Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

PRODUKSI TERNAK UNGGAS

“Anatomi dan Morphologi Eksterior Ayam “

Oleh :
Kelas :E
Kelompok :2

Poltak Y Sirait 200110120080


Fakhrinnisa Hashifah S 200110120234

Hafiz Wahyu Riandi 200110120236

Erizka Fauzy 200110120254

R Rizki El Akbar 200110120261

Michael Hassler 200110120278

LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS


FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2014
II

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas kami


ucapkan kepada Allah SWT, yang karena-Nya maka kami bisa menyelesaikan
laporan praktikum Produksi Ternak Unggas yang berjudul “Anatomi dan
Morphologi Ekterior Ayam”.

Laporan ini dibuat berdasarkan praktikum yang dilakukan kelompok kami


sehingga menghasilkan karya yang bisa dipertanggungjawabkan hasilnya. Kami
mengucapkan terimakasih kepada pihak terkait yang telah membantu dalam
menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan laporan ini.

Kami menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar


pada laporan ini. Oleh karna itu kami mengundang pembaca untuk memberikan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Terima kasih, dan semoga laporan ini bisa memberikan sumbangsih positif bagi
kita semua

Penulis

Jatinangor, 17 Maret 2014


III

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................ ii

Daftar isi …............................................................................ iii

Daftar Tabel ......................………………….………................ iv

Daftar Ilustrasi ................................................................................

I. Pendahuluan
I.I. Latar Belakang. .............................................................. 1
1.2. Identifikasi Masalah ....................................................... 1
I.3. Maksud dan Tujuan ....................................................... 2
1.4. Manfaat Praktikum ............................................................. 2
I.5. Waktu & Tempat .................................................................. 2

II. Tinjauan Pustaka .............................................................. 3

III. Materi dan Metode Penelitian. .............................................…............... 12

IV. Hasil Pengamatan dan Pembahasan


4.1 Hasil Pengamatan ….............................................................. 14
4.2 Pembahasan .............................................................................. 19

V. Kesimpulan dan Saran ........................................................................ 24

Daftar Pustaka ....................................................................................... 25


IV

DAFTAR TABEL

Anatomi dan Morfologi Eksterior Broiler ................................................. 14

Anatomi dan Morfologi Eksterior Layer ...................................................... 15

Anatomi dan Morfologi Eksterior Ayam Kampung Jantan .......................... 16

Jengger Ayam ........................................................................................ 17

Bulu Ayam (Berdasarkan Struktur) ............................................................ 18


1

PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang

Ayam merupakan unggas yang sangat digemari oleh masyarakat barat.


Sebagian besar produksi ayam petelur dan ayam pedaging di Indonesia diekspor ke
luar negeri contohnya ke Amerika. Tetapi sangat disayangkan masyarakat
Indonesia sendiri tidak terlalu mengetahui pentingnya mengkonsumsi daging dan
telur dari ayam. Telur dan daging ayam disukai banyak orang karena selain cita
rasanya yang gurih untuk lauk, kandungan asam amino esensialnya sangat baik
untuk mengganti sel-sel tubuh yang rusak atau aus. Seratnya yang pendek mudah
dicerna dan harganya pun terjangkau.

Ternak unggas (ayam) dibagi atas 3 strain, yaitu petelur, pedaging dan lokal.
Masing-masing strain memiliki ciri-ciri tersendiri misalnya ayam petelur bentuk
badannya agak langsing, kakinya relatif panjang, warna bulu hampir coklat. Ayam
pedaging bentuk badannya bulat, kakinya pendek, warna bulu putih. Ayam lokal
bentuk badannya langsing, kakinya panjang, warna bulunya bermacam-macam.
Ayam jantan dan betina memiliki ciri tersendiri, yaitu ayam jantan memiliki jengger
yang besar, ekor sejati, taji (spur), sedangkan yang betina tidak memilikinya.

1.2. Identifikasi Masalah


1. Bagaimana anatomi dan morphologi eksterior ayam pedaging atau broiler.
2. Bagaimana anatomi dan morphologi eksterior ayam petelur atau layer.
3. Bagaimana anatomi dan morphologi eksterior ayam kampong atau lokal.
4. Apa saja bagian-bagian dari jengger ayam.
5. Bagaimana bulu dan kaki dari ayam pedaging, petelur, dan lokal.
2

I.3. Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan praktikum kali ini adalah :
1. Dapat mengetahui dan menjelaskan bagian-bagian anatomi dan morphologi
eksterior ayam.
2. Mengerti mengenai kegunaan mempelajari bagian-bagian anatomi dan
morphologi eksterior ayam untuk tujuan produksi.

1.4. Manfaat Praktikum


1. Mengetahui jenis/bangsa ayam (unggas) dan varietasnya.
2. Mengetahui tingkat produktivitas ayam.
3. Mengetahui kondisi kesehatan ayam.
4. Mengetahui perbedaan tingkah laku makan.
5. Memudahkan dalam membedakan jenis kelamin ayam.
6. Memudahkan penanganan (handling) dalam tata laksana pemeliharaan
seperti pemotong paruh (debeaking), pemotongan jengger dan pemotongan
kuku atau taji.
7. Memudahkan penanganan pasca panen pemotongan ayam seperti boneless,
cutting, retail cut, dan lain-lain.

I.5. Waktu & Tempat


Hari/Tanggal : Selasa, 11 Maret 2014
Waktu : 07.30 – 09.30 WIB
Tempat : Laboratorium Produksi Ternak Unggas, Fakulats
Peternakan, Universitas Padjadjaran
3

II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ayam Pedaging atau Broiler


Ayam broiler merupakan galur ayam hasil rekayasa teknologi yang
memiliki karakteristik ekonomis dan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil
4

daging, konversi ransum rendah, siap dipotong pada usia relatif muda dan
menghasilkan kualitas daging berserat lunak (North, 1990).
Secara umum biasanya broiler memiliki warna bulu yang dominan putih,
pertumbuhan cepat, memiliki karakteristik daging yang baik seperti dada yang
besar, bentuk badan yang dalam dan hasil daging yang banyak (Ensminger, 1990).
Menurut Rasyaf (1999), broiler merupakan ayam pedaging yang mengalami
pertumbuhan sangat pesat pada umur 1-5 minggu. Keunggulan broiler tersebut
didukung oleh sifat genetik dan keadaan lingkungan yang meliput makanan,
temperatur, lingkungan, dan pemeliharaan. Pada umumnya di Indonesia broiler
sudah dipasarkan pada saat umur 5-6 minggu dengan berat 1,3 – 1,6 kilogram
(Rasyaf, 1999).
Strain broiler yang baik memiliki ciri dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan selama pemeliharaan, tahan terhadap cekaman atau stres, konversi
pakan rendah, daya hidup saing tinggi, pertambahan bobot badan yang seragam,
dan tahan terhadap penyakit (Murtidjo, 1989).
Menurut Murtidjo (1989) ayam broiler yang baik adalah ayam yang cepat
tumbuh dengan warna bulu putih, tidak terdapat warna-warna gelap pada
karkasnya, memiliki konfirmasi dan ukuran tubuh yang seragam.
Taksonomi ayam (gallus species) menurut Wiharto (1985) adalah sebagai
berikut:

Kingdom : Animal
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Galliformes
Famili : Phasinidae
Genus : Gallus
Species : Gallus sp
5

2.2 Ayam Petelur atau Laye

Ayam petelur (layer) merupakan ayam yang ditujukan untuk produksi telur.
Ayam petelur ini mulai bertelur pada umur sekitar 22 minggu. Produksi telurnya
terus meningkat dengan tajam dan mencapai puncak produksi pada umur sekitar 32
sampai 36 minggu. Setelah mencapai puncak, kemudian produksi mulai berkurang
secara perlahan-lahan sampai sekitar 55% pada umur 82 minggu (Mustidjo, 1989).

Tipe ayam petelur ada dua macam (Rasyaf, 1999) yaitu :


a. Ayam petelur tipe ringan
Tipe ayam ini sering disebut juga dengan tipe ayam petelur putih. Ayam
tipe ini mempunyai badan yang ramping atau disebut kurus-mungil.
Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger merah. Umumnya, ayam
tipe ini berasal dari galur murni white leghorn. Ayam ini mampu
bertelur lebih dari 260 butir telur per tahun produksi hen house. Sebagai
petelur, ayam tipe ringan ini memang khusus diciptakan untuk bertelur
saja. Karena itulah produksi telurnya hanya sedikit. Ayam tipe ringan
ini sensitif terhadap cuaca panas dan keributan. Ayam-ayam yang
termasuk tipe ini misalnya: Leghorn, Babcock.
6

b. Ayam petelur tipe sedang


Bobot tubuh ayam tipe ini cukup berat. Meskipun demikian,
beratnya masih berada diantara ayam petelur tipe ringan dan ayam
broiler. Oleh karena itu, ayam ini disebut tipe medium. Tubuh ayam tipe
medium tidak terlalu kurus tetapi juga tidak terlalu gemuk, karena
menghasilkan telur yang cukup banyak dan juga dapat menghasilkan
daging yang banyak, ayam tipe ini disebut juga dengan ayam tipe
dwiguna. Ayam-ayam yang termasuk tipe ini misalnya: Rhode Island
Red, Lohman Brown, Hubbard, Dekalb, Isa Brown, Hyline.
Ayam petelur Hyline Brown bangsa ayam ini diciptakan di Amerika
sekitar tahun 1972. Strain ini termasuk dalam ayam tipe sedang, tipe
ayam petelur medium tidak dikhususkan untuk memproduksi telur saja,
tetapi juga daging sehingga disebut juga dengan tipe dwiguna. Strain
Hy-Line Brown terbukti memiliki beberapa keunggulan antara lain
produksi telurnya cukup tinggi, daya hidup tinggi, dan konversi
pakan/feed convertion ratio (FCR) yang rendah sehingga menghemat
pakan (Fatoni, 2009).

2.2 Ayam Kampung atau Lokal


Ayam kampung merupakan ayam lokal di Indonesia yang kehidupannya
sudah lekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan
ayam buras (bukan ras), atau ayam sayur. Penampilan ayam kampung sangat
beragam, begitu pula sifat genetiknya, penyebarannya sangat luas karena
populasi ayam buras dijumpai di kota maupun desa. Potensinya patut
dikembangkan untuk meningkatkan gizi masyarakat dan menaikkan
pendapatan keluarga. Diakui atau tidak selera konsumen terhadap ayam
kampung sangat tinggi. Hal itu terlihat dari pertumbuhan populasi dan
permintaan ayam kampung yang semakin meningkat dari tahun ke tah
(sarwono, 1991).
7

Ayam kampung mempunyai kelebihan pada daya adaptasi tinggi karena


mampu menyesuaikan diri dengan berbagai situasi, kondisi lingkungan dan
perubahan iklim serta cuaca setempat. Ayam kampung memiliki bentuk badan
yang kompak dan susunan otot yang baik. Bentuk jari kaki tidak begitu panjang,
tetapi kuat dan ramping, kukunya tajam dan sangat kuat mengais tanah. Ayam
kampung penyebarannya secara merata dari dataran rendah sampai dataran
tinggi (sarwono, 1991).
Ayam kampung adalah ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam hutan
merah yang telah berhasil dijinakkan. Akibat dari proses evolusi dan
domestikasi, maka terciptalah ayam kampung yang telah beradaptasi dengan
lingkungan sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca
dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1991). Penyebaran ayam kampung
hampir merata di seluruh pelosok tanah air.
Salah satu ciri ayam kampung adalah sifat genetiknya yang tidak seragam.
Warna bulu, ukuran tubuh dan kemampuan produksinya tidak sama merupakan
cermin dari keragaman genetiknya. Di samping itu badan ayam kampung kecil,
mirip dengan badan ayam ras petelur tipe ringan (Rasyaf, 1999).
Ayam kampung yang dipelihara secara tradisional di pedesaan mencapai
dewasa kelamin pada umur 6-7 bulan dengan bobot badan 1.4–1.6 kg (sarwono,
1991). Pertambahan bobot badan anak ayam kampung yang dipelihara intensif
rata-rata 373,4 g/hari dan yang dipelihara secara ekstensif adalah 270,67 g/hari.
Rendahnya pertambahan bobot badan pada anak ayam buras yang dipelihara
secara ekstensif, karena kurang terpenuhinya kebutuhan gizi sehingga
menghambat laju pertumbuhan.

2.4 Jengger Ayam


Pada beberapa bagian tubuh terdapat bagian kulit ya tanpa bulu, antara lain
jengger, pial, cuping, paruh, kuku, d taji. Jengger dan pial bersifat sensitif terhadap
hormon sex sehingga dapat dijadikan indikator karakteristik secundary sex,
sebagai accesory sexual epidermal. Organ ini merupakan kulit yang menjulur ke
8

bagian luar. Pada ayam, umumnya epidermis kaya akan pembuluh darah sehingga
organ ini berwarna merah. Hormon sex jantan mengakibatkan jengger dan pial yang
membesar dan tebal, serta berwarna merah. Jengger terdapat pada bagian atas
kepala. Jengger ayam jantan lebih besar daripada ayam betina. Beberapa bentuk
jengger yaitu single comb, rose comb, pea comb, cushion, buttercup comb,
strawberry comb, dan V-shaped comb.

Selain jengger, juga terdapat sepasang pial pada bagian kedua sisi rahang
bawah di bagian basal paruh. Cuping telinga bersifat berdaging tebal yang
terletak di bagian bawah telinga. Warnanya bervariasi sesuai dengan masing-
masing bangsa ayam. Ukuran serta tekstur jengger dan pial dalam beberapa
memiliki peranan dalam seleksi bibit untuk menent produktivitas seekor ayam
betina. Hal tersebut dikarenakan kondisi organ ini dapat dijadikan indikasi
produktif-tidaknya seekor ayam betina. Ayam betina yang sedang produktif
menunjukkan jengger yang merah dan menebal serta terasa lunak dan hangat,
sedangkan ayam betina yang tidak produksi menunjukkan jengger yang tipis
dan kering. Jengger yang tumbuh dan berkembang dengan menunjukkan kinerja
produksi dan reproduksi yang baik dibandingkan ayam yang memiliki jengger
kecil
9

2.5 Bulu Ayam

Menurut North (1990) unggas mempunyai ciri-ciri yang spesifik


dengan adanya alat penutup tubuh yang berupa bulu (pulmae/feather) dan
kulit. Bulu menutup hampir seluruh tubuh ayam dan ciri ini yang
membedakan dengan hewan bertulang belakang yang lain. Bulu tumbuh pada
beberapa tempat, yaitu: bahu (shoulder), paha (thigh), ekor (rump), dada
(breast), leher (neck), perut (abdomen), punggung (back), sayap (wing), kaki
(leg) dan kepala (head).

Sebagian besar bulu tersusun atas protein yang disebut keratin. Bulu
berfungsi sebagai pelindung tubuh dari luar, insulasi dari temperatur,
identifikasi penyakit, defisiensi nutrien dan produksi telur (North, 1990).
Menurut North (1990) bahwa struktur dan bentuk bulu ukurannya bervariasi
pada bagian-bagian tubuh ayam, dan dapat digunakan untuk membedakan
jenis kelamin antara ayam jantan dan betina terutama pada bulu-bulu leher,
sayap dan ekor. Bulu-bulu besar pada sayap dan ekor pada waktu dan umur
tertentu akan meluruh dan tumbuh kembali, hal ini menunjukkan waktu
10

tertentu ayam petelur saat keluar dari masa produksi telur. Menurut North
(1990) proses dari peluruhan bulu hingga tumbuhnya bulu baru tersebut
disebut molting dan proses ini dibawah kontrol kerja hormon. Penentuan jenis
kelamin ayam juga dapat ditentukan dengan adanya gen sex likage dengan
melihat pertumbuhan bulu dan warna bulu.

Semua unggas mempunyai bulu yang menutupi seluruh tubuh dan


mempunyai perbedaan pada setiap spesies. Bulu tersebut tumbuh pada area
bulu yang terdapat pada saluran pangkal bulu pada permukaan
kulit, mempunyai berat 4 sampai 9% dari berat hidup dan berjumlah 6.000
sampai 8.000 lembar. Setiap bulu yang tumbuh pada tubuh mempunyai tipe
tertentu, secara garis besar terdiri dari shaft atau racis, barbs (bagian yang
bercabang pada shaft), burbules (bagian yang bercabang pada barbs) dan
barbicels atau bagian yang bercabang pada burbules (North, 1990.) secara
jelas menggambarkan bagian plumae tersebut pada gambar 3.

Secara anatomis bulu dibagi menjadi plumae, plumulae


dan phyloplumae. Plumulae terdapat pada unggas yang masih muda dan
kadang-kadang terdapat pada unggas yang sedang mengerami telur. Plumulae
terdiri dari calamus, rachis, barbae dan barbulae tanpa adanya vexillum.
Phyloplumae fungsi belum jelas dan tumbuh jarang di seluruh tubuh. Pada
plumae terdapat calamus yang berupa tangkai dari bulu yang berbentuk
memanjang dengan rongga di dalamnya. Pada pangkal calamus terdapat
lubang yang disebut umbilicus inferior dan pada bagian distal disebut
umbilicus superior. Pada umbilicus superior ke arah rachis menjadi sulcus.
Pada ayam muda kedua umbilicus tersebut dilalui oleh pembuluh darah yang
berguna untuk mengedarkan makanan kepada bulu-bulu muda. Vexillum
terbentuk oleh barbae (suatu cabang bulu ke arah lateral rachis) dan tiap
barbae bercabang-cabang menjadi barbulae. Barbulae ada dua macam,
barbulae distal dan barbulae proximal. Barbulae distal menuju ke arah ujung
11

sayap dan mempunyai kait-kait yang disebut radioli. Barbulae proximal


adalah barbulae yang menuju ke arah pangkal sayap (Wiharto, 1985).

Menurut letaknya bulu dibagi menjadi remiges (bulu-bulu pada


sayap), retrices (bulu-bulu pada ekor), tectrices (bulu-bulu lain yang menutup
badan), parapterium (bulu-bulu pada bahu antara badan dan sayap) dan alula
atau ala spuria yaitu bulu-bulu kecil yang melekat pada jari kedua pada
ekstremitas superior (Wiharto, 1985).

Menurut umurnya bulu dibagi menjadi neoptyle dan teleoptyle.


Neoptyle setelah meluruh diganti dengan teleoptyle. Pada tempat yang
ditumbuhi bulu disebut pteryle dan bagian tubuh yang tidak ditumbuhi bulu
disebut apteria (Wiharto, 1985).

Bulu tumbuh di mulai hari kelima saat embrio masih di dalam


telur. Pertumbuhan di mulai dengan terbentuknya papila pada permukaan
kulit yang akhirnya membentuk selubung bulu atau folikel atau germ dengan
cara terdorong ke arah atas atau samping pada lapisan di bawah permukaan
kulit, sehingga germ bulu tertanam kuat pada kulit (setadium pin feather).
Pada periode berikutnya germ yang masih terbungkus pada selubung folikel
akan menembus selaput folikel dan tumbuh hingga menutup seluruh bagian
tubuh yang masih berupa bulu-bulu halus, yang pada akhirnya menetas pada
kondisi bulu sudah lengkap.
12

III

ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA

3.1 Alat
 Baki atau nampan

3.2 Bahan
 Ayam Ras Pedaging/Broiler
 Ayam Ras Petelur/Layer
 Ayam Kampung Jantan

3.3 Prosedur Kerja


Setiap kelompok mendapat satu jenis ayam. Mengamati ayam dengan cara
bertukar mengamati ayam dengan kelompok lain.
13

No. Pengamatan Prosedur

1. Seluruh 1. Menempatan ayam di atas baki dan mengusahakan


tubuh ayam dalam keadaan tenang.
2. Menggambar dan menyebutkan anatominya
2. Kepala 3. Kemudian menggambar kepala dan bagiannya.
4. Mengamati bagian-bagian dari kepala seperti jengger
dan menyebutkan jenis jenggernya.
5. Mengamati bagian-bagian lain seperti paruh, pial,
cuping telinga, mata.
3. Bulu 6. Mengamati seluruh tubuh ayam yang berbulu,
membedakan bagian mana bulu kontur, plumulae, dan
filoplumulae.
7. Pada bulu sayap, memperhatikan bulu sekunder,
primer dan bulu axial kemudian meggambarnya.
8. Mencabut salah satu bagian bulu sayap kemudian
menggambar bagian-bagiannya.
4. Kaki 9. Menggambar bagian kaki dan menyebutkan
bagiannya
10. Mengamati pigmentasi pada kaki.
11. Mengukurkur panjang shank, kemudian membedakan
shank dari ketiga jenis ayam.
14

IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Keterangan :

Gambar 4.1.1 Anatomi dan Morfologi Eksterior Broiler


15

Keterangan :

Gambar 4.1.2 Anatomi dan Morfologi Eksterior Layer


16

Keterangan :

Gambar 4.1.3 Anatomi dan Morfologi Eksterior Ayam


Kampung Jantan
17

Keterangan :

Gambar 4.1.4 Jengger Ayam


18

Keterangan :

Gambar 4.1.5 Bulu Ayam (Berdasarkan Struktur)


19

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum menunjukkan bahwa ayam mempunyai ciri-


ciri bentuk paruh lancip karena disesuaikan dengan pakan yang dimakan yaitu
berbentuk butiran dan berwarna kuning, mempunyai jengger, pial, dan cuping di
bagian kepala berwarna merah, esophagus berkembang, bertaji, mempunyai cakar
yang tidak berselaput serta bulu yang berminyak namun tidak sebanyak pada
unggas air, kerena habitat ayam di darat dan kelenjar minyak di bagian belakang
ekor lebih kecil daripada kelenjar minyak pada unggas air. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Sarwono (1997) yang menyatakan bahwa ayam memiliki bentuk
paruh lancip, berwarna kuning, warna jengger merah, serta kaki berwarna kuning.
Bagian kaki ayam jantan terdapat taji yang berkembang dengan baik. Paruh, jari,
dan taji bersifat menulang, serta tersusun atas keratin. Ditambahkan dengan
pendapat Rasyaf (2000) bahwa paruh ayam berbentuk runcing dan kecil karena
disesuaikan dengan pakan yang berupa biji-bijian.

4.2.1 Ayam Pedaging atau Broiler


Ayam yang dipelihara untuk dimanfaatkan dagingnya disebut ayam pedaging.
Adapun ayam ras pedaging yang unggul dikenal dengan nama ayam broiler. Ayam
tersebut dihasilkan melalui perkawinan silang, seleksi, dan rekayasa genetik yang
dilakukan oleh pembibitnya. Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil
persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi,
terutama dalam memproduksi daging ayam. Adapun morfologi dan anatomi
eksterior dari ayam pedaging atau broiler adalah:
a. Kepala: terdapat mata, paruh, jengger, cuping telinga, dan lubang
hidung.
b. Badan ayam diperkokoh dengan adanya kerangka tubuh untuk
melindungi organ dalam, seperti jantung, hati, ginjal, dan usus. Badan
ayam broiler umunya gemuk atau besar, terutama bagian daging dada
yang tebal.
20

c. Sayap terdapat dua sayap yang berfungsi untuk terbang.


d. Bulu menutupi tubuh dan berfungsi melindungi tubuh dari suhu panas
atau dingin. Warna bulu pada broiler umunya putih.
e. Kaki ayam broiler umumnya gemuk dan kokoh serta cenderung pendek
serta tidak berbulu pada cakarnya.

4.2.2 Ayam Petelur atau Layer


Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk
diambil telurnya. Asal mula ayam unggas adalah berasal dari ayam hutan dan itik
liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. Tahun demi
tahun ayam hutan dari wilayah dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar. Arah
seleksi ditujukan pada produksi yang banyak, karena ayam hutan tadi dapat diambil
telur dan dagingnya maka arah dari produksi yang banyak dalam seleksi tadi mulai
spesifik. Ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi daging dikenal dengan ayam
broiler, sedangkan untuk produksi telur dikenal dengan ayam petelur. Selain itu,
seleksi juga diarahkan pada warna kulit telur hingga kemudian dikenal ayam petelur
putih dan ayam petelur cokelat. Ciri ayam petelur:
 Bobot relatif kecil
 Seksualitas baik
 Mulai Bertelur 5-6 bulan
 Memiliki lemak yang sedikit
Contoh ayam petelur adalah Leghorn, Minorca, Ancona, Fayoumi, Lohmann

4.2.3 Ayam Kampung atau Lokal


Ayam kampung merupakan ayam lokal di Indonesia yang kehidupannya
sudah lekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan ayam
buras (bukan ras), atau ayam sayur. Penampilan ayam kampung sangat beragam,
begitu pula sifat genetiknya, penyebarannya sangat luas karena populasi ayam buras
dijumpai di kota maupun desa. Potensinya patut dikembangkan untuk
meningkatkan gizi masyarakat dan menaikkan pendapatan keluarga.
21

Ayam kampung mempunyai kelebihan pada daya adaptasi tinggi karena


mampu menyesuaikan diri dengan berbagai situasi, kondisi lingkungan dan
perubahan iklim serta cuaca setempat. Ayam kampong memiliki bentuk badan
yang kompak dan susunan otot yang baik. Bentuk jari kaki tidak begitu panjang,
tetapi kuat dan ramping, kukunya tajam dan sangat kuat mengais tanah. Ayam
kampung penyebarannya secara merata dari dataran rendah sampai dataran tinggi.

4.2.4 Jengger Ayam


Jengger dan pial bersifat sensitif terhadap hormon sex sehingga dapat
dijadikan indikator karakteristik secundary sex, sebagai accesor sexual epidermal.
Jengger ayam jantan lebih besar dari pada ayam betina. Sepasang pial terdapat pada
bagian kedua sisi rahang bawah dibagian basal paruh. Cuping telinga bersifat
berdaging tebal yang terletak di bagian bawah telinga. Cakar pada ayam umumnya
tertutup sisik yang merupakan penjuluran dari corium yang padat dan terbungkus
oleh epidermis yang sangat tebal. Kelenjar minyak (glandula uropygal) yang
terdapat di bagian atas ekor ayam berukuran sebesar kacang kapri, sedangkan pada
unggas air tumbuh lebih besar.
Ayam jantan dan ayam betina secara umum bentuknya sama namun terdapat
perbedaan di antara keduanya. Pada ayam betina pial dan jengger di bagian kepala
ukuranya relatif lebih kecil dari pada ayam jantan, pial dan jengger ayam jantan
merah, besar, dan tebal. Bulu pada ayam jantan, bersifat memanjang dengan bulu
yang sedikit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suprijatna et al., (2008) yang
menyatakan bahwa jengger ayam jantan lebih besar dari pada ayam betina, karena
hormon sex jantan yang mengakibatkan jengger dan pial membesar dan tebal serta
berwarna merah, terdapat bulu yang khas berbentuk memanjang, dengan lebar bulu
yang menyempit, sebagai secundary sex feather yaitu bulu leher (hackle feather),
bulu pinggul dan bulu sabit pada ekor sedangkan jengger pada ayam betina
menunjukkan jengger yang tipis, kering, dan kasar. Jengger yang tumbuh dan
berkembang dengan baik menunjukan kinerja produksi dan reproduksi yang lebih
baik dibandingkan dengan ayam yang memiliki jengger kecil. Jengger ayam jantan
22

lebih besar dari pada ayam betina. Sepasang pial terdapat pada bagian kedua sisi
rahang bawah dibagian basal paruh. Cuping telinga bersifat berdaging tebal yang
terletak dibagian bawah telinga. Cakar pada ayam umumnya tertutup sisik yang
merupakan penjuluran dari corium yang padat dan terbungkus oleh epidermis yang
sangat tebal. Kelenjar minyak (glandula uropygal) yang terdapat dibagian atas ekor
ayam berukuran sebesar kacang kapri, sedangkan pada unggas air tumbuh lebih
besar. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Rasyaf (2008) yang menyatakan
bahwa ayam memiliki bentuk paruh lancip, berwarna kuning, warna jengger merah
serta kaki berwarna kuning bulu pada ayam jantan dijadikan sebagai daya tarik
dalam menarik lawan jenisnya. Bagian kaki pada ayam jantan terdapat taji
sedangkan pada ayam betina tidak terlalu berkembang dengan baik minorca.

4.2.5 Bulu Ayam


Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain.
Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari
epidermal tubuh, yang pada reptile serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu
aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis.
Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang
merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu
menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedang epidermis membentuk
lapisan penyusun rusuk bulu.Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis
yang lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan
dan proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya (Jasin, 1984). Berdasarkan
susunan anatomis bulu dibagi menjadi:
1. Filoplumae, Bulu-bulu kecil mirip rambut tersebar di seluruh tubuh.
Ujungnya bercabang-cabang pendek dan halus. Jika diamati dengan
seksama akan tampak terdiri dari shaft yang ramping dan beberapa barbulae
di puncak.
23

2. Plumulae, Berbentuk berbentuk hampir sama dengan filoplumae dengan


perbedaan detail.
3. Plumae, Bulu yang sempurna.
Susunan plumae terdiri dari :
o Shaft (tangkai), yaitu poros utama bulu.
o Calamus, yaitu tangkai pangkal bulu.
o Rachis, yaitu lanjutan calamus yang merupakan sumbu bulu yang
tidak berongga di dalamnya. Rachis dipenuhi sumsum dan memiliki
jaringan.
o Vexillum, yaitu bendera yang tersusun atas barbae yang merupakan
cabang-cabang lateral dari rachis.

4. Barbae
5. Barbulae, Ujung dan sisi bawah tiap barbulae memiliki filamen kecil disebut
barbicels yang berfungsi membantu menahan barbula yang saling
bersambungan.
24

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
 Ayam mempunyai ciri-ciri bentuk paruh lancip karena disesuaikan dengan
pakan yang dimakan yaitu berbentuk butiran dan berwarna kuning,
mempunyai jengger, pial, dan cuping di bagian kepala berwarna merah,
esophagus berkembang, bertaji, mempunyai cakar yang tidak berselaput
serta bulu yang berminyak namun tidak sebanyak pada unggas air.

 Pada ayam broiler mempunyai tubuh yang besar dikhususkan untuk


pedaging yang melindungi bagian organ dalam

 Kaki ayam broiler umumnya gemuk dan kokoh serta cenderung pendek
serta tidak berbulu pada cakarnya.
 Pada ayam petelur memilik bobot relatif kecil, dengan seksualitas baik
mulai bertelur 5-6 bulan dan memiliki lemak yang sedikit
 Pada ayam kampung jengger dan pial ayam jantan lebih besar dari pada
ayam betina.
 Ayam kampung jantan memiliki taji pada bagian kakinya sedangkan ayam
betina tidak memiliki
 Susunan anatomis bulu : Filoplumae, Plumulae, Barbae

5.2 Saran
Praktikum sudah baik, tingkatkan semangat dalam mengajar mahasiswa
untuk menjadi lebih baik.
25

DAFTAR PUSTAKA

Ensminger ME, Oldfield JE, Heinemann WW. 1990. Feeds and Nutrition. Second
Ed. The Ensminger Publishing Company, USA.

Fatoni, I. R. 2009. Manajement Pemeliharaan Ayam Petelur di Peternakan Dony


Farm Kabupaten Magelang. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.

Murtidjo, B. A. 1989. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius, Yogyakarta

North. 1990. Commercial Chicken Production Manual. Springer Publisher New


York.

Rasyaf, M. 1999. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta

Sarwono, B. 1991. Beternak Ayam Buras. Penebar Swadaya, Jakarta.

Wiharto. 1985. Unggas Darat dan Unggas Air. Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya, Malang.
26

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai