BIOKIMIA NUTRISI
Disusun Oleh :
KELOMPOK 1 (SATU)
PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2013
KATA PENGANTAR
Tiada sepatah katapun yang patut kami ucapkan, setelah terselesainya penyusunan
Laporan Tetap Praktikum Biokimia Nutrisi ini, kecuali ucapan tahmid dan tasyakur kehadirat
Allah SWT. Karena dari kehadirat-Nyalah datangnya semua nikmat.
Kami menyadari akan kekurangan dan kekhilafan dalam penyusunan Laporan Tetap
Praktikum Biokimia Nutrisi ini. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangatlah
kami harapkan demi penyempurnaannya.
Ucapan terima kasih kepada teman-taman anggota kelompok karena telah membantu
ketua menyelesaikan Laporan Tetap Praktikum Biokimia Nutrisi ini, karena tanpa ada
kekompakan dan kerja sama dari anggota kelompok laporan ini tidak akan selesai.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan Laporan Tetap Praktikum Biokimia Nutrisi ini. Mudah-mudahan
bermanfaat bagi kita semua. Amiin
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………..................... i
KATA PENGANTAR……….……………………………………………..................………ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………….....................…iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
4.2 Pembahasan....................................................................................................................8
BAB V PENUTUP.....................................................................................................................9
5.1 Kesimpulan....................................................................................................................9
5.2 Saran..............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tipe evaluasi pakan pada prisipnya ada 3 yaitu metode In vitro, Insacco, In vivo.
Tipe evaluasi pakan In vivo merupakan metode penentuan kecernaan pakan menggunakan
hewan percobaan dengan analisis pakan dan feses. Pencernaan ruminansia terjadi secara
mekanis, fermentative, dan hidrolisis. Dengan metode Invivo dapat diketahui pencernaan
bahan pakan yang terjadi di dalam seluruh saluran pencernaan ternak, sehingga nilai
kecernaan pakan yang diperoleh mendekati nilai sebenarnya. Koefisien cerna yang ditentukan
secara In vivo biasanya 1% sampai 2 % lebih rendah dari pada nilai kecernaan yang diperoleh
secara In vitro.
Domba pada dasarnya adalah ternak pemakan rumput dan berbeda dengan kambing
yang cenderung sebagai pemakan semak atau legum. Domba memiliki cara makan yang
kurang memilih dibanding ternak kambing, sehingga memungkinkan dapat hidup lebih baik
pada daerah yang lebih kering dengan kondisi suplai pakan yang fluktuatif dari segi kualitas
maupun kuantitasnya. Hijauan yang segar atau campuran hijauan dengan konsentrat,
hendaknya diberikan pada domba dengan sistem pemeliharaan dikandangkan. Jumlah pakan
yang diberikan sekitar 3% dari bobot badan berdasarkan bahan kering.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pakan ternak merupakan komponen biaya produksi terbesar dalam suatu usaha
peternakan. Oleh karena itu pengetahuan tentang pakan dan pemberiannya perlu mendapat
perhatian yang serius. Ransum yang diberikan kepada ternak harus diformulasikan dengan
baik dan semua bahan pakan yang dipergunakan dalam menyusun ransum harus mendukung
produksi yang optimal dan efisien sehingga usaha yang dilakukan dapat menjadi lebih
ekonomis.Hal-hal yang berkaitan dengan pemberian pakan ternak adalah kebutuhan nutrisi
ternak, komposisi nutrisi bahan pakan penyusun ransum dan bagaimana beberapa bahan
dapat dikombinasikan (penyusunan ransum standar) untuk mencukupi kebutuhan ternak
(Subandriyo et al. 2000).
Kecernaan In vivo merupakan suatu cara penentuan kecernaan nutrient
menggunakan hewan percobaan dengan analisis nutrient pakan dan feses (Tillman et al.
2001). Anggorodi (2004) menambahkan pengukuran kecernaan atau nilai cerna suatu bahan
merupakan usaha untuk menentukan jumlah nutrient dari suatu bahan yang didegradasi dan
diserap dalam saluran pencernaan. Daya cerna merupakan persentse nutrient yang diserap
dalam saluran pencernaan yang hasilnya akan diketahui dengan melihat selisih antara jumlah
nutrient yang dikonsumsi dengan jumlah nutrient yang dikeluarkan dalam feses.
Domba mampu mengkonsumsi pakan berserat, biasanya jerami yang telah dipotong-
potong (chop). Secara alami, domba senang mengkonsumsi rumputrumputan,namun
pemberian pakan yang hanya berupa rumput-rumputan belum dapat memenuhi kebutuhan
zat-zat makanan sebagai sumber energi dan protein. Rumput hanya merupakan bahan pakan
sumber energi. Penambahan bahan pakan sebagai sumber protein merupakan suatu hal yang
mutlak dilakukan jika usaha penggemukan domba berorientasi bisnis. Penambahan sumber
protein akan mempercepat pertumbuhan domba dan dalam skala luas mempercepat waktu
pemeliharaan sehingga domba bisa dijual lebih cepat (Sodiq & Abidin 2002).
Oleh karena itu sangat penting apabila dapat mengetahui kualitas suatu bahan pakan
dan daya cerna bahan pakan tersebut dalam alat pencernaan ternak tersebut. Karena zat- zat
makanan yang terdapat dalam pakan akan dicerna menjadi zat makanan yang lebih
sederhana, karbohidrat menjadi monosakarida, protein menjadi asam amino,lemak menjadi
asam lemak dan gliserol. Jadi daya cerna suatu bahan pakan dapat didefinisikan sebagai
bahan pakan yang dikonsumsi oleh seekor ternak dan tidak dikeluarkan lagi dalam bentuk
feses.
BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
3.1 Materi Praktikum
2. Decikator
3. Timbangan analitik
4. Cawan porselin
5. Tang penjepit
2. Feses
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kode Berat Berat Berat Berat Kadar air Bahan Berat (%) An- (%)
cawan cawan+ cawan+ sampel (%) kering cawan+ organik Organik
kosong sampel sampel (%) sampel
105 ˚C 600 ˚C
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini kami menggunakan tiga ekor sapi sebagai obyek penelitian
untuk mengetahui bahan organik yang diserap dalam tubuh dan yang tersisa dari tubuh
dengan melakukan penelitian terhadap pakannya yaitu jerami awal dan sisa, konsetrat awal
dan sisa, dan pada feses sapi itu sendiri. Yang pertama harus diketahui yaitu: berat cawan
kosong, berat cawan+sampel, dan berat cawan sampel 550-600 ˚C, baru bisa menghitung
retensi bahan organik yang tertahan dalam tubuh.
Dari data konsumsi pakan tiga ekor sapi di atas bahwa retensi bahan organik dari
masing-masing sapi di atas berbeda-beda antar sapi yang satu dengan yang lainnya dan
tergantung dari pakan juga kemampuan atau banyaknya nutrisi yang tertahan di dalam tubuh
masing-masing dari organ tubuh sapi mengkonsumsi pakan yang diberikan. Dari kemampuan
itu kita bisa melihat pakan yang tersisa contohnya seperti jerami, ada jerami awal, dan juga
jerami sisa dan juga feses dari masing-masing ternak itu sendiri. Kemudian kita lakukan
penelitian di laboratorium supaya mengetahui bahan organik yang terbuang dari masing-
masing sapi itu sendiri.
Pada percobaan ini, satu hal yang perlu diketahui adalah seleksi rerumput terutama
besarnya selektifitas, yang dihubungkan dengan pemberian pakan berlebihan dan pengaruh
kecernaan pakan. Jadi dalam evaluasi pakan, disamping kandungan zat makanan suatu pakan
kita juga harus mempertimbangkan jumlah pakan yang dikonsumsi dan daya cernanya oleh
suatu ternak. Secara umum pengukuran daya cerna suatu bahan pakan terdiri dari dua cara,
yaitu secara langsung dan tidak langsung.
Dengan menggunakan pakan kasar, dapat diberikan sebagai pakan tunggal. Tetapi
pakan konsentrat apabila diberikan sebagai pakan tunggal pada ruminansia dapat menyebabkan
terganggunya pencernaan. Oleh karena itu kecernaan konsentrat ditentukan dengan jalan
diberikan bers ama-sama dengan pakan kasar yang telah diketahui
kecernaannya, dengan asumsi tidak ada interaksi antara unsur pokok kedua ransum.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang sudah dilaksanakan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Penghitungan bahan organik ini dengan cara mengurangi konsumsi dengan sisa
pakan, yaitu dengan mengukur banyaknya pakan yang dikeluarkan lewat feces. Pakan yang
dikonsumsi merupakan selisih antara jumlah pakan yang diberikan dan jumlah pakan yang
tersisa.
2. Preparasi data sampel dilakukan untuk mengetahui berat cawan kosong, berat
cawan+sampel, dan berat sampel pada suhu 105 , maka dari itu kita dapat mengetahui
°C
berat sampel, kadar air, bahan kering, dan bahan organik dengan menggunakan rumus.
3. Dalam evaluasi pakan, disamping kandungan zat makanan suatu pakan juga harus
mempertimbangkan jumlah pakan yang dikonsumsi dan daya cernanya oleh suatu ternak
supaya pakan dapat dicerna dengan baik oleh tubuh ternak.
5.2 Saran
Untuk mendapatkan hasil praktikum yang baik diharapkan kepada semua praktikan
datang tepat waktu, mengikuti praktikum sesuai dengan arahan dari dosen dan tata tertib yang
ada dan memperhatikan keselamatan kerja selama kegiatan praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Sodiq & Abidin. 2002. Pengaruh Umur Pemotongan Spesies Rumput terhadap Produksi
Komposisi Kimia Kecernaan In Vitro dan In Sacco. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta. http:// www.fapet-ugm.ac.id/files/pdf Diakses 2 Juli 2013