Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Ekosistem merupakan suatu tatanan kesatuan secara utuh serta menyeluruh


antara unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi (unsur abiotik dan biotik).
Ekosistem terbagi menjadi 2 jenis yaitu ekosistem alami dan ekosistem buatan.

Ekosistem alami adalah ekosistem yang terjadi secara alami tanpa campur
tangan manusia, contohnya ekosistem laut dan ekosistem darat. Sedangkan ekosistem
buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi dari luar, tanaman, atau hewan
peliharaan didominasi pengaruh manusia, dan memiliki keanekaragaman rendah.
Contoh ekosistem buatan adalah peternakan ayam broiler di Desa Beji milik Bapak
Sugeng.

Ayam broiler adalah ayam tipe pedaging yang telah dikembangbiakan secara
khusus untuk pemasaran secara dini. Ayam pedaging ini biasanya dijual dengan bobot
rata-rata 1,4 kg tergantung pada efisiensinya perusahaan. Ayam broiler merupakan
jenis ayam jantan atau betina yang berumur 1-5 minggu yang dipelihara secara
intensif untuk mendapatkan produksi daging yang optimal. Ayam broiler dipasarkan
pada umur 1-5 minggu untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan permintaan
daging. Ayam broiler terutama unggas yang pertumbuhannya cepat pada fase hidup
awal, setelah itu pertumbuhan menurun dan akhirnya berhenti akibat pertumbuhan
jaringan yang membentuk tubuh. Ayam broiler mempunyai kelebihan dalam
pertumbuhan dibandingkan dengan jenis ayam peliharaan dalam klasifikasinya,
karena ayam broiler mempunyai kecepatan yang sangat tinggi dalam
pertumbuhannya.

Pada pemeliharaan ayam broiler secara komersial umumnya ayam diperoleh


dari penetasan dengan menggunakan mesin tetas. Oleh sebab itu dibutuhkan induk
buatan sebagai pengganti untuk melindungi anak ayam dari kondisi lingkungan yang
buruk. Dengan adanya induk buatan tersebut maka anak ayam akan dapat tumbuh
dengan baik sistem induk buatan inilah yang sering kita kenal dengan istilah broding.

1
Makalah ini berisi tentang sesuatu yang penting dalam ekosistem buatan,
contohnya peternakan yang dikelola oleh Bapak Sugeng di Desa Beji, Kecamatan
Kedung Banteng, Kabupaten Banyumas.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Subardi et al. (2009) menyatakan bahwa ekosistem adalah hubungan timbal balik
yang dibentuk oleh komponen-komponen makhluk hidup (biotik) dan makhluk tidak
hidup (abiotik). Semua komponen dari sebuah ekosistem bersama-sama membentuk
ekosistem yang seimbang. Komponen biotik adalah komponen yang meliputi semua
makhluk hidup yang ada di bumi, yaitu tumbuhan, hewan, manusia, dan
mikroorganisme. Sedangkan komponen abiotik adalah komponen tak hidup yang
berada di sekitar makhluk hidup.

Faktor biotik yang pertama adalah ayam broiler. El- Kabuamaini dan Ranuatmaja
(2008) menyatakan bahwa ayam ras pedaging disebut juga broiler yang merupakan
jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya
produktifitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya, ayam
broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an di mana pemegang
kekuasaan mencanangkan penggalakan konsumsi daging ruminansia. Pada saat itu
semakin sulit keberadaannya hingga kini, ayam broiler telah dikenal masyarakat
Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen,
dengan waktu pemeliharaan yang relitif singkat dan menguntungkan. Maka banyak
peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah
Indonesia.

Faktor biotik yang selanjutnya yaitu peternak (manusia). Anggit (2012)


menyatakan bahwa peternak adalah orang atau badan hukum dan buruh peternakan
yang mata pencahariannya sebagai atau seluruhnya bersumber kepada peternakan.
Dalam hal ini peternak (manusia) memiliki peran sebagai subjek cadangan, ternak
memiliki peran sebagai objek. Pada umumnya, seorang peternak harus mengetahui
tentang anatomi ayam broiler dan manajemen pemeliharaannya seperti : menghitung

2
modal usaha peternakan ayam broiler, menghitung kebutuhan sarana pemeliharaan
ayam broiler periode starter, menghitung kebutuhan sarana pemeliharaan ayam briler
periode pertumbuhan, pemanenan ayam broiler, menghitung laba atau rugi beternak
ayam boiler. Hal ini sangat penting diketahui oleh setiap peternak ayam broiler agar
dalam pemeliharaannya nanti dapat menjadi lebih mudah.

Susunan klasifikasi ayam broiler menurut Supranoto (2017) :

Kingdom : Animal (Binatang)

Phylum : Chordata(Binatang bertulang belakang)

Class : Aves (Burung)

Order : Galliformes(Burung dengan bulu pengait)

Family : Phasianidae (Burung berparuh dan berjalan di tanah)

Genus : Gallus (Ayam Hutan)

Species : Gallus domesticus (Ayam hutan yang dijinakkan)

Selanjutnya, strain ayam broiler menurut Supranoto (2017) ada bermacam-macam


yaitu : Kimber Chick, Cobb, Indian River, Jagerveld Chick, Jagerveld White
Leghoren (putih), Rosella Coklat Merah (FS betina), Putih Coklat (FS jantan),
Jagerveld Broiler Putih Kotor, Hubbard, Hubbard Golden Comet, Coklat Merah (Fs
Betina), Hubbard Broiler Putih Kotor, Lohman, Multibreeder, Bromo, CP
(Chaeroend Phokphand), Platinum.

Selain ayam broiler, peternak (manusia), dan klasifikasi ayam broiler, faktor
biotik lainnya yaitu penyakit. Penyakit pada ayam broiler dapat disebabkan oleh virus,
bakteri, jamur, protozoa, dan nutrisi. Narantaka (2012) menyatakan bahwa penyakit
pada ayam broiler yang disebabkan oleh virus sebagai berikut :

1. Tetelo (Newcastle Disease / ND)

3
ND merupakan penyakit yang disebabkan oleh virius ND yang termasuk ke
dalam family paramyxovirus. Menyerang semua jenis unggas baik yang masih liar
maupun yang sudah dibudidayakan oleh manusia, seperti halnya ayam broiler.
Ayam yang terserang penyakit ND memiliki tingkat kematian yang tinggi, padahal
ayam tidak memperlihatkan secara jelas adanya gangguan seperti pernafasan,
nervous, pergerakan leher memutar, namun ayam terlihat mati mendadak.
Cara untuk mengetahui ayam terkena ND atau tidaknya, maka dapat
dilakukan dengan tes laboratorium atau melihat gejala-gejala fisiknya. Tes
laboratorium tersebut meliputi hemoglutination test, virus isolation test, flurescent
antibody test. Sedangkan gejala-gelaja fisik yang dapat dilihat untuk ayam broiler
yang telah terserang penyakit ND adalah nafsu makan menurun, minum terus,
gemetar, berjalan mundur, berdiri tidak tegak, bersin/batuk/ngorok, berat badan
menurun drastis, sayap terkulai, lumpuh disertai kematian dan pergerakan leher
memutar.
Pengobatan pada penyakit ND hingga saat ini masih sulit dilakukan atau
belum dapat untuk diobati. Pengobatan yang sering dilakukan oleh dokter hewan
menggunakan antibiotic spectrum. Langkah atau upaya yang dapat dilakukan oleh
peternak ayam terhadap terjangkitnya penyakit ND pada ayam peliharaannya adalah
dengan cara-cara, seperti memisahkan ayam yang sakit dari ayam yang sehat, selalu
menjaga kebersihan kandang, melakukan penyemprotan kandang yang diberi obat
(biocid), dapat pula ditempuh dengan memberikan vaksin ND.
2. Infectious Bursal Disease (IBD) atau Gumboro
Gumboro merupakan penyakit akut yang dapat menyebabkan kematian pada
ayam hingga mencapai 30% dari total ayam yang dipelihara dalam kandang.
Penyakit gumboro ditimbulkan oleh virus dari family birnaviridae. Virus gumboro
bersifat stabil dan dapat bertahan hidup samapi beberapa bulan.
Tanda atau gejala untuk ayam terserang penyakit gumboro adalah terjadinya
diare berwarna putih, tingkah laku ayam sering mematuk-matuk dubur, mengantuk,
timbul pembengkakan dibagian bursa fabricius (2-3 kali lebih besar dari normal)
dan terjadi penurunan tingkat kekebalan. Bursa Fabricius adalah organ yang
berfungsi sebagai sistem imunitas, pembesaran organ ini menunjukan ayam tidak
bisa menangkal penyakit dari luar lagi terutama penyakit gumboro.
Penyebaran gumboro dapat melalui kontak langsung antara ayam yang
menderita sakit gumboro tersebut dengan ayam yang sehat. Selain itu, dapat pula

4
melalui kontak langsung antara manusia yang membawa virus gumboro dengan
ayam yang sehat. Virus tersebut dibawa dari peternakan ayam ditempat lain yang
kebetulan sedang mewabah penyakit gumboro. Penyebaran virus gumboro dapat
pula berasal dari peralatan tercemar yang digunakan pada saat pemeliharaan. Oleh
karena itu, peralatan sebelum digunakan perlu di desinfektan sebelum digunakan
dan ayam yang dipeliharapun perlu divaksin gumboro, karena virus gumboro dapat
bertahan hidup hingga beberapa bulan dan bersifat stabil. Sehingga kandang dan
peralatan tersebut harus benar-benar steril dari segala bentuk bibit penyakit.
Pengobatan terhadap ayam yang terserang penyakit ini masih sulit dilakukan.
Sejauh ini belum ada obat yang efektif untuk memberantas virus gumboro yang
sudah telanjur menyerang pada ayam. Usaha efektif yang dapat dilakukan yakni
dengan pencegahan agar virus gumboro tidak sampai menyerang ayam broiler yang
dipelihara dalam kandang yakni dengan vaksinasi. Tetapi cara inipun masih dapat
menyebabkan kerusakan pada ayam yakni turunnya sistem kekebalan tubuh. Hal ini
karena strain vaksin yang digunakan tidak sama dengan strain penyakit gumboro
yang umum menyerang ayam.
3. Infectious Bronchitis (IB)
IB merupakan jenis penyakit ayam bersifat akut. Penyakit IB disebabkan
oleh coronavirus. Gejala yang tampak pada ayam terserang penyakit IB yakni,
ayam mengalami gangguan pernafasan, batuk, nafas terengah-engah, bersin, mata
berair, dan ayam kelihatan lemah. Tanda-tanda lainnya adalah ayam kelihatan
depresi, bergerombol dekat pemanas, terdapat lendir didalam hidung, rongga sinus,
trakea, dan bronki. Infeksi IB yang parah dapat menyebabkan pendarahan hebat
pada bagian ovarium ayam.
Penyebaran IB sangat cepat hingga dapat menyebabkan tingkat kematian
pada ayam yang terjangkit sebesar 50-60%. Penyebarannya melalui kontak
langsung antara ayam yang sakit dengan ayam yang sehat, melalui udara, orang,
burung, peralatan dan pakan. Sejauh ini belum ada obat yang efektif untuk
menyembuhkan penyakit IB pada ayam. Pengobatan dengan antibiotic bersifat
sebagai pencegah terhadap penyakit ikutan. Langkah nyata yang dapat dilakukan
untuk mencegah terjangkitnya penyakit IB pada ayam yakni dengan vaksinasi.
Penggunaan vaksinasi perlu disesuaikan dengan umur dan tipe ayam, yang dapat
diberikan melalui hidung, tetes mata, air minum, dan semprot.
4. Cacar ayam ( Fowl Pox)

5
Cacar ayam disebabkan oleh virus borrelota avium. Penyakit ini dapat
menyerang ayam dalam semua umur dan menyebarnya secara perlahan-lahan.
Dengan demikian sebetulnya penyebaran penyakit ini bisa dideteksi yaitu dengan
cara melihat tanda atau gejala yang diperlihatkan oleh ayam yang terserang
penyakit ini, diantaranya: pada saat gejala awal timbul bintil-bintil berwarna
merah,membesar, kuning dan kemudian matang berwarna hitam. Atau pada kulit
yang tidak ditumbuhi bulu terjadi luka (keropeng) seperti pada bagian jengger, pial,
cuping telinga dan kelopak mata.
Penyakit cacar pada ayam dikenal dengan dua jenis, yang pertama yaitu jenis
Cutaneous Type (dry pox) merupakan penyakit cacar pada ayam yang bentuknya
luka keropeng didaerah jengger, pial, sekitar mata, dan lubang telinga. Sedangkan
yang kedua yaitu jenis Dophtheritic Type ( wet pox) merupakan penyakit yang
menyerang daerah dalam yang permukaannya basah, seperti di daerah mulut, lidah,
tenggorokan, saluran hidung, dan kadang-kadang di daerah tembolok.
Penyebaran atau penularannya dapat terjadi didalam kandang yang
kotor/berdebu/lembab, kurang penyinaran, sirkulasi udara tidak lancar, keadaan
sanitasi kandang yang buruk, terjadi kontak langsung dengan ayam yang sakit, dan
melalui perantara hewan seperti nyamuk, kecoa, lalat, indukan ayam broiler yang
terinfeksi, dan melalui manusia ( operator kandang) itu sendiri.
Pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak terjangkit penyakit cacar pada
ayam broiler yang sedang dipelihara dalam kandang antara lain dengan melakukan
vaksinasi. Tindakan vaksinasi menggunakan jarum bermata dua yang sebelumnya
dicelupkan kedalam vaksin fowl pox, hal ini sangat penting untuk mencegah
penularan virus cacar pada ayam. Tindakan yang lain yaitu memisahkan ayam yang
sakit kedalam kandang yang telah disemprot menggunakan biocid selain itu
melakukan penjemuran dan penyemprotan peralatan menggunakan jodophor.
Tindakan pengobatan yang dapat dilakukan yaitu dengan membersihkan luka
menggunakan alkohol 70 %, kemudian diolesi obat luar seperti methyline blue, anti
sep, dan neo blue.
5. Avian Influenza ( AI)
Avian Influenza (AI) atau flu burung merupakan jenis penyakit yang amat
mengancam kelangsungan hidup ayam. Tidak hanya dikenal di lingkungan
peternakan ayam, masyarakat umum bahkan juga sangat familiar dengan flu
burung. Penyakit flu burung ini disebabkan oleh virus kelompok orthomyxovirus

6
tipe A. Masa inkubasi penyakit flu burung ini bisa beberapa jam hingga 14 hari
tergantung jumlah virus yang menginfeksi, tingkat keganasan virus dan spesies
yang terinfeksi.
Jika ayam terinfeksi virus flu burung tersebut, maka ayam akan terganggu
sistem pernapasannya atau sistem sarafnya. Tingkat kematian ayam yang terkena
penyakit flu burung ini mencapai 100% atau keseluruhan populasi. Gejala awal
pada ayam yang terinfeksi flu burung ini yaitu ayam mengalami batuk-batuk,
bersin, mata berair, jengger tampak layu, serta dibagian kaki,kepala, dan cuping
terlihat bercak akibat terjadinya pendarahan pada jaringan kulit.
Penyebaran virus flu burung dapat melalui udara, air, pakan, peralatan,
kendaraan, karyawan, atau burung liar yang telah tekontaminasi virus flu burung.
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah agar ayam tidak terjangkit virus flu
burung adalah dengan menerapkan standar keamanan dalam kaitannya dengan
penyakit, yang lebih dikenal dengan istilah biosecurity/sanitasi. Biosekurity adalah
tindakan pencegahan agar penyakit tidak dapat menyerang kedalam area
peternakan. Prinsip dasar biosekuriti adalah menjaga kebersihan dalam segalanya.
Pengobatan untuk flu burung sejauh ini belum ada, sehingga pencegahan dan
penanganan yang responsive menjadi perhatian utama bagi setiap peternak ayam
broiler.

Selanjutnya, Suwanto (2012) menyatakan bahwa penyakit ayam broiler yang


disebabkan oleh bakteri sebagai berikut :

1. Pullorum Disease

Pullorum Disease disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum yang dapat


menyebabkan ayam diare menjadi berwarna putih dengan tingkat kematian yang
tinggi, pada ayam berumur kurang dari 4 minggu. Ayam muda akan terlihat lesu,
lemah, mengantuk, anorexia ( sulit bernafas) dan mengalami diare berwarna putih
berpasta disekitar dubur. Tingkat kematian tinggi hingga mencapai 100%.
Penyebaran berak kapur antara lain melalui kotoran yang menginfeksi telur
tetas, patukan kanibalisme, dan peralatan yang terkontaminasi. Pencegahan
dilakukan sejak pembibitan, sedangkan pengobatan dilakukan dengan pemberian
furazolidane untuk menekan angka kematian.

2. Infectious Coryza ( snot)

7
Snot merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Hemophilus
paragalinarum yang dapat menyerang ayam dalam jangka waktu lama jika terjadi
komplikasi dengan penyakit lainnya seperti CRD. Penyakit snot berdampak pada
gangguan saluran pernafasan. Serangan biasanya muncul pada saat pergantian
musim yang ditularkan melalui kontak langsung dengan ayam sakit, pakan, air
minum, peralatan, pekerja kandang, dan udara. Gejalanya terlihat ayam sering
menggelengkan kepala untuk membebaskan sumbatan exudate pada lubang hidung,
terjadi pembengkakan didaerah sekitar mata, terjadi radang disaluran pernapasan
dan nafasnya bersuara. Snot dapat dicegah dengan sanitasi kandang menggunakan
ammonia kadar 20% yang disemprotkan, pembenahan sirkulasi kandang, dan
pembasmian bakteri menggunakan desinfektan atau antibiotic yang terdiri dari
spectinomycin, furoxone, neomycin, dan tetracycline.

Pencegahan lain yang bisa dilakukan agar ayam tidak terkena snot yaItu
dengan melakukan vaksinasi menggunakan bakteri untuk meningkatkan kekebalan
tubuh ayam. Pencegahan lebih sederhananya adalah dengan cara memisahkan ayam
yang terlanjur terkena snot ke kandang karantina yang telah di suci hamakan. Snot
dapat diobati dengan menggunakan antibiotic melalui pakan dan air minum. Selain
antibiotic, snot juga dapat diobati menggunakan streptomycin,erythromycin dan
tylosin tartrate.

Selanjutnya, Narantaka (2012) menyatakan bahwa penyakit pada ayam broiler


yang disebabkan oleh jamur adalah sebagai berikut :
1. Sesak napas (aspergillosis atau brooder pneumonia)
Sesak napas disebabkan oleh jamur Aspergilosis fumigatus yang menular
melalui lantai berdebu, tempat pakan dan minum berlumut, sisa pakan dan kotoran
busuk, sirkulasi buruk, dan udara kotor di luar kandang.
2. Mycoplasma Gallisepticum Infection (MG) atau CRD
Penyakit ini menyerang ayam secara perlahan dan berlangsung cukup
lama.Penyebaran melalui telor tetas, udara tapi jangkauan pendek sehingga hanya
bisa menulari antar kandang atau antar pen, juga bisa melalui pakan, peralatan,
pakaian, kendaraan, serta ayam yang terinfeksi.
Berikutnya, Suwonto (2012) menyatakan bahwa penyakit pada ayam broiler
yang disebabkan oleh protozoa adalah sebagai berikut :
1. Berak Darah atau Koksi (Coccidiosis)

8
Koksi disebabkan oleh protozoa Genus eimeria yang menyerang ayam umur
4-14 minggu dan mengakibatkan diare, enteritis, dan kotorannya bercampur darah.
Parasit masuk ke tubuh ayam melalui makanan dan minuman, parasit tersebut
menginfeksi melalui kandang, peralatan, pakan, dan air minum yang kurang bersih.
Gejala dari serangan penyakit berak darah adalah kotoran berdarah serta
berlendir, saya terkulai, lesu, napsu makan berkurang, ayam terlihat sering
mengantuk dan menggigil kedinginan. Ayam yang terserang berak darah dapat
diobati menggunakan baycox dengan dosis 50 ppm atau tetra chlorine, amprolium
noxal, atau trisulfa. Penggunaan kapsul dapat dengan cara mencangar ayam agar
dapat menahanya sedangkan penggunaan sulfa quinoxalin melalui air minum ayam.
Kemudian yang terakhir Narantaka (2012) menyatakan bahwa penyakit pada
ayam broiler yang disebabkan oleh nutrisi adalah sebagai berikut :
1. Perosis
Perosis adalah keadaan saat ayam kekurangan mangan, kolin, biotin, asam
folik, niacin atau pyrodoxine. Gejala sukar dideteksi dan baru diketahui ketika
terjadi salah posisi kaki disertai pembengkakan. Pencegahannya sulit dilakukan
karena berhubungan dengan pakan dari pabrik sehingga bisa dikatakan ada
kesalahan formula pakan.

Faktor lain yang memengaruhinya yaitu faktor abiotik. Dalam hal ini faktor
abiotik berperan sebagai faktor penunjang pemeliharaan ayam broiler. Faktor ini
terdiri dari:

1. Tempat pakan dan perlengkapannya

Setyono (2011) menyatakan bahwa terdapat berbagai macam tempat pakan


bagi ayam ras pedaging (broiler). Tempat pakan manual yang banyak digunakan
peternak, yaitu bentuk memanjang (long feeder) dengan standar ukuran 20
ekor/meter atau bentuk bundar (round feeder) untuk 50 ekor/meter. Tempat pakan
ayam broiler ada beberapa bentuk sebagi berikut:

a. Nampan atau baki

Khusus untuk pemeliharaan ayam berumur 1 hari (DOC) sampai 1 minggu


menggunakan tempat pakan nampan (tray feeder) dengan standar 100
ekor/nampan. Kelemahan tempat pakan ini, yaitu perlu dikontrol setiap saat agar

9
pakan yang ada di nampan jangan sampai kehabisan dan pakan mudah berceceran
ke atas kandang karena dikorek-korek oleh ayam.

b. Tempat pakan gantung (hanging feeder)

Seperti namanya, tempat pakan ini digantung. Untuk menggantungnya


diperlukan bambu//kayu dan tambang plastik. Kapasitas tempat pakan ini
bervariasi, yaitu 5 kg dan 10 kg.

2. Tempat air minum

Setyono (2011) menyatakan bahwa menyediakan air minum yang


bersih,dingin,cukup dan kontinu merupakan salah satu keberhasilan budidaya ayam
broiler. Tanpa ketersediaan air yang cukup bagi kebutuhan ayam, konsumsi pakan
akan menurun sehingga performa ayam tidak bisa optimal.

Seperti halnya pada tempat pakan model tempat minum juga terdiri dari model
memanjang dan bundar. Standar kebutuhan tempat minum sekitar 1 cm per 1 ekor
ayam. Umumnya, pemasangan tempat air minum digantung dengan ketinggian
sama dengan tinggi punggung ayam saat bediri. Pemilihan tempat air minum yang
digunakan tergantung pada desain kandang ( sistem terbuka dan tertutup) dan dana
yang tersedia. Tempat air minum sistem terbuka seperti talang memanjang, galon
manual, dan galon otomatis lebih murah dibandingkan dengan sistem tertutup
seperti niple. namun, air minum di tempat tersebut mudah terkontaminasi oleh
bahan litter yang terbawa di paruh ayam. Kontaminasi akan lebih berbahaya jika
litter juga terkontaminasi oleh bibit penyakit, seperti Escherichia colli dan Eimeria
sp.

Tabel 1. Hubungan Antara Suhu Udara Ambien dengan Rasio Air Minum dan Pakan

Suhu ( ℃ atau °F) Rasio Air Minum dan Pakan

4 ℃ / 9°F 1,7 : 1

20 ℃ / 68 °F 2,1 : 1

26 ℃ / 79 °F 2,5 : 1

37 ℃ / 99 °F 5 :1

Sumber : Setyono, 2011.

10
3. Pemanas

Setyono (2011) menyatakan bahwa anak ayam yang baru ditetaskan belum
mempunyai kemampuan untuk mengatur suhu tubuhnya. Hal ini terjadi karena
sistem pengaturan suhu tubuh internal ( homeostatis ) anak ayam belum
berkembang sempurna hingga umurnya mencapai 14 hari. Oleh karena itu, pada
periode tersebut perlu disediakan pemanas buatan yang disebut indukan ( brooder ).
Kisaran suhu indukan yang baik tergantung pada jenis bahan indukan. Suhu yang
disarankan pada saat periode indukan adalah 35℃ ( 90°F ) pada hari pertama dan
menurun sekitar 2,8℃ ( 5°F ) per minggu, kemudian mencapai 21℃ ( 70 °F ) pada
umur 5 minggu hingga panen. Terdapat 2 metode pemanas buatan, yaitu pemanas
setempat ( spot brooding ) dan pemanasan seluruh kandang ( whole house
brooding ).

4. Chick guard

Tjokrosaptono (2013) menyatakan bahwa chick guard merupakan area pemanas


yang dibatasi dengan seng, boks, atau triplek. Tujuan pembatas ini adalah untuk
mengoptimalkan pemanasan dan memantulkan udara hangat dari pemanas tersebar.
Adanya chick guard ini juga membuat kondisi di sekitar indukan menjadi lebih
hangat.

5. Alat-alat rutin

El- Kabumaini dan Ranuatmaja (2008) menyatakan bahwa alat-alat rutin


termasuk alat kesehatan ayam seperti : suntikan, gunting operasi, pisau potong
operasi kecil, lampu, termometer, kipas angin, timbangan, sekop, sepatu boot, sapu
lidi, karung, koran, dan lain-lain.

6. Kandang

Setyono (2011) menyatakan bahwa secara umum terdapat dua tipe kandang
yang biasa digunakan oleh para peternak ayam ras pedaging (broiler) yaitu tipe
postal (litter) dan tipe panggung. Selain itu, tipe kombinasi juga banyak
dikembangkan.

a. Kandang Postal (litter)

11
Kandang postal adalah kandang yang berlantai rapat seperti lantai tanah atau
semen. Alas pada kandang postal ditaburi bahan organik (litter) seperti sekam padi,
serbuk gergaji, potongan jerami, pasir, serutan kayu, rumput kering, atau bahan lain
yang memiliki daya serap tinggi, tidak berbau, dan tidak menimbulkan debu. Pada
saat ini, sebagian besar peternak, menggunkan tipe postal karena biaya
pembuatannya relatif lebih murah dan dapat mengurangi kaki lecet pada ayam.

b. Kandang Panggung

Kandang panggung adalah kandang yang dibuat dengan sistem kolong sehingga
lantai kandang renggang (slat). Tinggi kolong sekitar 0,5-1,5 dari tanah. Kandang
panggung banyak digunakan oleh peternak plasma yang bermitra dengan
perusahaan yang menggunakan kandang panggung sebagai standar produksiya.
Lantai kandang panggung dapat terbuat dari bambu atau kayu yang di atur dengan
jarak tertentu sehingga kaki ayam tidak terperosok dan kotoran ayam dapat
langsung jatuh ke bawah kolong kandang.

c. Kandang Postal Modifikasi (semi postal)

Kandang jenis ini sebenarnya adalah kandang panggung yang lantai


renggangnya ditutup dengan terpal atau bahan lain. Kemudian di atasnya di taburi
bahan alas kandang (litter). Kandang semi postal memiliki beberapa kelebihan,
yaitu dapat mencegah terjadinya lecet pada kaki ayam, pembersihan kotoran
cenderung lebih mudah, dan litter masih bisa berfungsi sebagai vitamin B12 untuk
ayam. Selain memiliki kelebihan, kandang semi postal juga memiliki beberapa
kelemahan, yaitu biaya relatif lebih mahal, sirkulasi udara sering terhambat, rentan
terhadap serangan hama dan penyakit terutama cacing.

7. Struktur Kandang
Nuroso (2009) menyatakan bahwa struktur kandang secara umum terdiri atas
tiga bagian yaitu atap, dinding, dan lantai. Struktur kandang ini diupayakan untuk
menekan keadaan lingkungan yang kurang baik bagi ayam dan kondisi di dalam
lantai.

8. Vaksinasi

12
Suwanto (2012) menyatakan bahwa vaksinasi adalah suatu cara memasukan
bibit penyakit tertentu yang telah dilemahkan ke dalam tubuh ayam. Tujuan dari
vaksinasi adalah menumbuhkan kekebalan tubuh untuk melawan penyakit tertentu.
1. Jenis vaksin
Vaksin digolongkan menjadi vaksin aktif (live virus) dan vaksin inaktif (killed
virus). Vaksin aktif adalah vaksin yang mengandung virus hidup yang telah
dilemahkan. Timbulnya kekebalan dari vaksin ini relatif lebih singkat yaitu sekitar
tiga hari dengan lama kekebalan dua minggu. Contoh vaksin aktif adalah vaksin
gumboro, ND lasota, IBD Blend.
Vaksin inaktif merupakan vaksin yang berisi virus yang telah dilemahkan dan
dicampur seperti bahan stabilisator. Vaksin ini relatif lambat dengan capaian
kekebalan sekitar dua minggu, namun memiliki lama kekebalan bisa mencapai tiga
bulan. Contoh vaksin ini adalah medivac dan vaksipest. Kebanyakan vaksin untuk
ayam berbentuk vaksin aktif.
2. Cara pemberian vaksin
Untuk melakukan vaksinasi pada ayam dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu tetes mata, air minum, atau suntik. Vaksin aktif biasa diberikan melalui tetes
mata dan air minum, sedangkan vaksin inaktif diberikan dengan suntik. Pemberian
vaksin sebaiknya diberikan pada pagi hari, karena waktu pemberiannya tidak boleh
terkena sinar matahari secara langsung, namun dapat diberikan di tempat yang
terang dan harus dilakukan secara cepat dan tepat.
Bila dibutuhkan penyampuran atau pelarut pada vaksin, lakukan dengan tepat
dan terkontrol. Vaksin yang telah disiapkan harus segera digunakan. Vaksin yang
telah dicampur namun belum digunakan sebaiknya dimasukkan ke dalam termos
es.
3. Penanganan vaksin
Beberapa tindakan yang dilakukan dalam penangan vaksin yaitu :
a. Penyimpanan vaksin
Penyimpanan vaksin merupakan upaya untuk meminimalkan kegagalan
dalam kegiatan vaksinasi sehingga perlakuan pada penyimpanan harus tertangani
dengan baik. Cara yang paling mudah adalah menyimpannya dalam lemari es
dengan suhu 2-7℃.

13
b. Pengangkutan vaksin
Untuk mempertahankan kualitas vaksin selama dalam rantai angkut hingga
sampai dalam kegiatan pemvaksinan, penanganan harus dilakukan sebaik
mungkin. Pengangkutan vaksin membutuhkan suhu dingin maka minimal harus
disedikan termos yang diisi pecahan es batu, lalu masukan vaksin tersebut
kedalam termos dintara pecahan es. Tutup termos dengan rapat, bila perlu tutup
sambungan termos dengan lakban agar suhu dinginnya lebih terjaga.
9. Pakan
Wihandoyo (2008) menyatakan bawa pakan adalah campuran berbagai
macam bahan organik dan anorganik yang diberikan kepada ternak untuk
memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan,
perkembangan dan reproduksi. Agar pertumbuhan dan reproduksi maksimal jumlah
dan kandungan zat-zat makanan yang diperlukan ternak harus memadai.
Pemberian pakan pada periode starter menggunakan pakan dengan
kandungan protein 21%. Kandungan protein tinggi ditujukan untuk memecu
pertumbuhan ayam yang optimal pada periode awal. Pakan pada periode finisher
menggunakan pakan dengan kandungan protein minimal 19%. Hal ini bertujuan
untuk efisiensi pakan, karena pada periode ini laju pertumbuhan sudah mulai
menurun. Penggantian pakan dilakukan secara bertahap dari pakan starter :finisher,
75% : 25% :50% : 25% : 75%, finisher total.
Cahyono (2011) menyatakan bahwa bahan pakan yang mengandung protein
baik diantaranya tepung ikan, tepung cacing, tepung darah, tepung bekicot, tepung
daging, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, bungkil kedelai, kacang kedelai, dan
kacang hijau. Sedangkan menurut Indarto (2010) pakan ayam bisa berbentuk tepung
(mash), butiran remah (crumble), dan butiran panjan (pelet).
10. Air Minum
Tamalludin (2012) menyatakan bahwa air berperan sebagai pengangkut zat
nutrisi dan sisa metabolisme, mempermudah proses pencernaan, pengaturan suhu
tubuh, melindungi sistem saraf dan melumasi persendian. Konsumsi air minum
akan meningkatkan apabila temperatur di dalam kandang panas. Hal ini sesuai
dengan pendapat Nurcolis et al (2009) menyatakan bahwa pemberian air minum
dilakukan secara adlibitum dengan tujuan agar ayam tidak mengalami dehidrasi. Air
sangat dibutuhkan oleh tubuh ternak, karena air sangat bagus untuk berjalannya

14
fungsi tubuh yang normal, sekaligus transportasi zat gizi serta sisa-sisa pembakaran
dalam tubuh.
11. Biosecurity
Leeseon (2009) menyatakan bahwa biosecurity adalah pendekatan akal sehat
untuk mengurangi pelua ng agen infeksius bersentuhan dengan peternak. Oleh
karena itu, tingkat biosecurity yang diperlukan dipengaruhi oleh potensi tantangan
penyakit disetiap wilayah produksi. Sebuah program biosecurity dimaksudkan
untuk membatasi rute potensial infeksi untuk peternak kawanan, dan menurut
urutan kepentingannya, ini adalah: unggas lainnya, hewan lain, orang, peralatan
pertanian, dan kendaraan. Namun itu harus disadari bahwa bahkan dengan sistem
biosecurity paling luas, disana tidak pernah ada jaminan mutlak bahwa peternak
tidak akan terinfeksi. Derajat biosecurity yang berbeda akan memberikan derajat
yang bervariasi perlindungan bagi peternak.

15
BAB III

PEMBAHASAN

Ayam broiler yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-
bangsa ayam yang memiliki daya produktifitas tinggi, terutama dalam memproduksi
daging ayam dan telah memasyarakat karena sudah banyak diternakan sejak zaman
dahulu. Ayam broiler diternakan sebagai usaha sampingan saja, seperti yang yang
dilakukan oleh bapak Sugeng di Desa Beji Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten
Banyumas. Peternakan ayam broiler pak Sugeng bekerja sama dengan suatu
perusahaan, baik perusahaan itu besifat mandiri maupun kepanjangan dari
perusahaan besar (anak perusahaan/intergation) yang disebut dengan peternakan
kemitraan.

Pemilik hanya menyediakan kandang beserta kelengkapannya (tempat pakan,


tempat minum, air minum, gasolek, listrik, kipas angin,dan alat- alat rutin), tentu saja
harus sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan yang bertindak
sebagaipihak pertama. Sedangkan perusahaan bertanggung jawab menyediakan bibit,
pakan, serta obat-obatan untuk jangka waktu sampai ayam itu bisa dipasarkan,
biasanya samapi umur 35 hari.

Pemilik memelihara ayam broiler dengan populasi 2000 ekor menggunakan


strain Cobb dengan jenis CP 707, strain Cobb sudah dikembangkan dan populer
dilebih dari 60 negara. Strain ini memiliki fokus pengembangan untuk memperbaiki
performa rasio pemberian pakan (Food Convertion Ratio, FCR). Secara genetik,
strain ini dikembangkan untuk memiliki pembentukan daging dada. Mudah
beradaptasi di lingkungan iklim tropis yang panas seperti Kalimantan dan memiliki
potensi genetik dengan bobot 2 kg pada umur 35 hari untuk jantan dan 1,9 kg untuk
betina (Cobb-Vantress). Proses pemelihaaan ayam broiler hanya dilakukan oleh
pemilik tanpa melibatkan pekerja.

Ayam broiler populasi 2000 ekor ditempatkan di dalam kandang dengan jenis
kandang panggung, yang berukuran 36 x 6,5 meter. Kandang tersebut sudah berdiri
sejak 8 tahun yang lalu dan sekarang ini dalam proses rehabilitasi. Lokasi kandangnya
berdempetan dengan rumah pak Sugeng seharusnya itu tidak boleh, karena lokasi
kandang yang baik yaitu jauh dari pemukiman dan juga untuk menghindari masalah

16
yang ditimbulkan akibat ayam broiler seperti bau kotoran ayam dan penularan
penyakit.

Stuktur kandang peternakan tersebut yaitu memiliki atap dengan sistem gable
dan menggunakan asbes. Sedangkan untuk dinding kandang dan lantai kandang
menggunakan belahan/potongan bambu yang telah dihaluskan dan disusun selebar 5-6
cm. Peralatan yang digunakan di peternakan ayam broiler milik pak Sugeng yaitu:

a. Tempat pakan manual dengan jenis memanjang (long feeder hanging). Kapasitas
satu buah tempat pakan ini yaitu untuk 30 ekor ayam broiler sehingga tempat pakan
yang digunakan berjumlah 67 buah.

b. Tempat air minum otomatis (bell drinker). kapasitas satu buah tempat air minum
ini yaitu untuk 40 ekor ayam broiler sehingga tempat air minum yang digunakan
berjumlah 50 buah.

c. Pemanas yang digunakan adalah gasolek dengan jumlah 4 buah. Namun hanya
digunakan sampai ayam berumur 15 hari.

d. gas LPG dengan jumlah 4 buah, masing-masing dengan berat 12 kg.

e. Kipas angin yang digunakan berjumlah 4 buah, kipas angin ini dipasang bertujuan
untuk meminimalisir bau/gas amoniak yang ditimbulkan dari kotoran ayam, selain itu
agar sirkulasi udara di dalam kandang menjadi baik.

f. Lampu yang digunakan adalah jenis lampu bohlam dengan jumlah 6 buah. Lampu
ini berfungsi sebagai sumber penerangan ketika malam hari di dalam kandang selain
itu untuk mempermudah ayam broiler mencari keberadaan tempat pakan.

g. Chick Guard yang digunakan berbentuk melingkar dengan jumlah 4 buah. Bentuk
melingkar ini dipilih karena untuk menghindari penumpukan anak ayam pada sudut
kandang karena secara alamiah ayam senang berada disudut kandang.

Untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler, pak Sugeng


memberikan jenis pakan:

1. SB 10 dengan fur bentuk kecil atau lembut untuk anak ayam umur 1-15 hari.

2. SB 11 dengan fur bentuk sedang untuk ayam umur 15-25 hari.

3. SB 12 dengan fur bentuk besar untuk ayam umur 25 sampai panen.

17
Jumlah pakan yang diberikan ketika ayam berumur 21 hari mencapai 250 kg/hari.
Sedangkan ketika ayam broiler berumur 30 hari jumlah pakan yang diberikan
mencapai 300-350 kg/hari, dengan harga per kilogram Rp 7500-8000.

Untuk proses pengangkutan zat nutrisi, sisa metabolisme, mempermudah


proses pencernaan, pengaturan suhu tubuh, melindungi sistem saraf dan melumasi
persendian ayam broiler memerlukan air minum. Pak Sugeng memberikan air minum
yang dicampur kaporit yang diberikan pada pagi dan siang hari, sedangkan pada sore
hari ayam broiler diberi minum yang dicampur dengan vitamin. Jenis dan jumlah
takaran vitamin tersebut yang diberikan adalah:

1. Vitakur untuk vitamin dan asam amino, dengan jumlah takaran 1 gram vitakur
dalam 2 liter air minum. Kegunaan vitamin ini adalah :

a. meningkatkan nafsu makan

b. memperbaiki pencernaan

c. memperbaiki/memulihkan kesegaran tubuh ayam

d. mencegah defisiensi vitamin

2. Astrevit untuk vitamin, elektrolit dan anti stres dengan jumlah takaran 5 gram
untuk 8-10 liter air. Kegunaan vitamin ini adalah:

a. mengatasi stres akibat perubahan cuaca/perlakuan vaksinasi

b. menjaga keseimbangan elektrolit dalam tubuh dan memenuhi kebutuhan


vitamin yang optimal

c. meningkatkan nafsu makan, memelihara kesehatan dan menghasilkan


produksi daging yang optimal.

3. Agricarivit untuk multi vitamin, elektrolit dan carnitin. Dengan jumlah takaran 1-2
garam untuk 1 liter air. Kegunaan vitamin ini adalah:

a. proses metabolisme untuk mempercepat pertumbuhan.

Pada saat proses pemeliharaan ayam broiler, pak Sugeng mengalami suatu
kendala. Kendala yang dialaminya yaitu suhu udara panas di daerah Beji sehingga
ayam dipeternakan tersebut tidak mampu untuk beradaptasi yang menyebabkan
jumlah angka kematian ayam broiler menjadi tinggi dan pertumbuhan ayam broiler

18
kurang maksimal. Kendala berikutnya adalah adanya binatang lain yang masuk ke
dalam kandang seperti ular, tikus dan kucing yang dapat menularkan penyakit serta
memakan ternak pada masa ayam. Selain itu, kendala lainnya adalah terjangkitnya
penyakit pada ayam broiler, seperti penyakit ND, colli, gumboro, berak darah, snot,
dan pullorum. Untuk mengatasi penyakit-penyakit tersebut pak Sugeng hanya
memberikan obat dan antibiotik yang di berikan oleh perusahaan. Di samping itu, pak
Sugeng melakukan vaksinasi melalui air minum.

Sebagai seorang peternak yang bekerja sama dengan perusahaan di dalamnya


terdapat kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya yaitu peternak mendapat jaminan
pemasaran dan kepastian harga ayam, selain itu mendapat bantuan modal kredit
sapronak dan bimbingan teknis. Peternak hanya fokus dalam beternak dan berusaha
semaksimal mungkin agar performance ayam optimal. Peternak tidak memikirkan
fluktuasi harga karena yang dipakai dalam perhitungan laba rugi adalah harga
kontrak. Sedangkan kelemahannya adalah keuntungan peternak relatif tipis karena ada
tambahan harga sapronak (untuk keuntungan inti). Selain itu, ketika harga di atas nilai
kontrak, harga ayam dalam perhtungan laba rugi tetap menggunakan harga kontrak
yang berlaku meskipun biasanya ada kebijaksanaan dari inti (tergantung
kesepakatan/kontrak/kontrak awal). Dalam satu tahun, realisasi di lapangan tidak
selamanya kedua belah pihak memeroleh keuntungan. Bisa jadi ketika inti memeroleh
keuntungan (dari penjualan sapronak dan selisih harga pasar), mitra mengalami
kerugian. Sebaliknya, ada kalanya mitra untung, tetapi inti mengalami kerugian.
Untuk itu, hendaknya antara mitra dan inti bisa saling memahami satu sama lain
sehingga terjalin kerja sama yang saling menguntungkan karena ada kalanya untung
dan ada kalanya rugi.

19
BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan data dan pengamatan yang dilakukan, peternakan ayam broiler


milik pak Sugeng yang bekerja sama dengan sebuah perusahaan ayam dapat
disimpulkan dengan keterangan sebagai berikut:

1. Strain yang digunakan yaitu Cobb dengan jenis CP 707 dan populasi yang
dipelihara sebanyak 2.000 ekor.

20
2. Kandang yang digunakan dengan jenis kandang panggung yang memiliki ukuran
36 x 6,5 meter. Struktur kandang yang digunakan dengan sistem atap gable, dinding
kandang dan lantai kandang terbuat dari bambu yang dihaluskan dan disusun
dengan lebar 5-6 cm.

3. Peralatan yang digunakan selama pemeliharaan ayam broiler yaitu:

a. Tempat pakan manual dengan jenis memanjang (long feeder hanging).


Kapasitas satu buah tempat pakan ini yaitu untuk 30 ekor ayam broiler sehingga
tempat pakan yang digunakan berjumlah 67 buah.

b. Tempat air minum otomatis (bell drinker). kapasitas satu buah tempat air
minum ini yaitu untuk 40 ekor ayam broiler sehingga tempat air minum yang
digunakan berjumlah 50 buah.

c. Pemanas yang digunakan adalah gasolek dengan jumlah 4 buah. Namun hanya
digunakan sampai ayam berumur 15 hari.

d. Gas LPG dengan jumlah 4 buah, masing-masing dengan berat 12 kg.

e. Kipas angin yang digunakan berjumlah 4 buah, kipas angin ini dipasang
bertujuan untuk meminimalisir bau/gas amoniak yang ditimbulkan dari kotoran
ayam, selain itu agar sirkulasi udara di dalam kandang menjadi baik.

f. Lampu yang digunakan adalah jenis lampu bohlam dengan jumlah 6 buah.
Lampu ini berfungsi sebagai sumber penerangan ketika malam hari di dalam
kandang selain itu untuk mempermudah ayam broiler mencari keberadaan
tempat pakan.

g. Chick Guard yang digunakan berbentuk melingkar dengan jumlah 4 buah.


Bentuk melingkar ini dipilih karena untuk menghindari penumpukan anak ayam
pada sudut kandang karena secara alamiah ayam senang berada disudut
kandang.

4. Pakan yang diberikan pada saat proses pemeliharaan ayam broiler tersebut dengan
jenis sebagai berikut:

a. SB 10 dengan fur bentuk kecil atau lembut untuk anak ayam umur 1-15 hari.

21
b. SB 11 dengan fur bentuk sedang untuk ayam umur 15-25 hari.

c. SB 12 dengan fur bentuk besar untuk ayam umur 25 sampai panen.

5. Air minum yang diberikan pada saat proses pemeliharaan ayam broiler yaitu air
yang dicampur kaporit yang diberikan pada pagi dan siang hari, sedangkan pada
sore hari ayam broiler diberi minum yang dicampur dengan vitamin. Jenis dan
jumlah takaran vitamin tersebut yang diberikan adalah:

A. Vitakur untuk vitamin dan asam amino, dengan jumlah takaran 1 gram vitakur
dalam 2 liter air minum. Kegunaan vitamin ini adalah :

a. Meningkatkan nafsu makan

b. Memperbaiki pencernaan

c. Memperbaiki/memulihkan kesegaran tubuh ayam

d. Mencegah defisiensi vitamin

B. Astrevit untuk vitamin, elektrolit dan anti stres dengan jumlah takaran 5 gram
untuk 8-10 liter air. Kegunaan vitamin ini adalah:

a. Mengatasi stres akibat perubahan cuaca/perlakuan vaksinasi

b. Menjaga keseimbangan elektrolit dalam tubuh dan memenuhi kebutuhan


vitamin yang optimal

c. Meningkatkan nafsu makan, memelihara kesehatan dan menghasilkan


produksi daging yang optimal.

C. Agricarivit untuk multi vitamin, elektrolit dan carnitin. Dengan jumlah takaran
1-2 garam untuk 1 liter air. Kegunaan vitamin ini adalah:

a. Proses metabolisme untuk mempercepat pertumbuhan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Anggit, N., 2012, Budidaya Ayam Broiler, Javalitera, Jogjakarta, p.9-11 ; 103-132

Cahyono, 2011, Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging, Yayasan Pustaka
Nusantara, Jogjakarta.

El- Kabumaini, N. dan Ranuatmaja, T. 2008. Yuk Beternak Ayam Pedaging dan
Petelur. Pt.Puri Pustaka. Bandung, p.15-16 ; 11.

Indiarto, 2010, Sukses Beternak Ayam Broiler, PT. Karsinium, Jogjakarta.

Leeson. S. and Summer. J.D. 2009. Broiler Breeder Production. Universty Book.
Canada, p.83.

Nulyani dan Pramono, S., 2009. Biologi 1. Pusat Perbukuan. Jakarta, p.191.

Nurcolis, 2009, Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Ras Petelur Periode Lawyer, Media
Pustaka, Semarang, p.38-49.

Setyono, D.J dan Ulfah. M. 2011. 7 Jurus Sukses Menjadi Peternak Pedaging.
Penebar Swadaya. Jakarta, p.80-83 ; 85-90.

Supranoto, 2017, Pengantar Ilmu Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas


Wijayakusuma Purwokerto, Purwokerto, p.12-16.

Suwanto dan Suparinto. C. 2012 Usaha Ayam Kampung Pedaging Secara Intensif.
Lily Publisher. Jogjakarta, p.107-108 ; 112-116.

Tamalludin, 2014, Buku Ayam Broiler 22 Hari Panen, PT Pustaka Jaya, Semarang.

23

Anda mungkin juga menyukai