ii
DAFTAR TABEL
iii
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Produksi daging ayam akan terus meningkat dari tahun ke tahunnya
karena daging ayam memiliki gizi yang tinggi dan harganya yang relatif lebih
murah jika dibandingkan dengan daging-daging lain, sehingga banyak
dikonsumsi oleh semua kalangan masyarakat. Kandungan gizi yang tinggi
pada daging ayam dapat menjadi media yang cocok untuk pertumbuhan
bakteri sehingga mudah membusuk, rusak dan tercemar bakteri. Daging ayam
disebut aman ketika jumlah koloni bakteri tidak melebihi 1 x 106 CFU/g
(SNI, 2009). Terkait permasalahan tersebut, diperlukan proses pengolahan
tertentu untuk mencegah hal tersebut terjadi.
Pengolahan makanan dan minuman tidak bisa lepas dari penggunaan
zat-zat aditif yang meningkatkan mutu suatu produk, zat aditif tersebut salah
satunya adalah bahan pengawet. Penggunaan bahan pengawet digunakan
untuk menghambat perubahan-perubahan yang tidak diinginkan pada bahan
pangan seperti pembusukan dan ketengikan. Proses pembusukan terjadi
karena adanya reaksi kimia yang bersumber dari dalam dan luar bahan pangan
tersebut karena adanya bakteri pembusuk (Purba dkk., 2014). Selain itu,
pembusukan dapat disebabkan oleh reaksi enzimatis dan reaksi kimia dalam
bahan pangan (Mentari dkk., 2016).
Proses pembusukan berhubungan dengan water activity (Aw) yaitu
jumlah air yang tersedia untuk reaksi metabolik dalam sel. Mikroorganisme
seperti bakteri dan jamur yang dapat menyebabkan pembusukan pada
makanan hanya dapat tumbuh pada nilai Aw tertentu dimana pada makanan
segar adalah 0,99. Bakteri paling berpengaruh dalam pembusukan makanan
tumbuh pada Aw diatas 0,91, sehingga, dengan mengurangi nilai Aw ke nilai
di bawah nilai optimal akan mengurangi pertumbuhan bakteri penyebab
pembusukan (Húngaro dkk., 2014).
Pengawetan dibedakan menjadi pengawetan menggunakan bahan kimia
dari bahan aktif alamiah dan bahan kimia (sintetis). Bahan pengawet sintetis
yang biasa digunakan untuk mencegah pembusukan makanan diantaranya
adalah butylated hydroxyanisole (BHA) atau butylated hydroxytoluene
(BHT) (Sallam dkk., 2004) sebagai pengawet pada lemak dan minyak. Pada
dosis yang diizinkan, kedua bahan tersebut aman digunakan namun dalam
jangka waktu panjang akan memberi efek samping diantaranya sifatnya yang
karsinogenik, meningkatkan sintesis enzim pencernaan di hati, menimbulkan
resiko alergi, serta resiko akumulasi di jaringan adiposa. Sehingga, BHA dan
BHT kurang aman digunakan dalam makanan untuk bayi dan anak-anak
(Silva dan Lidon, 2016).
Penggunaan bahan pengawet alami lebih disarankan daripada
menggunakan bahan pengawet kimia sintetis yang memiliki efek samping
terhadap kesehatan. Bahan pengawet alami yang telah banyak dikembangkan
2
mengenai biji alpukat. Ekstrak biji alpukat dapat diperoleh dengan metode
ekstraksi maupun metode pengepresan. Metode ekstraksi menyebabkan
kehilangan ekstrak dalam proses lebih sedikit, sehingga ekstrak yang
dihasilkan lebih banyak (Risyad dkk., 2016).
2.3 Senyawa Metabolit Sekunder
Tanaman memiliki dua jenis senyawa metabolit, yaitu metabolit primer
dan sekunder. Metabolit primer digunakan tanaman untuk pertumbuhan,
sedangkan metabolit sekunder tidak berperan secara langsung untuk
pertumbuhan tanaman. Metabolit sekunder diproduksi tanaman dalam jumlah
tertentu pada kondisi tercekam. Contoh metabolit sekunder di antaranya
adalah antibiotik, pigmen, toksin, efektor kompetisi ekologi dan simbiosis,
feromon, inhibitor enzim, agen immunomodulasi, reseptor antagonis dan
agonis, pestisida, agen antitumor, dan promotor pertumbuhan hewan dan
tumbuhan (Setyorini dan Yusnawan, 2017). Senyawa metabolit sekunder
yang bersifat antioksidan diantaranya adalah alkaloid, flavonoid, senyawa
fenol, steroid dan terpenoid (Juniarti, 2011).
Senyawa flavonoid memiliki aktivitas biologi yang sitotoksik terhadap
sel kanker, menghambat pelepasan histamin, anti peradangan, antijamur dan
antibakteri. Antioksidan merupakan suatu senyawa kimia yang pada konsentrasi
rendah secara signifikan dapat mencegah oksidasi substrat dalam reaksi rantai.
Senyawa fenolik, flavonoid dan vitamin C merupakan senyawa antioksidan
yang berperan aktif dalam penangkapan radikal bebas (Adawiah dkk., 2015).
Antioksidan memainkan peran penting dalam kemampuan tanaman untuk
melawan polutan udara pengoksidasi seperti O3 dan nitrogen dioksida (NO2)
(Halliwell dan Gutteridge, 2015).
Uji organoleptik
(warna, tekstur, dan
aroma), pH, kadar
air
3.5 Tahapan Penelitian
Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder dari Biji Alpukat
Ekstraksi senyawa metabolit sekunder biji alpukat dilakukan dengan
metode destilasi soxhlet. Sebelum dilakukan ekstraksi dilakukan pre-
treatment yaitu dengan penghancuran, pengeringan dan pengayakan. Biji
alpukat yang telah menjadi tepung kemudian ditimbang sebanyak 30 g dan
dimasukkan ke dalam rangkaian ekstraktor. Kemudian, diikuti dengan
penambahan pelarut n-heptana sebanyak 250 mL. Ekstraktor kemudian
dipanaskan hingga suhu 98,4 °C selama 150 menit hingga diperoleh
campuran ekstrak biji alpukat dan pelarut n-heptana. Destilasi dilakukan
untuk memisahkan campuran dan diperoleh ekstrak biji alpukat (Risyad dkk.,
2016).
Penambahan Ekstrak Biji Alpukat pada Daging Ayam Potong
Ayam sebelumnya disortasi dan dicuci bersih dengan akuades untuk
menghilangkan kotoran dan menghilangkan bagian yang rusak. Potongan
ayam kemudian diletakkan pada cawan berlabel. Ekstrak biji alpukat yang
telah diperoleh dari proses ekstraksi kemudian ditambahkan pada potongan
ayam dengan lama waktu perendaman 30 menit dan 60 menit dengan variasi
konsentrasi ekstrak. Parameter pengamatan tersebut terdiri dari warna,
tekstur, aroma, pH, kadar air, serta massa ayam. Ayam kemudian disimpan
pada suhu kamar untuk dilakukan selanjutnya dilakukan uji organoleptik, pH,
dan kadar air dalam variasi penyimpanan 6, 12, 24, 36, dan 48 jam.
Uji LC-MS Ekstrak Biji Alpukat
Uji Liquid Chromatography Mass Spectrometry (LC-MS) digunakan
untuk mengidentifikasi senyawa aktif yang terdapat dalam ekstrak biji
alpukat. Larutan disaring menggunakan filter syringe 0,22 mikron,
6
perlakuan perubahan
pH ayam
Pengaruh
Diketahui kadar air
penambahan
sebelum dan Diperoleh data
ekstrak
6 Uji Kadar Air sesudah perlakuan kadar air dan
terhadap
dan besar berat susut bahan
kadar air
penyusutan
ayam potong
3.7 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data pada penelitian ini diperoleh dari hasil pengujian skala
laboratorium meliputi uji LC-MS, uji aktivitas antioksidan, uji aktivitas
antibakteri, uji organoleptik, uji pH, dan uji kadar air. Data akan dianalisis
menggunakan One Way ANOVA untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan perlakuan pada taraf signifikansi 5% kemudian untuk mengetahui
seberapa tingkat perbedaan dari masing-masing perlakuan maka dilanjutkan
dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT).
3.8 Penafsiran Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini bersifat kuantitatif dan kualitatif.
Data kuantitatif diperoleh dari parameter uji LC-MS, aktivitas antioksidan,
aktivitas antibakteri, pH, serta kadar air. Adapun data kualitatif diperoleh dari
uji organoleptik yang merepresentasikan tingkat efektivitas pengawetan pada
ayam potong.
3.9 Penyimpulan Hasil Penelitian
Berdasarkan metode penelitian yang telah dirancang maka diharapkan
aplikasi pengawet alami dari ekstrak biji alpukat dapat meningkatkan umur
simpan ayam potong.
DAFTAR PUSTAKA
[BSN]. Badan Standardisasi Nasional. 2009. SNI 3924:2009 Mutu Karkas dan
Daging Ayam. Jakarta: BSN.
[SNI]. Standar Nasional Indonesia. 2009. SNI 7388:2009 Batas Maksimum
Cemaran Bakteri dalam Pangan. Jakarta : BSN.
Adawiah, Sukandar, D., dan Muawanah, A. 2015. Aktivitas Antioksidan dan
Kandungan Komponen Bioaktif Sari Buah Namnam. Jurnal Kimia
VALENSI: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Ilmu Kimia, 1(2) : 130-136.
Astiani, D. P., Jayuska, A., dan Arreneuz, S. 2014. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Eucalyptus pellita terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus. Jurnal Kimia Khatulistiwa, 3(3): 49-53.
Halimah, A. D. N., Istiqomah, dan Rohmah, S. S. 2014. Pengolahan Limbah Biji
Alpukat untuk Dodol Pati sebagai Alternatif Pengobatan Ginjal. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa, 4(1): 32-37.
Halliwell, B. dan Gutteridge, J. M. 2015. Free Radicals in Biology and Medicine
Fifth Edition. Oxford, U. K. : Oxford University Press.
Hani, R. C. dan Milanda, T. 2016. Review: Manfaat Antioksidan pada Tanaman
Buah di Indonesia. Farmaka, 14(1): 184-190.
Hidayah, R., Ambarsari, I., dan Subiharta. 2019. Kajian Sifat Nutrisi, Fisik, dan
Sensori Daging Ayam KUB di Jawa Tengah. Jurnal Peternakan Indonesia,
21(2): 93-101.
10
Húngaro, H. M., Peña,W. E. L., Silva, N. B. M., Carvalho, R. V., Alvarenga, V. O.,
dan Sant’Ana, A. S. 2014. Food Microbiology. Encyclopedia of Agriculture
and Food Systems, 3: 213-231.
Jaelani, A., Dharmawati, S., dan Wanda. 2014. Berbagai Lama Penyimpanan
Daging Ayam Broiler Segar dalam Kemasan Plastik pada Lemari Es (Suhu 4
˚C) dan Pengaruhnya Terhadap Sifat Fisik dan Organoleptik. Ziraa’ah, 39(3):
119-128.
Juniarti, F. K. 2011. Analisis Senyawa Metabolit Sekunder dari Ekstrak Metanol
Daun Surian yang Berpotensi sebagai Antioksidan. Makara Journal of
Science, 15(1): 48-52.
Kiay, N., Suryanto, E., dan Mamahit, L. 2011. Efek Lama Perendaman Ekstrak
Kalamansi (Citrus microcarpa) terhadap Aktivitas Antioksidan Tepung
Pisang Goroho (Musa sp.). Chemistry Progress, 4: 27-33.
Kusumaningrum, A., Widiyaningrum, P., dan Mubarok, I. 2013. Penurunan Total
Bakteri Daging Ayam dengan Perlakuan Perendaman Infusa Daun Salam
(Syzygium polyanthum). Jurnal Mipa, 36(1): 14-19.
Mentari, N. L., Safrida, dan Khairil. 2016. Potensi Pemberian Ekstrak Daun Sirih
(Piper Betle L.) sebagai Pengawet Alami Ikan Selar (Selaroides leptolepis).
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi, 1(1): 1-9.
Prasetyowati, Pratiwi, R., dan Tris, F. 2010. Pengambilan Minyak Biji Alpukat
(Persea americana Mill.) dengan Metode Ekstraksi. Jurnal Teknik Kimia,
17(2): 16-24.
Purba, R., Suseno, S. H., Izaki, A. F., dan Muttaqin, S. 2014. Application of Liquid
Smoke and Chitosan as Natural Preservatives for Tofu and Meatballs.
International Journal Of Applied Science And Technology, 4(2): 212- 217.
Ristanti, E. W., Kismiati, S., dan Harjanti, D. W. 2017. Pengaruh Lama Pemaparan
pada Suhu Ruang Terhadap Total Bakteri, pH dan Kandungan Protein Daging
Ayam di Pasar Tradisional Kabupaten Semarang. Agromedia, 35(1): 50-57.
Risyad, A., Permadani, R. L., dan Siswarni, M. Z. 2016. Pengambilan Minyak dari
Biji Alpukat (Persea americana Mill.) menggunakan Pelarut n-Heptana.
Jurnal Teknik Kimia USU, 5(1): 34-39.
Sallam, K. I., Ishioroshi, M., dan Samejima, K. 2004. Antioxidant and
Antimicrobial Effects of Garlic in Chicken Sausage. LWT-Food Science and
Technology, 37(8): 849-855.
Setyorini, S. D. dan Yusnawan, E. 2017. Peningkatan Kandungan Metabolit
Sekunder Tanaman Aneka Kacang sebagai Respon Cekaman Biotik. Iptek
Tanaman Pangan, 11(2): 167-174.
Silva, M. M., dan Lidon, F. C. 2016. An Overview on Applications and Side Effects
of Antioxidant Food Additives. Emirates Journal of Food and Agriculture,
28(12): 823-832.
Wala, J., Ransaleleh, T., Wahyuni, I., dan Rotinsulu, M. 2016. Kadar Air, pH, dan
Total Mikroba Daging Ayam yang Ditambahkan Kunyit Putih (Curcuma
mangga Val.). Jurnal Zootek, 36(2): 405-416.
Zuhrotun. 2007. Aktifitas Antidiabetes. Bandung : Unpad.
11
12
13
14
Harga Satuan
2. Lain-lain Volume Nilai (Rp)
(Rp)
- Uji LC-MS 1 350.000 350.000
- Uji UV-Vis 10 50.000 500.000
- Uji Bakteri 2 250.000 500.000
- Publikasi artikel di 1 700.000 700.000
Jurnal Teknologi
dan Industri
Pangan
- Registrasi 1 3.000.000 3.000.000
konferensi JCC
2020
SUB TOTAL (Rp) 5.050.000
TOTAL 1+2 (Rp) 12.490.000
(Terbilang Dua Belas Juta Empat Ratus Sembilan Puluh Ribu Rupiah)
18