Anda di halaman 1dari 29

Laporan Praktikum

Teknologi Produksi Ternak Potong


S1-Peternakan
Semester 04/2021-2022

Praktikum ke : 1, 2, dan 3

Judul Praktikum : Teknologi Produksi Ternak Potong


Kelompok :
Ketua Kelompok : Fazhar Muhammad putra hasibuan / 2005104010066

Anggota Kelompok : 1. Hikmah Abrar / 2005104010095


2. Muhammad Azzam / 2005104010040
3. Siti Mutiya / 2005104010077
4. Yulia Vani / 2005104010086
5. Aqnaidil Adha Sinambela/2005104010106
6. fuji anjeli / 2005104010075

Laboraturium Teknologi Produksi Ternak Potong


Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Syiah Kuala
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang


masihdi beri kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan laporan
praktikum ini. Laporan praktikum ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Teknologi Produksi Ternak Potong.

Dalam penyusunannya, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada


laboran yaitu bapak Mudatsir, S.Pt., M.Si dan asisten laboran yaitu Nazri
Sofiandi dan Halimatus Sakdiah Hasibuan S.Pt .Akhirnya kami sampaikan terima
kasih atas perhatiannya, dan kami berharap semoga laporan praktikum ini
bermanfaat bagi kami dan pembaca.

Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif


sangat penulis harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan laporan
praktikum pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Banda Aceh, 24 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1.Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Tujuan......................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................3
2.1 Bangsa Sapi Potong..................................................................................................3
2.2 Pengukuran Tubuh...................................................................................................5
2.3 Pendugaan Bobot Badan..........................................................................................6
2.5 Tipe Kandang Dan Fungsinya....................................................................................7
BAB III . MATERI DAN METODE........................................................................................10
3.1 Materi Praktikum...................................................................................................10
3.2 Waktu dan Tempat Praktikum................................................................................10
3.3 Metode Pelaksanaan..............................................................................................10
BAB IV HASIL DAN PENGAMATAN....................................................................................12
4.1 Hasil Pengamatan...................................................................................................12
4.2 pembahasan...........................................................................................................14
BAB V. PENUTUP..............................................................................................................23
5.1 Kesimpulan.............................................................................................................23
5.2. Saran.....................................................................................................................23
Lampiran..........................................................................................................................25

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sapi potong merupakan sapi yang dipelihara dengan tujuan utama sebagai
penghasil daging. Sapi potong biasa disebut sebagai sapi tipe pedaging. Adapun
ciri-ciri sapi pedaging adalah tubuh besar, berbentuk persegi empat atau balok,
kualitas dagingnya maksimum, laju pertumbuhan cepat, cepat mencapai dewasa,
efisiensi pakannya tinggi, dan mudah dipasarkan (Sarwono, 1995). Menurut
Abidin (2002) sapi potong adalah jenis sapi khusus dipelihara untuk digemukkan
karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging
cukup baik. Sapi-sapi ini umumnya dijadikan sebagai sapi bakalan, dipelihara
secara intensif selama beberapa bulan, sehingga diperoleh pertambahan bobot
badan ideal untuk dipotong.

Sapi potong merupakan ternak yang dibudidayakan dengan tujuan utama


untuk menghasilkan daging. Budidaya ternak sapi potong sudah dikenal secara
luas oleh masyarakat. Jangka waktu pemeliharaan yang utrient singkat dan harga
daging yang utrient tingggi memotivasi para pembididaya untuk terus tetap
bersemangat dalam mengembangkan budidaya ternak sapi potong. Bangsa sapi
potong yang dibudidayakan juga beraneka ragam, mulai dari peranakan ongole,
Simmental, brahman, limousine, dan pada beberapa daerah juga ada
penggemukan sapi perah jantan bangsa Fries Holland (Sudono et al, 2003).

Pengetahuan dan keterampilan peternak dalam mengukur bobot


badanataupun capaian pertambahan bobot badan ternaknya adalah salah aspek
manajemen yang cukup penting pada usaha pemeliharaan sapi potong (kereman).
Pengukuran bobot badan ternak yang dilakukan dengan baik adalah sangat
membantu peternak dalam menentukan jumlah pemberian pakan yang tepat,
pemberian dosis obat serta menetapkan nilai atau harga jual ternak secara benar
(Hays, W.G. dan J.S. Brinks., 1982).

1
Bobot badan ternak persisnya dapat diketahui langsung dengan cara
menimbangnya menggunakan timbangan. Namun timbangan terrnak berkapasitas
besar misalnya untuk sapi hanya tersedia di lokasi tertentu saja seperti pasar
hewan atau rumah potong, sedangkan pada peternakan rakyat sama sekali tidak
ada atau tidak memilikinya seperti pada peternak peternak rakyat yang ada di
daerah tertentu. Praktikum ini dilakukan untuk memperluas wawasan mahasiswa
tentang manajemen, pemberian pakan, pemberian minum, dan praduga ukuran
bobot serta umur seekor sapi. Metode praktikum nya adalah mahasiswa
mendatangi Peternak peternak yang ada di daerah nya dan melakukan pengukuran
lingkar dada serta pengukuran cincin tanduk pada sapi sehingga bisa menduga
bobot sapi serta umur dari sapi tersebut.

1.2 Tujuan

Pratikum ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui tentang:

1. Untuk mengetahui tentang identifikasi bangsa ternak sapi potong

2.Untuk mengetahui bagaimana cara melakukan pendugaan umur

3. Untuk mengetahui bagaimana cara melakukan pengukuran tubuh

4. Untuk mengetahui bagaimana cara melakukan pendugaan bobot badan

5. Untuk mengetahui tentang estimilasi kebutuhan pakan ternak potong

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bangsa Sapi Potong

Bangsa sapi adalah sekumpulan ternak yang memiliki karakteristik


tertentu yang sama. Atas dasar karakteristik tersebut, sapi dapat dibedakan dari
ternak lainnya meskipun masih dalam spesies yang sama. Karakteristik yang
dimiliki dapat diturunkan ke generasi berikutnya. Sapi dapat menghasilkan
berbagai macam kebutuhan manusia, terutama bahan makanan berupa daging,
disamping hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kulit dan tulang (Wahyono
dan Hardianto, 2004).

Menurut Romans et al., (1994) dan Blakely dan Bade, (1992) bangsa sapi
mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut: Phylum : Chordata, Subphylum
: Vertebrata, Class : Mamalia, Sub class : Theria, Infra class : Eutheria, Ordo :
Artiodactyla, Sub ordo : Ruminantia, Infra ordo : Pecora, Famili : Bovidae,
Genus: Bos (cattle), Group : Taurinae, Spesies : Bos utrie (sapi Eropa), Bos
indicus (sapi India/sapi zebu), Bos sondaicus (banteng/sapi Bali). Sapi keturunan
Bos Taurus adalah Aberdeen angus, Hereford, shorthorn, charolais, Simmental,
dan utrient. Sapi keturunan Bos indicus adalah sapi brahman, ongole, dan
peranakan ongole. Sapi keturunan Bos sondaicus atau sapi asli Indonesia yaitu
sapi bali, sapi Madura, sapi jawa, sapi sumatera, dan sapi local lainnya. Sapi
keturunan Bos indicus saat ini berkembang biak di india, dan akhirnya sebagian
besar menyebar ke berbagai utrie, terlebih di daerah tropis seperti asia tenggara
(termasuk Indonesia), afrika, dan amerika. Di Indonesia terdapat sapi keturunan
zebu, yakni sapi ongole dan peranakan ongole, serta brahman, dll. Sapi keturunan
Bos Taurus adalah bangsa sapi yang menurunkkan bangsa-bangsa sapi potong dan
sapi perah di eropa.

Golongan ini akhirnya menyebar ke berbagai penjuru dunia seperti


amerika, Australia, dan selandia baru. Belakangan ini, sapi keturunan Bos Taurus
telah banyak di kembangkan di Indonesia, missal Aberdeen angus, Hereford,

3
shorthorn, charolais, Simmental, dan limousine. Bangsa sapi tropis umumnya
memiliki punuk, bagian ujung telinganya meruncing, kepala panjang dengan dahi
sempit, kulit longgar dan tipis, terdapat timbunan lemak, baik yang ada dibawah
kulit maupun didalam otot rendah, Garis punggung pada bagian tengah berbentuk
cekung dan pada bagian tingginya miring, bahu pendek, halus dan rata, kaki
panjang sehingga geraknya lincah, lambat dewasa kelamin, bentuk tubuh kecil,
bobot badan sekitar 250-650 kg, mempunyai ambing yang kecil sehingga
produksi susu rendah, tahan terhadap suhu tinggi dan kehausan, toleran terhadap
berbagai macam pakan yang kandungan serat kasarnya tinggi dan pakan
sederhana, dan tahan terhadap gigitan nyamuk dan caplak.

Teknologi Produksi Ternak Potong Pertumbuhan adalah perubahan ukuran


yang meliputi perubahan bobot hidup, bentuk, dimensi, dan komposisi tubuh
termasuk perubahan komponenkomponen tubuh organ serta komponen kimia
(Soeparno, 2005).

Pertumbuhan adalah pertambahan berat badan atau ukuran tubuh sesuai dengan
umur, sedangkan perkembangaan berhubungan dengan adanya perubahan ukuran,
serta fungsi dari berbagai bagian tubuh semenjak embrio sampai menjadi dewasa
(Sugeng, 1992). Menurut Soenarjo (1988), proses pertumbuhan hewan yaitu :
pertambahan berat sampai dewasa (Growth) dan perkembangan bentuk badan dan
proses kinerjanya (Development). Tillman et al. (1998), menyatakan bahwa
pertumbuhan biasanya dimulai perlahan-lahan, kemudian berlangsung lebih cepat,
selanjutnya berangsur-angsur menurun atau melambat dan berhenti setelah
mencapai dewasa tubuh.

Umur sapi dapat diketahui dengan melihat keadaan gigi serinya. Gigi seri
sapi hanya tgerdapat dirahang bawah. Semenjak lahir, gigi seri sapi sudah
tumbuh. Gigi secara bertahap pada umur tertentu akan tanggal sepasang demi
sepasang, berganti dengan gigi seri yang baru. Gigi seri yang pertama atau yang
sudah tumbuh semenjak sapi lahir disebut gigi susu, sedangkan gigi baru yang
menggantikan gigi susu disebut gigi tetap. Pemunculan setiap pasang gigi
berlangsung kira-kira pada waktu yang sama dari kehidupan dan dengan demikian

4
merupakan indikasi dari umur ternak yang mungkin dapat diperiksa dari gigi-gigi
sapi.

Pertumbuhan gigi sapi bisa dibedakan menjadi tiga fase, yaitu fase gigi
susu, fase dimana gigi yang tumbuh semenjak lahir sampai gigi itu berganti
dengan gigi yang baru, fase pergantian gigi yaitu dari awal pergantian sampai
selesai, dan fase keausan yaitu dimana gigi tetap mengalami keausan
(Murtidjo,1992). Sapi yang memiliki gigi susu semua pada rahang bawah,
mempunyai usia sekitar kurang lebih 1,5 tahun. Sapi yang memiliki gigi tetap
sepasang pada rahang bawah mempunyai usia sekitar 2 tahun. Sapi yang memiliki
gigi tetap dua pasang pada rahang bawah mempunyai usia sekitar 3 tahun. Sapi
yang memiliki gigi tetap tiga pasang pada rahang bawah mempunyai usia sekitar
3,5 tahun. Sapi yang memiliki gigi tetap empat pasang pada rahang bawah,
mempunyai usia sekitar 4 tahun. Sapi yang mempunyai gigi tetap lengkap empat
pasang, tapi 25% bagian telah aus mempunyai usia sekitar 6 tahun. Sapi yang
memiliki gigi tetap lengkap tapi aus 50% bagian telah aus, mempunyai usia
sekitar 7 tahun. Sapi yang mempunyai gigi tetap lengkap empat pasang, tapi 75%
telah aus, mempuyai usia sekitar 8 tahun. Sapi yang mempunyai gigi tetap
lengkap dan semuanya sudah aus, memiliki usia diatas 8 tahun (Murtidjo, 1992).

2.2 Pengukuran Tubuh

Pengukuran tubuh (sifat kuantitatif) dilakukan saat sapi berdiri tegak pada
bidang datar (posisi ternak “parallelogram”). Cara pengukuran panjang badan,
lingkar dada, tinggi pundak dan tinggi pinggul dapat dilihat pada Gambar 6
(Santoso, 2003). Pengukuran ukuran tubuh ternak dapat dijadikan sebagai utrient
pertumbuhan ternak. Perubahan pada ukuran tubuh ternak menunjukkan apakah
ternak mengalami pertumbuhan atau tidak. Adapun cara untuk mengukur ukuran
tubuh ternak yaitu dengan mengukur lingkar dada. Lingkar dada merupakan salah
satu dimensi tubuh yang dapat digunakan sebagai indicator mengukur
pertumbuhan dan perkembangan ternak. Pengukuran lingkar dada diukur pada

5
tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan. Pengukuran lingkar
dada dilakukan dengan melingkarkan pita ukur pada badan.

2.3 Pendugaan Bobot Badan

Bobot tubuh ternak merupakan hasil pengukuran dari proses tumbuh


ternak yang dilakukan dengan cara penimbangan (Tillman et al., 1998). Sementara
itu besarnya bobot badan dapat diukur melalui tinggi badan, lingkar dada, lebar
dada dan sebagainya (Sugeng, 1992). Pengukuran lingkar dada dan panjang badan
dapat memberikan petunjuk bobot badan seekor ternak dengan tepat (Wiliamson
dan Payne, 1983). Pertumbuhan lingkar dada mencerminkan pertumbuhan tulang
rusuk dan pertumbuhan jaringan daging yang melekat pada tulang rusuk
(Sudibyo,1987).

Pendugaan bobot badan yang biasa dilakukan adalah menggunakan ukuran


linier tubuh seperti dengan mengukur lingkar dada dan panjang badan. Lingkar
dada dan panjang sapi di ukur dengan menggunakan metline dengan posisi kaki
sejajar. Hasil pengukuran tersebut kemudian dimasukkan kedalam suatu rumus
yang nantinya akan menghasilkan perkiraan bobot badan sapi tersebut. Lingkar
dada (cm) diperoleh dengan cara melingkarkan pita ukur mengikuti lingkar dada
atau tubuh belakang bahu, sedangkan panjang badan diperoleh dengan cara
mengukur jarak antara sendi bahu sampai tepi belakang tulang pelvis deengan
menggunakan pita ukur. Pertambahan bobot badan utrie bersamaan dengan
perubahan bentuk tubuh sehingga ukuran-ukuraan tubuh dapat digunakan sebagai
penduga bobot hidup. Jenis ternak, fase pertumbuhan, bangsa dan habitat yang
berbeda umumnya akan menghasilkan rumus yang berbeda pula (Meivilia, 2011).

2.4 Pakan

Bahan pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan digunakan
oleh hewan. Bahan pakan ternak terdiri dari tanaman, hasil tanaman, dan
kadangkadang berasal dari ternak serta hewan yang hidup di laut (Tillman et al.,
1991). Menurut Blakely dan Bade (1998) bahan pakan dapat dibagi menjadi dua

6
kelompok yaitu konsentrat dan bahan berserat. Konsentrat berupa bijian dan
butiran serta bahan berserat yaitu jerami dan rumput yang merupakan komponen
penyusun ransum. Pakan adalah bahan yang dimakan dan dicerna oleh seekor
hewan yang mampu menyajikan hara atau utrient yang penting untuk perawatan
tubuh, pertumbuhan, penggemukan, dan reproduksi. Darmono (1993)
menjelaskan bahwa bahan pakan yang baik adalah bahan pakan yang mengandung
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral serta tidak mengandung racun
yang dapat membahayakan ternak yang mengkonsumsinya. Pakan hijauan adalah
semua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun tumbuhan berupa daun-
daunan, terkadang termasuk batang, ranting dan bunga (Sugeng, 1998). Menurut
Lubis (1992) pemberian pakan pada ternak sebaiknya diberikan dalam keadaan
segar. Pemberian pakan yang baik diberikan dengan perbandingan 60 : 40 (dalam
bahan kering ransum), apabila hijauan yang diberikan berkualitas rendah
perbandingan itu dapat menjadi 55 : 45 dan hijauan yang diberikan berkualitas
sedang sampai tinggi perbandingan itu dapat menjadi 64 : 36 (Siregar 2008).

2.5 Tipe Kandang Dan Fungsinya

Tipe kandang dan fungsinya terdiri atas kandang individu dan kandang
kelompok/koloni.

1. Kandang individu

Kandang individu atau kandang tunggal, merupakan model kandang satu


ternak satu kandang. Pada bagian depan ternak merupakan tempat palungan
(tempat pakan dan air minum), sedangkan bagian belakang adalah selokan
pembuangan kotoran. Sekat pemisah pada kandang tipe ini lebih diutamakan pada
bagian depan ternak mulai palungan sampai bagian badan ternak atau mulai
palungan sampai batas pinggul ternak Tinggi sekat pemisah sekat sekitar 1 m atau
setinggi badan sapi. Sapi di kandang ndividu diikat dengan tali tampar pada lantai
depan guna menghindari perkelahian sesamanya Luas kandang individu
disesuaikan dengan ukuran tubuh sapi yaitu sekitar panjang 2,5 meter dan lebar
1,5 meter.

7
Biaya kandang individu lebih tinggi dibanding kandang lompok (biaya
pembuatan kandang, biaya tenaga kerja untuk memandikan sapi dan pembersihan
kandang). Kelebihan kandang individu dibanding kandang kelompok yaitu : sapi
lebih tenang dan tidak mudah stress, pemberian pakan dapat terkontrol sesuai
dengan kebutuhan ternak, menghindari persaingan pakan dan keributan da m
kandang. Menurut susunannya, terdapat tiga macam kandang individu yaitu :

a. Satu baris dengan posisi kepala searah

b. Dua baris dengan posisi kepala searah, dengan lorong ditengah

c. Dua baris dengan posisi kepala berlawanan , dengan lorong di tengah

Kandang indivdu dengan model satu baris kepala searah, biasanya


menggunakan tipe kandang yang mempunyai atap satu bi g (Shade), dimana
lorong yang digunakan untuk memberi pakan dan minum terletak di muka deretan
kandang Kandang individu model dua baris, biasanya menggunakan tipe kandang
yang mempunyai atap dua bidang (Gable, Monitor dan Semi monitor). Lorong
ditengah pada kandang yang mempunyai posisi kepala searah adalah untuk
memberi pakan dan minum, sedangkan pada kandang yang mempunyai posisi
kepala berlawanan, lorong ditengah adalah untuk membersihkan kotoran dan
feces.

2. Kandang kelompok

Kadang kelompok atau dikenal dengan koloni/komunal merupakan model


kandang dalam suatu ruangan kandang ditempatkan ekor ternak, secara bebas
tanpa diikat.Keunggulan model kandang kelompok dibanding kandang individu
adalah efisiensi dalam penggunaan tenaga kerja rutin terutama pembersihan
kotoran kandang , memandikan sapi, deteksi birahi dan perkawinan alam.Dalam
hal ini satu orang tenaga kandang mampu menangani sekitar 50 ekor, bila
dibanding kandang individu sekitar 20 – 25 ekor.. Berdasarkan bentuk atap,
kandang kelompok terdapat d macam yaitu: a Kandang kelompok beratap
seluruhnya b. Kandang kelompok beratap sebagian. Kandang kelompok beratap
seluruhnya merupakan kandang kelompok terhindar dari pengaruh hujan dan mata
hari gsung (Gambar 11 dan 12). Tipe lantai yang digunakan kandan ni adalah alas

8
litter, dan pembongkaran litter lantai kandang di kukan apabila tinggi litter
mencapai setinggi 40 cm, atau dilakukan pembersihan sekitar 3 – 4 kali dalam
setahun. Alas letter dari kandang kelompok selanjutnya dikumpulkan dan
dikeringkan di tempat penampungan.

untuk digiling sebagai kompos yang baik. Kapasitas tampung ternak dalam
satu kandang model ini adalah sekitar per ekor 5–6 m 2 , dan disesuaikan dengan
kondisi litter, yaitu semakin padat kondisi litter akan mudah becek. Sepanjang
bagian sisi kandang dilengkapi dengan tempat palungan yaitu pada sisi depan
untuk tempat pakan hijauan dan tempat air minum secara terpisah, sedangkan
pada sisi belakang kandang palungan untuk tempat pakan penguat atau konsentrat.
Kandang kelompok beratap sebagian merupakan kandang kelompok, pada bagian
depan kandang (terutama tempat lungan) ditutupi oleh atap. Kandang kelompok
model ini identik dengan kandang pelumbaran terbatas (Gambar 13). Lantai
kandang model ini menggunakan lantai semen atau betton berpori (model wavin)
terutama pada bagian lantai yang tidak beratap. Pada bagian belakang kandang
dilengkapi selokan pembuangan terutama untuk menjaga kebersihan lantai ka ng
pada musim hujan. Alas lantai pada model kandang ini tidak menggunakan alas
dasar litter, namun bahan alas litter hanya disebarkan pada lantai (terutama lantai
yang beratap) yang becek. Pembuangan feses dilakukan secara berkala yaitu 3 – 4
kali setahun atau sesuai kebutuhan.

Kelebihan sistem perkandang ini adalah ternak lebih bebas dan adanya rak
penyimpanan pakan kering (seperti jerami) sehingga pakan hijauan kering selalu
tersedia.

9
BAB III . MATERI DAN METODE

3.1 Materi Praktikum

Materi yang digunakan dalam praktikum Teknolog Produksi Ternak Potong di

Lapangan Laboratorium Peternakan (LLP) Universitas Syiah Kuala ini adalah:

a) Alat
1. Alat tulis
2. Kamera
3. Sekop
4. Arit
5. Sapu
6. Gerobak dorong
7. Mesin coper
b) Bahan
1. Rumput
2. Konsentrat/ dedak

3.2 Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum lapangan teknologi produki ternak potong ini dilaksanakan


sebanyak 3 kali yaitu pada hari rabu tanggal 16 Febuari 2022, hari jumat tanggal
11 Maret 2022, dan hari jumat tanggal 1 April 2022, yang di laksanakan di
Laboratorium Lapangan Peternakan Universitas Syiah Kuala yang beralamat di
Desa Rukoh Kecamatan Syiah Kuala Kabupaten Banda Aceh, Provinsi Aceh.

3.3 Metode Pelaksanaan

Pelaksanaan praktikum ini dilaksanakan secara lansung di laboratorium lapangan


peternakan yang dimana cara kerjanya yaitu:

1. Mebersihkan kandang ternak sapi potong yang sudah di tentukan dengan


menggunakan sapu dan sekop
2. Mebersihkan tempat makan ternak sapi
3. Mepersiapkan alat untuk mengambil rumput untuk pakan sapi potong
tersebut

10
4. Melakukan pengaritan pada rumput dilapangan yang sudah di sediakan
sampai jumlah yang di tentukan
5. Melakukan pemotongan dengan menggunakan mesin coper sebelum di
berikan pada ternak untuk emudahkan pencernaan ternak
6. Melakukan penimbangan setelah di coper, jika masih kurang makan di
tambah untuk untuk mengarit
7. Mengambil pakan konsentrat dan di timbang sebanyak 4 kg
8. Meberikan pakan konsentart pada ternak sebelum diberikan pakan rumput
9. Meberikan pakan rumput pada ternak setelah diberipakan konsentrat sesua
dengan yang di tentukan
10. Terakhir di sediakan air untuk kebutuhan minum bagi ternak

11
BAB IV HASIL DAN PENGAMATAN

4.1 Hasil Pengamatan

NO Tanggal Kegiatan Kegiatan

1. 16 - Febuari – 2022 1. Mebersihkan kandang ternak sapi


potong yang sudah di tentukan
dengan menggunakan sapu dan
sekop
2. Mebersihkan tempat makan ternak
sapi
3. Mepersiapkan alat untuk mengambil
rumput untuk pakan sapi potong
tersebut
4. Melakukan pengaritan pada rumput
dilapangan yang sudah di sediakan
sampai jumlah yang di tentukan
5. Melakukan pemotongan dengan
menggunakan mesin coper sebelum
di berikan pada ternak untuk
emudahkan pencernaan ternak
6. Melakukan penimbangan setelah di
coper, jika masih kurang makan di
tambah untuk untuk mengarit
7. Mengambil pakan konsentrat dan di
timbang sebanyak 4 kg
8. Meberikan pakan konsentart pada
ternak sebelum diberikan pakan
rumput
9. Meberikan pakan rumput pada ternak
setelah diberipakan konsentrat sesua
dengan yang di tentukan
10. Terakhir di sediakan air untuk
kebutuhan minum bagi ternak

2. 11- Maret - 2022 1. Mebersihkan kandang ternak sapi


potong yang sudah di tentukan
dengan menggunakan sapu dan

12
sekop
2. Mebersihkan tempat makan ternak
sapi
3. Mepersiapkan alat untuk mengambil
rumput untuk pakan sapi potong
tersebut
4. Melakukan pengaritan pada rumput
dilapangan yang sudah di sediakan
sampai jumlah yang di tentukan
5. Melakukan pemotongan dengan
menggunakan mesin coper sebelum
di berikan pada ternak untuk
emudahkan pencernaan ternak
6. Melakukan penimbangan setelah di
coper, jika masih kurang makan di
tambah untuk untuk mengarit
7. Mengambil pakan konsentrat dan di
timbang sebanyak 4 kg
8. Meberikan pakan konsentart pada
ternak sebelum diberikan pakan
rumput
9. Meberikan pakan rumput pada ternak
setelah diberipakan konsentrat sesua
dengan yang di tentukan
10. Terakhir di sediakan air untuk
kebutuhan minum bagi ternak

3. 1- April -2022 1. Mebersihkan kandang ternak sapi


potong yang sudah di tentukan
dengan menggunakan sapu dan
sekop
2. Mebersihkan tempat makan ternak
sapi
3. Mepersiapkan alat untuk mengambil
rumput untuk pakan sapi potong
tersebut
4. Melakukan pengaritan pada rumput
dilapangan yang sudah di sediakan
sampai jumlah yang di tentukan
5. Melakukan pemotongan dengan
menggunakan mesin coper sebelum

13
di berikan pada ternak untuk
emudahkan pencernaan ternak
6. Melakukan penimbangan setelah di
coper, jika masih kurang makan di
tambah untuk untuk mengarit
7. Mengambil pakan konsentrat dan di
timbang sebanyak 4 kg
8. Meberikan pakan konsentart pada
ternak sebelum diberikan pakan
rumput
9. Meberikan pakan rumput pada ternak
setelah diberipakan konsentrat sesua
dengan yang di tentukan
10. Terakhir di sediakan air untuk
kebutuhan minum bagi ternak

4.2 pembahasan

Adapun jenis sapi yang ada di Laboratorium Lapangan Peternakan


diantaraya hanya ada satu jenis sapi saja yaitu sapi aceh

a) Sapi aceh

Sapi aceh merupakan salah satu rumpun sapi lokal Indonesia yang mempunyai
sebaran asli geografis di Provinsi Aceh, dan telah dibudidayakan secara
turuntemurun. Sapi Aceh merupakan kekayaan sumberdaya genetrik (SDG) salah
satu rumpun sapi lokal Indonesia yang telah ditetapkan berdasarkan keputusan
Kementerian Pertanian nomor : 2907/Kpts/OT.140/6/2011 tanggal 17 Juni2011,
bahwa sapi Aceh mempunyai keseragaman bentuk, fisik dan komposisi genetik
serta kemampuan adaptasi dengan baik pada keterbatasan lingkungan; sehingga
perlu dilindungi, dilestarikan dan dikembangkan keunggulannya untuk
kepentingan pemuliaan.

Sapi aceh mempunyai bobot badan lebih rendah daripada sapi silangan,
tetapi memiliki kelebihan dalam reproduksi dan daya adaptasinya terhadap
lingkungan di Indonesia, sehingga mempunyai potensi untuk dikembangkan

14
sebagai sumber plasma nutfah dan bibit sapi potong. Sapi Aceh yang telah
berkembang biak dengan baik mempunyai pola warna yang bervariasi mulai
warna merah bata, kuning langsat, putih hingga berwarna hitam,dengan warna
dominan adalah merah bata. Beberapa keunggulan sapi Aceh antara lain
mempunyai adaptasi yang baik pada iklim ekstrem dan wilayah marginal,
reproduksinya baik dan tahan terhadap penyakit di wilayah tropis. Sehinga sapi ini
sangat cocok untk dikemangkan dan di jadikan sapi pedaging. Daging Sapi Aceh
lebih disukai oleh masyarakat Aceh karena mempunyai rasa yang khas dan enak
serta mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi.

15
1. Ciri-ciri sapi Aceh Jantan

 Warna tubuh didominasi warna merah bata, dengan bulu merah

bata sampai cokelat, dan lebih gelap di bagian depan. Leher lebih

gelap dari warna tubuh lainnya. Punuk besar mengarah ke belakang

 Tanduk mengarah ke samping dan melengkung ke atas

 Telinga kecil mengarah kesamping tidak terkulai

 Muka cenderung cekung

 Tinggi gumba pada umur 24-36 bulan rata-rata 105-112 cm.

2. Ciri-Ciri Sapi Aceh Betina

 Warna tubuh kuning langsat sampai merah bata, dengan bulu

merah bata sampai cokelat.

 Punuk kecil seperti setengah tempurung kelapa.

 Tanduk mengarah ke samping dan melengkung ke atas

 Telinga kecil mengarah kesamping tidak terkulai

 Muka cenderung cekung

 Tinggi gumba pada umur 15-18 bulan rata-rata 86-90 cm. 

Berat Sapi Aceh jantan berkisar 350kg sedangkan berat Sapi Aceh betina
berkisar 250 – 280 kg.

16
b). sistem pemeliharaan

Dari hasil kegiatan di atas adalah dapat dibahas Pada sistem pemiliharaan
sapi di di Lapangan Laboraturim Peternakan Universitas Syiah Kuala hanya 1 tipe
yaitu tipe intensif. Sistem intensif adalah sapi-sapi dikandangkan dan seluruh
pakan disediakan oleh peternak. Lalu adanya kegiatan sanitasi dalam kandang sapi
aceh karena kebersihan dari lingkungan kadang dapat mempengaruhi pada
pertambahan berat badan sapi aceh tersebut Sanitasi juga merupakan tindakan
pencegahan terhadap kontaminasi yang disebabkan oleh feses. Kontaminasi feses
dapat masuk melalui oral pada hewan (fecal-oral cross contamination).
Kontaminasi ini dapat terjadi pada peralatan yang digunakan seperti tempat pakan
dan minum. Langkah pertama tindakan sanitasi adalah untuk menghilangkan
bahan organik terutama feses. Bahan organik lain yaitu darah, saliva, sekresi dari
saluran pernafasan, dan urin dari hewan yang sakit atau hewan yang mati. Semua
peralatan yang digunakan khususnya tempat pakan dan minum harus di- bersihkan
dan didesinfeksi untuk mencegah kontaminasi. Menurut Barrington et al. (2006),
tindakan umum yang dilakukan dalam program biosekuriti adalah

1). mengawasi keluar masuknya hewan;

2). mencegah kontak dengan hewan atau hewan liar;

3). secara rutin membersihkan dan mendesinfeksi sepatu, pakaian, dan


peralatan yang dipakai ketika menangani hewan;

4). mencatat pengunjung, hewan, dan peralatan yang masuk dan keluar.

Pada suatu peternakan penyebaran penyakit dapat terjadi sangat komplek


hal ini dapat disebabkan akibat kepadatan populasi dalam suatu kandang, spesies
atau bangsa hewan, dan sistem sanitasi pada peternakan tersebut, sehingga
pengembangan biosekuriti sangat penting guna mencegah masuk dan tersebarnya
penyakit yang merugikan (Steenwinkel et al., 2011). Biosekuriti pada peternakan
dapat meliputi sanitasi peternakan, pagar pelindung, pengawasan yang ketat lalu
lintas pengunjung dan kendaraan, menghindari kontak dengan hewan liar,
mempunyai fasilitas bangunan yang memadai, penerapan karantina dan
menerapkan sistem tata cara penggantian stok hewan (Casal et al. 2007).

17
Menurut laporan Bonanno (2011), pernah ditemukan kasus penyakit pada
suatu peternakan sapi akibat biosekuriti yang buruk. Penyakit ini antara lain
digital dermatitis (hairy heel wrats), haemorrhagic bowel syndrome (HBS), dan
acute bovine liver disease (ABLD). Penyakit ini disebabkan oleh sistem drainase
yang buruk, sanitasi dan higiene yang buruk, kondisi pakan yang tidak baik, serta
kondisi kelembaban di dalam peternakan yang buruk.

c. pakan

Pakan yang diberikan pada ternak sapi penggemukan diarahkan untuk


mencapai pertumbuhan bobot badan yang setinggi–setingginya adalah waktu
relatif singkat. Untuk itu pemberian  disesuaikan dengan kebutuhan ternak baik
dari segi kuantitas maupun nilai gizinya .pemberian dilakukan setelah kebersihan
lingkungan kandang pemberian kosentrat sebanyak 4kg pada pagi hari lalu setelah
kosentrat habis bisa di berikannya hijauan pada pagi hari dan sore hari sebanyak
100 kg /1hari. Teknis pemberian konsentrat yaitu diberikan pada pagi hari, dua
jam sebelum pemberian pakan hijauan dilakukan. Dalam langkah ini pemberian
konsentrat sudah sesuai dengan acuan yang ada, karena pemberian konsentrat
sebelum pakan hijauan akan mengaktifkan mikroba – mikroba dalam rumen yang
dapat dengan mudah mencerna serat kasar pada pakan hijauan yang nantinya akan
diberikan. Namun ada hal yang lebih baik yaitu pemberian konsentrat untuk
waktu yang tepat ialah menjelang matahari terbit. Lalu Adapun hijauan yang
diberikan pada ternak yaitu:

1.    Rumput gajah (Pennisetum purpureum)


Pertumbuhan dan produksi rumput gajah di Indonesia sangat bervariasi.
Pertumbuhan rumput gajah sangat cepat, dalam kurun waktu lebih kurang 2 bulan
dapat mencapai tinggi lebih kurang 200 - 300 cm.. Apabila rumput gajah
dibiarkan tumbuh bebas, tanaman rumput gajah dapat mencapai tinggi 700 cm,
akar sedalam 450 cm, panjang daun 16 - 90 cm, lebar 8 - 35 mm. Komposisi
kimia rumput gajah terdiri atas bahan kering 19,94%, protein kasar (PK) 12,23%
dan bahan organik (BO) 88,83% (Seseray et al. 2012).
2.    Rumput Raja/King Grass (Pennisetum purpuphoides)

18
Rumput raja adalah hasil persilangan antara  Pennisetum
purpureum dan Pennisetum typhoides.Rumput raja adalah tanaman tahunan
(perennial), tumbuh tegak membentuk rumpun. Perakarannya dalam, bentuknya
mirip dengan tanaman tebu, tingginya 2-4 m dan apabila dibiarkan tumbuh tegak
dapat mencapai 7 m, berbatang tebal dan keras. Rumput raja memiliki
pertumbuhan yang sangat cepat mengalahkan.rumput gajah (Suyitman, 2014).
Pada bagian daun rumput raja, strukturnya kasar, berbentuk lebar dengan sedikit
tegak.Pada permukaan daun, ada bulu-bulu yang cukup panjang terletak di dekat
liguna.Permukaan daunnya juga luas.Bagian daun dari rumput raja menjadi
primadona yang diunggulkan dikarenakan pada daun ini terdapat banyak
kandungan gizi. Produksi hijauan rumput raja dua kali lipat dari produksi rumput
gajah, yaitu dapat mencapai 40 ton rumput segar per hektar sekali panen atau
setara dengan 200-250 ton rumput segar per hektar per tahun. Rumput Raja
mempunyai kandungan nutrisi yang cukup baik yaitu kandungan BK 12,18%; PK
11,68; SK 32,49; LK; 1,70; ABU 18,15 dan TDN; 66,04 (Anonim, 2017).
3. Rumput Odot/Gajah Mini (Pennisetum purpureum cv. Mott)
Rumput gajah mini merupakan salah satu rumput unggul yang berasal dari
Amerika dan Philipina dimana rumput ini mempunyai produksi yang cukup
tinggi.Selain itu menghasilkan banyak anakan, mempunyai akar kuat, batang yang
banyak serta struktur daun yang muda sehingga sangat disukai oleh
ternak.Rumput gajah mini ini merupakan jenis rumput unggul, produktivitas dan
kandungan zat gizinya cukup tinggi.Begitu juga palatabilitasnya cukup tinggi bagi
ternak ruminansia.Pertumbuhannya cepat, berbulu halus, berdaun lembut, dan
berbatang lunak.
Produksi yang cukup tinggi menjadi keunggulan tersendiri bagi rumput gajah
mini, terlebih pada musim penghujan, batang rumput gajah mini terasa lebih lunak
sehingga sangat digemari oleh kambing dan domba. Keunggulan lain dari rumput
gajah mini adalah jumlah nutrisi yang cukup tinggi dibanding rumput Gajah,
sebagai ilustrasi jumlah protein kasar yang ada dalam daun rumput gajah mini
mencapai 12-14% bahkan ada yang mencapai angka 17 %, disamping itu tingkat
kecernaan rumput gajah mini mencapau 65-70%. Pada musim penghujan, interval
pemotongan pad antara 30 sampai 40 dengan jumlah anakan rumput gajah mini

19
mencapai 20 anakan pada setiap 2x masa panen. Rasio daun batang rumput gajah
mini sebesar 1,4 menghasilkan produksi bahan kering daun sebesar 25,42
ton/ha/tahun. 
4. Rumput Benggala (Panicum maximum)
Rumput benggala adalah tanaman tahunan, kadang-kadang mempunyai
rhizome yang pendek.Tingginya bervariasi dapat mencapai 50 hingga 450 cm.
Batangnya tumbuh tegak, dapat mempunyai 3 – 15 buku. Lebar daunnya
mencapai 35 mm dan panjang daunnya 15 – 100 cm. Rumput benggala
merupakan jenis rumput yang banyak varietasnya, yaitu: a) tipe raksasa, dengan
tinggi tanaman 3,6 – 4,2 meter (varietas Hamil dan Coloniao); b) tipe sedang,
dengan tinggi tanaman 1,5 – 2,5 meter (varietas Common, Gotton, dan Makueni);
c) tipe kecil, dengan tinggi tanaman sampai 1 meter (varietas sabi, Petrie, dan
Trichoglume). Rumput benggala dapat diperbanyak dengan biji atau secara
vegetatif.Untuk perbanyakan secara vegetatif, dalam 1 ha diperlukan 5000 hingga
1000 pols.Rumput benggala dapat dipotong dengan intensitas 15 – 20 cm dari
permukaan tanah. Pada umur 1,5 -  3 bulan setelah tanam sudah dapat dipanen.
Produksinya dapat mencapai 100 – 150 ton hijauan segar per tahun.

Rumput – rumput yang disebutkan sebelumnya merupakan rumput yang


biasa diberikan di peternakan yang ada di Indonesia. Pemberian pakan yang baik
untuk sapi ialah 10% dari berat badan sapi serta dibedakan sesuai dengan umur
sapi.

Selain pakan hijauan, konsentrat merupakan pakan yang diberikan ke


ternak, baik yang ada dikandang serta di padang penggembalaan. Konsentrat
adalah suatu bahan pakan yang digunakan bersama bahan pakan lain untuk
meningkatkan gizi dari keseluruhan bahan pakan dan dimaksudkan untuk
disatukan, dicampur sebagai suplemen atau pelengkap.

Di Lapangan Laboraturium Peternakan ini terkhusus untuk bibit sapi Aceh


formulasi ransum yaitu terdiri dari bungkil kelapa, dedak padi, onggok (ampas
ubi), pollard dan ampas gandum, SBM (ampas kedelai), PDGS (limbah jagung),
mineral dan garam. Rumput – rumput yang disebutkan sebelumnya merupakan

20
rumput yang biasa diberikan di peternakan yang ada di Indonesia. Pemberian
pakan yang baik untuk sapi ialah 10% dari berat badan sapi serta dibedakan sesuai
dengan umur sapi.

Selain pakan hijauan, konsentrat merupakan pakan yang diberikan ke


ternak, baik yang ada dikandang serta di padang penggembalaan. Konsentrat
adalah suatu bahan pakan yang digunakan bersama bahan pakan lain untuk
meningkatkan gizi dari keseluruhan bahan pakan dan dimaksudkan untuk
disatukan, dicampur sebagai suplemen atau pelengkap.

Di Lapangan Laboraturium Peternakan ini terkhusus untuk bibit sapi Aceh


formulasi ransum yaitu terdiri dari bungkil kelapa, dedak padi, onggok (ampas
ubi), pollard dan ampas gandum, SBM (ampas kedelai), PDGS (limbah jagung),
mineral dan garam.

d). mesin pemotong rumput


Mesin Pemotong Rumput adalah mesin yang digunakan untuk merajang
atau mencacah rumput rumputan yang sebagai bahan pakan ternak. Selain itu juga
dapat pula digunakan untuk merajang daun-daunan hijau lainnya, seperti merajang
daun nilam, jerami.Kelebihan penggunaan mesin ini akan mempermudah
pemberian makan pada ternak, selain itu juga dapat mempercepat proses
fermentasi pada pakan. Mesin ini dapat digunakan untuk memotong rumput,
jerami atau juga batang jagung. boleh dikatakan sebagai mesin pemotong rumput
multifungsi.

Pemotong rumput  adalah alat yang digunakan untuk memotong


rumput atau tanaman. Alat ini biasa digunakan untuk merapikan taman dan juga
untuk membersihkan lahan dari rumput ilalang atau rumput sejenisnya. Biasanya
untuk memelihara dan merapikan rumput dapat menggunakan sabit atau gunting
rumput. Akan tetapi dengan menggunakan alat ini membutuhkan waktu yang
lama dan tenaga yang ekstra. Seiring perkembangan jaman dan teknologi,
memelihara atau memotong rumput dapat dilakukan dengan mudah dan praktis

21
menggunakan mesin pemotong rumput, sehingga akan memberikan hasil yang
lebih memuaskan dan rapi.

e).Reproduksi Ternak

Sistem perkawinan di Lapangan Laboraturium Peternakan ada dua cara yaitu


perkawinan secara alami dan perkawinan secara buatan. Persentase perkawinan secara
alami mencapai 90% sedangkan perkawinan buatan dilakuakan dengan cara IB. .

22
BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari data yang kami dapat bisa disimpulkan Sapi yang dipelihara di LLP

ini hanya satu jenis yaitu sapi Aceh yang jumlahnya kira-kira 10 ekor secara

keseluruhan dengan sistem pemeliharaan intensif dan semiintensif. Pemberian

Kosentrat Diberikan 1kali pada pagi hari saja dan hijaua dapat diberikan 2 kali

dalam sehari. Sistem perkawinan yang dilakukan pada balai ini terhadap ternak

yaitu 90% kawin alam dan 10% .

5.2. Saran

Dalam kegiatan praktikum selanjutnya ,sebaiknya praktikan diharapkan


lebih tertib dari dimulainya praktikum hingga berakhirnya praktikum agar
kegiatan praktikum dapat berjalan dengan baik dan lancar. Praktikum harus benar-
benar memperhatikan dan memahami apa yag dijelaskan dan dipraktikkan oleh
laboran dan para asisten laboran.

23
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2017. Tentang Rumput Raja (king grass).BPTU-HPT Indrapuri.


Jamaran, N. 2006. Produksi Dan Kandungan Gizi Rumput Gajah (P. purpureum)
Dan Rumput Raja (P. purpupoides) Yang Ditumpangsarikan Dengan Tanaman
Jati. Jurnal Peternakan Indonesia, 11(2):151-157, 2006
Seseray, D.Y., E.W. Saragih, dan Y. Katiop. 2012. Pertumbuhan dan Produksi
Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) pada Interval Defoliasi Yang
Berbeda. Jurnal Ilmu Peternakan, Juni 2012, hal 31 – 36.Vol 7 No1.
Suyitman.2014. Produktivitas Rumput Raja (Pennisetum purpupoides) pada
Pemotongan Pertama Menggunakan Beberapa Sistem Pertanian.Jurnal
Peternakan Indonesia, Juni 2014. Vol. 16 (2): 119-127.
Basit, W. 2011. Manajemen Ternak Sapi Potong. Masagena Perss: Makassar

24
Lampiran

25
26

Anda mungkin juga menyukai