Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KESEHATAN TERNAK

TEKNIS MANAJEMEN KESEHATAN TERNAK UNGGAS


PETELUR

Oleh Kelompok II:

EKI RIZKI HIDAYAT (12180110112)


FAHRUL HIDAYAT (12180110143)
HAFIZH ALFATHUR RIDHI (12180114695)
IKHSAN NUR KHOLIS
JUMIATI (12180125180)
JURIANTO (12180110161)
M. IQBAL (12180110109)
MUHAMMAD ARIF DALIMUNTE (12180114812)

FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat, karunia, dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Kesehatan Ternak ini.
Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar
kita Nabi Muhammad Saw. yang telah menunjukan kepada kita semua jalan yang
lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar
bagi seluruh alam semesta.
Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Drh. Rahmi Febriyanti, S.Pt,
M.Sc., selaku dosen mata kuliah kesehatan Ternak. Sebab beliaulah yang
membimbing kami selama perkuliahan berlangsung.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan tugas makalah ini masih jauh dari
kategori sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran untuk
pembuatan tugas ini agar menjadi suatu penulisan yang baik dan benar.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat umumnya
untuk seluruh komponen yang terlibat, khususnya untuk kami sendiri dan untuk
UIN Suska Riau.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN
COVE

R
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1. Latar Belakang...............................................................................1
1.2. TUJUAN..........................................................................................1
1.3. MANFAAT......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3
2.1. Ayam Petelur..................................................................................3
2.2. Perkandangan...................................................................................4
2.3. Pakan................................................................................................7
2.4. Biosekuriti dan Pengendalian Penyakit............................................9
2.5. Limbah...........................................................................................13
2.6. Pemasaran......................................................................................14
2.7. Pascapanen.....................................................................................15
BAB III PENUTUP....................................................................................16
3.1. KESIMPULAN.............................................................................16
3.2. SARAN..........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................18

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Unggas petelur adalah jenis unggas yang dipelihara khusus untuk
tujuan produksi telur. Fokus utama pemeliharaan unggas ini adalah
untuk mendapatkan hasil telur yang maksimal. Unggas petelur biasanya
dipilih berdasarkan ketahanan tubuh, efisiensi pakan, dan produksi telur
yang baik. Beberapa jenis unggas petelur umum termasuk ayam petelur
(seperti Ayam Leghorn), itik petelur, dan beberapa spesies burung
puyuh. Mereka dikembangkan dan dipelihara dengan penekanan pada
produksi telur yang konsisten dan efisien.
Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara
khusus untuk diambil telurnya. Asal mula ayam unggas adalah berasal
dari ayam hutan dan itik liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat
bertelur cukup banyak. Tahun demi tahun ayam hutan dari wilayah
dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar (Aziz, 2007). Arah seleksi
ditujukan pada produksi yang banyak, karena ayam hutan tadi dapat
diambil telur dan dagingnya maka arah dari produksi yang banyak
dalam seleksi tadi mulai spesifik. Ayam yang terseleksi untuk tujuan
produksi daging dikenal dengan ayam broiler, sedangkan untuk
produksi telur dikenal dengan ayam petelur. Selain itu, seleksi juga
diarahkan pada warna kulit telur hingga kemudian dikenal ayam petelur
putih dan ayam petelur cokelat (Rasyaf, 1997).
Pemeliharaan unggas petelur melibatkan pengelolaan makanan,
kondisi kandang, pengendalian penyakit, dan manajemen umum untuk
mendukung kesejahteraan unggas dan meningkatkan hasil produksi
telur. Telur yang dihasilkan dari unggas petelur umumnya digunakan
untuk konsumsi manusia atau sebagai bahan baku dalam industri
pangan.
Manajemen kesehatan unggas petelur merujuk pada serangkaian
kebijakan, praktik, dan prosedur yang diterapkan untuk menjaga dan
meningkatkan kesehatan unggas petelur. Tujuan utama dari manajemen

1
kesehatan ini adalah untuk mendukung kesejahteraan unggas, mencegah
penyebaran penyakit, dan mencapai produksi telur yang optimal.

1.2. TUJUAN
Tujuan dari dibuat nya makalah ini adalah untuk mengetahui
bagaimana teknis manajemen kesehatan ternak unggas petelur.

1.3. MANFAAT
Manfaat dari dibuatnya makalah ini adalah diketahuinya apa
manfaat dari melaksanakan teknis manajemen kesehatan ternak ungags
petelur.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Ayam Petelur


Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara
khusus untuk diambil telurnya. Asal mula ayam unggas adalah berasal
dari ayam hutan dan itik liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat
bertelur cukup banyak. Tahun demi tahun ayam hutan dari wilayah
dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar (Aziz, 2007). Arah seleksi
ditujukan pada produksi yang banyak, karena ayam hutan tadi dapat
diambil telur dan dagingnya maka arah dari produksi yang banyak
dalam seleksi tadi mulai spesifik. Ayam yang terseleksi untuk tujuan
produksi daging dikenal dengan ayam broiler, sedangkan untuk
produksi telur dikenal dengan ayam petelur. Selain itu, seleksi juga
diarahkan pada warna kulit telur hingga kemudian dikenal ayam
petelur putih dan ayam petelur cokelat (Rasyaf, 1997). Ayam petelur
yang dipelihara di indonesia pada umumnya terdapat dua jenis tipe
yaitu:

1. Ayam Petelur putih (White Leghorn)


Tipe ayam petelur putih/ayam petelur ringan ini mempunyai badan yang
ramping/kurus, mungil/kecil dan mata bersinar. Bulunya berwarna putih bersih
dan berjengger merah. Ayam ini berasal dari galur murni white leghorn.
Ayam galur ini sulit dicari, tapi ayam petelur ringan komersial banyak dijual di
Indonesia dengan berbagai nama. Setiap pembibit ayam petelur di Indonesia
pasti memiliki dan menjual ayam petelur putih komersial ini. Ayam ini mampu
bertelur lebih dari 260 telur per tahun produksi hen house. Sebagai petelur, tipe
ayam ini memang khusus untuk bertelur saja (Rasyaf, 2008).

3
2. Ayam Petelur Cokelat (Hibrida)
Bobot tubuh ayam petelur cokelat cukup berat. Beratnya ayam petelur
cokelat masih berada di antara berat ayam petelur ringan dan ayam broiler.
Ayam ini disebut juga tipe ayam petelur medium. Tubuh ayam ini tidak kurus,
tetapi juga tidak terlihat gemuk. Telur cukup banyak dan juga menghasilkan
daging yang cukup banyak. Ayam ini disebut juga dengan ayam tipe dwiguna.
Ayam ini disebut ayam petelur cokelat, karena bulunya yang cokelat dan
warna telurnya juga cokelat. (Rasyaf, 2008).

4
2.2. Perkandangan
Perkandangan adalah kumpulan seluruh kelompok yang memenuhi suatu
aturan sanitasi dan tata laksana peternakan. Perkandangan memegang peran
yang penting dalam kelancaran usaha. Perkandangan meliputi ruang staf,
gudang, mess dengan segala fasilitas yang ada merupakan salah satu peternakan
(Rasyaf, 1997). Kandang adalah lingkungan kecil tempat ayam hidup dan
berproduksi. Oleh karena itu dibutuhkan kandang yang nyaman dan berpengaruh
terhadap kesehatan ayam serta hasil produksi yang maksimal Abidin, (2003).
Kandang, selain berfungsi untuk melindungi ayam dari iklim seperti hujan, panas
matahari, dan angin, juga berfungsi melindungi dari gangguan manusia atau
binatang. Kandang bagi ayam ras petelur juga diharapkan meningkatkan
produksi ayam dengan memberikan rasa nyaman bagi ayam yang dipelihara
(Sudaryani dan Santosa, 1997).
Kandang yang digunakan dalam pemeliharaan ayam petelur sangat
beraneka ragam. Masing- masing dapat dibedakan atas dasar kegunaannya,
model lantai, pengisian kandang, dinding kandang dan kelangsungan
penempatan ayam di dalam kandang. Sudarmono, (2003). Jenis kandang
berdasarkan kegunaanya dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. Kandang Indukan
Kandang indukan digunakan untuk memelihara anak ayam umur 1 hari
sampai 4 minggu. Kandang tersebut dilengkapi dengan lampu pemanas, lampu
penerang, tempat pakan dan tempat minum. Kandang indukan ini pada
umumnya berlantai litter.
b. Kandang Grower
Kandang grower digunakan untuk memelihara ayam dari umur 8 minggu
sampai menjelang bertelur yakni 8 minggu. Kandang tersebut juga dilengkapi
dengan lampu penerang, tempat pakan dan tempat minum. Model lantai
yang umum digunakan pada kandang ini lantai liter atau celah.

5
c. Kandang Layer
Kandang layer digunakan untuk memelihara ayam dewasa yang telah
berproduksi. Kandang tersebut juga dilengkapi dengan tempat pakan dan
tempat minum, serta penerangan seperlunya. Kandang layer ini pada umumnya
memiliki lantai litter untuk yang koloni dan celah bagi yang menggunakan
kandang baterai atau kolong. Kandang baterai adalah kandang berbentuk kotak
atau sangkar (cage), yang terbuat dari kawat atau bilah-bilah bambu, reng, dan
kayu. Setiap sangkar berisi 1 sampai 3 ekor ayam. Kandang baterai ditata
secara bersambungan satu sama lain, sehingga membentuk unit-unit
memanjang yang mampu menampung hingga ratusan ayam bahkan ribuan
ayam (Sudarmono, 2003).
Jenis kandang berdasarkan model lantai yang digunakan dibagi menjadi
tiga macam, yaitu:
1. Kandang lantai litter, kandang ini dibuat dengan lantai yang dilapisi kulit
padi, pesak/sekam padi dan kandang ini umumnya diterapkan pada
kandang sistem koloni. Biasanya dipakai sebagai kandang ayam starter
atau grower.
2. Kandang slat, kandang dengan lantai kolong berlubang, lantai untuk sistem
ini terdiri dari bambu atau kayu kaso dengan lubang-lubang diantaranya,
yang nantinya untuk membuang ekskreta dan langsung ke tempat
penampungan. Keunggulan kandang full slat yaitu: kotoran ayam jatuh ke
kolong kandang sehingga lantai tetap kering dan bersih.
3. Kandang dengan lantai campuran liter dengan kolong berlubang, dengan
perbandingan 40% luas lantai kandang untuk alas liter dan 60% luas lantai
dengan kolong berlubang (terdiri dari 30% di kanan dan 30% dikiri
(Windasari, 2010).
Atas dasar pengisian ayam pada setiap kandang, maka ragam kandang
dapat dibedakan sebagai berikut

6
1. Kandang Koloni
Setiap petak pada model kandang ini, diisi dengan banyak ayam, ratusan
dan bahkan ribuan. Kandang model ini pada umumnya digunakan untuk ayam
fase grower. Ayam yang ditempatkan pada kandang ini dapat bergerak dengan
bebas.
2. Kandang Individual
Setiap petak atau sangkar pada model ini diisi dengan 1 ekor ayam.
Kandang berbentuk kotak atau sangkar, yang terbuat dari kawat atau bambu
ini, umumnya disusun berderet dan bersusun. Sehingga lebih popular dengan
sebutan kandang baterai (Sudarmono, 2003).
Jenis kandang berdasarkan dindingnya dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Kandang open house
Kandang open house adalah kandang yang dindingnya dibuat dengan
sistem terbuka, yang biasa terbuat dari kawat burung atau bambu sehingga
menjamin hembusan angin bisa masuk dalam kandang dan bisa memanfaatkan
pergantian sinar matahari. Dinding kandang di tutup dengan tirai yang
berfungsi sebagai ventilasi. Bentuk kandang yang umum dijumpai di lapangan
adalah kandang sistem terbuka atau open house, baik sistem panggung maupun
sistem postal dengan lantai beralaskan sekam, serutan gergaji kayu dan
beberapa peternak pernah juga menggunakan jerami. Model kandang terbuka
memberikan kontribusi yang kurang bagus bila dibandingkan dengan model
kandang sistem tertutup (Ahmadi, 2008)
2. Kandang Close house
Kandang close house adalah kandang yang dindingnya dibuat dengan
sistem tertutup dengan rapat sehingga sinar matahari, ventilasi dan kelembaban
kandang diatur dengan mesin yang memerlukan kontruksi kandang tertentu.
Kandang sistem tertutup atau close house merupakan sistem kandang yang
harus sanggup mengeluarkan kelebihan panas, kelebihan uap air, gas-gas yang
berbahaya seperti CO, CO2 dan NH3 yang ada dalam kandang. Tetapi disatu
sisi dapat menyediakan berbagai kebutuhan oksigen bagi ayam. Kandang
dengan model sistem tertutup ini diyakini mampu meminimalkan pengaruh-
pengaruh buruk lingkungan dengan mengedepankan produktivitas yang
dipunyai ayam (Ahmadi, 2008).

7
2.3. Pakan
Pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan, dapat dicerna
sebagian atau seluruhnya dan bermanfaat bagi ternak. Oleh karena itu apa yang
disebut pakan adalah segala sesuatu yang dapat memenuhi persyaratan tersebut di
atas dan tidak menimbulkan keracunan bagi ternak yang memakannya (Kamal,
1994). Ayam petelur membutuhkan sejumlah unsur nutrien untuk hidupnya,
misalnya bernafas, peredaran darah, bergerak, dan fungsi- fungsi fisiologis lainya.
Disamping itu, untuk ayam yang sedang bertelur di butuhkan juga untuk
produksi telur. Kebutuhan yang pertama itu disebut dengan kebutuhan hidup
pokok dan yang kedua untuk produksi. Untuk hidup pokok dan hidup produksi,
ayam membutuhkan protein, energi, vitamin, dan mineral (Rasyaf, 1994). Irawan
(1995) mengemukakan bahwa pakan yang diberikan pada ayam merupakan hal
yang perlu diperhatikan, sebab pakan yang kurang memenuhi standar nutrien,
dapat menjadi salah satu sebab menurunnya produktivitas. Kebutuhan nutrisi
ayam petelur fase layer dapat dilihat pada Tabel 1.

Protein terdiri dari karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan sulfur.


Protein ini terbentuk lebih dari 20 jenis asam amino yang dirangkai oleh ikatan
peptide. Fungsi protein antara lain untuk membangun dan membentuk jaringan-
jaringan tubuh (misalnya daging), pembentukan dan perkembangan organ-organ
tubuh serta pertumbuhan bulu. Protein juga untuk keperluan produksi telur karena
telur mengandung banyak protein. Protein telur juga berasal dari tubuh ayam
(Rasyaf, 2008).
Energi terdapat di semua bahan pakan, terutama bahan pakan biji- bijian dan
lemak. Jagung kuning, bekatul, bungkil kelapa, tepung ubi kayu, dan bungkil

8
kedelai mengandung energy. Jagung kuning merupakan salah satu andalan
sumber energi. Net energi digunakan untuk produksi telur dan pertumbuhan ayam
(Rasyaf, 2008).
Vitamin dan mineral pengaruhnya besar sekali dalam untuk ayam petelur.
Vitamin D dan Kalsium, misalnya, dibutuhkan dalam proses pembentukan kulit
telur. Vitamin yang dibutuhkan ayam pada masa awal adalah vitamin A, vitamin
D, vitamin E, vitamin K, tiamin, riboflavin, asam pantotenat, niasin, piridoksin,
biotin, kolin, dan vitamin 12. Untuk daerah tropis seperti di Indonesia
direkomendasikan pula vitamin C (Rasyaf, 2008).
Ayam petelur membutuhkan mineral dalam jumlah yang tidak terlalu
besar. Banyak fungsi tubuh yang memerlukan mineral, misalnya aliran darah,
tekanan darah, pembentukan telur, kulit telur, bulu dan tulang. Kalsium bersama
vitamin D, misalnya sangat diperlukan untuk pembentukan kulit telur yang baik.
Kulit telur yang tipis menyebabkan telur mudah retak dan pecah, Apabila
kekurangan kalsium dan phosphor akan menyebabkan pertumbuhan terhambat,
produksi telur menurun, tulang mudah patah dan kulit telur tipis (Alamsyah,
2005).
Lemak merupakan kelebihan energi yang disimpan dalam tubuh. Lemak
digunakan untuk pembentukan karkas. Untuk ayam pada masa pertumbuhan
ditambah lemak tak jenuh beriodium tinggi, sedangkan untuk penggemukan
ditambah dengan lemak jenuh beriodium rendah. Sumber lemak bisa berasal
dari bahan pakan, seperti jagung kuning, bungkil kedelai, dan minyak ikan
(Alamsyah, 2005).

Pemberian pakan berdasarkan tingkat fase yaitu meliputi fase starter,


grower dan layer. Pakan yang diberikan pada fase starter berupa pakan starter,
yakni pakan yang diramu secara khusus sesuai dengan kebutuhan, terutama
untuk perawatan dan pertumbuhan. Pada umumnya, anak ayam yang baru
pertama kali diberikan pakan, masih belum dapat mengenali pakan yang
disediakan. Oleh karena itu, anak ayam yang baru tiba tersebut harus dilatih dan
dirangsang untuk makan, dengan cara mengetuk-ngetuk tempat pakan dengan
jari telunjuk. Ransum yang diberikan pada anak ayam, berbentuk tepung atau
crumble (butiran pecah). Karena ayam memiliki sifat untuk memilih pakan

9
dalam bentuk butir dan paruh anak ayam masih sangat kecil, sehingga pakan
yang paling cocok diberikan adalah dalam bentuk crumble (Sudarmono, 2003).
Pakan yang diberikan pada fase Grower berupa ransum peralihan, yang
diberikan secara bertahap sebagai berikut :

a) Hari pertama : 75% ransum lama dan 25% baru,

b) Hari kedua : 50% ransum lama dan 50% baru,

c) Hari ketiga : 25% ransum lama dan 75% baru dan

d) Hari keempat : 100% ransum baru.

Makanan yang diberikan kepada ayam remaja harus diatur, agar tidak
berlebihan tetapi juga tidak kekurangan, atau dengan kata lain diatur sesuai
jumlah standar. Jumlah pakan yang dihabiskan, akan memepengaruhi bobot
badan ayam. Jumlah pakan yang berlebihan akan mengakibatkan ayam menjadi
terlalu gemuk banyak lemak dan sebaliknya. Bobot badan pada masa remaja ini
akan memengaruhi kemampuan berproduksi dimasa-masa ayam mulai bertelur.
Agar ayam remaja tumbuh sesuai dengan apa yang diharapkan, sebaiknya
jumlah pakan yang diberikan mulai dibatasil (Sudarmono, 2003).

Produksi telur pada fase layer sangat tergantung pada kualitas dan jumlah
pakan yang disajikan, terlebih pada dua bulan pertama masa produksi. Pada
waktu itu, ayam memerlukan ransum dengan kandungan nutrisi yang lebih tinggi
dari pada masa remaja. Jumlah pakan yang harus diberikan pada setiap ekor
ayam perhari adalah 110 gram-120 gram, yang diberikan dua kali sehari yaitu
pada pagi dan siang hari atau pada pukul 06.00 dan 13.00. jatah pakan yang
diberikan dua kali sehari ini lebih menguntungkan daripada bila diberikan
langsung sekali. Jumlah pakan yang mampu dihabiskan oleh ayam sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain berikut : a) Kondisi lingkungan,
misal suhu, b) Bobot badan ayam, c) Jumlah rata-rata produksi telur dan Kualitas
pakan ( kandungan protein dan energi). Jumlah pemberian pakan disesuaikan
dengan umur dan jumlah produksi telur yang dihasilkan (Sudarmono, 2003).

10
2.4. Biosekuriti dan Pengendalian Penyakit
Menjaga kebersihan kandang merupakan satu langkah strategis
mengurangi populasi bibit penyakit di sekitar ayam. Karakteristik yang paling
menonjol dari bibit penyakit adalah menyukai tempat- tempat yang kotor,
sehingga jika peternak berkeinginan mememerangi bibit penyakit, ia harus
menjaga kebersihan kandang dan lingkungan sekitar. Hal itu bisa dicapai dengan
melakukan program sanitasi dan disinfeksi kandang secara rutin (Abidin, 2004).
Program sanitasi merupakan tindakan pembersihan dan penyucihamaan
kandang dan peralatanya yang dilakukan secara teratur. Penyucian ini dilakukan
dengan cara penyemprotan desinfektan keseluruh kandang dan peralatan.
Penyakit pada ayam dapat mengakibatkan kemrosotan produksi telur (Maulana
dan Ferry, 2001).
Biosekuriti merupakan tindakan pengamanan terhadap ternak, melalui
pengamanan terhadap lingkunganya dan orang atau person yang terlibat dalam
siklus pemeliharaan. Bisa jadi kegagalan peternak dalam memproduksi ayam
dengan berat maksimal dan atau produksi telur dengan Hen Day Production
(HDP) yang optimum salah satunya adalah atas keteledoran dalam penerapan
biosecurity (Riyadi, 2007).
Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan dua cara, cara pertama
adalah melalui tata laksana harian dan yang kedua melalui obat vaksin.
Keduanya digunakan bersama dan saling mendukung satu sama yang lain. Tata
laksana. Pencegahan melalui tata laksana harian pada prinsipnya adalah
menciptakan suasana tenang, bersih, dan nyaman di peternakan. Tempat minum
ayam sebaiknya dibersihkan sehari sekali karena kebersihan peralatan
kandang seperti tempat air minum merupakan syarat mutlak kesehatan ayam
(Abidin, 2004).
Pencegahan penyakit virus dilakukan dengan cara vaksinasi (Rasyaf,
1992). Vaksinasi adalah suatu tindakan dimana hewan dengan sengaja dimasuki
gen penyakit (disebut antigen) yang telah dilemahkan dengan tujuan untuk
merangsang pembentuk daya tahan atau daya kebal tubuh terhadap suatu
penyakit, dan aman untuk tidak menimbulkan penyakit. Kekebalan tubuh
optimal bila vaksinasi diberikan pada kondisi yang optimal (Rasyaf, 1990).

11
Lamanya dan kuatnya reaksi vaksin dan kekebalan penyakit yang
diperoleh tergantung dari imunitas yang diperoleh pada saat vaksinasi mula-
mula. Jadi cara pemberian, persiapan dan hal- hal lain harus dilakukan dengan
betul pada saat vaksinasi pada pertama kali. Daya tahan tubuh ayam terhadap
penyakit yang akan diperoleh akan lebih baik bila ayam lebih sehat dan kuat
kondisinya (Yahya, 1980).
Vaksin ND diberikan pada ayam umur 4 hari yaitu dengan suntik lansung
(subcutan) dan dengan tetes mata. Vaksin gumboro (IBD) juga diberikan pada
ayam umur 12 hari dengan mencampurkan pada air minum (Fadilah, 2004).
Vaksinasi gumboro (IBD) dilakukan pada saaat anak ayam berumur 7-9 hari,
yakni melalui pemberian air minum (Rasyaf, 2008).
Cara melakukan vaksin untuk ayam muda atau anak ayam melalui
tetes mata, sedangkan untuk ayam remaja dapat disuntikan. Vaksin berguna
memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu, namun kekebalan
tersebut dalam jangka waktu tertentu (Rasyaf, 2008). Program vaksinasi pada
ayam dapat dilihat pada Tabel 2.

Penyakit dalam pengertian umum dapat dinyatakan sebagai penyimpangan


dari kondisi normal dari seekor hewan, penyakit juga dapat dikatakan sebagai
perubahan kondisi normal dari seekor hewan yang disebabkan oleh jasad hidup.
Bentuk pengobatan terpenting adalah pencegahan (preventif), yaitu suatu
tindakan untuk melindungi individu terhadap serangan penyakit atau
menurunkan keganasannya (Akoso, 1998).
Pencegahan penyakit merupakan cara yang paling baik dan murah
dibandingkan pengobatan, pencegahan penyakit merupakan bagian dari tata

12
laksana peternakan yang harus dilaksanakan oleh setiap peternak (Lubis dan
Paimin, 2001). Namun demikian, walaupun pencegahan tersebut diatas telah
dilaksanakan dengan baik tetapi sering dijumpai ayam tersebut terserang
penyakit menular yang ganas, misalnya penyakit Newcastle Disease (ND) atau
Tetelo, Infectious Bronchitis (IB), Avian Infleunza (AI), Pullorum (Berak
Kapur), Coryza (Snot), Chronic Respiratory Disease (Ngorok) dan Fowl
Cholera (Kolera).
Penyakit Newcastle Disease (ND) disebabkan oleh virus family
paramyxovirus. Penyakit ini mempunyai gejala spesifik yang dapat dilihat, yaitu
kepala mengarah ke atas (tortikolis) dan tertekuk, sayap terkulai, mata sayu,
terdiam, atau tidak aktif. Pencegahan penyakit ini dilakukan dengan vaksinasi
dengan jadwal yang sudah ada. Vaksin yang digunakan adalah vaksin ND dari
strain la sota (Rangga Tabbu, 2000).
Penyakit Infectious Bronchitis (IB) disebabkan oleh virus Tarpeia pulli.
Gejala yang muncul bila ayam terserang penyakit ini adalah ayam sulit bernafas,
mata berair, tampak lesu, dan nafsu makan menurun. Pencegahan dapat
dilakukan dengan sanitasi kandang yang baik serta melakukan vaksinasi dengan
vaksin IB (Infectious Bronchitis) dengan jadwal yang telah ditentukan (Rangga
Tabbu, 2000).
Avian Influenza adalah penyakit pernafasan yang disebabkan oleh virus
Orthomixo. Gejala penyakit AI adalah gangguan pernafasan, diare, nafsu makan
menurun. Pada ayam muda dapat tercekik karena sumbatan getah radang pada
saluran pernafasan. Penyakit ini dapat menular antara lain melalui kontak
langsung dengan ayam yang terjangkit, peralatan, lalu lintas anak kandang dan
angin. Penyakit ini bersifat zoonosis atau dapat menular pada manusia. Penyakit
ini menyebabkan mortalitas yang sangat tinggi. Untuk penyakit ini tidak ada
pengobatan secara khusus, untuk pencegahan dengan melakukan sanitasi dengan
baik dan vaksinasi dengan vaksin AI (Akoso, 2003).
Pullorum adalah penyakit infeksi akut atau kronis yang disebabkan oleh
kuman Salmonella Pullorum. Tanda-tanda serangan pada anak ayam adalah
merunduk, mengantuk, menggigil dan diare. Lutut membengkak, lemah dan
pantat kotor dengan bulu yang lengket. Tinja putih seperti kapur dan ada

13
kalanya berwarna hijau. Penularan melalui kontak langsung dnegan ayam yang
sakit, peralatan, burung liar dan limbah peternakan. Pengobatan dengan
pemberian preparat sulfa dan antibiotik (Akoso, 1993).
Penyakit Coryza (Snot) disebabkan oleh bakteri Haemophillus
Paragallinarum. Tanda-tanda ayam yang terserang penyakit ini adalah
pembengkakan dan busung pada daerah muka. Ayam bersin-bersin dan terdapat
pengeluaran lendir yang kental dan lengket dari rongga hidung yang berbau
busuk. Penularan sangat cepat melalui kontang langsung antara ayam yang sakit
dengan ayam yang sehat dalam satu kandang, kontaminasi pakan dan minum
merupakan cara penularan yang sering terjadi. Pengobatan yang efektif yaitu
dengan pemberian sulfatiasol atau sulfadimektosin dan eritromisin. Pencegahan
dengan memperbaiki tata laksana kandang dan sanitasi (Akoso, 1993).
Penyakit Chronic Respiratory Disease (Ngorok) muncul bersama dengan
coryza, sering muncul pada waktu perubahan cuaca yang buruk seperti di
Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum.
Pengobatan dengan pemberian antibiotik antara lain spiramycin, tylosin (Rasyaf,
2008).
Penyakit Fowl Cholera (Kolera) disebabkan oleh bakteri Pasteurella
cholera gallinarum. Penyakit ini menular melalui pencemaran pakan atau air
oleh lendir hidung dari ayam yang sakit, kandang yang penuh dan sesak,
kedinginan, kepayahan dan sanitasi lingkungan yang kurang baik. Penyakit ini
biasanya menyerang ayam umur 4 bulan ke atas. Gejala dari ayam yang
terserang adalah terjadi peradangan selapur lendir mata disertai keluarnya
kotoran. Tinja sangat encer dan dapat berwarna hijau. Pada ayam dapat
menyebabkan kematian mencapai 20 %. Pengobatan dengan memberikan
antibiotik streptomysin, kloramfenikol dan teramisin (Akoso, 1993).
Penyakit ayam petelur selain disebabkan oleh virus dan bakteri juga dapat
disebabkan oleh parasit, salah satunya adalah cacingan. Cacingan adalah sebagai
tanda tidak bersihnya ransum dan pakan yang digunakan. Cara untuk
mengatasinya adalah dengan pemberian obat cacing peroral (dicekoki melalui
mulut) atau dicampurkan melalui air minum (Rasyaf, 2008).

14
2.5. Limbah
Limbah peternakan meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu
kegiatan usaha peternakan baik berupa limbah padat dan cairan, gas, maupun
sisa pakan. Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk padatan atau
dalam fase padat (kotoran ternak, ternak yang mati, atau isi perut dari
pemotongan ternak). Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan
atau dalam fase cairan (air seni atau urine, air dari pencucian alat-alat).
Limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas atau dalam fase gas.
Dunia peternakan kini makin berkembang pesat. Hal ini ditandai dengan
munculnya berbagai cara untuk meningkatkan hasil produksi ternak. Tak
terkecuali hasil kotoran ternak yang dulu hanya dimanfaatkan sebagai pupuk
tanaman, dewasa ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi yang jika
ditekuni mungkin bisa dijadikan usaha sampingan yang sebanding dengan usaha
pokoknya. Bahan yang dapat diperoleh dari kotoran ayam berupa gas bio, pupuk
padat, pupuk cair dan sisa pupuk cair (M. Junus, 1985).

2.6. Pemasaran
Penanganan telur konsumsi dilakukan di dalam gudang telur. Kegiatan
tersebut antara lain pengambilan telur dalam egg tray yang telah dicatat
jumlahnya dengan mobil pick up. Kemudian telur dibawa menuju gudang
telur untuk dilakukan penimbangan serta disimpan selama satu hari sebelum
dipasarkan. Sebelum dipasarkan dilakukan penyeleksian telur yang bedasarkan
pada warna dan keretakan. Namun, dalam hal ini warna putih tidak masuk
dalam kriteria seleksi.
Empat kategori telur yang masuk dalam seleksi yaitu kategori AA, A, B,
dan C. Kualitas telur untuk kualitas AA telur harus bersih, kulit telur tidak boleh
retak atau berkerut, bentuk kulit normal dan halus. Rongga udara di dalam telur
sepanjang 0,32 cm. Putih telur harus bersih dan kental. Kuning telurnya bersih
dan tanpa kotoran. Telur kualitas A, kulit telur bersih, tidak retak atau berkerut,
mulus dan normal. Rongga udara 0,48 cm dan terdapat bagian yang tumpul dari
telur. Putih telur bersih dan boleh agak encer. Kuning telur normal dan bersih.
Kulit telur bersih, tidak pecah atau retak dan boleh agak tidak normal, misalnya
sedikit lonjong. Rongga udara sebesar 0,95 cm. Putih telur bersih dan sudah

15
lebih banyak yang encer. Kuning telur normal, tetapi boleh ada bercak. Kulit
telur bersih dan boleh kotor sedikit, kulit tidak retak/pecah dan boleh tidak
normal. Rongga udara sebesar 0,95 cm. Putih telur sudah encer, ada telur
yang berbentuk tidak normal. Kuning telur sudah mengandung bercak-bercak
yang tidak sedap, bentuk telur tidak normal lagi, atau sudah pipih (Rasyaf,
2008).

2.7. Pascapanen
Salah satu bagian yang terpenting dalam pascaproduksi adalah
pengafkiran. Pengafkiran dilakukan apabila ayam tidak di force molting maka
ayam siap dijual sebagai ayam potong. Harga per kg ayam potong afkir ini tidak
sebesar harga ayam broiler. Namun, ditingkat pengecer harga ayam afkir
dengan harga ayam broiler per kg bobot hidup sama. Padahal bila dimasak,
antara ayam potong afkir dengan ayam broiler jelas sekali berbeda, baik dalam
rasa maupun aroma. Perbedaan rasa dan aroma itu dikarenakan perubahan
tekstur daging dan struktur pelemakan di dalam daging ayam (Rasyaf, 2008).
Telur ayam ras putih dan coklat mempunyai permintaan yang luas dan
berkembang terus, pangsa pasarnya pun tidak sempit. Masalahnya jalur tataniaga
yang tertutup atau sempit itulah yang harus ditembus (Rasyaf, 1991). Pemasaran
telur pada umunya yang berlaku di Indonesia adalah penjualan hasil peternakan
itu kepada pengepul atau distributor yang memang rajin berkunjung ke setiap
peternakan. Tentu yang disepakati adalah harga peternak atau farm gate price
yang lebih rendah sedikit dari harga eceran (Rasyaf, 2008).
Penyebab penyakit biasanya berkaitan dengan stres (cekaman). Stres di
sebabkan karena beberapa vaktor dari lingkungan dan dari manajemen
pemeliharaan yang kurang baik. Diantara faktor penyebab stres yaitu kedinginan,
ventilasi yang buruk, populasi yang tinggi, tidak cukup pakan dan minum dan
pengobatan yang berlebihan. Apabila foktor tersebut bisa di minimalisir maka
kemungkinan stres sangat kecil (Akoso, 1993).
Penyakit infeksius ada yang kontagius maupun non kontagius. Penyakit
kontagius adalah penyakit yang langsung di transmisi dari individu atau flock
kepada individu atau flock lain. Penyakit infeksius adalah penyakit yang di

16
sebabkan oleh organisme hidup. Sebagian besar penyakit infeksi unggas adalah
kontagius, seperti penyakit karena virus, bakteri, riketsia dan fungi. Sementara
beberapa penyakit infeksi tidak kontagius seperti aspergilosis (Sujiono hadi dan
Setiawan, 2002)

17
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Dalam konteks teknis manajemen kesehatan unggas petelur, dapat
disimpulkan bahwa penerapan strategi dan praktik yang baik sangat penting
untuk menjaga kesehatan unggas dan meningkatkan produktivitas produksi telur.
Pemantauan rutin, pencegahan penyakit, manajemen nutrisi yang baik, dan
kebersihan lingkungan merupakan elemen-elemen kunci yang harus
diperhatikan.

3.2. SARAN
1. Implementasi Program Vaksinasi yang Tepat: Peternak sebaiknya memastikan
implementasi program vaksinasi yang tepat dan sesuai dengan kondisi
lingkungan setempat. Kerjasama dengan ahli veteriner dalam merancang
program ini akan membantu meningkatkan kekebalan unggas terhadap penyakit.
2. Pemantauan Kesehatan yang Teratur: Perlu diterapkan sistem pemantauan
kesehatan yang teratur, termasuk pemeriksaan fisik dan evaluasi produksi telur.
Hal ini dapat membantu mendeteksi masalah kesehatan secara dini dan
mengambil tindakan korektif.
3.Optimalisasi Manajemen Nutrisi: Menyesuaikan formulasi pakan dengan
kebutuhan nutrisi spesifik pada setiap tahap produksi unggas petelur. Konsultasi
dengan ahli nutrisi unggas dapat membantu mencapai hasil yang optimal.
4. Pengendalian Serangga dan Parasit: Melakukan pengendalian serangga dan
pengobatan anti-parasit secara rutin untuk mencegah penyebaran penyakit yang
dapat disebabkan oleh vektor tersebut.
5. Pelatihan Peternak: Memberikan pelatihan rutin kepada peternak tentang
pengenalan tanda-tanda penyakit, teknik pemantauan kesehatan, dan praktek
manajemen kesehatan yang baik.
6. Dokumentasi dan Evaluasi: Menyimpan catatan yang rapi tentang kesehatan,
vaksinasi, dan hasil produksi telur. Evaluasi berkala terhadap data ini dapat
membantu dalam peningkatan terus-menerus terhadap praktik manajemen
kesehatan.

18
Dengan menerapkan saran-saran ini, diharapkan manajemen kesehatan
unggas petelur dapat ditingkatkan, memberikan dampak positif pada kesehatan
unggas dan produktivitas telur secara keseluruhan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, 2003. Manual Kesehatan Unggas. Kanisius. Yogyakarta.

Ahmadi., 2008. Kemajuan Mutahir Dalam Ilmu Makanan Ternak Indonesia.


UUI Pres. Jakarta.

Alamsyah., 2005. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University


Press.Yogyakarta.

Aziz., 2007. Meningkatkan Produksi Ayam Ras Petelur. Agromedia Pustaka.


Jakarta.

kamal, 1994. Pengelolaan Produksi Telur. Kanisius. Yogyakarta. Samosir, 2005.


Permasalahan Dalam Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mulyantono dan Isman, 2008 Bertahan Dalam Krisis. Penebar Swadaya. Jakarta.

Murtado, 1992. Pedoman Berternak Ayam Broiler. Kanisius. Yogyakarta.

Rasyaf, 1997. Manajemen Pemeliharaan Ayam Petelur. Kanisius. Yogyakarta.

Rasyaf, 2008. Beternak Ayam Petelur . Penebar Swadaya . Jakarta.

Sudarmono, A. S., 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Petelur.


Kanisius.Yogyakarta.

Sudaryani dan Santoso, 1996. Pemeliharaan Ayam Ras Petelur Di Kandang


Baterai. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sujiono, H. dan Setiawan, 2002. Ayam Kampung Petelur. Penebar


Swadaya.Yogyakata.

Suprijatno dan Atmomarsono, 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar


Swadaya. Jakarta.

20
21
22
23

Anda mungkin juga menyukai