Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL PENELITIAN

PERFORMA AYAM PETELUR YANG DIBERI EKSTRAK


RUMPUT LAUT COKLAT (Sargassum crassifolium) DALAM
AIR MINUM

Oleh :

ALFIAN HASTIN SUMOLANG


15041104037

Format : penulisan :
Kertas : A4
Margin : 4x4x3x3

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun proposal yang berjudul “Pemanfaatan Ekstrak
Rumput Laut coklat (Sargassum crassifolium) terhadap performa ayam petelur. sebagai salah satu
syarat dalam melaksanakan tugas akhir proposal. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr.Ir.F.R. Wolayan, MP Ir.Youdhie S.
Kowel,M.SI selaku dosen pembimbing yang telah membantu dalam penyusunan proposal
penelitian ini hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa dari makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan
untuk perbaikan makalah ini.

Manado,

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................... ii

DAFTAR TABEL...................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN........................................................... 1

1.1 Latar Belakang.......................................................... 2

1.2 Rumusan Masalah...................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian....................................................... 2

1.4 Manfaat Penelitian................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................... 4

2.1 Ayam Petelur.......................................................... 4

2.2 Rumput Laut Coklat (Sargassum Crassifolium)..... 6

BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN..................... 9

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian...................................... 9

3.2 Materi Penelitian........................................................ 9

3.3 Metode Penelitian...................................................... 10

3.3.1 Rancangan Percobaan ……………………… 10

3.3.2 Tata Letak Dan Randomisasi pengacakan …….. 11

3.4 Variable Yang Diukur ………………………………... 12

DAFTAR PUSTAKA............................................................. 13

ii
DAFTAR TABEL

1. Klasifikasi Telur Berdasarkan Berat …………………………… 5


2. Kandungan Nutrisi Pakan ………………………………………. 9

iii
DAFTAR GAMBAR

1. Rumput Laut Coklat (Sargassum crassifolium) ……………… 6


2. Denah Percobaan Pengacakan Perlakuan Perulangan ……….. 11

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya.
Ayam asli Indonesia secara umum berasal dari ayam hutan yang ditangkap dan
dipelihara untuk diambil telurnya. Ayam petelur kondisi ini dilakukan berdasarkan
karakter- karakter dari ayam yang sudah ada di dunia termasuk Indonesia. Perbaikan-
perbaikan genetic terus diupayakan agar mencapai performance yang optimal, sehingga
dapat memproduksi telur dalam jumlah yang banyak. Ayam petelur yang baik akan
dapat berproduksi dengan optimal pada umur 24-26 minggu

hanya ukuran dan berat tapi diharapkan juga mempengaruhi jumlah produksi
telur. Pakan juga mempengaruhi keberhasilan suatu usaha peternakan, pakan yang
berkualitas baik tentunya disusun dengan bahan pakan yang berkualitas baik pula,
pakan yang berkualitas baik biasanya didapat dengan harga yang mahal. Pakan yang
harus tersedia secara terus menerus bagi sebagian peternak terutama peternakan dengan
skala kecil harus meminimalisir harga pakan yang tinggi dengan menggunakan pakanl
yang bisa mencukupi kebutuhan pakan yang baik dan juga memiliki gizi untuk di
konsumsi masyarakat. Rumput laut menjadi salah satu bahan yang bisa digunakan
pakan alternatif lokal karena belum banyak di manfaatkan.

Dalam pemeliharaan ayam petelur faktor pakan menjadi faktor pakan menjadi
faktor utama karena pertumbuhan ayam sangat dipengaruhi oleh kesempurnaan
pemberian pakan dan juga perubahan kondisi lingkungan.

Keberhasilan pemeliharaan ayam petelur pada tahap produksi dipengaruhi oleh


faktor genetic juga dipengaruhi faktor lingkungan terutama pada bobot telur dan awal
berproduksi

Menurut Amrullah (2003), menyatakan bahwa konsumsi ayam petelur dapat

Mengkonsumsi sampai 70% atau 275 butir per tahun dan rataan telur tergantung pada

Lingkungan kualitas pakan dan pemberian pakan

1.2 Rumusan Masalah

1
Berdasarkan latar belakang apakah dengan adanya pemberian ekstrak rumput laut
coklat (S. crassifolium) akan berpengaruh terhadap performa ayam petelur.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa ayam petelur (Sargassum


crassifolium)

1.4 Manfaat Penelitian

 Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi ilmiah dalam


bidang ilmu nutrisi dan makanan ternak, khususnya pemanfaatn rumput laut coklat
(S. crassifolium) terhadap performa ayam petelur

 Sebagai informasi pengaruh pemberian ekstrak rumput laut dalam air minum
ayam petelur terhadap performa ayam petelur.

 Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Peternakan


Universitas Sam Ratulangi.

2
3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ayam Petelur


Jenis ayam petelur dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe ayam ringan dan
medium. Tipe ayam petelur ringan mempunyai badan yang ramping dan kecil, bulu
berwarna putih bersih, berjengger merah, berasal dari galur murni White Leghorn dan
mampu bertelur lebih dari 260 butir telur pertahun. Ayam petelur ringan sensitif
terhadap cuaca panas dan keributan, responnya yaitu produksi akan menurun. Tipe
ayam petelur medium memiliki bobot tubuh yang cukup berat, tidak terlalu gemuk,
kerabang telur berwarna coklat dan bersifat dwiguna (Bappenas, 2010). Ayam petelur
strain Isa Brown termasuk dalam ayam ras petelur tipe medium. Ayam Isa Brown
merupakan strain ayam ras petelur modern yang merupakan hasil dari persilangan
rhode island red dan rhode island white. Fase umur ayam petelur dibagi menjadi 4
fase yaitu starter (umur 0-6 minggu), grower (6-14 minggu), pullet (14-20 minggu),
layer (21-75 minggu) (Rifaid, 2018). Karakteristik ayam strain Isa Brown memiliki
bulu cokelat kamerahan. Strain Isa Brown menghasilkan telur dengan warna kerabang
cokelat dan mulai berproduksi pada umur 18-19 minggu, dengan bobot telur 64,08 g
bobot telur yang tertinggi adalah 81,99 g dan terendah dengan bobot 51,16 g
(Dirgahayu, dkk. 2016).

Telur merupakan bahan pangan yang sempurna, karena mengandung zat-zat


gizi yang lengkap bagi pertumbuhan makhluk hidup baru. Protein telur memiliki
mutu yang tinggi, karena memiliki susunan asam amino esensial yang lengkap,
sehingga dijadikan patokan untuk menentukan mutu protein dari bahan pangan lain
(Winarno,dkk. 2002). Teknik pengolahan telur telah dilakukan untuk meningkatkan
daya tahan serta kesukaan konsumen (Irmansyah dkk, 2009). Struktur telur pada
umumnya terdiri dari kerabang (shell) 10%, putih telur (albumen) 60%, dan kuning
telur (yolk) 30%. Berat atau ukuran telur merupakan karakter penting yang harus
diperhatikan dalam penentuan kualitas telur konsumsi (Suharyanto, 2007) . Menurut
Kismono (1999) klasifikasi telur berdasarkan berat dapat dilihat pada Tabel 1.

4
Tabel 1. Klasifikasi Telur Berdasarkan Berat

Klarifikasi Berat/butir (gram)


Jumbo >71
Sangat Besar 64 - < 71
Besar 57 - < 64
Medium 50 - < 57
Kecil 43 - < 50
Sangat Kecil 35 - < 43

Sumber : Kismono, 1999

Pada dasarnya penentuan dan pengukuran kualitas telur meliputi kualitas


eksterior dan interior (Maimunah dkk, 2018). Kualitas Interior telur meliputi nilai
Haught Unit (HU), indeks kuning telur, warna kuning telur dan tinggi putih telur.
Faktor yang mempengaruhi kualitas interior telur antara lain: putih telur tediri dari
empat lapisan. Lapisan luar terdiri dari cairan kental yang banyak mengandung serat-
serat musin. Lapisan tengah merupakan anyaman musin setengah padat. Lapisan
ketiga merupakan cairan yang lebih encer, sedangkan Khalazifera berbentuk serat-
serat musin yang terjalin seperti anyaman tali dan membatasi antara putih telur dan
kuning telur yang berfungsi untuk menahan kuning telur agar tetap pada tempatnya
(Joseph dkk, 1999). King’ori (2012) menjelaskan bahwa putih telur merupakan
bagian dari telur utuh yang mempunyai presentase sekitar 58-60% dari berat telur.
Semakin tinggi nilai putih telur maka telur semakin baik (Kereh, 2018). Kuning Telur
yang segar kuningnya terletak ditengah-tengah, bentuknya bulat dan berwarna kuning
sampai jingga. Antara kuning dan putih telur terdapat lapisan tipis yang elastis
disebut membran vitelin dan terdapat khalaza yang berfungsi menahan posisi kuning
telur. Kuning telur memiliki komposisi gizi yang lebih lengkap dibandingkan putih
telur, yang terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral (Sakroni,
dkk 2015). Warna kuning telur merupakan salah satu karakteristik yang penting
dalam penentuan kualitas telur bagi para konsumen. Warna kuning telur tergantung
dari pigmen dalam pakan yang dikonsumsi. Pigmen pemberi warna pada kuning telur
yang ada dalam ransum secara fisiologis akan diserap oleh organ pencernaan villi-
villi usus halus masuk sistem pembuluh darah dan diedarkan ke organ target yang
membutuhkan (Sahara, 2011).

5
2.2 Rumput Laut Coklat (Sargassum Crassifolium)

Rumput laut merupakan salah satu komoditas unggulan yang kaya nutrisi dan
senyawa bioaktif potensial untuk kesehatan (Brown dkk, 2014). Produksi rumput laut
tahun 2016 mencapai 11 juta ton dan tahun 2017 naik menjadi 13,4 juta ton. Rumput
laut berdasarkan pigmen yang dikandungnya dibagi dalam 3 kelompok yaitu rumput
laut hijau, rumput laut merah, dan rumput laut coklat (Manteu dkk, 2018). Rumput
laut coklat (Sargassum Crassifolium) adalah komoditas dalam bidang kelautan yang
banyak dikembangkan di Indonesia.

Klasifikasi rumput laut coklat (Sargassvum crassifolium) Gambar 1 menurut


Bold dan Wayne (1985) :
Kingdom: Plantae
Divisi : Phaeophyta
Kelas : Phaeophyceae
Ordo : Fucales
Famili : Sargassaceae
Genus : Sargassum
Spesies : Sargassum crassifolium

Gambar 1. Rumput Laut Coklat Sargassum crassifolium

6
Sargassum merupakan salah satu marga yang termasuk dalam kelas
Phaeophyceae. Beberapa jenis Sargassum yang ada di perairan Indonesia yaitu dari
jenis Sargassum binderi, Sargassum cinereum, Sargassum duplicatum (S.
cristaefolium), Sargassum plagyophyllum, Sargassum echinocarpum (S. oly gocystum),
Sargassum polycytum, dan Sargassum crassifolium. (Triasti, dkk. 2011).
Ciri umum dari Sargassum crassifolium adalah berwarna coklat karena dominasi
pigmen fikosantin yang menutupi pigmen klorofil sehingga ganggang ini terlihat
berwarna coklat. Percabangan thallus pada Sargassum crassifolium membentuk formasi
dua-dua tidak beraturan yang berlawanan pada sisi sepanjang thallus utama yang
disebut (pinnate alternate). Thallus yang menyerupai daun (blade) tumbuh melebar dan
bergerigi dengan permukaan yang licin. Daun pada ganggang ini berbentuk oval dengan
ukuran panjang sekitar 40 mm dan lebar 10 mm (Castro, dkk 2004).
Sargassum crassifolium memiliki kandungan metabolit primer dan sekunder.
Kandungan metabolit primer seperti vitamin, mineral, serat, alginate, keraginan, dan
agar di manfaatkan sebagai bahan kosmetik. Sedangkan kandungan metabolit sekunder
dari Sargassum crassifolium berpotensi sebagai produser metabolit bioaktif yang
beragam dengan aktivitas yang sangat luas yaitu sebagai antibakteri, antivirus, dan
antijamur (Triasti, dkk 2015). Sargassum crassifolium mengandung polisakarida,
polyphenol dan carotenoid. Kandungan polisakarida berperan dalam menurunkan kadar
lipid di dalam darah, tingkat kolesterol, memperlancar pencernaan makanan,
antitrombotik, antikanker, antiproliferatif (antipembelahan sel secara tak terkendali),
antiinflamatori, antikoagulan, antivirus, antioksidan, antibakteri. Sargassum
crassifolium mengandung senyawa kimia antara lain, alginat, protein, vitamin C,
yodium, dan fenol (obat gondok, anti bakteri dan tumor) (Kereh, 2017). Rumput laut
coklat (Sargassum crassifolium) mempunyai komponen utama yaitu gula, sulfat dan
asam uronik yang terbukti memiliki peran sebagai antiviral dan antibakteri (Mandal et
al. 2007). Kegunaan struktur molekul polisakarida dalam aktivitas imunomodulator
telah diketahui dari beberapa penelitian. Polisakarida dari jenis rumput laut dapat
menstimulasi respiratory burst dari fagosit turbot, yaitu proses yang berperan penting
dalam membunuh mikroba (Castro dkk., 2006). Menurut Fujiwara Arasaki dkk dalam
Fleurence (1999) kadar protein rumput laut coklat adalah 3-15% dari berat kering.
Sedangkan menurut Burtin (2003) rumput laut coklat mengandung protein 3-9% dari
berat basah. Rumput laut dapat digunakan sebagai bahan pakan bahwa rumput laut
adalah suatu yang sangat penting untuk dipertimbangkan sebagai suplemen makanan

7
pada abad 21 ini sebagai sumber protein, lemak, polisakarida, mineral, vitamin dan
enzim (Rimber, 2007). Rumput laut berpotensi sebagai suplemen kesehatan baik bagi
manusia maupun hewan. Seperti contoh, Chlosolah vulgaris mengandung senyawa
naftalen yang antioksidannnya telah diujikan pada serum liver dan ginjal tikus
(Vijayavel et al. 2007).
Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat bercampur untuk
mengambil zat pelarut ke pelarut yang lain. Tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik
komponen-komponen kimia yang terdapat dalam bahan alam.

8
BAB III

MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Kakaskasen Satu Kecamatan Tomohon Utara Kota
Tomohon.

3.2 Materi Penelitian


Penelitian ini menggunakan 60 ekor ayam petelur Isa Brown umur 23 minggu
dan rumput laut coklat S. crassifolium. Bahan pakan yang digunakan dalam penelitian
adalah ransum komersial tanpa tambahan antibiotik dari PT. Charoen Pokhpand.
Suplementasi ekstrak S. crassifolium sebanyak 0 ; 2.5 ; 5.0 ; 7.5 dan 10.0% masing-
masing diberikan pada air minum. Kandungan nutrisi pakan disajikan pada Tabel 3
berikut;

Tabel 2. Kandungan Nutrisi Pakan


Nutrisi Kandungan

Bahan Kering (%) 93.02


Abu (%) 10.77
Protein Kasar (%) 18.12
Lemak Kasar(%) 5.63
Serat Kasar (%) 6.16
BETN (%) 52.34
Kalsium (%) 5.85
Fosfor (%) 0.71
EM (Kcal/Kg) 37.34
Sumber : Kereh, 2018

Pakan dan air minum diberikan secara ad libitum pada pagi (06.00 WITA) dan
sore hari (15.00 WITA). Kandang yang digunakan adalah kandang individu system
batteray (ukuran 30x40 cm) terbuat dari kawat yang dilengkapi dengan tempat pakan,
tempat air minum dan lampu. Pada ayam tersebut dilakukan adaptasi pakan selama 2
minggu dan adaptasi pemberian air minum selama 1 minggu sebelum perlakuan
dimulai. Rumput laut yang sudah di ekstrak akan dicampurkan pada air putih biasa
dengan takaran 7200ml setiap ember dengan level 2.5 ; 5.0 ; 7.5 dan 10.0%.
Pemeliharaan ayam pada penelitian ini dilakukan selama 15 minggu.
Kualitas telur ayam dilakukan pengambilan sampel 7 kali selama penelitian,
yang dimulai pada umur ayam 26 minggu, 28 minggu, 30 minggu, 32 minggu, 34

9
minggu, 36 minggu, dan 38 minggu. Masing-masing ulangan di ambil satu butir telur.
Perubahan yang diama ti adalah (1) berat telur (2) warna kuning telur (roche egg yolk
colour fan) (3) berat kuning telur (4) tinggi putih telur.

3.3 Metode Penelitian


3.3.1 Rancangan Percobaan

Metode penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan


Rancangan Acak Lengkap (RAL) (Steel dan Torrie 1993) yang terdiri dari 5
perlakuan dengan 6 ulangan dan masing-masing ulangan terdiri dari 2 ekor ayam
petelur.

Model matematik sebagai berikut

Yij = µ + τi + εij
Keterangan :
Yij : nilai pengamatan pada perlakuan ke-i (level eksrak rumput laut coklat) dan
ulangan ke-j ( ulangan).
µ : nilai rataan umum.
τi : pengaruh perlakuan ke-i (i= 1, 2, 3,4,5).
εij : pengaruh galat percobaan.

Susunan perlakuan sebagai berikut :


R0 = Air minum kontrol 0.0% (tanpa ekstrak S. crassifolium)
R1 = Air minum mengandung 2.5% ektrak S. crassifolium
R2 = Air minum mengandung 5.0% ektrak S. crassifolium
R3 = Air minum mengandung 7.5% ektrak S. crassifolium
R4 = Air minum mengandung 10.0% ektrak S. crassifolium

Apabila terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan, maka dilanjutkan


dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ).

3.3.2 Tata Letak Dan Randomisasi (Pengacakan)

Tata letak dan randomisasi (pengacakan) dalam Rancangan Acak Lengkap


(RAL) memiliki beberapa syarat antara lain :

10
1. Perlakuan ditempatkan dalam satuan percobaan dengan ketentuan setiap ulangan
harus mengandung semua perlakuan.
2. Setiap ulangan tidak boleh ada perlakuan yang sama.

Aplikasi pengacakan/randomisasi pada penelitian ini yaitu :

R = 5 (R0, R1, R2, R3, R4)

U = 6 (U1, U2, U3, U4, U5,U6)

Keterangan :

R = Perlakuan

U = Ulangan

Berikut Gambar pengaplikasiannya :

R4 R2 R1 R3 R0 R4

U3 U5 U5 U5 U5 U5 X X

R1 R2 R0 R3 R1 R3 R0 R4

U3 U3 U3 U3 U4 U4 U4 U4

R2 R3 R2 R4 R1 R0 R3 R2 G
a U6 U6 U2 U2 U2 U2 U2 U4 m
ba r
2. R4 R0 R1 R0 R3 R2 R1 R4

U6 U6 U6 U1 U1 U1 U1 U1

Denah Percobaan Pengacakan Perlakuan Perulangan

3.4 Variabel Yang Diukur

11
Variabel yang diamati dalam peneltian ini adalah sebagai berikut:
1. Konsumsi pakan (gram) diperoleh dari selisih antara jumlah pakan yang diberikan
dengan pakan sisa setiap hari.
2. Pertambahan bobot badan (gram) yaitu diperoleh dari selisi bobot badan awal dengan
bobot badan akhir penimbangan.
3. Konversi pakan yaitu perbandingan antara konsumsi pakan rata-rata per ekor per hari
dengan pertambahan berat badan rata-rata per ekor per hari selama periode penelitian

12
DAFTAR PUSTAKA

Bappenas. 2010. Ayam Ras. Kanisius, Yogyakarta.


Bold, H. C. dan M. J. Wayne. 1985. Introduction to the Algae. Second Edition. Prentice
Hall, Inc. EnglewoodnCliff. New Jersey
Brown EM, Allsopp PJ, Magee PJ, Gill CI, Nitecki S, Strain CR, Mcsorley EM. 2014.
Seaweed and Human Healthy. Nutrition Reviews Vol. 72(3): 215-216
Burtin, P. 2003. Nutritional Value of Seaweed. Journal of Agricultural Food Chemistry, 2
(4): 1-6.
Catro, R. I. Zarrab, and J. Lamas. 2004. Watersoluble Seaweed Extracts Modulate the
Pantoea agglomerans lippolysaccharide (LPS). Fish Shellfish Immunol 10 : 555-558
Fauzan I. Dirgahayu, Dian Septinova, dan Khaira Nova. 2016. Perbandingan Kualitas
Eksternal Telur Ayam Ras Strain Isa Brown dan Lohmannn Brown. Edisi Februari.
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(1): 1-5.
Fluerence, J. 1999. Seaweed Protein: Biochemistry, Nutritional Aspects and Potential Uses.
Review of Trends in Food Chemistry, 10 : 25-28.
Irmansyah. J, dan Kusmandi. 2009. Sifat Listrik Telur Ayam Kampung Selama
Penyimpanan. Jurnal Media Peternakan Vol. 32 (1) : 22-30
Joseph,N. S.,N. A. Robinson, R.A Renema, dan F.E. Robinson.1999. Shell Quality and
Color Variation in Broiler Eggs. J.Appl. Pult. Res.8:70-74
Kereh, VG. 2017 Ekstraksi Asam Uronik dari Sarggassum crassifolium dan Pengaruh
Pemberiannya Terhadap Kualitas Fisik dan Kuliatas Kimia Ayam Lohmann. Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Kereh, VG. 2018. Antibakteri Polisakarida Rumput Laut dan Pengaruh Pemberiannya
Terhadap Produksi dan Kualitas Fisik Telur. Institut Pertanian Bogor. Bogor
King’ori, AM. 2012. Uses of Poultry Egg: Egg Albumen and Egg Yolk. J. Poultry. Vol. 5
(2): 9-13
Kismono SS. 1999. Kualitas Telur. Makalah. Study Program of Animal Product
Technology (APEC), IPB.
Maimunah, dan Taufiqur Rokhman. 2018. Klasifikasi Penurunan Kualitas Telur Aya Ras
Berdasarkan Warna Kerabang Menggunakan Support Vector Machine. Edisi
Desember. Informatics for Education and Professionals Vol. 3(1) 43-52
Muhammad, L.,Karnan,L. Japa. 2015. Analisis Pertumbuhan sargassum sp. Dengan
Sistem Budidaya yang Berbeda di Telur Ekas Lombok Timur sebagai Bahan
Pengayaan Mata Kuliah Ekologi Tumbuhan. Jurnal Biologi Tropis Vol 15(2):135-144

13
Rifaid. 2018. Kualitas Produksi Telur Berdasarkan Umur dan Pakan yang digunakan.
Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makasar.
Makasar
Rimber, I.I. 2007. Why seawees. Degree Diss., Sam Ratulangi University, Manado,
Indonesia.
Sahara, E. 2011. Peningkatan Indeks Warna Kuning Telur dengan Pemberian Tepung
Daun Kaliandra (Caliandra Calothyrsus) dan Kepala Udang dalam Pakan Itik. Jurnal
Sains Peternakan Indonesia Vol. 5 No.1
Sakroni, T. Kartini, K. Nova. 2015. Perbandingan Tebal Kerabang,Penurunan Berat
Telur,dan Nilai Haugh Unit Telur Ayam Ras Umur Simpan Sepuluh Hari dari Strain
Ayam Berbeda.Ed November. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. Vol. 3(4):217-220
Shindy Hamindah Manteu, Nurjanah, Tati Nurhayati. 2018. Karakteristik Rumput Laut
Coklat (Sargassum policystum dan Padina Minor) dari Perairan Pohuwato Provinsi
Gorontalo. JPHPI Vol. 21(3) 396-405
Suharyanto. 2007. Age and Weigh of Layer Eggs Distributed in Bengkulu. JSPI 2(1) 22-
26. Bengkulu
Triastinurmiatiningsih, Ismanto, dan Ertina. 2011. Variasi Morfologi Anatom Sargassum
spp. Di Pantai Bayah Banten. Edisi Oktober. Ekologia, Vol. 11(2) 1-10
Triastinurmiatiningsih, Rina Yulianti, Dewi Sugiharti. 2015. Uji Aktivitas Sargassum
crassifolium sebagai Antifungi Candida albicans. Edisi April. Ekologia Vol. 15(1) 22-
28
Vijayavel, K. Anbuselvam, C. and Balasubramanian, M.P. 2007. Antioxidant Effect of the
Marine Algae Chlorella Vulgaris Against Naphthalene-induced Oxidative Stress in the
Albino rats. Molecular and cellular Biochemestry Vol. 303 (1-2).
Vivekananda Mandal, Yogesh Mohan, S. Hemalatha. 2007. Mikrowave Assisted
Extraction- An Innovative and Promising Extraction Tool for Medical Plant Research.
Edisi Jan-May. Pharmacognosy Reviews Vol. 1(1) 7-18
Winarno, F. G. and S. Koswara. 2002. Telur: Komposisi, Penanganan, dan
Pengolahannya. M-Brio Press. Bogor

14

Anda mungkin juga menyukai