui wawancara terhadap Hakim yang memutus perkara
permohonan perubahan biodata Akta Nikah, para pemohon, dan pihak KUA serta
konfirmasi data kepada Panitera Muda Hukum. Sumber data sekunder berupa
bahan hukum primer yang berasal dari Peraturan Menteri Agama tentang
Pencatatan Nikah serta beberapa penetapan Pengadilan Agama Cilacap kelas 1A
perihal perubahan biodata Akta Nikah.
Penelitian ini menghasilkan simpulan bahwasanya berdasarkan PMA
Nomor 20 tahun 2019, kewenangan untuk mengubah biodata pada akta nikah
merupakan wewenang KUA, akan tetapi Pengadilan Agama juga memiliki
wewenang akan hal yang sama dengan berdasarkan pada penafsiran ektensif
terhadap ketentuan pasal 49 Undang-undang Nomor 50 tahun 2009 dengan
mengelompokan perkara perubahan biodata akta nikah sebagai rincian dari
perkara bidang perkawinan. Adapun alasan hakim dalam memutus kabul
permohonan ini adalah dengan menggunakan dasar PMA Nomor 11 tahun 2007
serta pertimbangan demi kemanfaatan, sedangkan alasan permohonan
permohonan perubahan biodata oleh Pemohon semuanya dapat dibenarkan secara
hukum karena mengandung tujuan yang tidak bertentangan dengan ketentuan
hukum.

Kata Kunci : Akta Nikah, Biodata, Peraturan Menteri Agama.

xviii
ABSTRACT

Muhammad Sangidun, NIM: 18.21.2.1.043 “PERTIMBANGAN


HAKIM DALAM PENETAPAN PERKARA PERUBAHAN BIODATA
AKTA NIKAH (Studi Kasus di Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A)”. This
research discusses about a judge's consideration, Judge Class 1A Of Cilacap
Religious Court, in deciding the case of Marriage Biodata Certificate changing
which requested by applicant with some reasons and purposes. It same to the case
with the case numbers 1008/Pdt.P/2020/Pa.Clp, 0060/Pdt.P/2020/Pa.Clp,
0057/Pdt.P/2020/Pa.Clp, 0186/Pdt.P/2020/Pa.Clp, 1102/Pdt.P/2020/Pa.Clp,
0966/Pdt.P/2020/Pa.Clp, which also discuss about the authority to handle the case.
According to the chapter 38, number 20 of 2019 in the Regulation of the
Minister of Religious Affairs (PMA) about marriage registration, for changing the
biodata in Marriage Certificate, it should be the Religious Affairs Office’s (KUA)
authority. Related to the previous PMA, to change the biodata in Marriage
Certificate has to determine by courts. Furthermore, in chapter 49 number 3 of
2006 about Religious Courts which not mentioned about the authority to handle
the changing biodata in Marriage Certificate case. However, in class 1A of
Cilacap Religious Court, the judge accepts and agrees with this case. There are
309 changing of biodata in Marriage Certificate in 2020.
This is a qualitative research. The primary data is from the interview with
the judge which decide the requesting of changing the biodata in Marriage
Certificate case, applicant and KUA, the Young Law Clerk. The secondary data is
Regulation Of PMA, about registration and determination of the class 1A of
Cilacap Religious Court about changing the biodata in Marriage Certificate.
This research concludes that based on PMA Number 20 of 2019, the
authority to change the biodata on the marriage certificate is the authority of the
KUA, but the Religious Courts also have the authority for the same thing based on
extensive interpretation of the provisions of Article 49 of Law Number 50 of 2009
by classifying cases of changing marriage certificate biodata as details of cases in
the field of marriage. The reason for the judge's decision to grant this application
is to use the basis of PMA Number 11 of 2007 and considerations for benefit,
while the reasons for the petition for changes to the biodata by the Petitioner can
be legally justified because they contain purposes that do not conflict with legal
provisions.

Keyword : Marriage Certificate, Biodata, Religious Ministry Regulation.

xix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ......................... ii
HALAMAN PERNYATAAN BUKAN PLAGIASI ................................. iii
HALAMAN NOTA DINAS........................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN MUNAQOSYAH ...................................... v
HALAMAN MOTTO ................................................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii
HALAMAN PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................. xvi
ABSTRAK ................................................................................................... xvii
DAFTAR ISI ................................................................................................ xx
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xxiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xxiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xxv
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah………………………………………..1
B Rumusan Masalah……………………………………………...11
C Tujuan Penelitian……………………………………………....11
D Manfaat Penelitian……………………………………………..12
E Kerangka Teori……………………………………………….. 12
F Tinjauan Pustaka……………………………………………….21
G Metode Penelitian…………………………………………….. 30
H Sistematika Penulisan………………………………………… 41
BAB II TINJAUAN UMUM KOMPETENSI PENGADILAN AGAMA DAN
PERUBAHAN BIODATA AKTA NIKAH
A Kompetensi Pengadilan Agama
1. Pengertian dan Dasar Hukum Pengadilan Agama………...43
2. Sumber Hukum Lembaga Peradilan Agama………………44

xx
3. Asas-Asas Lembaga Peradilan Agama…………………....46
4. Kompetensi Relatif………………………………………..49
5. Kompetensi Absolut……………………………………....51
B Perubahan Biodata Akta Nikah
1. Dasar Hukum Perubahan Biodata Akta Nikah…………...56
2. Macam-Macam Perubahan Biodata Akta Nikah dan
Prosedurnya………………………………………………60
C Teori Penafsiran Hukum
1. Pengertian Penafsiran Hukum……………………………62
2. Macam-Macam Penafsiran Hukum………………………63
D Teori Pertimbangan Hukum
1. Pengertian Pertimbangan Hukum………………………..68
2. Macam-macam Pertimbangan Hukum…………………..69
BAB III GAMBARAN UMUM PENGADILAN AGAMA, PERMOHONAN
PERUBAHAN BIODATA AKTA NIKAH DAN PENETAPAN
PENGADILAN AGAMA CILACAP KELAS 1A PERIHAL
PERUBAHAN BIODATA AKTA NIKAH
A Gambaran Umum Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A
1. Visi dan Misi………………………………………………71
2. Rekapitulasi Perkara Tahun 2020…………………………72
3. Struktur Organisasi………………………………………..74
4. Wilayah Yurisdiksi………………………………………..77
B Permohonan Perubahan Biodata Akta Nikah di Pengadilan Agama
Cilacap Kelas 1A
1. Proses Berperkara Perubahan Biodata Akta Nikah……….89
2. Alasan Permohonan Para Pihak…………………………...94
C Deskrpsi Penetapan Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A Tentang
Perubahan Biodata Akta Nikah
1. Penetapan Nomor 0057/Pdt.P/2020/Pa.Clp………………98
2. Penetapan Nomor 0060/Pdt.P/2020/Pa.Clp……………...100
3. Penetapan Nomor 0186/Pdt.P/2020/Pa.Clp………………104

xxi
4. Penetapan Nomor 0966/Pdt.P/2020/Pa.Clp………………105
5. Penetapan Nomor 1008/Pdt.P/2020/Pa.Clp………………107
6. Penetapan Nomor 1102/Pdt.P/2020/Pa.Clp………………109
BAB IV ANALISIS PERKARA PERMOHONAN PERUBAHAN BIODATA
AKTA NIKAH DI PENGADILAN AGAMA CILACAP KELAS 1A
A Analisis Kewenangan Mengubah Biodata Pada Akta Nikah….111
B Analisis Alasan Permohonan Perubahan Biodata Akta Nikah di
Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A………………………....114
C Analisis Pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A
Dalam Memutus Perkara Permohonan Perubahan Biodata Akta
Nikah…………………………………………………………..117
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan……………………………………………………128
B Saran…………………………………………………………..121
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………133
LAMPIRAN
BIODATA PENULIS

xxii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Purpossive Sampling Penetapan Pengadilan Agama Cilacap Kelas


1A Tahun 2020 Perihal Perubahan Biodata Akta Nikah…………38
Tabel 2 : Jumlah Perkara Yang Diterima dan Diputus Pengadilan Agama
Cilacap Kelas 1A Tahun 2020........................................................72

Tabel 3 : Pembagian Wilayah Kerja Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A..78

xxiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Struktur Organisasi Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A........74

Gambar 2 : Peta Kabupaten Cilacap.............................................................77

Gambar 3 : Alur berperkara di Pengadilan Agama.......................................90

xxiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian

Lampiran 2 : Panduan Wawancara

Lampiran 3 : Transkrip Hasil Wawancara

Lampiran 4 : Tabel Perbandingan Ketentuan Perubahan dan Perbaikan


Biodata Akta Nikah

Lampiran 5 : Biodata Penulis

xxv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perubahan biodata yang terdapat pada Akta Nikah kerap dilakukan

oleh beberapa orang dengan sebab tertentu. Diantara sebab yang kerap

menjadi alasan adalah karena ketidaksesuaian antara data yang terdapat dalam

Akta Nikah dengan data sesungguhnya, atau dengan data yang terdapat pada

berkas kependudukan lain. Tujuan dilakukannya perubahan itupun beragam,

seperti kepentingan administrasi atau kepentingan menghindari kesulitan di

masa mendatang apabila ketidaksesuaian tersebut tidak diperbaiki.

Contoh konkretnya adalah seperti dalam kasus permohonan perubahan

biodata Akta Nikah pada permohonan Nomor 1008/Pdt.P/2020/Pa.Clp yang

diajukan oleh Pemohon I dan Pemohon II. Dalam permohonan tersebut

dinyatakan bahwa, nama Pemohon I yang terdapat pada kutipan Akta Nikah

para Pemohon dengan Nomor 479/44/XI/1980 yang dikeluarkan oleh Kantor

Urusan Agama Kecamatan Karangpucung Kabupaten Cilacap tertulis Kartim,

padahal nama sesungguhnya adalah Karsono sebagaimana terdapat dalam

KTP dan KK Pemohon I. Selain itu, dalam kutipan Akta Nikah para Pemohon

tertulis tanggal lahir Pemohon I adalah 22 tahun, padahal tanggal lahir

sebenarnya adalah 22 Oktober 1960. Kesalahan lain dalam kutipan Akta

Nikah para Pemohon adalah dalam hal tanggal lahir Pemohon II, dalam

kutipan Akta Nikah tertulis tanggal lahir Pemohon II adalah 18 tahun, padahal

tanggal lahir sesungguhnya adalah 17 April 1963.

1
Karena hal tersebut, yang bersangkutan mengajukan permohonan yang

intinya memohon kepada Majelis Hakim Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A

untuk mengubah nama Pemohon I yang terdapat pada kutipan Akta Nikah

sesuai dengan nama aslinya, mengubah tanggal lahir Pemohon I dan Pemohon
1
II sesuai tanggal lahir yang sebenarnya. Para Pemohon mengajukan

permohonanya ke Pengadilan Agama Cilacap kelas 1A sebab para Pemohon

mengalami kesulitan dalam melakukan pembuatan Akta Kelahiran anak

kandung para Pemohon. Para Pemohon menyatakan bahwasanya mereka

mengalami kesulitan ketika mendaftarkan pencatatan kelahiran anak mereka

ke Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Cilacap

(DINDUKCAPIL), pihak DINDUKCAPIL Kabupaten Cilacap

memerintahkan para Pemohon agar memperbaiki data pada kutipan Akta

Nikahnya terlebih dahulu ke Kantor Urusan Agama tempat perkawinanya

dicatatakan.2

Guna memperbaiki data pada kutipan Akta Nikahnya, para Pemohon

dalam hal ini kemudian mengajukan perbaikan Akta Nikahnya ke Kantor

Urusan Agama (KUA) Kecamatan Karangpucung, KUA yang mengeluarkan

kutipan Akta Nikah para Pemohon. Akan tetapi, pihak KUA Kecamatan

Karangpucung menolaknya, dengan memerintahkan para Pemohon untuk

1
Penetapan Pengadilan Agama Cilacap Kelas IA Nomor 1008.Pdt.P/2020/Pa.Clp perihal
Penetapan Permohonan Perubahan Biodata Akta Nikah Pemohon I dan Pemohon II, 12 November
2020.
2
Pemohon I dan Pemohon II, Para Pemohon Dalam Perkara Permohonan Nomor
1008/Pdt.P/2020/Pa.Clp, Wawancara Pribadi, 9 November 2020, jam 10.00-10.30 WIB.

2
3

mendapatkan penetapan dari Pengadilan Agama terlebih dahulu yang

mengabulkan permohonan perubahan biodata Akta Nikahnya barulah pihak

KUA Karangpucung bersedia mengubah biodata Akta Nikah para Pemohon.

Beralasan penolakan dari pihak KUA Karangpucung tersebut,

kemudian para Pemohon kemudian mengajukan permohonannya ke

Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A setelah mendapat arahan dari Kepala

KUA Kecamatan Karangpucung, agar membuat permohonan perubahan

biodata Akta Nikah disertai dengan fotokopi Akta Nikah para Pemohon,

fotokopi KTP para Pemohon, serta fotokopi Kartu Keluarga. Para Pemohon

setelah membuat permohonannya kemudian mendaftarkan permohonan ke

Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A, menjalani proses persidangan sampai

dengan selesai sehingga diperoleh penetapan yang mengabulkan permohonan

para Pemohon.

Kasus lain yang telah terjadi adalah pada permohonan Nomor

0966/Pdt.P/2020/Pa.Clp yang diajukan oleh Pemohon I dan Pemohon II.

Dalam permohonan tersebut dinyatakan bahwa, nama Pemohon I yang

terdapat dalam kutipan Akta Nikah Nomor 462/54/IX/1995 yang dikeluarkan

oleh KUA Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap adalah Nama Kecil

Permohon I, padahal nama Pemohon I telah diubah menjadi Nama Tua

Pemohon I semenjak pasca perkawinan dengan Pemohon II, Nama Tua

Pemohon I inilah yang kemudian dipakai oleh Pemohon I dalam berkas

kependudukanya seperti KTP dan Kartu Keluarga serta SIM Pemohon I.


4

Dalam permohonan juga disebutkan bahwa tanggal lahir Pemohon I

adalah 31 Januari 1972 padahal tanggal lahir sesungguhnya yang bekesesuaian

dengan berkas kependudukan lainya adalah tanggal 31 Januari 1973.

Disebutkan juga dalam permohonan bahwa tanggal lahir Pemohon II dalam

kutipan Akta Nikah tertulis 10 1977 padahal tanggal lahir Pemohon II yang

sebenarnya dan yang berkesesuaian dengan berkas kependudukan lain adalah

10 Januari 1977. 3

Para Pemohon mengajukan permohonan ke Pengadilan Agama

Cilacap Kelas 1A agar mengubah data berupa nama Pemohon 1, tanggal lahir

Pemohon 1 dan Pemohon 2 yang terdapat pada Akta Nikah para Pemohon

agar data tersebut disesuaikan dengan data sebenarnya. Yaitu; nama Pemohon

1 yang tertulis dalam kutipan Akta Nikah Nama Kecil Pemohon 1

dimohonkan untuk diubah menjadi Nama Tua Pemohon 1, tanggal lahir

Pemohon 1 yang tertulis 31 Januari 1972 agar diubah menjadi 31 Januari

1973, dan tanggal lahir Pemohon 2 yang tertulis 10 1977 agar diubah menjadi

10 Januari 1977.

Para Pemohon mengajukan permohonanya ke Pengadilan Agama

Cilacap Kelas 1A karena para Pemohon bertempat tinggal di wilayah

Kabupaten Cilacap. Juga karena Pemohon mendapatkan informasi dari pihak

3
Penetapan Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A Nomor 0966/Pdt.P/2020/Pa.Clp perihal
Penetapan Permohonan Perubahan Biodata Akta Nikah Pemohon I dan Pemohon II, 9 November
2020.
5

Perangkat Desa tempat tinggal Pemohon bahwasanya KUA Kesugihan akan

menolak perubahan Akta Nikah jika tidak disertai Penetapan Pengadilan. Jika

ingin mengubah atau memperbaiki biodata yang terdapat pada Akta Nikah

harus mendapat penetapan dari Pengadilan Agama terlebih dahulu, baru

setelah itu instansi pelaksana yang dapat mengubah biodata pada Akta

Nikahnya adalah KUA Kecamatan Kesugihan dengan berdasarkan pada

penetapan yang telah didapatkan oleh Pemohon. 4 Para Pemohon kemudian

mengajukan permohonannya ke Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A,

mengikuti proses persidangan hingga akhir persidangan dan didapatkan

penetapan yang intinya mengabulkan permohonan para Pemohon untuk

mengubah biodata pada Akta Nikahnya sebagaimana disebutkan dalam

permohonan.

Tindakan yang dilakukan oleh pihak KUA Kecamatan Kesugihan dan

KUA Kecamatan Karangpucung dengan menolak permohonan perubahan

biodata Akta Nikah para Pemohon yang belum memperoleh Penetapan

Pengadilan Agama, para Pemohon yang mengajukan permohonan perubahan

biodata Akta Nikah ke Pengadilan Agama, Hakim Pengadilan Agama Cilacap

Kelas 1A yang menerima dan memutus kabul permohonan Pemohon, jika

merujuk pada Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 20 tahun 2019 tentang

Pencatatan Nikah, maka hal tersebut tidaklah tepat. Semenjak tahun 2019

tepatnya pasca dikeluarkanya PMA Nomor 20 tahun 2019, seharusnya apabila

4
Pemohon I dan Pemohon II, Para Pemohon dalam Perkara Permohonan Nomor
0966/Pdt.P/2020/Pa.Clp, Wawancara Pribadi, 9 November 2020, jam 13.00-13.30 WIB.
6

terdapat kesalahan data atau ingin mengubah data yang terdapat dalam Akta

Nikah cukup dilakukan di Kantor Urusan Agama yang menerbitkan Akta

Nikah tersebut tanpa harus disertai dengan Penetapan Pengadilan terlebih

dahulu.

Kewenangan mengubah data pada Akta Nikah seharusnya merupakan

kewenangan KUA sebagaimana disebutkan dalam pasal 38 PMA Nomor 20

tahun 2019 tentang Pencatatan Nikah, dinyatakan bahwa:5

1) Perubahan nama suami atau istri pada Akta Nikah dilakukan oleh
KUA Kecamatan berdasarkan Akta Kelahiran yang baru;
2) Pencatatan perubahan data perseorangan berupa tempat, tanggal,
bulan, tahun lahir, Nomor Induk Kependudukan, kewarganegaraan,
pekerjaan, dan alamat dilakukan oleh KUA Kecamatan
berdasarkan Surat Keterangan dari Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil;
3) Tata cara penulisan perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal.

dan bukan merupakan kewenangan Pengadilan Agama, karena berdasarkan

pasal 49 Undang-undang Nomor 50 tahun 2009 tentang Perubahan Kedua

Undng-undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama, Pengadilan

Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan

perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang

perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah, dan ekonomi

syari'ah sedangkan perkara permohonan perubahan biodata Akta Nikah tidak

termasuk di dalamnya.

5
PMA. Nomor 20 tahun 2019 tentang Pencatatan Nikah (Berita Negara Republik
Indonesia tahun 2019 Nomor 1118).
7

Pada masa sebelum berlakunya PMA Nomor 20 tahun 2019, memang

untuk mengubah biodata yang terdapat dalam Akta Nikah harus melalui

penetapan dari Pengadilan terlebih dahulu. Sebagaimana disebutkan dalam

pasal 34 ayat (2) PMA Nomor 11 tahun 2007. Adapun yang dimaksud dengan

Penetapan Pengadilan dalam ketentuan PMA Nomor 11 tahun 2007 ini adalah

Penetapan Pengadilan Agama. Klausul Pengadilan dalam ketentuan tersebut

dimaknai Pengadilan Agama berdasarkan pada pasal 1 angka 5 PMA Nomor

11 tahun 2007 yang mendefinisikan Pengadilan sebagai Pengadilan Agama

atau Mahkamah Syari’ah.6

Praktek yang terjadi dimasa berlakunya PMA Nomor 11 tahun 2007

ini adalah dalam hal seseorang akan mengubah biodata Akta Nikahnya,

terlebih dahulu harus memperoleh Penetapan Pengadilan Agama dahulu baru

KUA dapat menjadi instansi pelaksana perubahan tersebut berdasar dari

Penetapan Pengadilan. Perbedaan pemahaman Hakim tentang pemaknaan

klausa Pengadilan pun berdeda-beda, ada yang memaknai sebagai Pengadilan

Agama dan ada pula yang memahami sebagai Pengadilan Negeri, bahkan ada

pula yang memaknai dengan Pengadilan Tata Usaha Negara. Hakim yang

memaknai klausa Pengadilan sebagai Pengadilan Agama adalah berdasar pada

ketentuan pasal 1 angka 5 PMA Nomor 11 tahun 2007, sedangkan yang

memaknai Pengadilan sebagai Pengadilan Tata Usaha Negara adalah berdasar

pada rumusan dalam Rapat Kerja Nasional Mahkamah Agung Republik

6
Ali Masykuri Haidar, “Perjalanan Pengaturan Perubahan Biodata Suami Istri dan Wali
Pada Akta Nikah”, (Palangkaraya: Pengadilan Agama Palangkaraya), hlm. 1-2.
8

Indonesia tanggal 18-22 September 2011 halaman 29 Nomor 79. Adapula

Hakim yang memaknai klausa pengadilan sebagai Pengadilan Negeri adalah

berdasarkan pada pasal 52 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006

tentang Administrasi Kependudukan serta pasal 93 angka (2) Peraturan

Pemerintah Nomor 25 tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara

Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.

PMA Nomor 11 tahun 2007 dicabut keberlakuannya pada tanggal 27

Agustus 2018 dengan digantikan PMA Nomor 19 tahun 2018. Dalam PMA

perubahan pertama ini, kerancuan mengenai makna klausa Pengadilan tidak

terjadi lagi, karena dalam PMA ini langsung dinyatakan dengan jelas bahwa;

“Pencatatan perubahan nama suami, istri, dan wali harus berdasarkan

penetapan Pengadilan Negeri pada wilayah yang bersangkutan”.7 Jadi, dengan

diberlakukannya PMA Nomor 19 tahun 2018 ini mencabut kewenangan

Pengadilan Agama dalam menangani perkara perubahan biodata Akta Nikah

dengan mengalihkan kewenangan perkara tersebut pada Pengadilan Negeri.8

PMA Nomor 19 tahun 2018 hanya diberlakukan selama satu tahun,

karena pada 30 September 2019, PMA tersebut diubah dengan kembali

dengan PMA Nomor 20 tahun 2019. Dalam PMA perubahan kedua ini

mencabut keberlakuan PMA Nomor 19 tahun 2018 yang juga mencabut

7
PMA. Nomor. 19 Tahun 2018 Tentang Pencatatan Nikah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 1153).
8
Asmu’i Syarkowi, “Kasus Perubahan Biodata Akta Nikah” Dikutip http://www.pa-
lumajang.go.id/145-Kasus-Perubahan-Biodata-Akta-Nikah (Pa-Lumajang.Go.Id) diakses 1
Oktober 2021.
9

kewenangan lembaga peradilan baik Pengadilan Agama maupun Pengadilan

Negeri dalam menangani perkara perubahan biodata Akta Nikah. Sebab dalam

PMA perubahan kedua ini, dinyatakan pada pasal 38 dinyatakan bahwa untuk

mengubah biodata yang terdapat pada Akta Nikah dilakukan di KUA

Kecamatan dengan berdasarkan pada Akta Kelahiran yang baru yang

dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Jadi, semenjak

diberlakukanya PMA Nomor 20 tahun 2019 ini seharusnya apabila terdapat

kasus kesalahan penulisan atau ingin mengubah biodata yang terdapat dalam

Akta Nikah cukup dilakukan di KUA Kecamatan tanpa harus melalui

Penetapan Pengadilan terlebih dahulu baik Pegadilan Agama maupun

Pengadilan Negeri. Pihak KUA pun seharusnya tidak memiliki alasan hukum

untuk menolak apabila terdapat permohonan perubahan biodata Akta Nikah

yang diajukan kepadanya. Dilain sisi, yaitu Pengadilan Agama pun seharusnya

tidak memiliki alasan untuk menerima terlebih lagi mengabulkan permohonan

perubahan biodata Akta Nikah yang diajukan kepadanya.

Walaupun aturan hukumnya telah jelas berupa Peraturan Menteri

Agama Nomor 20 tahun 2019, namun masih banyak terjadi ketimpangan pada

masyarakat berupa; pihak KUA Kecamatan yang menolak permohonan

perubahan biodata Akta Nikah, masyarakat umum yang mengajukan

permohonan perubahan biodata Akta Nikahnya ke Pengadilan Agama dan

Hakim di lingkungan Pengadilan Agama yang tetap menerima, memeriksa dan

mengabulkan permohonan perubahan biodata Akta Nikah. Sebagaimana di

Pengadilan Agama Cilacap kelas 1A, di Pengadilan Agama Cilacap terdapat


10

309 perkara permohonan perubahan Akta Nikah sepanjang tahun 2020 saja,9

permohonan tersebut dikabulkan oleh Majelis Hakim dengan pertimbangan

yang beragam.

Persoalan ketimpangan antara aturan normatif dan praktik ini harus

diluruskan dengan tujuan agar masing-masing lembaga dapat menjalankan

fungsinya sebagaimana mestinya, sesuai apa yang menjadi hak dan

wewenangnya. Dengan menerapkan aturan normatif tentang perubahan

biodata Akta Nikah juga akan mempermudah masyarakat dalam memperbaiki

berkas kependudukan apabila terjadi perbedaan atau kesalahan data pada Akta

Nikahnya. Dengan tujuan akhirnya yaitu kemanfaatan hukum dalam

menertibkan kehidupan masyarakat dalam hal ini adalah tertib administrasi

kependudukan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti kasus

perubahan biodata Akta Nikah sebagaimana yang terjadi di Pengadilan Agama

Cilacap Kelas 1A dengan judul penelitian “PERTIMBANGAN HAKIM

DALAM PENETAPAN PERKARA PERUBAHAN BIODATA AKTA

NIKAH (Studi Kasus di Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A)”. Adapun

alasan pemilihan Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A Cilacap sebagai lokasi

penelitian adalah karena tingginya angka permohonan perubahan biodata Akta

Nikah di Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A, serta karena Pengadilan

9
Laporan Perkara Yang Diputus Pada Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A Bulan
Desember 2020.
11

Agama Cilacap Kelas 1A merupakan Pengadilan Agama Kelas 1A terbaik

tingkat nasional pada tahun 2020 berdasarkan pemeringkatan yang dilakukan

oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka

dibuatlah rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kewenangan menangani perkara perubahan biodata Akta

Nikah?

2. Apa saja alasan para Pemohon mengajukan permohonan perubahan

biodata Akta Nikah ke Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A?

3. Bagaimana pertimbangan hakim Pengadilan Agama Cilacap kelas 1A

dalam penetapan perkara perubahan biodata Akta Nikah?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini yaitu :

1. Menjelaskan kewenangan menangani perkara perubahan biodata Akta

Nikah berdasarkan pada peraturan yang ada beserta perubahan-

perubahanya. Dalam hal ini adalah berdasarkan PMA Nomor 20 tahun

2019 tentang Pencatatan Nikah.

2. Memaparkan alasan-alasan para Pemohon mengajukan permohonan

perubahan biodata Akta Nikah ke Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A.


12

3. Menjelaskan ragam pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Cilacap kelas

1A dalam penetapan perkara perubahan biodata Akta Nikah.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dibuat dengan harapan dapat memberikan manfaat,

adapun manfaat yang hendak dicapai dari penelitian ini yaitu :

1. Menambah khazanah intelektual tentang pengaturan wewenang perubahan

biodata pada Akta Nikah, khususnya bagi mahasiswa Fakultas Syari’ah

Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta, dan mahasiswa

hukum pada umumnya.

2. Mengetahui alasan-alasan para Pemohon mengajukan permohonan

perubahan biodata Akta Nikah ke Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A.

3. Mengetahui pertimbangan hakim Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A

dalam penetapan perkara perubahan biodata pada Akta Nikah.

E. Kerangka Teori

Berdasarkan dari judul yang telah diajukan di awal, maka perlu untuk

menjelaskan bagaimana menggunakan teori sebagai alat yang digunakan

untuk membahas serta menganalisis pokok masalah dalam penelitian. Adapun

teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

1. Teori Kompetensi Pengadilan Agama


13

Menurut Roihan Rasyid, kompetensi seringkali juga dimaknai

kewenangan, dan juga dimaknai dengan kekuasaan.10 Begitupula menurut

Subekti, kompetensi dimaknai sebagai kekuasaan atau kewenangan yang

dalam hal ini membahas mengenai kompetensi lembaga peradilan terbagi

menjadi dua yaitu kompetensi absolut (kewenangan absolut) dan

kompetensi relatif (kewenangan relatif).11

Kompetensi absolut disebut juga sebagai kekuasaan mutlak.

Maknanya adalah kekuasaan Pengadilan yang berkaitan dengan perkara

apa yang dapat diadili pada Pengadilan yang bersangkutan, juga pada

tingkatan mana perkara tersebut diajukan yang diatur dalam Undang-

Undang Pokok Kekuasaan Kehakiman. Apakah pada Pengadilan Agama,

atau Pengadilan Negeri, Pengadilan Militer atau lembaga peradilan lain,

juga pada tingkat Pengadilan mana perkara itu diajukan. Apakah pada

Pengadilan tingkat pertama di Kabupaten, atau tingkat tinggi di Provinsi

ataukah pada Mahkamah Agung.

Masing-masing lembaga peradilan, memiliki kewenanganya yang

berbeda-beda sebagaimana diatur dalam pasal 25 Undang-undang Nomor

48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang mana dalam

konstitusi Indonesia mengenal tiga macam lembaga peradilan yaitu

Peradilan Umum, Peradilan Agama, dan Peradilan Militer yang masing-

10
Roihan A Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2005), hlm. 26.
11
Subekti, Hukum Acara Perdata, (Bandung: Bina Cipta, 1987), hlm. 23
14

masing memiliki kewenangan yang berbeda-beda. Kekuasaan lembaga

Peradilan Agama adalah dalam hal memeriksa, mengadili, dan memutus

dan menyelesaikan perkara antara orang-orang yang beragama Islam

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 12 Peraturan perundang-

undangan yang dimaksud dalam pasal tersebut adalah Undang-undang

Nomor 50 tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang

Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama, Undang-undang Nomor 1

tahun 1974 tentang Perkawinan, Kompilasi Hukum Islam dan aturan

lainya.

Undang-undang Nomor 50 tahun 2009 memberikan kewenangan

pada Pengadilan Agama untuk memeriksa, mengadili, dan memutus dan

menyelesaikan perkara antara orang-orang yang beragama Islam dalam

bidang Perkawinan, Waris, Wasiat, Hibah, Wakaf, Zakat, Infaq, Shadaqah

serta Ekonomi Syari'ah. Perincian perkara yang masuk dalam bidang

perkawinan dapat kita jumpai dalam penjelasan pasal 49 Undang-undang

Nomor 50 tahun 2009, yaitu berkaitan dengan perkara sebagai berikut :13

Penjelasan Pasal 49
a. Izin beristri lebih dari seorang;

12
Undang-undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 2009 Nomor 157 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5076).

13
Sabri Fataruba, “Kompetensi Absolut Pengadilan Agama dan Kekhususan Beracaranya
Pasca Amandemen Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama”, Jurnal Sasi
(Ambon) Vol. 21 Nomor 2, 2016. hlm. 64.
15

b. Izin melangsungkan perkawinan bagi orang yang belum


berusia 21 tahun, dalam hal orang tua atau wali atau keluarga
dalam garis lurus ada perbedaan pendapat;
c. Pencegahan perkawinan;
d. Penolakan perkawinan oleh PPN;
e. Pembatalan perkawinan;
f. Gugatan kelalaian atas kewajiban suami atau istri;
g. Cerai talak;
h. Cerai gugat;
i. Sengketa harta bersama;
j. Penguasaan anak-anak;
k. Ibu yang memikul biaya pemeliharaan anak jika bapak tidak
dapat memenuhinya;
l. Kewajiban bekas suami pada bekas istri;
m. Pengangkatan anak;
n. Pencabutan kekuasaan wali;
o. Penunjukan orang lain sebagai wali sebab wali yang sah
kekuasaanya dicabut;
p. Penunjukan orang lain sebagai wali bagi anak yang belum
cukup 18 tahun;
q. Pembebanan ganti rugi wali pada anak yang berada di bawah
kekuasaanya;
r. Penetapan asal usul anak
s. Putusan tentang penolakan pemberian keterangan melakukan
perkawinan campuran;
t. Pernyataan tentang sahnya perkawinan sebelum berlakunya
Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan dan
dijalankan menurut peraturan yang lain.

Sedangkan kompetensi relatif adalah kewenangan atau kekuasaan

yang berkaitan dengan pembagian kekuasaan antara badan-badan

pengadilan dari tiap-tiap jenis pengadilan tersebut, yang umumnya diatur

dalam undang-undang tentang hukum acara. Secara sederhana dapat

dipahami bahwa kompetensi relatif adalah kewenangan lingkungan

peradilan tertentu berdasarkan yuridiksi wilayahnya, yaitu untuk

menjawab pertanyaan Pengadilan wilayah mana yang berwenang untuk

mengadili suatu perkara.


16

2. Teori Perubahan Biodata Pada Akta Nikah

Perubahan biodata pada Akta Nikah dilakukan dalam hal terdapat

kesalahan atau kekeliruan dalam penulisan Akta Nikah. Adapun kesalahan

dalam penulisan Akta Nikah dapat dikualifikasikan dalam tiga kategori

yaitu: (1) kesalahan penulisan tempat tanggal lahir, (2) kesalahan dalam

hal ejaan atau redaksional penulisan nama suami dan istri atau wali, (3)

ketidaksesuaian data pada Akta Nikah dengan data pada berkas

kependudukan lain. Untuk melakukan perubahan tersebut telah diatur

dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 20 tahun 2019 tentang Pencatatan

Nikah.

Peraturan Menteri Agama Nomor 20 tahun 2019 tentang

Pencatatan Nikah merupakan perubahan kedua dari Peraturan Menteri

Agama Nomor 11 tahun 2007, yang diperbarui dengan Peraturan Menteri

Agama Nomor 19 tahun 2018. PMA Nomor 11 tahun 2007 tersebut

menjelaskan bahwa dasar yang dijadikan landasan Kantor Urusan Agama

Kecamatan untuk melakukan perubahan terhadap biodata suami, istri dan

wali pada Akta Nikah adalah Penetapan Pengadilan Agama, yang artinya

ketika seseorang akan melakukan perubahan biodata pada Akta Nikah

mereka harus mendapatkan Penetapan Pengadilan Agama yang amarnya

mengabulkan permohonan Pemohon untuk mengubah biodatanya. Dalam

PMA Nomor 11 tahun 2007 ini khususnya pasal 34 dibedakan antara

perubahan dan perbaikan biodata pada Akta Nikah. Yang mana perbaikan

Akta Nikah cukup dengan mencoret kata yang salah, lalu menulis ulang
17

serta diberi paraf PPN dan diberi stempel KUA. Sedangkan dalam hal

mengubah biodata maka harus berdasarkan putusan Pengadilan Agama

pada wilayah yang bersangkutan.

Peraturan Menteri Agama Nomor 11 tahun 2007 tersebut diubah

dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 19 tahun 2018 tentang

Pencatatan Nikah, dalam perubahan pertama PMA ini dijelaskan bahwa

dasar yang dijadikan landasan Kantor Urusan Agama Kecamatan untuk

melakukan perubahan terhadap biodata suami, istri dan wali pada Akta

Nikah adalah Putusan Pengadilan Negeri. PMA Nomor 19 tahun 2018 ini

mengalihkan kewenangan mengadili perkara permohonan perubahan

biodata pada Akta Nikah yang sebelumnya adalah pada Pengadilan Agama

menjadi kewenangan Pengadilan Negeri. Jadi, pada saat berlakunya PMA

Nomor 19 tahun 2018 ini, ketika seseorang akan melakukan perubahan

biodata yang ada pada Akta Nikah mereka harus mendapatkan Penetapan

Pengadilan Negeri yang amarnya mengabulkan permohonan pemohon

untuk mengubah biodatanya baru dapat mengubah biodatanya di KUA.14

Peraturan Menteri Agama Nomor 19 Tahun 2018 tentang

perubahan Peraturan Menteri Agama Nomor 11 Tahun 2007 tentang

Pencatatan Nikah diubah lagi dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 20

14
Khobibah, “Perubahan Data Akta Nikah Berdasar Putusan Pengadilan Agama
(KajianYuridis dan Siyasah Syar’iyah Peraturan Menteri Agama Nomor 11 tahun 2007 tentang
Pencatatan Nikah)”, Tesis tidak diterbitkan, Program Pasca Sarjana UIN Sunan Ampel Surabaya,
Surabaya, 2015. hlm. 6.
18

tahun 2019 tentang Pencatatan Nikah, dalam perubahan kedua ini

dijelaskan bahwa dasar yang dijadikan landasan Kantor Urusan Agama

Kecamatan untuk melakukan perubahan terhadap biodata suami, istri dan

wali pada Akta Nikah adalah Akta Kelahiran yang baru. Ketentuan dalam

PMA Nomor 20 tahun 2019 secara jelas mencabut kewenangan lembaga

peradilan, baik Pengadilan Negeri maupun Pengadilan Agama dari

menetapkan putusan yang menjadi dasar perubahan nama suami, istri

maupun wali pada Akta Nikah oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan.

Adapun yang dimaksud dengan Akta Kelahiran yang baru dalam

penjelasanya disebutkan bahwa Akta Kelahiran yang baru maksudnya

adalah Akta Kelahiran yang memuat identitas Pemohon yang dianggap

telah berkesesuaian.

3. Teori Penafsiran Hukum

Penafsiran hukum merupakan salah satu pendekatan yang

digunakan oleh hakim dalam melakukan penemuan untuk memutus setiap

perkara yang diajukan kepadanya, baik berangkat dari adanya aturan yang

kurangjelas atau bahkan berangkat dari tidak adanya aturan yang mengatur

sama sekali atas perkara yang konkrit.15

Banyak ahli hukum yang membagi penafsiran hukum dalam

beberapa bentuk yang berbeda-beda, salah satunya adalah Jazim Hamidi

yang mengutip pendapat dari Sudikno Mertokusumo, A. Pitio Achmad Ali

15
Afif Khalid, Penafsiran Hukum Oleh Hakim Dalam Sistem Peradilan di Indonesia,
Jurnal Al ‘Adl.Vol. VI Nomor 11, 2014, hlm. 11.
19

serta Yudha Bhakti membagi penafsiran hukum menjadi 11 bentuk yaitu

sebagai berikut:16

a. Interretasi Gramatikal;

b. Interpretasi Historis;

c. Interpretasi Sistematis;

d. Interpretasi Komparatif;

e. Interpretasi Fituristik;

f. Interpretasi Restrisik;

g. Interpretasi Ekstensif;

h. Interpretasi Otentif;

i. Interpretasi Interdisipliner;

j. Interpretasi Multidisipliner.

4. Teori Pertimbangan Hukum

Pertimbangan Hakim adalah argumen atau alasan yang dipakai

oleh hakim sebagai pertimbangan hukum yang menjadi dasar sebelum

memutus perkara. Dalam suatu putusan, pertimbangan hukum merupakan

jiwa dan intisari putusan. Pertimbangan hukum berisi analisis,

argumentasi, pendapat atau kesimpulan hukum dari Majelis Hakim yang

memeriksa perkara. Dalam pertimbangan hukum tersebut dikemukakan

analisis yang jelas berdasarkan undang-undang pembuktian tentang:

16
Abdul Hanan, Penemuan Hukum Oleh Hakim Dalam Praktek Hukum Acara di
Peradilan Agama, Jurnal Hukum dan Peradilan, Vol. 2 Nomor 2, 2013. Hlm. 192.
20

1) Apakah alat bukti yang diajukan Penggugat dan Tergugat memenuhi

syarat formil dan materil.

2) Alat bukti pihak mana yang mencapai batas minimal pembuktian.

3) Dalil gugat apa saja dan dalil bantahan apa saja yang terbukti.

4) Sejauh mana nilai kekuatan pembuktian yang dimiliki para pihak.

Pertimbangan hukum biasanya dimulai dengan kata ‘menimbang’

dan dari dasar memutus yang biasanya dimulai dengan kata ‘ mengingat’.

Pada dasar memutus, dasar hukumnya 2 (dua), yaitu peraturan Perundang-

undangan Negara disusun menurut urutan derajatnya, misalnya Undang-

undang didahulukan dari Peraturan Pemerintah, lalu urutan tahun

terbitnya, misalnya Undang-Undang Nomor 14 tahun 1970. Disebutkan

title peraturan perundang-undangan tersebut tentang apa, tahun dan nomor

Lembaran Negaranya.

Dasar humum Syarat diusahaklan mencarinya dari Al-Quran,

Hadis baru Qaul Fuqaha’, yang diterjemahkan juga menurut bahasa

hukum. Mengutip Al-Quran harus menyebut nomor surat, nama surat,

nomor ayat. Mengutip hadis harus menyebut siapa sanatnya, bunyi

matannya, siapa pentakhrijnya dan disebut pula pula dikutip dari kitab apa

serta disebut pengarang, penerbit, tahun, jilid dan halaman. Mengutip Qaul

juga harus disebut kitabnya selengkapnya. Mengenai hal ini, Pengadilan

Agama dianjurkan pula menggunakan Kompilasi Hukum Islam sebagai

dalil hukum.

Pertimbangan hakim diagi menjadi 2 bagian yaitu:


21

a. Pertimbangan Yuridis

Pertimbangan Yuridis adalah pertimbangan hakim yang

didasarkan pada fakta-fakta yuridis yang terungkap dalam persidangan

dan oleh Undang-undang ditetapkan sebagaimana yang harus dimuat

dalam putusan misalnya permohonan pemohon, keterangan pemohon,

keterangan saksi, barang-barang bukti dan pasal-pasal dalam peraturan

hukum. Pertimbangan yuridis dari permohonan yang dimohonkan juga

harus sesuai dengan aspek teoritik, pandangan doktrin, yurisprudensi,

dan posisi kasus yang ditangani, barulah kemudian secara limitatif

ditetapkan pendirinya.

b. Pertimbangan Non-Yuridis

Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman Pasal 5 ayat (1) mengatur bahwa hakim wajib menggali

mengikuti, dan memahami nilai-niali hukum dan rasa keadilan yang

hidup dalam masyarakat. Maksud dari ketentuan ini adalah agar setiap

putusan hakim sesuai dengan ketentuan hukum dan rasa keadilan bagi

masyarakat.

F. Tinjauan Pustaka

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan

dengan penelitian yang dilakukan, antara lain :


22

Tesis yang ditulis oleh Khobibah dari Pascasarjana UIN Sunan Ampel

Surabaya pada tahun 2015 dengan judul Perubahan Biodata Akta Nikah

Berdasarkan Putusan Pengadilan Agama (Kajian Yuridis dan Siyasah

Syar’iyah Peraturan Menteri Agama Nomor 11 Tahun 2007 Tentang

Pencatatan Nikah). Tesis ini membahas tentang kewenangan Pengadilan

Agama dalam mengubah biodata pada Akta Nikah berdasarkan Peraturan

Menteri Agama dengan teori Siyasah Syar’iyah. Tesis ini menyatakan

penunjukan Pengadilan Agama dalam mengubah biodata telah melampaui

batas kewenangan Menteri Agama dalam mengeluarkan Peraturan Menteri.

Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan

dalam hal pembahasan yang dilakukan sama, yaitu mengenai perubahan

biodata Akta Nikah melalui putusan Pengadilan. Akan tetapi terdapat

perbedaan dalam hal bahan hukum yang dipakai, jika dalam penelitian ini

bahan hukum yang dipakai adalah Peraturan Menteri Agama Nomor 11 tahun

2007, maka dalam penelitian yang dilakukan bahan hukum yang dipakai

adalah Peraturan Menteri Agama Nomor 20 tahun 2019.17

Skripsi Shofi Yesri Rizqia, program studi Hukum Keluarga UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2019 dengan judul “Kewenangan Pengadilan

Agama dan Pengadilan Negeri Atas Perubahan Biodata Akta Nikah”. Skripsi

17
Khobibah, “Perubahan Data Akta Nikah Berdasar Putusan Pengadilan Agama
(KajianYuridis dan Siyasah Syar’iyah Peraturan Menteri Agama Nomor 11 Tahun 2007 Tentang
Pencatatan Nikah)”, Tesis tidak diterbitkan, Pascasarjana (S2) UIN Sunan Ampel Surabaya,
Surabaya, 2015, hlm.
23

ini membahas tentang dualisme kewenangan dalam perkara perubahan biodata

Akta Nikah yang melekat pada Pengadilan Agama dan Pengadilan Negeri

yang ada di Indonesia. penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif

dengan pendekatan yuridis-normatif dengan sumber data berasal dari studi

pustaka, Undang-undang serta data tambahan berupa wawancara hakim.

Simpulan dari skripsi ini menurut penulis Pengadilan Negeri lebih berhak atas

perkara perubahan biodata Akta Nikah, namun walau begitu Penetapan

Pengadilan Agama maupun Pengadilan Negeri sama-sama memiliki kekuatan

hukum dan mengikat karena sama-sama belum ada kepastian kewenangan atas

perkara tersebut ada pada Pengadilan Agama atau Pengadilan Negeri.18

Persamaan dari skripsi ini adalah sama-sama membahas perubahan

biodata Akta Nikah dengan metode kualitatif menggunakan pendekatan

yuridis-normatif. Adapun perbedaan dengan skripsi yang dibuat adalah,

skripsi ini membahas kewenangan Pengadilan Agama dan Pengadilan Negeri

atas perkara perubahan biodata Akta Nikah, sedangkan penelitian yang

dilakukan fokus pada Pengadilan Agama saja. Perbedaan lain adalah dalam

hal objek penelitian, skripsi ini mengambil objek penetapan Pengadilan

Agama Kebumen, sedangkan penelitian yang dilakukan penulis menggunakan

penetapan dari Pengadilan Agama Cilacap.

18
Shofia Yesri Rizqia, “Kewenangan Pengadilan Agama dan Pengadilan Negeri Atas
Perubahan Biodata Akta Nikah (Studi Kasus Penetapan Pengadilan Agama Kebumen)”, Skripsi
tidak diterbitkan, Fakultas Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2019, hlm.
24

Skripsi Zainal Abidin, program Studi Hukum Keluarga Islam Fakultas

Syariah UIN Antasari tahun 2020 yang berjudul “Praktik Penyelesaian

Perubahan Biodata Kutipan Akta Nikah (Studi Pasca Terbitnya Permenag

Nomor. 20 Tahun 2019 Tentang Pencatatan Nikah). Skripsi ini merupakan

hasil penelitian lapangan di KUA Banjarmasin Barat dan KUA Banjarmasin

Tengah dengan menggali informasi melalui kepala KUA mengenai

penyelesaian perubahan biodata Akta Nikah serta kendala yang dihadapi

dalam pelaksanaanya di KUA yang bersangkutan.

Hasil penelitian ini menunjukan pelaksanaan perubahan biodata Akta

Nikah di KUA Banjarmasin Barat dan KUA Banjarmasin Tengah telah sesuai

dengan aturan yang ada yaitu Permenag Nomor 20 tahun 2019 tentang

Pencatatan Nikah. Adapun kendala yang dihadapi pihak KUA adalah dalam

hal ketidakpahaman masyarakat akan prosedur perubahan biodata Akta Nikah,

stok buku nikah yang terbatas, dan untuk perubahan yang sifatnya fatal tetap

harus melalui penetapan Pengadilan Negeri terlebih dahulu.19

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah

sama-sama meneliti tentang perubahan biodata Akta Nikah, dengan bahan

hukum berupa PMA/Permenag Nomor 20 tahun 2019 tentang Pencatatan

Nikah. Perbedaanya adalah jika penelitian ini di fokuskan hanya pada praktek

19
Zainal Abidin, “Praktik Penyelesaian Perubahan Biodata Kutipan Akta Nikah (Studi
Pasca Terbitnya Permenag Nomor. 20 Tahun 2019 Tentang Pencatatan Nikah)”, Skripsi tidak
diterbitkan, Program Studi Hukum Keluarga Islam UIN Antasari Banjarmasin, Banjarmasin, 2020,
hlm.
25

di KUA Kecamatan, sedangkan penelitian yang dilakukan tidak hanya

meneliti di tingkat KUA saja, melainkan di Pengadilan Agama dengan

penetapan perkara permohonan perubahan biodata Akta Nikah karena terjadi

pemolakan oleh pihak KUA terhadap permohonan perubahan biodata Akta

Nikah jika tidak disertai dengan Penetapan Pengadilan.

Thesis Khoirur Roziqin yang berjudul “Legal Policy Of Islamic

Court’s Authority In Biodata Correction Of Marriage Certificate”, Jurusan Al-

Ahwal Al-Syakhsiyyah Fakultas Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

tahun 2016. Penelitian ini menghasilkan simpulan adanya kontradiksi antara

pasal 32 ayat (2) PMA Nomor 11 tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah

dengan ketentuan pasal 93 Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2008

tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Catatan Sipil.

Bentuk kontradiksi dalam dua norma hukum tersebut adalah mengenai

lembaga peradilan mana yang berwenang menangani perkara perubahan

biodata Akta Nikah.20

Dalam Tesis ini disebutkan bahwa PMA Nomor 11 tahun 2007

memberikan kewenangan pada Pengadilan Agama untuk mengubah biodata

Akta Nikah, akan tetapi klausa dalam 93 Peraturan Pemerintah Nomor 25

tahun 2008 menunjukan lembaga yang berwenang dalam perkara ini adalah

Pengadilan Negeri. Sehingga pada akhir tesis ini menyampaikan saran agar

20
Khoirur Roziqin ,“Legal Policy Of Islamic Court’s Authority In Biodata Correction Of
Marriage Certificate”, Thesis tidak diterbitkan, Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah Fakultas Syariah
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2016, hlm.
26

ada perubahan pada beberapa pasal dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25

tahun 2008 untuk mencegah adanya dualisme kewenangan atas perkara

perubahan biodata Akta Nikah.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah

dalam hal bahan hukum yang digunakan. Penelitian ini menggunakan bahan

hukum berupa PMA Nomor 11 tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah

dibandingkan dengan klausul dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun

2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Catatan

Sipil. Sedangkan penelitian yang dilakukan adalah berangkat dari ketentuan

dalam PMA Nomor 20 tahun 2019 tentang Pencatatan Nikah yang merupakan

perubahan kedua dari PMA Nomor 11 tahun 2007.

Skripsi Reza Kamala Fasicha yang berjudul “Kekuatan Hukum Dari

Penetapan Pengadilan Agama Tentang Permohonan Perubahan Biodata

(Studi Kasus di Pengadilan Agama Kudus)” Fakultas Syariah STAIN Kudus

tahun 2016. Penelitian ini mengkaji bagaimana kewenangan dari Pengadilan

Agama dan bagaimana kekuatan hukum dari penetapan Pengadilan Agama

mengenai permohonan perubahan biodata Akta Nikah. Penelitian ini

menggunakan jenis penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif, sumber

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber primer yang berupa

wawancara dan sumber sekunder yang berupa Peraturan Menteri Agama

Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah. Analisis dengan

menggunakan metode deskriptif.


27

Adapun hasil penelitian menunjukan bahwa Pengadilan Agama

berwenang mengadili permohonan perubahan biodata Akta Nikah berdasarkan

pada PMA Nomor 11 tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah Pasal 34 dengan

dikaji secara pertimbangan filosofis, yuridis, dan sosiologis. Kekuatan hukum

dari penetapan hakim dalam permohonan perubahan biodata adalah bersifat

mengikat semua pihak, bersifat pembuktian yang berbentuk sebuah akta

otentik untuk dijadikan dasar pembuatan Akta Nikah baru dan juga bersifat

kekuatan eksekutorial berupa perintah kepada Pegawai Pencatat Nikah untuk

mengubah biodata pemohon sesuai dengan isi penetapan yang dikeluarkan

oleh Pengadilan Agama.21

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah

kedua penelitian ini sama-sama membahas perkara perubahan biodata Akta

Nikah melalui Penetapan Pengadilan Agama dan membahas kewenangan

mengubah biodata pada Akta Nikah. Adapun perbedaanya adalah berkenaan

dengan lokasi penelitian, bahan hukum yang digunakan, serta informan yang

digunakan dalam proses pengumpulan data berupa wawancara.

Dalam skripsi Reza Kamala, penelitian dilakukan di Pengadilan

Agama Kudus, sedangkan penelitian yang dilakukan mengambil lokasi di

Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A. Jika bahan hukum yang digunakan

dalam skripsi Reza Kamala adalah PMA Nomor 11 tahun 2007 tentang

21
Reza Kamala Farischa, “Kekuatan Hukum Dari Penetapan Pengadilan Agama Tentang
Permohonan Perubahan Biodata (Studi Kasus di Pengadilan Agama Kudus)”, Skripsi tidak
diterbitkan Fakultas Syariah Stain Kudus, 2016. hlm.
28

Pencatatan Nikah sedangkan yang penulis lakukan adalah menggunakan PMA

Nomor 20 tahun 2019 tentang Perubahan Kedua PMA Nomor 11 tahun 2007

tentang Pencatatan Nikah. Informan penelitian Reza Kamala hanya Hakim

Pengadilan Agama Kudus yang memutus perkara perubahan biodata Akta

Nikah, sedangkan dalam penelitian penulis menggunakan informan selain

hakim juga para Pemohon, pihak KUA yang menolak permohonan perubahan

biodata Akta Nikah, serta konfirmasi data terhadap Panitera Muda Hukum.

Artikel Jurnal yang ditulis oleh Muhammad Alif Ilham Ramadhan

diterbitkan oleh jurnal sakina dengan judul “Permohonan Perubahan Biodata

Akta Nikah Karena Murtad” tahun 2019. Jurnal ini merupakan hasil penelitian

dari Putusan Pengadilan Agama Malang Nomor 0084/Pdt.P/2019/Pa.Kab.Mlg.

Penelitian ini menghasilkan simpulan bahwa permohonan tersebut ditolak oleh

Hakim dengan alasan para Pemohon bukan merupakan orang Islam sehingga

Majelis Hakim beranggapan para pihak tidak memiliki Legal Standing

mengajukan permohonan perubahan biodata Akta Nikah ke Pengadilan

Agama walaupun terdapat kesalahan dalam penulisan Akta Nikah mereka

semasa menikah dahulu masih beragama Islam.22

Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan dalam

hal putusan yang diteliti jika dalam penelitian ini putusan yang diambil adalah

putusan Pengadilan Agama Malang, sedangkan yang akan dilakukan

penelitian adalah putusan Pengadilan Agama Cilacap. Amar putusan yang

22
Muhammad Alif Ilham Ibrahim, “Permohonan Perubahan Biodata Akta Nikah Karena
Murtad”, Jurnal Sakina, (Malang), 2019, hlm.
29

diteliti dalam jurnal ini adalah menolak permohonan perubahan biodata Akta

Nikah.

Artikel Jurnal yang ditulis oleh Eldi Harponi dkk berjudul “Tinjauan

Yuridis Penetapan Perubahan Nama di Pengadilan Agama Kebumen”

diterbitkan dalam jurnal Kajian Hasil Penelitian Volume 2 Nomor (1) tahun

2018. Jurnal ini meneliti perkara perubahan nama yang terdapat pada Buku

Nikah dengan metode penelitian kualitatif lapangan. Sumber data diperoleh

melalui wawancara terhadap Hakim Pengadilan Agama Kebumen serta

dokumentasi terhadap penetapan perubahan biodata Akta Nikah serta PMA

Nomor 11 tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah sebagai sumber data primer

berupa bahan hukum.

Penelitian menghasilkan simpulan bahwa perkara perubahan biodata

Akta Nikah merupakan kewenangan absolut Pengadilan Agama adapun

pertimbangan hakim dalam memutus perkara perubahan biodata Akta Nikah

antara lain karena perkara tersebut terkait dengan bidang perkawinan,

kewajiban hakim dalam menggali hukum yang hidup dalam masyarakat, serta

adanya asas bahwa pengadilan dilarang menolak perkara yang diajukan

kepadanya. Simpulan lainya adalah bahwa menurut teori sinkronisasi

peraturan perundang-undangan, aturan tentang perubahan biodata Akta Nikah

terdapat ketimpangan antara ketentuan dalam PMA Nomor 11 tahun 2007

tentang Pencatatan Nikah dengan aturan lain yang ada kedudukanya lebih
30

tinggi yaitu Undang-undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan.23

Persamaam penelitian Edi Harponi dkk dengan penelitian yang

dilakukan penulis adalah dalam hal pokok bahasan yaitu mengenai perubahan

biodata yang terdapat dalam Akta Nikah. Persamaan lainya adalah dalam hal

metode pengumpulan data yang sama-sama menggunakan metode wawancara

dan dokumentasi. Akan tetapi, wawancara dan dokumentasi yang dilakukan

Edi Harponi dkk dilakukan terhadap sumber data yang ada di Pengadilan

Agama Kebumen, sedangkan yang dilakukan oleh penulis bersumber dari

Pengadilan Agama Cilacap.

Perbedaan lainya adalah dalam hal, bahan hukum Peraturan Menteri

Agama yang digunakan sebagai alat analisis, pada penelitian Edi Harponi

PMA yang digunakan adalah PMA Nomor 11 tahun 2007, sedangkan yang

digunakan dalam penelitian penulis adalah PMA Nomor 20 tahun 2019

tentang Pencatatan Nikah.

Berdasarkan pada penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan

bahasan dengan penelitian yang dilakukan, maka menurut hemat penulis

skripsi yang dibuat ini layak untuk dilanjutkan. Hal tersebut beralasan bahwa

belum ada penelitian yang sama persis dengan penelitian yang dilakukan

penulis. Sehingga penelitian yang telah dilakukan ini merupakan penelitian

yang unik.

23
Eldi Harponi, dkk, “Tinjauan Yuridis Penetapan Perubahan Nama di Pengadilan
Agama Kebumen”, Jurnal Kajian Penelitian Hukum, Vol. 2 Nomor (1), 2018. hlm.
31

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yaitu

penelitian yang dilakukan dengan cara peneliti meneliti kondisi atau

fenomena yang ada di lapangan secara langsung. Peneliti memanfaatkan

informan sebagai sumber datanya. Yang akan diamati dalam penelitian ini

adalah perilaku, persepsi serta motivasi para Pemohon dalam perkara

permohonan perubahan biodata Akta Nikah juga hakim-hakim di

Pengadilan Agama Cilacap kelas 1A yang memutus perkara permohonan

perubahan biodata Akta Nikah berkaitan dengan pertimbanganya.24

2. Sumber Data;

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data yang langsung dikumpulkan

oleh peneliti yang menjadi data pokok dalam suatu penelitian,

misalnya wawancara, kuisioner, observasi dan sebagainya serta data

tersebut peneliti dapatkan langsung dari sumber pertama. 25 Sumber

data primer dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari

wawancara terhadap para Pemohon dalam perkara permohonan

perubahan biodata Akta Nikah dan Hakim-hakim di lingkungan

Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A yang memutus perkara

24
Ismail Nurdin dan Sri Hartati, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya : Media
Sahabat Cendekia, 2019). hlm. 75.
25
Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis, cet ke-1, (Yogyakarta: Teras, 2001),
hlm. 80.
32

permohonan perubahan biodata pada Akta Nikah, Panitera Muda

Hukum Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A, serta pegawai KUA

yang menolak permohonan perubahan biodata Akta Nikah.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yaitu data yang tidak secara langsung

diperoleh dari lapangan. 26 Data sekunder yang digunakan dalam

penelitian ini berupa bahan hukum. Bahan hukum adalah keseluruhan

prinsip-prinsip, ketentuan, dan prosedur teknis hukum, baik dalam

bentuk peraturan perundang-undangan, perjanjian-perjanjian, termasuk

juga pendapat para sarjana mengenai hukum serta penelusuran hukum

dan literatur yang terdiri dari :27

1) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang utama,

sebagai bahan hukum yang bersifat autoritatif, yakni bahan hukum

yang mempunyai otoritas, bahan hukum primer meliputi peraturan

perundang-undangan dan segala dokumen resmi yang memuat

ketentuan hukum seperti produk Pengadilan baik berupa penetapan

maupun putusan. Bahan hukum primer yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009

tentang Perubahan Kedua Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989

26
Ibid., hlm.81.
27
I Ketut Suardita, Pengenalan Bahan Hukum, (Denpasar : Fakultas Hukum Universitas
Udayana, 2017), hlm. 20.
33

tentang Peradilan Agama, Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009

tentang Perubahan Kedua Undang-undang Nomor 2 tahun 1986

tentang Peradilan Umum, Undang-undang Nomor 1 tahun 1974

tentang Perkawinan, dan Peraturan Menteri Agama Nomor 20

tahun 2019 tentang Perubahan Kedua PMA Nomor 11 tahun 2007

Pencatatan Nikah beserta perubahanya.

Selain menggunakan bahan hukum berupa peraturan

perundang-undangan, bahan hukum primer lain yang digunakan

adalah berupa Penetapan Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A.

Yaitu penetapan dengan Nomor perkara 1008/Pdt.P/2020/Pa.Clp

tertanggal 12 November 2020, perkara Nomor

0060/Pdt.P/2020/Pa.Clp, perkara Nomor 0057/Pdt.P/2020/Pa.Clp,

penetapan Nomor 0186/Pdt.P/2020/Pa.Clp, penetapan Nomor

1102/Pdt.P/2020/Pa.Clp serta penetapan dengan Nomor perkara

0966/Pdt.P/2020/Pa.Clp tertanggal 9 November 2020. Penetapan-

penetapan tersebut berkaitan langsung dengan pokok bahasan pada

penelitian ini, yaitu tentang perubahan biodata pada Akta Nikah.

2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah dokumen atau bahan hukum

yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer seperti

buku-buku, artikel jurnal, hasil penelitian, makalah dan lain

sebagainya yang relevan dengan permasalahan yang akan dibahas.

Buku-buku yang berkaitan dengan hukum Peradilan Agama dan


34

Kantor Urusan Agama seperti buku Hukum Acara Peradilan

Agama karya Abdullah Tri Wahyudi, S. Ag., S. H., M.H; tesis

Khobibah yang berjudul Perubahan Biodata Akta Nikah

Berdasarkan Putusan Pengadilan Agama Kajian Yuridis dan

Siyasah Syar’iyah Peraturan Menteri Agama Nomor 11 Tahun

2007 Tentang Pencatatan Nikah; skripsi Shofi Yesri Rizqia yang

berjudul Kewenangan Pengadilan Agama dan Pengadilan Negeri

Atas Perubahan Biodata Akta Nikah, jurnal, dan artikel lain yang

menunjang penelitian ini.

3) Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier sebagai bahan hukum yang

memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum

primer dan sekunder, seperti kamus, maupun ensiklopedi. Bahan

hukum tersier dalam penelitian ini adalah Laporan Perkara Yang

Diputus Pada Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A Bulan

Desember 2020, buku-buku Metodologi Penelitian serta buku

Metodologi Penelitian Hukum seperti buku karya Rianto Adi.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A yang

berkedudukan di Jalan DR. Rajiman Nomor. 25B, Kebon Manis, Cilacap

Utara, Kabupaten Cilacap. Adapun waktu penelitian dilakukan selama satu

bulan yaitu dimulai tanggal 10 Oktober 2021 sampai 10 November 2021.

4. Teknik Pengumpulan Data


35

a. Wawancara

Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan cara

komunikasi (kontak langsung atau hubungan pribadi antara pengumpul

data/pewawancara) dengan sumber data (informan). 28 Wawancara

dapat disebut teknik pengumpulan data dengan interview pada satu

atau beberapa orang yang terkait dalam penelitian, wawancara tersebut

biasanya dilakukan dengan tatap muka langsung. Wawancara tersebut

dilakukan dengan terstruktur (sudah direncanakan pertanyaannya) dan

tidak terstruktur (tidak direncanakan pertanyaanya langsung bertanya

saat wawancara).29

Wawancara dalam penelitian ini yaitu berbentuk wawancara

terstruktur (pertanyaan sudah disusun terlebih dahulu sebelum

penelitian) serta wawancara semi terstruktur (pertanyaan wawancara

muncul dengan sendirinya dari pewawancara saat di lokasi

wawancara). Wawancara tersebut dilakukan dengan Pemohon 1 dan

Pemohon 2 dalam perkara Permohonan Nomor

1008/Pdt.P/2020/Pa.Clp, Pemohon 1 dan Pemohon 2 dalam perkara

Permohonan Nomor 0966/Pdt.P/2020/Pa.Clp serta hakim-hakim di

lingkungan Pengadilan Agama Cilacap yang memutus perkara

permohonan perubahan biodata Akta Nikah serta konfirmasi terkait

28
Rianto Adi, Metode Penelitian Sosial dan Hukum, cet ke-1, (Jakarta: Granit, 2004),
hlm: 72.
29
Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis, cet ke-1, (Yogyakarta : Teras, 2001),
hlm. 89.
36

penolakan permohonan perubahan biodata Akta Nikah ke KUA

Kecamatan Kesugihan dan KUA Kecamatan Cilacap Utara, serta

Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A berkaitan

dengan data permohonan perubahan biodata Akta Nikah.

Adapun hakim yang dijadikan sumber data atau informan

dalam penelitian ini berjumlah 4 orang, yaitu Drs. Marwoto, S.H.,

M.Si., Drs. Muslim, S.H., M.S.I., Drs. Af. Mafthuhin, M.H, Drs. Wan

Ahmad, M.H. Semuanya merupakan hakim Pengadilan Agama Cilacap

Kelas 1A yang menangani perkara permohonan perubahan biodata

Akta Nikah. Wawancara juga dilakukan terhadap dengan Hj. Amini, S.

H selaku panitera muda hukum Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A

guna konfirmasi data permohonan perubahan biodata Akta Nikah.

Selain wawancara terhadap para pemohon perubahan biodata

Akta Nikah di Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A, hakim yang

memeriksa perkara pemohon perubahan biodata Akta Nikah di

Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A dan Panitera Muda Hukum,

wawancara juga dilakukan terhadap pihak KUA yang dalam hal ini

akan dilakukan di KUA Kecamatan Kesugihan dan KUA Kecamatan

Cilacap Utara Kabupaten Cilacap. Kedua KUA tersebut adalah KUA

yang menolak permohonan perubahan biodata Akta Nikah para

pemohon dalam perkara Nomor 1008/Pdt.P/2020/Pa.Clp dan perkara

Nomor 0966/Pdt.P/2020/Pa.Clp. Adapun pihak yang diwawancarai

dari kedua KUA tersebut adalah Tufiqurrahman, S. Ag, Kepala KUA


37

Kecamatan Cilacap Utara dan Isbah Wahyudi, S. H.I Penghulu KUA

Kecamatan Kesugihan.

b. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan

dengan melihat dokumen resmi, catatan-catatan atau bahan rujukan

yang terkait dengan penelitian. Dalam penelitian ini, dokumentasi

digunakan untuk memperoleh data sekunder yang berasal dari bahan

hukum baik bahan hukum primer, bahan hukum sekunder maupun dari

bahan hukum tersier.

Penetuan bahan hukum primer berupa salinan putusan

Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A, perihal perubahan biodata

dilakukan dengan teknik Purpossive Sampling. Purpossive Sampling

merupakan teknik pemilihan subjek dengan menggunakan kriteria

tertentu yang dianggap mempunyai kaitan erat dengan ciri-ciri

populasi yang telah diketahui serta dianggap telah mewakili

keseluruhan populasi dengan dihubungkan dan disesuaikan

menggunakan kriteria tertentu.30

Dalam penelitian ini sample yang digunakan yang telah cukup

mewakili keseluruhan populasi adalah 6 penetapan dari 309 penetapan

Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A tahun 2020 dengan kriteria

sebagai berikut:

30
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010). hlm.
128.
38

1) Mewakili alasan permohonan perubahan biodata akta nikah berupa

kepentingan pembuatan akta kelahiran, pembuatan akta kematian

serta keperluan sinkronisasi data.

2) Mewakili bentuk permohonan perubahan biodata akta nikah terdiri

dari permohonan perubahan nama suami, permohonan perubahan

nama istri, permohonan perubahan tanggal lahir serta perpaduan

permohonan perubahan nama baik suami atau istri beserta tanggal

lahir.

3) Mewakili bentuk permohonan perubahan nama yang berbeda sama

sekali atau perubahan nama karena kesalahan penulisan.

4) Mewakili pertimbangan hukum yang digunakan dalam penetapan

berupa, PMA Nomor 11 tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah,

PMA Nomor 20 tahun 2019 tentang Pencatatan Nikah, Undang-

undang Nomor 50 tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Undang-

undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Umum serta

penetapan yang menggunakan pertimbangan Kaidah Fiqhiyyah.

Tabel 1
Purpossive Sampling Penetapan Pengadilan Agama Cilacap
Kelas 1A Tahun 2020 Perihal Perubahan Biodata Akta
Nikah

No Nomor Penetapan Kriteria Pemilihan Sample

1. 1008/Pdt.P/2020/Pa.Clp - Bentuk permohonan perubahan

berupa permohonan perubahan

nama suami dan istri beserta


39

tanggal lahir.

2. 0060/Pdt.P/2020/Pa.Clp - Salah satu pertimbanganya

dengan PMA Nomor 11 tahun

2007 tentang Pencatatan Nikah

3. 0057/Pdt.P/2020/Pa.Clp - Bentuk permohonan perubahan

berupa permohonan perubahan

nama suami saja;

- Alasan permohonan perubahan

untuk keperluan pembuatan akta

kelahiran anak;

- Salah satu pertimbanganya

berupa Kaidah Fiqhiyyah.

4. 0186/Pdt.P/2020/Pa.Clp - Alasan permohonan

perubahanya untuk keperluan

pembuatan akta kematian

5. 1102/Pdt.P/2020/Pa.Clp - Permohonan perubahan biodata

berupa nama yang salah ketik.

6. 0966/Pdt.P/2020/Pa.Clp - Pertimbangan hukumnya

menggunakan PMA Nomor 20

tahun 2019 tentang Pencatatan

Nikah serta Undang-undang

Nomor 50 tahun 2009 tentang


40

perubahan kedua Undang-

undang Nomor 7 tahun 1989

tentang Peradilan Agama.

5. Teknik Analisis Data

Menggunakan teknik analisis deskriptif yaitu menganalisis isi

dalam suatu penelitian.31 Penelitian ini memaparkan kewenangan perkara

perubahan biodata Akta Nikah menjadi kewenangan siapa, memaparkan

alasan atau motivasi para Pemohon dalam perkara permohonan perubahan

biodata Akta Nikah mengapa mengajukan permohonanya ke Pengadilan

Agama Cilacap Kelas 1A serta pertimbangan hakim Pengadilan Agama

Cilacap Kelas 1A dalam penetapan perkara perubahan biodata Akta Nikah

mengapa Hakim di lingkungan Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A

menerima dan mengabulkan permohonan tersebut. Penjabaran dilakukan

dengan teknik deduktif, yaitu dengan gambaran secara umum tentang

kewenangan apa saja yang melekat pada Pengadilan Agama kemudian

berkaitan dengan aturan hukum khusus tentang perubahan biodata Akta

Nikah juga dikaitkan dengan teori penafsiran hukum menghasilkan

simpulan apakah Pengadilan Agama berwenang menangani perkara

tersebut atau tidak disertai argumen hukumnya, alasan permohonan

perubahan biodata dan pertimbangan Hakim dalam memutus perkara dapat

dibenarkan secara hukum atau tidak.


31
Ibid., hlm. 92.
41

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini disesuaikan dengan panduan

penulisan dan penyusunan tugas akhir skripsi yang diberlakukan pada Fakultas

Syariah Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta, penelitian ini

berisi lima bab dan setiap babnya terdiri dari beberapa sub bab. Adapun

sistematika penulisan penelitian ini sebagai berikut:

Bab pertama Pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teori, tinjauan

pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab kedua teori Tinjauan Umum Kompetensi Pengadilan Agama dan

Perubahan Biodata Akta Nikah, Teori Penafsiran Hukum serta Pertimbangan

Hukum Bab ini berisi tentang tinjauan umum Pengadilan Agama serta

kompetensi yang melekat pada lembaga Peradilan Agama, teori perubahan

biodata Akta Nikah yang berisi runtutan aturan tentang perubahan biodata

Akta Nikah dalam PMA, Teori penafsiran hukum untuk menganalisis

kewenangan lembaga peradilan agama serta teori pertimbangan hukum untuk

menganalisis jawaban dari rumusan masalah ketiga.

Bab ketiga Data. Merupakan gambaran umum Pengadilan Agama

Cilacap Kelas 1A yang terdiri dari visi misi, rekapitulasi perkara tahun 2020,

struktur organisasi dan wilayah yurisdiksi, serta menerangkan Permohonan

Perubahan Biodata Akta Nikah di Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A

berupa penyajian data hasil wawancara dan dokumentasi alasan permohonan

perubahan biodata akta yang diajukan para pemohon, serta deskripsi


42

penetapan penetapan atas permohonan perubahan biodata akta nikah dengan

nomor perkara 1008/Pdt.P/2020/Pa.Clp, perkara Nomor

0060/Pdt.P/2020/Pa.Clp, perkara Nomor 0057/Pdt.P/2020/Pa.Clp, penetapan

Nomor 0186/Pdt.P/2020/Pa.Clp, penetapan Nomor 1102/Pdt.P/2020/Pa.Clp

serta penetapan dengan Nomor perkara 0966/Pdt.P/2020/Pa.Clp.

Bab keempat Analisis. Berisi analisis tentang kewenangan atas perkara

perubahan biodata Akta Nikah berkaitan dengan lembaga mana yang

berwenang menangani perkara tersebut ditinjau dari aturan terbaru yang

mengatur tentang perubahan biodata akta nikah yaitu PMA Nomor 20 tahun

2019 tentang Pencatatan Nikah, Undang-undang Peradilan Agama serta teori

penafsiran hukum, analisis alasan mengapa para pemohon mengajukan

permohonan perubahan biodata Akta Nikahnya ke Pengadilan Agama Cilacap

Kelas 1A serta analisis keabsahan pertimbangan Hakim Pengadilan Agama

Cilacap Kelas 1A yang digunakan dalam menerima serta memutus perkara

permohonan perubahan biodata Akta Nikah ditinjau dari bebebrapa asas-asas

hukum yang diberlakukan di Pengadilan Agama serta teori pertimbangan

hukum.

Bab kelima Penutup. Bab ini sebagai bab terakhir yang terdiri

kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh dan dianalisis selama proses

penelitian dipaparkan secara ringkas dalam dalam bentuk naarasi, juga disertai

dengan saran-saran sebagai rekomendasi bagi pihak-pihak yang berkaitan

langsung dengan perkara perubahan biodata akta nikah serta penutup.


BAB II
TINJAUAN UMUM KOMPETENSI PENGADILAN AGAMA,
PERUBAHAN BIODATA AKTA NIKAH, TEORI PENAFSIRAN HUKUM
DAN TEORI PERTIMBANGAN HUKUM

A Kompetensi Pengadilan Agama

1. Pengertian dan Dasar Hukum Pengadilan Agama

Pengadilan Agama adalah salah satu lembaga kehakiman di

bawah naungan Mahkamah Agung Republik Indonesia, yang

kedudukanya setara dengan lembaga peradilan lain seperti Peradilan

Umum, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara.

Pengadilan Agama juga merupakan lembaga peradilan yang sifatnya

khusus menangani perkara tertentu bagi orang-orang yang beragama

Islam.1

Kekuasaan kehakiman pada lembaga Peradilan Agama terdiri

dari Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama. Pengadilan

Agama adalah pengadilan tingkat pertama yang wilayah hukumnya

berkedudukan di Kabupaten atau Kota, sedangkan Pengadilan Tinggi

Agama berkedudukan di ibukota Provinsi sebagai pengadilan tingkat

banding.2

Kedudukan Peradilan Agama sebagai salah satu lembaga

peradilan diakui keberadaannya sebagaimana disebutkan dalam pasal

1
Roihan A Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafika Persada,
2005), hlm. 5-6.
2
Abdullah Tri Wahyudi, Hukum Acara Peradilan Agama, (Bandung: Mandar Maju,
2018). hlm. 7.

43
44

10 ayat (2) Undang-Undang Nomor 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan

Kehakiman, disebutkan bahwa “Badan peradilan yang berada di bawah

Mahkamah Agung meliputi badan peradilan dalam lingkungan

Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan

Tata Usaha Negara”. Demikian pula disebutkan Undang-undang

Nomor 14 tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan

Kehakiman3

Selain disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 2004

Tentang Kekuasaan Kehakiman, kedudukan peradilan agama sebagai

lembaga peradilan yang diakui secara resmi dalam konstitusi

Indonesia, kedudukanya dipertegas lagi dengan terbitnya Undang-

Undang Nomor 3 tahun 2006 tentang Perubahan Undang-undang

Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagai peradilan yang

khusus menangani perkara bagi orang-orang Islam. Adapun yang

dimaksud dengan orang Islam dalam ketentuan undang-undang ini

adalah setiap orang yang tunduk pada hukum Islam.

2. Sumber Hukum Lembaga Peradilan Agama4

Sumber hukum dalam lingkup peradilan dibagi menjadi dua,

yaitu sumber hukum materiil dan sumber hukum formil. Adapun yang

disebut dengan sumber hukum materiil ialah sumber hukum yang

3
Undang-Undang Nomor 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman (Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4358).
4
Dikutip dari https://pa-seirampah.go.id/index.php/kepaniteraan/prosedur-berperkara/
diakses pada 18 Januari 2022 pukul 11.00 WIB.
45

digunakan untuk menangani perkara tertentu yang menjadi

kompetensinya, sedangkan sumber hukum formil ialah aturan hukum

yang mengatur tata cara persidangan dalam menangani perkara.

Adapun sumber hukum materiil yang diberlakukan di lembaga

Peradilan Agama antara lain:

a. Hukum Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits;

b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan;

c. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama;

d. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan;

e. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan

Tanah Milik;

f. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 Tentang KHI;

g. Peraturan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 1987 tentang Wali

Hakim;

h. Yuriprudensi;

i. Ilmu Pengetahuan Hukum dalam Kitab-kitab Fiqih;

j. Hukum positif lainya yang berkaitan dengan tugas dan

kewenangan Peradilan Agama.

Adapun hukum acara yang berlaku di Peradilan Agama

adalah hukum acara perdata yang berlaku di lingkungan Peradilan

Umum kecuali yang telah diatur secara khusus. Diantara sumber

hukum formil yang diberlakukan antara lain:


46

a. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 yang telah diganti dengan

Undang-Undang Nomor 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan

Kehakiman;

b. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan;

c. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985 yang telah diubah dengan

Undnag-undang Nomor5 Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung;

d. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 yang telah diubah dengan

Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama;

e. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan;

f. Inpres Nomor 1 Tahun 1991 Tentang KHI.

3. Asas-asas Lembaga Peradilan Agama

Asas hukum merupakan aturan serta prinsip dalam hukum yang

sifatnya abstrak yang menjadi latar belakang suatu peraturan atau

pemberlakuan hukum tertentu.5 Karena sifatnya sebagai asas yang

mendasar, maka aturan yang sifatnya konkret berupa aturan

perundang-undangan, pelaksaanan hukum, termasuk di dalamnya

adalah putusan hakim tidak boleh bertentangan dengan asas hukum.

Asas hukum terdapat pada semua lembaga peradilan baik

lembaga Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Tata Usaha

5
Zaeni Asyhadie dan Arief Rahman, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2013), hlm. 135.
47

Negara, maupun Peradilan Militer dengan kekhususanya masing-

masing yang memiliki fungsi antara lain:6

a. Fungsi Konsistensi (taat asas);

b. Fungsi Mengatasi Konflik;

c. Fungsi Rekayasa Sosial.

Adapun dalam lembaga peradilan agama juga terdapat asas-

asas yang menjadi latar belakang setiap peraturan konkret yang

diberlakukan, serta terhadap setiap putusan yang dijatuhkan hakim.

Diantara asas-asas hukum yang diberlakukan di lembaga Peradilan

Agama antara lain;

a. Asas yang berkaitan dengan peraturan perundang-undangan

1) Asas Lex Specialis Derogat Legi Generalis

Asas ini menyatakan bahwa peraturan perundang-

undangan yang bersifat khusus menyampingkan keberlakuan

suatu peraturan perundang-undangan yang bersifat umum.

Misal tindak pidana pencurian yang diatur dalam KUHP

merupakan suatu aturan umum, lalu terjadi tindak pidana

korupsi ketentuan dalam KUHP tidak dapat diterapkan dalam

kasus ini melainkan harus dengan ketentuan khusus berupa

Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

6
Hazar Kusmayanti dkk, “Sidang Keliling dan Prinsip-Prinsip Hukum Acara Perdata :
Studi Pengamatan Sidang Keliling di Pengadilan Agama Tasikmalaya”, Jurnal Adhaper
(Surabaya), Vol. 1 Nomor 2, 2015. hlm. 103.
48

Dalam hal ini Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi mengesampingkan ketentuan dalam KUHP.

2) Asas Lex Superior Derogat Legi Inferior

Maksud dari asas ini adalah, suatu ketentuan undang-

undang yang kedudukanya lebih tinggi, apabila mengatur

perbuatan yang sama dengan aturan hukum lain yang

kedudukanya di bawahnya, maka megesampingkan aturan

hukum yang ada di bawahnya. Secara sederhana, dapat kita

pahami asas ini adalah sistem hierarki peraturan perundang-

undangan. Adapun hierarki yang diberlakukan di Indonesia saat

ini yaitu sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang

Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan;7

Pasal 7
1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan
terdiri atas:
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
b) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c) Undang-Undang /Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang;
d) Peraturan Pemerintah;
e) Peraturan Presiden;
f) Peraturan Daerah Provinsi; dan
g) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

3) Asas Lex Posteriori Darogat Legi Priori

7
Hasanuddin Hasim, “Hierarki Peraturan Perundang-Undangan Negara Republik
Indonesia Sebagai Suatu Sistem”, Malrev (Parepare) Vol. 1 Nomor 2, 2017. hlm. 9.
49

Asas Lex Posteriori Derogat Legi Priori bermakna

undang-undang aturan hukum yang baru meniadakan

keberlakuan undang-undang atau aturan hukum yang lama.

Asas ini hanya dapat diterapkan dalam kondisi norma hukum

yang baru memiliki kedudukan yang sederajat atau lebih tinggi

dari norma hukum yang lama.8

4. Kompetensi Relatif

Kewenangan relatif yaitu kewenangan mengadili suatu perkara

yang menyangkut wilayah atau daerah hukum (yurisdiksi), ataupun

diartikan sebagai kekuasaan pengadilan yang satu jenis dan satu

tingkatan, dalam perbedaannya dengan kekuasaan pengadilan yang

sama jenis dan sama tingkatan lainnya.9

Ketentuan kewenangan relatif peradilan agama sebagai

peradilan perdata mengatur berkaitan dengan ditujukan kepada

pengadilan mana suatu gugatan diajukan, diatur dalam pasal 118

HIR/142 RBg yaitu:10

a. Diajukan di tempat kediaman tergugat apabila diketahui tempat

tinggalnya;

8
Nurfaqih Irfani, “Asas Lex Superior, Lex Specialis, dan Lex Posterior: Pemaknaan,
Problematika, dan Penggunaannya Dalam Penalaran dan Argumentasi Hukum”, Legislasi
Indonesia (Jakarta) Vol. 16 Nomor 3, 2020, hlm. 312.
9
Roihan A Rasyid, Hukum Acara…,hlm. 25.
10
Martha Eri Safira, Hukum Acara Perdata, (Ponorogo: CV. Nata Karya, 2017). hlm. 26-
29.
50

b. Apabila tergugat lebih dari satu orang diajukan di tempat tinggal

salah satunya sesuai pilihan Penggugat;

c. Satu tergugat sebagai yang berhutang dan satu lagi penjamin

diajukan di tempat tinggal yang berhutang;

d. Jika tidak diketahui tempat tinggal dan kediaman tergugat diajukan

di tempat tinggal penggugat;

e. Jika objeknya benda tetap diajukan di tempat benda tetap itu

berada;

f. Jika ada tempat tinggal yang dipilih diajukan di tempat tinggal

yang dipilih tersebut.

Sedangkan terhadap perkara volunter atau permohonan, maka

permohonan diajukan ke pengadilan yang wilayah hukumnya meliputi

tempat tinggal pemohon. Walaupun pada prinsipnya hukum acara yang

berlaku pada pengadilan agama adalah sama dengan hukum acara yang

berlaku dalam peradilan umum, akan tetapi terdapat kekhususan

berkaitan dengan hukum acara perceraian antara lain:11

a. Cerai gugat diajukan oleh isteri sebagai penggugat, kepada

pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman

penggugat (isteri), kecuali apabila isteri dengan sengaja

meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa ijin suami sesuai.

11
I Gusti Ayu Agung Ari Krisnawati, “Kekhususan Pengaturan Pemeriksaan dan
Pembuktian Perceraian Dalam Hukum Acara Peradilan Agama”, Kertha Patrika (Udayana) Vol.
38 Nomor 3, 2016, hlm. 209.
51

b. Dalam pemeriksaan cerai talak dan cerai gugat di Pengadilan

Agama dilakukan dengan sidang tertutup.

c. Biaya perkara dalam bidang perkawinan dibebankan kepada

penggugat atau pemohon, bukan dibebankan kepada pihak yang

kalah.

5. Kompetensi Absolute

Dalam pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006 tentang

Peradilan Agama dinyatakan: “Pengadilan Agama bertugas dan

berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara di tingkat

pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang”:12

a. Perkawinan;

b. Waris;

c. Wasiat;

d. Hibah;

e. Wakaf;

f. Zakat;

g. Infaq;

h. Shadaqah;

i. Ekonomi Syari’ah.

Adapun yang dimaksud dengan perkawinan adalah hal-hal

yang diatur dalam atau berdasarkan undang-undang mengenai

12
Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor
7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor
22).
52

perkawinan yang berlaku yang dilakukan menurut syari’ah, antara

lain:13

a. Izin beristri lebih dari seorang;


b. Izin melangsungkan perkawinan bagi orang yang belum
berusia 21 (dua puluh satu) tahun, dalam hal orang tua wali,
atau keluarga dalam garis lurus ada perdebatan pendapat;
c. Dispensasi kawin;
d. Pencegahan perkawinan;
e. Penolakan perkawinan oleh pegawai pencatat nikah;
f. Pembatalan perkawinan;
g. Gugatan kelalaian atas kewajiban suami dan istri;
h. Perceraian karena talak;
i. Gugatan perceraian;
j. Penyelesaian harta bersama;
k. Penguasaan anak-anak;
l. Ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan
anak bilamana bapak yang seharusnya bertanggung jawab
tidak mematuhinya;
m. Penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh
suami kepada bekas istri atau penentuan suatu kewajiban
bagi bekas istri;
n. Putusan tentang sah tidaknya seorang anak;
o. Putusan tetang pencabutan kekuasaan orang tua;
p. Pencabutan kekuasaan wali;
q. Penunjukan orang lain sebagai wali oleh pengadilan dalam
hal kekuasaan seorang wali dicabut;
r. Penunjukan seorang wali dalam seorang anak yang belum
umur 18 (delapan belas) tahun yang ditinggal kedua orang
tuanya;
s. Pembebanan kewajiban ganti kerugian atas harta benda
anak yang ada di bawah kekuasaannya;
t. Penetapan asal-usul seorang anak dan menetapkan
pengangkatan anak berdasarkan hukum Islam;
u. Putusan tentang hal penolakan pemberian keterangan untuk
melakukan perkawinan campuran;
v. Pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi
sebelum undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang
Perkawinan dan dijalankan menurut peraturan lain.

13
Penjelasan Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-
undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama (Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4611).
53

Adapun hukum kewarisan, yaitu menyangkut hal-hal

mengenai;14

a. Penentuan siapa yang menjadi ahli waris;


b. Penentuan mengenai harta peninggalan;
c. Penentuan bagian masing-masing ahli waris;
d. Melaksanakan pembagian harta peninggalan tersebut;
e. Penetapan pengadilan atas permohonan seseorang tentang
penentuan siapa yang menjadi ahli waris, dan
f. Penentuan bagian masing-masing ahli waris.

Dalam Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 terdapat pasal-

pasal yang dapat ditafsirkan dibolehkannya pilihan hukum bagi orang

Islam untuk memilih penyelesaian sengketa warisannya dengan

menggunakan hukum adat atau BW. Sedangkan dalam ketentuan

Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 ini, rumusan pasal yang

mengandung pilihan hukum telah ditiadakan. Dengan demikian hukum

waris yang berlaku adalah berdasarkan agama pewaris. Jadi bukan

berdasarkan agama para ahli waris. Apabila pewaris beragama Islam,

hukum waris yang berlaku adalah hukum waris Islam. Begitu juga jika

pewarisnya beragama selain Islam, maka hukum waris yang berlaku

mengikuti.

Adapun yang dimaksud dengan wasiat di atas adalah perbuatan

seorang memberikan suatu benda atau manfaat kepada orang lain atau

lembaga/badan hukum yang berlaku setelah yang memberi tersebut

meninggal dunia.

14
Ashari Setya Marwah Adli, “Penyelesaian Sengketa Waris Bagi Masyarakat Beragama
Islam Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006”, Udayana Master Law Journal
(Udayana), Vol. 9 Nomor 1, 2020, hlm. 81.
54

Adapun hibah adalah pemberian suatu benda secara suka rela

dan tanpa imbalan dari seseorang atau badan hukum kepada orang lain

atau badan hukum untuk dimiliki. Adapun yang dimaksud dengan

wakaf adalah perbuatan seorang attau sekelompok orang (wakif) untuk

memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya

untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai

dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan

umum menurut syari’ah.

Yang dimaksud dengan zakat di atas adalah harta yang wajib

disisihkan oleh seorang muslim atau badan hukum yang dimiliki oleh

orang muslim sesuai dengan ketentuan syari’ah untuk diberikan

kepada orang yang berhak menerimanya. Maksud infak di atas adalah

perbuatan seseorang memberikan sesuatu kepada orang lain guna

menutupi kebutuhan, baik berupa makanan, minuman, mendermakan,

memberikan rezeki (karunia), atau menafkakan sesuatu kepada orang

lain berdasarkan rasa ikhlas, dan karena Allah SWT.

Adapun yang dimaksud shadaqah di atas adalah perbuatan

seseorang memberikan sesuatu kepada orang lain atau lembaga/badan

hukum secara spontan atau sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan

jumlah tertentu dengan mengharap ridho Allah SWT dan pahala

semata.
55

Yang dimaksud dengan ekonomi syari’ah adalah perbuatan

atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syari’ah, antara

lain meliputi:15

a. Bank Syari’ah;
b. Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah;
c. Asuransi Syari’ah;
d. Reasuransi Syari’ah;
e. Reksa Dana Syari’ah;
f. Obligasi Syari’ah dan Surat Berharga Berjangka Menengah
Syari’ah;
g. Sekuritas Syari’ah;
h. Pembiayaan Syari’ah;
i. Pegadaian Syari’ah;
j. Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syari’ah; dan
k. Bisnis Syari’ah.

B Perubahan Biodata Akta Nikah

1. Dasar Hukum Perubahan Biodata Akta Nikah

Semenjak tahun 2007, pemerintah Republik Indonesia melalui

Kementerian Agama (saat itu disebut Departemen Agama) telah

berupaya membuat regulasi tentang pencatatan nikah sebagai regulasi

yang lebih terperinci mengenai perkawinan selain yang disebutkan

dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.

Salah satu bentuk regulasinya adalah berupa Peraturan Menteri Agama

atau PMA Nomor 11 tahun 2007 tentang Pencatatan Perkawinan yang

salah satu muatanya adalah tentang perubahan biodata Akta Nikah.

15
Asep Saepullah, “Kewenangan Peradilan Agama di Dalam Perkara Ekonomi Syariah”,
Mahkamah (Cirebon) Vol. 1 Nomor 2, 2016, hlm. 215.
56

Muatan perubahan biodata Akta Nikah yang terdapat dalam

PMA Nomor 11 tahun 2007 terdapat dalam pasal 34 ayat (1) dan (2)

yaitu;

Pasal 3416
1) Perbaikan penulisan dilakukan dengan mencoret kata yang
salah dengan tidak menghilangkan tulisan salah
tersebut,kemudian menulis kembali perbaikannya dengan
dibubuhi paraf oleh PPN, dan diberi stempel KUA.
2) Perubahan yang menyangkut biodata Suami, isteri ataupun
wali harus berdasarkan kepada putusan Pengadilan pada
wilayah yang bersangkutan.

Regulasi ini menjadi dasar hukum yang digunakan dalam

pelaksanaan perbaikan dan perubahan biodata pada Akta Nikah.

Perbaikan dan perubahan biodata pada Akta Nikah dilakukan oleh

KUA tempat pencatatan perkawinan dilangsungkan, atau di KUA yang

menerbitkan Akta Nikah. Dengan memperhatikan jenis perubahan

yang akan dilakukan, apakah perbaikan terhadap kesalahan penulisan

ataukah perubahan data yang berbeda sama sekali dengan data asal.

Untuk perbaikann data yang terjadi karena salah ketik, atau

tanggal lahir yang keliru maka dilakukan perbaikan seperti dalam

ketentuan pasal 34 ayat (1) PMA Nomor 11 tahun 2007. Sedangkan

perubahan yang berbeda sama sekali maka harus disertai dengan

penetapan Pengadilan Agama terlebih dahulu. Frasa pengadilan dalam

pasal tersebut dimaknai Pengadilan Agama sebagaimana ketentuan

umum dalam konsideran PMA tersebut yaitu pasal 1 ayat (5)

16
PMA Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 5).
57

Pengadilan adalah Pengadilan Agama atau Mahkamah Syari’ah

sebagaimana ketentuan ayat (2), baru KUA akan melakukan perubahan

pada Akta Nikah.

Seiring perkembangan waktu, PMA Nomor 11 tahun 2007

tidak lagi sesuai dengam kebutuhan dan perkembamgan masyarakat

sehingga perlu disempurnakan. Terbitlah PMA Nomor 19 tahun 2018

tentang Perubahan PMA Nomor 11 tahun 2007 tentang Pencatatan

Nikah sebagai penyempurnanya. Dalam PMA perubahan pertama ini,

tak luput dari perubahan adalah ketentuan mengenai perbaikan dan

atau perubahan biodata pada Akta Nikah.

Ketentuan perubahan dan perbaikan biodata Akta Nikah pada

PMA Nomor 19 tahun 2018 terdapat pada pasal 34 yaitu:

Pasal 3417
1) Pencatatan perubahan nama suami, istri, dan wali, harus
berdasarkan penetapan pengadilan negeri pada wilayah
yang bersangkutan.
2) Pencatatan perubahan data perseorangan berupa tempat,
tanggal, bulan, dan tahun lahir, nomor induk
kependudukan, kewarganegaraan, pekerjaan, serta alamat
harus didasarkan pada surat pengantar dari
kelurahan/kepala desa.

Frasa perbaikan dalam ketentuan ini dihilangkan, berganti

dengan frasa perubahan, menjadikan simpulan bahwa menurut

ketentuan ini baik perubahan yang sifatnya kesalahan ejaan atau

perubahan yang sifatnya fatal adalah sama. Perubahan yang tampak

jelas berikutnya adalah tentang kewenangan mengubah biodata Akta

17
PMA Nomor 19 Tahun 2018 tentang Pencatatan Nikah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 1153).
58

Nikah. Jika pada PMA Nomor 11 tahun 2007 perubahan biodata harus

melalui ketetapan Pengadilan Agama terlebih dahulu, sedangkan

dalam PMA Nomor 19 tahun 2018 ini perubahan biodata Akta Nikah

harus melalui Pengadilan Negeri.

Ketentuan dalam PMA Nomor 19 tahun 2018 ini menuai

banyak kontra, karena ketidaksinkronan antara pasal 34 dengan

konsideran. Dalam pasal 34 disebutkan kewenangan mengubah biodata

Akta Nikah ada pada Pengadilan Negeri, padahal di dalam konsideran

PMA ini sama sekali tidak menyebutkan lembaga peradilan umum.

Karena hal tersebut, PMA Nomor 19 tahun 2018 hanya diberlakukan

selama satu tahun dan dicabut keberlakuanya dengan PMA perubahan

kedua.

Perubahan kedua dilakukan pada tahun 2019 dengan

diterbitkanya PMA Nomor 20 tahun 2019, ketentuan tentang

perubahan biodata Akta Nikah dalam PMA ini, ketentuan perubahan

biodata Akta Nikah diubah menjadi:

Pasal 3718
1) Apabila terjadi kesalahan dalam penulisan digital atau
manual pada Buku Nikah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 36, dapat dilakukan penggantian Buku Nikah.
2) Dalam hal ketersediaan Buku Nikah terbatas, kesalahan
dalam penulisan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan dengan cara:
a) Mencoret dua garis pada tulisan yang salah;
b) Menulis perbaikannya dengan huruf kapital;
c) Kepala KUA membubuhi paraf pada ujung kanan pada
kata yang dicoret; dan

18
PMA Nomor 20 tahun 2019 tentang Pencatatan Nikah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 1118).
59

d) Kepala KUA Kecamatan memberi cap dinas di atas kata


yang salah.
Pasal 38
1) Perubahan nama suami atau istri pada Akta Nikah
dilakukan oleh KUA Kecamatan berdasarkan akta kelahiran
yang baru.
2) Pencatatan perubahan data perseorangan berupa tempat,
tanggal, bulan, tahun lahir, nomor induk kependudukan,
kewarganegaraan, pekerjaan, dan alamat dilakukan oleh
KUA Kecamatan berdasarkan surat keterangan dari dinas
kependudukan dan pencatatan sipil.
3) Tata cara penulisan perubahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Direktur
Jenderal.

PMA ini kemudian yang diberlakukan saat ini sebagai aturan

dalam pencatatan nikah khusunya bagi yang beragaam Islam dan yang

melangsungkan perkawinanya secara tercatat di KUA. Sedangkan

teknis perubahanya diatur dalam Keputusan Direktorat Jenderal

Bimbingan Msayarakat Islam Nomor 473 Tahun 2020 tentang

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pencatatan Nikah.

2. Macam-Macam Perubahan Biodata Akta Nikah dan Prosedurnya

Sebagaimana ketentuan pada PMA Nomor 20 tahun 2019

tentang Pencatatan Nikah, terdapat dua jenis perubahan yaitu

perbaikan dan perubahan. Yang membedakan diantara kedunya adalah,

bahwa perbaikan dilakukan terhadap kesalahan yang sifatnya

redaksional, seperti kesalahan ejaan, kesalahan tanggal lahir, bulan

lahir, tahun lahir, Nomor Induk Kependudukan. Sedangkan perubahan


60

dilakukan terhadap perubahan nama suami istri atau wali yang berbeda

sama sekali dengan data awalnya. 19

Adapun tata perosedurnya baik perubahan ataupun perbaikan

biodata Akta Nikah adalah sebagai berikut:

a. Prosedur perbaikan biodata pada Akta Nikah20

1) Perbaikan Akta Nikah dapat dilakukan dengan permohonan

dari yang bersangkutan ataupun tanpa permohonan dari

bersangkutan. Misal terapat kesalahan yang diketahui oleh

petugas sebelum Akta Nikah diberikan pada yang

bersangkutan, maka petugas dapat melakukan perbaikan itu;

2) Perbaikan dilakukan terhadap kesalahan biodata seperti tanggal

lahir, nama, NIK dan lainya yang sifatnya redaksional. Dengan

berdasarkan pada berkas pendaftaran nikahnya;

3) Perbaikan dilakukan dengan mencoret data yang salah baik di

buku nikah maupun Akta Nikahnya, kemudian ditulis data

yang benar, dan diberi paraf sertra stampel KUA.

4) Perbaikan dilakukan pada Akta Nikah, kutipan Akta Nikah,

serta pada SIMKAH dalam hal pencatatan perkawinan sudah

dialukan dengan perangkat komputer.

b. Prosedur perubahan biodata Akta Nikah21

19
Keputusan Direktorat Jenderal Bimbingan Msayarakat Islam Nomor 473 Tahun 2020
tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pencatatan Nikah.
20
Isbah Wahyudi, Penghulu KUA Kecamatan Kesugihan, Wawancara Pribadi, 14
Oktober 2021, jam 08.00-09.00 WIB.
61

1) Perubahan biodata Akta Nikah harus disertai dengan akta

kelahiran yang bersangkutan sebagai dasar perubahanya.

2) Perubahan dilakukan dengan mencoret nama yang salah lalau

ditulis perubahanya jika masih terdapat ruang.

3) Nama yyang diubah diberi paraf dan stampel KUA.

4) Jika tidak memungkinkan maka nama yang tertulis salah di

coret, lalu perubahan ditulis pada lembar catatan belakang buku

nikah dengan kata-kata “Nama Nama Asal diubah dengan

Nama Baru pada tanggal dd bulan xx tahun yyyy berdasarkan

Akta Kelahiran”.

C Teori Penafsiran Hukum

1. Pengertian Penafsiran Hukum

Penafsiran hukum merupakan salah satu pendekatan yang

digunakan oleh hakim dalam melakukan penemuan untuk memutus

setiap perkara yang diajukan kepadanya, baik berangkat dari adanya

aturan yang kurang jelas atau bahkan berangkat dari tidak adanya

aturan yang mengatur sama sekali atas perkara yang konkrit.22

Penafsiran merupakan kegiatan yang sangat penting dalam

hukum. Penafsiran merupakan metode untuk memahami makna yang

21
Taufiqussalam, Kepala KUA Kecamatan Cilacap Selatan, Wawancara Pribadi, 10
Oktober 2021, jam 10.00-10.30 WIB.
22
Afif Khalid, Penafsiran Hukum Oleh Hakim Dalam Sistem Peradilan di Indonesia,
Jurnal Al ‘Adl.Vol. VI Nomor 11, 2014, hlm. 11.
62

terkandung dalam teks-teks hukum untuk dipakai dalam

menyelesaikan kasus-kasus atau mengambil keputusan atas hal-hal

yang dihadapi secara konkrit. Di samping hal itu, dalam bidang hukum

tata negara, penafsiran dalam hal ini judicial interpretation (penafsiran

oleh hakim), juga dapat berfungsi sebagai metode perubahan konstitusi

dalam arti menambah, mengurangi, atau memperbaiki makna yang

terdapat dalam suatu teks Undang-Undang Dasar.

2. Macam-Macam Penafsiran Hukum

Banyak ahli hukum yang membagi penafsiran hukum dalam

beberapa bentuk yang berbeda-beda, salah satunya adalah Jazim

Hamidi yang mengutip pendapat dari Sudikno Mertokusumo, A. Pitio

Achmad Ali serta Yudha Bhakti membagi penafsiran hukum menjadi

11 bentuk yaitu sebagai berikut:23

a. Interpetasi Gramatikal;

Interpretasi ini merupakan penafsiran yang dilakukan

hakim terhadap bunyi Undang-Undang itu menurut tata bahasa

yang benar dan berlaku. Interpretasi gramatikal adalah menafsirkan

kata-kata atau istilah hukum untuk mencoba memahami suatu teks

peraturan perundang-undang yakni memberikan makna terhadap

suatu aturan hukum melalui penalaran hukum.24

23
Abdul Hanan, Penemuan Hukum Oleh Hakim Dalam Praktek Hukum Acara di
Peradilan Agama, Jurnal Hukum dan Peradilan, Vol. 2 Nomor 2, 2013. Hlm. 192.
24
John Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayumedia,
2011), 218.
63

Sebagai contoh ialah putusan Mahkamah Agung RI Nomor.

1590K/Pid/1997 tentang pencurian. Pada perkara ini, hakim

menafsirkan yang dimaksud dengan “mencuri” dalam bahasa

sehari-hari mengandung pengertian mengambil barang orang lain

untuk dimilikinya sendiri “tanpa sepengetahuan pemiliknya”.

Dalam bahasa hukum, “tanpa sepengetahuan pemiliknya” dapat

disebut sebagai tindakan melawan hukum.

b. Interpretasi Historis;

Penafsiran historis adalah penafsiran yang didasarkan

kepada sejarah terjadinya suatu Undang-Undang. Metode

penafsiran terhadap makna undang-undang menurut terjadinya

dengan cara meneliti sejarah, baik sejarah hukumnya maupun

sejarah terjadinya Undang-Undang, atau dengan kala lain,

interpretasi historis meliputi interpretasi teradap sejarah Undang-

Undang, dan sejarah hukumnya. Interpretasi menurut sejarah

Undang-Undang yakni mencari maksud dari perundang-undangan

itu seperti apa dilihat oleh pembuat Undang-Undang itu dibentuk.

c. Interpretasi Sistematis;

Intepretasi sistematis adalah metode menafsirkan peraturan

perundang-undangan dengan menghubungkannya dengan

peraturan hukum yang lain atau dengan keseluruhan sistem hukum

dengan menerapkan prinsip bahwa perundang-undangan satu

Negara merupakan sistem yang utuh. Artinya, menafsirkan satu


64

ketentuan perundang-undangan yang lain sehingga dalam

menafsirkan Undang-Undang lain tidak boleh menyimpang dari

sistem hukum suatu negara.

d. Interpretasi Komparatif;

Metode interpretasi komparatif atau metode penafsiran

dengan membandingkan ialah penafsiran dengan jalan

membandingkan antara berbagai sistem hukum. Dengan

melakukan perbandingan terhadap suatu ketentuan peraturan

perundang-undangan. Metode ini digunakan oleh hakim pada saat

mengangani kasus-kasus yang menggunakan dasar hukum positif

yang timbul dari perjanjian.

e. Interpretasi Futuristik;

Interprestasi futuristis adalah metode penemuan hukum

yang bersifat antisipatif adalah penjelasan Undang-Undang yang

belum mempunyai kekuatan hukum. Interpretasi futuristik adalah

penafsiran undang-undang yang berpedoman kepada

UndangUndang yang belum mempunyai kekuatan hukum (ius

constituendum). Misalnya suatu rancangan Undang-Undang yang

masih dalam proses perundangan, tetapi pasti akan diundangkan.

f. Interpretasi Restrisik;

Interpretasi restriktif merupakan metode penafsiran yang

sifatnya membatasi atau mempersempit makna dari suatu aturan.

Interpretasi ini digunakan untuk menjelaskan suatu ketentuan


65

Undang-Undang, dimana ruang lingkup ketentuan itu dibatasi

dengan bertitik tolak pada artinya menurut bahasa. Seperti contoh

kata “kerugian” dalam pasal 1407 BW yang mengecualikan

kerugian yang tidak berwujud (batin) seperti cacat, sakit dan lain-

lain

g. Interpretasi Ekstensif;

Interpretasi ekstensif adalah penafsiran yang lebih luas dari

penafsiran gramatikal, karena memperluas makna dari ketentuan

khusus menjadi ketentuan umum sesuai kaidah tata bahasanya.

Interpretasi ini digunakan untuk menjelaskan suatu ketentuan

Undang-Undang dengan melampui batas yang diberikan oleh

interpretasi gramatikal. Disini hakim menafsirkan kaidah tata

bahasa, karena maksud dan tujuannya kurang jelas atau terlalu

abstrak agar menjadi jelas dan konkret, perlu diperluas maknanya.

Misalnya, kata “pencurian barang” dalam Pasal 362

KUHPidana, diperluas esensi maknanya terhadap “aliran listrik”

sebagai benda yang tidak berwujud. Dengan demikian, orang yang

menggunakan tenaga listrik tanpa hak dianggap melakukan

pencurian barang. Esensi kata “barang” diperluas maknanya dari

ketentuan khusus menjadi ketentuan umum. Contoh lain, seperti

perkataan menjual dalam Pasal 1576 KUH Perdata; ditafsirkan

bukan hanya jual beli semata-mata, tetapi juga "peralihan hak”.

h. Interpretasi Otentif;
66

Interpretasi Autentik merupakan metode penafsiran yang

dilakukan dengan melihat arti dari istilah yang dimuat dalam

sebuah Undang-Undang itu sendiri, oleh karena itu interpretasi ini

disebut dengan interpretasi resmi atau autentik. Metode penafsiran

ini melarang hakim menafsirkan selain apa yang telah ditentukan

pengertianya dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

Jadi, untuk mengetahui makna dari suatu istilah dalam peraturan

perundang-undangan, dapat dilihat dari bab atau pasal tertentu

yang telah menguaraikan makna dari istilah tersebut.

i. Interpretasi Interdisipliner;

Merupakan metode penafsiran yang dilakukan oleh hakim

apabila ia menghadapi kasus yang melibatkan berbagai macam

disiplin ilmu hukum. Misal hukum perdata, hukum pidana, hukum

admistrasi negara atau hukum internasional. Hakim dalam

melakukan penafsiran hukum, menyandarkan asas-asas yang

bersumber pada hukum berbagai disiplin ilmu hukum. Misalnya,

hakim dalam menangani kasus korupsi, harus menggunakan

penafsiran dari aspek hukum pidana, hukum administrasi, dan

hukum perdata.

j. Interpretasi Multidisipliner.

Merupakan metode penafsiran yang digunakan oleh hakim

dalam menangani suatu perkara dengan mempertimbangkan

berbagai kajian ilmu di luar ilmu hukum. Dalam hal ini, hakim
67

membutuhkan bantuan berbagai macam bidang ilmu untuk

memverifikasi suatu kasus dan menjatuhkan suatu putusan yang

adil. Pada praktiknya, hakim dalam melakukan penafsiran

multidisipliner ini, akan mendatangkan para ahli atau pakar sebagai

saksi ahli dari berbagai macam ilmu terkait dengan kasus yang

ditangani.

D Teori Pertimbangan Hukum

1. Definisi Pertimbangan Hukum

Pertimbangan hukum diartikan suatu tahapan di mana majelis

hakim mempertimbangkan fakta yang terungkap selama persidangan

berlangsung, mulai dari dakwaan, tuntutan, eksepsi dari terdakwa yang

dihubungkandengan alat bukti yang memenuhi syarat formil dan syarat

materil, yang disampaikan dalam pembuktian, pledoi. Dalam

pertimbangan hukum dicantumkan pula pasal-pasal dari peraturan

hukum yang dijadikan dasar dalam putusan tersebut. Pertimbangan

Hakim adalah argumen atau alasan yang dipakai oleh hakim sebagai

pertimbangan hukum yang menjadi dasar sebelum memutus perkara.

Dalam suatu putusan, pertimbangan hukum merupakan jiwa

dan intisari putusan. Pertimbangan hukum berisi analisis, argumentasi,

pendapat atau kesimpulan hukum dari Majelis Hakim yang memeriksa

perkara. Dalam pertimbangan hukum tersebut dikemukakan analisis

yang jelas berdasarkan undang-undang pembuktian tentang:


68

1) Apakah alat bukti yang diajukan Penggugat dan Tergugat

memenuhi syarat formil dan materil.

2) Alat bukti pihak mana yang mencapai batas minimal pembuktian.

3) Dalil gugat apa saja dan dalil bantahan apa saja yang terbukti.

4) Sejauh mana nilai kekuatan pembuktian yang dimiliki para pihak.

Pertimbangan hukum biasanya dimulai dengan kata

‘menimbang’ dan dari dasar memutus yang biasanya dimulai dengan

kata ‘ mengingat’. Pada dasar memutus, dasar hukumnya 2 (dua), yaitu

peraturan Perundang-undangan Negara disusun menurut urutan

derajatnya, misalnya Undang-undang didahulukan dari Peraturan

Pemerintah, lalu urutan tahun terbitnya, misalnya Undang-Undang

Nomor 14 tahun 1970. Disebutkan title peraturan perundang-undangan

tersebut tentang apa, tahun dan nomor Lembaran Negaranya.

Dasar hukum Syariat diusahaklan mencarinya dari Al-Quran,

Hadis baru Qaul Fuqaha’, yang diterjemahkan juga menurut bahasa

hukum. Mengutip Al-Quran harus menyebut nomor surat, nama surat,

nomor ayat. Mengutip hadis harus menyebut siapa sanadnya, bunyi

matannya, siapa pentakhrijnya dan disebut pula pula dikutip dari kitab

apa serta disebut pengarang, penerbit, tahun, jilid dan halaman.

Mengutip Qaul juga harus disebut kitabnya selengkapnya. Mengenai

hal ini, Pengadilan Agama dianjurkan pula menggunakan Kompilasi

Hukum Islam sebagai dalil hukum.

2. Macam-Macam Pertimbangan Hukum


69

a. Pertimbangan Yuridis

Pertimbangan Yuridis adalah pertimbangan hakim yang

didasarkan pada fakta-fakta yuridis yang terungkap dalam

persidangan dan oleh Undang-undang ditetapkan sebagaimana

yang harus dimuat dalam putusan misalnya permohonan pemohon,

keterangan pemohon, keterangan saksi, barang-barang bukti dan

pasal-pasal dalam peraturan hukum. Pertimbangan yuridis dari

permohonan yang dimohonkan juga harus sesuai dengan aspek

teoritik, pandangan doktrin, yurisprudensi, dan posisi kasus yang

ditangani, barulah kemudian secara limitatif ditetapkan pendirinya.

b. Pertimbangan Non-Yuridis

Pertimbangan hakim secara non-yuridis juga disebut

dengan sosiologis. Pertimbangan hakim secara sosiologis diatur

dalamUndang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman Pasal 5 ayat (1) mengatur bahwa hakim wajib

menggali mengikuti, dan memahami nilai-niali hukum dan rasa

keadilan yang hidup dalam masyarakat. Maksud dari ketentuan ini

adalah agar setiap putusan hakim sesuai dengan ketentuan hukum

dan rasa keadilan bagi masyarakat.

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan secara sosiologis

oleh hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap suatu kasus,

antara lain:
70

1) Memperhatikan sumber hukum tidak tertulis dan nilai-nilai

yang hidup dalam masyarakat;

2) Memperhatikan sifat baik dan buruk dari terdakwa serta nilai-

nilai yang meringankan maupun hal-hal yang memberatkan

terdakwa;

3) Memperhatikan ada atau tidaknya perdamaian, kesalahan,

peranan korban;

4) Faktor masyarakat, yakni lingkungan di mana hukum tersebut

berlaku atau diterapkan. Faktor kebudayaan, yakni sebagai

hasil karya cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia

dalam pergaulan hidup.


BAB III
GAMBARAN UMUM PENGADILAN AGAMA,
PERMOHONAN PERUBAHAN BIODATA AKTA NIKAH DAN
PENETAPAN PENGADILAN AGAMA CILACAP KELAS 1A
PERIHAL PERUBAHAN BIODATA AKTA NIKAH

A Gambaran Umum Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A

Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A merupakan salah satu pelaksana

kekuasaan kehakiman yang berkantor di jalan Dr Radjiman No 25B Kebon

Manis Sabukjanur, Kebonmanis, Kecamatan Cilacap Utara, Kabupaten

Cilacap Jawa Tengah. Dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan Undang-

Undang Nomor 7 tahun 1989 jo. Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006 jo.

Undang-Undang Nomor 50 tahun 2009 tentang Peradilan Agama dan

peraturan-peraturan lain yang telah dijabarkan dalam program kerja yang telah

dicanangkan oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia.

1. Visi Misi

a. Visi

Visi Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A ialah “Mendukung

terwujudnya peradilan yang agung dan berwibawa pada Pengadilan

Agama Cilacap”

b. Misi

Adapun misi yang hendak dicapai dalam pelaksanaan tugasnya

antara lain;

1) Mewujudkan peradilan yang sederhana, cepat, biaya ringan dan

transparan;

71
72

2) Melaksanakan tertib administrasi dan manajemen peradilan yang

efektif dan efisien;

3) Mengupayakan tersedianya sarana dan prasarana peradilan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.1

2. Rakapitulasi Pekara Tahun 2020

Berdasarkan data yang diperoleh dari Pengadilan Agama Cilacap

Kelas 1A, dalam laporan perkara yang diterima dan diputus Pengadilan

Agama Cilacap Kelas 1A periode Desember tercatat 7.346 perkara yang

diterima, dan 7.812 diputus. Mengenai perkara yang diterima dan diputus

tahun 2020, dapat dilihat pada tabel berikut:2

Tabel 2
Jumlah Perkara Yang Diterima dan Diputus Pengadilan Agama Cilacap
Kelas 1A Tahun 2020.

No Jenis Perkara Diterima Diputus


1. Izin Poligami 9 10
2. Pencegahan Perkawinan - -
3. Penolakan Perkawinan - -
Oleh PPN
4. Pembatalan Perkawinan 1 1
5. Kelalaian Atas Kewajiban - -
Suami/Istri
6. Cerai Talak 1.748 1.677
7. Cerai Gugat 4.406 4.361

1
Dikutip dari https://pa-cilacap.go.id/tentang-pa/profil-pengadilan.html diakses pada 18
Oktober 2021 pukul 10.52 WIB..
2
Laporan Perkara Yang Diputus Pada Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A Bulan
Desember 2020.
73

No Jenis Perkara Diterima Diputus


8. Harta Bersama 11 7
9. Penguasaan 2 2
Anak/Hadhonah
10. Nafkah Anak Oleh Ibu - -
11. Hak-Hak Bekas Istri - -
12. Pengesahan Anak - -
13. Pencabutan Kek. Orang - -
Tua
14. Perwalian 10 9
15. Pencb. Kekuasaan Wali - -
16. Penunj. Orang Lain Sbg - -
Wali
17. Ganti Rugi Terhadap Wali - -
18. Asal Usul Anak 1 -
19. Pen. Kawin Campur - -
20. Isbath Nikah 18 13
21. Izin Kawin - -
22. Dispensasi Nikah 775 795
23. Wali Adhol 10 9
24. Pengangkatan Anak - -
25. Ekonomi Syariah 3 1
26. Kewarisan 4 -
27. Wasiat - -
28. Hibah - -
29. Wakaf - -
30. Zakat/Infaq/Shodaqoh - -
31. P3HP/Penetapan Ahli 27 18
Waris
32. Lain-Lain 321 309
74

Sumber: Laporan Perkara Yang Diterima dan Diputus Pada Pengadilan


Agama Cilacap Kelas 1A Bulan Desember 2020.

Berdasarkan tabel laporan di atas, pada tahun 2020 di Pengadilan

Agama Cilacap Kelas 1A di atas, terdapat 321 perkara permohonan

perubahan biodata Akta Nikah dan yang diputus sebanyak 309 perkara

tersisa sebanyak 12 permohonan perubahan biodata Akta Nikah yang

belum diputus sampai ahir tahun 2020.. Perkara tersebut tercatat dalam

kolom lain-lain dikarenakan tidak ada format khusus untuk perkara

permohonan perubahan Akta Nikah setelah dicabutnya PMA Nomor 11

tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah.3

Diantara 309 perkara permohonan perubahan Akta Nikah adalah

perkara Nomor 0060/Pdt.P/2020/Pa.Clp, Nomor 0057/Pdt.P/2020/Pa.Clp,

Nomor 0186/Pdt.P/2020/Pa.Clp, Nomor 0966/Pdt.P/2020/Pa.Clp, dan

Nomor 1008/Pdt.P/2020/Pa.Clp.

3. Struktur Organisasi4

Gambar 1
Struktur Organisasi Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A

3
Amini, Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A, Wawancara
Pribadi, 6 Januari 2021, jam 10.00-10.30 WIB.
4
Dikutip dari https://pa-cilacap.go.id/tentang-pa/profil-pengadilan.html diakses pada 18
Oktober 2021 pukul 10.52 WIB.
75

Sumber : https://pa-cilacap.go.id/tentang-pa/profil-pengadilan.html

Gambar tersebut merupakan bagan struktur organisasi pada

Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A.

Ketua : Drs. H. Saefuddin Turmudy, M.H

Wakil Ketua : Drs. H. Asrori S.H., M.H

Panitera : Drs. H. Jamali

Sekretaris : Wardoyo Dwi Astono, S.E

Hakim : Drs. Noor Shofa, S.H., M.H

Drs. Sakdullah, S.H., M.H

Drs. H. Muslim, S.H., M.Si

Drs. H Wan Ahmad, M.H

Drs. Ahmad Wahib, S.H., M.H

Drs. H. Makmun, M.H

Drs. H. Nur Amin, M.H

Drs. Munjid Lughowi

Drs. H. Shofingi, M.H


76

DR. Radi Yusuf, M.H

Drs. Suharto, M.H

Drs. Warwoto, S.H., M.Si

Drs. Af. Mafthuhin, M.H

H.M Arwani, S. Ag., S. H., M. H

Drs. Ali Ahmadi

Abdul Wahib, S.H., M. H

Drs. H. Aly Santosa, M.H

Drs. H. Achmad Baidlowi

Kasubag Perenc. : H. Idris, S. H

Ti&Pelaporan

Kasubag : Robin Kadir, S. Ag

Kepegawaian&Oratala Mega Firtiyani, S. Psi

Kasubag Umum&Keuangan : Muhammad Arif Kurniawan, S. E

Ardhan Nur Ihsan, S. Kom

Bendahara : Dwi Yani, S. E

Panmud Permohonan : Dra. Elvi Setyaningsih, M. Si

Panmud Gugatan : Miftahul Hilal, S. H

Panmud Hukum : Hj. Amini, S. H

Panitera Pengganti : Toharun, S. Ag., S. H

Akh. Khaeruddin, S. H

Mukhlis, S. H

M. Khoiruddin, S. H
77

Jurusita : Tien Wulandari, S. H

Sri Wahyuniati, S. H

Jurusita Pengganti : Sri Sujani

Sulaeman

Wasman

4. Wilayah Yurisdiksi

Gambar 25
Peta Kabupaten Cilacap

Sumber : https://pa-cilacap.go.id/tentang-pa/profil pengadilan.html

Secara Geografis, Kabupaten Cilacap terletak pada : -70 45’ 20’’ –

70 30’ Lintang Selatan + 1080 4’ 30’’ – 1090 30’ 3’ Bujur Timur.

Kabupaten Cilacap mempunyai batas wilayah sebagai berikut;

a. Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Banyumas

5
Dikutip dari https://pa-cilacap.go.id/tentang-pa/profil-pengadilan.html diakses pada 18
Oktober 2021 pukul 10.52 WIB.
78

b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Kebumen

c. Sebelah Barat : berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat

d. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Samudra Hindia

Luas wilayah yurisdiksi Kabupaten Cilacap adalah 225.361 Ha

dengan lahan basah (sawah) seluas 64.036 Ha, lahan kering 149.814 Ha

dan P. Nusakambangan seluas 11.511 Ha. Pembagian wilayah hukum

Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A meliputi seluruh wilayah kabupaten

Cilacap, yang terdiri dari 24 kecamatan. Secara khusus pembagian wilayah

kerjanya yaitu;

Tabel 36
Pembagian Wilayah Kerja Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A

No Kecamatan Desa/Kelurahan
1. Cilacap Utara 1. Gumilir.
2. Karangtalun.
3. Kebonmanis.
4. Mertasinga.
5. Tritih Kulon.
2. Cilacap Tengah 1. Donan.
2. Gunungsimping.
3. Kutawaru.
4. Lomanis.
5. Sidanegara.
3. Cilacap Selatan 1. Cilacap.
2. Sidakaya.

6
Dikutip dari https://pa-cilacap.go.id/tentang-pa/profil-pengadilan.html diakses pada 18
Oktober 2021 pukul 10.52 WIB
79

No Kecamatan Desa/Kelurahan
3. Tambakreja.
4. Tegalkamulyan.
5. Tegalreja
4. Cimanggu 1. Bantarmangu.
2. Bantarpanjang.
3. Cibalung.
4. Cijati.
5. Cilempuyang.
6. Cimanggu.
7. Cisalak.
8. Karangreja.
9. Karangsari.
10. Kutabima.
11. Mandala.
12. Negarajati.
13. Panimbang.
14. Pesahangan
15. Rejodadi
5. Cipari 1. Caruy.
2. Cipari.
3. Cisuru.
4. Karangreja.
5. Kutasari.
6. Mekarsari.
7. Mulyadadi.
8. Pegadingan.
9. Segaralangu.
80

No Kecamatan Desa/Kelurahan
10. Serang.
11. Sidasari.
6. Bantarsari 1. Bantarsari.
2. Binangun.
3. Bulaksari.
4. Cikedondong.
5. Citembong.
6. Kamulyan.
7. Kedungwadas.
8. Rawajaya
7. Binangun 1. Alangamba.
2. Bangkal.
3. Binangun.
4. Jati.
5. Jepara Kulon.
6. Jepara Wetan.
7. Karangnangka.
8. Kemojing.
9. Kepudang.
10. Pagubugan.
11. Pagubugan Kulon.
12. Pasuruhan.
13. Pesawahan.
14. Sidaurip.
15. Sidayu.
16. Widarapayung Kulon.
17. Widarapayung Wetan
81

No Kecamatan Desa/Kelurahan
8 Adipala 1. Adipala.
2. Adiraja.
3. Adireja Kulon.
4. Adireja Wetan.
5. Bunton.
6. Doplang.
7. Glempangpasir.
8. Gombolharjo.
9. Kalikudi.
10. Karanganyar.
11. Karangbenda.
12. Karangsari.
13. Pedasong.
14. Penggalang.
15. Welahan Wetan.
16. Wlahar
9. Dayeuhluhur 1. Bingkeng.
2. Bolang.
3. Cijeruk.
4. Cilumping.
5. Ciwalen.
6. Datar.
7. Dayeuhluhur.
8. Hanum.
9. Kutaagung.
10. Matenggeng.
11. Panulisan.
82

No Kecamatan Desa/Kelurahan
12. Panulisan Barat.
13. Panulisan Timur.
14. Sumpinghayu.
10. Kedungreja 1. Bangunreja
2. Bojongsari
3. Bumireja
4. Ciklapa
5. Jatisari
6. Kaliwungu
7. Kedungreja
8. Rejamulya
9. Sidanegara
10. Tambakreja
11. Tambaksari
11. Kesugihan 1. Bulupayung
2. Ciwuni
3. Dondong
4. Jangrana
5. Kalisabuk
6. Karangjengkol
7. Karangkandri
8. Keleng
9. Kesugihan
10. Kesugihan Kidul
11. Kuripan
12. Kuripan Kidul
13. Menganti
83

No Kecamatan Desa/Kelurahan
14. Pesanggrahan
15. Planjan
16. Slarang
12. Kawunganten 1. Babakan.
2. Bojong.
3. Bringkeng.
4. Grugu.
5. Kalijeruk.
6. Kawunganten.
7. Kawunganten Lor.
8. Kubangkangkung.
9. Mentasan.
10. Sarwadadi.
11. Sidaurip.
12. Ujungmanik
13. Karangpucung 1. Babakan.
2. Bengbulang.
3. Cidadap.
4. Ciporos.
5. Ciruyung.
6. Gunungtelu.
7. Karangpucung.
8. Pamulihan.
9. Pengawaren.
10. Sidamulya.
11. Sindangbarang.
12. Surusunda.
84

No Kecamatan Desa/Kelurahan
13. Tayem.
14. Tayemtimur.
14. Kampung Laut 1. Klaces
2. Panikel
3. Ujungalang
4. Ujunggagak
15. Kroya 5 Kelurahan :

1. Kelurahan Bajing.
2. Kelurahan Bajing Kulon.
3. Kelurahan Kedawung.
4. Kelurahan Karangmangu.
5. Kelurahan Kroya.

12 Desa :

1. Desa Ayamalas.
2. Desa Buntu.
3. Desa Gentasari.
4. Desa Karangturi.
5. Desa Mergawati.
6. Desa Mujur.
7. Desa Mujur Lor.
8. Desa Pekunen.
9. Desa Pesanggrahan.
10. Desa Pucung Kidul.
11. Desa Pucung Lor.
12. Desa Sikampuh.
85

No Kecamatan Desa/Kelurahan
16. Sampang 1. Brani
2. Karangasem
3. Karangjati
4. Karangtengah
5. Ketanggung
6. Nusajati
7. Paberasan
8. Paketingan
9. Sampang
10. Sidasari
17. Sidareja 1. Gunungreja.
2. Karanggedang.
3. Kunci.
4. Margasari.
5. Penyarang.
6. Sidamulya.
7. Sidareja.
8. Sudagaran.
9. Tegalsari.
10. Tinggarjaya.
18. Majenang 1. Bener.
2. Boja.
3. Cibeunying.
4. Cilopadang.
5. Jenang.
6. Mulyadadi.
7. Mulyasari.
86

No Kecamatan Desa/Kelurahan
8. Padangjaya.
9. Padangsari.
10. Pahonjean.
11. Pengadegan.
12. Sadabumi.
13. Sadahayu.
14. Salebu.
15. Sepatnunggal.
16. Sindangsari.
17. Ujungbarang
19. Maos 1. Glempang.
2. Kalijaran.
3. Karangkemiri.
4. Karangreja.
5. Karangrena.
6. Klapagada.
7. Maos Kidul.
8. Maos Lor.
9. Mernek.
10. Panisihan.
11. Karang sari,
12. Maos,
13. Cilacap.
20. Nusawungu 1. Banjareja.
2. Banjarsari.
3. Banjarwaru.
4. Danasri.
87

No Kecamatan Desa/Kelurahan
5. Danasri Kidul.
6. Danasri Lor.
7. Jetis.
8. Karangpakis.
9. Karangputat.
10. Karangsembung.
11. Karangtawang.
12. Kedungbenda.
13. Klumprit.
14. Nusawangkal.
15. Nusawungu.
16. Purwadadi.
17. Sikanco.
21. Gandrungmangu 1. Bulusari.
2. Cinangsi.
3. Cisumur.
4. Gandrungmangu.
5. Gandrungmanis.
6. Gintungreja.
7. Karanganyar.
8. Karanggintung.
9. Kertajaya.
10. Layansari.
11. Muktisari.
12. Rungkang.
13. Penumbang.
22. Jeruklegi 1. Brebeg.
88

No Kecamatan Desa/Kelurahan
2. Cilibang.
3. Citepus.
4. Jambusari.
5. Jeruklegi Kulon.
6. Jeruklegi Wetan.
7. Karangkemiri.
8. Mendala.
9. Prapagan.
10. Sawangan.
11. Sumingkir.
12. Tritih Lor.
13. Tritih Wetan
23. Patimuan 1. Bulupayung.
2. Cimrutu.
3. Cinyawang.
4. Patimuan.
5. Purwodadi.
6. Rawaapu.
7. Sidamukti.
24. Wanareja 1. Adimulya.
2. Bantar.
3. Cigintung.
4. Cilongkrang.
5. Jambu.
6. Limbangan.
7. Madura.
8. Madusari.
89

No Kecamatan Desa/Kelurahan
9. Majingklak.
10. Malabar.
11. Palugon.
12. Purwasari.
13. Sidamulya.
14. Tambaksari.
15. Tarisi.
16. Wanareja.
Sumber: https://pa-cilacap.go.id/tentang-pa/profil-pengadilan.html

B Permohonan Perubahan Biodata Akta Nikah di Pengadilan Agama

Cilacap Kelas 1A

1. Proses Berperkara Perubahan Biodata Akta Nikah

Perubahan biodata Akta Nikah merupakan perkara permohonan

(volunter) atau perkara yang tidak ada sengketa antar pihak, juga tidak ada

lawan. Dalam hukum acara yang berlaku di lingkungan Peradilan Agama,

sebagaimana berlaku dalam peradilan umum, perkara permohonan adalah

diajukan ke Pengadilan yang berada pada wilayah kediaman Pemohon,

termasuk dalam perkara perubahan biodata Akta Nikah ketentuan ini pun

berlaku.

Karena merupakan perkara permohonan, maka dalam perkara

perubahan biodata Akta Nikah, pihak yang ada di dalamnya hanyalah

Pemohon. Adapun yang dapat menjadi Pemohon sebagaimana


90

disampaikan oleh Marwoto hakim Pengadilan Agama Cilacap kelas 1A,

bahwa:

“Orang yang memiliki Legal Standing mengajukan peerubahan


biodata Akta Nikah adalah yang bersangkutan, pasangan (suami
atau istri), anak, dan keluarga terdekat, tapi jarang ditemui seperti
ini namun itu memungkinkan terjadi misal dalam hal keperluan
waris.”7

Dalam hal proses beracarapun, perkara perubahan biodata akta

nikah tata cara yang digunakan sebagaimana perkara perdata lain. Adapun

alur berperkara yang akan dilalui adalah sebagaimana gambar berikut:

Gambar 38
Alur berperkara di Pengadilan Agama

a. Tahap pendaftaran perkara

Adapun yang harus disiapkan pemohon ketika akan

mengajukan permohonan perubahan biodata Akta Nikah antara lain :

7
Marwoto, Hakim Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A, Wawancara Pribadi, Senin, 10
Oktober 2021, jam 09:00 – 09:30 WIB.
8
Dikutip dari https://pa-cilacap.go.id/tentang-pa/profil-pengadilan.html diakses pada 18
Oktober 2021 pukul 10.52 WIB.
91

1) Surat permohonan perubahan biodata Akta Nikah ditujukan kepada

ketua pengadilan;

2) Fotocopy akta nikah;

3) Fotocopy KTP yang masih berlaku;

4) Surat pengantar dari desa, dan atau surat pengantar dari KUA;

5) Surat keterangan beda nama;

6) Surat pernyataan nama yang akan digunakan;

7) Fotocopy berkas kependudukan yang datanya akan dijadikan

sebagai rujukan perubahan; dan,

8) Membayar biaya panjar perkara.

Proses yang akan dilalui Pemohon ketika proses pendaftaran

perkara yaitu:

1) Pertama, pihak yang akan berperkara datang ke Pengadilan Agama

dengan membawa surat permohonan;

2) Kedua, pihak berperkara menghadap PTSP menyerahkan surat

permohonan;

3) Ketiga, petugas memberikan penjelasan yang dianggap perlu

berkenaan dengan perkara yang diajukan dan menaksir panjar

biaya perkara yang kemudian ditulis dalam Surat Kuasa untuk

membayar (SKUM);

4) Keempat, petugas menyerahkan kembali surat permohonan kepada

Pemohon disertai dengan SKUM;


92

5) Kelima, pihak berperkara menyerahkan kepada Kasir surat

permohonan tersebut dan SKUM;

6) Kasir menandatangani SKUM, membubuhkan nomor urut perkara

dan tanggal penerimaan perkara dalam SKUM dan dalam surat

permohonan;

7) Kasir meyerahkan SKUM asli kepada pihak berperkara sebagai

dasar penyetoran panjar biaya perkara ke bank;

8) Kedelapan pihak berperkara datang ke loket layanan bank dan

mengisi slip penyetoran panjar biaya perkara. Pengisian data dalam

slip bank tersebut sesuai dengan SKUM. Seperti nomor urut dan

besarnya biaya penyetoran. Kemudian pihak berperkara

menyerahkan slip bank yang telah diisi dan menyetorkan uang

sebesar yang tertera dalam slip bank tersebut;

9) Kesembilan, setelah pihak berperkara menerima slip bank yang

telah divalidasi dari petugas layanan bank. Pihak berperkara

menunjukkan slip bank tersebut dan menyerahkan SKUM kepada

pemegang Kasir;

10) Kesepuluh, Kasir setelah meneliti slip bank kemudian

menyerahkan kembali kepada pihak berperkara. Kasir kemudian

memberi tanda lunas dalam SKUM dan menyerahkan kembali

kepada pihak berperkara asli dan tindasan pertama SKUM serta

surat permohonan yang bersangkutan;


93

11) Kesebelas, pihak berperkara menyerahkan kepada perugas surat

permohonan serta tindasan pertama SKUM;

12) Keduabelas, petugas mendaftar/mencatat surat permohonan dalam

register bersangkutan serta memberi nomor register pada surat

permohonan tersebut yang diambil dari nomor pendaftaran yang

diberikan oleh pemegang kas;

13) Ketigabelas, petugas menyerahkan kembali permohonan yang telah

diberi nomor register kepada pihak berperkara;

14) Pendaftaran selesai, pihak berperkara akan dipanggil oleh

jurusita/jurusita pengganti untuk menghadap ke persidangan

setelah ditetapkan Susunan Majelis Hakim (PMH) dan hari sidang

pemeriksaan perkaranya (PHS).

b. Tahap pemeriksaan perkara

Tahap pemeriksaan perkara perubahan biodata Akta Nikah di

Pengadilan Agama Cilacap kelas 1A dilakukan dengan hukum acara

sederhana dan cepat sesuai dengan asas yang berlaku di lingkungan

Peradilan Agama. Bentuk cepat dan sederhana dalam berperkara

perubahan biodata Akta Nikah yaitu:9

1) Awal persidangan, di awali dengan hakim membuka persidangan

dengan ketukan palu sebanyak tiga kali;

9
Muslim, Hakim Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A, Wawancara Pribadi, Kamis 14
Oktober 2021, jam 09.30 – 10.00 WIB.
94

2) Dilanjutkan dengan pembacaan permohonan, pada prakteknya

permohonan dianggap teleh dibacakan dan hakim mengklarifikasi

permohonan tersebut kepada yang bersangkutan;

3) Klarifikasi dilakukan dengan menanyakan identitas Pemohon serta

maksud dan tujuan permohonan Pemohon;

4) Proses dilanjutkan tahap pembuktian, yang dilakukan dengan

pembuktian surat berupa menyesuaikan permohonan dengan alat

bukti, serta pembuktian dengan mendengar keterangan saksi;

5) Persidangan dilanjutkan dengan hakim mengambil kesimpulan

terkait permasalahan serta menjatuhkan penetapan di saat itu juga;

6) Sidang diakhiri dengan hakim memberikan petunjuk mengenai apa

yang harus dilakukan para Pemohon pada tahap berikutnya,

meliputi arahan mengambil produk pengadilan serta perintah untuk

mengubah akta nikahnya ke KUA berdasarkan penetapan dari

pengadilan.

2. Alasan Permohonan Para Pihak

Berdasarkan wawancara terhadap hakim-hakim di Pengadilan

Agama Cilacap Kelas 1A, para Pemohon dalam perkara permohonan

perubahan biodata Akta Nikah ke Pengadilan Agama Cilacap kelas 1A

dengan berbagai alasan. Diantara alasan yang kerap disampaikan pemohon

ketika mengajukan permohonan perubahan akta nikah yaitu:

a. Keperluan pembuatan Akta Kelahiran anak


95

Sebagai salah satu bentuk pengakuan dan pemenuhan hak anak

adalah dengan setiap anak diberikan nama serta identitas sejak ia

dilahirkan. Identitas seorang anak dituangkan dalam bentuk resmi akta

kelahiran, yang berkekuatan hukum serta memiliki kekuatan

pembuktian sempurna. Akta kelahiran ini penting bagi seorang anak

yang telah lahir ke dunia sebagai wujud pengakuan negara atas status

identitas, kependudukan, dan kewarganegaraan anak tersebut. Selain

itu, kegunaan lain akta kelahiran anak adalah sebagai dokumen

persyaratan untuk mulai memasuki jenjang pendidikan dini sampai

perguruan tinggi. Sebagai dokumen persyaratan untuk membuat KTP,

Kartu Keluarga, hingga penentuan ahli waris, serta pemberkasan lain

yang membutuhkan data diri berbasis Nomor Induk Kependudukan.

Identitas diberikan kepada setiap anak baik itu anak sah, anak

luar kawin, juga anak yang tidak diketahui orangtuanya.10 Adapun

yang dimaksud anak sah yaitu anak yang dilahirkan dalam atau sebab

perkawinan yang sah kedua orangtuanya.11 Adapun alasan keperluan

pembuatan Akta Kelahiran anak ini menjadi alasan yang paling

dominan disampaikan oleh pemohon perubahan biodata Akta Nikah.12

10
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Tambahan Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 5606).
11
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1).
12
Marwoto, Hakim Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A, Wawancara Pribadi, Senin, 10
Oktober 2021, jam 09:00 – 09:30 WIB.
96

Berdasarkan ketentuan yang ada yaitu Peraturan Presiden

Nomor 25 Tahun 2008 Tentang Persyaratan dan Tata Pendaftaran

Penduduk dan Pencatatan Sipil untuk membuat atau mendaftarakan

akta kelahiran anak, maka ada beberapa persyaratan yang harus

dipenuhi antara lain: 13

1) Surat keterangan kelahiran dari dokter atau bidan atau


penolong;
2) Formulir pendaftaran yang berisi nama dan identitas saksi
kelahiran;
3) Kartu keluarga orang tua;
4) Kartu tanda penduduk orang tua;
5) Kutipan akta nikah orang tua;
6) Surat pertanggungjawaban mutlak apabila tidak memiliki
surat keterangan lahir dari dokter;
7) Surat pertanggungjawaban mutlak apabila tidak memiliki
akta perkawinan atau sudah berstatus kawin di dalam kartu
keluarga dan sudah terstruktur suami-istri-anak di dalam
kartu keluarga.

b. Keperluan pendaftaran haji dan atau umroh

Salah satu berkas yang harus disiapkan oleh seseorang yang

akan mendaftar haji atau umroh adalah berkas berupa akta nikah bagi

yang sudah menikah. Kedudukan akta nikah ini setara sebagai

pengganti apabila yang bersangkitan tidak memiliki akta kelahiran.

Dan alasan ini juga merupakan salah satu alasan yang disampaikan

pemohon mengapa mengajukan permohonan perubahan akta nikah.14

c. Berkas Pegawai Negeri Sipil

13
Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 Tentang Persyaratan dan Tata Pendaftaran
Penduduk dan Pencatatan Sipil.
14
Wan Ahmad, Hakim Pengadilan Agama Cilacap kelas 1A, Wawancara Pribadi, Senin,
10 Oktober 2021, jam 13.00 – 13.30 WIB.
97

Dalam penerimaan Apartur Sipil Negara, Akta Nikah juga

merupakan salah satu berkas yang perlu disiapkan. Pasalnya Akta

Nikah berkaitan dengan tunjangan yang akan diberikan negara pada

pasangan ASN yang bersangkutan, keabsahan pasangan tersebut

dibuktikan dengan adanya akta nikah.15

d. Tunjangan Pensiun

Perubahan atau perbaikan dengan alasan ini biasnaya diajukah

pemohon yang sudah usia lanjut dan memasuki masa purna dari masa

kerjanya sebagai Aparatur Sipil Negara.

e. Sinkronisasi Identitas

Ketidaksesuaian antara data kependudukan dalam satu berkas

dengan berkas lainya di Indonesia merupakan hal yang jamak terjadi.

Dengan berbagai penyebab, seperti kesalahan penulisan atau

keterbatasan peagawai pencatat dimasa dahulu, atau karena memang

perubahan identitas yang berbeda dimasa dahulu, kemudian terbit

berkas kependudukan lain dikemudian hari yang belum disertai

perubahan

f. Pembuatan Akta Kematian

Akta kematian umunya akan digunakan oleh ahli waris guna

keperluan perubahan berkas kependudukan berupa kartu keluarga

dengan mencoret nama Si Mati dan atau untuk keperluan pembagian

waris. Dalam prosesnya bisa saja terkendala apabila terdapat

15
Af. Mafthuhin, Hakim Pengadilan Agama Cilacap kelas 1A, Wawancara Pribadi,
Senin, 10 Oktober 2021, jam 11.00 – 11.30 WIB.
98

ketidaksesuaian antar berkas kependudukan, sehingga sebelum dibuat

akta kematian perlu dilakukan penyesuaian data antar berkas salah

satunya data dalam akta nikah.

C Deskripsi Penetapan Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A Tentang

Perubahan Biodata Akta Nikah

1. Penetapan Nomor 0057/Pdt.P/2020/Pa.Clp16

Permohonan ini diajukan oleh Pemohon yang beralamat tinggal di

Kabupaten Cilacap. Pemohon mengajukan permohonan perubahan biodata

Akta Nikah dengan alasan terdapat perbedaan nama yang terdapat pada

Ijazah dan Kutipan Akta Kelahiran dengan nama yang terdapat pada

Kutipan Akta Nikah, KTP dan Kartu Tanda Penduduk.

Adapun perbedaan tersebut terjadi karena nama Pemohon diubah

oleh orang tua Istri Pemohon setelah menikah, nama asli dari Pemohon

adalah nama yang terdapat pada Kutipan Akta Kelahiran dan Ijazah

Pemohon, sedangkan nama yang terdapat pada KTP, Kartu Keluarga dan

Akta Nikah merupakan nama pemberian orang tua Istri Pemohon. Sebab

perbedaan nama pada berkas kependudukan Pemohon, Pemohon

mengalami kesulitan mengurus akta kelahiran anak-anak Pemohon.

Untuk mewujudkan keinginanya, yang bersangkutan mengajukan

permohonanya ke Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A. Permohonan

tersebut diperiksa dan diputus kabul pada tanggal 20 Januari 2020.

16
Penetapan Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A Nomor 0057/Pdt.P/2020/Pa.Clp
Pertihal Penetapan Perubahan Biodata Akta Nikah Pemohon, 20 Januari 2020.
99

Adapun dasar pertimbangan yang digunakan hakim majelis antara lain

pasal 34 ayat (2) PMA Nomor 11 tahun 2007 tentang Pencatatn Nikah

yang menyatakan bahwa; “Perkara perubahan biodata akta nikah yang

meliputi data suami, istri dan wali harus berdasarkan pada putusan

Pengadilan Agama.”

Adapun pertimbangan lainya yang digunakan hakim adalah dengan

kaidah Ushul Fiqih untuk menghilangkan, mengantisipasi serta

menghindari kemudhorotan serta kesulitan-kesulitan. Adapun kaidah

Ushul Fiqih yang dimaksud yaitu kaidah ‫الضرريزال‬


‫ ر‬.

Kesulitan yang dihadapi para Pemohon adalah penolakan Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Cilacap untuk mencatatkan

kelahiran anak Pemohon walaupun Pemohon telah memenuhi persyaratan

yang ditetapkan. Penolakan dinas cataan sipil dikarenkan nama Pemohon

dalam berkas yang diajukan terdapat perbedaan antara nama dalam berkas

KTP dan Akta Nikah Pemohon.

Pemohon telah berupaya mengubah perbedaan nama dalam Akta

Nikah Pemohon untuk disesuaikan dengan nama dalam KTP ke KUA

Cilacap Tengah, tempat dimana Pemohon mencatatkan perkawinanya,

akan tetapi KUA Cilacap Tengah menolak permohonan tersebut dengan

alasan nama yang terdapat pada Akta Kelahiran Pemohon merupakan

nama yang sama dengan nama yang terdapat dalam Akta Nikah yang

merupakan nama asli Pemohon, sedangkan permohonan Pemohon


100

meminta agar nama dalam akta nikah diubah disesuaikan dengan nama

tua.

Karena maksud Pemohon mengajukan perubahan biodata akta

nikahnya tidak tercapai melalui KUA, Pemohon kemudian beralih

mengajukan permohonanya ke Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A sebab

Pemohon tidak mengerti lagi langkah apa yang harus ditempuh. Setelah

mengajukan permohonanya ke Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A dan

hakim mengabulkan permohonanya, lalu Pemohon kembali ke KUA

Cilacap Tengah dengan membawa salinan penetapan yang mengabulkan

permohonan perubahan biodata akta nikah Pemohon untuk maksud yang

sama. Dan pihak KUA Cilacap Tengah mengabulkan permohonan

Pemohon dengan berdasarkan salinan penetapan Pengadilan Agama

Cilacap Kelas 1A, meskipun tanpa menyertakan akta kelahiran yang baru.

Perubahan biodata pada akta nikah Pemohon dilakukan oleh pihak

KUA Cilacap Tengah dengan mencoret nama lama yang terdapat pada

akta nikah serta kutipan akta nikah, kemudian ditulis nama perubahan

pada lembar catatan disertai tanggal dan kalimat “Nama Kecil Pemohon

diubah menjadi Nama Tua Pemohon pada tanggal 22 Januari 2020

berdasarkan salinan penetapan Pengadilan Agama Cilacap nomor

0057/Pdt.P/2020/Pa.Clp.

2. Penetapan Nomor 0060/Pdt.P/2020/Pa.Clp17

17
Penetapan Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A Nomor 0060/Pdt.P/2020/Pa.Clp
Perihal Penetapan Perubahan Biodata Akta Nikah Pemohon dan Pemohon II, 16 Januari 2020.
101

Penetapan ini merupakan penetapan atas perkara permohonan

perubahan biodata akta nikah dengan Pemohon I dan Pemohon II yang

mana keduanya adalah pasangan suami istri yang telah melangsungkan

perkawinan di KUA Kecamatan Kesugihan pada 13 Oktober 1987 dengan

dibuktikan dengan Akta Nikah Nomor 597/90/X/1987 atas nama Nama

Kecil Pemohon I dan Nama Kecil Pemohon II. Kedua Pemohon bertempat

tinggal di wilayah Kabupaten Cilacap, dan dari perkawinan para Pemohon

sejak tahun 1987 telah dikaruniai 3 orang anak.

Para Pemohon menghadap mejelis hakim Pengadilan Agama

Cilacap kelas 1A dengan permohonan yang intinya untuk mengubah

biodata yang ada pada akta nikah para Pemohon berupa nama Pemohon 1

nama Pemohon 2, serta tanggal lahir Pemohon 1 dan 2. Alasan

permohonan perubahan nama para Pemohon adalah karena perbedaan

nama yang tertera pada akta nikah, dengan nama yang terdapat pada KTP

serta kartu keluarga para pemohon, perbedaan tersebut terjadi sebab

setelah menikah dilakukan perubahan nama kecil atau nama sebelum

menikah dengan nama baru atau nama setelah menikah sebagai bagian dari

kebiasaan masyarakat tempat tinggal para Pemohon.

Para pemohon mengajukan perubahan biodata akta nikah guna

keperluan pembuatan akta kelahiran anak Pemohon. Karena ketika proses

pengurusan administrasi akta kelahiran anak Pemohon, Dinas Catatan

Sipil Kabupaten Cilacap menolak dan memerintahkan Pemohon untuk


102

menyelarasakan data berupa nama serta tanggal lahir para Pemohon yang

terdapat pada akta nikah dengan data pada KTP dan Kartu Keluarga.

Guna memenuhi kepentingan Pemohon, mengawali usahanya

dengan mengajukan permohonanya ke KUA Kecamatan Kesugihan

dengan membawa Duplikat Akta Nikah para Pemohon, memohon agar

nama serta tanggal lahir yang terdapat pada akta nikah para Pemohon

diubah disesuaikan dengan KTP dan Kartu Keluarga.

Akan tetapi, bukanya solusi yang didapat namun penolakan dari

pihak KUA dengan alasan Pemohon tidak dapat menunjukan akta

kelahiranya sebagai syarat dan dasar perubahan biodata akta nikah. Ketika

para Pemohon berkonsultasi dengan Kepala KUA Kecamatan Kesugihan,

yang bersangkutan memerintahkan para Pemohon untuk mengurus akta

kelahiran Pemohon terlebih dahulu, namun karena khawatir nemenui

kendala yang sama, pasalnya akta nikah kedua orangtua para Pemohon

tidak ada maka keduanya disarankan untuk mengajukan permohonan ke

Pengadilan Agama Cilacap kelas 1A oleh pihak KUA.

Kemudian para Pemohon mengajukan permohonanya ke

Pengadilan Agama Cilacap kelas 1A, mengikuti persidangan dimulai

dengan mendaftarkan perkara, memenuhi panggilan sidang sesuai jadwal,

sampai didapatkan penetapan yang inti penetapan ini megabulkan seluruh

permohonan para Pemohoan yaitu memohon kepada Majelis Hakim untuk

mengubah antara lain:


103

a. Nama Pemohon I yang tertulis pada akta nikah dengan nama Nama

Kecil Pemohon agar diubah menjadi Nama Tua Pemohon I;

b. Nama Pemohon II yang tertulis pada akta nikah Nama Kecil Pemohon

II agar diubah menjadi Nama Tua Pemohon II;

c. Tanggal lahir Pemohon I yang tertulis 25 tahun agar diubah menjadi

03 April 1962;

d. Tanggal lahir Pemohon II yang tertulis 18 tahun agar diubah menjadi

15 Januari 1969.

Permohonan tersebut dikabulkan pada tanggal 16 Januari 2020

dengan pertimbangan hukum antara lain pasal 34 ayat (2) PMA Nomor 11

tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah, serta untuk melindungi kepentingan

hukum Pemohon serta keluarga Pemohon dari kesulitan-kesulitan yang

mungkin terjadi di masa mendatang apabila kesalahan biodata Akta Nikah

ini tidak segera diperbaiki maka hakim berpandangan perkara ini patutlah

untuk dikabulkan.

Setelah mendapat penetapan pengadilan, para Pemohon kembali ke

KUA mengajukan permohonan yang sama, dan pihak KUA mengabulkan

maksud para Pemohon dengan diterbitkan duplikat akta nikah baru dengan

data yang telah disesuaikan dengan KTP dan Kartu Keluarga para

Pemohon sebagaimana permohonan itu diperkuat dengan salinan

penetapan Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A sebagai pengganti syarat

administratif berupa akta kelahiran.


104

3. Penetapan Nomor 0186/Pdt.P/2020/Pa.Clp18

Permohonan ini diajukan oleh Pemohon yang beralamat tinggal di

Kabupaten Cilacap. Pemohon dalam perkara ini mengajukan permohonan

perubahan biodata Akta Nikah ke Pengadilan Agama Cilacap kelas 1A

dengan alasan terdapat perbedaan nama dan tanggal lahir Pemohon yang

terdapat pada Akta Nikah dengan biodata pada ijazah anak Pemohon.

Adapun perbedaan nama terjadi karena pada saat menikah nama pada akta

nikah ditulis Nama Kecil Pemohon, kemudian setelah menikah nama

tersebut diubah menjadi Nama Tua Pemohon, dan nama inilah yang ia

pakai sampai saat ini

Sebab perbedaan nama tersebut, Pemohon mengalami kendala

dalam mengurus Akta Kelahiran anak yang lahir dari perkawinan yang sah

antara Pemohon dengan Istrinya, yang dibuktikan dibutikan dengan Kartu

Keluarga Nomor 3301062301059440 dan Akta Nikah Nomor

307/11/VII/1982 yang diterbitkan oleh KUA Kecamatan Kroya.

Adapun bentuk permohonan yang diajukan oleh Pemohon berupa

nama Pemohon yang tertulis pada akta nikah dengan Nama Kecil

Pemohon agar diubah dengan Nama Tua Pemohon, tanggal lahir Pemohon

yang tertulis 24 tahun agar diubah menjadi tanggal 31 Desember 1960.

Permohonan tersebut dikabulkan dengan pertimbangan fakta

hukum Pemohon dapat membuktikan dalil permohonanya. Adapun dasar

hukum yang digunakan dalam memutus perkara ini adalah pasal 34 ayat

18
Penetapan Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A Nomor 0186/Pdt.P/2020/Pa.Clp
Perihal Penetapan Perubahan Biodata Akta Nikah Pemohon,18 Februari 2020.
105

(2) PMA Nomor 11 tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah, serta kaidah

Ushul Fiqih ‫الضرريزال‬


‫ ر‬.

Setelah mendapat penetapan pengadilan, Pemohon kembali

mengajukan permohonan perubahan biodata akta nikahnya ke KUA

Kecamatan Kroya, perubahan dilakukan oleh pegawai KUA dengan

mencetak akta nikah baru berupa duplikat dengan data berupa nama dan

tanggal lahir permohoan yang telah disesuaikan dengan berkas

kependudukan lain.

4. Penetapan Nomor 0966/Pdt.P/2020/Pa.Clp19

Permohonan Nomor 0966/Pdt.P/2020/Pa.Clp merupakan

permohonan yang diajukan oleh Pemohon I dan Pemohon II. Keduanya

merupakan pasangan suami istri yang telah menikah secara sah dihadapan

hukum sesuai dengan kutipan akta nikah dengan nomor 462/54/IX/1995

terbitan KUA Kecamatan Kesugihan kabupaten Cilacap pada tanggal 7

September 1995 dan saat ini telah memiliki 3 orang anak. Pemohoan 1 dan

Pemohon II tinggal bersama-sama di wilayah kabupaten Cilacap.

Dalam permohonannya, maksud mengajukan permohonan adalah

untuk mengubah biodata dalam akta kelahiran para pemohon. Dalam

permohonan tersebut dinyatakan bahwa, nama Pemohon I yang terdapat

dalam kutipan Akta Nikah adalah Nama Kecil Permohon I, padahal nama

Pemohon I telah diubah menjadi Nama Tua Pemohon I. Tanggal lahir


19
Penetapan Pengadilan Agama Cilacap Kelas IA Nomor Nomor 0966/Pdt.P/2020/Pa.Clp
perihal Penetapan Permohonan Perubahan Biodata Akta Nikah Pemohon I dan Pemohon II, 12
November 2020.
106

Pemohon I tertulis 31 Januari 1972 padahal tanggal lahir sesungguhnya

adalah tanggal 31 Januari 1973.

Disebutkan juga dalam permohonan bahwa tanggal lahir Pemohon

II tertulis 10 1977 padahal tanggal lahir Pemohon II yang

sebenarnya adalah 10 Januari 1977. Para Pemohon mengajukan

permohonan ke Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A agar data tersebut

disesuaikan dengan data sebenarnya.20 Adapun maksud para Pemohon

mengajukan permohonan perubahan biodata akta nikah adalah untuk

keperluan pembuatan akta kelahiran anak Pemohon, yang mana dalam

syarat administratif pendaftaran akta kelahiran anak berupa akta nikah

kedua orang taunya. Akan tetapi ketika berupa mengurus berkas tersebut

Pemohon terkendala perbedaan biodata para Pemohon yanhg terdapat pada

akta nikah Pemohon dengan berkas lain seperti KTP, dan Kartu

Keluarganya.

Untuk itu, Pemohon sangat berkepentingan memperbaiki dan

menyesuaian data pada akta nikahnya agar dapat mencatatkan kelahiran

anaknya. Untuk itu Pemohon mula-mula mengajukan permohonan ke

KUA Kecamatan Kesugihan, namun ditolak karena yang bersangkutan

tidak memiliki akta kelahiran, oleh karenanya Pemohon beralih ke

Pengadilan Agama Cilacap kelas 1A supaya mendapat penetapan sebagai

pengganti akta kelahiran yang disyaratkan untuk mengubah biodata akta

nikah.

20
Pemohon I dan Pemohon II, Para Pemohon Dalam Perkara Permohonan Nomor
0966/Pdt.P/2020/Pa.Clp, Wawancara Pribadi, 9 November 2020, jam 13.00-13.30 WIB.
107

Pemohon mengikuti proses persidangan hingga akhir persidangan

dan didapatkan penetapan yang intinya mengabulkan permohonan para

Pemohon untuk mengubah biodata pada Akta Nikahnya dengan

pertimbangan hukum berupa pasal 34 ayat (2) PMA Nomor 11 tahun 2007

serta pasal 5 dan 6 Kompilasi Hukum Islam.

Setelah mendapat penetapan pengadian, Pemohon kembali ke

KUA Kecamatan Kesugihan untuk maksud yang sama, kemudian pihak

KUA menerima permohonan itu melakukan perubahan biodata pada akta

nikah Pemohon dengan mencoret nama lama, dan ditulis nama baru

setelah perubahan serta tanggal lahir para pemohon pada lembar catatan

serta diberi paraf Kepala KUA dan diberi cap beserta tanggal perubahan

serta nomor salinan penetapan.

5. Penetapan Nomor 1008/Pdt.P/2020/Pa.Clp.21

Penetapan ini merupakan penetapan atas permohonan yang

diajukan oleh Pemohon I dan Pemohon II. Para pemohon dalam perkara

ini merupakan pasangan suami istri yang sah dengan dibuktikan dengan

akta nikah nomor 479/44/1980 yang dicatatkan oleh PPN KUA

Kecamatan Karangpucung, dan saat ini bertempat tinggal di kabupaten

Cilacap.

Dalam permohonan tersebut dinyatakan bahwa, nama Pemohon I

yang terdapat pada kutipan Akta Nikah tertulis Kartim, padahal nama

21
Penetapan Pengadilan Agama Cilacap Kelas IA Nomor 1008.Pdt.P/2020/Pa.Clp perihal
Penetapan Permohonan Perubahan Biodata Akta Nikah Pemohon I dan Pemohon II, 12 November
2020.
108

sesungguhnya adalah Karsono. Selain itu, dalam kutipan Akta Nikah para

Pemohon tertulis tanggal lahir Pemohon I adalah 22 tahun, padahal

tanggal lahir sebenarnya adalah 22 Oktober 1960. Kesalahan lain dalam

kutipan Akta Nikah para Pemohon adalah dalam hal tanggal lahir

Pemohon II, dalam kutipan Akta Nikah tertulis tanggal lahir Pemohon II

adalah 18 tahun, padahal tanggal lahir sesungguhnya adalah 17 April

1963.

Karena hal tersebut, yang bersangkutan mengajukan permohonan

yang intinya memohon kepada majelis hakim Pengadilan Agama Cilacap

Kelas 1A untuk mengubah nama Pemohon I, mengubah tanggal lahir

Pemohon I dan Pemohon II sesuai dengan data yang sebenarnya. Para

Pemohon mengajukan permohonanya ke Pengadilan Agama Cilacap kelas

1A sebab para Pemohon mengalami kesulitan dalam melakukan

pembuatan Akta Kelahiran anak kandung para Pemohon.22 Pemohon

memilih mengajukan permohonan perubahan biodata akta nikahnya ke

Pengadilan Agama karena pemohon menyadari tidak memiliki akta

kelahiran, sehingga memutuskan langsung mengajukan ke Pengadilan dan

tidak mengajukan ke KUA.

Permohonan tersebut dikabulkan dengan pertimbangan “Pemohon

sangat berkepentingan akan permohonanya, Pemohon telah berupaya

mengubah biodata pada Akta Nikahnya ke KUA tempat pelaksanaan

pernikahanya akan tetapi tidak berhasil”. Walaupun berdasarkan ketentuan

22 Pemohon I dan Pemohon II, Para Pemohon dalam Perkara Permohonan Nomor
1008/Pdt.P/2020/Pa.Clp, Wawancara Pribadi, 9 November 2020, jam 10.00-10.30 WIB.
109

pasal 38 ayat (1) PMA Nomor 20 tahun 2019 tentang Pencatatan Nikah

sebagaimana disebutkan oleh Hakim dalam penetapan ini Pengadilan

Agama menyatakan tidak berwenang, akan tetapi Majelis Hakim tetap

memeriksa dan memberikan penetapan atas permohonan tersebut guna

memberikan rasa keadilan pada masyarakat.

6. Penetapan Nomor 1102/Pdt.P/2020/Pa.Clp23

Penetapan ini merupakan penetapan atas permohonan yang

diajukan oleh Pemohon yang berkedudukan sebagai Istri sah dari pemilik

biodata yang dimohonkan untuk diubah.alasan permohonan perubahan

biodata Akta Nikah dengan nomor 914/38/X/1983 tertanggal 5 Oktober

1983 dari KUA Kecamatan Cilacap Tengah yang disampaikan dalam

permohonan ini adalah karena terdapat perbedaan nama Suami Pemohon

yang seharusnya bernama Sutono akan tetapi tertulis Ririn Sutono.

Karena perbedaan nama tersebut yang bersangkutan mengalami

kesulitan dalam mengurus Akta Kematian Sumi Pemohon. Dengan alasan

tersebut, yang bersangkutan mengajukan permohonanya ke Pengadilan

Agama Cilacap Kelas 1A dan diperoleh Penetapan yang mengabulkan

permohonan Pemohon.

Adapun pertimbangan Hakim yang digunakan dalam memutus

kabul permohonan ini antara lain;

23
Penetapan Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A Nomor 1102/Pdt.P/2020/Pa.Clp
perihal Permohonan Perubahan Biodata Akta Nikah Pemohon, 7 Januari 2020.
110

a. Pasal 2 Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 tahun

2006 dan perubahan kedua dengan Undang-Undanag Nomor 50 tahun

2009. Permohonan tersebut oleh Majelis Hakim dianggap memenuhi

asas personalitas keislaman;

b. Pasal 56 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 yang menyatakan

kewajiban Hakim dalam menggali hukum yang hidup dalam

masyarakat (Living Law);

c. Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang

Perkawinan;

d. Pasal 2 dan 7 Kompilasi Hukum Islam;

e. Pasal 6 Undang-Undang Nomor 4 tahun 1961 tentang Perubahan Atau

Penambahan Nama Keluarga;

f. SE Menteri Dalam Negeri Nomor: 477/815/SJ tahun 2006.


BAB IV
ANALISIS PERKARA PERMOHONAN PERUBAHAN BIODATA AKTA
NIKAH DI PENGADILAN AGAMA CILACAP KELAS 1A

A Analisis Kewenangan Mengubah Biodata Pada Akta Nikah

Empat hakim Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A yang penulis

wawancarai berpendapat untuk memutus kabul permohonan perubahan

biodata Akta Nikah yang diajukan kepadanya. Akan tetapi, walaupun

mengabulkan permohonan tersebut, hakim yang bersangkutan menyatakan

perkara perubahan biodata Akta Nikah kewenangan KUA Kecamatan yang

menerbitkan Akta Nikah, selain itu Pengadilan Agama juga berhak atas

perkara tersebut dengan menggolongkan perkara perubahan biodata akta nikah

sebagai bagian dari perkara bidang perkawinan. Hal tersebut didasarkan pada

ketentuan dalam pasal 38 ayat (2) PMA Nomor 20 tahun 2019 tentang

Pencatatan Nikah yang mana dinyatakan bahwa :1

Pasal 38
1) Perubahan nama suami atau istri pada Akta Nikah dilakukan oleh
KUA Kecamatan berdasarkan Akta Kelahiran yang baru;
2) Pencatatan perubahan data perseorangan berupa tempat, tanggal,
bulan, tahun lahir, Nomor Induk Kependudukan, kewarganegaraan,
pekerjaan, dan alamat dilakukan oleh KUA Kecamatan
berdasarkan surat keterangan dari Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil;
3) Tata cara penulisan perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal.

Berbeda dengan Hakim Drs. Muslim, S.H., M.Si, beliau menyatakan

perkara permohonan perubahan biodata Akta Nikah bukan merupakan

kewenangan Pengadilan Agama, sekaligus tidak mengabulkan setiap


1
PMA Nomor 20 tahun 2019 tentang Pencatatan Nikah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 1118).

111
112

permohonan perubahan biodata Akta Nikah apabila dihadapkan kepadanya

Pandangan tersebut berdasarkan fakta hukum bahwa dalam Undang-undang

Nomor 3 tahun 2006 tentang Peradilan Agama tidak ditemui ketentuan yang

menyatakan kewenangan Pengadilan Agama berkaitan dengan Akta Nikah.

Adapun sikap yang demikian dilakukan oleh hakim Drs. Muslim, S.H.,

M.Si dengan alasan “Keberlakuan hukum harus ditegakan dalam rangka

memberi pemahaman kepada masyarakat akan tugas dan wewenang masing-

masing lembaga negara, sekaligus mendidik masyarakat agar tidak bersifat

permitif”2. Walaupun sebenarnya ketika mengabulkan permohonan perubahan

Akta Nikah lebih bermanfaat.

Permasalahan yang terjadi kemudian, tidak hanya sekedar permohonan

perubahan biodata Akta Nikah yang diajukan ke Pengadilan Agama setelah

sebelumnya pemohon mengajukan permohonanya ke KUA Kecamatan lalu

KUA Kecamatan menolak. Penolakan yang dilakukan oleh KUA memiliki

alasan yang kuat dengan berdasarkan hukum dan bukan berarti KUA menolak

kewenangan mutlak yang diberikan kepadanya, yaitu “Pemohon tidak bisa

menunjukan Akta Kelahiranya”.3 Padahal berdasarkan PMA Nomor 20 Tahun

2019 tentang Pencatatan Nikah, KUA dapat melakukan perubahan terhadap

kesalahan pada Akta Nikah “Berdasarkan pada Akta Kelahiran yanag baru”.4

2
Muslim, Hakim Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A, Wawancara Pribadi, Kamis 14
Oktober 2021, jam 09.30 – 10.00 WIB.
3
Taufiqussalam, Kepala KUA Kecamatan Cilacap Selatan, Wawancara Pribadi, Senin,
10 Oktober 2021 jam 10.00 – 10. 30 WIB.
4
PMA. No. 20 Tahun 2019 Tentang Pencatatan Nikah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 1118).
113

Praktek yang terjadi pada KUA wilayah kerja Pengadilan Agama

Cilacap Kelas 1A adalah, ketika Pemohon yang tidak bisa menunjukan Akta

Kelahiranya kepada petugas KUA saat ingin mengajukan perubahan Akta

Nikah, mereka beralih mengajukan Permohonanya ke Pengadilan Agama

Cilacap Kelas 1A sampai didapatkan penetapan yang mengabulkan

permohonana tersebut. Usai mendapat Penetapan Pengadilan, Pemohon

kembali ke KUA mengajukan permohonan perubahan biodata Akta Nikah

dengan berdasarkan Penetapan Pengadilan. Selanjutnya pihak KUA bersedia

melakukan perubahan biodata Akta Nikah walaupun tanpa disertai dengan

Akta Kelahiran. Dalam hal ini penetapan Pengadilan Agama dianggap sebagai

pengganti Akta Kelahiran.

Pengadilan Agama yang menerima dan memutus kabul permohonan

perubahan biodata Akta Nikah dimasa sekarang ini, jika merujuk pada PMA

Nomor 20 tahun 2019, merupakan lembaga yang menyalahi kewenangan

absolutnya jika masih memberikan penetapan perubahan biodata Akta Nikah.

Walaupun Pengadilan Agama sifatnya hanya memberikan penetapan dan

pelaksana perubahan biodata Akta Nikah tetap KUA. Hal tersebut

menimbulkan kerancuan tentang prosedur perubahan biodata Akta Nikah di

KUA, yang seharusnya berdasarkan pada Akta Kelahiran yang baru tetapi

digantikan dengan penetapan Pengadilan Agama.

Adapun perbedaan pandangan hakim Drs. Muslim, S.H., M.Si dengan

tiga hakim lainya adalah dikarenakan perbedaan dalam melakukan penafsiran

hukum. Hakim Drs. Muslim, S.H., M.Si menyatakan Pengadilan Agama tidak
114

berwenang menangani perkara perubahan biodata akta nikah dapat kita

pahami yang bersangkutan melakukan penafsiran hukumnya dengan

interpretasi gramatikal, melandaskan pada ketentuan dalam pasal 38 PMA

Nomor 20 tahun 2019 tentang Pencatatan Nikah yang mneyatakan bahwa

instansi yang berwenang adalah KUA, juga berlandaskan pasal 49 Undang-

undang Nomor 50 tahun 2009 tentang Peradilan Agama yang tidak

menyebutkan perkara perubahan biodata akta nikah sebagai bagian dari

kewenanganya.

Sedangkan tiga hakim lainya yang menyatakan perkara perubahan

biodata akta nikah sebagai bagian dari kompetensi Pengadilan Agama dapat

kita pahami sebagai bentuk penafsiran hukum yang dilakukan hakim dengan

menggunakan interpretasi ekstensif yaitu dengan memperlua kewenangan

Pegadilan Agama, walupun hal tersebut tidak terdapat dalam rincian

penjelasan pasal 49 Undang-undang Nomor 50 tahun 2009 tentang Peradilan

Agama sebagai bagian dari rincian kewenangan Pengadilan Agama dalam

bidang perkawinan karena eratnya kaitan antara akta nikah dengan bidang

perkawinan lainya.

B Analisis Alasan Permohonan Perubahan Biodata Akta Nikah di

Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A

Alasan yang diajukan para pemohon perubahan biodata Akta Nikah ke

Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A adalah karena terdapat kesalahan

penulisan data dan atau ketidaksesuaian data yang terdapat pada Akta
115

Nikahnya dengan data pada berkas kependudukan lain. Pemohon telah

mencoba mengubah Akta Nikahnya ke KUA yang menerbitkan Akta Nikah,

akan tetapi pihak KUA menolak permohonan Pemohon kemudian yang

bersangkutan mengajukan permohonan ke Pengadilan Agama..

Adapun tujuan diajukanya permohonan perubahan biodata Akta Nikah

beragam, seperti:

1. Keperluan pembuatan Akta Kelahiran anak;

2. Persyaratan mendaftar ibadah haji dan atau umroh;

3. Melengkapi berkas penerimaan ASN;

4. Pemberkasan tunjangan dana pensiun;

5. Keprluan membuat Akta Kematian;

6. Serta bertujuan untuk sinkronisasi data antar berkas kependudukan.

Alasan yang diajukan Pemohon, merupakan sesuatu yang dapat

dibenarkan. Karena di dalam ketentuan pasal 38 PMA Nomor 20 tahun 2019,

secara eksplisit dapat diambil pengertian bahwa kebolehan mengubah biodata

Akta Nikah adalah karena adanya kesalahan data yang sifatnya redaksional

ataupun karena perbedaan data yang sama sekali berbeda dengan data asal

atau data sebenarnya.

Sedangkan tujuan perubahan biodata Akta Nikah sejauh ini tidak

diatur baik secara implisit maupun eksplisit dalam atauran apapun. Hakim

berpandangan sejauh alasan permohonan adalah untuk kemaslahatan maka

permohonan dapat dikabulkan. Alasan permohonan, berupa sesuatu yang


116

sifatnya mendesak harus ada jika tidak terpenuhi maka dapat menimbulkan

permasalahan yang membawa dampak buruk bagi pihak yang bersangkutan.

Sebagaimana tujuan yang paling sering disampaikan Pemohon yaitu

“Untuk membuat Akta Kelahiran anak”, tujuan demi perlindungan hukum

bagi anak merupakan hal yang dapat menimbulkan dampak buruk jika tidak

segera diwujudlkan. Oleh karenanya jika tujuan perubahan biodata Akta

Nikah adalah karena hal ini, maka sepatutnya tujuan tersebut dibenarkan.

Tujuan yang lain adalah untuk “Administrasi haji dan atau umroh”.

Haji dan umroh merupakan serangkaian ibadah yang dilakukan oleh seorang

muslim yang memiliki kemampuan finansial serta dengan persyaratan tertentu

di tanah haram Arab Saudi. Diantara peryaratan sebelum pelaksanaan ibadah

haji dan umroh adalah persyaratan administrasi. Diantara hal yang harus ada

ketika pendaftaran adalah Akta Nikah yang datanya berkesesuaian dengan

berkas kependudukan lain. Jika yang bersangkutan tidak bisa melengkapi

berkas tersebut, secara otomatis pelaksanaan ibadah belum bisa dilaksanakan.

Tujuan sinkronosasi data antar berkas kependudukan juga harus kita

katakan sebagai tujuan yang dapat bahkan harus dibenarkan. Ketika Pemohon

memiliki kesadaran akan perlunya sinkronisasi data, berarti yang

bersangkutan telah tumbuh dalam dirinya kesadaran hukum. Kesadaran

hukum ini harus dikembangkan salah satu jalanya adalah dengan menerima

alasan perubahan biodata Akta Nikah.

Adapun tujuan-tujuan lain seperti keperluan administrasi pendaftaran

ASN, tunjangan dana pensiun, keperluan membuat Akta Kematian ataupun


117

tujuan lain yang belum disebutkan, selama dapat membawa manfaat maka

tujuan tersebut harus dibenarkan.

C Analisis Pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A

dalam Memutus Perkara Permohonan Perubahan Biodata Akta Nikah

Hakim Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A dalam memutus

permohonan perubahan biodata Akta Nikah dengan beberapa pertimbangan.

Pertimbangan tersebut ada yang berupa pertimbangan hukum dalam aturan

perundang-undangan, pertimbangan hukum yang bersumber pada hukum

Islam, serta pertimbangan sosial. Diantara pertimbangan hukum berupa

pertimbangan yuridis berupa pertimbangan yang berasal dari peraturan

perundang-undangan, dan pertimbangan syar’I yang dikemukakan oleh hakim

antara lain:

1. Pasal 34 ayat (2) PMA Nomor 11 tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah

Pasal tersebut menyatakan bahwa “Perkara perubahan biodata Akta

Nikah yang meliputi data suami, istri dan wali harus berdasarkan pada

putusan Pengadilan Agama”. Penggunaan pasal tersebut dalam perkara

perubahan biodata Akta Nikah dimasa saat ini merupakan tindakan hakim

yang bertentangan dengan kaidah Lex Posterior Derogat Legi Priori. Asas

ini bermakna undang-undang atau aturan hukum yang baru meniadakan

keberlakuan undang-undang atau aturan hukum yang lama. Asas ini hanya

dapat diterapkan dalam kondisi norma hukum yang baru memiliki

kedudukan yang sederajat atau lebih tinggi dari norma hukum yang lama.
118

Perihal perubahan biodata akta nikah, maka peraturan lama (Lex

Posteriori) yang dimaksud adalah PMA Nomor 11 tahun 2007 tentang

Pencatatan Nikah dan PMA perubahan pertamanya yaitu PMA Nomor 19

tahun 2018 tentang Pencatatan Nikah. Sedangkan yang berlaku sebagai

peraturan baru (Legi Priori) adalah PMA Nomor 20 tahun 2019 tentang

Pencatatan Nikah sebagai PMA perubahan kedua dari PMA Nomor 11

tahun 2007.

Jika merujuk pada ketentuan PMA Nomor 11 tahun 2007 tersebut,

maka benar Pengadilan Agama berwenang menangani perkara perubahan

Akta Nikah, sebagaimana disebutkan dalam pasal 34 yaitu:

Pasal 345
1) Perbaikan penulisan dilakukan dengan mencoret kata yang
salah dengan tidak menghilangkan tulisan salah
tersebut,kemudian menulis kembali perbaikannya dengan
dibubuhi paraf oleh PPN, dan diberi stempel KUA.
2) Perubahan yang menyangkut biodata Suami, isteri ataupun wali
harus berdasarkan kepada putusan Pengadilan pada wilayah
yang bersangkutan.

Makna frasa Pengadilan dalam ketentuan ayat 2 tersebut dimaknai

sebagai Pengadilan Agama dan atau Mahkamah Syariah sebagaimana

ketentuan dalam konsideran pasal 1 ayat (5). Akan tetapi PMA Nomor 11

tahun 2007 telah diubah dengan PMA Nomor 19 tahun 2018 dan

diperbarui dengan PMA Nomor 20 tahun 2019 yang menyatakan perkara

perubahan biodata Akta Nikah merupakan kewenangan KUA maka jelas

PMA Nomor 11 tahun 2007 tidak dapat diberlakukan sebagai dasar

5
PMA Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 5).
119

hukum. Hal tersebut dipertegas dalam ketentuan penutup PMA Nomor 19

tahun 2018 yang berbunyi:

Pasal 456
“Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri
Agama Nomor 11 tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 5), dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

PMA Nomor 19 tahun 2018 tentang Pencatatan Nikah diubah

dengan PMA Nomor 20 tahun 2019 tentang Pencatatan Nikah yang mana

dalam perubahan kedua ini turut mengubah juga ketentuan perubahan

biodata akta nikah. Dalam ketentuan ini disebutkan pada pasal Pasal 38

ayat (1) bahwa:

Pasal 38
1) Perubahan nama suami atau istri pada Akta Nikah dilakukan
oleh KUA Kecamatan berdasarkan akta kelahiran yang baru.
2) Pencatatan perubahan data perseorangan berupa tempat,
tanggal, bulan, tahun lahir, nomor induk kependudukan,
kewarganegaraan, pekerjaan, dan alamat dilakukan oleh KUA
Kecamatan berdasarkan surat keterangan dari dinas
kependudukan dan pencatatan sipil.
3) Tata cara penulisan perubahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Direktur
Jenderal.

2. Pasal 38 ayat (1) PMA Nomor 20 tahun 2019 tentang Pencatatan Nikah

Ketentuan pada pasal dan PMA inilah yang harusnya digunakan

oleh para Hakim dalam memutus perkara permohonan perubahan biodata

Akta Nikah. Karena ketentuan ini merupakan ketentuan yang spesifik

mengatur tentang perubahan biodata Akta Nikah sekaligus aturan yang

terbaru hasil perubahan dari PMA sebelumnya. Dalam PMA ini

6
PMA Nomor 19 Tahun 2018 Tentang Pencatatan Perkawinan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 1153).
120

dinyatakan untuk mengubah biodata Akta Nikah cukup dilakukan di KUA

tempat pencatatan perkawinanya dilakukan.7 Dalam PMA ini tidak

dinyatakan kewenangan atau prosedur mengubah biodata Akta Nikah

melalui penetapan Pengadilan Agama.

3. Pasal 2 Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama

Hakim yang memutus perkara perubahan biodata Akta Nikah

dengan pertimbangan ketentuan ini, mengggap bahwa perubahan biodata

Akta Nikah termasuk dalam kompetensi Pengadilan Agama berdasarkan

asas personalitas keislaman dalam perkawinan sebab perkawinanya

dilangsungkan dengan tata cara menurut syariat Islam.

Hal tersebut memang sesuai dengan ketentuan dalam pasal ini yang

menyatakan bahwa “Peradilan Agama merupakan salah satu pelaksana

kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam

mengenai perkara perdata tertentu yang diatur dalam Undang-undang ini.”

Akan tetapi hakim menafsirkan ketentuan pasal tersebut tidak

secara utuh, jika merujuk pada asas personalitas keislaman saja maka

artinya Hakim hanya memaknai frasa “Rakyat pencari keadilan yang

beragama Islam”, dan mengesampingkan ketentuan “Perkara perdata

tertentu yang diatur dalam Undang-undang ini”.

Adapun perkara perdata tertentu dalam bidang perkawinan yang

dimaksud di sini jelas sebagaimana disebutkan dalam penjelasan pasal 49

Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 tentang Peradilan Agama, yaitu;

7
PMA Nomor 20 tahun 2019 tentang Pencatatan Nikah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 1118).
121

a. Izin beristri lebih dari seorang;


b. Izin melangsungkan perkawinan bagi orang yang belum
berusia 21 (dua puluh satu) tahun, dalam hal orang tua wali,
atau keluarga dalam garis lurus ada perdebatan pendapat;
c. Dispensasi kawin;
d. Pencegahan perkawinan;
e. Penolakan perkawinan oleh pegawai pencatat nikah;
f. Pembatalan perkawinan;
g. Gugatan kelalaian atas kewajiban suami dan istri;
h. Perceraian karena talak;
i. Gugatan perceraian;
j. Penyelesaian harta bersama;
k. Penguasaan anak-anak;
l. Ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan anak
bilamana bapak yang seharusnya bertanggung jawab tidak
mematuhinya;
m. Penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh suami
kepada bekas istri atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas
istri;
n. Putusan tentang sah tidaknya seorang anak;
o. Putusan tetang pencabutan kekuasaan orang tua;
p. Pencabutan kekuasaan wali;
q. Penunjukan orang lain sebagai wali oleh pengadilan dalam hal
kekuasaan seorang wali dicabut;
r. Penunjukan seorang wali dalam seorang anak yang belum umur
18 (delapan belas) tahun yang ditinggal kedua orang tuanya;
s. Pembebanan kewajiban ganti kerugian atas harta benda anak
yang ada di bawah kekuasaannya;
t. Penetapan asal-usul seorang anak dan menetapkan
pengangkatan anak berdasarkan hukum Islam;
u. Putusan tentang hal penolakan pemberian keterangan untuk
melakukan perkawinan campuran;
v. Pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan
dijalankan menurut peraturan lain.

4. Pasal 56 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama

Dalam pasa dinyatakan bahwa “Pengadilan tidak boleh menolak

untuk memeriksa dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih

bahwa hukum tidak atau kurang jelas, melainkan wajib memeriksa dan

memutusnya”. Ketentuan tersebut merupakan ketentuan yang menyatakan


122

kewajiban Hakim sebagai corong untuk menerapkan Undang-undang atau

ketentuan hukum tertulisu \ dalam memutus setiap perkara yang diajukan

kepadanya, serta menggali hukum tidak tertulis yang hidup dalam

masyarakat.

Hakim Pengadilan Agama Cilacap Kleas 1A yang memutus

perkara perubahan biodata Akta Nikah dengan menjadikan ketentuan

hukum ini sebagai salah satu pertimbanganya dapat kita pahami adalah

sebagai bentuk perwujudan menggali hukum yang hidup di masyarakat

yaitu adat mengubah nama kecil menjadi nama tua setelah perkawinan

sebagaimana yang umum dilakukan di Kabupaten Cilacap dan sekitarnya.

Akan tetapi. Penemuan hukum tersebut bertentangan dengan asas

legalitas mengenai perkara perubahan biodata Akta Nikah, yang mana

mengenai perkara ini telah dibuat ketentuan secara tegas dalam bentuk

PMA Nomor 11 tahum 2007 yang kemudian diubah dengan PMA Nomor

19 tahun 2018 dan diubah lagi untuk kedua kalinya dengan PMA Nomor

20 tahun 2019 tentang Pencatatan Nikah.

5. Kaidah Fiqhiyyah

a. ‫الضرر يزال‬.

Kaidah ini merupakan salah satu dari 5 kaidah Asasisyyah yang

berperan penting dalam pembentukan hukum Islam, terutama dalam

menghindarkan masyarakat dari kemudhratan yang mungkin dapat


123

timbul. Kaidah ini mengajarkan untuk menghilangkan segara sesuatu

kemudharatan serta sesuatu yang dapat mengantarkan padanya.8

Jika dikaitkan dengan perkara perubahan biodata Akta Nikah,

maka kaidah ini menjadi tepat. Karena, kesalahan atau perbedaan

biodata pada Akta Nikah yang tidak berkesesuaian dengan berkas

kependudukan lain dapat mendatangkan kemudhorotan seperti yang

dialami oleh para Pemohon. Diantara kemudhorotan yang timbul dari

perbedaan biodata pada Akta Nikah antara lain, kesusahan membuat

Akta Kelahiran, pemberkasan Haji dan atau Umroh, pemberkasan

PNS, tunjangan pensiun dan lain-lain.

Kemudhorotan tersebut ternyata bisa dihilangkan ketika

perbedaan nama pada Akta Nikah pihak yang bersangkutan telah

diperbaiki. Jika memang perubahan biodata Akta Nikah mengharuskan

adanya Penetapan Pengadilan Agama, maka Penetapan akan hal

tersebut merupakan hal yang wajib ada, kaitanya untuk menghilangkan

kemudhorotan dan dapat mendatangkan kemaslahatan berupa

tahsiniyyat yaitu kemaslahatan yang sifatnya memudahkan urusan atau

hajat manusia.

b. ‫ابملصلحة‬ ‫تصرف االمام علي الرعية منوط‬

Makna dari kaidah ini adalah bahwasanya setiap kebijakan

yang diterapkan oleh pemerintah atau pemimpin negara, kaitanyta

8
Duski Ibrahim, Al-Qawa’id Al Fiqhiyah (Kaidah-Kaidah Fiqih), (Palembang: Noerfikri,
2018), hlm. 81.
124

dengan rakyat adalah untuk memenuhi prinsip kemasalahatan umat.

Salah satu bentuk kemaslahatan yang hendak dituju dalam kebijakan

pemerintah antara lain dalam bidang perkawinan. Hukum perkawinan

di Indonesia mewajibkan adanya pencatatan perkawinan yang

dibuktikan dengan adanya Akta Nikah. Ketentuan ini diatur

sebagaimana dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang

Perkawinan, Kompilasi Hukum Islam, Peraturan Menteri Agama

Nomor 20 tahun 2019 tentang Pencatatan Nikah serta aturan lain.

Selain berupa pertimbangan yuridis, hakim memutus perkara perubahan

biodata akta nikah juga memperhatikan pertimbangan non yuridis berupa

pertimbangan sosiologis. Pertimbangan sosiologis merupakan pertimbangan

diluar fakta-fakta hukum persidangan maupun diluar ketentuan hukum.

Pertimbangan non yuridis yang dijadikan pertimbangan hakim antara lain:

1. Pemohon sangat berkepentingan dengan permohonanya.

Kepentingan para pemohoan dalam mengajukan permohonan

perubahan biodata akta nikah beragam, seperti keperluan pembuatan akta

kelahian, pemberkasan ibadah haji, pembuatan akta kematian, sinkronisasi

berkas kependudukan merupakan tujuan yang harus segera diwujudkan

sebab jika tidak segera diwujudkan dapat membawa dampak negatif bagi

para Pemohon dalam beberapa hal utamanya tertundanya atau tidak dapat

terlaksananya maksud para Pemohon. Pemohon mewujudkan

kepentinganya dengan mengajukan permohonan sescara prosedural,

mengikuti persidangan dengan mengikuti setiap arahan hakim, menjawab


125

pertanyaan hakim dengan jujur demi mendapatkan putusan yang

mengakomodir kepentingan Pemohon, sehingga dengan alasan tersebut

hakim mewujudkan keadilanya dengan mengabulkan permohonan

Pemohon.

2. Pemohon telah berupaya mengajukan permohonan perubahan biodata akta

nikah sesuai ketentuan pasal 38 PMA Nomor 20 tahun 2019 namun tidak

mendapatkan hasil.

Sebagaimana telah disampaikan pada permohonan Pemohon,

mula-mula para pemohon mengajukan permohonanya ke KUA akan tetapi

para Pemohon tidak mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan sehingga

mengajukan permohonanya ke Pengadilan Agama. Dalam hal ini

Pengadilan Agama yang menjalankan fungsinya sebagai lemaga yang

memberikan keadilan mengabulkan permohonan Pemohon, supaya dapat

memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat dengan tanpa ada pihak-

pihak yang dirugikan.

3. Perubahan nama pasca menikah merupakan salah satu kebiasaan adat

masyarakat muslim di daerah Cilacap dan sekitarnya.

Sudah merupakan kebiasaan di daerah Cilacap dan sekitarnya

bahwa ketika seseorang menikah, maka akan dilakukan perubahan nama

dari nama kecil atau nama sebelum menikah dengan nama tua atau nama

setelah menikah dengan tujuan “Menghilangkan sifat kekanak-kanakan

yang melekat pada pasangan sebelum menikah, dan berganti dengan sifat

dewasa sebab telah memiliki keluarga baru akan berposisi sebagai suami
126

atau istri serta orang tua”. Perubahan nama umunya dilakukan oleh orang

tua istri pada malam pertama pasca akad nikah dengan dilakukan acara

selamatan dengan bacaan-bacaan diba’ atau lainya sebagaiman

diungkapkan hakim Drs. Af. Maftuhin, hal tersebut merupakan bentuk

hakim Pengadilan Agama yang mengakui serta memahami nilai-nilai adat

yang berlaku di masyarakat.

4. Dalam rangka memberikan solusi dan kepada masyarakat pencari keadilan

Penetapan hakim dengan mengabulkan permohonan perubahan

biodata akta nikah para Pemohon merupakan bentuk solusi yang diberikan

oleh hakim, dikarenakan Pemohon tidak menemui solusi atas

permasalahanya di KUA, menjadi tidak adil jika hakim menolak

permohonan tersebut, sebab akan menajadikan Pemohon tidak

menemukan solusi atas persoalan yang dihadapinya.

5. Bentuk perlindungan kepada setiap anak yang dilahirkan

Salah satu bentuk perlindungan terhadap anak adalah dengan

memberikan identitas anak, tahap pertama sebelum diberikan identitas lain

baik berupa kartu anak, mencantumkan nama anak dalam kartu keluarga

adalah dengan dibuatkan akta kelahiran. Para Pemohon menyatakan

permohonya untuk keperluan pembuatan akta kelahiran anak yang

terkendala sebab terjadi perbedaan nama pada akta nikah Pemohon dengan

berkas lain, jika permohonan ini tidak dikabulkan, maka secara tidak

langsung akan mengakibatkan tidak tercapainya perlindungan terhadap


127

anak sebab tidak dapat memberikan identitas berupa akta kelahiran serta

dicantumkan pada kartu keluarga.

6. Kesalahan yang ada pada penulisan akta nikah bukan merupakan

kesalahan pemohon

Bentuk permohona Pemohon yang beragam, tidak selalu berupa

perubahan nama yang berbeda sama sekali dengan nama asal seperti

perubahan nama karena nama kecil diubah dengan nama tua, ada pula

permohonan perubahan yang disebabkan oleh kesalahan penulisan secara

redaksional, atau perbedaan ejaan, kurang huruf atau kesalahan dalam

menginput data berupa tanggal lahir para pemohon.

Banyak terjadi permohonan berupa perubahan yang sifatnya

redaksional seperti perbaikan penulisan atau perubahan tanggal lahir

pemohon yang tertulis pad akta nikah. Kesalahan semacam ini merupakan

kesalahan yang bukan disebabkan oleh Pemohon melainkan kesalahan

atau kehilafan dari pihak pegawai pencatat nikah (PPN) dalam hal ini

adalah KUA.
BAB V
PENUTUP

A Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka penelitian

ini dapat diambil simpulan sebagai berikut:

1. Kewenangan mengubah biodata Akta Nikah, berdasarkan PMA Nomor 20

tahun 2019 tentang Pencatatan Nikah, baik perubahan karena kesalahan

redaksional maupun perubahan yang sifatnya fatal merupakan

kewenangan KUA Kecamatan. Adapun untuk mengubah Akta Nikah

tersebut, KUA harus mendasarkan perubahan tersebut dengan Akta

Kelahiran yang bersangkutan. Adapun kasus yang terjadi di Cilacap, KUA

menolak permohonan perubahan biodata Akta Nikah karena yang

bersangkutan tidak bisa menunjukan Akta Kelahiranya. Tindakan pihak

KUA merupakan tindakan yang logis dan beralasan hukum.

Yang terjadi kemudian, Pemohon yang ditolak permohonanya

mengajukan Penetapan perubahan biodata Akta Nikah ke Pengadilan

Agama, dan Pengadilan Agama mengabulkan permohonan tersebut

dengan amar penetapan diantaranya “Memerintahkan kepada PPN KUA

untuk mengubah biodata pada Akta Nikah”, lalu berdasarkan penetapan

Pengadilan Agama Pemohon kembali ke KUA untuk mengajukan

perubahan biodata Akta Nikahnya, KUA menerima meskipun tanpa

disertai Akta Kelahiran. Adapun Pengadilan Agama juga berwenang

dalam menangani perkaara perubahan biodata akta nikah dengan

berdasarkan pada ketentuan perluasan makna rincian perkara bidang

128
129

perkawinan dalam pasal 49 Undang-undang Nomor 50 tahun 2009 dengan

penafsiran ekstensi sebab eratnya kaitan antara akta nikah dengan perkara

perkawinan.

2. Alasan Permohonan Perubahan Biodata Akta Nikah, sebagaimana

disampaikan oleh Hakim, Pemohon, Penghulu dan Kepala KUA serta

sebagaimana yang tercantum dalam Penetapan perihal perubahan Akta

Nikah, alasan yang disampaikan Pemohon dalam perubahan biodata Akta

Nikah beragam seperti:

a. Keperluan pembuatan Akta Kelahiran anak;

b. Persyaratan mendaftar ibadah haji dan atau umroh;

c. Melengkapi berkas penerimaan ASN;

d. Pemberkasan tunjangan dana pensiun;

e. Keprluan membuat Akta Kematian;

f. Serta bertujuan untuk sinkronisasi data antar berkas kependudukan.

Alasan-alasan tersebut semuanya dapat dibenarkan secara hukum,

karena pada faktanya tidak terdapat ketentuan mengenai alasan-alasan apa

yang dijadikan alasan mengajukan perubahan biodata Akta Nikah. Hakim

Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A yang memutus perkara ini

beranggapan bahwa selama alasan Pemohon untuk kepentingan hukum

dan tidak menyalahi ketentuan hukum lain maka alasan-alasan tersebut

dapat dibenarkan.

3. Pertimbangan hakim dalam memutus perkara perubahan biodata Akta

Nikah, umumnya hakim mendasarkan penetapanya dengan pasal 34 PMA


130

Nomor 11 tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah karena dalam ketentuan

PMA tersebut memang jelas memberikan kewenangan kepada Pengadilan

Agama untuk menangani perkara perubahan biodata Akta Nikah. Akan

tetapi PMA tersebut sudah tidak berlaku karena telah dilakukan perubahan

bahkan dua kali perubahan. Perubahan pertama yaitu dengan PMA Nomor

19 tahun 2018, dan perubahan kedua dengan PMA Nomor 20 tahun 2019.

Pertimbangan yang kedua adalah dengan pasal 38 PMA Nomor 20 tahun

2019, walaupun PMA ini tidak memberikan kewenangan kepada

Pengadilan Agama.

Pertimbangan lainya yaitu pasal 56 Undang-Undang Nomor 7

tahun 1989 tentang Peradilan Agama perihal kewajiban bagi hakim untuk

menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya walaupun belum

ada ketentuan hukum tertulis yang mengatur perkara yang diajukan, dalam

hal ini hakim wajib untuk menggali hukum tidak tertulis yang hidup dan

diakui keberadaanya di masyarakat. Pertimbangan berikutnya adalah

pertimbangan yang bersumber dari hukum Islam berupa kaidah fiqhiyyah.

Ada 2 kaidah Fiqhiyyah yang penulis temui dalam penetapan Pengadilan

Agama Cilacap Kelas 1A perihal perubahan biodata Akta Nikah, yaitu

‫تصرف االمام علي الرعية منوط ابملصلحة‬,dan ‫الضرر يزال‬

Adapun pertimbangan laian yang digunakan oleh hakim adalah

dalam rangka memberikan solusi terhadap masyarakat pencari keadilan,

yang merasa hak-haknya terkendala tidak dapat mewujudkan kehendaknya


131

jika tidak disertai dengan penetapan perubahan biodata akta nikah, selian

itu pertimbangan kemanfaatan atau kemaslahatan juga merupakan

pertimbangan yang dominan digunakan oleh hakim Pengadilan Agama

Cilacap Kelas 1A dalam memutus perkara perubahan biodata akta nikah.

Selian pertimbangan-pertimbangan diatas sebagai pertimbangan

yang sifatnya yuridis, bersumber dari ketentuan peraturan perundang-

undangan maupun yang bersumber dari sumber hukum syar’I, hakim juga

mempertimbangkan sisi sosiologis sebagai pertimbangan non yuridis

putusanya. Adapun pertimbangan non yuridis yang digunakan antara lain

sebab pemohoan sangat berkepentingan dengan permohonanya, pemohon

telah mengajukan permohonanya sesuai prosedur, perubahan nama pasac

menikah merupakan salah satu kebiasaan adat, dalam rangka mewujudkan

Pengadilan Agama sebagai lembaga negara bagi pencari solusi dan

keadilan, perwujudkan perlindungan terhadap hak-hak anak, juga

memepertimbangkan perubahan biodata pada akta nikah para pemohon

bukanlah murni kesalahan permohon, melainkan juga ada turut serta

pegawai pencatat nikah (PPN).

B Saran
1. Ketentuan tentang lembaga mana yang berhak mengubah biodata Akta

Nikah sebenarnya telah jelas, yaitu KUA. Akan tetapi perlu adanya

sosialisasi yang masif dan kesadaran masing-masing lembaga akan

kewenanganya.
132

2. Perlu adanya ketentuan tambahan dalam PMA Nomor 20 tahun 2019

tentang Pencatatan Nikah terutama padal pasal 38, agar ketentuan tersebut

dengan tata cara perubahan biodata Akta Nikah apabila yang bersangkutan

tidak bisa menunjukan Akta Kelahirnanya.


133

DAFTAR PUSTAKA

Kelompok Artikel Jurnal dan Penelitian Terdahulu:

Abidin, Zainal, “Praktik Penyelesaian Perubahan Biodata Kutipan Akta Nikah


(Studi Pasca Terbitnya Permenag No. 20 Tahun 2019 Tentang Pencatatan
Nikah)”, Skripsi tidak diterbitkan, Program Studi Hukum Keluarga Islam
UIN Antasari Banjarmasin, Banjarmasin, 2020.

Adli, Ashari, Setya, Marwah, “Penyelesaian Sengketa Waris Bagi Masyarakat


Beragama Islam Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006”,
Udayana Master Law Journal (Udayana), Vol. 9 Nomor 1, 2020.

Fasicha, Reza Kamala, “Kekuatan Hukum Dari Penetapan Pengadilan Agama


Tentang Permohonan Perubahan Biodata (Studi Kasus di Pengadilan
Agama Kudus)”, Skripsi tidak diterbitkan Fakultas Syariah STAIN Kudus,
2016.

Fataruba, Sabri. “Kompetensi Absolut Pengadilan Agama dan Kekhususan


Beracaranya Pasca Amandemen Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989
tentang Peradilan Agama”, Jurnal Sasi (Ambon) Vol. 21 Nomor 2, 2016.

Harponi, Eldi, dkk, “Tinjauan Yuridis Penetapan Perubahan Nama di Pengadilan


Agama Kebumen”, Jurnal Kajian Penelitian Hukum, Vol. 2 Nomor (1),
2018.

Hasim, Hasanuddin, “Hierarki Peraturan Perundang-Undangan Negara Republik


Indonesia Sebagai Suatu Sistem”, Malrev (Parepare) Vol. 1 Nomor 2,
2017.

Hidar, Ali, Masykuri, “Perjalanan Pengaturan Perubahan Biodata Suami Istri dan
Wali Pada Akta Nikah”, Palangkaraya: Pengadilan Agama Palangkaraya,
2019.

Ibrahim, Muhammad, Alif, Ilham, Permohonan Perubahan Biodata Akta Nikah


Karena Murtad, Malang, Jurnal Sakina, 2019.

Irfani, Nurfaqih, “Asas Lex Superior, Lex Specialis, dan Lex Posterior:
Pemaknaan, Problematika, dan Penggunaannya Dalam Penalaran dan
Argumentasi Hukum”, Legislasi Indonesia (Jakarta) Vol. 16 Nomor 3,
2020.

Khobibah, “Perbaikan dan Perubahan Biodata Akta Nikah” Diklat Kepenghuluan


Balai Diklat Keagamaan Surabaya, Surabaya 15 April 2014.
134

Khobibah, “Perubahan Data Akta Nikah Berdasar Putusan Pengadilan Agama


(KajianYuridis dan Siyasah Syar’iyah Peraturan Menteri Agama Nomor
11 Tahun 2007 Tentang Pencatatan Nikah)”, Tesis diterbitkan,
Pascasarjana (S2) UIN Sunan Ampel Surabaya, Surabaya, 2015.

Krisnawati, I Gusti Ayu Agung Ari, “Kekhususan Pengaturan Pemeriksaan dan


Pembuktian Perceraian Dalam Hukum Acara Peradilan Agama”, Kertha
Patrika (Udayana) Vol. 38 Nomor 3, 2016.

Kusmayanti, Hazar, dkk, “Sidang Keliling dan Prinsip-Prinsip Hukum Acara


Perdata : Studi Pengamatan Sidang Keliling di Pengadilan Agama
Tasikmalaya”, Jurnal Adhaper (Surabaya), Vol. 1 Nomor 2, 2015.

Rizqia, Shofia. Rizqi, “Kewenangan Pengadilan Agama dan Pengadilan Negeri


Atas Perubahan Biodata Akta Nikah (Studi Kasus Penetapan Pengadilan
Agama Kebumen)”, Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syariah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2019.

Roziqin, Khoirur, “Legal Policy Of Islamic Court’s Authority In Biodata


Correction Of Marriage Certificate”, Thesis tidak diterbitkan, Jurusan Al-
Ahwal Al-Syakhsiyyah Fakultas Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang, 2016.

Saepullah, Asep, “Kewenangan Peradilan Agama di Dalam Perkara Ekonomi


Syariah”, Mahkamah (Cirebon) Vol. 1 Nomor 2, 2016.

Kelompok Buku-Buku:

Adi, Rianto, Metode Penelitian Sosial dan Hukum, cet ke-1, Jakarta: Granit, 2004.

Asyhadie, Zaeni, dan Arief Rahman, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2013.

Ibrahim, Duski, Al-Qawa’id Al Fiqhiyah (Kaidah-Kaidah Fiqih), Palembang:


Noerfikri, 2018.

Nurdin, Ismail dan Sri Hartati, Metodologi Penelitian Sosial, Surabaya : Media
Sahabat Cendekia, 2019.

Rasyid, Roihan A, Hukum Acara Peradilan Agama, Jakarta: PT. Raja Grafika
Persada, 2005.

Safira, Martha Eri, Hukum Acara Perdata, Ponorogo: CV. Nata Karya, 2017.
135

Suardita, I ketut, Pengenalan Bahan Hukum, Denpasar: Fakultas Hukum


Universitas Udayana, 2017.

Subekti, Hukum Acara Perdata, Bandung: Bina Cipta, 1987.

Tanzeh, Ahmad, Metodologi Penelitian Praktis, cet ke-1, Yogyakarta : Teras,


2001.

Wahyudi, Abdullah Tri, Hukum Acara Peradilan Agama, Bandung: Mandar


Maju, 2018.

Kelompok Hasil Wawancara:

Af. Mafthuhin, Hakim Pengadilan Agama Cilacap kelas 1A, Wawancara Pribadi,
Senin, 10 Oktober 2021, jam 11.00 – 11.30 WIB.

Amini, Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A, Wawancara
Pribadi, 6 Januari 2021, jam 10.00-10.30 WIB.

Isbah Wahyudi, Penghulu KUA Kecamatan Kesugihan, Wawancara Pribadi, 14


Oktober 2021, jam 08.00-09.00 WIB.

Marwoto, Hakim Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A, Wawancara Pribadi,


Senin, 10 Oktober 2021, jam 09:00 – 09:30 WIB.

Muslim, Hakim Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A, Wawancara Pribadi,


Kamis 14 Oktober 2021, jam 09.30 – 10.00 WIB.

Pemohon I dan Pemohon II (Para Pemohon Dalam Perkara Permohonan Nomor


1008/Pdt.P/2020/Pa.Clp).

Pemohon I dan Pemohon II (Para Pemohon Dalam Perkara Permohonan Nomor


0966/Pdt.P/2020/Pa.Clp).

Taufiqussalam, Kepala KUA Kecamatan Cilacap Selatan, Wawancara Pribadi, 10


Oktober 2021, jam 10.00-10.30 WIB.

Wan Ahmad, Hakim Pengadilan Agama Cilacap kelas 1A, Wawancara Pribadi,
Senin, 10 Oktober 2021, jam 13.00 – 13.30 WIB.

Kelompok Peraturan Perundang-Undangan:

Keputusan Direktorat Jenderal Bimbingan Msayarakat Islam Nomor 473 Tahun


2020 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pencatatan Nikah.
136

PMA Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 5).

PMA Nomor 19 Tahun 2018 Tentang Pencatatan Nikah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 1153).

PMA Nomor 20 Tahun 2019 Tentang Pencatatan Nikah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 1118).

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1).

Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-undang


Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 22).

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang


Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Tambahan Lembaran
Negara Tahun 2014 Nomor 5606).

Undang-Undang Nomor 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman (Tambahan


Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4358).

Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5076).

Internet:

https://pa-cilacap.go.id/tentang-pa/profil-pengadilan.html diakses pada 18


Oktober 2021 pukul 10.52 WIB.

https://pa-seirampah.go.id/index.php/kepaniteraan/prosedur-berperkara/ diakses
pada 18 Januari 2022 pukul 11.00 WIB

Syarkowi, Asmu’i, “Kasus Perubahan Biodata Akta Nikah” Dikutip


http://www.pa-lumajang.go.id/145-Kasus-Perubahan-Biodata-Akta-Nikah
(Pa-Lumajang.Go.Id) diakses 1 Oktober 2021, jam 22.00 WIB.

Lain-lain:

Laporan Perkara Yang Diputus Pada Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A Bulan
Desember 2020.
137

Penetapan Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A Nomor 0057/Pdt.P/2020/Pa.Clp


Pertihal Penetapan Perubahan Biodata Akta Nikah Pemohon, 20 Januari
2020.
Penetapan Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A Nomor 0060/Pdt.P/2020/Pa.Clp
Perihal Penetapan Perubahan Biodata Akta Nikah Pemohon dan Pemohon
II, 16 Januari 2020.

Penetapan Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A Nomor 0186/Pdt.P/2020/Pa.Clp


Perihal Penetapan Perubahan Biodata Akta Nikah Pemohon,18 Februari
2020.

Penetapan Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A Nomor 0966/Pdt.P/2020/Pa.Clp


perihal Penetapan Permohonan Perubahan Biodata Akta Nikah Pemohon I
dan Pemohon II, 9 November 2020.

Penetapan Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A Nomor 1102/Pdt.P/2020/Pa.Clp


perihal Permohonan Perubahan Biodata Akta Nikah Pemohon, 7 Januari
2020.

Penetapan Pengadilan Agama Cilacap Kelas IA Nomor 1008.Pdt.P/2020/Pa.Clp


perihal Penetapan Permohonan Perubahan Biodata Akta Nikah Pemohon I
dan Pemohon II, 12 November 2020.
Lampiran 1: Jadwal Penelitian

Uraian September 2021 Oktober 2021 November 2021

No Minggu Ke

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan
Penelitian

2 Perencanaan

3 Pelaksanaan
Siklus I

4 Pelaksanaan
Siklus II

5 Pelaksanaan
Siklus III

6 Pengolahan
Data

7 Penyusunan
Laporan
Lampiran 2: Panduan Wawancara

A. Panduan Wawancara Hakim Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A


1. Bagaimana prosedur mengajukan permohonan biodata akta nikah?
2. Siapa yang berhak mengajukan permohonan perubahan biodata akta nikah
?
3. Bagaimana proses pemeriksaan perkara perubahan biodata pada akta nikah
oleh hakim pengadilan agama?
4. Apa saja alasan yang umum disampaikan oleh para pemohon dalam
perkara perubahan biodata akta nikah?
5. Apakah untuk mengubah biodata pada akta nikah harus melalui penetapan
pengadilan agama?
6. Bagaimana pandangan hakim mengenai kewenangan menangani perkara
perubahan biodata akta nikah?
7. Apa landasan hukum yang dipakai dalam menangani perkara permohonan
perubahan biodata akta nikah?
8. Apa yang menjadi aalsan dan pertimbangan hakim dalam memberikan
penetapan perubahan biodata akta nikah?

B. Panduan Wawancara Kepala/Ppn Kantor Urusan Agama Kecamatan


1. Bagaimana jika terdapat kesalahan penulisan biodata pada akta nikah?
Apakah kesalahan pada penulisan akta nikah dapat diubah ?
2. Bagaimana prosedur mengubah biodata yang ada pada akta nikah ?
3. Bagaimana pengetahun kepala KUA tentang aturan perubahan biodata
pada akta nikah ?
4. Mengapa KUA Mengharuskan adanya penetapan pengadilan agama
terlebih dahulu apabila akan mengajukan perubahan biodata akta nikah ?

C. Panduan Wawancara Pemohon Perubahan Biodata Akta Nikah di Pengadilan


Agama Cilacap Kelas 1A.
1. Mengapa mengajukan permohonan perubahan akta nikah?
2. Apa tujuan pemohon mengubah biodata yang ada pada akta nikahnya?
3. Mengapa mengajukan permohonan perubahan biodata akta nikah ke
Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A?
4. Bagaimana proses yang dilalui pemohon dalam mengajukan permohonan
perubahan biodata akta nikah?
5. Bagaimana proses persidangan berlangsung?
6. Bagaimana putusan hakim terhadap permohonan pemohon?

D. Panduan Wawancara Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Cilacap Kelas


1A
1. Berapa jumlah permohonan perubahan biodata akta nikah di tahun 2020
pada Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A?
2. Berapa jumlah perkara yang diputus?
3. Berapa perkara yang diterima, ditolak dan atau dicabut?
4. Bagaimana pencatatan perkara perubahan biodata akta nikah dalam
laporan perkara?
Lampiran 3: Transkrip Hasil Wawancara

A Hasil Wawancara Hakim Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A

1. Nama : Drs. Marwoto, S.H., M. Si


Waktu : Senin, 10 Oktober 2021 Pukul 09:00 – 09:30 WIB
Tempat : Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A

Pewawancara : Bagaimana prosedur mengajukan permohonan


perubahan biodata akta nikah di Pengadilan Agama
Cilacap kelas 1A?

Informan : Prosedur mengajukan permohonan perubahan biodata


akta nikah sama saja seperti mengajukan perkara lain.
Pemohon datang ke Pengadilan Agama baik
mengajukan sendiri atau diwakilkan oleh kuasa hukum,
lalu mendaftar ke meja pendaftaran disertai
permohonanya, lalu membayar biaya panjer kemudian
tinggal menunggu jadwal persidangan yang akan diberi
tahu kemudian melalui jurusita

Pewawancara : Siapa yang punya Legal Standing mengajukan


permohonan perubahan biodat akta nikah?

Informan : Yang punya kewenangan mengajukan perubahan


biodata akta nikah itu meliputi; yang bersangkutan baik
suami atau istri yang namanya akan diubah, pasangan
suami atau istri, atau suami dan istri bersama-sama,
kemudian anak. Biasanya yang saya temui pada
prakteknya yang mengajukan itu pihak yang
berkepentingan, beberapa kali ada anak yang
mengajukan karena orang taunya yang data pada akta
nikah akan diubah telah meninggal.
Pewawancara : Bagaimana proses pemeriksaan perkaranya

Informan : Pemeriksaan perkara perubahan biodat akta nikah,


karena ini perkara Volunteer artinya tidak ada lawan
kita lakukan sesuai asas saja sederhana dan cepat.
Biasanya satu kali sidang langsung bisa putus karena
hanya pembacaan permohonan oleh pemohon kita
anggap telah dibacakan, kemudian kita tanayakan atau
konfirmasi terhadap pemohon tentang permohonanya,
lalu kita sampaikan bahwa sebenarnya untuk mengubah
biodata akta nikah cukup dilakukan di KUA saja, akan
tetapi kebanyakan dari pemohon tetap pada
permohonanya agar hakim menetapkan perubahan
biodata maka kita lanjut ke pemeriksaan berkas berupa
data apa yang akan diubah misal nama yang terdapat
dalam akta nikah ingin disesuaikan dengan akta
kelahiran, atau KTP, atau KK, atau ijazah, kondisional
dan menyesuaikan dengan subjek pemohon. Kita buat
simpel karena banyak pemohon yang awam akan
hukum sehingga kita buat sederhana jangan sampai
pemohon merasa kebingungan di dalam persidangan,
bahasa yang hakim gunakan pun menyesuaikan dengan
pemohon. Sampai pada saat pembacaan putusan juga
hanya kita sampaikan inti penetapanya dikabulkan atau
ditolak, jika dikabulkan ya kita sampaikan juga nama
asal yang diminta untuk diubah dengan nama baru yang
dimohonkan. Sudah selesai persidangan.

Pewawancara : Apa saja alasan yang umum disampaikan pemohon


dalam mengajukan permohonan perubahan biodata akta
nikah ke Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1a?
Informan : Alasan yang paling sering disampaikan pemohon
adalah untuk membuat akta kelahiranan anak, tapi
terkendala nama yang berbeda antara buku nikah
dengan KTP dengan KK itu kemudian mereka
mengajukan untuk perubahan biodata mereka yang ada
di buku nikah disinkrokan dengan berkas catatan sipil
lainya.

Pewawancara : Bagaimana pandangan hakim tentang kewenangan


menangani perkara perubahan biodata akta nikah?

Informan : Perkara perubahan biodata akta nikah ini bisa dibilanag


merupakan bagian dari perkara dalam bidang
perkawinan yang diatur dalam Undang-undang
peradilan agama yang memberikan wewenang pada
pengadilan agama menangani perkara dalam bidang
perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq,
shadaqoh dan ekonomis syariah.

Pewawancara : Apakah untuk mengubah biodata yang terdapat dalam


akta nikah harus melalui penetapan pengadilan agama ?

Informan : Sebenarnya malah tidak perlu melalui penetapan


pengadilan agama, ataupun pengadilan negeri. Kalau
dulu iya, di PMA yang lama disebutkan harus melalui
penetapan pengadilan, tapi sejak tahun 2019 PMA
tahun 2019 tentang pencatatan nikah itu untuk
mengubah biodata pada akta nikah cukup di KUA yang
menerbitkan buku nikah itu.

Pewawancara : Mengapa hakim pengadilan agama cilacap kelas 1a


masih menerima, memeriksan dan mengabulkan
permohonan perubahan biodata akta nikah padahal di
PMA tahun 2019 telah jelas disebutkan untuk
mengubah biodata akta nikah cukup di KUA saja.

Informan : Karena hakim itukan terikat kaidah bahwa hakim tidak


boleh menolak perkara yang diajukan siapapun denga
alasan tidak ada aturan hukum yang mengaturnya.
Perkara perubahan biodata akta nikah ini kan ada
aturanya kalau kita kembali ke PMA yang tahun 2007
kita punya wewenang untuk itu, kita kesampingkan
dulu PMA tahun 2019 karena kebutuhan yang
mendesak utnuk diselesaikan.

Pewawancara : Apa saja alasan yang menjadi pertimbangan hakim


: dalam mengabulkan permohonan perubahan biodata
akta nikah ?

Informan : Kita kabulkan permohona itu dengan pertimbangan


bahwa biasanya para pemohon mengajukan perubahan
biodata ke pengadilan itu setelah mereka mendapat
kesulitan mengurus berkas catatan sipil, mengajukan
perubahan ke KUA tapi ditolak sehingga mereka lari ke
pengadilan mencarp solusi dengan jalan supaya
mendapat penetapan untuk dibawa ke KUA, kalau kita
tidak kabulkan artinya kita tidak dapat memberikan
solusi, tidak bisa memberikan keadilan pada msyarakat
pencari keadilan.

Pewawancara : Apa saja landasan hukum yang dipakai hakim


pengadilan agama cilacap kelas 1a dalam memutus
perkara perubahan biodata akta nikah?

Informan : Kita dalam memutus perkara di lingkungan peradilan


agama otomatis kita gunakan Undang-undang peradilan
agama, KHI, PMA tentang pencatatan nikah kita
gunakan.

2. Nama : Drs. AF. Mafthuhin, M.H


Waktu : Senin, 10 Oktober 2021, pukul 11.00 – 11.30 WIB
Tempat : Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A
Pewawancara : Mengapa di pengadilan agama cilacap angka
permohonan perubahan biodata akat nikah mencapai
309 perkara ? Bisa dikatakan tinggi.

Informan : Secara kultur, memang perlu diketahui kalau


masyarakat BARLINGMASCAKEB (Banjarnegara,
Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Kebumen) itu punya
kebiasaan tradisi yang turun temurun sejak dulu kalau
setelah menikah di siang hari, maka pada malam
harinya nama sang laki-laki (suami) itu diubah dengan
nama baru dengan menambahkan kata atau mengubah
sama sekali. Misal nama awalnya sebalum menikah
Sapon lalu menikah diubah menjadi Supardi Sapon atau
Supardi. Nah karena perubahan nama kecil menjadi
nama tua dilakukan setelah perkawinan maka otomatis
data atau nama yang tertulis dalam akta nikah itu nama
kecil. Oleh pihak yang bersangkutan membuat berkas
kependudukan baru pasca menikah menggunakan nama
barunya atau nama tua, itulah salah satu latar belakang
kenapa angka permohonan perubahan biodata akta
nikah disini tinggi. Ada juga untuk kebutuhan
pendafatran ASN dan lain-lain beragam, tunjangan
pensiun.

Pewawancara : Kenapa pemohon mengajukan permohonan perubahan


biodata akta nikahnya ke Pengadilan agama, tidak ke
KUA ?

Informan : Kebanyakan pemohon menyampaikan bahwa mereka


sebelum ke pengadilan agama mereka sudah ke kua tapi
pihak kua menolak dengan alasan harus disertai dengan
penetapan pengadilan agama. Itu pada awalnya juga
menjadi dilema dari hakim-hakim pengadilan agama
terhadap perkara ini akankah kami terima dan kami
kabulkan atau kami tolak.

Pewawancara : Apa alasan hakim pengadilan agama cilacap kelas 1a


mengabulkan permohonan perubahan biodata akta
nikah yang masuk ?

Informan : Pertimbangan utamanya adalah kemanfaatan dan selagi


tidak meyalahi aturan juga tidak ada yang merasa
dirugikan dengan hadirnya penetapan pengadilan
agama yang mengabulkan permohonan perubaahn
biodata akta nikah ini saya rasa sah-sah saja hakim
memutus kabul. Justru kalau hakim menolak
permohonan ini, akan memberikan dampak yang tidak
baik bagi pemoho yanhg tengah mengalami kesulitan
dalam mengurus perubahan biodata akta nikahnya jika
tidak disertai dengan penetapan pengadilan, kesulitan
tersebut haya bisa dihilangkan jika yang bersangkiutan
telah mendapat peentapan dari pengadilan agama, kita
harus berikan itu agar keadilan dapat tercipta bagi
masyarakat pencari keadilan.

Pewawancara : Bagaimana pandangan hakim tentang kewenangan


mengadili perkara perubahan biodata akta nikah ?

Informan : Secara aturan memang sebenarnya sudah jelas, dalam


PMA tahun 2019 yang berhak itu KUA tapi pada
ptakteknya malah KUA sendiri menolak kewenangan
yang diamanatkan dalam PMA, nah pengadilan agama
dalam hal ini menjadi instansi yang dibutuhkan oleh
para pencari keadilan kita harus katakan kita berwenang
sekalipun dengan kita kesampingkan PMA tahun 2019
itu dengan kita tetap menggunakan PMA tahun 2007.

Pewawancara : Bagaimana dengan dimasa mendatang beberapa tahun


kedepan apakah hakim pengadilan agam cilacap akan
tetap menangani perkara ini ?

Informan : Saya tidak tau soal ini, namun yang pasti untuk saat ini
memang kami masih menerima perkara ini dengan
pertimbangan sebagaiman saya sebutkan sebelumnya,
namun di sisi yang lain kita adakan sosialisasi dengan
berkoordinasi dengan KUA di wilayah kabupatan
cilacap kita beri tau pada para pemohon bahwa untuk
mengubah biodata akta nikah itu cukup di KUA saja,
juga dengan mencantumkan dalam penetapanya itu
tetap kita sebutkan pasal 38 PMA Nomor 20 tahun
2019 yang menyatakan kewenangan mengubah biodata
pada akta nikah itu cukup di KUA. Sebab fakta di
lapangan pihak KUA belum tahu tentang adanya PMA
terbaru ini sehingga mereka menolak, entah
ketidaktahuan inu karena tidak adanya sosilasi atau
bagaimana itu menjadi ranahnya KEMENAG dalam hal
ini.

Pewawancara : Bagaimana dampak pasca adanya sosialisasi dan


koordinasi berkaitan dengan perubahan biodata akta
nikah yang sudah dilakukan oleh hakim di lingkungan
pengadilan agama cilacap kelas 1a?
Informan : Yang pasti angka permohonan perubahan biodata akta
nikah sudah menurun, kalau anda katakan di tahun
2020 ada 309 perkara, sepanjang tahun 2021 ini saya
baru menangani 3 perkara perubahan biodata akta nikah
bisa di cek di kepaniteraan, namun saya rasa sosialisasi
dan koordinasi ini sudah berbuah hasil KUA-KUA di
wilayah kabupaten cilacap sudah mengerti kalau
perubahan biodata akta nikah bisa langsung ditangani
tanpa harus melalui penetapan pengadilan agama.

3. Nama : Drs. Wan Ahmad, M.H


Waktu : Senin, 10 Oktober 2021, pukul 13.00 – 13.30 WIB
Tempat : Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A
Pewawancara : Bagaimana prosedur mengajukan permohonan
perubahan biodata akta nikah? Berkas administrasi apa
yang harus disiapkan oleh para pemohon ?

Informan : Mengajukan permohonan perubahan akta nikah seperti


mengajukan perkara lain ke meje pendaftaran,
sedangkan berkas yang dibutuhkan berkas-berkas
kependudukan saja seperti Fc Ktp, Fc KK, kemudian Fc
akta nikah yang dimintakan diubah semuanya disertai
dengan materai cukup juga kita sesuaikan dengan
berkas aslinya ketika persidangan, ditambah dengan
permohonan tertulis itu saja.

Pewawancara : Bagaimana dengan proses pembuktianya ?

Informan : Pemabuktian dan proses sidang dilakukan dengan


sederhana, karena ini perkara permohonan jadi tidak
ada pihak lawan pembuktian cukup menggunakan
berkas yang diajukan pemohon apakah berkesesuaikan
dengan berkas aslinya atau tidak, juga dengan
menanyatakan pada pemohon apakah tetap pada
permohonanya atau tidak. Kalau saksi jarang sekali ada
yang mengajukan bukti saksi.

Pewawancara : Bagaimana hakim pengadilan agama cilacap dalam


menentukan permohonan tersebut apakah diterima atau
ditolak?

Informan : Sepanjang pemohon tetap pada permohonanya,


kemudian maksud dan rujuan perubahan biodata akta
nikahnya dapat dibenarkan, bukti yang diajukan telah
cukup, maka hakim bisa mengabulkan permohonan itu
untuk kemudian bisa kita putus dihari itu juga dalam
satu kali sidang, tapi kalau sekiranya belum cukup kita
tunda sidang dengan memerintahkan pemohon
melengkapi kekuranganya. Tapi sepanjang yang sama
temui selama ini semua permohonan perubahan akta
nikah saya kabulkan dan para pemohon memang sudah
mempersiapkan berkas-berkas yang diperlukan jadi
proses perkaranya cepat.

Pewawancara : Bagaimana pertimbangan hakim dalam mengabulkan


perkara permohonan perubahan biodata akta nikah ?

Informan : Pertama, pertimbangan hukum hakim dalam berperkara


pasti harus adanya hukum fomil dan materil yang
mengaturnya. Hukum formil kita gunakan dalam hal
kompetensi absolut para pemohon berkediaman di
wilayah yurisdiksi pengadilan agama cilacap atau tidak,
proses beracara juga mengacu pada hukum acara
perdata pada umumnya. Kedua, pertimbangan filosofis
suatu putusan hakim pasti memilki makna dan tujuan
yang luhur, yaitu bahwa hakim adalah sebagai wakil
tuhan dalam membrikan keadilan pada para pencari
keadilan yang mana dalam hal ini jika permohonan
perubahan akta nikah maka keadilan bagi pemohon
tidak dapat tercapai maka dalam hal ini hakim wajib
memebrikan keadilan itu. Ketiga, pertimbangan
sosiologis kita hakim pengadilan agama harus hadir
sebagai pemberi solusi bagi setiap orang yang datang
menghadap hakim, sudah mengeluarkan biaya,
menghabiskan waktu tapi kalau mereka harus kembali
tanpa hasil itu menjadikan hakim pengadilan agama
tidak bermanfaat kehadiranya. Terlebih lagi maksud
dari perubahan biodata akta nikah itu untuk tujuan yang
baik umumnya mengurus akta kelahiran anak, untuk
persyaratan haji atau umroh, pengangkatan pegawai
anak-anak yang bersangkutan, tunjangan PNS dan
beragaman alasan lain, jangan sampai hanya karena
pengadilan agama tidak berkenan memberikan
penetapan menjadikan maksud baik pemohon tidak
dapat terlaksana.

4. Nama : Drs. Muslim, S.H


Waktu : Kamis 14 Oktober 2021 Pukul 09.30 – 10.00 WIB
Tempat : Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A
Pewawancara : Bagaimana pendapat hakim terkait dengan perubahan
biodata akta nikah yang ditangani hakim pegadian
agama cilacap ?

Informan : Mengenai perubahan biodata akta nikah, sebenarnya


kalau untuk saya itu dilematis antara dikabulkan atau
tidak. Kalau saya cenderung hakim yang menolak
permohonan perubahan biodata akta nikah.
Pewawancara : Apa alasan hakim menolak permohonan perubahan
biodata akta nikah? Lalu bagaimana dengan penetapan
nomor 0185/Pdt.P/2020/Pa.Clp yang pernah
dikabulkan?

Informan : Secara jelas sekarang sudah ada aturanya dalam PMA


tahun 2019 pasal 38 disebutkan untuk mengubah
biodata akta nikah itu cukup dilakukan di KUA yang
menerbitkan akta nikah tanpa harus melalui penetapan
pengadilan, jadi untuk apa permohonan itu dikabulkan?
Kalau beberapa tahun yang lalu memang di PMA yang
lama disebutkan demikian harus melalui penetapan
pengadilan tapi sekarang tidak.

Pewawancara : Mengapa masih ada masyarakat yang mengajukan


perubahan biodata akta nikah ke pengadilan agama ?

Infroman : Problemnya disini, aturnaya sudah jelas memang hanya


saja di tingkat instansi pelaksana yaitu KUA mereka
justu menolak mengarahkan pemohon untuk mendapat
penetapan pengadilan, setelah itu pihak KUA baru bisa
melakukan perubahan biodata akta nikah, yang
disampaiakan oleh para pemohon demikian.

Saya sendiri pernah melakukan penelitian kecil-kecilan


terkait dengan penolakan KUA menangani perkara
perubahan akta nikah, saya minta pada pemohon untuk
mendatangkan pihak dari KUA sebagai saksi, saya
mintai keterangan apakah benar-benar mereka menolak.
Dan memang itu benar adanya. Banyak dari pegawai
KUA umunya belum paham akan atau belum tau
tentang PMA tahun 2019 ini, sehingga mereka
menolak. Jadi, ini menjadi koreksi juga harusnya ada
sosialisasi terhadap ketentuan seperti ini sampai tingkat
pelaksana, walaupun kaidahnya semua orang dianggap
tau akan hukum setelah diundangkan tetap saja perlu
ada sosilisasi.

Kita hadirkan pihak dari KUA sebagai saksi bukan


hanya untuk kepentingan pemeriksaan perkara
sebenarnya, tapi lebih dalam rangka sosialisasi kepada
pihak KUA agar tidak terjadi hal yang sama pihak
KUA menolak padahal itu menjadi kewenanganya.

Saya pribadi berprinsip bahwa keberlakuan hukum


harus kita tegakan dalam rangka memberi pemahaman
kepada masyarakat akan tugas dan wewenang
pengadilan agama. Kalau permohonan itu tetap kita
kabulkan, nantinya masyarakat cenderung akan
permitif. Di satu sisi memang ada kepentingan dan
kesulitan masyarakat yang harus kita berikan solusi
hukum, akan tetapi jika semua kita tangani hukum
menjadi tidak berlaku, jadi lebih tepatnya kalau
menurut saya pemahaman KUA yang bermasalah disini
harus diadakan sosialisasi.

B Transkrip Wawancara Kepala / PPN Kantor Urusan Agama Kecamatan

1. Nama : Taufiqussalam, S.Ag


Waktu : Senin, 10 Oktober 2021 pukul 10.00 – 10. 30 WIB
Tempat : Kantor KUA Kecamatan Cilacap Selatan
Pewawancara : Bagaimana tindakan yang dilakukan oleh pihak KUA
apabila terdapat kesalahan dalam penerbitan atka
nikah?
Informan : Kesalahan bisa jadi disebabkan oleh pihak KUA misal
salah input data, atau kesaalahan dari pasangan
pemilik akta nikah karena dari awal berkas-berkas
pasangan calon suami istri sudah bebeda-beda,
gambaranya di KTP tertulis nama Muhammad, di KK
tertulis Muhamad. Kalau dalam kondisi seperti itu bisa
diberbaiki, semisal akta nikah belum kita serahkan ke
pasangan suami istri dapat kita perbaiki langsung, atau
biasanya dari pemilik akta nikah melapor ke KUA
kalau ada kesalahan.

Pewawanacara : Bagaimaan dengan perubahan nama berbeda sama


sekali dengan nama aslinya sebagimana dalam kutipan
akta nikah 0407/07/VII/ 2013? Mengapa KUA Cilacap
Selatan menolak permohonan perubaha tersebut ?

Informan : Jadi, ada dua macam jenis ada perubahan biodata akta
perbaikan biodata. Kalau perbaikan biodata itu sebab
kesalahan ejaan atau kurang huruf. Untuk yang
kesalahan ini bisa langsung kita perbaiki.

Pewawancara : Bagaimana dengan data yang berbeda sama sekali ?

Informan : Kalau nama yang berbeda sama sekali, ini biasanya


karena pasca menikah mereka diberi nama tua, adat
disini seperti itu maka ya harus sidang terlebih dahulu
dapat putusan pengadilan nanti dilampirkan putusnaya
ke KUA.

Pewawancara : Apakah setiap perubahan biodata akta nikah harus


melalui pengadilan terlebih dahulu?

Informan : Tidak, di PMA yang tahun 2019 itu disebutkan untuk


mengubah akta nikah itu kan dengan akta kelahiran
dari dinas catatan sipil, kalau yang memohon akta
nikahnya diubah tidak punya akta kelahiran maka
harus sidang dulu ke pengadilan. Tapi kalau punya
akta kelahiran bisa langsung dilakukan perubahan.
Dalam kasus tadi, yang bersangkutan tidak memiliki
akta kelahiran maka kami tolak.

Pewawancara : Bagaimana prosedur mengajukan perubahan biodata


akta nikah di KUA Kecamatan Cilacap Selatan?

Informan : Yang pasti pernikahanya tercatat di KUA Cilacap


Setalan, membawa buku nikah asli, Fc Ktp, Fc Kk,
akta kelahiran, lalu surat keterangan beda nama dari
kelurahan atau desa ditambah penetapan dari
pengadilan kalau yang bersangkutan tidak punya akta
kelahiran.

Pewawancara : Pengadilan yaan dimaksud pengadilan agama atau


pengadilan negeri atau pengadilan lain?

Informan : Biasanya pengadilan agama, tapi kalau mau dari


pengadilan negeri boleh -boleh saja yang penting
ketika mengajukan permohonan perubahan sudah ada
penetapan pengadilanya.

Pewawancara : Bagaimana dengan teknis perubahan pada akta


nikahnya?

Infroman : Jadi, perlu diketahui mas ada akta nikah ada kutipan
akta nikah atau buku nikah. Kalau akta nikah, itu kita
simpan di KUA arsip itu, sedangkan kutipan akta
nikah adalah yang kita berikan ke pasangan suami
istri.
Untuk melakukan perbaikan atau perubahan perrtama
dilakukan perubahan dalam Aplikasi SIMKAH apabila
pencatatan dilakukan sudah menggunakan sistem baru
kemudian data yang salah dalam akta nikah serta buku
nikah kita coret, lalu diberi paraf serta diberi stampe
kecil KUA perubahanya ditulis disamping atau
dibawah kata yang salah. Kalau itu perubahan yang
sifatnya berbeda sama sekali, dan melalui penetaapan
pengadilan, nanti nama perubahanya ditulis pada
halaman belakang bagian catatan diberi kata-kata
diubah dengan lalu nomor penetapan pengadilan
kemdian di tanda tangani lalu diberi cap.

2. Nama : Isbah Wahyudi, S. H.I


Waktu : Kamis, 14 Oktober 2021 pukul 08.00 – 09.00 WIB
Tempat : Kantor Urusan Agama Kecamatan Kesugihan
Pewawancara : Bagaimana jika terdapat kesalahan penulisan biodata
pada akta nikah baik berupa nama suami/istri atau
tanggal lahir?

Informan : Untuk kesalahan pada akta nikah bisa kita perbaiki


dengan permohonan dari yang bersangkutan ataupun
langsung diperbaiki oleh petugas seblum buku nikah
kita serahkan yang bersangkutan. Kesalahan memang
terkadang terjadi pada beberapa kasus karena
kesalahan dari pihak petugas input data atau memang
dari awal berkas pendaftaran nikah terdapat perbedaan
nama. Misal di KTP tertulis Ahmad di surat pengantar
nikah atau berkas pendaftaran nikah lainya tertulis
Achmad kemudian dari pihak petugas menggunakan
salah satu dari dua nama itu, dikemudian hari yang
bersangkutan baru melapor.

Pewawancara : Apakah hal tersebut masih jamak terjadi saat ini di


KUA Kecamatan Kesugihan? Bagaimana langkah
yang diambil dalam menangani hal tersebut?

Informan : Beberapa kali memang ada permohonan seperti itu,


langkan yang kita ambil tentu kita dapat lakukan
perbaikan terhadap kesalahan yang ada. Adapun untuk
mengantisipasi agar tidak terulang hal yang sama, dari
petugas kami tingkatkan ketelitian dalam pemeriksaan
berkas pendaftaran. Apabila terdapat indikasi
perbedaan data antar berkas misal antara KTP dengan
berkas lain kita lakukan konfirmasi terlebih dahulu
dengan yang bersangkutan, kemudian kita
perintahklan untuk menyesuaikan data terlebih dahulu,
atau membuat surat keterangan beda nama dari
kelurahan yang intinya menerangkan antara nama
yang terdapat pada berkas A dengan nama yang
tertulis pada berkas B adalah satu orang yang sama.

Pewawancara : Bagaimana teknis perbaikan biodata akta nikah yang


dilakukan oleh pihak KUA Kesugihan ?

Informan : Perbaikan kita lalukan dengan mencoret kesalahan


datanya baik yang ada di akta nikah maupun di
kutipanya, kalau pencatatan nikah yang dilakukan
dengan SIMKAH online kita juga lakukan perbaikan
di sistem, lalu kita tulis data yang benar disertai paraf
kepala KUA dan stampel kecil KUA Kesugihan.

Pewawancara : Bagaimana jika data yang akan diubah berbeda sama


sekali dengan data awal ?
Informan : Prosedurnya sama, seperti perbaikan biodata hanya
saja kita merujuk pada aturan yang ada PMA tahun
2019 itu untuk mengubah biodata akta nikah itu
berdasarkan pada akta kelahiran yang baru.

Pewawancara : Apakah setiap permohonan perubahan atau perbaikan


biodata akta nikah dapat dilayani?

Informan : Semaksimal mungkin kita usahakan untuk melayani


kebutuhan masyarakat, selama perkawinanya tercatat
di KUA Kesugihan dapat kita layani?

Pewawancara : Lalu mengapa pihak KUA Kesugihan pada tahun 2020


menolak permohonan perubahan biodata akta nikah
dengan nomor akta 462/54/IX/1995? Padahal
perkawinan tersebut tercatat di KUA Kesugihan.

Informan : Pihak KUA menolak permohonan itu karena yang


bersangkutan tidak bisa menenjukan akta kelahiranya,
juga tidak bisa menenjukan surat keterangan dari dinas
catatan sipil karena itu kami menolak. Kami pihak
KUA tidak berani melakukan perubahan akta nikah
jika tidak ada akta kelahiran yang bersangkutan. Tidak
sekali dua kali kami dari pihak KUA dimintai
keterangan dari Polsek, dari Bank, dari Pengadilan
mengenai surat-surat dalam hal ini akta nikah yang
kami keluarkan, jadi tidak sembarangan, semua harus
ada dasar hukumnya fakta hukumnya.

Pewawancara : Bagaimana jika yang bersangkutan tidak bisa


menunjukan akta kelahiran yang baru ? dan bagaimana
solusi untuk pemohon?

Informan : Tentu kami akan menolak, mengenai bagaimana


solusinya kami arahkan untuk membuat akta kelahiran
terlebih dahulu, namun umumnya mereka lari ke
pengadilan agama meminta penetapan perubahan
nama.

Pewawancara : Apakah KUA Kesugihan mau memproses perubahan


akta nikah jika pemohon melampirkan putusan
pengadilan agama, meskipun tanpa akta kelahiran?

Informan : Ya, kami akan memproses permohonan perubahan


biodata akta nikah itu, nanti prosesnya sama
sebagaimana saya sebutkan tadi. Lalu di lembar
catatan belakang akta nikah kita tulis “Nama
suami/istri telah diubah menjadi Nama Baru pada
tanggal dd/mm/yyyy berbasarkan putusan pengadilan
nomor.”

C Hasil Wawancara Pemohon Perubahan Biodata Akta Nikah di Pengadilan


Agama Cilacap Kelas 1A

1. Nama : Pemohon I dan Pemohon II


Nomor Perkara : 1008/Pdt.P/2020/Pa.Clp
Waktu : Senin, 9 November 2020, Pukul 10.00-10.30 WIB
Tempat : Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A
Pewawancara : Mengapa mengajukan permohonan perubahan biodata
akta nikah?

Informan : Karena nama saya yang tertulis di akta nikah dengan


nama yang ada di KTP dan KK berbeda, juga ada
perbedaan tanggal lahir saya juga istri.

Pewawancara : Bagaimana bentuk perbedaan antara data yang ada di


KTP dan KK dengan data yang ada di akta nikah?
Informan : Di akta nikah tertulis nama Kartim bin San Basir
sedangkan di KK dan KTP tertulis Karsono bin San
Basir, tanggal lahir saya tertulis 22 tahun di akta nikah
sedangkan di KK dan KTP 25 Oktober 1960, dan nama
istri sebenarnya 17 April 1963 tapi tertulis 18 tahun.

Pewawancara : Mengapa terjadi perbedaan biodata antara data yang


ada di akta nikah dengan data yang ada di KTP dan
KK?

Informan : Sebab, dulu setelah saya menikah nama saya diganti


oleh mertua saya. Adatnya orang jawa seperti itu diberi
nama tua.

Pewawancara : Apa tujuan mengubah biodata yang ada pada akta


nikah?

Infroman : Untuk ngurus akta kelahiran anak, saya punya 4 anak


semuanya belum punya akta kelahiran. Apa-apa
sekarang susah hanya karena beda nama akta nikah dan
KTP, padahal dulu tidak.

Pewawancara : Mengapa mengajukan permohonan perubahan biodata


akta nikah ke Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A?

Informan : Jadi awalnya saya berniat membuat akta kelahiran anak


ke Kabupaten, berkas-berkas sudah saya siapkan
ternyata ditolak sama petugas karena nama saya yang
ada di KTP dan KK berbeda dengan yang ada di akta
nikah. Lalu saya bertanya solusinya bagaimana pada
petugas, dari petugas mengarahkan untuk memperbaiki
dulu akta nikahnya ke KUA.

Saya ikuti arahan dari petugas dengan datang langsung


ke KUA saya, saya bawa akta nikah, KTP, KK saya dan
istri. Saya temui petugas sampaikan maksud meminta
untuk biodata yang ada di akta nikah diperbaiki, tapi
dari pihak KUA juga menolak suruh sidang dulu di
pengadilan kalau sudah baru datang ke KUA lagi.

Pewawancara : Apakah pihak KUA menyampaikan alasan penolakanya


untuk mengubah biodata akta nikah?

Informan : Tidak, hanya diarahkan besok untuk membawa Fc akta


nikah, KTP, KK dan yang asli dibawa, sama disuruh
untuk dicap ke kantor Pos.

Pewawancara : Bagaimana pemohon mengajukan perkaranya ke


Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A?

Informan : Saya datang membawa syarat-syarat seperti yang


diarahkan petugas KUA, daftar di meja pendaftaran lalu
bayar. 1 minggu atau berapa hari kemudian ada orang
datang kerumah mengantar surat undangan untuk
sidang, lalu saya datang dengan istri.

Pewawancara : Bagaimana dengan proses persidanganya, sampai


diperoleh putusan?

Informan : Sidangnya cepat, tidak ada setengah jam ditanya


maunya seperti apa, mau diapakan akta nikahnya? Saya
jawab minta diubah namanya pak hakim, disamakan
dengan yang ada di KTP sama KK, lalu ditanya lagi
untuk apa disamakan ? untuk ngurus akta anak pak
hakim, kemarin dari dinas capil suruh perbaiki dulu.
Terus diminta akta nikah asli, kk asli dan ktp asli sama
sama istri, sudah itu selesai. Pak hakim bilang minggu
depan suruh ambil putusanya di meja depan.
Pewawancara : Apa yang disampaikan hakim dalam persidangan selain
menanyakan hal-hal tadi.

Informan : Hakim awalnya memerintahkan saya kembali ke KUA,


mengubah akta nikah cukup di KUA saja tidak perlu ke
pengadilan, tapi saya bilang KUA nya menolak pak,
kalau nggak ada putusan dari pengadilan tidak mau
mnegubah. Akhirnya pak hakim melanjutkan sidang
dan diputus, memerintahkan saya dan istri untuk datang
ke KUA lagi setelah mendapat putusan dan putusan itu
dibawa.

2. Nama : Pemohon I dan Pemohon II


Nomor Perkara : 0966/Pdt.P/2020/Pa.Clp
Waktu : Senin, 9 November 2020, Pukul 09.30– 10.00 WIB
Tempat : Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A
Pewawancara : Mengapa mengajukan permohonan perubahan biodata
akta nikah? Apa saja yang dimohonkan untuk diubah
dan untuk apa?

Informan : Saya mengajukan permohonan perubahan biodata akta


nikah karena nama saya yang tertulis di akta nikah
sudah berubah. Yang saya minta untuk diubah nama
saya yang tertulis di akta nikah, tanggal lahir saya dan
tanggal lahir istri. Karena saya tidak bisa membuat akta
kelahiran untuk anak saya, ditolak oleh dinas capill
sebab nama yang ada di akta nikah dengan nama yang
ada di KTP dan KK berbeda.

Pewawancara : Kenapa mengajukan perubahan biodata akta nikah ke


Pengadilan Agama Cilacap Kelas 1A tidak mengajukan
ke KUA ?
Informasi : Saya orang bodoh mas, tidak bisa baca tulis saya cuma
diberitahu dari Pak Carik kalau mau mengubah akta
nikah harus sidang dulu pengadilan, saya disuruh bawa
surat-surat jadi saya ikuti saja. Karena saya tidak tau.

Pewawancara : Bagaimana proses sidang berlangsung sampai selesai?

Informasi : Cuma ditanya, akta nikahnya mau diapakan Pak Bu?


Saya jawab diubah pak nama saya, tanggal lahi saya
dan istri disamakan dengan yang ada di KK

Pewawancara : Bagaimana putusan yang disampaikan hakim?

Informan : Ini diterima, minggu depan suruh datang lagi ke


pengadilan ambil surat katanya untuk dibawa ke KUA
nanti baru bisa ubah akta nikahnya.

D Hasil Wawancara Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Cilacap


Kelas 1A
Pewawancara : Berapa jumlah permohonan perubahan biodata akta
nikah di tahun 2020?
Informan : Ada 320 perkara permohonan perubahan biodata akta
nikah yang masuk, diputus 309 sisanya belum putus
karena sudah masuk akhir periode tahun jadi masuk di
laporan tahun 2021.
Pewawancara : Bagaimana pencatatan perkara perubahan biodata akta
nikah dalam laporan perkara?

informan : Untuk perubahan biodata akta nikah datanya dicatat di


kolom lain-lain, karena tidak ada format khsusu untuk
perkara permohonan perubahan biodata akta nikah.
Lampiran 4: Tabel Perbandingan Ketentuan Perubahan dan Perbaikan Biodata Akta Nikah dalam PMA tentang
Pencatatan Nikah

Perihal Aturan
PMA Nomor 11 Tahun 2007 PMA Nomor 19 Tahun 2018 PMA Nomor 20 Tahun 2019
Diatur dalam pasal Pasal 34; Pasal 34; Pasal 37 dan Pasal 38;
Lembaga yang berwenang Pengadilan Agama; Pengadilan Negeri; Kantor Urusan Agama
(KUA) Kecamatan;
Macam-macam perubahan 1. Perbaikan Penulisan; Hanya dicantumkan dan 1. Perbaikan kesalahan
2. Perubahan Biodata diatur tentang perubahan; penulisan;
Suami, Istri dan Wali; 2. Perubahan nama suami
dan istri;
Tata cara perubahan Dilakukan dengan mencoret Tidak diatur dalam ketentuan Ketentuan diatur dalam
kata yang salah, dengan tidak PMA Nomor 19 tahun 2018 Keputusan Direktur Jenderal.
menghilangkan tulisan yang
salah, ditulis kembali
perubahanya dan disertai
dengan paraf PPN dan diberi
stample KUA.
Perihal Aturan
PMA Nomor 11 Tahun 2007 PMA Nomor 19 Tahun 2018 PMA Nomor 20 Tahun 2019
Masa Berlaku 25 Juni 2007 s/d 27 Agustus 27 Agustus 2018 s/d 30 30 September 2019 s/d Saat

2018 September 2019 ini


BIODATA PENULIS

Nama : MUHAMMAD SANGIDUN

NIM : 182121043

Prodi/Fakultas : Hukum Kelaurga Islam/ Syariah

Tempat/ Tanggal Lahir : Banjarnegara/ 29 April 2001

Alamat : Blarak, Rt. 03 Rw. 03 Dermasari Susukan,


Banjarnegara
Nomor Handphone : 085869503631

Almamater : 1. SDN 3 Dermasari lulus tahun 2012;


2. Mts. Riyadush Solihin Purwareja Klampok lulus
tahun 2015;
3. MA. Al Hidayah 1 Purwareja Klampok lulus
tahun 2018.
4. Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas
Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta lulus
tahun 2022.
Riwayat Organisasi : 1. OSIS MA L Hidayah 1 Purwareja Klampok;
2. Dewan Ambalan MA Al Hidayah 1 Purwareja
Klampok;
3. Dewan Kerja Ranting Kecamatan Purwareja
Klampok;
4. Komunitas Mahasiswa Ngapak (KOMPAK);
5. Sharia Law Community (SLC) Fakultas Syariah;
6. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
Rayon Sunan Gunung Jati;
7. UKM Marching Band;
8. UKM JQH Al Wustho;
9. Forum Mahasiswa Bidikmisi (FORMASI).

Anda mungkin juga menyukai