Anda di halaman 1dari 17

PENGELOLAAN SUMBER

DAYA ALAM YANG


DAPAT DIPERBARUI
Dosen Pengampu: Larasati Widoningtyas, M.Pd
Kelompok 6
1. Eva Damayanti
(126402203185)
2. Laila Mufarida
(126402203196)
3. Kosim Lutfianto
(126402203195)
4. Lilis Tri Wahyuningsih
(126402204197)
5. Inge Amanda Putri
(126402203190)
6. Ahmad Wildan
Raikhana
(126402203225)
01
Model Pembangunan
02
Masalah Pemilikan
Optimal Sumber Daya Alam Bersama
Yang Dapat Diperbarui

03
Kepadatan Sebagai Kasus
Pengelolaan Sumber Daya

04 Milik Umum

Pencemaran Sebagai Kasus


05
Isu Tentang Pengelolaan
dari Masalah Pengelolaan Sumber Daya Alam Yang
Sumber Daya Milik Umum Dapat Diperbarui
01.
Model Pembangunan
Optimal Sumber Daya
Alam Yang Dapat
Diperbarui
Model Pembangunan Optimal Sumber Daya
Alam Yang Dapat Diperbarui
Pengelolaan sumber daya alam yang dapat diperbarui pada umumnya didasarkan
pada konsep “ hasil maksimum yang mantap” (Maksimum Sustainable Yield = MSY).
Ini barangkali merupakan tujuan pengelolaan sumber daya yang paling sederhana
yang memperhitungkan fakta bahwa cadangan sumber daya biologis jangan
dimanfaatkan atau diambil terlalu banyak, karena akan menyebabkan hilangnya
produktivitas sumber daya alam tersebut.
Konsep MSY itu sendiri didasarkan atas model pertumbuhan biologis yang
menganggap bahwa pada setiap jumlah populasi tertentu yang lebih rendah dari titik
Xc pada gambar 9.1, surplus produksi terjadi dan dapat dipanen selamanya tanpa
mengurangi populasi tersebut. Jika surplus itu tidak panen, maka hal ini akan
menyebabkan peningkatan dalam jumlah anggota populasi dan semakin mendekati
daya dukung lingkungan Xc (carrying capacity) dimana surplus produksi menurun
menjadi nol.
Lanjutan…
Apabila surplus produksi sama dengan hasil yang mantap (sustainable yield), ini
berarti bahwa MSY dicapai pada populasi dengan surplus produksi yang tertinggi
yaitu pada laju pertumbuhannya yang maksimum atau pada populasi setinggi Xm pada
gambar 9.1. untuk Sebagian besar populasi “sumber daya alam yang dapat
diperbarui”, MSY ditemukan berada diantara 40 sampai 60 persen dari daya dukung
lingkungan.
Masalah 02.
Pemilikan
Bersama
Masalah
Telah diperlihatkan bahwa kepunahan dapat terjadi sebagai
akibat dari eksploitasi terhadap sumberdaya alam yang pulih oleh
seorang pemilik tunggal. Kepuhana akan dapat terjadi pula dengan
adanya pemilikan sumberdaya alam oleh umum. Dasar
Pemilikan
pemikirannya adalah bila perusahaan (firm) memasuki suatu
bidang usaha (industri) secara bebas dan tidak ada perjanjian
kerjasama, maka masing-masing perusahaan akan mengabaikan
Bersama
biaya alternatif (user cost = royalty) dalam pengambilan
sumberdaya alam saat ini
Eksploitasi yang berlebihan terhadap sumberdaya alam milik bersama dapat diatasi dengan
beberapa cara. Cara yang paling sederhana adalah mendefinisikan hak penguasaan atau hak pemilikan
sumberdaya alam tersebut dan mempercayakan pada kehendak masing-masing pengusa yang
bersangkutan. Sebagai contoh penegasan hak penguasaan (property right) adalah diakuinya zone 200
mil (two hundred mile economic zone) dari pantai.Sebagai kesimpulan pengelolaan sumberdaya alam
yang pulih dapat dinyatakan bahwa produsen selalu berusaha mengambil barang sumberdaya alam
untuk memaksimumkan keuntungan/manfaat yaitu menyamakan harga dengan biaya pengambilan
ditambah royalty. Biaya pengambilan barang sumberdaya alam juga dipengaruhi oleh banyaknya
produksi barang sumberdaya alam dan besarnya persediaan atau populasi sumberdaya alam tersebut.
03.
Kepadatan Sebagai Kasus
Pengelolaan Sumber
Daya Milik Umum
Kepadatan Sebagai Kasus
Pengelolaan Sumber Daya Milik Umum
Kepadatan/kesesakan dapat terjadi dalam berbagai bentuk, mulai dari kemacetan lalu
lintas pada jam-jam tertentu sampai dengan kesesakan wisatawan di tempat-tempat rekreasi.
Dalam bidang sumber daya alam, kepadatan/kesesakan merupakan hal yang sangat penting
untuk diperhatikan terutama dalam kaitannya dengan rekreasi di luar rumah.
Kepadatan atau bisa dikatakan dengan kesesakan (congestion) dapat dipandang sebagai
saling terganggunya setiap individu yang sama-sama menggunakan fasilitas publik. Fasilitas
publik yang digunakan biasanya disediakan oleh pemerintah baik pusat ataupun daerah,
walaupun tidak selalu demikian. Contohnya adalah jalan raya, pelabuhan, lapangan udara,
pantai, taman, hutan wisata dan lain-lain. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa kapasitas
dari fasilitas publik itu tidak dapat ditambah begitu saja dalam jangka pendek sebagai respon
terhadap perubahan permintaan. Saling terganggu di antara pengguna fasilitas dapat dalam
bentuk fisik seperti halnya kendaraan-kendaraan di jalan raya dan pintu “tol”, kapal-kapal di
pelabuhan dan sebagainya, dimana masing-masing mempunyai fungsi produksi yang saling
bergantung satu sama lain, maupun berupa menurunnya kenikmatan/kesenangan karena
adanya orang yang lalu lalang apabila saat kita sedang duduk-duduk di taman rekreasi pada
saat hari libur datang. Dampak negatif yang timbul akan terjadinya hal tersebut adalag
berkurangnya kesediaan untuk membayar bagi jasa rekreasi tersebut.
04.
Pencemaran Sebagai
Kasus dari Masalah
Pengelolaan Sumber
Daya Milik Umum
Pencemaran Sebagai Kasus dari Masalah
Pengelolaan Sumber Daya Milik Umum
Lingkungan, udara dan air yang luas (lautan, danau) serta pemandangan merupakan
sumber daya alam milik umum yang sering dipakai sebagai tempat membuang limbah.
Biasanya semua pihak boleh membuang asap pabrik maupun bau busuk ke udara, air
limbah dibuang ke sungai atau danau dan lautan, serta rusaknya pemandangan karena
munculnya bangunan-bangunan pencakar langit. Namun penggunaan lingkungan ini telah
dibatasi dengan aturan-aturan yang resmi dari Pemerintah, hanya saja peraturan
perundang-undangan itu sering masih terlalu sempit. Dengan ratusan orang atau
perusahaan yang menimbulkan pencemaran, bagaimana menentukan pencemaran tertentu
oleh orang atau perusahaan tertentu? Demikian pula apabila terjadi konflik antar-penyebab
pencemaran, mana yang akan dimenangkan?
Dalam hal kesesakan, konflik terjadi antar para pemakai fasilitas publik. Informasi
mengenai dampak keputusan mereka merupakan umpan balik bagi para pemakai fasilitas
itu melalui pasar. Umpan balik ini cenderung membatasi penggunaan yang berlebihan
sampai pada suatu titik di mana tidak ada manfaat lagi bagi masyarakat. Dalam hal
pencemaran, akan timbul suatu kerugian sosial neto dari penggunaan sumber daya alam
tersebut.
Lanjutan…
Ada dua cara di mana jasa lingkungan dapat masuk ke sistem pasar dengan lebih
efektif, yaitu dengan membatasi kebebasan mendapatkan jasa lingkungan melalui
pungutan atau bayaran tertentu, dan dengan memberikan nilai pada lingkungan,
kemudian memasukkan nilai tersebut ke dalam harga barang dan jasa akhir. Sekali lagi
pendekatan ini disebut sebagai pendekatan atas dasar mekanisme pasar (market
based incentive) yang dilawankan terhadap pendekatan atas dasar peraturan
(regulatory = command and control). Pendekatan atas dasar peraturan ini biasanya
menggunakan “baku mutu lingkungan” atau “baku mutu kualitas udara” ataupun
“baku mutu kualitas air” misalnya. Baku mutu ini didukung oleh peraturan perundang-
undangan, tanpa mekanisme pasar.
05.
Isu Tentang Pencemaran
Sebagai Kasus Dari
Masalah Pengelolaan
Sumber Daya Alam Yang
Dapat Diperbarui
Isu Tentang Pencemaran Sebagai Kasus Dari
Masalah Pengelolaan Sumber Daya Alam
Yang Dapat Diperbarui
Permasalahan pengelolaan sumberdaya alam menjadi sangat penting dalam pembangunan ekonomi
pada masa kini dan masa yang akan datang. Di lain pihak sumberdaya alam tersebut telah banyak
mengalami kerusakan-kerusakan, terutama berkaitan dengan cara-cara eksploitasinya guna mencapai tujuan
bisnis dan ekonomi. Dalam laporan PBB pada awal tahun 2000 umpamanya, telah diidentifikasi 5 jenis
kerusakan ekosistem yang terancam mencapai limitnya, yaitu meliputi ekosistem kawasan pantai dan
sumberdaya bahari, ekosistem lahan pertanian, ekosistem air tawar, ekosistem padang rumput dan
ekosistem hutan. Kerusakan-kerusakan sumberdaya alam di dalam ekosistem-ekosistem tersebut terjadi
terutama karena kekeliruan dalam pengelolaannya sehingga mengalami kerusakan yang disebabkan karena
terjadinya perubahan besar, yang mengarah kepada pembangunan ekonomi yang tidak berkelanjutan.
Padahal sumberdaya tersebut merupakan pendukung utama bagi kehidupan manusia, dan karenanya
menjadi sangat penting kaitannya dengan kegiatan ekonomi dan kehidupan masyarakat manusia yang
mengarah kepada kecenderungan pengurasan (depletion) dan degradasi (degradation). Kecenderungan ini
baik dilihat dari segi kualitas maupun kuantitasnya dan terjadi di hampir semua kawasan, baik terjadi di
negara-negara maju maupun negara berkembang atau miskin.
Lanjutan…

Dengan demikian, permasalahan dari terjadinya degradasi sumber-sumberdaya alam sebagaimana


yang terjadi di Indonesia atau di negara lain adalah karena terlalu terpusatnya kewenangan/hak-hak
kekuasaan dalam sistem pengelolaan sumber-sumberdaya alam, baik sumberdaya itu berupa sumberdaya
hutan, laut (ikan dan kerang-kerang) maupun sumberdaya mineral, lahan, udara dan sumberdaya yang
bersifat public good lainnya. Sebagai misal, sebelum Republik Indonesia ini lahir, penduduk asli di daerah-
daerah secara lokal dengan warisan yang diturunkan oleh nenek mereka mempunyai hak-hak (property right)
untuk memungut atau memanfaatkan sumberdaya alam di sekitar lokasi tempat tinggalnya (baik sekitar
hutan maupun perairan). Hak-hak ini dijamin sebagai hak-hak ulayat (territorial use right) yang meskipun
tidak tertulis, hak-hak tersebut diakui dan dihormati oleh masyarakat. Hak-hak ulayat ini sebenarnya secara
lebih jelas telah diakui dan lebih rinci dalam UU Pokok Agraria tahun 1960. Tetapi kelihatannya, karena
kesalahan interpretasi terhadap UUD 1945, terutama yang menyangkut pasal 33 ayat 3, maka kemudian
penguasaan sumberdaya alam yang ada pada masyarakat daerah diambil alih oleh negara (pemerintah
pusat).
THANKS!

Anda mungkin juga menyukai