Disusun oleh :
Kelompok/kelas : 14/C
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-
Nya makalah ini dapat tersusun dengan baik. Makalah dipersembahkan kepada seluruh
masyarakat pada umumnya dan masyarakat perunggasan khususnya sebagai pedoman teknis
lapang.
Makalah ini dibuat oleh Mahasiswa Kedokteran Hewan Universitas Airlangga diterbitkan
pada tahun 2020 yang telah disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi terkini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan yang ada di dalam buku ini. Untuk itu kami
mengharapkan adanya kritik membangun demi penyempurnaan di masa mendatang.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN....................................................................................1
BAB 2. ISI..............................................................................................................3
BAB 3. PENUTUP.................................................................................................8
3.1 Kesimpulan........................................................................................8
3.2 Saran..................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2. Bagaimana manajemen kesehatan pada pemeliharaan ayam kalkun?
3. Apa definisi dari penyakit inclusion bodies hepatitis (ibh)?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari ayam kalkun.
2. Mengetahui manajemen kesehatan pemeliharaan ayam kalkun.
3. Mengetahui tentang penyakit inclusion bodies hepatitis (ibh).
2
BAB II
ISI
Kalkun atau ayam kalkun adalah salah satu hewan unggas yang berasal dari
Amerika. Kalkun termasuk dalam Filum Chordata, Sub filum Vertebrata, Kelas Aves,
Ordo Galliformes, Famili Phasianidae, Sub Famili Meelagris, Genus Meleagris,
Spesies M. gallopavo (Amerika Utara). M. Ocellata (Amerika Tengah) dan M.
Silvestri. Kalkun hasil domestikasi yang diternakan untuk diambil dagingnya berasaal
dari spesies M. gallopavo yangjuga dikenal senbagai kalkun liar (Wild Turkey).
Namun di Indonesia juga terdapat satu spesies kalkun yaitu kalkun Pegunungan Arfak
Aepypodius arfakianus,spesias ini sanagat langka sehigga hanya dapat ditemui di
Pulau Waigeo dan Batanta, Raja Ampat, Papua.
Pemeliharaan ayam kalkun biasanya diperuntukan untuk jadi hewan hias tetapi
tidak semua jenis kalkun dapat dijadikan sebagai hewan hias. Jenis kalkun yang
populer dijadikan sebagai ayam hias yakni jenis Bourbon Red Turkey, Narragansett
Turkey, Blue Slate Turkey, Royal Palm Turkey, dan Ocellated Turkey. Selain
dipelihara sebagai ayam hias, akhir-akhir ini di Indonesia ayam kalkun dipelihara
untuk di konsumsi. Kebanyakan jenis ayam kalkun yang diperlihara untuk dikonsumsi
dari jenis Kalkun Bronze. Kalkun jenis ini selain merupakan jenis kalkun pedaging
yang baik, daging kalkun ini empuk dan lunak, serta memiliki serat halus dan
memiliki tulang yang tidak keras.
1. Manajemen perkadangan
Lokasi kandang kalkun dipilih pada tempat yang tidak lembab dan jika
memungkinkan menghadap ke arah timur. Hal ini ditujukan agar pada pagi hari
kandang kalkun terkena sinar matahari. Kandang yang banyak terkena sinar matahari
3
akan membuat ayam kalkun lebih sehat. Kandang umbaran terbatas memungkinkan
Ayam Kalkun bebas berkeliaran namun tetap aman dari kriminalitas atau predator.
Bentuk kandang kalkun bisa menyesuaikan dengan kondisi lahan yang tersedia.
Namun harus cukup luas dan jangan terlalu padat. Jika terlalu sempit atau terlalu padat
bulu-bulu ayam kalkun akan rusak. Selain itu ayam kalkun jantan dewasa suka sekali
berkelahi satu dengan yang lain. Pisahkan ayam kalkun yang berbeda ukuran, ayam
kalkun kecil akan kalah bersaing dalam berebut makanan dengan kalkun dewasa.
2. Perawatan
Perawatan ayam kalkun merupakan hal yang cukup rumit dan butuh ketelitian.
Makanan yang diberikan harus mengandung nutrisi yang baik akan mendukung
pertumbuhan ayam kalkun. Dalam masa pertumbuhan ayam kalkun memerlukan
nutrisi yang lebih baik. Berikan Konsentrat BR1 Dan BR2 sesuai usia mereka.
Makanan lainnya hampir sama dengan ayam kampung atau ayam lainnya. Misalnya
bekatul, jagung, nasi dan lain-lainnya,berikan sesuai dengan kebutuhan mereka.
Selain itu ayam kalkun suka dengan sayur dan daun-daunan. Berikan sayur
dan daun-daunan untuk memenuhi gizi mereka. Selain makanan, minuman juga
merupakan hal penting yang harus selalu tersedia bagi mereka. Untuk pencegahan
penyakit, selain kondisi lingkungan dan makanan yang terjaga, ayam kalkun perlu
diberikan vaksin seperti vaksin ayam lain.
3. Pakan
- Ayam Kalkun (Umur 1 - 7 Hari) :
Untuk pemberian pakan ayam kalkun umur 1 hari sampai 7 hari berikanlah
full BR 1 (BR 1 100%) yang dicampur dengan air secukupnya. Aduk BR 1 dengan
memasukkan air sedikit demi sedikit sampai merata, pemberian air ini hanya sedikit
tidak sampai adonan menjadi lembek, jadikan adonan bila diperas dengan cara
digenggam tidak mengeluarkan air tetapi adonan terasa basah. Fungsi air di sini
adalah untuk melunakkan tekstur BR 1 agar lebih mudah dimakan dan dicerna oleh
anak ayam kalkun ini. Selain itu, air ini berfungsi untuk mencukupi kebutuhan cairan
yang diperlukan tubuh anak ayam kalkun, karena dalam umur ini anak ayam kalkun
tidak diperkenankan untuk diberikan full air minum di dalam wadah, karena
dikhawatirkan anak-anak ayam kalkun ini akan masuk ke dalam wadah yang berisi air
minum, sehingga anak ayam kalkun ini merasa kedinginan dan berakibat kematian.
Untuk pemberian full BR 1 ini juga bertujuan untuk memberikan asupan protein yang
4
maksimum yang terkandung oleh BR 1, sehingga pertumbuhan anak ayam kalkun
akan semakin cepat dan lebih sehat.
- Ayam Kalkun (Umur 1 - 2 Minggu) :
Berikanlah campuran BR 1, Bekatul, dan Hijauan (daun/sayur). Cara
membuatnya yaitu dengan cara memotong-motong hijauan sampai berukuran kecil
yang sekiranya bisa dimakan atau sesuai dengan ukuran paruh anak ayam kalkun ini.
Kemudian campurkan semua bahan tersebut dengan perbandingan 50% BR 1, 30%
Bekatul, dan 20% Hijauan. Jangan lupa menambahkan air secukupnya pada adonan
ini, jumlah air bisa lebih banyak tetapi tidak encer. Anak ayam kalkun pada umur ini
juga sudah bisa diberikan full air minum yang ditaruh dalam wadah. Meskipun
begitu, pastikan anak-anak ayam kalkun ini jangan sampai masuk ke dalam air
minum ini, karena umur sekian juga masih rentan terhadap suhu rendah.
- Ayam Kalkun (Umur 2 - 4 Minggu) :
Bahan-bahan pakan yang diberikan sama seperti porsi pakan anak ayam
kalkun saat umur 1-2 minggu. Meskipun sama tetapi porsinya berbeda, untuk
porsinya sendiri adalah 40% BR 1, 30% Bekatul, dan 30% Hijauan. Jumlah air dalam
adonan dan cara membuatnya juga sama seperti porsi pakan anak ayam kalkun 1-2
minggu. Pemberian air minum dalam wadah juga sangat diperkenankan, karena
kebutuhan cairan pada tubuh anak ayam kalkun ini sudah mulai meningkat. Dan
jangan lupa untuk mengganti air minum bila sudah kotor, dan bersihkan juga wadah
air minum ini agar tidak ditumbuhi oleh sumber penyakit.
- Ayam Kalkun (Umur 1 - 2 Bulan) :
Bahan-bahan makanan dan cara membuat pakan ayam kalkun pada umur-
umur sebelumnya, tetapi porsi BR 1 dan Bekatul sudah bisa dikurangi dan
menambah porsi hijauan. Untuk perbandingan porsinya adalah 25% BR 1, 25%
Bekatul, dan 50% Hijauan.
- Ayam Kalkun (Umur 2 Bulan Ke Atas) :
Pada usia ini pakan yang diberikan terdapat pengurangan porsi BR 1 dan
Bekatul bertujuan untuk memangkas biaya pengeluaran untuk belanja pakan ayam
kalkun, karena harga Hijauan jauh lebih murah dibandingkan harga BR 1 dan
Bekatul. Karena kita bisa mendapatkan hijauan dengan mudah di pekarangan rumah
yang kita tanam sendiri atau kita bisa membeli sisa-sisa sayuran di pasar tradisional
dengan harga yang sangat murah. Meskipun porsi BR 1 dan bekatul dikurangi, gizi
5
yang terkandung masih tetap terjaga, karena Hijauan juga memiliki kandungan gizi
yang melimpah.
2.3 Inclussion Bodies Hepatitis (IBH) pada Ayam
2.3.2 Diagnosis
Isolasi dilakukan dengan menggunakan biakan sel Chicken Embryo Fibroblast
(CEF), atau telur ayam berembrio umur 5-7 hari yang disuntikkan lewat kuning telur.
Identifikasi dapat dilakukan dengan Fluerescent Antibody Technique (FAT) baik
langsung maupun tidak langsung atau secara serologi dengan metode VNT (Virus
Neutralisasi Test), Agar Gel Presipitasi Test (AGPT), atau enzyme linked
immunosobent assay (ELISA).
2.3.3 Perubahan Patologi-Anatomis
Perubahan patologi-anatomis yang terlihat antara lain : hati membengkak
berwarna kuning kecoklatan, terdapat bercak, perdaraham, ptechiae dan echymotic
dibawah membran dan dalam parenchyma, serta konsistensinya lembek. Ginjal
tampak pucat dan bengkak seperti perdarahan. Limpa dan bursa fabrisius mengecil.
Otot dada dan kaki terlihat ikterus dan perdarahan. Usus dan alat visceral juga terlihat
kemerahan. Beberapa ayam terlihat adanya aplasia dari sumsum tulang dan terjadi
anemia.
6
Pemeriksaan histopatologi dapat dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopik
terhadap adanya peningkatan degenerasi dan nekrosis pada hati dan intranuklear
inclussion bodies dalam sel parenkim.
2.3.4 Pengobatan
Seperti pada penyakit yang disebabkan virus lainnya, belum ada pengobatan
untuk penyakit ini, antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi sekunder oleh bakteri.
Sulfonamide akan menjadi kontra-indikasi jika unggas menunjukkan adanya penyakit
hematologi atau menunjukkan adanya immunosupresi.
2.3.5 Pencegahan
Pencegahan infeksi paling baik dilakukan dengan praktek manajemen yang
optimal, meliputi sanitasi/desinfeksi yang ketat dan program pencegahan penyakit
immunosupresif yang oprimal. Vaksinasi dilakukan pada ayam pembibit dalam waktu
3-4 minggu sebelum bertelur untuk mencegah penularan virus tersebut secara vertikal
dan mencegah kejadian penyakit tersebut pada anak ayam. Anak ayam yang memiliki
antibodi maternal tinggi biasanya tahan terhadap infeksi awal.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
IBD merupakan penyakit menular akut pada ayam berumur muda, ditandai
dengan peradangan hebat bursa Fabricius dan bersifat imunosupresif yaitu lumpuhnya
sistem pertahanan tubuh Ayam Kalkun, mengakibatkan turunnya respons Ayam Kalkun
terhadap vaksinasi dan Ayam Kalkun menjadi lebih peka terhadap patogen lainnya.
Kerugian ekonomi yang diakibatkan cukup besar karena menyerang anak Ayam Kalkun
berumur muda (kurang dari tiga minggu) dengan tingkat morbiditas dan mortalitas tinggi.
3.2 Saran
a. Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang efektif. Namun perlakuan terhadap ternak Ayam
Kalkun yang sakit dapat diberikan pengobatan, misalnya dengan tetes 5% dalam air
minum selama 3 hari, gula rnerah 2% dicampur dengan NaHC03 0,2% dalam air
minum selama 2 hari, pemberian vitamin, elektrolit dan mineral dapat mencegah
dehidrasi serta pemberian antibiotik dapat mencegah infeksi sekunder serta
mengurangi kadar protein dalam makanan.
8
Kandang tercemar harus dibersihkan dan didesinfeksi dan orang atau petugas
yang pernah kontak dengan Ayam Kalkun-Ayam Kalkun yang sakit dilarang
masuk kandang yang belum tercemar. Selanjutnya apabila farm sudah aman maka
dilakukan pembukaan farm kembali. Perlakuan terhadap farm terancam yaitu
dilakukan tindakan pengamatan dan pemantauan, penyuluhan dan ring vaksinasi
dan terhadap farm yang bebas penyakit dilakukan tindakan pencegahan secara
rutin. Ayam Kalkun sakit apabila dipotong dagingnya dapat dikonsumsi asal di
bawah pengawasan Dokter Hewan atau petugas yang berwenang.
9
DAFTAR PUSTAKA
Subagyo FW. 2013. Pengaruh umur indukterhadap fertilitas, susut tetas, daya tetas, dan bobot
tetas telur kalkun. Tesis.Universitas Lampung.
Pudjiatmoko, Muhammad Syibli, Sigit Nurtanto, Nilma Lubis, Syafrison, Siti Yulianti,
Dhony Kartika N, Chornelly Kusuma Yohana, Erlyna Setiyaningsih, Nurhidayah,
Dian Efendi, Esti Saudah, Ida Tiahjati, Gunarti, Suwarno, Abadi Sutisna, Suhardono,
Sri Wijayanti, Budiantono, Umi Purwanti, Dadang Polrianto, Apriyani Lestariningsih,
Sety Purnomo Edi. 2012. Inclusion body hepatitis (IBH) in Manual Penyakit Unggas,
Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan,
Kementerian Pertanian.
Fraser CM, et all 1991. The Merck Veterinary Manual, Merck & Co, Inc. Rahway,
NY, USA, seventh edition 1550
Tabbu CR 2000. Penyakit ayam dan Penanggulangannya. Penyakit bakterial, mikal dan
viral. Volume 1. penerbit kanisius, Yogyakarta.
10