Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemeliharaan burung puyuh (quail) pada mulanya kurang mendapat
perhatian dari para peternak di Indonesia. Tetapi sejak pemerintah Indonesia
merencanakan burung puyuh sebagai salah satu alternatif untuk peningkatan
penyediaan protein hewani untuk masyarakat, barulah burung puyuh mulai
terangkat namanya. Peternak Indonesia pun mulai bergairah untuk
mengembangkan ternak ini.
Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dari tahun ketahun
berbanding lurus dengan tingginya angka pengangguran. Hal tersebut menjadi
landasan awal burung puyuh di pilih sebagai salah satu alternatif usaha yang
dinilai cukup menguntungkan karena dalam pemeliharaannya tidak
dibutuhkan areal yang luas dan pengembalian modalnya relatif cepat
dikarenakan burung puyuh dapat mencapai dewasa kelamin sekitar umur 42
hari dengan produksi telur antara 250-300 butir per tahun.
Burung Puyuh yang dalam bahasa asing disebut “Quail” merupakan
jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil dan berkaki
pendek. Burung Puyuh termasuk dalam golongan aneka ternak hasil
domestikasi, yang semula bersifat liar kemudian diadaptasikan menjadi hewan
yang dapat diternakkan. Burung Puyuh pertama kali diternakkan di Amerika
Serikat tahun 1870 dan terus dikembangkan ke berbagai penjuru dunia.
Dalam usaha ternak puyuh banyak permasalahan yang dihadapi para
peternak, terutama peternak yang masih baru. Jika peternak telah menguasai
seluk-beluk burung puyuh, setiap permasalahan tentu akan mudah diatasi.
Sebelum memulai usaha betenak puyuh seorang peternak harus harus
memahami 3 unsur produksi yaitu : manajemen (pengelolaan usaha), breeding
(pembibitan) dan feeding (pakan).
1.2 Tujuan
Tujuan dari pratikum ini yaitu untuk mengetahui bagaimana
manajemen pemeliharaan ternak puyuh di peternakan rakyat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh
relatif kecil, berkaki pendek. Burung puyuh disebut juga “Gemak” (Bhs. Jawa-
Indonesia). Bahasa asingnya disebut dengan “Quail”. Di dunia ini ada tiga
marga burung puyuh, yaitu marga Turnix yang berasal dari keluarga
Turnicidae serta marga Arborophila dan Coturnix yang berasal dari keluarga
Phasianidae. Sepintas, akan sulit membedakan puyuh keluarga Turnicidae
dengan Phasianidae. Namun, jika diamati lebih teliti, akan tampak perbedaan
yang nyata. Keluarga Turnicidae memilki ukuran tubuh yang lebih kecil. Jari
kakinya berjumlah tiga dan semuanya mengarah ke depan. Keluarga
Phasianidae jumlah jarinya empat. Tiga menghadap ke depan, satu jari lainnya
ke belakang. Contoh keluarga Turnicidae adalah Turnix suscitator atau puyuh
tegalan, Turnix sylvatica atau puyuh kuning, dan Turnix maculosta atau puyuh
punggung hitam. Sementara itu, yang termasuk keluarga Phasianidae antara
lain Arborophila javanica atau puyuh gonggong, Arborophila brunneopectus,
Arborophila orientalis, Arborophila rubrirostris atau puyuh paruh merah,
Rollulus roulroul atau puyuh mahkota, Coturnix japonica, dan Coturnix
chinensis. (Agus, 2002).
Menurut Anwar (2012) Telur burung puyuh merupakan telur yang
berukuran kecil, bercorak, dan rasanya enak. Telur puyuh sangat potensial
untuk dikembangkan terlebih karena konsumsi telur puyuh sudah mulai
menyebar di seluruh kota-kota menengah dan kota besar di Pulau Jawa.
Kandungan protein dan lemak telur burung puyuh cukup baik bila
dibandingkan dengan telur unggas lainnya. Kandungan proteinnya tinggi,
tetapi kadar lemaknya rendah sehingga sangat baik untuk kesehatan.
Pada umur enam minggu ternak burung puyuh sudah berproduksi,
tidak membutuhkan permodalan yang besar, mudah pemeliharaannya serta
dapat diusahakan pada lahan yang terbatas. Ternak burung puyuh memiliki
keunggulan seperti halnya ternak unggas lainnya, antara lain kandungan
protein 13,1% dan lemak 11,1% lebih baik dibandingkan dengan ternak
unggas (ayam ras dan itik). Keuntungan lainnya yaitu dapat berproduksi dalam
usia muda, siklus reproduksi singkat, dan tidak memerlukan lahan yang luas
(Tim Karya Tani Mnadiri, 2009).
Nilai jual puyuh di setiap tingkat umur cukup tinggi, baik telur
konsumsi, telur tetas, bibit, hingga afkirnya (Listiyowati & Roospitasari,
2007).
Kandang untuk beternak burung puyuh dibuat untuk melindungi ternak
burung puyuh dari cuaca panas, hujan dan gangguan dari binatang
pemangsa.Bahan pembuatannya berupa kayu, kawat kasa dan bambu
(Agromedia, 2007).
Pakan dianggap faktor yang terpenting karena 80 % biaya yang
dikeluarkan seorang peternak puyuh digunakan untuk pembelian pakan
(Listiyowati & Roospitasari, 2009).
Setiap hari 1 ekor ternak puyuh produktif diberikan pakan sebanyak 22
gram / ekor / hari.Dengan demikian kebutuhan pakan ternak burung puyuh per
ekor per hari belum terpenuhi dengan baik, yang biasanya berdampak pada
produksi ternak burung puyuh tersebut.Pemberian pakan dilakukan 1 kali
dalam 1 hari.Pemberian air minum juga dilakukan 1 kali dalam 1 hari
(Sudaryati & Nuruddin, 2009).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
ITP Ternak Unggas dilaksanakan pada hari Jumat, 3 Mei 2019 pukul
15.00 WIB. Lokasi praktikum yaitu di Siantan, Pontianak, Kalimantan Barat.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Jas lab
3.2.2 Sepatu boots
3.2.3 Alat tulis
3.2.4 Kandang dan burung puyuh
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 melakukan survei ke tempat peternakan burung puyuh
3.3.2 menunggu kuesioner yang telah dibuatkan oleh dosen pembimbing
3.3.3 mewawancarai peternak puyuh sesuai dengan kuesioner tersebut
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
No Keterangan Gambar
1 Kandang anakan

2 Kandang Penetasan Telur

3 Kandang indukan

4.2. Pembahasan
4.2.1 Perkandangan
Sistem perkandangan yang perlu diperhatikan adalah temperatur
kandang yang ideal atau normal berkisar 20-25 derajat C; kelembaban
kandang berkisar 30-80%; penerangan kandang pada siang hari cukup 25- 40
watt, sedangkan malam hari 40-60 watt (hal ini berlaku untuk cuaca
mendung/musim hujan). Tata letak kandang sebaiknya diatur agar sinar
matahari pagi dapat masuk kedalam kandang. Puyuh merupakan ternak
berdarah panas. Woodard et al. (1973) menyatakan bahwa rataan suhu tubuh
puyuh betina dewasa adalah antara 41,8-42,4oC. Suhu lingkungan yang
optimal untuk puyuh fully feathered adalah 24oC dan untuk anak puyuh (day
old quail) adalah 35oC. Kelembapan lingkungan yang optimal untuk puyuh
adalah antara 30%-80%.
Model kandang puyuh ada 2 (dua) macam yang biasa diterapkan yaitu
sistem litter (lantai sekam) dan sistem sangkar (batere). Ukuran kandang untuk
1 m2 dapat diisi 90-100 ekor anak puyuh, selanjuntnya menjadi 60 ekor untuk
umur 10 hari sampai lepas masa anakan. Terakhir menjadi 40 ekor/m2 sampai
masa bertelur. Kandang milik pak Edison yaitu kamdang litter Adapun
kandang yang biasa digunakan dalam budidaya burung puyuh adalah:
1. Kandang untuk induk pembibitan
Kandang ini berpegaruh langsung terhadap produktifitas dan kemampuan
menghasilkan telur yang berkualitas. Besar atau ukuran kandang yang
akan digunakan harus sesuai dengan jumlah puyuh yang akan dipelihara.
Idealnya satu ekor puyuh dewasa membutuhkan luas kandang 200 m2.
2. Kandang untuk induk petelur
Kandang ini berfungsi sebagai kandang untuk induk pembibit. Kandang ini
mempunyai bentuk, ukuran, dan keperluan peralatan yang sama.
Kepadatan kandang lebih besar tetapi bisa juga sama.
3. Kandang untuk anak puyuh/umur stater(kandang indukan).
Kandang ini merupakan kandang bagi anak puyuh pada umur starter, yaitu
mulai umur satu hari sampai dengan dua sampai tiga minggu. Kandang ini
berfungsi untuk menjaga agar anak puyuh yang masih memerlukan
pemanasan itu tetap terlindung
4. Kandang untuk puyuh umur grower (3-6 minggu) dan layer (lebih dari 6
minggu).
Bentuk, ukuran maupun peralatannya sama dengan kandang untuk induk
petelur. Alas kandang biasanya berupa kawat ram.
Kandang berfungsi sebagai pelindung puyuh dari cuaca yang eskrim,
seperti panas, angina dan hujan.Kandang puyuh dibuat biasanya dari kayu
dan kawat atau bamboo.Hal ini sesuai dengan pendapat Agromedia, (2007)
Kandang untuk beternak burung puyuh dibuat untuk melindungi ternak
burung puyuh dari cuaca panas, hujan dan gangguan dari binatang
pemangsa.Bahan pembuatannya berupa kayu, kawat kasa dan bamboo.
4.2.2 Penyiapan Bibit
Yang perlu diperhatikan oleh peternak sebelum memulai usahanya,
adalah memahami 3 (tiga) unsur produksi usaha perternakan yaitu
bibit/pembibitan, pakan (ransum) dan pengelolaan usaha peternakan.
Secara ilmiah puyuh dikenal dengan nama Coturnix-coturnix japonica
berbeda dengan nama yang umumnya digunakan yaitu Coturnix coturnix
.C. japonica pada awalnya disebut burung jepang liar yang ditemukan pada
abad ke-delapan di Jepang.Burung puyuh tipe liar memiliki bulu dengan
warna dominan coklat cinnamon dan gelap.Akan tetapi, puyuh betina
dewasa memiliki bulu dengan warna yang pucat dengan bintik bintik
gelap.Berbeda dengan puyuh betina, puyuh jantan dewasa memiliki warna
bulu yang gelap dan seragam pada bagian dada dan pipi (Vali, 2008).
Pemilihan bibit burung puyuh disesuaikan dengan tujuan
pemeliharaan, ada 3 (tiga) macam tujuan pemeliharaan burung puyuh,
yaitu, untuk produksi telur konsumsi, dipilih bibit puyuh jenis ketam
betina yang sehat atau bebas dari kerier penyakit. Burung Puyuh adalah
jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki
pendek dan dapat diadu.Burung puyuh disebut juga Gemak (Bhs. Jawa-
Indonesia).Bahasa asingnya disebut “Quail”, merupakan bangsa burung
(liar) yang pertama kali diternakan di Amerika Serikat, tahun 1870.Dan
terus dikembangkan ke penjuru dunia.Sedangkan di Indonesia puyuh
mulai dikenal, dan diternak semenjak akhir tahun 1979.Kini mulai
bermunculan di kandang-kandang ternak yang ada di Indonesia.Peternakan
burung puyuh banyak terdapat di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur dan
Jawa Tengah.
Untuk produksi daging puyuh, dipilih bibit puyuh jantan dan puyuh
petelur afkiran.Untuk pembibitan atau produksi telur tetas, dipilih bibit
puyuh betina yang baik produksi telurnya dan puyuh jantan yang sehat
yang siap membuahi puyuh betina agar dapat menjamin telur tetas yang
baik.
4.2.3 Pemberian Pakan
Faktor lain yang tidak boleh dilupakan adalah faktor pakan. Dalam
setiap usaha petenakan, pakan mengambil porsi terbesar dalam biaya
produksi bahkan hampir 70%-80% modal digunakan untuk pembelian
pakan. hal ini sesuai dengan pendapat Listiyowati & Roospitasari, (2009)
Pakan dianggap faktor yang terpenting karena 80 % biaya yang
dikeluarkan seorang peternak puyuh digunakan untuk pembelian pakan.
Dalam garis besarnya pakan puyuh dibagi menjadi 3 fase yakni:
Fase starter ( 0-3 minggu ), Fase grower ( 3-7 minggu ), Fase finisher ( 7
minggu - afkhir ). Untuk anak puyuh (DOQ ) pakan diberikan secara ad-
libitum, sedangkan untuk puyuh dewasa diberikan sekitar 20 -24 gr/ekor
dalam sehari.Pakan diberikan 3 kali sehari. Hal ini sesuai dengan
penyataan Sudaryati & Nuruddin (2009) yang mengatakan bahwa setiap
hari 1 ekor ternak puyuh produktif diberikan pakan sebanyak 22 gram /
ekor / hari. Dengan demikian kebutuhan pakan ternak burung puyuh per
ekor per hari belum terpenuhi dengan baik, yang biasanya berdampak pada
produksi ternak burung puyuh tersebut.Pemberian pakan dilakukan 1 kali
dalam 1 hari. Pemberian air minum juga dilakukan 1 kali dalam 1 hari.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, didapatkan kesimpulan untuk rumusan
masalah sebagai berikut:
1. puyuh harus cepat diberikan vaksin berkisar umur 4-7 hari
2. recording perlu dilakukan untuk mengetahui umur puyuh dan mencegah
terjadinya inbreeding.
3. kandang yang harus disiapkan adalah kandang anakan, penetasan telur
dan indukan
4. Kebersihan kandang harus tetap dijaga
5. Pemeliharaan yang baik harus dilakukan agar didapatkan hasil maksimal
dari peternakan puyuh tersebut.
5.2. Saran
Saran dari praktikum ini yaitu pratikan harus lebih serius dalam
melakukan pratikum, dan dalam melakukan survey pratikum sebaiknya
menyiapkan materi yang akan di bahas dalam study kasus agar nantinya di
lapangan semua sudah dipersiapkan.

Anda mungkin juga menyukai