Anda di halaman 1dari 7

3.

1 Saluran Pencernaan Pedet

Pencernaan pedet berlangsung dari suatu saluran yang terentang dari mulut

menuju rektum (Frandson, 1996). Nutrisi tersebut dalam saluran pencernaan

mengalami perombakan menjadi molekul yang siap untuk diserap tubuh hewan

(Tillman dkk., 1989). Saluran pencernaan pedet saat lahir belum berkembang dan

berfungsi dengan baik, sehingga belum mampu untuk mencerna pakan padat,

rumput, atau sumber serat lainnya. Oleh karena itu, pemberian pakan padat dan

hijauan (pakan sumber serat) pada pedet dilakukan secara bertahap. Saat pedet baru

dilahirkan, pakan pertama yang harus diberikan adalah kolostrum karena pedet

hanya mampu memanfaatkan nutrisi susu, kemudian meningkat dengan pemberian

susu induk atau susu pengganti, pakan padat, dan rumput. Perkembangan dan

pertumbuhan pedet setelah lahir sangat bergantung pada jumlah dan kualitas pakan

yang diberikan. Pada saat lahir, perut depan pedet belum berkembang seperti pada

ruminan dewasa. Bobot abomasum pedet sekitar setengah berat perut total. Setelah

lahir, rumen, retikulum, dan omasum akan terus berkembang hingga berfungsi baik.

Pedet memulai tahap transisi pada umur 5 minggu dan berakhir umur 12 minggu.

Pada tahap ini, pola metabolisme karbohidrat berubah. Penggunaan glukosa secara

langsung yang diserap dari usus halus sebagai hasil hidrolisis laktosa mulai hilang

dan proses glukoneogenesis asal propionat mulai muncul (Arora, 1989).

Menurut Williamson & Payne (1993), rumen berfungsi dengan baik setelah

anak sapi berumur dua bulan atau jika anak sapi telah mengkonsumsi pakan padat

(rumput atau kosentrat). Menurut Arora (1989), perkembangan rumen dipengaruhi

oleh: (1) pakan kasar yang merupakan stimulus fisik bagi perkembangan kapasitas

rumen, (2) produk fermentasi yang merupakan stimulus kimia bagi perkembangan
papila-papila rumen. Setelah ternak mengkonsumsi pakan berserat tinggi, maka

bobot rumen menjadi lebih berat daripada ternak yang tidak mengkonsumsi hijauan.

3.2 Bahan Pakan Sapi Perah

Bakan pakan sapi perah terdiri dari 2 golongan:

1. Bahan pakan kasar (hijauan)

2. Bahan pakan konsentrat

Bahan pakan kasar merupakan makanan utama untuk sapi perah yang terdiri

dari rumput dan hijauan. Bahan pakan tersebut mengandung kadar serat kasar yang

tinggi. Kadar serat kasar yang tinggi dalam ransum, mengakibatkan ransum tersebut

sulit dicerna. Tetapi sebaliknya kadar serat kasar terlalu rendah, menyebabkan

gangguan pencernaan pada sapi perah. Oleh karena itu, kebutuhan minimum serat

kasar dalam ransum sapi perah sapi dara dan sapi jantan dewasa15% dari kebutuhan

bahan kering bahan kering. Sedangkan untuk sapi betina dewasa yang sedang

laktasi dan kering kandang, kadar serat kasar dalam ransum minumum 17% dari

kebutuhan bahan kering. Bila kadar serat kasar pada ransum sapi betina laksatasi

kurang dari 17%, kadar lemak yang dihasilkan lebih rendah dari normal.

Bahan pakan konsentrat merupakan pakan mengandung serat kasar rendah

dan bersifat mudah dicerna, misalnya dedak, bungkil kedelai, bungkil kacang tanah,

jagung, kedelai. Zat-zat makan yang tidak dapat dipenuhi oleh rumput dan hijauan

untuk memenuhi kebutuhan zat makanan sapi perah, dilengkapi oleh zat-zat

makanan yang berasal dari pakan konsentrat.

3.3 Penggunaan dan Fungsi Zat Makanan

(1) Energi

Semua mahluk hidup, memerlukan energi untuk kelangsungan hidup dan

produksi. Pada ternak muda, kekurangan energi menyebabkan menghambat


pertumbuhan dan menunda dewasa kelamin, sedangkan pada sapi sedang laktasi,

dapat menurunkan bobot badan sehingga kurus. Kekurangan energi lebih lanjut

pada sapi lakstasi, menekan fungsi reproduksi sehingga sapi tidak dapat

menghasilkan anak.

(2) Protein

Protein merupakan zat makanan yang penting untuk proses hidup di dalam

tubuh. Protein terdiri dari asam amino dan membentuk sel-sel tubuh dan organ

didalam tubuh hewan, seperti: jantung, otak tulang, urat daging dan lain-lain.

Protein diperlukan untuk mempertahankan pertumbuhan, reproduksi dan produksi

air susu.

Kekungan protein dalam makanan sapi perah, akan memperlambat laju

pertumbuhan janin (fetus) dan anak sapi (pedet), sehingga menghasilkan anak sapi

yang kecil pada waktu lahir dan menghambat pertumbuhan sapi muda. Pada sapi

perah dewasa, kekurangan protein dalam makanan, akan menurunkan produksi air

susu, sedangkan kekeurangan protein yang parah, sapi menjadi kurus pada

permulaan laktasi dan tidak dapat atau sulit menjadi gemuk pada akhir laktasi.

3.4 Konsumsi Pakan Sukarela

Konsumsi pakan sukarela dapat diartikan sebagai jumlah maksimal bahan

kering, dari hijauan dan konsentrat, yang dapat dikonsumsi oleh sapi perah. Jumlah

konsumsi ini perlu diketahui untuk mencegah pemberian yang berlebihan dari

kemampuan seekor ternak. Untuk itu perlu diketahui mekanisme fisiologis dalam

pengaturan konsumsi pakan pada ternak.

Konsumsi bahan kering yang disarankan biasanya berkisar antara 2,5 dan

4% dari bobot badan, bergantung pada tingkat produksi susu dan kualitas hijauan.

Tingkat yang lebih tinggi dari 4% mungkin hanya dapat dikonsumsi oleh sapi yang
berproduksi tinggi dengan selera yang kuat. Konsumsi dapat lebih tinggi pada sapi

yang diberi hijauan kualitas tinggi dibandingkan bila diberi hijauan kualitas rendah.

3.5 Kebutuhan Zat Makanan Pedet

Kebutuhan nutrisi pedet sejak lahir sampai sapih dipenuhi dari 60% susu

dan 40% pakan starter (National Research Council (NRC), 2001). Pakan utama

pedet ialah air susu, pemberian air susu biasanya berlangsung sampai dengan pedet

berumur 3-4 bulan. Makanan pengganti dapat diberikan namun harus

memperhatikan kondisi atau perkembangan alat pencernaan pedet. Cara pemberian

makanan dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung dari peternak itu

sendiri, kondisi pedet dan jenis makanan yang diberikan (AAK, 1995).

Sampai umur 1 minggu, pedet pada dasarnya bukan ternak ruminansia,

melainkan ternak berlambung sederhana (monogastrika). Apabila dibandingkan

dengan sapi dewasa, maka rumen, retikulum dan omasum belum berkembang

adapun abomasum merupakan bagian yang terbesar, yaitu 70% dari total lambung

secara keseluruhan. Susu yang diminum masuk ke lambung tidak melalui rumen,

tetapi langsung dari mulut ke abomasums melalui sulcus esophagus (Mukhtar,

2010).

(1) Kolostrum

Pedet waktu lahir tidak memiliki kekebalan untuk melawan penyakit. 30-60

menit setelah lahir pedet segera diberi minum kolostrum. Kolostrum adalah susu

yang dihasilkan oleh sapi setelah melahirkan sampai sekitar 5-6 hari. Kolostrum

sangat penting untuk pedet setelah lahir karena kolostrum mengandung zat

pelindung atau antibodi (gama glubolin) yang dapat menjaga ketahanan tubuh pedet

dari penyakit. Kolostrum yang diberikan pada pedet banyak mengandung vitamin

dan mineral yang dapat bersifat sebagai pencahar dan membantu membersihkan
intestinum pada pedet dari kotoran yang menggumpalan. Kolostrum mengandung

antibiotik yang dibutuhkan oleh anak sapi untuk pertumbuhan (Williamson dan

Payne, 1993). Kolostrum kaya akan zat-zat karotinoid dan beberapa vitamin yang

larut dalam lemak (A, D, E), semuanya merupakan zat yang tidak banyak

didapatkan dalam tubuh anak ruminansia yang baru lahir (Parakkasi, 1999).

(2) Susu Segar

Susu segar dapat digunakan sebagai pakan bagi pedet setelah pemberian

kolostrum intensif minimal 3 hari dengan dosis 8-10% dari bobot lahir pedet.

Terdapat patokan umum pemberian susu (asumsi bobot lahir = 50 kg), yaitu minggu

I sebanyak 8% bobot lahir, minggu II sebanyak 9% bobot lahir, minggu III

sebanyak 10% bobot lahir, minggu IV sebanyak 8% bobot lahir dan minggu V

sebanyak 5% bobot lahir (Williamson, 1993).

(3) Pakan Starter (Konsentrat)

Calf starter (CS) merupakan pakan konsetrat dengan formulasi khusus untuk

pedet mulai umur 1 minggu yang memiliki palatabilitas dan kecernaan tinggi serta

bertujuan untuk melatih pedet mengkonsumsi pakan padat. Calf starter juga

termasuk salah satu susu pengganti (milk replacer) yang diberikan ke pedet untuk

memenuhi kebutuhannya (Winarti dkk., 2011). Pakan starter selain bertujuan untuk

melatih pedet mengkonsumsi pakan padat juga untuk merangsang perkembangan

rumennya (Soetarno, 2003).

Calf starter di dalam rumen difermentasi oleh mikroba menghasilkan VFA,

khususnya asam propionat dan butirat yang merangsang secara kimiawi untuk

perkembangan retikulo rumen dan papilaenya (Lane dkk., 2000). Pemberian calf

starter yang baik yaitu diberikan 30 menit setelah pedet diberikan susu (Morisse

dkk., 2000). Pemberian calf starter dapat menggantikan sebagian kebutuhan protein
susu sehingga dapat meningkatkan kuantitas susu untuk konsumsi manusia karena

proporsi pemberian susu pada pedet berkurang (Soetarno, 2003).

Tabel Persyaratan Standar Gizi Pakan Konsentrat Pedet Sapi Perah


Status
Kandungan %
Fisiologis
Air TDN Protein Lemak NDF Abu
Ca P
(Maks) (Min) (Min) (Maks) (Maks) (Maks)
Calf
14 78 16 7 10 10 0.6 0.8
Starter

DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1995. Beternak Sapi Perah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Arora, S. P. 1989. Pencernaan Mikrobia pada Ruminansia. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Frandson, R.D. 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak, Edisi ke-7, diterjemahkan
oleh Srigandono, B dan Praseno, K. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksodiprodjo, S. Prwawirokusomo & L.
Lebdosoekojo. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada
University Press, Yogyakarta
NRC. 2001. Nutrient Requirements of Dairy. National Academy Prees,
Washington, D.C.
Williamson, G. dan W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah
Tropis (Diterjemahkan oleh S.G.N.D. Darmadja). Edisi ke-1. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Cetakan Pertama
Penerbit UP. Jakarta.
Soetarno, T. 2003. Manajemen Budidaya Sapi Perah. Fakultas Pertanakan.
Universias Gadjah Mada. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai