Anda di halaman 1dari 17

TUGAS INDIVIDU

ILMU TERNAK UNGGAS

PERKEMBANGAN INDUSTRI KANDANG AYAM


LAYER

NAMA : NUR QADRIYAH JAFAR


NIM : I111 18 1339
KELAS : ILMU TERNAK UNGGAS A1

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus

untuk diambil telurnya. Asal mula ayam unggas adalah berasal dari ayam hutan

dan itik liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak.

Tahun demi tahun ayam hutan dari wilayah dunia diseleksi secara ketat oleh para

pakar. Arah seleksi ditujukan pada produksi yang banyak, karena ayam hutan tadi

dapat diambil telur dan dagingnya maka arah dari produksi yang banyak dalam

seleksi tadi mulai spesifik. Ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi daging

dikenal dengan ayam broiler, sedangkan untuk produksi telur dikenal dengan

ayam petelur. Selain itu, seleksi juga diarahkan pada warna kulit telur hingga

kemudian dikenal ayam petelur putih dan ayam petelur cokelat. Persilangan dan

seleksi itu dilakukan cukup lama hingga menghasilkan ayam petelur seperti yang

ada sekarang ini. Dalam setiap kali persilangan, sifat jelek dibuang dan sifat baik

dipertahankan (“terus dimurnikan”). Inilah yang kemudian dikenal dengan ayam

petelur unggul.

Menginjak awal tahun 1900-an, ayam liar itu tetap pada tempatnya akrab

dengan pola kehidupan masyarakat dipedesaan. Memasuki periode 1940-an, orang

mulai mengenal ayam lain selain ayam liar itu. Dari sini, orang mulai

membedakan antara ayam orang Belanda (Bangsa Belanda saat itu menjajah

Indonesia) dengan ayam liar di Indonesia. Ayam liar ini kemudian dinamakan

ayam lokal yang kemudian disebut ayam kampung karena keberadaan ayam itu

memang di pedesaan. Sementara ayam orang Belanda disebut dengan ayam luar
negeri yang kemudian lebih akrab dengan sebutan ayam negeri (kala itu masih

merupakan ayam negeri galur murni).

Ayam yang pertama masuk dan mulai diternakkan pada periode ini adalah

ayam ras petelur white leghorn yang kurus dan umumnya setelah habis masa

produktifnya. Antipati orang terhadap daging ayam ras cukup lama hingga

menjelang akhir periode 1990-an. Ketika itu mulai merebak peternakan ayam

broiler yang memang khusus untuk daging, sementara ayam petelur

dwiguna/ayam petelur cokelat mulai menjamur pula..

Ayam kampung memang bertelur dan dagingnya dapat dimakan, tetapi

tidak dapat diklasifikasikan sebagai ayam dwiguna secara komersial-unggul.

Penyebabnya, dasar genetis antara ayam kampung dan ayam ras petelur dwiguna

ini memang berbeda jauh. Ayam kampung dengan kemampuan adaptasi yang luar

biasa baiknya. Sehingga ayam kampung dapat mengantisipasi perubahan iklim

dengan baik dibandingkan ayam ras. Hanya kemampuan genetisnya yang

membedakan produksi kedua ayam ini. Walaupun ayam ras itu juga berasal dari

ayam liar di Asia dan Afrika.

Pengembangan industry kandang ternak layer (ayam petelur) di Indonesia

masih memiliki prospek yang bagus, terlebih lagi konsumsi protein hewani masih

kecil. Sesuai standar nasional, konsumsi protein per hari per kapita ditetapkan 55

g yang terdiri dari 80% protein nabati dan 20% protein hewani

(www.litbang.deptan.co.id). Hal itu berarti target konsumsi protein hewani sekitar

11 g/hari/perkapita. Namun yang terjadi, konsumsi protein hewani penduduk

Indonesia baru memenuhi 4,7 g/hari/perkapita, jauh lebih rendah dibanding

Malaysia, Thailand dan Filipina.


Dalam dunia peternakan, kita tidak asing lagi dengan ayam yang sengaja

diternakan untuk dihasilkan daging atau telurnya, karena sudah banyak peternakan

ayam yang menyebar diseluruh Indonesia bahkan sampai diluar negeri, baik

peternkan pabrik ataupun peternakan individu. Seperti pada peternakan ayam

petelur yang kami kunjungi, yang dimana peternakan tersebut dimiliki individu.

Adapun nama pemiliknya yaitu Rochman Hadi, peternakan ini terletak di daerah

Jalan Klogeng Gribig No 22.

Ayam itu sendiri terbagi ke dalam dua jenis yaitu ayam jenis pedaging dan

ayam jenis petelur. Ayam jenis pedaging, pastinya dibudidayakan karena untuk

dihasilkan daging dalam jumlah yang banyak dengan kualitas yang baik,

sedangkan ayam petelur dibudidayakan untuk dihasilkan telur dengan jumlah

yang banyak dan kualitas yang baik. Dalam beternak, kita perlu memperhatikan

mulai dari pakan, kandang, penyakit serta pengobatannya, sifat genetikanya, asal

usulnya, vaksinasi dan sebagainya.

Dalam hal kandang yang perlu diperhatikan diantaranya yaitu pendirian

kandang yang jauh dari pemukiman, tapi dekat dengan sumber pakan, air, dan

pemasaran. Selain itu yang perlu diperhatikan yaitu mengenai struktur atau desain

kandang, bahan kandang yang dipakai, memperhatikan sanitasi, sirkulasi udara,

suhu pada kandang, kapasitas yang baik untuk jumlah ternak yang dihuni

didalamnya.

Dalam hal penyakit pada ayam petelur juga perlu diperhatikan karena

sangat penting juga dalam hal mengawinkan ternaknya, agar anakannya yang

dihasilkan nanti dalam kulaitas yang baik. Penyakit pada ayam umumnya sama,

yaitu diantaranya penyakit tetelo, pilek atau flu, cacar ayam dan sebagainya.
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini, yaitu :

1. Dapat mengetahui sejarah dan perkembangan industry kandang ayam

perunggasan (ayam petelur)

2. Menjelaskan sarana dan prasarana unggas petelur.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Industri Kandang Ayam Layer

Ayam peliharaan (Gallus gallus domesticus) adalah unggas yang biasa

dipelihara manusia untuk dimanfaatkan telur maupun dagingnya. Ayam

peliharaan merupakan keturunan langsung dari salah satu sub-spesies ayam hutan

merah (Gallus gallus) atau ayam bangkiwa (Bangkiva fowl). Ayam di dalam

klasifikasi ilmiah termasuk spesies Gallus domestikus dan diklasifikasikan oleh

El-Kabumaini dan Ranuatmaja ( 2008) sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Aves

Ordo : Galliformes

Family : Phasianidae

Genus : Gallus

Spesies : Gallus gallus

Menurut Sudarmono (2003) ayam petelur yang dipelihara pada umumnya

terdapat dua tipe yaitu petelur putih dan petelur cokelat. Ayam petelur putih atau

biasa dikenal sebagai tipe ringan, yang di khususkan untuk bertelur dengan ciri-

ciri tubuh ramping, warna bulu putih, berjengger merah, dapat memproduksi telur

kurang lebih 260 butir/ekor/tahun. Ayam ini berasal dari galur murni white

leghorn yang memiliki sifat sensitif terhadap cuaca panas dan keributan. Apabila
kaget atau kepanasan maka produksinya akan cepat menurun. Ayam petelur yang

lain adalah tipe medium. Tubuhnya tidak terlalu kurus, tapi tidak juga terlihat

gemuk. Produksi telur cukup banyak dan juga dapat menghasilkan daging yang

banyak, sehingga disebut ayam tipe dwiguna. Karena warnanya cokelat maka,

ayam ini sering disebut ayam petelur cokelat. Produksi telur kurang lebih 200

butir/ekor/tehun. Sebagai contoh adalah ayam stain loghman (gambar 1), yang

berwarna cokelat. Bentuk tubuhnya sedang, mampu memproduksi telur 200

butir/ekor/tahun.

Gambar 1. Ayam petelur strain loghman (anonimus, 2014)

Sarana Dan Prasarana Unggas Petelur (Ayam Layer)

B. Industri Kandang

Secara makro kandang berfungsi sebagai tempat tinggal ternak agar

terhindar dari pengaruh cuaca buruk (hujan, panas, dan angin), hewan buas dan

pencurian. Secara mikro kandang berfungsi sebagai tempat untuk menyediakan

lingkungan yang nyaman agar terhindar dari stress, sehingga kesehatan ternak

dapat terjaga dan produksi dapat maksimal (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
Menurut Chan dan Zamrowi (2000), dalam pemeliharaan ayam sebaiknya

dipelihara sesuai dengan lingkungan untuk kelangsungan hidupnya. Selanjutnya

dikatakan bahwa, teknik pembuatan kandang harus memenuhi tiga kriteria yang

meliputi : aspek kesehatan, aspek ekonomi dan aspek produksi, selain itu kandang

di harapakan dapat meningkatkan rasa aman dan nyaman sehingga ayam menjadi

tidak stress.

Prinsip dasar yang perlu dalam pembuatan kandang ayam dalam suatu

perusahaan maupun secara tradisional menurut Rasyaf, (2003) sebagai berikut : 1.

Sirkulasi udara di peternakan harus baik. 2. Kandang harus cukup terkena sinar

matahari. 3. Permukaan lahan peternakan tidak boleh di bawah bukit. 4. Kandang

dibangun dengan sistem terbuka. 5. Bahan yang digunakan sederhana.

Menurut Chan dan Zamrowi (2000) macam-maam kandang yang dapat digunakan

untuk pemeliharaan ayam terbagi menjadi beberapa tipe. Berdasarkan tipe

lantainya kandang dibagi menjadi dua yaitu: 1. Kandang sistem litter dimana kaki

ayam tidak langsung berpijak pada lantai plester atau tanah, namun dilantai

dilapisi dengan litter atau sekam. Sekam yang digunakan bisa menggunakan

sekam padi, serbuk gergaji, dan pasir. 2. Kandang sistem panggung karena lantai

kandang ini dibuat seperti panggung, tiang rumah dan lantai dibuat dari bilah-

bilah bambu. Bahan yang digunakan dalam pembuatan kandang ini bisa

menggunakan bambu atau kayu, dengan kandang sistem ini, maka kotoran ayam

bisa langsung jatuh kebawah kolong kandang.

Selanjutnya, pembagian kandang berdasarkan bentuk atapnya dapat dibagi

menjadi, 1. Bentuk atap semi monitor dimana udara masuk ke dalam kandang

melalui bagian atap yang terbuka pada sebagian sisinya. 2. Bentuk atap monitor
yaitu kandang yang mempunyai saluran udara pada bagian atap yang lebih

sempurna, karena bagian atap monitor terbuka seluruh kandang yang mempunyai

saluran udara pada bagian atap yang lebih sempurna, karena bagian atap monitor

terbuka seluruhnya sehingga peredaran udara dalam kandang menjadi lebih baik,

udara busuk dan gas CO2 mudah keluar dan mudah digantikan dengan udara

segar dari luar. 3. Bentuk atap gable yaitu atap yang tertutup seluruhnya atau

berbentuk seperti huruf A.

Bentuk kandang berdasarkan penggunaannya menurut Chan dan Zamrowi

(2000) dapat dibagi menjadi 3 diantaranya: 1. Kandang postal atau kandang

pemeliharaan yang berbentuk seperti rumah yang sekelilingnya tertutup pagar; 2.

Kandang koloni atau sering disebut kandang loteng (bertingkat) bentuknya hampir

sama dengan dengan kandang batery hanya saja tidak ada penyekat di dalamnya;

3. Kandang batery yaitu bangunan kandang berbentuk sangkar, berderet

menyerupai batery, dan alas kandang dibuat menggunakan kawat atau bilah-bilah

bambu, setiap ruangan dapat menampung satu sampai dua ekor ayam. Adapun

ukuran untuk kandang batery ini dengan panjang 45 cm, lebar 20-30 cm, tinggi 45

cm (gambar 2)

Gambar 2. Bentuk kandang ayam petelur (a. kandang postal, b. kandang koloni, c.
kandang battery),(anonimus, 2014)
Menurut Chan dan Zamrowi (2000) Keuntungan kandang sistem battery

sebagai beritkut, 1. Menghemat tempat. 2. Kemungkinan terjadinya kanibalis dan

pematukan telur dapat dicegah. 3. Mencegah tersebar-luasnya penyakit secara

cepat. 4. Produksi masing-masing individu mudah bisa diketahui. 5. Energi yang

dikeluarkan lebih sedikit. Sedangkan untuk kekuranganya yaitu : 1. Pada

permulaan, biaya kandang atau perlengkapanya relatif lebih mahal. 2. Ayam yang

kekurangan mineral, vitamin dan lain sebagainya. Tidak bisa mendapatkan

tambahan dari luar. 3. Sering banyak lalat di sekitar kandang, jika pembuangan

kotoran terlambat. 4. Tenaga lebih banyak diperlukan.

Menurut Sudarmono (2003) kandang dengan sistem terbuka yaitu kandang

yang dibuat dengan sistem dinding terbuka dengan ditutup kawat burung, bilah

bambu, atau kawat kasa. Ada pula kandang terbuka yang tanpa menggunakan

bahan dinding sama sekali (gambar 3). Udara segar akan mudah masuk, semakin

banyak bagian kandang yang terbuka, semakin baik pula pergantian udara

didalamnya. Dinding model tebuka ini merupakan model yang populer di

Indonesia dan dapat mengatasi iklim tropis di Indonesia. Namun, karena kondisi

angin yang selalu berubah-ubah maka sebaiknya dipasang tirai yang

penggunaanya dapat diatur sesuai kebutuhan pada kandang sistem terbuka.

Pemasangan tirai berfungsi untuk menghalangi angin yang berhembus terlalu

tinggi sehingga dapat mengurangi tingkat stress ayam.


C. Pakan Ayam
Menurut Kartasudjana dan Suprijatna (2006) target dari pemeliharaan fase

grower adalah untuk mendapatkan ayam induk yang seragam pertumbuhannya

atau berat badan antar ayam hampir sama, sehingga diharapkan pada saat dewasa

kelamin terjadi secara serentak. Pertambahan berat badan perlu dijaga agar tidak

terjadi penurunan atau kenaikan yang sangat tajam setiap minggunya. Penyusunan

pakan ayam fase grower perlu diperhatikan kualitas bahan bahannya. Sebelum

menyusun pakan sabaiknya semua bahan yang akan digunakan diujikan terlebih

dahulu, untuk memastikan kandungan zat-zat makanan yang terdapat didalamnya.

Jika kandungan nutrisi sudah diketahui maka pakan dapat disusun dengan mudah

sesuai kebutuhan.

Bahan makanan untuk ayam petelur harus mengandung zat-zat makanan

antara lain: a. Protein berguna untuk mengganti sel-sel di dalam tubuh yang sudah

rusak. Selain itu untuk pertumbuhan dan merupakan unsur pembentukan telur-

telur, dan merupakan sumber protein. b. Vitamin berguna untuk mempertinggi

produksi dan meningkatkan daya tahan tubuh pada ayam. c. Mineral berguna

untuk membantu metabolisme protein, karbohidrat, dan vitamin. Mineral


merupakan bahan atau zat pembangun. Sebagai sumber-sumbernya adalah kapur

(Ca), phospor (P), garam dapur (NaCl) dan mangan (Mn). d. Grit berguna untuk

membantu memecah serta menghaluskan bahan makanan di dalam empedal

(membantu proses pencernaan). e. Karbohidrat berguna untuk membangkitkan

tenaga pada ayam, sebagai sumber-sumbernya berasal dari bekatul, jagung, beras

merah (gabah). Zat ini juga merupakan sebuah faktor untuk pembentukan telur

yang utama pada ayam petelur. f. Hijauan ini berfungsi sebagai sumber vitamin

dan membantu pencernaan. Kartasudjana dan Suprijatna (2006) berpendapat

bahwa pada fase grower perlu di tekankan bahwa pemberian pakan akan sangat

menentukan berat badan yang dicapai, sehingga pemberian pakan harus dilakukan

dengan hati-hati. Biasanya sistem pemberian pakan dilakukan dengan sistem jatah

(restricted feeding). Bahan makanannya berbentuk tepung dan butiran yang

masing-masing diperhitungkan komposisinya agar kadar proteinnya masih

berkisar 15-17%, dan energi metabolisme 2.900 kkal/kg. Air minum harus selalu

cukup karena jika kekurangan air minum dapat menurunkan hasil produksi.

Konsumsi air berbanding lurus dengan temperatur. Semakin tinggi temperatur

lingkungan kandang maka akan semakin tinggi konsumsi air. Ini disebabkan

terjadi kenaikan evaporasi air dari tubuh ternak. Sebaliknya bila temperatur lebih

rendah, konsumsi air akan menurun.

D. Kesehatan ayam
Tindakan yang sering dilakukan peternak untuk menjaga peternakan dari

infeksi penyakit menurut Kartasudjana dan Suprijatna (2006) salah satunya adalah

sanitasi. Sanitasi adalah berbagai kegiatan yang meliputi penjagaan dan

pemeliharaan kebersihan kandang dan sekitarnya, peralatan dan perlengkapan


kandang, pengelola kandang, serta orang dan kendaraan yang keluar masuk

komplek perkandangan. Tempat sekitar kandang juga harus bebas dari sampah

yang dibuang sembarangan. Sampah yang menumpuk, bertebaran, dan membusuk

akan mengundang hewan liar, lalat, dan serangga yang dikhawatirkan membawa

wabah penyakit, keadaan ini berpengaruh terhadap lingkungan dan sanitasi.

Menurut Rasyaf (2005) sanitasi dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:

Sanitasi kandang dan lingkungan sasaran utama bagi sanitasi kandang dan

lingkungan ini meliputi kandang maupun peralatannya, seperti gudang makanan,

gudang telur, dan parit yang ada di sekitar kandang dan gudang. Apabila kandang

telah kosong, selanjutnya kandang tersebut harus segera di cuci, dan diberi

desinfektan. Desinfektan berfungsi untuk membasmi, menghambat pertumbuhan

mikroorganisme dan sebagai zat steril.

Sanitasi petugas anak kandang adalah mereka yang bekerja di kandang antara

lain melakukan perawatan terhadap ayam, menjaga kebersihan kandang, dan

penanganan terhadap produksi telur. Upaya untuk bebas dari kuman, maka

petugas kandang perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Sebelum

petugas masuk ke dalam kandang, alas kaki harus dicelupkan ke dalam larutan

desinfektan yang sudah di sediakan di depan pintu kandang. b. Petugas tidak

dibenarkan berpindah-pindah dari kandang satu kandang ke kandang lain,

terutama pada kelompok-kelompok ayam dengan umur yang berbeda. c. Petugas

harus mengenakan pakaian harian kerja. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi

terjadinya kontaminasi ayam dan kandang dari penyakit luar.

Sanitasi terhadap ayam sasaran sanitasi bukan hanya terbatas pada kandang dan

peralatan serta petugasnya, tetapi kelompok ayam yang dikelola pun juga harus
mendapat perlakuan sanitasi. Upaya sanitasi terhadap kelompok ayam ini dapat

dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Ayam-ayam yang sakit segera di

pindahkan dari kelompoknya, dan ditempatkan di kandang isolasi untuk

mendapatkan penanganan khusus. b. Ayam-ayam yang mati, bangkainya harus

segera dibasmi dengan dibakar dalam krematorium.

Kartasudjana dan Suprijatna (2006) berpendapat, bahwa pencegahan

penyakit dibagi melalui dua cara, yaitu melalui tata laksana harian dan melalui

obat-vaksin. Keduanya digunakan bersama dan saling medukung satu dengan

yang lainnya. Prinsip pencegahan melalui tata laksana harian adalah menciptakan

suasana tenang, bersih, dan nyaman di peternakan. Sifat peternak yang hati-hati

dan teliti dapat membantu menciptakan suasana bersih di peternakan. Kebersihan

di dalam dan di sekitar peternakan merupakan jaminan pertama kesehatan ayam.

Kebersihan dan rasa kasih sayang pemelihara merupakan keadaan yang sangat

mendukung usaha pencegahan penyakit.

Obat-obatan diberikan kepada unggas jika diperlukan, yaitu untuk yang

sakit. Obat-obatan yang diberikan harus disesuaikan dengan penyakit yang

diderita oleh unggas. Obat juga diberikan sesuai dosis, julah serta waktu yang

tepat.Vitamin berfungsi untuk membantu pertumbuhan dan menjaga kesehatan

unggas, sedangkan hormon pertubuhan berfungsi untuk menpercepat

pertumbuhan unggas. Secara alami unggas dapat tumbuh sehat jika mendapatkan

pakan dalam jumlah yang cukup.

Pencegahan penyakit virus dilakukan dengan cara vaksinasi, untuk

vaksinasi digunakan cairan yang mengandung virus lemah yang disebut vaksin,

sedangkan cara atau tindakan pencegahan penyakit virus dengan mempergunakan


vaksin dinamakan vaksinasi. Menurut Rasyaf (2005), vaksin adalah obat yang

mengandung virus penyakit tertentu yang telah dilemahkan. Manfaat vaksinasi

untuk menimbulkan kekebalan tubuh bila terinfeksi oleh suatu penyakit.

Kekebalan yang ditimbulkan oleh vaksin waktunya sangat terbatas, sehingga

vaksinasi harus diulang kembali.

Vaksin dibagi menjadi dua yaitu, vaksin aktif dan vaksin inaktif. Vaksin

aktif adalah vaksin yang mengandung virus hidup. Kekebalan yang ditimbulkan

lebih lama bila dibandingkan dengan vaksin inaktif. Vaksin inaktif adalah vaksin

yang mengandung virus yang dilemahkan atau dimatikan tanpa merubah struktur

antigenik sehingga mampu membentuk zat kebal, namun kekebalan yang

ditimbulkan lebih pendek. Menurut El-Kabuamaini dan Ranuatmaja (2008),

persyaratan yang harus dipenuhi dalam vaksinasi yaitu, 1. Ayam yang divaksinasi

harus sehat. 2. Dosis dan kemasan vaksin harus tepat. 3. Sterilisasi alat-alat.

E. Peralatan Panen

Peralatan panen diperlukan untuk mempermudah dan mempercepat panen.

Disamping itu, peralatan panen dapat digunakan untuk mencegah telur yang

dihasilkan tidak pecah dan ruak. Peralatan panen adalah wadh untuk

mengumpulkan telur yang telah dipanen.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ayam peliharaan (Gallus gallus domesticus) adalah unggas yang biasa

dipelihara manusia untuk dimanfaatkan telur maupun dagingnya. Ayam

peliharaan merupakan keturunan langsung dari salah satu sub-spesies ayam hutan

merah (Gallus gallus) atau ayam bangkiwa (Bangkiva fowl). Ayam di dalam

klasifikasi ilmiah termasuk spesies Gallus domestiku.

Sarana dan prasarana yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan ayam

layer yaitu kandang, pakan ayam, kesehatan ayam, dan peralatan panen agar

memudahkan peternak mengaplikasikan kemampuan teori yang mereka miliki.

Beternak ayam juga memerlukan profesionalisme dan dedikasi yang penuh

terhadap peternakan ayamnya, agar hasil yang didapat juga maksimal dan sangat

memuaskan. Dalam arti kita mendapat keuntungan dari sisi ekonomi dan juga kita

akan mendapatkan kepuasan batin dan itu merupakan kebanggaan tersendiri dari

diri kita atas usaha yang kita tekuni.

B. Saran

Semoga makalah ini dapat menjadi panduan yang berguna bagi para

peternak ayam baik bagi pemula maupun yang professional.


DAFTAR PUSTAKA

Cahyono dan Bambang, 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging
(broiler). Penerbit Pustaka Nusatama: Yogyakarta.

Fadillah. R, 2007. Sukses Berternak Ayam Broiler.


PT.AgromediaPustaka:.Ciganjur.

Kartini. 2011. Kandungan Zat Pakan Jagung.

R, 2008. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial. Agromedia


pustaka: Jakarta.

Priatno, Martono.A, 2004. Membuat Kandanng Ayam. PT. Penebar Swadaya:.


Jakarta

Rasyaf. M, 1994. Beternak Ayam Petelur. PenebarSwadaya: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai