Disusum oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Ira Rindarti
Sinta Kristiana
Kurnia Fatimatul Ahada
Sofi Afani Rakhmawati
Fakhri Fakhrizal
Merry Susanti
Ahmad Najhan Firdiansah
(A1C012010)
(A1C012022)
(A1C012036)
(A1C012047)
(A1C012060)
(A1C012072)
(A1C012088)
LEMBAR PENGESAHAN
KELAYAKAN BISNIS
NAMA
NIM
ii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL.............................................................................................
iv
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................
I.
PENDAHULUAN...................................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................
B. Tujuan Praktikum...........................................................................
C. Manfaat Praktikum.........................................................................
LANDASAN TEORI..............................................................................
HASIL PRAKTIKUM............................................................................
A. Profil Perusahaan...........................................................................
B. Analisa Pasar..................................................................................
C. Analisa Teknik Produksi................................................................
D. Analisa Keuangan Jangka Panjang................................................
E. Analisa Lingkungan.......................................................................
F.
Permasalahan Yang Dihadapi.........................................................
KESIMPULAN.......................................................................................
1
1
2
2
3
9
9
10
13
18
23
26
28
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
29
II.
III.
IV.
iii
DAFTAR TABEL
Tabel
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Halaman
Biaya Usaha Ternak Ayam Petelur di Mutiara Farm.................................
Data Pendapatan Telur di Mutiara Farm...................................................
Data Pendapatan Ayam Afkir di Mutiara Farm.........................................
Perhitungan Analisis Jangka Panjang........................................................
Data Payback Period.................................................................................
Perhitungan Net B/C..................................................................................
Perhitungan Gross B/C..............................................................................
iv
18
19
19
20
20
21
22
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1.
2.
Halaman
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha pengembangan ternak ayam ras petelur di Indonesia memilki prospek
yang cukup baik, terutama bila ditinjau dari aspek masyarakat akan kebutuhan
gizi. Sesuai standar nasional, konsumsi protein per hari per kapita ditetapkan 55
gram yang terdiri atas 80% protein nabati dan 20% protein hewani. Pemenuhan
gizi ini, khususnya protein hewani dapat diperoleh dari protein telur. Dengan
demikian, usaha ternak ayam ras petelur memiliki potensi yang baik untuk
dikembangkan.
Jika ditinjau dari sisi penawaran dan permintaan, usaha peternakan ayam ras
petelur memang sangat prospektif, baik dilihat dari pasar dalam negeri maupun
luar negeri. Pada sisi penawaran, kapasistas produksi peternakan ayam ras petelur
di Indonesia masih belum mencapai kapasitas produksi yang sesungguhnya. Hal
ini terlihat dari banyaknya perusahaan pembibitan, pakan ternak, dan obat-obatan
yang masih berproduksi di bawah kapasitas. Telur ayam ras petelur juga memiliki
sifat permintaan yang income estic demand, yaitu apabila pendapatan meningkat
maka konsumsi telur juga meningkat.
Secara ekonomi, pengembangan pengusahaan ternak ayam ras petelur di
Indonesia memiliki prospek bisnis yang menguntungkan karena permintaan selalu
bertambah sehingga mempengaruhi permodalan, produksi dan pemasaran hasil
ternak. Keberhasilan usaha ternak ayam ras petelur ini semakin mudah dicapai
mengingat banyaknya faktor pendukung yang dimiliki Indonesia, yaitu
tersedianya bahan baku pakan ternak berupa jagung dan hasil sampingan produk
Tujuan
Manfaat
2.
II.
LANDASAN TEORI
dalam perekonomian dalam lingkup yang lebih luas. Dalam analisis finansial,
yang diperhatikan adalah hasil total atau produktivitas atau keuntungan yang
didapat dari semua sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau
perekonomian secara keseluruhan, tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber
tersebut dan siapa yang menerima hasil proyek tersebut (Kadariah, 1999).
Sebenarnya analisis ekonomi ini juga merupakan analisis finansial, hanya
saja dalam melakukan perhitungan analisis ekonomi dan analisis finansial terjadi
perbedaan. Dalam analisis ekonomi, variabel harga yang dipakai adalah harga
bayangan (shadow price), sedangkan dalam analisis finansial, variabel harga yang
digunakan adalah data harga riil yang terjadi di masyarakat (Soekartawi, 1995).
Dalam mengembangkan usahatani kegiatan utama yang dilakukan adalah
peningkatan produksi barang pertanian yang dihasilkan petani, meningkatkan
produktivitas pertanian serta mendorong pengembangan komoditas yang sesuai
dengan
potensi
wilayah.
Peningktan
produksi
pertanian
apabila
ingin
2.
atau dengan kata lain pendapatan yang meliputi pendapatan kotor atau penerimaan
total dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor/penerimaan total adalah nilai
produksi komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya
produksi (Rahim, 2008).
Perkembangan industri pemberian nilai tambah (pengolahan) sangat
membantu para petani memasarkan hasil usahanya, meningkatkan pendapatan
daerah, membuka lapangan kerja dan menguntungkan berbagai pihak lain.
Sebaliknya, industri pangan kita tidak akan pernah maju selama masih terus
berkutat pada tahap primer. Hal ini akan berdampak pada penghasilan yang di
dapat oleh petani tidak akan meningkat (Husodo, 2004).
Hasil perhitungan kriteria investasi merupakan indikator dari modal yang
diinvestasikan, yaitu perbandingan antara total benefit yang diterima dengan total
biaya yang dikeluarkan dalam present value selama umur ekonomis proyek.
Apabila hasil perhitungan telah menunjukkan feasible (layak), pelaksanaannya
akan jarang mengalami kegagalan. Kegagalan hanya terjadi karena faktor- faktor
uncontrollable seperti banjir, gempa bumi, perubahan peraturan pemerintah, di
samping data yang digunakan tidak relevan (Ibrahim, 2009).
Adapun kriteria yang sering digunakan dalam analisis Kelayakan Finansial
adalah NPV (Net Present Value) dan IRR (Internal Rate of Return). NPV
menetapkan tingkat penerimaan yang ditargetkan seperti discount factor atau
discount rate, kemudian menentukan apakah tingkat itu dicapai dengan melihat
apakah nilai nol atau positif (Soetriono, 2006).
Analisis Finansial yang berkaitan dengan kegiatan perencanaan sebagai
berikut:
1.
Tahap pengumpulan data ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan
pengumpulan data, tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan
pra analisis. Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal
yang di peroleh dari lingkungan di luar perusahaan dan data internal yang
diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri. Model yang dapat digunakan pada
tahap ini yaitu :
1.
Matriks Faktor Strategi Eksternal
2.
Matriks Faktor Strategis Internal
3.
Matriks Profil Kompetitif (Rangkuti, 2003).
Besarnya
minat
masyarakat
terhadap
telur
ayam
menjadikan
berwirausaha telur ayam sangat menjanjikan. Ini dibuktikan oleh Bapak Daryoto,
yang merintis peternakan ayam petelur mulai pada tahun 2001 dengan membeli
lahan, lalu pada tahun 2003 beliau memulai membangun kandang, pada tahun
2003 sampai 2006 sebelum mendirikan peternakan ayam petelur putra dari Bapak
Daryoto yaitu Bapak Kukuh Supriyadi mencari pengalaman terlebih dahulu
dengan bekerja di peternakan ayam diluar kota seperti di Kalimantan dan Jawa
Barat. Akhirnya pada bulan Agustus 2007 mulailah perternakan ayam ini
beroperasi dengan nama peternakan Mutiara Farm dengan jumlah ayam petelur
yang dimiliki sebanyak 270 ekor.
Analisa Pasar
10
dapat
ditentukan
oleh
ketepatan
strategi
pemasaran
yang
11
perusahaan. Hal ini dirasa sudah cukup untuk memasok seluruh telur yang
2.
telah dihasilkan.
Segmentasi berdasarkan demografik
Telur merupakan bahan pangan yang memiliki kandungan gizi protein
didalamnya, selain itu juga memiliki harga yang bisa dijangkau oleh seluruh
kalangan masyarakat. Telur juga cukup banyak diminati dan disukai
masyarakat baik kalangan anak-anak ataupun dewasa. Pemilihan tempat
untuk memasok di warung-warung sekitar perusahaan akan membuat
3.
12
Dalam analisa pasar tentu ada saat-saat dimana telur sedang mengalami
permintaan yang tinggi ataupun rendah. Pada kondisi dimana kebutuhan
permintaan akan telur tinggi, maka Perusahaan Mutiara Farm akan memasok
ayam di kandang lebih banyak. Ini bertujuan untuk memenuhi permintaan yang
ada, namun apabila telur yang dihasilkan belum mencukupi permintaan dari
konsumen maka Perusahaan Mutiara Farm akan membeli telur dari peternak
ayam petelur yang lebih besar dalam jumlah yang besar. Hal tersebut dilakukan
oleh perusahaan karena ingin tetap menjaga kepercayaan pelanggan dan bisa
memenuhi permintaan dari pelanggan. Tentunya perusahaan juga memperoleh
keuntungan dari pembelian kepada peternak ayam petelur yang lain.
C.
bahan
baku
dapat
meminimalkan
biaya
transportasi
13
lokasi perusahaan jauh dari tempat bahan baku, maka akan semakin besar
biaya transportasi bahan baku yang harus dikeluarkan.
Untuk itu, penentuan lokasi usaha sangat berpengaruh terhadap
perkembangan bisnis karena semakin strategis lokasi usaha, semakin besar
pendapatan yang diperoleh perusahaan dan begitupun sebaliknya, semakin
tidak strategisnya lokasi perusahaan, maka akan memberikan dampak yang
negatif untuk perusahaan seperti menambahnya pengeluaran-pengeluaran
perusahaan. Apabila perusahaan tepat dalam menentukan lokasinya, tentu
hal tersebut akan memberikan dampak positif bagi perusahaan itu sendiri
seperti meningkatnya pendapatan perusahaan.. Namun, jika perusahaan
salah dalam menentukan lokasinya, hal tersebut justru akan memberikan
dampak yang negatif seperti rendahnya daya jual perusahaan, menurunnya
pendapatan perusahaan, bahkan yang lebih parah perusahaan tersebut bisa
mengalami kegagalan dalam bisnisnya.
Perusahanaan peternak ayam petelur Mutiara Farm menggunakan
penentuan lokasi usaha berdasarkan kedekatan dengan tempat tinggal
pemilik. Selain itu, faktor kedekatan lokasi usaha dengan penduduk
perumahan
kalangan
menengah
keatas
yang
notabene
banyak
14
satu hari yaitu sekitar 10 peti dengan 40 butir telur untuk satu peti.
Penentuan luas produksi atau skala operasi
Luas produksi adalah kapasitas yang digunakan oleh perusahaan
dalam suatu periode tertentu, dapat diukur dengan kapasitas mesin,
penyerapan bahan baku, jumlah tenaga kerja, jumlah jam kerja, jumlah jam
mesin dan unit keluaran. Ada beberapa akibat yang bisa di timbulkan oleh
penentuan luas produksi seperti luas produksi yang terlalu besar berakibat
biaya yang besar dan investasi yang besar pula, sedangkan luas produksi
yang terlalu kecil berakibat tidak dapatnya perusahaan memenuhi
permintaan pasar, Oleh karena itu luas produksi harus direncanakan dan
diperhitungkan dengan cermat, karena berdampak pada pencapaian laba
maksimal suatu perusahaan.
Faktor-faktor yang menentukan luas produksi suatu perusahaan, yaitu
sumber daya yang akan dipergunakan untuk memproduksi produk. Sumber
daya tersebut adalah bahan mentah, bahan pembantu, mesin-mesin dan
peralatan lain, tenaga kerja, modal serta tanah untuk lokasi perusahaan.
15
16
4.
g.
Penghematan-penghematan biaya.
Pemilihan teknologi
Teknologi merupakan penerapan ilmu pengetahuan (kombinasi
teknik ilmiah dan material) untuk memenuhi tujuan atau memecahkan suatu
masalah. Semakin bertambah majunya zaman maka semakin maju pula
teknologi di kalangan masyarakat. Dimulai dari teknologi yang sederhana
hingga teknologi yang rumit. Tehnologi yang digunakan pada Mutiara
Farm yaitu kandang yang menggunakan model kandang baterai. Kandang
ayam tipe petelur berbentuk baterai dimana kandang dibuat bertingkat
antara 3-4 tingkat dengan tiap blok di isi satu ekor ayam dan alasnya dibuat
miring agar nanti ayam yang betelur, telurnya langsung turun ke depan
sehingga telur tidak terinjak-injak.
D.
1.
Biaya
Secara luas biaya didefinisikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi
dalam satuan moneter untuk tujuan tertentu yang tidak dapat lagi dihindari,
baik yang telah terjadi maupun yang akan terjadi. Berdasarkan perilaku,
biaya diklasifikasikan menjadi 2 yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
Berikut rincian biaya usaha ternak ayam petelur di Mutiara Farm:
Tabel 1. Biaya Usaha Ternak Ayam Petelur di Mutiara Farm
Biaya Tetap
(Rp)
Timbangan Besar
Timbangan Kecil
Gilingan Jagung
Peti
Gudang
Tanah/ubin
PBB
Biaya Variabel
(Rp)
2.650.000
2.350.000
5.000.000
4.000
35.000.000
1.000.000
2.500.000
17
Tahun 2010
(Rp)
1.564.798,5
1.387.651,5
5.000.000
4.000
20.667.150
590.490
1.476.225
@270 ayam
(Rp)
Tahun 2015
(Rp)
2.650.000
2.350.000
5.000.000
4.000
35.000.000
1.000.000
2.500.000
@2500 ayam
(Rp)
42.900
80.000
50.000
7.000
50.000
1.000.000
15.000
11.583.000
107.250.000
21.600.000
354.294
1.508.701,95
295.245
14.171.760
106.288,2
200.000.000
600.000
2.555.000
500.000
24.000.000
180.000
Benefit (Pendapatan)
Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan
yang dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan
jasa (fees), bunga, dividen, royalti dan sewa. Bisnis ayam petelur ini
menghasilkan dua macam pendapatan, yaitu pendapatan dari penjualan telur
dan pendapatan dari penjualan ayam afkir. Berikut data pendapatan telur dan
ayam afkir:
a.
Telur
Tabel 2. Data Pendapatan Telur di Mutiara Farm
b.
Tahun
Jumlah Telur
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Harga
(Rp/kg)
11.220
12.466
13.851
15.390
17.100
19.000
Total
(Rp)
35.383.392
364.007.200
404.449.200
449.388.000
499.320.000
554.800.000
Ayam Afkir
Tabel 3. Data Pendapatan Ayam Afkir di Mutiara Farm
Tahun
Jumlah ayam
2010
2011
2012
2013
2014
2015
270
2500
2500
2500
2500
2500
18
Harga
(Rp/ekor)
9.448
10.498
11.664
12.960
14.400
16.000
Total
(Rp)
5.101.920
52.490.000
58.320.000
64.800.000
72.000.000
80.000.000
3.
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
2015
a.
Benefit
Net B
DF
(Rp)
(Rp)
15%
40.485.312 (83.131.188)
1
416.497.200
96.243.636 0,87
462.769.200 106.931.907 0,76
514.188.000 118.813.230 0,66
571.320.000 132.014.700 0,57
634.800.000 146.683.000 0,50
Total
PV
DF
(Rp)
50%
(83.131.188)
1
83.731.963,32 0,67
81.268.249,32 0,44
78.416.731,8 0,30
75.248.379 0,20
73.341.500 0,13
PV
(Rp)
(83.131.188)
64.483.236,12
47.050.039,08
35.643.969
26.402.940
19.068.790
PP (Payback Period)
Tabel 5. Data Payback Period
Investasi
Procced tahun 1
Sisa
25.000.000
83.131.188
(53.131.188)
dikatakan layak.
NPV (Net Present Value)
= 308.875.635,4
Berdasarkan kriteria NPV, usaha ternak ayam petelur di Mutiara Farm
tersebut mampu menghasilkan nilai kini bersih selama enam tahun
dengan df 15% sebesar 308.875.635,4 sehingga usaha ternak ayam
c.
= i1 +
IRR
= 0,15 +
19
= 0,15 + 0,5423
= 0,6923
= 69 %
Berdasarkan perhitungan, dapat diketahui bahwa kemampuan usaha
ternak ayam petelur di Mutiara Farm untuk menghasilkan return
sebesar 69% (>15%) sehingga berdasarkan kriteria IRR, proyek
tersebut layak untuk dilaksanakan.
d.
Net B/C
Tabel 6. Perhitungan Net B/C
Net B
(83.131.188)
96.243.636
106.931.907
118.813.230
132.014.700
146.683.000
DF 15%
1
0,87
0,76
0,66
0,57
0,50
PV
(83.131.188)
83.731.963,32
81.268.249,32
78.416.731,8
75.248.379
73.341.500
= 3,7
Berdasarkan perhitungan, dapat diketahui bahwa nilai Net B/C ratio
dalam usaha ternak ayam petelur di Mutiara Farm dengan df 15%
adalah sebesar 3,7 (>1), artinya usaha ternak ayam petelur di Mutiara
e.
Cost
(Rp)
123.616.500
320.253.564
355.837.293
395.374.770
439.305.300
488.117.000
Benefit
(Rp)
40.485.312
416.497.200
462.769.200
514.188.000
571.320.000
634.800.000
20
DF
15%
1
0,87
0,76
0,66
0,57
0,50
PV Cost
PV Benefit
(Rp)
(Rp)
123.616.500
40.485.312
278.620.600,7
362.352.564
270.436.342,7 462.769.200,8
260.947.348,2
339.364.080
250.040.402,1
325.652.400
244.058.500
317.400.000
1.427.719.694 1.848.023.557
= 1,2
Berdasarkan hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa nilai Gross B/C
adalah sebesar 1,2 (>1), artinya usaha ternak ayam petelur di Mutiara
f.
= 2,4
Berdasarkan perhitungan, dapat diketahui nilai Provitability Index
adalah sebesar 2,4 (> 1), artinya usaha ternak ayam petelur di Mutiara
Farm layak dilaksanakan.
E.
Analisa Lingkungan
Persaingan dunia usaha dewasa ini tampak semakin meningkat, hal ini
menyebabkan manajemen setiap perusahaan mendapat tantangan untuk berusaha
secara kompetitif. Perusahaan yang ingin berhasil memperoleh laba serta bertahan
bertahun-tahun, tumbuh dan berkembang harus mampu mengelola usahanya
dengan menggunakan manajemen yang baik. Dalam menghadapi persaingan yang
semakin pesat, pemimpin perusahaan dituntut agar lebih cermat dan tepat dalam
menentukan strategi agar dapat memenangkan persaingan sehingga pada akhirnya
perusahaan dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.
21
1.
Faktor ekonomi
Faktor ekonomi mengacu pada sifat, cara dan arah dari perekonomian
dimana suatu perusahaan akan atau sedang berkompetisi. Indikator dari
kesehatan perekonomian suatu negara antara lain adalah tingkat inflasi,
tingkat suku bunga, defisit atau surplus perdagangan, tingkat tabungan
2.
22
etnis.
Faktor politik dan hukum
Faktor politik dan hukum mendefinisikan parameter-parameter hukum
dan bagaimana pengaturan perusahaan harus beroperasi. Kendala politik
diberlakukan terhadap perusahaan melalui keputusan perdagangan yang
wajar, program perpajakan, penentuan upah minimum, kebijakan polusi dan
harga serta banyak tindakan lainnya yang bertujuan untuk melindungi
karyawan, konsumen, masyarakat umum dan lingkungan. Beberapa
tindakan politik dan hokum juga didesain untuk member manfaat dan
melindungi perusahaan.
4.
Faktor teknologi
Kemajuan teknologi secara dramatis telah mengubah produk, jasa,
pasar, pemasok, distributor, pesaing, pelanggan, proses manufaktur, praktikpraktik pemasaran dan posisi persaingan. Kemajuan teknologi dapat
menciptakan pasar
23
F.
24
lebaran. Harga pakan yang tinggi juga dapat menjadi masalah dalam usaha ternak
ayam petelur di Mutiara Farm. Hal ini disebabkan karena harga pakan yang tinggi
akan menambah biaya produksi, sementara konsumen menginginkan harga telur
yang tetap. Harga pakan yang tinggi ini biasanya dipengaruhi oleh naiknya harga
bahan bakar minyak.
Resiko kematian ayam dalam usaha ternak ayam petelur di Mutiara Farm
tidak dapat dihindari. Untuk 100 ekor ayam, sedikitnya terdapat 5 sampai 10 ekor
ayam yang mati karena terkena penyakit maupun sudah afkir. Untuk mengurangi
resiko kematian ini, Mutiara Farm melakukan pencegahan dengan melakukan
vaksin sebanyak 15 kali pada ayam umur 13 18 minggu, selanjutnya pada umur
produktif dilanjutkan dengan revaksin. Pemberian vaksin akan menambah biaya
produksi pada ayam. Namun apabila ayam tidak diberi vaksin maka akan
meningkatkan resiko kematian pada ayam.
Resiko telur yang pecah juga sering dihadapi oleh usaha ternak ayam petelur
Mutiara Farm. Telur yang pecah biasanya terjadi pada proses pengangkutan yang
kurang hati-hati. Dalam satu peti ukuran 10 kg telur, biasanya terdapat sedikitnya
2 butir telur yang pecah. Namun, Mutia Farm melakukan strategi dengan cara
melebihkan telur pada saat penimbangan sehingga pada saat ada telur yang pecah
ketika sampai di tangan konsumen, maka timbangan tetap pada angka 10 kg.
Dengan memperhitungkan 2 butir telur yang pecah dalam satu peti, Mutiara Farm
masih terhitung untung namun apabila lebih dari 10 butir telur yang pecah dalam
satu peti maka Mutiara farm akan rugi.
25
IV.
KESIMPULAN
26
DAFTAR PUSTAKA
Hanani, N. 2003. Strategi Pembangunan Pertanian. Percetakan Pustaka Jogja
Mandiri. Bantul. Yogyakarta.
Husodo, S. 2004. Pertanian Mandiri. Penebar Swadaya. Jakarta.
Ibrahim, J. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Kadariah, L. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. FE UI. Jakarta.
Rahim, ABD. 2008. Pengantar Teori dan Kasus Ekonomika Pertanian. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Rangkuti, F. 2003. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia.
Jakarta.
Rismayani,. 2007. Analisis Usahatani DAN Pemasaran Hasil. USU Press. Medan.
Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Jakarta.
Soetriono. 2006. Daya Saing Pertanian Dalam Tinjauan Analisis. Bayumedia
Publishing. Malang.
Sukirno, S. 2005. Ekonomi Mikro Teori Pengantar. Penerbit Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
27
LAMPIRAN
28
29
30
31