Anda di halaman 1dari 23

Jika Ekonomi Biru adalah Jawaban :

Masalah (Si)Apa yang hendak dijawab


ditengah Gemuruh Krisis Agraria dan
Iklim di wilayah Pesisir & Pulau-Pulau
Kecil?
Ari Wibowo, M.Sc
(Pusat Studi Agraria – Institut Pertanian Bogor) TII, 20 Maret 2023
Paradigmatik
Memproblematisasi Paradigmatik
dan Positioning Pengetahuan
Pilihan Mazhab Paradigma Politik SDA

1. Paradigma Konservasionistik
2. Paradigma Developmentalistik
3. Paradigma Eko-Populis

(Witter dan Bitmer, 2005)

“Kebijakan pembangunan nasional


masih dominan bercorak paradigma “developmentalistik”
dan “developmentalis cum konservasionistik”
Pembangunan Sumberdaya Alam dan Agraria
Berkelanjutan, yang Bagaimana?

Perspektif 1:

3. Hegomony & Governmentality


Pespektif 2:
“Prinsip
Pembangunan
Berkelanjutan”

(Green Economics - Cato, 2009)


Keberlanjutan “Ekologi”, yang Seperti apa?
Sosial-Ekologi (Gerald G. Marteen, 2001)
(Manez et. al 2014)
Ekonomi Biru
• Gunter Pauli adalah seorang pengusaha, ekonom, dan penulis yang
lahir pada tahun 1956 di Antwerp (Belgia).
• “definisi memperjelas bahwa Ekonomi biru harus menghormati
integritas ekosistem, dan satu-satunya jalan yang aman menuju
kemakmuran jangka panjang adalah melalui pengembangan
ekonomi sirkular”
• Ekonomi biru berbeda dengan ekonomi hijau yang seringkali
menyisakan konflik sosial, sehingga dikategorikan sebagai bagian apa
yang disebut Bookching (1991) sebagai ekologi dangkal (Shallow
Ecology).
• Secara paradigmatik, Pauli mengakui Ekonomi Biru terinspirasi dari
gerakan eko-feminisme Arne Naess tahun (1970) sebagai aliran
ekologi-dalam (deep ecology) yang menekankan tata nilai baru cara
berpikir dan bertindak kolektif dengan menempatkan alam dalam
satu kesatuan ekosistem dengan manusia.
1. Destructive 1. Protektor 1. Regeneratif
Red Economy

Green Economy

Blue Economy
(Berdaya 2. Sirkuler 2. Ekosistem
Rusak) 3. Kolektif 3. Simbiosis
2. Linier 4. Lesser Evil 4. Kelimpahan
3. Individualis 5. Relience 5. Otonomi
4. Ketimpangan
Kekayaan
5. Ketergantung
an

Sumber: Gunter Pauli dalam laman https://www.theblueeconomy.org


“Gaia is not green; she is as blue as
can be”
(Bumi tidak hijau, dia (perempuan)
sungguh sebiru-birunya”
Gunter Pauli

Sejatinya, Ekonomi Biru ala Gunter


Pauli penuh dengan nilai spiritual
dan filosofis yang mendalam
terkait penghormatan lingkungan
dan bumi.
Semangatnya memperkuat subjek
dan ekonomi lokal utamanya
melalui pemanfaat sumber daya
alam dengan bijaksana
berkelanjutan.
Muncul
beberapa kritik 1. Konsepnya yang terkesan belum jelas
menyebabkan kebingungan dalam penerapan
atas hadirnya konsep ini (Midlen 2021).

ekonomi biru ini, 2. Risiko pemusnahan lingkungan (Bennett et al.


2015; Bavinck et al. 2017; Barbesgaard 2018; Manik
di antaranya: dan Wirazilmustaan 2021; Stäbler et al. 2022).
3. Implikasi sosial dan ekonomi (Midlen 2021;
Schutter et al. 2021; Clark 2022).
4. Keterbatasan teknologi (European Commission
2022; Spaniol dan Rowland 2022).
5. Potensi eksploitasi (Perissi dan Bardi 2021).
Lima program ekonomi biru
yang didorong KKP (2022)
1. perluasan wilayah konservasi,
2. penerapan kebijakan penangkapan ikan terukur
berbasis kuota dan zona penangkapan,
3. pengembangan perikanan budidaya
berkelanjutan di laut, pesisir, dan tawar yang
berorientasi ekspor,
4. pengendalian wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil dan laut dari kegiatan ekonomi yang
merusak, dan
5. pengurangan sampah plastik di laut melalui
gerakan nasional Bulan Cinta Laut
Degrowth Biru (Ertör & Hadjimichael,
2019)
memperjuangkan
membangun visi
hak-hak masyarakat
bersama masyarakat mengutamakan
pesisir atas akses
pesisir secara produksi skala kecil,
dan kelola
partisipatif;
sumberdaya

mengembangkan
pengelolaan
koperasi perikanan
konsumsinya bersama wilayah
disertai dukungan
bersifat lokalitas, laut (common pool
teknologi informasi
resources)
dan;
Kemana Arah
Pembangunan Maritim
Indonesia?
Nalar Konstitusi Pembangunan Ekonomi
Indonesia
• Bung Hata (1977), Ekonomi Terpimpin untuk Kedaulatan Ekonomi
• Kedaulatan ekonomi itu dapat secara riil kita miliki jika kita
melaksanakan Pasal 33 UUD 1945 secara konsekuen.
• Kedaulatan ekonomi berisikan “kemampuan masyarakat dan
bangsa dengan semangat berdikari, memiliki individualitas,
autoaktivitas, gotong royong, kekeluargaaan, memiliki harga
diri, kepercayaan pada diri sendiri serta jiwa bangsa yang
berkepribadian”.
• Bung Hatta menolak paham “national income”, cara berpikir
secara keseluruhan sebagai “aggregate thinking”. Sebab, bisa
saja pendapatan nasional bertambah, namun pendapatan
rakyat masing-masing ditekan serendah-rendahnya.
• Secara tegas, Bung Hatta mengatakan bahwa ini tidak sesuai
dengan cita-cita memperbesar kemakmuran rakyat yang
tertanam dalam undang-undang dasar kita (Hatta, 1977).
menimbulkan tragedi komoditas (tragedy of
commodity) akibat orientasi ekspor yang memicu
deplesi dan disrupsi sosial masyarakat pesisir.

Menihilkan keadilan sosial maupun ekologi dalam


Benarkah mewujudkan keberlanjutan sumberdaya kelautan di
Indonesia.
Privatisasi jalan
mengatasi sistem ini “hak menangkap ikan” sepenuhnya
Tragedy of berubah menjadi aset keuangan atau monetisasi
Commons? (Knott dan Neis 2017). Akibatnya, ikan berubah menjadi
komoditas aneh karena mengalami monetisasi
praktik privatisasi perikanan di beberapa negara melalui
penjualan dan penyewaan kuota kepada nelayan
menyulitkan mereka mengakses wilayah
penangkapan ikan.
• Perjuangan
konstitusional
Apa yang sudah, • Penguatan Hak dan
sedang dan akan Advokasi
dilakukan?
• Pengembangan dan
Promosi Ekonomi
Pesisir Kerakyatan
• Pelurusan Sesat Pikir:
Paradigmatik
Refleksi Situasi untuk Aksi Aktual
1. Undangan scholar-activist kampus untuk membangun politik pengetahuan dalam
agenda Civil Society & Social Movement (Misinya politik pengetahuan melalui riset,
ujung riset tidak sekedar jurnal, tapi untuk Gerakan sosial - Transformasi)
2. Mengembangkan “Jaringan Melintang” Sehingga Punya Basis Trans-disiplin
(Menghindari “Team Sepak Bola Back Semua”) – Reposisi Peran dalam Gerakan
(Masyarakat Sipil dimana?)
3. Pembangunan tidak boleh di-swastanisasi, Perlu dibangun pengelolaan berbasis
korporasi nelayan (nelayan kecil, perempuan nelayan, UMKM menjadi bagian Subyek
Utama)
4. Keterbukaan Data & Roadmap Rencana Pembangunan Kedepan
5. Pembangunan tidak boleh memundurkan atau merusak wilayah kearifan lokal
(Sasi / Ombo, dll) serta wilayah tangkap nelayan local (Ruang Agraria WP3K)
THANK YOU
(Ari Wibowo – 0821-222-777-45 / ariwibowo@apps.ipb.ac.id)

Anda mungkin juga menyukai