Yang umum dikenal sebagai Puyuh adalah Unggas dari Marga Turnix, Coturnix dan
Arborophilla.
Arborophilla dan coturnix seperti ayam (gallus) termasuk family Phasianidae, sedang
genus turnix termasuk family Turnicidae.
Puyuh yang termasuk Turnicidae memiliki ciri jari kaki ketiganya menghadap ke depan
sedang yang ke belakang tidak ada.
Contohnya :
1. Puyuh tegalan (Turnix succicator), yang sering ditemui ditegalan-tegalan,
2. Puyuh kuning (Turnix sylvatica)’
3. Puyuh hitam (Turnix maculosa)
Genus Coturnix yang ada dalam kehidupan liar di Indonesia adalah Coturnix chinensis
(Puyuh batu) dimana dengan ciri-ciri : badan kecil sekitar 15 cm dan masih dapat ditemui
di Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara.
Genus Arborophilla di Indonesia dikenal dengan Puyuh genggong (Arborophilla javanica),
puyuh pohon (Arborophilla hyperythra).
Asal usul puyuh (Coturnix coturnix) ini belum jelas benar dan diperkirakan dari coturnix
liar yang dijinakkan.
Puyuh betina mulai bertelur pada umur 50 hari walau dewasa tubuh baru umur 70 hari.
BB betina dewasa mencapai 140 gram dan kemampuan produksi telur 200 – 300 butir per
tahun dengan rata-rata Berat telur 10 gr.
Tujuan
Pemeliharaan Burung Puyuh
1. Menghasilkan telur Konsumsi. Telur puyuh mengandung13,6 % protein (ayam 12,7 %),
lemak 8,24 % (ayam 11,3%).
2. Menghasilkan daging
3. Kotoran sebagai hasil samping bisa untuk pupuk.
Kandang
1. Kandang puyuh dapat dibuat dalam bentuk sangkar dengan dasar dari kawat atau litter
(sekam).
2. Dengan bentuk sangkar ini maka kandang dapat disusun 3-4 tingkat.
3. Untuk ukuran kandang dengan panjang 1 m lebar 0,8 m dan tinggi 30-40 cm, maka
dapat menampung 40-50 ekor burung puyuh.