Pencernaan pedet berlangsung dari suatu saluran yang terentang dari mulut
mengalami perombakan menjadi molekul yang siap untuk diserap tubuh hewan
(Tillman dkk., 1989). Saluran pencernaan pedet saat lahir belum berkembang dan
berfungsi dengan baik, sehingga belum mampu untuk mencerna pakan padat,
rumput, atau sumber serat lainnya. Oleh karena itu, pemberian pakan padat dan
hijauan (pakan sumber serat) pada pedet dilakukan secara bertahap. Saat pedet baru
dilahirkan, pakan pertama yang harus diberikan adalah kolostrum karena pedet
susu induk atau susu pengganti, pakan padat, dan rumput. Perkembangan dan
pertumbuhan pedet setelah lahir sangat bergantung pada jumlah dan kualitas pakan
yang diberikan. Pada saat lahir, perut depan pedet belum berkembang seperti pada
ruminan dewasa. Bobot abomasum pedet sekitar setengah berat perut total. Setelah
lahir, rumen, retikulum, dan omasum akan terus berkembang hingga berfungsi baik.
Pedet memulai tahap transisi pada umur 5 minggu dan berakhir umur 12 minggu.
Pada tahap ini, pola metabolisme karbohidrat berubah. Penggunaan glukosa secara
langsung yang diserap dari usus halus sebagai hasil hidrolisis laktosa mulai hilang
Menurut Williamson & Payne (1993), rumen berfungsi dengan baik setelah
anak sapi berumur dua bulan atau jika anak sapi telah mengkonsumsi pakan padat
oleh: (1) pakan kasar yang merupakan stimulus fisik bagi perkembangan kapasitas
rumen, (2) produk fermentasi yang merupakan stimulus kimia bagi perkembangan
papila-papila rumen. Setelah ternak mengkonsumsi pakan berserat tinggi, maka
bobot rumen menjadi lebih berat daripada ternak yang tidak mengkonsumsi hijauan.
Bahan pakan kasar merupakan makanan utama untuk sapi perah yang terdiri
dari rumput dan hijauan. Bahan pakan tersebut mengandung kadar serat kasar yang
tinggi. Kadar serat kasar yang tinggi dalam ransum, mengakibatkan ransum tersebut
sulit dicerna. Tetapi sebaliknya kadar serat kasar terlalu rendah, menyebabkan
gangguan pencernaan pada sapi perah. Oleh karena itu, kebutuhan minimum serat
kasar dalam ransum sapi perah sapi dara dan sapi jantan dewasa15% dari kebutuhan
bahan kering bahan kering. Sedangkan untuk sapi betina dewasa yang sedang
laktasi dan kering kandang, kadar serat kasar dalam ransum minumum 17% dari
kebutuhan bahan kering. Bila kadar serat kasar pada ransum sapi betina laksatasi
kurang dari 17%, kadar lemak yang dihasilkan lebih rendah dari normal.
dan bersifat mudah dicerna, misalnya dedak, bungkil kedelai, bungkil kacang tanah,
jagung, kedelai. Zat-zat makan yang tidak dapat dipenuhi oleh rumput dan hijauan
untuk memenuhi kebutuhan zat makanan sapi perah, dilengkapi oleh zat-zat
(1) Energi
dapat menurunkan bobot badan sehingga kurus. Kekurangan energi lebih lanjut
pada sapi lakstasi, menekan fungsi reproduksi sehingga sapi tidak dapat
menghasilkan anak.
(2) Protein
Protein merupakan zat makanan yang penting untuk proses hidup di dalam
tubuh. Protein terdiri dari asam amino dan membentuk sel-sel tubuh dan organ
didalam tubuh hewan, seperti: jantung, otak tulang, urat daging dan lain-lain.
air susu.
pertumbuhan janin (fetus) dan anak sapi (pedet), sehingga menghasilkan anak sapi
yang kecil pada waktu lahir dan menghambat pertumbuhan sapi muda. Pada sapi
perah dewasa, kekurangan protein dalam makanan, akan menurunkan produksi air
susu, sedangkan kekeurangan protein yang parah, sapi menjadi kurus pada
permulaan laktasi dan tidak dapat atau sulit menjadi gemuk pada akhir laktasi.
kering, dari hijauan dan konsentrat, yang dapat dikonsumsi oleh sapi perah. Jumlah
konsumsi ini perlu diketahui untuk mencegah pemberian yang berlebihan dari
kemampuan seekor ternak. Untuk itu perlu diketahui mekanisme fisiologis dalam
Konsumsi bahan kering yang disarankan biasanya berkisar antara 2,5 dan
4% dari bobot badan, bergantung pada tingkat produksi susu dan kualitas hijauan.
Tingkat yang lebih tinggi dari 4% mungkin hanya dapat dikonsumsi oleh sapi yang
berproduksi tinggi dengan selera yang kuat. Konsumsi dapat lebih tinggi pada sapi
yang diberi hijauan kualitas tinggi dibandingkan bila diberi hijauan kualitas rendah.
Kebutuhan nutrisi pedet sejak lahir sampai sapih dipenuhi dari 60% susu
dan 40% pakan starter (National Research Council (NRC), 2001). Pakan utama
pedet ialah air susu, pemberian air susu biasanya berlangsung sampai dengan pedet
makanan dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung dari peternak itu
sendiri, kondisi pedet dan jenis makanan yang diberikan (AAK, 1995).
dengan sapi dewasa, maka rumen, retikulum dan omasum belum berkembang
adapun abomasum merupakan bagian yang terbesar, yaitu 70% dari total lambung
secara keseluruhan. Susu yang diminum masuk ke lambung tidak melalui rumen,
2010).
(1) Kolostrum
Pedet waktu lahir tidak memiliki kekebalan untuk melawan penyakit. 30-60
menit setelah lahir pedet segera diberi minum kolostrum. Kolostrum adalah susu
yang dihasilkan oleh sapi setelah melahirkan sampai sekitar 5-6 hari. Kolostrum
sangat penting untuk pedet setelah lahir karena kolostrum mengandung zat
pelindung atau antibodi (gama glubolin) yang dapat menjaga ketahanan tubuh pedet
dari penyakit. Kolostrum yang diberikan pada pedet banyak mengandung vitamin
dan mineral yang dapat bersifat sebagai pencahar dan membantu membersihkan
intestinum pada pedet dari kotoran yang menggumpalan. Kolostrum mengandung
antibiotik yang dibutuhkan oleh anak sapi untuk pertumbuhan (Williamson dan
Payne, 1993). Kolostrum kaya akan zat-zat karotinoid dan beberapa vitamin yang
larut dalam lemak (A, D, E), semuanya merupakan zat yang tidak banyak
didapatkan dalam tubuh anak ruminansia yang baru lahir (Parakkasi, 1999).
Susu segar dapat digunakan sebagai pakan bagi pedet setelah pemberian
kolostrum intensif minimal 3 hari dengan dosis 8-10% dari bobot lahir pedet.
Terdapat patokan umum pemberian susu (asumsi bobot lahir = 50 kg), yaitu minggu
sebanyak 10% bobot lahir, minggu IV sebanyak 8% bobot lahir dan minggu V
Calf starter (CS) merupakan pakan konsetrat dengan formulasi khusus untuk
pedet mulai umur 1 minggu yang memiliki palatabilitas dan kecernaan tinggi serta
bertujuan untuk melatih pedet mengkonsumsi pakan padat. Calf starter juga
termasuk salah satu susu pengganti (milk replacer) yang diberikan ke pedet untuk
memenuhi kebutuhannya (Winarti dkk., 2011). Pakan starter selain bertujuan untuk
khususnya asam propionat dan butirat yang merangsang secara kimiawi untuk
perkembangan retikulo rumen dan papilaenya (Lane dkk., 2000). Pemberian calf
starter yang baik yaitu diberikan 30 menit setelah pedet diberikan susu (Morisse
dkk., 2000). Pemberian calf starter dapat menggantikan sebagian kebutuhan protein
susu sehingga dapat meningkatkan kuantitas susu untuk konsumsi manusia karena
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1995. Beternak Sapi Perah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Arora, S. P. 1989. Pencernaan Mikrobia pada Ruminansia. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Frandson, R.D. 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak, Edisi ke-7, diterjemahkan
oleh Srigandono, B dan Praseno, K. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksodiprodjo, S. Prwawirokusomo & L.
Lebdosoekojo. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada
University Press, Yogyakarta
NRC. 2001. Nutrient Requirements of Dairy. National Academy Prees,
Washington, D.C.
Williamson, G. dan W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah
Tropis (Diterjemahkan oleh S.G.N.D. Darmadja). Edisi ke-1. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Cetakan Pertama
Penerbit UP. Jakarta.
Soetarno, T. 2003. Manajemen Budidaya Sapi Perah. Fakultas Pertanakan.
Universias Gadjah Mada. Yogyakarta.