Oleh
NPM 1854241001
Jurusan : Peternakan
Fakultas. : Pertanian
Bandarlampung, 18 September2021
Mengetahui
Dosen
19611018198603200
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat, kemudahan, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Praktikum Ilmu Tilik Ternak yang berjudul “Penilaian Ternak Ayam
Buras” sesuai yang di harapkan.
Penulis,
3
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN................................................................ i
KATA PENGANTAR........................................................................ ii
I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
DAFTAR PUSTAKA
4
I. PENDAHULUAN
Keragaman ukuran tubuh hewan disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan.
Ukuran tubuh ayam yang penting untuk diamati dan dapat dijadikan penentu
karakteristik antara lain adalah bobot badan, panjang tarsometatarsus, panjang
tibia, panjang femur, tinggi jengger, dan jarak tulang pubis untuk ayam betina.
Perkembangan ayam buras (bukan ras) atau lebih dikenal dengan sebutan ayam
kampung di Indonesia berkembang pesat dan telah banyak dipelihara oleh
peternak-peternak maupun masyarakat umum sebagai usaha untuk pemanfaatan
pekarangan, pemenuhan gizi keluarga serta meningkatkan pendapatan.
5
Ayam buras yang terdapat di Indonesia sangat beragam penampilan dan
penyebarannya. Hal ini dapt dilihat dari pola warna bulu. Tidak ada patokan atau
standar khusus untuk ayam buras dari segi bentuk, ukuran-ukuran tubuh dan
warna bulu, penampilan ayam buras yang bervariasi mengakibatkan ayam buras
sulit dipilih dalam kelompok tertentu. Penampilan ayam buras dikaitkan dengan
penampilan luar antara lain warna bulu, Shank, dan bentuk jengger.
1.2 Tujuan
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Ayam Buras
Ayam buras (ayam bukan ras) merupakan unggas lokal yang populasinya tersebar
di seluruh wilayah Indonesia, seperti ayam Kedu, Nunukan, Lampung dan Pelung,
biasanya dipelihara secaara bebas dan untuk usaha sambilan. Ayam buras adalah
keturunan dari Gallus gallus atau Red Jungle Fowl yang sudah mengalami
domestikasi selama puluhan tahun. (Crawford, 1990).
Produktivitas ayam buras yang dipelihara secara tradisional masin rendah, antara
lain karena tingkat mortalitas tinggi, pertumbuhan lambat, produksi telur rendah,
dan biaya pakan tinggi (Zakaria 2004). Produksi telur ayam buras yang dipelihara
secara tradisional berkisar antara 40−45 butir/ekor/tahun, karena adanya aktivitas
mengeram dan mengasuh anak yang lama, yakni 107 hari (Sulandari et al. 2007).
7
pelosok Indonesia memiliki tanda-tanda tubuh kecil, produksi rendah, bobot
badan relatif tinggi, memiliki sifat keindukan dan mengeram yang baik.
• Keunggulan Ayam Buras
1. Menghasilkan telur anatara 12-18 butir per satu masa bertelur,
2. Rata-rata berat telur 35-50 gr,
3. Pertama kali bertelur umur 250 hari,
4. Setahun bisa bertelur2-3 kali,
5. Lama mengasuh anak 27-107 hari,
6. Kembali bertelur setelah 8-23 hari anaknya dipisah,
7. berat rata-rata anak umur 90 hari adalah 425 gr.
Produksi telur ayam buras yang dipelihara secara tradisional berkisar antara 40−45
butir/ekor/tahun, karena adanya aktivitas mengeram dan mengasuh anak yang
lama, yakni 107 hari (Biyatmoko 2003; Sartika 2005; Sulandari et al. 2007). Ayam
buras yang dipelihara secara ekstensif umumnya mencapai dewasa kelaminpada
umur 6−7 bulan, bobot badan dewasa 1.400−1.600 g/ekor, produksi telur 40−45
butir/ekor/tahun, bobot telur 40 g, persentase karkas 75%, mortalitas anak (DOC)
31%, daya tetas 86,65%, dan lama mengeram 21 hari (Biyatmoko 2003).
Ciri-ciri kuantitatif ayam buras antara lain bobot badan rata-rata jantan umur 5
bulan 1.222 g, betina 916 g, bertelur pertama pada umur 6,37 bulan, bobot telur
41,60 g, dan daya tetas telur 84,60% (Septiwan 2007). Produksi telur ayam buras
yang dipelihara secara intensif mencapai 151 butir/tahun, bahkan setelah
mengalami seleksi yang ketat, produksi telur meningkat menjadi 170−230
butir/tahun (Syamsari 1997).
8
Prestasi atau produktivitas ternak adalah nilai hayati yang dimiliki oleh seekor
ternak seperti keadaan tubuh, produksi daging, susu, telur, tenaga serta lain-lain.
Disamping itu, ilmu tilik ternak digunakan untuk menilai seekor ternak yang
memiliki kapasitas berproduksi dan reproduksi serta tingkat kesehatan yang
normal sesuai dengan bangsa ternak dan daya beradaptasi pada suatu lingkungan
tertentu.
Pendugaan lama produksi ayam secara visual dapat dilihat dari urutan hilangnya
pigmen kuning pada anus (1-2 minggu), cincin mata dan gelambir kuping (3-4
minggu), paruh (6-8 minggu), dan kaki (12-20 minggu). Hilangnya warna kuning
pada paruh dimulai dari dasar dan pada kaki dimulai dari bagian dorsal. Apabila
produksi berhenti, pigmen kuning kembali dalam urutan yang sama dengan waktu
dua kali lebih cepat daripada waktu menghilangnya pigmen.
9
III. METODE PRAKTIKUM
Bahan yang digunakan dalam praktikum terdiri dari 3 ekor ayam buras pejantan
dan 3 ekor ayam buras betiana. Alat yang digunakan terdiri dari tali rapia,
timbangan, alat tulis, kalkulator, dan recording pemeliharaan ayam buras.
1. Letakkan ketiga ayam pejantan berjejer, demikian juga ketiga ayam betina
induk dengan mengikatkan salah satu kakinya dengan tali rapia. Berilah nama
pada masing-masing ayam tersebut.
2. Berdasarkan recording yang ada dan perabaan pada bagian tubuh ayam,
lakukan penilaian dengan kartu penilaian ayam buras.
10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
11
4.2 Penilaian Ayam Jantan
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh hasil
untuk penilaian ternak ayam buras jantan dan betina yaitu: Bentuk eksterior pada
ayam jantan diperoleh nilai 40 karena memenuhi hampir semua persyaratan. Bibit
ayam buras jantan yang baik adalah aktif, gesit, punggung lebar, paruh pendek
dan tebal, jengger besar, merah, dan segar, mata besar dan bersinar, dada penuh
dan dalam serta abdomennya dalam dan penuh kemudian sayapnya terkatup pada
tubuh. Sedangkan untuk Bentuk eksterior pada ayam betina diperoleh nilai 30
karena hanya 4 syarat yang terpenuhi, yang meliputi bentuk badan yang bulat,
cukup besar dan perutnya luas, kepala halus, matanya terang dan jernih, serta
paruhnya pendek dan kuat. Bobot ayam buras jantan yaitu sebesar 2,4 kg.
12
(tarsometatarsus), jarak tulang pubis (tulang panggul) untuk ayam betina, panjang
tulang kering (tibia), panjang tulang paha (femur) dan tinggi jengger.
Adapun ciri-ciri yang menunjukkan ayam sedang berproduksi adalah kulit lemas
dan berminyak. Rontoknya bulu juga menunjukkan bahwa itik tersebut sudah
13
berproduksi selama lebih kurang satu tahun dan pada ayam sudah berproduksi
selama 6-8 bulan
14
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini yaitu:
1. Penilaian ayam buras dapat dilakukan bila ayam buras dipelihara secara semi
ekstensif, penilaian dilakukan pada bagian eksterior tubuh, produksi terlur, bobot
badan, produksi daging dan keseragaman,
2. Faktor yang berpengaruh pada prestasi ternak yaitu tata laksana pemeliharaan,
pemberian pakan, reproduksi, dan kesehatan ternak.
5.2 Saran
Penilaian terhadap seekor ternak harus dilakukan menurut cara dan urutan tertentu
sehingga kelupaan satu hal dapat dihindari caranya adalah sebagai berikut:
1. Ternak harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat dilihat atau
diperiksa dengan mudah.
2. Tempat dimana ternak itu berdiri harus rata
3. Perhatikan lukisan umum seekor ternak
4. Dalam menilai harus dibedakan jenis ternak berdasarkan fungsi dari ternak
tersebut
5. Melakukan penilaian terhadap bagian-bagian tertentu dari ternak.
15
DAFTAR PUSTAKA
Crawford, R.D. 1990. Origin and history of poultry species. In : Poultry breeding
Kampung dan ayam Kedu. Makalah Seminar Pertama Tentang flmu dan
Inditstri Perunggasan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, 30-
31 Mei 1977 di Cisarua Bogor, III 24 hal.
16
Buku II. Bogor, 4-5 Agustus 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan
peternakan. Bogor.
Sartika, T. 2005. Peningkatan mutu bibit ayam kampung melalui seleksi dan
dengan umur induk yang berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.
Sulandari, S., M.S.A. Zein, S. Paryanti, dan T. Sartika. 2007. Taksonomi dan asal-
usul ayam domestikasi. hlm. 5-25. Dalam K. Diwyan- to dan S.N. Prijono
(Ed.). Keanekaragaman Sumber Daya Hayati Ayam Lokal Indonesia:
Manfaat dan Potensi. Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indo- nesia, Bogor.
Syamsari. 1997. Populasi dan Produktivitas Ayam kampung, Ayam Pelung dan
Zakaria, S. 2004. Performans ayam buras fase dara yang dipelihara secara intensif
17
LAMPIRAN
18
Gambar: Penilaian Ayam Jantan
19