Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH SUBTITUSI TEPUNG MAGGOT SEBAGAI

ALTERNATIF MBM (MEAT BONE MEAL) PADA RANSUM


AYAM LAYER TERHADAP KUALITAS KERABANG TELUR

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun oleh:
Zakina Ilma Nuzula
19/439400/PT/08035

PROGRAM STUDI ILMU DAN INDUSTRI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pakan merupakan salah satu faktor penting yang dibutuhkan dalam
usaha peternakan. Terutama dalam penyusunan ransum ayam layer
dibutuhkan protein dan kalsium untuk pembentukan telur yang baik.
Namun, masih banyak bahan pakan penyusun ransum yang masih
diimpor dan memiliki harga yang tinggi seperti bungkil kedelai, dedak,
tepung ikan dan MBM (Meat Bone Meal). Disisi lain, jumlah bahan
pakan tersebut masih belum mencukupi kebutuhan pakan di
Indonesia. Kondisi ini menyebabkan harga ransum menjadi mahal,
sehingga mempengaruhi produktivitas ternak. Salah satu alternatif
yang dapat digunakan adalah tepung maggot.
MBM (Meat Bone Meal) atau tepung tulang adalah bahan baku
pakan yang sumber protein yag didapatkan dari limbah hasil
pengolahan hewan. Kandungan protein MBM berkisara antara 45-
55%, sehingga dapat disebut sebagai bahan pakan sumber protein
dan mineral. Selain itu MBM juga mengandung asam amino lisin
tinghi, tetapi kandungan methionine dan cystine rendah. MBM juga
dapat digunakan sebagai sumber energi dan mineral terutama Ca dan
P yang berperan dalam pembentukan kerabang telur (Yanuartono et
al., 2020). MBM banyak digunakan sebagai bahan pakan dalam
industri peternakan ruminansia maupun non ruminansia, teta[I
penggunaannya harus dibatasi. Seiring dengan meningkatnya MBM
sebagai bahan baku pakan menyebabkan semakin meningkatnya
pengimporan MBM dan menyebabkan harga MBM semakin mahal.
Maggot atau Black Soldierr Fly (Hermentia illuciens L.) adalah
salah satu insekta yang mulai banyak dipelajari karakteristik dan
kandungan nutriennya. Lalat ini berasa dari Amerika dan selanjutya
tersebar ke wilayah subtropis dan tropis di dunia. BSF dapat
digunakan sebagai salah satu alternatif sumber bahan pakan, karena
insekta kaya akan protein pada setaip tahapan metamorfosisnya.
Lalat ini mampu tumbuh dan berkembang dengan mudah, memiliki
tingkat efisiensi ransum yang tinggi serta dapat diproduksi dengan
mudah. Larva BSF dapat diproduksi secara cepat dan mudah,
mengandung protein sebesar 40-50%, termasuk asam amino esensial
yang dapat dimanfaatkan sebagai pengganti tepung ikan dan MBM
untuk ransum ternak. Kandungan lemak tepung larva BSF cukup
tinggi yakni 27,36% dibandingkan dengan kandungan lemak pada
MBM 5,59% (Mawaddah et al., 2018).
Berdasarkan Permasalahan tersebut, maka dilakukan penilitian
dengan judul “Pengaruh Subtitusi Tepung Maggot Sebagai
Alternatif MBM (Meat Bone Meal) Pada Ransum Ayam Layer
Terhadap Kualitas Cangkang Telur”.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah pemanfaatan subtitusi tepung maggot sebagai
alternatif MBM (Meat Bone Meal) pada ransum ayam layer
terhadap kualitas cangkang telur.
3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sibtitusi
tepung maggot sebagai alternatif MBM pada ransum ayam layer.
Selain itu, juga dapat mengetahui pengaruh tepung maggot
terhadap kualitas cangkang telur.
4. Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu dapat mengetahui pengaruh tepung
maggot sebagai penganti MBM pada ransum ayam layer.
Mengetaui kualitas cangkang telur setelah pemberian tepung
maggot. Informasi yang didapatkan dapat digunakan untuk
menggunakan tepung maggot sebagai alternatif dan meningkatkan
kualitas cangkangf telur.
5. Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
H0: Pemberian subtitusi tepung maggot pada ransum ayam layer
tidak berpengaruh terhadap kualitas kerabang telur.
Ha: Pemberian subtitusi tepung maggot pada ransum ayam layer
berpengaruh terhadap kualitas kerabang telur.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Telur
Telur merupakan salah satu bahan makanan hewani yang
dikonsumsi selain daging, ikan dan susu. Umumnya telur yang dikonsumsi
berasal dari jenis-jenis unggas, seperti ayam dan bebek. Telur sebagai
sumber protein mempunyai banyak keunggulan antara lain, kandungan
asam amino paling lengkap dibandingkan bahan makanan lain. Kualitas
telur dapat dilihat dari karakteristik telur seperti kebersihan, keseragaman,
berat telur, kualitas cangkang telur, indeks kuning telur, indeks albumin,
dan komposisis kimia telur (Bakhtara et al., 2016).
Kerabang telur merupakan lapisan luar telur yang melindungi telur
dari penurunan kualitas baik disebabkan oleh kontaminasi mikroba,
kerusakan fisik, maupun penguapan. Kerabang telur memiliki sifat keras,
halus, dilapisi kapur dan terikat pada bagian luar dari lapisan membran
kulit luar. Tebal tipisnya kerabang telur dipengaruhi oleh strain ayam,
umur, pakan, stress dan penyakit. Sekitar 35-75% kalsium untuk
pembentukan kerabang telur berasal dari pakan. Ketebalan kulit telur
ayam ras berkisar antara 0,35 mm-0,45 mm (Wijaya et al., 2019)
2.2. MBM (Meat Bone Meal)
MBM (Meat Bone Meal) atau tepung tulang adalah bahan baku
pakan yang sumber protein yag didapatkan dari limbah hasil pengolahan
hewan.Berbagai macam limbah hewan ternak tersebut adalah tulang,
darah, kepala, jeroan, kuku, kulit, bulu dan lemak. sifat dari bahan baku
serta metode pengolahan yang digunakan dapat mengakibatkan hasil
produk MBM sangat bervariasi dalam hal komposisi kimia dan kualitas
protein. Kandungan protein MBM berkisara antara 45-55%, sehingga
dapat disebut sebagai bahan pakan sumber protein dan mineral. Selain itu
MBM juga mengandung asam amino lisin tinggi, tetapi kandungan
methionine dan cystine rendah. MBM juga dapat digunakan sebagai
sumber energi dan mineral terutama Ca dan P (Yanuartono et al., 2020).
Meat bone meali merupakan bahan pakan penting untuk hewan
ternak, unggas dan hewan kesayangan karena merupakan sumber
protein, asam amino, beberapa macam vitamin dan mineral yang cukup
baik. Komposisi nutrisi MBM rata-rata gross energy (GE) 4000 kcal/kg.,
protein 50,4 kcal/kg, lemak 10,0%, abu 29%, Ca 10,3% dan P 5,1%.
Tingginya kandungan tulang dan kadar abu dalam MBM memiliki dampak
negatif terhadap kualiatas protein karena kandungan kolagen yang tingi
dan buruknya keseimangan asam amino. Salah satu kelemahan
penggunaan MBm sebagai bahan pakan adalah ketidakseimbangan
kandungan asam amino. MBM defesiensi sejumlah asam amino esensial
seperti lisin, methionin, dan triptofan. Komposisi asam amino MBM sangat
bervariasi tergantung pada sumber bahan baku dan cara pemrosesan.
Peningkatan kadar abu dan kolagen dapat menyebabkan penurunan
asam amino esesnsial dan meningkatkan asam amino non-esensiall
(Yanuartono et al., 2020).
2.3. Maggot (Hermentia illuciens L.)
Maggot atau Black Soldierr Fly (Hermentia illuciens L.) adalah
salah satu insekta yang mulai banyak dipelajari karakteristik dan
kandungan nutriennya. Lalat ini berasa dari Amerika dan selanjutya
tersebar ke wilayah subtropis dan tropis di dunia. BSF dapat digunakan
sebagai salah satu alternatif sumber bahan pakan, karena insekta kaya
akan protein pada setaip tahapan metamorfosisnya. Lalat ini mampu
tumbuh dan berkembang dengan mudah, memiliki tingkat efisiensi ransum
yang tinggi serta dapat diproduksi dengan mudah. Larva BSF dapat
diproduksi secara cepat dan mudah, mengandung protein sebesar 40-
50%, termasuk asam amino esensial yang dapat dimanfaatkan sebagai
pengganti tepung ikan dan MBM untuk ransum ternak. Kandungan lemak
tepung larva BSF cukup tinggi yakni 27,36% dibandingkan dengan
kandungan lemak pada MBM 5,59% (Mawaddah et al., 2018).
Dalam meningkatkan nilai nutrisi pakan salah satunya adalah
dengan penambahan protein tinggi. Manggot merupakan salah satu
alternatif sumber protein yang dapat digunakan dalam pakan ternak.
Berdasarkan riset, kandungan protein maggot 44,26%, lmeak 29,65%,
kalsiuk (Ca) 55,65%. Larva maggot juga memiliki komposisi asam amino
yang mnyerupai asam amino bungkil kedelai dan tepung ikan (Setia et al.,
2020).

BAB III
MATERI DAN METODE
DAFTAR PUSTAKA
Mawaddah, S., W. Hermana, Nahrowi. 2018. Pengaruh pemeberian
tepung deffeat larva BSF (Hermatia illucens) terhadap performa
produksi puyuh telur (Coturnix coturnix japanicai). Jurnal Ilmu
Nutrisi dan Teknologi Pakan. 16(3): 47-51.
Yanuartanto, A. Nururrozi, I. Soedarmanto, H. Purnamaningsih, D.
Ramandani. 2020. Meat bone meal sebagai pakan hewan
alternatif: sebuah ulasan singkat. Jurnal Peternakan Sriwijaya.
9(1): 35-54.
Bakhtra, D. D. A., Rusdi, A. Mardiah. 2016. Penetapan kadar protein
dalam telur unggas melalui analisis nitrogen menggunakan
metode kjeldahl. Jurnal Faramasi Higea. 8(2): 143-150.
Wijaya, A. D., Munir, M. J. Kadir. 2019. Pengaruh topografi dan umur
ayam yang berbeda terhadap ketebalan kerabang dan Ph telur
ayam ras petelur. Bionature. 20(1): 14-20.
Setia, M. A., N. Badriyah, Wahyuni. 2020. Pengaruh pemberian tepung
maggot (Hernetia illucens) pada pakan terhadap kualitas eksterior
telur burung puyuh (Coturnix coturnix japonica). International
Journal of Animal Science. 3(4) : 113-117.

Anda mungkin juga menyukai