PEMBAHASAN
Telur merupakan bahan pangan hasil ternak unggas yang memiliki sumber
protein hewani yang memiliki rasa lezat, mudah dicerna dan bergizi tinggi. Teknik
pengolahan telur telah banyak dilakukan untuk meningkatkan daya tahan serta
putih telur (albumin) dan kuning telur (Jacqueline, dkk, 2000). Kerabang dan putih
telur terpisah oleh selaput membran, kuning telur dan albumin terpisah oleh
membran kuning telur. Putih telur merupakan salah satu bagian dari sebuah telur
utuh yang mempunyai persentase sekitar 58-60% dari berat telur itu dan
mempunyai dua lapisan, yaitu lapisan kental dan lapisan encer (King’ori, 2012).
Bell and Weaver (2002) menambahkan bahwa lapisan kental terdiri atas lapisan
kental dalam dan lapisan kental luar dimana lapisan kental dalam hanya 3% dari
volume total putih telur dan lapisan kental putih telur mengandung protein dengan
karakteristik gel yang berhubungan dengan jumlah ovomucin protein.
Telur terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kulit telur (kerabang telur) dengan
berat 11%, putih telur (albumen) dengan berat 57% dan kuning telur (yolk) dengan
berat 32% (Romanoff, 1963). Persentase rasio kerabang telur, putih telur dan
kuning telur ayam lokal lebih besar dibandingkan dengan telur ayam ras. Hal ini
dimungkinkan dengan melihat keadaan fisiologis ayam, pada ayam ras bertelur
terjadi sepanjang hari sekitar 300 butir/tahun sedangkan pada ayam lokal sekitar
125 butir/tahun sehingga proses klasifikasi kerabang pada ayam lokal agak lebih
bagus disamping faktor kualitas pakan berpengaruh (Rahayu, 2003).
a. Komposisi kulit telur (kerabang)
Kerabang atau cangkang telur unggas umumnya memiliki tiga lapisan yaitu
kandungan kimia tersendiri. Pada lapisan kutikula merupakan lapisan terluar yang
memiliki ketebalan 10 µm dan saluran pori. Serta berfungsi melindungi telur dari
kedalam telur (Stadelman dan Cotteril, 1995). Menutur Sarwono (1994) kulit telur
bersifat kuat, halus, berkapur. Kulit telur terdiri dari empat lapisan yaitu :
(a) lapisan kutikula yang merupakan lapisan paling luar yang menyelubungi
(c) lapisan mamila yang merupakan lapisan ketiga dan sangat tipis
Menurut Stadelman dan Cotteril (1973), komposisi dari kulit telur adalah
98,2% kalsium, 0,9 % magnesium dan 0,9 % fosfor. Banyaknya pori-pori per butir
telur berkisar antara 7.000 – 17.000 dan menyebar di seluruh permukaan telur. Kulit
telur pada bagian tumpul memiliki jumlah pori-pori per satuan luas lebih banyak
dibandingkan dengan pori-pori bagian yang lain (Sirait, 1986). Pada telur segar,
permukaan kulit dilapisi oleh lapisan tipis kutikula yang segera setelah peneluran
dan menutup pori-pori telur sehingga mengurangi hilangnya air dan gas-gas serta
kebanyakan terdiri dari tirosin, glisin, lisin dan sistein (Romanoff, 1963). Warna
kulit telur terdiri dari warna cokelat atau putih, tergantung dari perkembangbiakan
dari ayam. Ayam dengan bulu putih dan cuping putih menghasilkan telur dengan
kulit putih, tetapi ayam dengan bulu berwarna merah dan cuping merah
menghasilkan telur dengan kulit cokelat. Warna dari kulit telur tidak memiliki
pengaruh kepada kepada rasa, nutrisi dan kegunaan dari telur tersebut (Figoni,
2008).
Putih telur merupakan komponen terbesar dari sebuah telur utuh yang
menyusun sekitar 57% dari sebuah telur dibandingkan dengan kuning telur hanya
32%. Komponen putih telur terdiri dari air 87%, protein 12% dan lemak 0,3%.
Kuning telur memiliki komponen protein lebih tinggi 17% namun juga memiliki
lemak jauh lebih besar 32,2%. Hal ini menyebabkan putih telur lebih
direkomendasikan sebagai sumber protein untuk dikonsumsi. Putih telur juga di
nilai sebagai sumber protein yang baik karena mampu diserap tubuh secara
sempurna untuk digunakan sebagai bahan pembentuk otot. Putih telur juga kaya
akan asam amino esensial seperti lisin, threonin, valin, isoleusin, leusin, metionin,
fenilalanin, tryptophan dan histidin. Leusin merupakan asam amino penting yang
berperan dalam merangsang pembentukan otot. Putih telur juga disarankan sebagai
sumber asupan protein berkualitas tinggi dalam pola diet. Konsumsi asupan tinggi
protein telur dapat merangsang pembentukan otot (Yuwanta, 2010).
Kuning telur tersusun atas 44,8% air, 17,7% protein, 35,2% lemak, 1,1%
karbohidrat dan 1,2% abu (Romanoff dan Romanoff, 1963). Kuning telur
merupakan emulsi lemak dalam air dengan kandungan bahan padat sebesar 50%
dan terdiri atas 1/3 protein dan 2/3 lemak. Kuning telur merupakan bagian terdalam
dari telur yang terdiri atas : (1) membran vitelin, (2) saluran latebra, (3) lapisan
kuning telur gelap, dan (4) lapisan kuning telur terang (Belitz dan Grosch, 1999).
Kuning telur diselubungi oleh membran vitellin yang permeabel terhadap air dan
berfungsi mempertahankan bentuk kuning telur (Muchtadi dan Sugiyono, 1992).
Kuning telur mengandung 52% padatan yang mengandung lipoprotein dan
protein (Stadelman dan Cotteril, 1995). Protein dalam kuning telur terdiri atas
protein granular dan protein plasma. Protein granular terdiri atas α- dan β-
Kuning telur mengandung zat warna (pigmen) yang umumnya termasuk dalam
golongan karotenoid yaitu santofil, lutein dan zeaxantin serta sedikit betakaroten
dan kriptosantin. Perubahan warna kuning pada kuning telur olahan menjadi warna
DAFTAR PUSTAKA
Bell, D. and Weaver. 2002. Commercial Chicken Meat and Egg. Kluwer Academic
Publishers. United States of America.
Irmansyah, J dan Kusnadi. 2009. Sifat Listrik Telur Ayam Kampung Selama
Penyimpanan. Media Peternakan 32 (1 ) : 22-30
Jacqueline, P. Y.,R. Miles and M. F. Ben. 2000. Kualitas Telur. Jasa Ekstensi
King’ori, AM. 2012. Uses of Poultry Egg: Egg Albumen and Egg Yolk. Journal
Poultry. Sci, 5 (2): 9-13
Muhtadi dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Pusat Antar
Universitas Pangan Dan Gizi. IPB. Bogor
Rahayu, I. 2003. Karakteristik Fisik, Komposisi Kimia dan Uji Organoleptik Ayam
Romanoff, A. L. and A. J. Romanoff. 1963. The Avian Egg. The 2nd Ed. John
Willey & Sons Inc. New York
Stadelman, W. J. dan Cotterill, O. J. 1973. Egg Science and Technology. The Avi
Publishing Company Inc. Westport. Connecticut
Edition. Food Products Press. An Imprint of The Haworth Press, Inc. New
York
Yuwanta, Tri. 2010. Telur dan Kualitas Telur. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.