Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

MANAJEMEN TERNAK UNGGAS

“Budidaya Ayam Broiler”

Disusun oleh :
Kelompok 2
Kelas A

Ikhwan Maulana 200110170006


Nofira Permata Maulani 200110170074
Elvarina Fadhillah 200110170120
Ririn Siti Rahmatillah 200110170148
January Dhea Lestari P. 200110170181
Syifa Rahma Luthfiani 200110170207
Firdania Alda Elsadiana 200110170261

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2019

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa,

atas rahmat hidayah dan izinnya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan

judul “Budidaya Ayam Broiler” dimana dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Tugas ini merupakan tugas dari mata kuliah “Manajemen Ternak Unggas”

penyusunan makalah ini kami mengalami kendala atau hambatan namun semua

dapat di atasi dengan baik karena bantuan dari semua pihak yang membantu kami

dalam penyusunan laporan ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ir. Dani

Garnida, M.Si. Selaku dosen mata kuliah Manajemen Ternak Unggas dan seluruh

pihak yang membantu dalam penyusunan laporan ini.

Kami yakin laporan ini, masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu kami

sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi

penyempurnaan laporan kami berikutnya.

Sumedang, Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Bab Halaman

KATA PENGANTAR .......................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................... ii

DAFTAR TABEL ................................................................. iii

I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang ................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ......................................................... 1
1.3 Maksud dan Tujuan .......................................................... 2
II TINJAUAN PUSTAKA 3
III PEMBAHASAN 6
3.1 Persiapan Kandang pada Ayam Broiler............................ 6
3.2 Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Broiler………………. 9
3.3 Vaksinasi Pada Ayam Broiler .......................................... 13
3.4 Pencatatan Pada Ayam Broiler ......................................... 17
3.5 Pemanenan…………………………………………….... 19
3.6 Debonning……………………………………………… 22
IV PENUTUP ............................................................................. 24
4.1 Kesimpulan....................................................................... 24

ii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Ciri-ciri Ayam Pedaging………………………………….. 5

iii
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara ekonomi, Indonesia merupakan Negara berkembang, seiring dengan

naiknya pendapatan perkapita penduduk, maka kebutuhan akan protein hewani bagi

masyarakat juga meningkat. Ayam pedaging (broiler) merupakan salah satu

komoditi unggas yang memberikan kontribusi besar dalam memenuhi kebutuhan

protein asal hewani bagi masyarakat Indonesia. Kebutuhan daging ayam setiap
tahunnya mengalami peningkatan, karena harganya yang terjangkau oleh semua

kalangan masyarakat. Broiler adalah jenis ternak unggas yang memiliki laju

pertumbuhan yang sangat cepat, karena dapat dipanen pada umur 5 minggu.

Keunggulan broiler didukung oleh sifat genetik dan keadaan lingkungan yang

meliputi makanan, temperatur lingkungan, dan pemeliharaan. Dengan keunggulan

tersebut banyak masyarakat yang tertarik untuk beternak ayam broiler.

Beternak ayam broiler perlulah kemampuan dan pengetahuan agar usaha


yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan dapat memberi keuntungan pada

peternak ayam broiler. Adapun yang perlu diketahui dalam beternak/budidaya

ayam broiler, yaitu persiapan kandang, tatalaksana pemeliharaan, vaksinasi,

pencatatan, proses pemanenan dan deboning ayam broiler. Hal-hal tersebut

haruslah diketahui oleh orang yang ingin beternak atau budidaya ayam broiler.

1.2 Identifikasi Masalah

(1) Bagaimana persiapan kandang pada ayam broiler.

(2) Bagaimana tatalaksana pemeliharaan ayam broiler.

(3) Bagaimana vaksinasi pada ayam broiler.

1
(4) Bagaimana pencatatan pada ayam broiler.

(5) Bagaimana proses pemanenan ayam broiler.

(6) Bagaimana proses deboning pada ayam broiler.

1.3 Tujuan

(1) Mengetahui persiapan kandang pada ayam broiler.

(2) Mengetahui tatalaksana pemeliharaan ayam broiler.

(3) Mengetahui vaksinasi pada ayam broiler.

(4) Mengetahui pencatatan pada ayam broiler.

(5) Mengetahui proses pemanenan ayam broiler.

(6) Mengetahui proses deboning pada ayam broiler.

2
II

TINJAUAN PUSTAKA

Ayam ras pedaging disebut juga Broiler, yang merupakan jenis ras unggulan

hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas

tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. ayam pedaging adalah jenis

ternak bersayap dari kelas aves yang telah didomestikasikan dan cara hidupnya

diatur oleh manusia dengan tujuan untuk memberikan nilai ekonomis dalam bentuk

daging (Yuwanta, 2004).

Menurut Rasyaf (2006), ayam pedaging adalah ayam jantan dan ayam betina

muda yang berumur dibawah 6 minggu ketika dijual dengan bobot badan tertentu,

mempunyai pertumbuhan yang cepat, serta dada yang lebar dengan timbunan

daging yang banyak. Banyak strain ayam pedaging yang dipelihara di Indonesia.

Strain merupakan kelompok ayam yang dihasilkan oleh perusahaan pembibitan

melalui proses pemuliabiakan untuk tujuan ekonomis tertentu. Contoh strain ayam

pedaging antara lain CP 707, Starbro, Hybro (Suprijatna et al.,2005).

Broiler adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam hasil budidaya

teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan cirri khas yaitu

pertambahan bobot badan yang cepat, konversi ransum yang baik dan dapat

dipotong pada usia yang relatif muda sehingga sirkulasi pemeliharaannya lebih

cepat dan efisien serta menghasilkan daging yang berkualitas baik (Murtidjo, 1992).

Hardjoswaro dan Rukminasih (2000), menyatakan bahwa ayam broiler

dapat digolongkan ke dalam kelompok unggas penghasil daging artinya dipelihara

khusus untuk menghasilkan daging. Umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

3
kerangka tubuh besar, pertumbuhan badan cepat, pertumbuhan bulu yang cepat,

lebih efisien dalam mengubah ransum menjadi daging.

Gambar 2.1 Morfologi Ayam Pedaging (Wiryawan, 2009)

Ayam pedaging mempunyai peranan yang sangat penting sebagai sumber

protein hewani. Menurut Amrullah (2004), ayam pedaging merupakan ayam yang

mempunyai kemampuan menghasilkan daging yang banyak dengan kecepatan

pertumbuhan yang sangat cepat dalam satuan waktu yang singkat untuk mencapai

berat badan tertentu. Bagi konsumen, daging ayam pedaging telah menjadi

makanan bergizi tinggi dan berperan penting sebagai sumber protein hewani bagi

mayoritas penduduk Indonesia (Muladno et al., 2008). Kontribusi ayam pedaging

dalam penyediaan daging di Indonesia berdasarkan angka-angka sebesar 60.75%

(Balitbang, 2006).

Berdasarkan data perkembangan pertumbuhan yang ada saat ini, dapat

dilihat bahwa ayam pedaging sudah tumbuh jauh lebih cepat dari nenek

moyangnya. Jika sebelumnya ayam pedaging dipelihara selama 9 minggu untuk

4
mendapatkan ayam berukuran besar, maka pada tahun 1999 hanya diperlukan

waktu 8 minggu untuk mencapai bobot yang sama. Dalam kurun waktu 6-7 minggu

ayam ini akan tumbuh 40-50 kali dari bobot awalnya, akhir-akhir ini pemeliharaan

dalam waktu 35 hari dapat mencapai bobot panen 1980 gram/ekor (CISF, 2008).

Murtidjo (1987) menyatakan bahwa ayam pedaging merupakan hasil

budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas

pertumbuhan cepat. Dengan memperpendek waktu berarti perputaran modal

menjadi lebih cepat. Biaya yang dikeluarkan selama 5 minggu produksi akan cepat

sekali. Salah satu strain ayam pedaging adalah strain Abror Acress CP-707. Dengan

karakteristik dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Ciri-ciri Ayam Pedaging AA CP-707

Data Biologis Satuan

Bobot hidup umur 6 minggu 1,56 Kg

Konversi pakan 1,93

Bobot bersih 70%

Daya hidup 98%

Warna kulit Kuning

Warna bulu Putih

Sumber: Murtidjo (1987)

5
III
PEMBAHASAN

3.1 Persiapan Kandang pada Ayam Broiler

Persiapan kandang merupakan awal dari semua kegiatan usaha ayam boiler.

Persiapan kandang yang dilakukan secara matang menjadi salah satu kunci sukses

pemeliharaan ayam broiler. Persiapan kandang harus harus benar-benar sudah

bersih yang ada di dalam lingkungan kandang maupun di dalam kandang. Sebelum

DOC datang akan dilakukan adalah persiapan kandang dan pembersihan kandang.

Berikut ini beberapa langkah yang harus dikerjakan sebelum anak ayam Day Old

Chick atau ( DOC ) dipelihara :

1. Merapikan dan membersikan peralatan sesuai dengan fungsinya. Selanjutnya

peralatan dibersihkan dan dicuci dengan Cuats (desifektan untuk pencucian

peralatan), kecuali alat pemanas. Setelah semua peralatan di cuci dengan

bersih dengan desinfektan. Peralatan yang sudah bersih dan steril disimpan

ketempat yang bersih.

2. Membersikan semua kotoran dan barang yang tidak terpakai yang ada

didalam kandang dan sekitar kandang. Kotoran ayam harus langsung

dibersikan dan diangkat keluar lokasi. Lantai kandang harus di sapu sampai

bersih, layar penutup kandang atau tirai dibuka, dan rumput disekitaran

kandang harus dicabut atau di bersihkan.

3. Mencuci kandang denga sprayer tekanan tinggi mulai dari kandang bagian

atas dinding, tirai dan lantai kandang. Proses pencucian bias menggunakan

deterjen dengan perbandingan 1 kg deterjen untuk 1.000 liter air. Selanjutnya

di bilas dengan air yang bersih.

6
4. Melakukan sterilisasi menggunakan desifektan. Desifektan yang dipakai

sebaiknya lebih dari satu jenis dan berspektrum luas. Proses sterilisasi

dilakukan keseluruh bagian kandang dan lingkungan sekitar kandang.

5. Menaburkan atau menyemprotkan kapur tohor ke bagian kandang lantai atau

di sekitar luar kandang.

6. Membersihakan kandang selama 3-4 hari hingga bagian dalam kandang dan

sekitar kandang.

7. Setelah selesai itu pasang kembali amparan (terpal) kembali.

8. Setelah itu taburkan sekam (kulit padi ) setebal 8-10 cm .

9. Semprotkan kembali dengan Antiseptik sehari setelah penaburan sekam

10. Peralatan untuk DOC sudah masuk pemanas BB feed.

11. Langkah terakhir semprotkan lagi dengan Frankiller, kemudian menunggu

DOC datang.

DOC memerlukan kandang yang bersih dan hangat. Karena DOC ditetaskan

dengan mesin tetas dan tidak ada induk ayam yang menghangatkan tubuhnya,

penambah pemanas buatan yang bisa berupa bohlam listrik, pemanas gasolek

(gas)/pemanas semawar/minyak tanah dan kompor batu bara. Selain itu perlu dibuat

guard chick atau brooder guard yang berupa seng supaya anak ayam mengumpul

untuk menghemat pemakaian pemanas (Sudaro, 2007). Ditambahkan juga oleh

Fadilah (2005) bahwa lingkaran pelindung bisa terbuat dari seng, layar, karung,

triplek atau boks bekas DOC. Pemanas dinyalakan 2 - 3 jam sebelum kedatangan

DOC. Kemudian siapkan minuman (campuran air, vitamin, antibiotic) dan

dimasukkan ke dalam guard chick (Rahayu et al., 2011). Guard chick dan pemanas

harus sudah dipasang 2 - 3 hari sebelum DOC datang.

7
Sementara itu penyemprotan ulang dengan desinfektan dilakukan 1 - 2 hari

sebelum DOC datang ke seluruh ruangan dan peralatan (Rasyaf, 2008). Tata

laksana ternak broiler intensif, penerangan tambahan mempunyai pengaruh baik

yakni membantu meningkatkan performa ayam sampai masa pemasaran.

Pelaksanaan program penerangan tambahan, tidak boleh gegabah. Sebab bila ayam

broiler terlalu banyak mensisntesis vitamin D3, berpengaruh buruk juga, yakni

terjadinya penyimpangan dalam pemindahan Ca dan P dari jaringan tulang. Adapun

program penerangan untuk minggu pertama yaitu secara total selama 24 jam,

dengan intensitas cahaya lampu pijar 40 watt/20m2 dan untuk minggu-minggu

berikutnya ada pengurangan lama penyalaan (Murtidjo, 1987).

Penggunaan fumigan harus sesuai dengan etika dan aturan pakainya dan harus

diperhatikan dengan benar karena setiap merek dagang memiliki aturan pakai yang

berbeda-beda (Rasyaf, 2012). Sebelum anak ayam tiba maka kandang harus sudah

siap. Persiapan kandang DOC untuk ayam broiler tidak berbeda dengan DOC untuk

ayam petelur. Begitu pula perlengkapan kandangnya, sampai mencapai

pertumbuhan bulu yang sempurna. Penempatan tempat makan dan minum juga

sama (Suprijatna dan Kartasudjana, 2006). Waktu istirahat kandang dalam keadaan

bersih minimal 2 minggu agar siklus penyakit diharapkan dapat putus. Adapun

tahapan persiapan kandang, yaitu sebagai berikut : mengarungkan pupuk;

merapikan tempat pakan dan tempat minum; mematikan aliran listrik; mematikan

saluran air minum; merapikan peralatan kandang lainnya seperti sekat dan brooder

guard; mencuci kandang dengan air kemudian desinfektan; mengapur kandang;

mencuci tirai dan alas litter; menaburkan litter dan memasang peralatan; memasang

tirai; menyemprot ulang desinfektan; membiarkan kandang tertutup tirai; mencuci

peralatan kandang (Harto, 1987).

8
3.2 Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Broiler

Pemeliharaan ayam broiler meliputi pemilihan bibit, perkandangan

pemeliharaan, pencegahan penyakit dan pola pemberian ransum. Suprijatna (2006)

menyatakan bahwa kegiatan pertama yang harus dilakukan ketika DOC datang

adalah memperhatikan dan memeriksa keadaan DOC secara keseluruhan, baik

kualitas maupun kuantitasnya. DOC yang berkualitas baik antara lain mempunyai

ciri kakinya besar dan basah seperti berminyak, bulu cerah dan penuh, DOC terlihat

aktif dan beratnya tidak kurang dari 32 g.

Kartasudjana dan Edjeng (2006) menambahkan bahwa kualitas DOC yang

dipelihara harus yang terbaik, karena performa yang jelek bukan saja dipengaruhi

oleh faktor pemeliharaan tetapi juga oleh kualitas DOC pada saat diterima. DOC

ditempatkan pada lingkaran pemanas, setiap lingkaran pemanas berisi 800 ekor

untuk kandang utara sebanyak 10 lingkaran pemanas dan 850 ekor untuk kandang

selatan sebanyak 10 lingkaran pemanas, dengan suhu pemanas diatur sesuai

fisiologis 20 DOC.

Tahap berikutnya diberi larutan gula dengan harapan mengembalikan energi

yang hilang selama perjalanan menuju tempat peternakan setelah larutan gula habis,

barulah diberi multivitamin untuk siang harinya dan antibiotik untuk malamnya

atau sebaliknya secara ad libitum dengan tujuan ayam tidak mengalami dehidrasi

sehingga produksi daging dapat optimal . Williamson dan Payne (1993)

menyatakan bahwa air harus selalu tersedia dan sangat baik disediakan dari

krankran otomatis .

Konsumsi air pada ayam biasanya dua kali lebih banyak dibanding dengan

konsumsi makanannya. Ayam akan mampu hidup lebih lama tanpa makanan

dibanding tanpa air (Rizal, 2006). Pakan diberikan jenis Melindo 8201-SE dengan

9
butiran yang lebih halus mulai dari umur 1 – 10 hari diberikan secara ad libitum.

Menurut Harto (1987), pemberian ransum pada ternak yang masih berumur sehari

atau DOC diletakkan dikertas atau tempat pakan dari nampan yang kecil. Setelah

ayam berumur diatas 1 minggu, tempat pakan harus diganti dengan tempat pakan

khusus yang digantung.

Ayam broiler atau ayam daging dipelihara selama kurang lebih 6 sampai 7

minggu. Ayam ini tidak dimaksudkan untuk produksi telur, tetapi diharapkan

dagingnya. Sampai umur 5 minggu beratnya kira-kira sama dengan ayam petelur

dewasa yaitu kurang lebih 1,5 kg. Cara pemeliharaan ayam daging hampir sama

dengan ayam telur dari periode starter sampai grower.

Menurut Alamsyah (2005), pemeliharaan dilakukan dengan pembersihan

secara tuntas terhadap kandang dan peralatan yang akan dipakai didalamnya, baik

tempat makanan, tempat minuman,brooder, alat pelingkan dan lain-lain. Terutama

pada kandang lama yang sudah dipakai, sisa-sisa dari ternak yang lama, baik

kotoran, bahan-bahan yang tercecer harus dibersihkan secara tuntas sehingga tidak

ada yang tertinggal, sebab setiap butir sisa dari kawanan ayam yang lama akan ada

kemungkinan akan menularkan sesuatu penyakit kepada kawanan berikutnya.

Pembersih dilakukan dengan air dan bahan pencuci (sabun atau detergen).

Teknis pemeliharaan ayam broiler yang baik yaitu minggu pertama (hari

ke-1 sampai ke-7). DOC dipindahkan ke indukan atau pemanas, segera diberi air

minum hangat yang ditambah gula untuk mengganti energi yang hilang selama

transportasi. Pakan dapat diberikan dengan kebutuhan per ekor 13 gram atau 1,3 kg

untuk 100 ekor ayam (Cahyono,1995).

Jumlah tersebut adalah kebutuhan minimal, pada prakteknya pemberian tidak

dibatasi. Pakan yang diberikan pada awal pemeliharaan berbentuk butiran-butiran

10
kecil (crumbles). Mulai hari ke -2 hingga ayam dipanen sudah diberi air

minum.Vaksinasi yang pertama dilaksanakan pada hari ke-4. Minggu Kedua (hari

ke-8 sampai ke-14). Pemeliharaan minggu kedua masih memerlukan pengawasan

seperti minggu pertama, meskipun lebih ringan.Pemanas sudah bisa dikurangi

suhunya.

Minggu Ketiga (hari ke-15 sampai ke-21). Pemanas sudah dapat dimatikan

terutama pada siang hari yang terik. Kebutuhan pakan adalah 48 gram per ekor atau

4,8 kg untuk 100 ekor. Pada akhir minggu (umur 21 hari) dilakukan vaksinasi yang

kedua menggunakan vaksin ND strain Lasotta melalui suntikan atau air

minum. Jika menggunakan air minum, sebaiknya ayam tidak diberi air minum

untuk beberapa saat lebih dahulu, agar ayam benar-benar merasa haus sehingga

akan meminum air mengandung vaksin sebanyak-banyaknya.

Minggu Keempat (hari ke-22 sampai ke-28). Pemanas sudah tidak

diperlukan lagi pada siang hari karena bulu ayam sudah lebat. Pada umur 28 hari,

dilakukan sampling berat badan untuk mengontrol tingkat pertumbuhan

ayam. Pertumbuhan yang normal mempunyai berat badan minimal 1,25 kg.

Kebutuhan pakan adalah 65 gram per ekor atau 6,5 kg untuk 100 ekor ayam.

Kontrol terhadap ayam juga harus ditingkatkan karena pada umur ini ayam mulai

rentan terhadap penyakit.

Minggu Kelima (hari ke-29 sampai ke-35). Pada minggu ini, yang perlu

diperhatikan adalah tatalaksana lantai kandang.Karena jumlah kotoran yang

dikeluarkan sudah tinggi, perlu dilakukan pengadukan dan penambahan alas lantai

untuk menjaga lantai tetap kering. Kebutuhan pakan adalah 88 gram per ekor atau

8,8 kg untuk 100 ekor ayam. Pada umur 35 hari juga dilakukan sampling

11
penimbangan ayam. Bobot badan dengan pertumbuhan baik mencapai 1,8 sampai

2 kg. Dengan bobot tersebut, ayam sudah dapat dipanen.

Maka dapat disimpulkan bahwa kebutuhan pakan hingga berumur 5 minggu

adalah 24,7 kg untuk 100 ekor ayam. Minggu Keenam (hari ke-36 sampai ke-

42). Jika ingin diperpanjang untuk mendapatkan bobot yang lebih tinggi, maka

kontrol terhadap ayam dan lantai kandang tetap harus dilakukan. Pada umur ini

dengan pertumbuhan yang baik, ayam sudah mencapai bobot 2,25 kg.

Untuk pemberian pakan ayam broiler ada 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur

0 - 4 minggu) dan fase finisher (umur 4 - 6 minggu):

1. Kuantitas pakan fase starter adalah terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat)

golongan yaitu minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor, minggu

kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor, minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66

gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor. Jadi

jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4 minggu sebesar

1.520 gram.

2. Kuantitas pakan fase finisher adalah terbagi/digolongkan dalam empat

golongan umur yaitu: minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor,

minggu ke-6 (umut 37-43 hari) 129 gram/hari/ekor, minggu ke-7 (umur 44-

50 hari) 146 gram/hari/ekor dan minggu ke-8 (umur 51-57 hari) 161

gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-57 hari adalah

3.829 gram.

Sedangkan Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam yang

dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu: Fase starter (umur 1-29 hari), kebutuhan

air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu, yaitu minggu ke-1 (1-7 hari)

1,8 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor, minggu ke-

12
3 (15- hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor.

Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah sebanyak

122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi

tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang

diberikan adalah 50 gram/liter air.

Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing minggu

yaitu minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 liter/hari/100 ekor, minggu ke-6 (37-43 hari)

10,9 liter/hari/100 ekor, minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan

minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-57 hari

sebanyak 333,4 liter/hari/ekor. (Siregar,1982)

Cara Pemberian Pakan:

 Untuk anak ayam umur 1 - 6 hari (kutuk), pakan ditabur atau sediakan pada

wadah yang mudah terjangkau, jenis pakan yang dipakai adalah ransum ayam

ras starter (pakan komersial).

 Ayam umur 7 hari s/d 1 bulan dapat diberikan pakan campuran yaitu pakan

ayam ras starter dicampur dengan katul dan dedak halus, dengan

perbandingan 1: 1 atau jagung giling dan katul dengan perbandingan 2 : 1 dan

dapat di tambah protein hewani.

 Ayam umur 2-4 bulan dan seterusnya, diberikan pakan campuran, dedak

halus, jagung giling, dan pakan komersil dengan perbandingan 3:1:1 dan

dapat di tambahan gabah, gaplek dan tepung ikan.

3.3 Vaksinasi pada Ayam Broiler

Vaksinasi adalah proses memasukkan vaksin ke dalam tubuh supaya tubuh

dapat membentuk kekebalan terhadap penyakit yang disebabkan oleh

mikroorganisme dalam vaksin tersebut. Misalnya ayam broiler divaksin dengan

13
vaksin ND agar ayam broiler tahan terhadap serangan penyakit yang disebabkan

oleh paramyxovirus (virus penyebab ND).

Dalam penyimpanannya, vaksin harus disimpan dalam refrigerator (lemari

es/kulkas) bersuhu 2-8˚C (bukan freezer), terhindar dari panas dan sinar matahari

langsung. Apabila hendak mengangkut vaksin ke tempat yang jauh, vaksin harus

ditempatkan dalam wadah yang memiliki daya isolasi cukup baik terhadap suhu

luar (misal: termos atau sterofoam box), dengan diberi es batu di dalamnya.

Hal yang harus diperhatikan saat vaksinasi:

1. Jenis,

2. dosis,

3. waktu pemberian vaksin harus tepat

4. Vaksin belum kadaluarsa.

Pastikan ayam yang akan divaksin dalam kondisi sehat (ayam sakit tidak

boleh divaksin). Jangan melakukan kegiatan vaksinasi saat suhu udara sangat panas

(maksimal 29˚C). Gunakan wadah yang berbahan dasar plastik, hindari wadah yang

terbuat dari logam. Air yang digunakan harus baru dan segar, pH 6.5–7.5, bebas

klorin dan desinfektan. Cuci tempat vaksin dan alat vaksinasi dengan air biasa,

tanpa klorin atau desinfektan. Vaksinator harus terlatih, tata cara dan prosedur

vaksinasi harus diikuti dengan benar.Segera berikan suplemen ayam broiler atau

multivitamin setelah vaksinasi untuk mengurangi stress.

14
Secara umum ada 3 metode vaksinasi ayam broiler:

1. Vaksinasi melalui air minum

Pemakaian klorin dan desinfektan air minum dihentikan 24 jam sebelum

vaksinasi. Ayam dipuasakan 1-2 jam sebelum vaksinasi. Jika suhu lebih dari 30˚C

sebaiknya 1 jam saja. Disiapkan air, susu skim, dan vaksin dalam jumlah yang tepat.

Jumlah air yang dibutuhkan adalah sejumlah air yang habis diminum ayam selama

1-2 jam. Karena setiap 1.000 ekor ayam membutuhkan 1 liter air untuk setiap umur,

maka dapat digunakan rumusan sebagai berikut:

Jumlah air yang dibutuhkan = (Jumlah Ayam x Umur Ayam)/1000

Setelah jumlah air ditentukan, susu skim dengan dosis 2 gram per liter air

dimasukkan dalam air minum. Untuk daerah beriklim panas sebaiknya

ditambahkan es batu. Susu skim berfungsi sebagai pelindung vaksin dari

berinteraksi dengan bahan-bahan dalam air untuk menjaga kualitas vaksin. Untuk

daerah dengan kualitas air kurang bagus, disarankan untuk meningkatkan dosis susu

skim dan/atau merebus air yang akan digunakan untuk vaksinasi.

Vaksin dicampurkan ke dalam air yang telah disiapkan, aduk hingga rata

dan segera tuang ke tempat minum yang telah disediakan. Agar pembagian vaksin

merata, harus dihitung jumlah larutan vaksin yang harus dituang di setiap tempat

minum (kontrol distribusi vaksin).

Jumlah air di setiap tempat minum = Jumlah Air/Jumlah Tempat Minum

Botol dan tutup botol bekas vaksin harus dibakar atau direndam dalam desinfektan.

15
2. Vaksinasi tetes

Penting untuk diperhatikan bahwa proses penetesan ke dalam mata haruslah

tepat dan vaksin harus terserap sempurna ke dalam kelopak mata. Jangan terburu-

buru melepaskan ayam jika tetesan belum terserap sempurna. Harus dihindari

penjaringan ayam yang terlalu banyak (maksimal 200 ekor sekali jaring), agar ayam

tidak stres terlalu lama ketika menunggu divaksin.

Untuk menghindari turunnya efektifitas vaksin, sebaiknya larutan vaksin

dibagi kedalam beberapa alat penetes sesuai jumlah vaksinator (setelah dilarutkan,
vaksin harus habis dalam waktu 30 menit).

3. Vaksinasi suntik

Sebelum dilakukan vaksinasi harus dicek dulu fungsi injektor dengan cara

dilakukan uji coba dengan air. Jika injektor rusak atau tidak lancar, jangan

digunakan. Jika kotor, dicuci dengan air panas. Vaksin yang keluar dari refrigerator

sebaiknya ditunggu beberapa saat sampai suhunya mendekati suhu lingkungan.

Dapat juga dilakukan thawing dengan cara vaksin dari refrigerator direndam dalam

air biasa agar lebih cepat mencapai suhu lingkungan.

Sebelum atau saat melakukan kegiatan vaksinasi, sesering mungkin botol

vaksin dikocok untuk menghindari pengendapan komponen vaksin. Ayam broiler

merupakan ternak dengan umur pendek. cukup 28-35 hari bisa dipanen. Padaumur

ini ada beberapa penyakit yang bisa menyerang ayam broiler. antara lain Newcastle

desease (ND) dan Gumboro.

16
Gambar 2. Jadwal vaksinasi pada ayam broiler

3.4 Pencatatan pada Ayam Broiler

Dalam usaha peternakan ayam broiler perlu diadakannya pencatatan atau

recording. Pencatatan/Recording dalam usaha peternakan ayam pedaging/ broiler

sangat diperlukan pencatatan ini bertujuan ;

1) Untuk mengetahui tingkat keberhasilan atau kegagalan dalam usaha ternak

ayam pedaging baik ditinjau dari segi tehnik maupun ekonomis

2) Untuk memantau semua kegiatan dalam budidaya ayam pedaging

3) Sebagai evaluasi dan tindak lanjut kegiatan budidaya pada periode tertentu.

Pencatatan/recording perlu dilakukan setiap hari meliputi kematian ayam,

penggunaan pakan, program pengobatan berat tubuh ayam, vaksinasi dan

pemberian vitamin. Hal ini perlu untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan

ayam serta untuk mengontrol performance ayam.

17
Dalam pencatatan / rekording ayam pedaging biasanya berisi :

1) Nama perusahaan peternakan/ farm

2) Nomor kandang

3) Strain ayam

4) Tanggal tetas

5) Tanggal penerimaan

6) Jumlah ayam

7) Jumlah kematian ayam

8) Pemberian pakan

9) Vaksinasi( jenis, dosis dan cara)

10) Obat- obat yang digunakan

11) Bobot badan ayam

12) Konversi pakan

18
Gambar 3. Contoh tabel pencatatan pada peternakan ayam broiler.

3.5 Pemanenan

Proses pemanenan ayam potong dapat dilakukan kapan saja tanpa harus

memperhitungkan waktu (waktu fleksibel). Namun disarankan ayam ditangkap

pada pagi hari, sore hari, atau malam hari agar ayam tidak terlalu stres. Khususnya
penangkapan ayam pada malam hari menggunakan nyala lampu yang redup atau

tidak terang. (Fadilah, 2013)

Beberapa hal yang dilakukan sebelum memanen ayam broiler adalah sebagai

berikut:

a. Membuat jadwal kandang yang akan dipanen sesuai dengan ukuran berat
ayam dan letak kandang.

19
b. Menyiapkan peralatan panen seperti timbangan, alat tulis, surat jalan, nota

timbangan, tali rafia, keranjang ayam, dan lampu senter.

c. Membuat laporan stok ayam dan mengambil sampel dahulu untuk

ditimbang, sehingga saat dipanen akan sesuai dengan ukuran yang telah

dilaporkan.

d. Tidak memberi pakan secara penuh pada ayam yang akan dipanen. 12 jam

atau minimal 8 jam sebelum dijual hidup (juga bila dijual dalam bentuk

sudah dipotong) ayam sudah tidak diberi ransum lagi, tapi hanya diberi air

minum. Tujuannya agar ayam tidak terkontaminasi oleh pakan (termasuk

baunya), dan bilamana akan dipotong tidak menghasilkan kotoran yang

terlalu banyak

e. Kondisi ayam yang dipanen harus bebas dari antibiotik minimum 5-14 hari

sebelum panen, dengan tujuan untuk menghindari efek residual atau masih

terdapatnya sisa-sisa obat-obatan tersebut di dalam daging ayam yang tentu

saja akan tidak baik bagi kesehatan manusia bilamana mengonsumsinya.

A. Proses Pemanenan

Tata cara pemanenan ayam broiler adalah sebagai berikut:

1) Suasana kandang ayam dibuat senyaman mungkin dengan cara mengantung

tempat pakan dan minum sehingga tidak banyak pakan dan air minum yang

tumpah saat proses pemanenan terutam saat proses penyekatan

(penangkapan) ayam.

2) Proses penyekatan ayam dilakukan secara bertahap agar ayam yang dipanen

tidak lumpuh karena lemas. Hal ini sangat perlu dilakukan karena dapat

berakibat ayam mati menumpuk (over lapping).

20
3) Proses menangkap ayam tidak dilakukan secara kasar karena bisa

menyebabkan memar, tulang sayap dan kaki patah bahkan bisa

menyebabkan ayam mati karena stres.

4) Cara penangkapannya adalah dengan memegang kakinya secara perlahan-

lahan, kemudian dipegang bagian dadanya dan ayam ditarik ke atas.

5) Ayam dihabiskan dalam satu sekatan. Pada proses ini tidak dianjurkan

menggunakan sistem tangkap pilih untuk menangkap ayam saat memanen.

6) Setelah ditangkap, kedua kaki ayam diikat dengan tali agar bisa ditimbang

secara berkelompok (sekitar 4-5 ekor bersamaan) dan dicatat bobot

hidupnya

7) Menimbang ayam dengan menggunakan timbangan dan mempekerjakan

orang yang sudah terlatih dalam menimbang ayam. Sebelum melakukan

penimbangan sebaiknya timbangan ditera terlebih dahulu untuk mencegah

terjadinya kesalahan sehingga dapat merugikan peternak sendiri.

Penimbangan pada waktu matahari terik yakni sekitar jam 12-2 siang akan

menyebabkan tingkat stres ayam memuncak sehingga banyak ayam yang

lemas bahkan mati, karena itulah proses penimbangan dilakukan pada saat

sore sampai malam hari.

8) Memasukkan ayam yang akan ditimbang ke dalam boks atau keranjang

secara cermat dan tidak kasar, hal ini untuk mengurangi resiko banyaknya

ayam yang diafkir akibat sayap atau kaki yang patah sehingga peternak tidak

rugi.

9) Box berisi ayam tersebut kemudian dimasukkan ke dalam bak truk atau

lubang ventilasi yang cukup bagi ayam. Setelah selesai ditata, boks-boks

21
berisi ayam tersebut kemudian kan dibawa ke pengepul atau langsung

dibawa ke tempat pemotongan ayam

10) Mencatat semua hal dari awal, seperti jumlah ayam yang ditangkap dan

yang ditimbang. Selain itu,hal yang harus dicatat adalah hasil penimbangan

sehingga data yang dihasilkan akan akurat.

11) Langkah terakhir yang dilakukan adalah mengecek ulang hasil data

timbangan selesai proses penangkapan. Sebab, jika satu timbangan saja

terlewatkan karena faktor kelalaian, kerugian yang diderita peternak setara

dengan 8-15 ekor ayam. Maka dari itu, konsentrasi yang tinggi saat

menjalankan aktivitas pemanenan perlu diperhatikan. Setelah semua data

benar dan sesuai dengan surat jalan penangkapan, barulah kendaraan

pengangkut ayam boleh diizinkan keluar meninggalkan lokasi.

12) Produk sampingan dari proses produksi ayam broiler yaitu kotoran ayam

yang dapat digunakan sebagai pupuk kandang. Hal yang perlu diperhatikan

pada saat penggunaan pupuk adalah membuat lubang disekitar tanaman

sebelum diberi pupuk. Hal ini dilakukan agar kotoran ayam tidak hilang

ketika terkena hujan.

Kegiatan yang dilakukan pasca panen adalah mengumpulkan semua

peralatan kandang dan membersihkannya. Selanjutnya, menimbang pakan sisa dan

mencatatnya serta menghitung total ayam dan total berat ayam yang dijual. Terakhir

melakukan evaluasi perhitungan prestasi produksi ayam (Fadilah, 2005).

4.5 Debonning

Deboning adalah suatu proses untk mendapatkan daging bebas tulang

dengan cara memisahkan tulang dari daging. Deboning dapat dibagi menjadi dua,

yaitu deboning dengan tangan (hand deboned meat/HMD) dan deboning dengan

22
menggunakan mesin (mechanically deboned meat/MDM). Mechanically Deboned

Meat ini, hasilnya dipengaruhi oleh tipe peralatan deboned prosedur pengolahan

yang digunakan, besar dari ayam. Metode deboning dengan menggunakan tangan

(hand deboned meat) keuntungannya yaitu lebih mudah dalam memotong bagian-

bagian karkas ayam. Metode ini umumnya menggunakan pisau stainles steel

(Mountney dan Parkkhurst, 1995).

Menurut Mountney dan Parkhurst (1995), menyatakan bahwa pengeluaran

tulang pada daging sering disebut juga dengan hand deboned meat yaitu penarikan

tulang dengan cara ditarik menggunakan tangan, dan memiliki keuntungan mudah

untuk dilakukan.

Deboning atau pelepasan tulang pada karkas ayam dilakukan dengan tahapan

sebagai berikut:

1) Bagian tubuh dibagi menjadi 4 yaitu kulit di potong pada sela – sela paha

kiri dan kanan, juga potong kulit secara vertikal pada bagian dada dan perut.

2) Paha di tarik hingga putus secara perlahan. Daging pangkal sayap diiris

searah dengan dengan letak ulang sayap. Ibu jari dimasukkan pada bagian

yang diiris kemudian ditarik higga sayap dan daging dada lepas.

3) Untuk bagian daging sasami, digoreskan dengan ujung pisau pada tulang

dada dan ditarik hingga lepas.

23
IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1) Persiapan kandang pada ayam broiler diantaranya membersikan peralatan

dan kotoran, mencuci kandang, sterilisasi menggunakan desifektan,

menaburkan kapur, membersihakan kandang selama 3-4, pasang kembali

amparan (terpal), taburkan sekam, semprotkan kembali Antiseptik, dan

langkah terakhir semprotkan lagi dengan Frankiller.

2) Tatalaksana pemeliharaan ayam broiler dibedakan berdasarkan umur ayam

yaitu pada minggu ke-1, minggu ke-2, minggu ke-3, minggu ke-4, minggu

ke-5, dan minggu ke-6.

3) Vaksinasi merupakan proses memasukan vaksin kedalam tubuh supaa tubuh

dapat membentuk kekebalan terhadap suatu penyakit. Metode vaksinasi

pada ayam broiler secara umum dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu

vaksinasi melalui air minum, vaksinasi tetes, dan vaksinasi suntik.

4) Pencatatan/recording pada ayam broiler meliputi nama farm, nomor

kandang, strain, tanggal tetas, tanggal penerimaan, jumlah ayam, jumlah

kematian ayam, pemberian pakan, vaksinasi, obat yang digunakan, bobot

badan, dan konversi pakan.

5) Proses pemanenan ayam potong dapat dilakukan kapan saja. Namun

disarankan ayam ditangkap pada pagi hari, sore hari, atau malam hari agar

ayam tidak terlalu stres. Penangkapan ayam pada malam hari menggunakan

nyala lampu yang redup atau tidak terang.

24
6) Proses deboning dapat dibagi menjadi dua, yaitu deboning dengan tangan

(hand deboned meat/HMD) keuntungannya yaitu lebih mudah dalam

memotong bagian-bagian karkas ayam dan deboning dengan menggunakan

mesin (mechanically deboned meat/MDM) hasilnya dipengaruhi oleh tipe

peralatan deboned, prosedur pengolahan yang digunakan, dan besar dari

ayam.

25
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, R. 2005. Pengolahan Pakan Ayam dan Ikan Secara Modern . Penebar
Swadaya. Jakarta

Amrullah, I. K. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung Budi. Bogor.

Badan Litbang Pertanian. 2006. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis


Unggas. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

Cahyono, bambang, 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging.


Yayasan Pustaka Nusantara . Yogyakarta.
Cibadak Indah Sari Farm. 2008. Super Broiler Jumbo 747. www.cibadak.com
(Oktober 2019).

Fadilah, R. 2005. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah Tropis. Cetakan
ke-2. Agromedia Media Pustaka. Jakarta.

Fadilah. 2013. Super Lengkap Beternak Ayam. Agromedia Media Pustaka, Jakarta.

Mountney G. J. dan G. R. Parkhurst. 1995. 3rd ed. Poultry Product Technology.


The Haworth Press, Inc. New York.

Hardjosworo dan Rukminasih. 2000. Peningkatan Produksi Ternak Unggas.


Penebar Swadaya, Jakarta.

Harto, W. 1987. Panduan Pembesaran Ayam Broiler. Penerbit Kanisius.


Yogyakarta.
Kartasudjana, R dan Edjeng S. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Muladno, Sjaf S, Arifin AY, Iswandari. 2008. Struktur Usaha Broiler di Indonesia.
Bogor: Permata Wacana Lestari.

Murtidjo, B. A. 1987. Pedoman Beternak Ayam Pedaging. Yogyakarta: Kanisus.

Murtidjo, B. A. 1992. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius. Yogyakarta.

Rasyaf, M. 2006. Manjemen Peternakan Ayam Broiler. Penebar Jakarta : Swadaya.

Rasyaf , M . 2008 . Panduan Terhadap ternak Ayam Pedaging . Swadaya Jakarta.

Rasyaf, M. 2012. Manajemen Peternakan Ayam Broiler. Penebar Swadaya. Bogor.

26
Rizal, Yose.2006. Ilmu Nutrien Unggas .Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Suprijatna, E., Atmomarsono dan Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas.
Jakarta: Penebar Swadaya.

Wiryawan, Wawan. 2009. Unggas. Dalam Majalah Infofet. Edisi November 2009.

Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Yogyakarta: Kanisius.

27

Anda mungkin juga menyukai