Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MANAJEMEN KANDANG PUYUH BETINA

Di Susun Oleh :
Muhammad Rifki 18410053

FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI PETERNAKAN UNIVERSITAS ISLAM


KALIMANTAN (UNISKA) MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga saya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
"Manajemen Kandang Puyuh Betina" pada tepat waktunya. Makalah ini berisikan sistem
perkandangan yang baik untuk puyuh betina.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari pembaca yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada Guru Bidang Studi Prod. Aneka Ternak & Satwa
Harapan dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT meridhai segala usaha kita semua.
Aamiin .

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................2

BAB I. PENDAHULUAN................................................................................................. 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 5

BAB III. TINJAUAN TEORITIS..................................................................................... 6

BAB IV. PEMBAHASAN................................................................................................7

BAB V. PENUTUP........................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pemeliharaan burung puyuh (quail) pada mulanya kurang mendapat perhatian dari para peternak di
Indonesia. Tetapi sejak pemerintah Indonesia merencanakan burung puyuh sebagai salah satu alternatif
untuk peningkatan penyediaan protein hewani untuk masyarakat, barulah burung puyuh mulai terangkat
namanya. Peternak Indonesia pun mulai bergairah untuk mengembangkan ternak ini.
Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dari tahun ketahun berbanding lurus dengan tingginya angka
pengangguran. Hal tersebut menjadi landasan awal burung puyuh di pilih sebagai salah satu alternatif
usaha yang dinilai cukup menguntungkan karena dalam pemeliharaannya tidak dibutuhkan areal yang
luas dan pengembalian modalnya relatif cepat dikarenakan burung puyuh dapat mencapai dewasa
kelamin sekitar umur 42 hari dengan produksi telur antara 250-300 butir per tahun.
Burung Puyuh yang dalam bahasa asing disebut “Quail” merupakan jenis burung yang tidak dapat
terbang, ukuran tubuh relatif kecil dan berkaki pendek. Burung Puyuh termasuk dalam golongan aneka
ternak hasil domestikasi, yang semula bersifat liar kemudian diadaptasikan menjadi hewan yang dapat
diternakkan. Burung Puyuh pertama kali diternakkan di Amerika Serikat tahun 1870 dan terus
dikembangkan ke berbagai penjuru dunia.
Dalam usaha ternak puyuh banyak permasalahan yang dihadapi para peternak, terutama peternak yang
masih baru. Jika peternak telah menguasai seluk-beluk burung puyuh, setiap permasalahan tentu akan
mudah diatasi.
Sebelum memulai usaha betenak puyuh seorang peternak harus harus memahami 3 unsur produksi
yaitu : manajemen ( pengelolaan usaha ), breeding ( pembibitan ) dan feeding ( pakan ).

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Puyuh adalah nama untuk beberapa genera dalam familia Phasianidae. Burung ini berukuran menengah.
Burung puyuh adalah unggas daratan yang kecil namun gemuk. Mereka pemakan biji-bijian namun juga
pemakan serangga dan mangsa berukuran kecil lainnya. Mereka bersarang di permukaan tanah, dan
berkemampuan untuk lari dan terbang dengan kecepatan tinggi namun dengan jarak tempuh yang
pendek. Beberapa spesies seperti puyuh jepang adalah migratori dan mampu terbang untuk jarak yang
jauh. Beberapa jenis puyuh diternakkan dalam jumlah besar. Puyuh jepang diternakkan terutama karena
telurnya. Puyuh merupakan salah satu komoditi unggas sebagai penghasil telur dan daging yang
mendukung ketersediaan protein hewani yang murah serta mudah didapat (Permentan, 2008).
Puyuh merupakan ternak berdarah panas. Woodard et al. (1973) menyatakan bahwa rataan suhu tubuh
puyuh betina dewasa adalah antara 41,8-42,4oC. Suhu lingkungan yang optimal untuk puyuh fully
feathered adalah 24oC dan untuk anak puyuh (day old quail) adalah 35oC. Kelembapan lingkungan
yang optimal untuk puyuh adalah antara 30%-80%.
Secara ilmiah puyuh dikenal dengan nama Coturnix-coturnix japonica berbeda dengan nama yang
umumnya digunakan yaitu Coturnix coturnix . C. japonica pada awalnya disebut burung jepang liar yang
ditemukan pada abad ke-delapan di Jepang. Burung puyuh tipe liar memiliki bulu dengan warna
dominan coklat cinnamon dan gelap. Akan tetapi, puyuh betina dewasa memiliki bulu dengan warna
yang pucat dengan bintik bintik gelap. Berbeda dengan puyuh betina, puyuh jantan dewasa memiliki
warna bulu yang gelap dan seragam pada bagian dada dan pipi (Vali, 2008).
Menurut Vali (2008), menyatakan bahwa manfaat umum dari puyuh C. japonica yaitu:

1. Sebagai unggas penghasil telur dan daging dengan cita rasa yang unik.
2. Biaya pemeliharaan murah yang diasosiasikan dengan ukuran tubuh yang kecil (80 – 300 gram).
3. Memiliki selang generasi yang pendek (3-4 generasi per tahun) sehingga memungkinkan
memiliki generasi yang lebih banyak dalam setahun.
4.  Tahan (resisten) terhadap wabah dan penyakit unggas.
5. Memiliki produksi telur yang tinggi
6. Dapat digunakan sebagai hewan percobaan.
7. Merupakan unggas dengan ukuran tubuh terkecil yang diternakkan untuk menghasilkan telur dan
daging

5
BAB III. TINJAUAN TEORITIS

Rumusan Masalah

1. Bagaimana beternak puyuh yang baik sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal?
2. Penyakit apa saja yang dapat menyerang populasi burung puyuh?
3. Sistem perkandangan apa yang baik untuk puyuh betina ?

Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menginformasikan kepada pembaca tentang cara beternak puyuh.


2. Untuk menginformasikan kepada pembaca tentang cara pembuatan kandang yang baik.
3. Untuk informasi penunjang sentra peternakan terutama dalam ruang lingkup burung puyuh.

6
BAB IV
PEMBAHASAN

PENGERTIAN BURUNG PUYUH


Puyuh adalah nama untuk beberapa genera dalam familia Phasianidae. Burung ini berukuran menengah.
Burung puyuh adalah unggas daratan yang kecil namun gemuk. Mereka pemakan biji-bijian namun juga
pemakan serangga dan mangsa berukuran kecil lainnya. Mereka bersarang di permukaan tanah, dan
berkemampuan untuk lari dan terbang dengan kecepatan tinggi namun dengan jarak tempuh yang
pendek. Beberapa spesies seperti puyuh jepang adalah migratori dan mampu terbang untuk jarak yang
jauh. Beberapa jenis puyuh diternakkan dalam jumlah besar. Puyuh jepang diternakkan terutama karena
telurnya. Puyuh merupakan salah satu komoditi unggas sebagai penghasil telur dan daging yang
mendukung ketersediaan protein hewani yang murah serta mudah didapat (Permentan, 2008).
Di Indonesia puyuh mulai dikenal dan diternakan pada tahun 1979. Jenis yang diternakan adalah puyuh
Jepang, Coturnix Coturnix Japonica yang pertumbuhan dan pembiakannya cepat. Sosoknya lebih kecil,
cuma separuh tubuh dari Coturnix Coturnix Japonica. Pergerakkannya sangat lincah sehingga sulit
ditangkap, puyuh asli Indonesia itu bulunya cantik, cokelat bertotol-totol hitam, berkombinasi dengan
paruh dan kaki yang kuning.
Taksonomi Puyuh
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Aves
Ordo : Galliformes
Family : Phasianidae
Sub family : Perdicinae
Genus : Coturnix
Spesies : Coturnix coturnix (Lineaus 17), Coturnix japonica, Coturnix
coromondelica, Coturnix chinensis

Puyuh yang umum dikembangkan di Indonesia adalah jenis dari puyuh jepang (Caturnik Caturnik
Japonica). Sesuai dengan pendapat Vali (2008) yang menyatakan bahwa selain memiliki perporman
yang bagus, puyuh ini juga memiliki daya adaptasi yang baik. Manfaat umum dari puyuh C. Japonica
yaitu:

1. Sebagai unggas penghasil telur dan daging dengan cita rasa yang unik.
2. Biaya pemeliharaan murah yang diasosiasikan dengan ukuran tubuh yang kecil (80 – 300 gram).
3. Memiliki selang generasi yang pendek (3-4 generasi per tahun) sehingga memungkinkan
memiliki generasi yang lebih banyak dalam setahun.
4. Tahan (resisten) terhadap wabah dan penyakit unggas.
5. Memiliki produksi telur yang tinggi.
6. Dapat digunakan sebagai hewan percobaan.
7. Merupakan unggas dengan ukuran tubuh terkecil yang diternakkan untuk menghasilkan telur dan
daging.

7
Puyuh unggul antara lain memiliki ciri dan karakter seperti berikut ini:

1. Sehat, lincah, mata bersinar dan tegap


2. Keadaan bulu tertutup sempurna, licin, bulu jarum sedikit
3. Konformasi / keserasian terlihat normal
4. Tulang dada lunas normal dengan lengkungan 1/8 inchi
5. Bentuk punggung normal/rata
6. Bentuk sayap/lengan dan finger rapat dengan badan
7. Fleshing/perdagingan sempurna, dada padat berisi, panjang dan simetris
8. Shank dan digiti sedikit bersisik
9. Kondisi tubuh mulus tanpa kelainan dan bebas dari sobekan, patah tulang ataupun memar lemak
bawah kulit terlihat sempurna dan merata.

Sedangkan untuk DOQ (Day Old Quail) harus memenuhi cirri sebagai berikut:

1. Sehat, tidak cacat fisik, kaki dan digiti tidak bengkok


2. Lincah, mata bulat dan bersinar; kaki kuat dan berdiri dengan tegak
3. Paruh normal
4. Berasal dari bibit induk yang telah diketahui keunggulannya
5. Bulu kering, dubur dan pusar juga kering; nafsu makan baik/ aktif mencari makan.

Puyuh calon induk memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Sehat, tidak cacat fisik


2. Kepala dan muka halus, sedang (tidak terlalu besar)
3. Mata cerah, jernih bersinar
4. Paruh pendek dan kuat
5. Badan cukup besar, perut halus dan bila diraba/ditekan terasa empuk
6. Jarak antar tulang pubis kurang lebih 2 jari orang dewasa
7. Lincah dan tampak semangat
8. Bulu tidak kusut, tetap tampak mengkilap dan halus
9. Squama (sisik) bagian shank dalam barisan, ekor tidak bengkok
10. Berasal dari induk berproduksi telur tinggi.

Sifat dan karakteristik pada ternak umumnya, termasuk burung puyuh antara lain dipengaruhi oleh
faktor genetis dan faktor lingkungan. Hal ini yang menyebabkan adanya perbedaan variasi warna, bobot
tubuh, bentuk paruh, bentuk mata dan bentuk tubuh lainnya pada burung puyuh. Bentuk tulang pubis
burung puyuh harus memiliki jarak kurang lebih 2 (dua) jari orang dewasa, karena bentuk dari tulang
pubis ini kaitannya dengan jumlah produktivitas  ternak itu sendiri. Pembentukan tulang pubis
tergantung pada pakan yang dikonsumsi oleh puyuh. Pakan yang baik untuk pembentukan tualng pubis
ini adalah pakan yang mengandung mineral terutama dalam bentuk phospor.
8
Jenis-Jenis Puyuh Unggul
Coturnix-Cortunix Japonica
Puyuh jenis ini dapat menghasilkan telur sebanyak 250-300 butir/ekor/tahun. Kelebihan lainnya adalah
suaranya yang cukup keras dan agak berirama. Hidupnya sering berpindah-pindah tempat. Telurnya
berwarna  coklat tua, biru, putih dengan dengan bintik hitam, cokelat ( Permana, 2005).

Coturnix Chinensis (Blue Brested Quail)


Puyuh ini memiliki tubuh sangat mungil, panjangnya hanya 15 cm. Biasa ditemukan dipadang rumput
terbuka, sawah yang baru di panen, semak alang-alang dan tanah pertanian yang belum di tanami.
Hidupnya dalam kelompok-kelompok kecil. Hidupnya di areal dataran rendah. Makanannya berupa biji-
bijian kecil dan serangga. Telurnya berwarna kuning tua mengkilap dan bertotol-totol hitam ( Syariefa,
2011).

Rollulus Roulroul (Puyuh Mahkota)


Badannya bulat dengan panjang mencapai 25 cm. Puyuh ini bentuknya paling indah jika dibandingkan 
dengan puyuh lainnya. Sehingga puyuh ini dapat di pelihara sebagai burung hias. Puyuh ini hidup di
hutan-hutan dan hanya terdapat di daerah seperti Kalimantan, Sumatera, Malaysia dan Thailand. Unggas
ini dapat hidup pada ketinggian 1.200 m di atas permukaan laut (Nugroho, 1986).

Callipepla Squamata (Scaled Quail)


Unggas ini termasuk berukuran besar, panjangnya mencapai 25-35 cm. Bermukim di Amerika Utara dan
Meksiko. Hidupnya di padang rumput, di daerah kering dan semi kering. Puyuh ini bisa bertelur
sebanyak 9-16 butir pada musim bertelur. Pakannya terdiri dari 30 % serangga, biji-bijian dan beberapa
jenis sayur-sayuran ( Ensminger, 1992).

SYARAT DAN TEKNIS


Lokasi Peternakan

1. Lokasi di usahakan jauh dari permukiman penduduk


2. Dekat dengan jalur transportasi
3. Daerah bebas banjir
4. Jauh dari keramaian
5. Bukan daerah endemi

Persiapan Sarana Dan Prasarana Peternakan

1. Persiapan tempat makan minum ternak


2. Persiapan tempat telur 
3. Persiapan Alat-alat sanitasi
4. Penyediaan alat transportasi
9
Lokasi 
Letak kandang burung puyuh sangat menentukan keberhasilan usaha di masa depan. Karena burung
puyuh merupakan ternak yang sangat sensitif, ada beberapa syarat dalam pembuatan kandangnya, antara
lain :

 Letakkan kandang di tempat yang jauh dan sumber kebisingan. Burung puyuh akan stres bila
berada di tempat yang bising. 
 Lokasi kandang harus jauh dan permukiman penduduk. Kotoran burung puyuh memiliki kadar
protein tinggi sehingga bilamana penanganannya kurang disiplin maka akan terjadi penguraian gas
amonia di tempat pengumpulan kotoran. Akibatnya, akan muncul bau yang tajam yang tentu sangat
mengganggu penduduk di sekitar kandang. 
 Memiliki sirkulasi udara yang baik. Burung membutuhkan udara segar untuk hidup sehat dan
agar produksi telurnya maksimal. Meski begitu bukan berarti burung puyuh boleh terkena angin keras. 
 Jauh dari peternakan ayam ras. Hindari ternak puyuh berada dalam satu lokasi dengan ternak
lain. Jangan membangun peternakan burung puyuh di bekas kandang ayam ras yang telah bangkrut. Hal
ini untuk mencegah terjadinya serangan penyakit yang dulu pernah menyerang peternakan ayam ras
tersebut.
 Memiliki sumber air yang berlimpah. Air sangat dibutuhkan oleh burung puyuh setiap hari.
Meski tidak berlebihan seperti pada ternak bebek, air tetap harus selalu ada setiap hari. Jaga jangan
sampai burung puyuh kekurangan air karena akan dapat menimbulkan kanibalisme di antara mereka.
 Buat kandang dengan ukuran yang tepat. Kandang yang ideal bagi burung puyuh petelur sebagai
berikut: 
Panjang maksimal :200 cm
Lebar maksimal : 75 cm
Tinggi maksimal : 32 cm
Kolong kanang terbawah : 30 - 40 cm dari lantai
Isi kandang dengan kepadatan 50 ekor burung per meter persegi atau 100 ekor anak burung per meter
persegi.

Kandang harus memiliki cukup ventilasi dan sinar matahari yang masuk.

Dinding kandang terbuat dari kawat ram atau loket.

Tersedia tempat makan dan tempat minum yang cukup.

Kandang burung puyuh petelur umumnya dibuat bertingkat. Paling tinggi adalah tingkat tinggi dengan
tinggi setiap tingkat maksimum 30 cm. Adapun luas kandang per tingkat sebagai berikut:

10
Burung puyuh mempunyai sifat jelek, yaitu kanibalisme. Apabila kandang kurang Puas maka akan
menyebabkan penghuninya berdesak-desakan. Hal itu dapat menimbulkan perkelahian di antara mereka.
Bila demikian, sifat kanibalismenya akan muncul. Produksi telurnya akan terganggu dan
pertumbuhannya akan menjadi jelek. 

1. Dasar lantai 
Sebaiknya lantai kandang terbuat dan kawat berlubang lubang (kawat ram atau kawat loket). Jangan
sampai berlantai tanah atau ubin. Di bawah kawat ram ini diletakkan papan penampung kotoran yang
terbuat dan triplek yang dilapisi seng tipis agar tahan lebih lama. 

2. Dinding kandang 
Dinding kandang sebaiknya terbuat dan kawat ram semuanya sehingga udara segar dapat masuk dengan
bebas. Karena burung puyuh sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan, kandang burung puyuh
hendaknya diletakkan di ruangan yang aman, terhindar dan hembusan angin langsung, sehingga tidak
kedinginan dan terganggu suara bising.

Kandang Puyuh

Kandang Untuk Anak Puyuh (DOQ )


Kandang untuk anak puyuh biasanya model box atau bisa juga model letter.kandang Box terbuat dari
triplek atau papan yang sebagian besar dindingnya tertutup dan lantai terbuat dari kawat strimin.sedang
letter hampir sebagian dinding juga tertutup tetapi lantai terbuat dari tanah atau semen yang dilapisi
sekam atau sisa gergajian.

-          Kandang untuk puyuh dewasa


Kandang untuk puyuh dewasa biasanya betbentuk batery.batery biasanya dibuat bersusun sampai 4.

Bibit Puyuh
Di dalam usaha peternakan puyuh bibit merupakan salah satu faktor penting  dengan bibit yang
berkualitas diharapkan akan memperoleh hasil produksi yang maksimal. Untuk itu dianjurkan untuk
mendatangkan bibit unggul dari pembibitan yang sudah terpercaya. Pemilihan bibit biasanya didasarkan
dari kemampuan produksi dan ketahanan si induk terhadap penyakit.

11
Pakan Puyuh

Faktor lain yang tidak boleh dilupakan adalah faktor pakan. Dalam setiap usaha petenakan, pakan
mengambil porsi terbesar dalam biaya produksi bahkan hampir 60% modal digunakan untuk pembelian
pakan.
Dalam garis besarnya pakan puyuh dibagi menjadi 3 fase yakni: Fase starter ( 0-3 minggu ), Fase grower
( 3-7 minggu ), Fase finisher ( 7 minggu - afkhir ).
Untuk anak puyuh (DOQ ) pakan diberikan secara ad-libitum, sedangkan untuk puyuh dewasa diberikan
sekitar 20 -24 gr/ekor dalam sehari.

Pengendalian Penyakit

1. Sanitasi dan Tindakan Preventif (pembersihan alat-alat peternakan, kandang dan lingkungan
sekitarnya).
2. Pengontrolan Penyakit (pengontrolan penyakit dilakukan setiap saat dengan melalui pengamatan
fisik ternak dan kotorannya)
3. Pemberian Vaksinasi dan Pengobatan (peternak puyuh biasanya memberi vaksin puyuhnya
dengan 2 macam vaksin yaitu vaksin AI dan ND).

Hama dan Penyakit


Di dalam peternakan puyuh sering kali peternak dihadapkan dengan banyaknya penyakit yang
menyerang puyuh.untuk itu seorang peternak dituntut untuk jeli dalam mengenal penyakit yang sering
menyerang puyuh.
Adapun penyakit yang sering menyerang puyuh adalah:
Tetelo ( NCD)
Gejala:
-          Batuk, bersin-bersin, ngorok dan susah bernafas
-          Tidak nafsu makan dan lesu
-          Kototan berwarna hijau kehitaman
-          Kepala memutar dan adakalanya lumpuh

Berak Kapur (Pulloru)


Gejala:
-          Nafsu makan berkurang
-          Lesu dan mengantuk
-          Bulu kusam dan sayap menggelantung
-          Kotoran berwarna keputihan seperti kapur

Berak Darah
Gejala: Hampir sama dengan pullorum tetapi kotoran berwarna kemerahan karena bercampur darah.

Cacar Unggas
Gejala: Timbul bintil-bintil disekitar pial,kaki,mulut dan disekitar kulit yang tidak ditumbuhi bulu.

12
Hasil Produksi
Hasil Utama
Hasil utama pada pemeliharaan puyuh tentunya adalah telur dan daging.

Hasil Sampingan
Selain menghasilkan telur dan daging beternak puyuh juga menghasilkan hasil sampingan berupa bulu
dan kotorannya.

Pemasaran Hasil
Seorang peternak puyuh selain dituntut untuk mengerti tata cara beternak yangbaik juga diharuskan
untuk mengerti strategi dalam pemasaran. Dengan pemasaran yang baik diharapkan akan memperoleh
harga jual seperti yang diharapkan.

13
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan

1. Puyuh merupakan salah satu komoditi unggas sebagai penghasil telur dan daging yang
mendukung ketersediaan protein hewani yang murah serta mudah didapat (Permentan, 2008).
2. Kandang yang tepat dan ideal menentukan keberhasilan beternak puyuh.
3. Puyuh yang umum dikembangkan di Indonesia adalah jenis dari puyuh jepang (Caturnik
Caturnik Japonica) selain memiliki performan yang bagus, puyuh ini juga memiliki daya
adaptasi yang baik.

Saran

1. Sebelum memulai usaha betenak puyuh seorang peternak harus harus memahami 3 unsur
produksi yaitu : manajemen ( pengelolaan usaha ), breeding ( pembibitan ) dan feeding ( pakan ).
2. Peningkatan usaha peternakan khususnya burung puyuh agar terus dikembangkan, karena selain
meningkatkan pendapatan dapat juga menunjang perkembangbiakan burung puyuh agar tidak
punah.

14
DAFTAR PUSAKA

Sumber Dari: http://dodymisa.blogspot.com/2015/05/makalah-manajemen-usaha-ternak-


puyuh.html#ixzz42Kra0L3b

15

Anda mungkin juga menyukai