Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“KONSEP ACT(TIDAK LANJUT) DALAM


SISTEM MANAJEMEN MUTU”
DOSEN PENGAMPU : Ibu Nuri Aslami M.Si

Disusun oleh :
Kelompok 1
1. Nadia Aprilia (0506202044)
2. Novy Arisca (0506202039)
3. Dita Ananda Bangun (0506202061)
4. Yuniar Pangesti (0506202083)
KATA PENGHANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,


Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan Islam sebagai agama yang
sempurna. Shalawat berangkaikan salam kita panjatkan kepada junjungan Nabi besar
kita, Rasulullah SAW yang telah membimbing dan menuntun umat manusia ke jalan
yang lurus dan benar. Atas taufik dan seizin Allah SWT, kelompok 9 dapat
menyelesaikan tugas berupa Makalah yang juga akan dipresentasikan dengan judul:
“Konsep Act dalam Sistem manajemen Mutu”.
Dalam penyusunan dan penyelesaian Makalah ini sangat mengharapkan bantuan dari
semua pihak. Terutama kepada Dosen mata kuliah Manajemen Mutu serta seluruh
anggota yang telah membantu dan bekerja sama dalam menyusun dan menyelesaikan
Makalah sehingga dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Ucapan terimakasih juga
kami sampaikan kepada kedua orang tua kami yang telah mendukung kami untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sampai saat ini. Kiranya Allah
selalu memberikan perlindungan, kemudahan, dan kesehatan bagi orang tua kita.
Dan ucapan terimakasih juga kami ucapkan kepada Dosen Pengampu Mata
Kuliah yang telah membimbing kelompok dari awal hingga akhir penulisan Makalah
ini, semoga selalu mendapat lindungan dari Allah SWT. dimanapun berada. Begitupun
Makalah ini telah ditulis oleh Kelompok 9 dengan sebaik mungkin, namun sebagai
seorang hamba yang penuh kekurangan sangat menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dan kesalahan yang memerlukan banyak kritik dan saran yang membangun.
Kami berharap Makalah ini dapat diterima.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
BAB I...........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
BAB II.........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.........................................................................................................................2
A. pengertian act (tindak lanjut)........................................................................................2
B. Prinsip-Prinsip ACT..........................................................................................................6
C. Faktor-faktor Yang Berpotensi Mengalami ACT...........................................................6
A. Tindakan Pada Act.......................................................................................................10
B. ACT Dalam Persefektif Islam.....................................................................................11
F. CONTOH PROGRAM TINDAK LANJUT...............................................................13
BAB III......................................................................................................................................19
PENUTUP.................................................................................................................................19
A. Kesimpulan...................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Act merupakan siklus atau lanjutan dari c atau check yang merupakan dari bagian
PDCA.

Artinya melakukan evaluasi total terhadap hasil SASARAN dan PROSES dan
menindaklanjuti dengan perbaikan-perbaikan. Jika ternyata apa yang telah kita kerjakan
masih ada yang kurang atau belum sempurna, segera melakukan action untuk
memperbaikinya. Proses ACT ini sangat penting artinya sebelum kita melangkah lebih
jauh keproses perbaikan selanjutnya. Berarti Proses pada tahap action yaitu
menindaklanjuti hasil untuk membuat perbaikan yang diperlukan. Ini berarti juga
meninjau seluruh langkah dan memodifikasi proses untuk memperbaikinnya sebelum
implementasi berikutnya Implementasi tahap action ini dimaksudkan untuk menhawab
bagaimana tindak lanjut untuk melaksanakan keseluruhan rencana peningkatan
perbaikan, termasuk perbaikan kelemahan kelemahan yang telah ditemukan.

B. Rumusan masalah
1. Menjelaskan pengertian act (tindak lanjut)
2. Menjelaskan Prinsip-prinsip Act tindak lanjut
3. Menjelaskan Faktor-kator yang berpotensi mengalami act
4. menjelaskan tindakan pada act
5. menjelaskan act dalam perspektif islam
6. menjelaskan contoh dari sebuah program tindak lanjut

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. pengertian act (tindak lanjut)
Act adalah siklus atau lanjutan dari c atau check yang merupakan dari bagian
PDCA.

Artinya melakukan evaluasi total terhadap hasil SASARAN dan PROSES dan
menindaklanjuti dengan perbaikan-perbaikan. Jika ternyata apa yang telah kita kerjakan
masih ada yang kurang atau belum sempurna, segera melakukan action untuk
memperbaikinya. Proses ACT ini sangat penting artinya sebelum kita melangkah lebih
jauh keproses perbaikan selanjutnya.

 Menindaklanjuti hasil untuk membuat perbaikan yang diperlukan. Ini berarti


juga meninjau seluruh langkah dan memodifikasi proses untuk memperbaikinya
sebelum implementasi berikutnya.
 Menindaklanjuti hasil berarti melakukan standarisasi perubahan, seperti 
mempertimbangkan area mana saja yang mungkin diterapkan, merevisi proses
yang sudah diperbaiki, melakukan modifikasi standar, prosedur dan kebijakan
yang ada, mengkomunikasikan kepada seluruh staf, pelanggan dan suplier atas
perubahan yang dilakukan apabila diperlukan, mengembangkan rencana yang
jelas, dan mendokumentasikan proyek. Selain itu, juga perlu memonitor
perubahan dengan melakukan pengukuran dan pengendalian proses secara
teratur.

2
Act Juga disebut "Menyesuaikan", fase tindakan ini adalah di mana suatu proses
ditingkatkan. Catatan dari fase "lakukan" dan "periksa" membantu mengidentifikasi
masalah dengan proses. Isu-isu ini mungkin termasuk masalah, ketidaksesuaian,
peluang untuk perbaikan, inefisiensi, dan masalah lain yang menghasilkan hasil
yang ternyata kurang optimal. Akar penyebab masalah tersebut diselidiki,
ditemukan, dan dihilangkan dengan memodifikasi proses. Risiko dievaluasi
kembali. Pada akhir tindakan dalam fase ini, proses memiliki instruksi, standar, atau
tujuan yang lebih baik. Perencanaan untuk siklus berikutnya dapat dilanjutkan
dengan baseline yang lebih baik. Pekerjaan pada tahap do berikutnya tidak boleh
membuat masalah yang teridentifikasi terulang kembali; jika ya, maka tindakan itu
tidak efektif.
Proses pada tahap action yaitu menindaklanjuti hasil untuk membuat perbaikan
yang diperlukan. Ini berarti juga meninjau seluruh langkah dan memodifikasi proses
untuk memperbaikinnya sebelum implementasi berikutnya Implementasi tahap
action ini dimaksudkan untuk menhawab bagaimana tindak lanjut untuk
melaksanakan keseluruhan rencana peningkatan perbaikan, termasuk perbaikan
kelemahan kelemahan yang telah ditemukan

Pada tahap ini pimpinan harus bertanggung jawab, menindaklanjuti,


memperbaiki dan meningkatkan performansı Lebih dari itu, pimpinan memutuskan
perubahan yang akan diimplementasikan. Bila berhasil, perlu disusun prosedur yang
baku Memutuskan sejauh mana perlu pelatihan ulang dan tambahan bagi karyawan
terkait serta mengkaji perubahan tersebut punya efek negatif terhadap bagian lain
organisasi atau tidak. Selanjutnya, memantau terus perubahan tersebut.
Implementasi tahap ini memerlukan seperangkat alat bantu seperti pemetaan proses.
standardisasi proses, informasi pengendalian, pelatihan formal untuk kepentingan
standardisasi proses

Menurut Akmal (2006) tindak lanjut hasil pemeriksaan didefinisikan sebagai


suatu proses untuk menentukan kecukupan, keefektifan dan ketepatan waktu
tindakan tindakan koreksi yang dilakukan oleh manajemen terhadap rekomendasi

3
dari temuan pemeriksaan yang dilaporkan Termasuk temuan temuan yang berkaitan
yang diperoleh oleh pemeriksa baik intern maupun ekstern.1

Dalam standar profesi disebutkan bahwa pemeriksa intern harus melakukan


tindak lanjut untuk memastikan apakah tindakan koreksi telah dilakukan oleh
manajemen atas temuan yang dilaporkan kewajiban atau tanggung jawab untuk
melaksanakan tindak lanjut oleh unit pemeriksa intern harus dicantumkan dalam
piagam pengukuhan wewenang dan tanggung jawab pemeriksa intern (audit charter)

Pemeriksa intern harus memasukan kegiatan tindak lanjut di dalam perencanaan


jangka panjang dan perencanaan tahunan Dalam pelaksanaannya pemeriksa intern
perlu menyusun prosedur kerja pelaksanaan tindak lanjut dengan berdasarkan
pertimbangan risiko, kegagalannya, disamping tingkat kesulitan dan pentingnya
ketepatan waktu pelaksanaan koreksi

Penentuan tindakan koreksi yang akan diambil dalam melaksanakan


rekomendasi dan temuan pemeriksaan yang dilaporkan merupakan tanggung jawab
manajemen unit yang diperiksa. Pemeriksa intern bertanggung jawab untuk
memberikan jalan keluar bagi manajemen untuk mengambil tindakan koreksi
sehingga pelaksanaannya dapat tepat waktu Dalam memutuskan perluasan tindak
lanjut, pemeriksa intern harus mempertimbangkan pelaksanaan prosedur dengan
sifat tindak lanjut yang sama oleh pihak lain dalam organisasi
Manajemen senior dapat menutuskan untuk tidak melakukan tindakan koreksi
atas temuan yang dilaporkan dan menerima risiko karena tidak dilaksanakan
tindakan koreksi tersebut.2 Pertimbangan untuk tidak melakukan tindakan koreksi
tersebut dapat disebabkan oleh pertimbangan biaya ataupun pertimbangan lainnya,
dan untuk melakukan hal ini manejemen senior harus melaporkan keputusannya
pada dewan direksi

1
Akmal 2006 Pemeriksaan Intern (internal Audit) Jakarta PT INDEKS Kelompok
Gramedia.

2
Hiro Tugitan 1997 Stundar Profesional Audit Internat Yogyakarta :Kanisius

4
Di dalam menentukan prosedur tindak lanjut yang tepat terdapat berbagai faktor
yang harus dipertimbangkan. Menurut Hiro (1997) faktor faktor tersebut adalah:3
1 Pentingnya temuan yang dilaporkan
2 Tingkat usaha dan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk memperbaiki
kondisi yang dilaporkan
3. Risiko yang mungkin terjadi jika tindakan korektif yang dilakukan
dan ternyata hasilnya tidak berhasil (gagal)
4 Tingkat kesulitan pelaksanaan tindakan koreksi
5. Jangka waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tindakan koreksi Untuk
temuan pemeriksaan yang dianggap penting manajemen harus melaksanakan
tindakan koreksi sesegera mungkin. Selain itu pemeriksa intern harus terus
memonitor tindakan koreksi yang dilakukan manajemen tersebut karena dapat
terjadi berbagai akibat yang mungkin ditimbulkan dari dampak tersebut sangat besar
sehingga diperlukan tindakan koreksi secepatnya
Ada kemungkinan dalam pelaksanaan pemeriksaan unit pemeriksa mtern
memandang tindakan koreksi alch managemen telah cukup dilakukan jika
dibandingkan secara relatif dengan pentingnya temuan pemeriksaan. Dalam hal-hal
tertentu tindak lanjut dapat dilaksanakan sebagai bagian dari pemeriksaan yang akan
dilakukan kemudian.
Prosedur untuk penjadwalan melaksanakan tindak lanjut harus didasarkan pada
risiko dan kerugian yang terkait juga tingkat kesulitan dan perlunya ketepatan waktu
dalam penerapan tindakan korektuf.4 Lebih tanjut Akmal (2006) menjelaskan
prosedur untuk melaksankan tindak lanjut adalah sebagai berikut:5
1. Memberikan batas waktu yang disediakan bagi manajemen untuk melaksanakan
tindakan korek
2. Melakukan evaluasi terhadap laporan tindakan koreksi yang dilakukan
manajemen
3. Melakukan verifikasi terhadap tindakan koreksi yang dilakukan manajemen.
4. Melakukan pemeriksaan terhadap tindak lanjut jika diperlukan.

3
Ibid
4
Ibid
5
Akmal,Opcit

5
Untuk tindakan koreksi yang kurang memuaskan dapat melaporkan pada
tingkatan manajemen yang sesuai termasuk risiko yang masih ada untuk
memberikan tindakan tambahan sehingga tindakan koreksi menjadi memuaskan

B. Prinsip-Prinsip ACT
Prisip-prinsip Act atau perbaikan berkelanjutan sebagai salah satu pilar mutu untuk
memperbaiki kondisi dari ketujuh komponen Act menuju organisasi bermutu total,
dilakukan dengan cara berikut

1. Mengkaji proses, dimaksudkan untuk memberikan nilai tambah pada proses


kerja sehingga menghasilkan keluaran yang bermuta.
2. Membuat model masukan-keluaran, untuk mengetahui kinerja sebuah proses
sehingga dapat memastikan kemampuan memenuhi permintaan kostumer,
mengkoreks masalah proses sebelum masalah tersebut mempengaruhi keluaran.
memperbaiki proses untuk memenuhi perubahan kebutuhan kostumer,
Melakukan perbaikian berkelanjutan dengan teknik mengapa dan teknik
benchmarking

Teknik mengapa digunakan untuk membantu menemukan akar penyebab masalah


Teknik diwali dengan bertanya mengapa sebuah masalah terjadi dan berulang-ulang
ditanyakan mengapa masalah itu terjadi sampai diketemukan penyebab dasarnya
(Jerome S. Arcaro, 2002, hal 2005).6Sedangkan Teknik benchmarking, bertujuan untuk
memperoleh keunggulan kompetitif untuk mengidentifikasi, mengukur dan menyamai
atau melebihi praktik praktik terbaik baik di dalam maupun di luar sekolah
Benchmarking memungkinkan Anda untuk mendapatkan pandangan baru terhadap
praktik praktik standar, mengidentifikasi tujuan-tujuan keunggulan, dan memfasilitasi
proses perbaikan kaizen.

C. Faktor-faktor Yang Berpotensi Mengalami ACT


Menurut Jerome S. Arcaro ada lima pilar mutu yang sangat menentukan bagi
organisasi yang bermutu total, yaitu:

1) fokus pada kostumer,

6
Arcaro, Jerome S. 2005. PENDIDIKAN BERBASIS MUTU.PRINSIP-PRINSIP
PERUMUSAN DAN TATA LANGKAH. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

6
2) keterlibatan total,
3) pengukuran,
4) komitmen,
5) perbaikan berkelanjutan.

Implementasi kelima pilar mutu akan menghasilkan organisasi yang bermutu


tinggi dengan tidak dipisah pisahkan, ibarat membangun rumah maka kelima hal
tersebut bagaikan pilar yang kuat bagi terwujudnya rumah yang indah dan berharga
mahal

Terwujudnya organisasi yang bermutu total sangat membutuhkan proses tahapan


yang cukup panjang. Oleh karena itu, satu pilar mutu yang dibangun adalah bagaimana
melakukan perbaikan berkelanjutan terhadap sistem mutu yang dikembangkan oleh
organisasi tersebut.

Perbaikan berkelanjutan atau act sebagai salah satu pilar mutu dalam
mewujudkan organisasi yang bermutu total difokuskan pada tujuh faktor, meliputi:

1) iklim yang kondusif,


2) keterlibatan stakeholders sebagai pelanggan internal dan eksternal dalam
perencananaan mutu,
3) tercapainya harapan terhadap hasil,
4) kesempatan, tanggung jawab dan partisipasi karyawan,
5) pemberian ganjaran dan insentif,
6) tatatertib dan disiplin organisasi,
7) pelaksanaan SOP dan proses kerja karyawan.

Untuk melakukan perbaikan berkelanjutan dalam tujuh komponen di atas perlu


diidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari masing-masing komponen. Pemecahan
masalah untuk mewujudkan organisasi bermutu dengan pendekatan manajemen mutu
terpadu diarahkan pada upaya mengubah kelemahan menjadi peluang dengan
menggunakan siklus pemecahan masalah.78

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Perilaku Berbahaya


7
Nuri aslami,2020 pengantar system manajemen mutu perspektif islam
8
Arcaro, Jerome S. 2005. Pendidikan Berbasis Mutu. Prinsip-prinsp Perumusan dan Tata
Langkah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

7
Menurut Sanders (1993), perilaku berbahaya terjadi melalui tiga fase yang bekerja
secara bertahap, yaitu:

1) Tingkat Manajemen

Manajemen sangat mempengaruhi terbentuknya tindakan tidak aman.


Diantaranya dengan tidak tegasnya program kesehatan dan keselamatan kerja di
perusahaan dan perawatan terhadap mesin-mesin yang digunakan.

2) Aspek-aspek lingkungan fisik, psikologis, dan sosiologis dari pekerjaan.

Lingkungan fisik seperti temperature ruang kerja, taraf kebisingan, iluminasi,


kelembaban, dan tata letak ruang kerja, desain peralatan seperti control, display,
kesesuaian, peringatan terhadap bahaya, bahaya aliran listrik, bahaya mesin, dan lain-
lain. Sedangkan lingkungan sosial dan psikologis seperti norma kelompok, komunikasi
antar kelompok, semangat kerja, serikat pekerja, dan sebagainya. Aspek-aspek
lingkungan fisik, psikologis, dan sosiologis dari pekerjaan akan mempengaruhi tingkat
kelelahan, konsentrasi, dan keleluasan ruang gerak pekerja.

3) Individu

Karakteristik individu dapat mempengaruhi perilakunya dalam bekerja.

Unsur-unsur karakteristik individu antara lain taraf kemampuan, kesadaran,


pengalaman, training, kepribadian, kemampuan fisik, usia, fatigue atau kelelahan,
motivasi, kecanduan, kecerdasan, kepuasan kerja, dan sebagainya. Ketiga fase tersebut
saling mempengaruhi, fase pertama mempengaruhi fase kedua, dan fase kedua
mempengaruhi fase ketiga (Winarsunu, 2008).

Faktor-faktor Personal

a. Kemampuan kognitif

Anggapan bahwa kecerdasan berhubungan secara negative dengan kecelakaan kerja


masih sangat lemah karena beberapa penelitian menemukan bahwa tingkat kecerdasan
akan berhubungan dengan kecelakaan kerja hanya pada jenis pekerjaan tertentu.
Kemampuan kognitif seperti persepsi, memori, proses memahami informasi, dan
pertimbangan termasuk dalam kinerja pada hamper semua jenis pekerjaan. Kesalahan-

8
kesalahan (error) dan lupa (lapses) di dalam fungsi-fungsi kognitid menyebabkan
timbulnya situasi berbahaya.

1. Kesehatan

Pekerja yang sedang sakit atau memiliki kesehatan yang buruk cenderung
mendapatkan kecelakaan kerja lebih tinggi. Salah satu kelemahan fisik yang
berhubungan dengan kecelakaan kerja adalah penglihatan yang tidak baik.

2. Kelelahan

Kelelahan bisa menjadi penyebab menurunnya produksi dan meningkatkan peluang


terjadinya kecelakaan kerja. sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara
frekuensi terjadinya kecelakaan kerja dengan taraf produksi yang dihasilkan pada suatu
perusahaan.

3. Pengalaman Kerja

Training keselamatan yang komprehensif pada pekerja baru sebelum di tempatkan


pada posisi kerjanya sangat diperlukan. Tetapi hal ini tidaklah cukup hanya member
training tentang kemampuan dan keterampilan khusus yang dibutuhkan untuk
mengerjakan tugas-tugasnya saja. Tetapi juga harus diberikan aturan-aturan
keselamatan kerja dan ditingkatkan sikapnya untuk bekerja secara aman.

4. Karakteristik Kepribadian

Terdapat sebuah keyakinan bahwa faktor kepribadiaan dapat meningkatkan


kecenderungan orang mendapatkan kecelakaan kerja. Emosi yang tidak stabil,
menentang kekuasaan, kecemasan yang tingi, dan tidak bersahabat dengan orang lain
dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan berulang. Dalam teori accident proneness
personality, terdapat hipotesis bahwa beberapa orang tertentu memiliki kecenderungan
yang lebih besar untuk mendapatkan kecelakaan dari pada yang lain karena adanya
seperangkat karakteristik konstitusional yang khas dan menetap pada individu.

Namun teori ini sulit dibuktikan, karena jika dilakukan penelitian pada jenis
industri yang berbeda, dengan dua orang yang memiliki kepribadian yang sama, maka
orang yang bekerja pada industri berbahaya yang akan memiliki kecenderungan lebih
besar mengalami kecelakaan kerja. jadi, kecelakaan lebih karena kesempatan, bukan

9
karena karakteristik pribadi. Dalam teori accident liability, seseorang cenderung
mendapatkan kecelakaan kerja bukan karena karakteristik kepribadian, melainkan
karena individu berada dalam situasi kerja khusu yang bisa berubah-ubah sepanjang
waktu. 9

A. Tindakan Pada Act


a. Tindak Lanjut Manajemen Mutu (Act)

Tahap tindakan perbaikan (act), terdiri dari beberapa langkah, yaitu


menindaklanjuti hasil untuk perbaikan yang diperlukan yang berarti meninjau seluruh
dan memodifikasi proses untuk memperbaikinya, dan menindaklanjuti hasil, yang
berarti melakukan standarisasi perubahan seperti merevisi proses yang sudah diperbaiki,
memodifikasi standar, prosedur dan kebijakan yang ada.

Ada 2 jenis tindakan yang harus dilakukan berdasarkan hasil yang dicapainya,
antara lain:

1. Tindakan perbaikan (corrective action) yang berupa solusi terhadap masalah


yang dihadapi dalam pencapaian target. Tindakan perbaikan perlu diambil jika
hasilnya tidak mencapai apa yang telahditargetkan.
2. Tindakan standarisasi (standarization action), yaitu tindakan untuk
menstadarisasikan cara ataupun praktek terbaik yang telah dilakukan. Tindakan
standarisasi in dilakukan jika hasilnya mencapai target yang telah ditetapkan.
Seperti mempertimbangkan area mana saja yang mungkin diterapkan, merevisi
proses yang sudah diperbaiki, melakukan modifikasi standar, prosedur dan
kebijakan yang ada, mengkomunikasikan kepada seluruh staf, pelanggan dan
supplier atas perubahan yang dilakukan apabila diperlukan, mengembangkan
rencana yang jelas, dan mendokumentasikan proyek. Selain itu, juga perlu
memonitor perubahan dengan melakukan pengukuran dan pengendalian proses
secara teratur.

Dari dua point di atas dapat diketahui bahwa act merupakan bentuk Menindak
lanjuti atas apa yang didapatkan selama tahap pengecekan. Arti lainnya adalah

9
Analisis faktor-faktor tindak lanjut, Ayu Diah Pratiwi, FKM UI, 2012

10
mencapai tujuan dan menstandarisasikan proses atau belajar dari pengalaman untuk
memulai lagi pada kondisi yang tepal.10

Menindaklan juti hasil untuk membuat perbaikan yang diperlukan. Ini berarti
juga meninjau seluruh langkah dan memodifikasi proses untuk nemperbaikinya sebelum
implementasi berikutnya. Menindaklanjuti hasil berarti melakukan standarisasi
perubahan, seperti mempertimbanskan area mana saja yang mungkin diterapkan,
merevisi proses yang sudah diperbaliki, melakukan modifikasi standar; prosedur dan
kebijakan yang ada, mengkomunikasikan kepada seluruh staf, pelanggan dan supplier
atas perubahan yang dilakukan apabila diperlukan, mengembangkan rencana yang jelas,
dan mendokumentasikan proyek. Selain itu, juga perlu memonitor perubahan dengan
melakukan pengukuran dan pengendalian proses secara teratur.

Siklus tersebut akan kembali lagi ke tahap perencanaan (Plan) untuk melakukan
peningkatan proses selanjutnya sehingga terjadi siklus peningkatan proses yang terus
menerus (Continuous Process Improvement).1112

B. ACT Dalam Persefektif Islam


A. Dalam Alqur'an

Dalam sudut pandang Islam mengenai konsep check and action diistilahkan
dengan menggunakan kata at-tadbir (Penindaklanjutan), at-tadbir menurut bahasa
indonesia perihal mengurus atau mengatur (memimpin, mengelola); pemerintahan;
administrasi . Kata ini berasal dari kata dabbara (mengatur) yang banyak terdapat dalam
Alquran seperti firman Allah swt. yang artinya:

Artinya: "Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik
kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu:
(QS. As-Sajdah ayat 5)

Dari isi kandungan diatas dapatlah diketahui bahwa Allah swt. adalah pengatur
alam (Al-Mudabbir/manager). Keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran
Allah swt. dalam mengelola alam ini. Namun, karena manusia yang diciptakan
10
Nuri aslami,2020 pengantar system manajemen mutu perspektif islam
11
GasperZ,Vincent. 2001.Penerapan Total Quality Management in Education. Jakarta :
Gramedia. Hal. 50-53
12
Finna aqhninna,wiedy martini. Jurnal Informasi Dan Komunikasi Administrasi Perkantoran
Volume 4, No.3, Agustus 2020

11
dijadikan sebagai khalifah di bumi, maka dia harus mengatur dan mengelola bumi
dengan sebaik- baiknya sebagaima Allah mengatur alam raya ini.

Hal ini berbeda dengan perilaku dalam manajemen konvensional yang sama
sekali tidak terkait bahkan terlepas dari nilai-nilai tauhid orang-orang yang menerapkan
manajemen konvensional tidak merasa adanya pengawasan melekat, kecuali dari
atasannya. Setiap kegiatan dalam manajemen syariah diupayakan menjadi amal saleh
yang bernilai abadi.

2. Menurut Kajian Hadis

Nabi bersabda: "sesunguhnya Allah mewajibkan perbuatan yang dilakukan


dengan baik dalam segala hal, jika kamu membunuhbinatang maka lakukanlah dengan
cara yang baik jika kamu mau menyembelih mnaka sembelihlah dengan cara yang baik,
pertajamlah alat potongnya, kemudian istirahatkanlah binatangnya" (matan bain Muslim
3615, Turmudzi 1329, Abu Daud 2432, Ibnu Majah 3161, Ahmad 16490). Darimi
1888).

Kata ihsan bermakna melakukan sesuatu dengan baik, secara maksimal dan
optimal. Bahkan dalam hadis itu pada penyembelihan binatang, harus dilakukan dengan
cara yang baik dan hati-hati dan dikaitkan denngan agama, yaitu harus disertai dengan
sebutan nama Allah sebelum menyembelih. Jika tidak menyebutkannya maka
penyembelihan tidak sah.ini menunjukkan bahwa dalam segala sesuatu tidak boleh
gegabah dan melakukan seenak hati. Dengan inatang maupun dengan musuh sekalipun
umat Islam tetap dianjurkan berperilaku baik dan penuh etika, apalagi terhadap sesama
muslim.1314

Jika dikaitkan dengan manajemen secara umum, maka hadis tersebut


menganjurkan pada umat Islam agar mengerjakan sesuatu dengan baik dan selalu ada
peningkatan nilai dari jelek menjadi baik, dari baik menjadi lebih baik. Manajemen
adalah melakukan sesuatu agar lebih baik. Perbuatan yang baik dilandasi dengan niat
atau rencana yang baik, tata cara pelaksanaan sesuai syariat dan dilakukan dengan
penuh kesungguhan dan tidak asl-asalan sehingga tidak bermanfaRasulullah bersabda:

13
Nuri aslami,2020 pengantar system manajemen mutu perspektif islam
14
Prenada Media. Hal. 43-44. Amiruddin. 2007. Pendekatan Mutu dan Kepuasan dalam
Pelayanan. Jakarta

12
"Diantara baiknya, indahnya keislaman seseorang adalah meninggalkan perbuatan yang
tidak bermanfaat." (Matan lain: Ibnu Majah 3966)

Perbuatan yang tidak ada manfaatnya adalah sama dengan perbuatan yang tidak
pernah direncanakan. Jika perbuatan itu tidak direncanakan, maka tidak termasuk dalam
kategori yang baik. Adapun langkah-lagkah menerapkan manajemen syan'ah yang
berkualitas adalah DEkerja dengan sungguh-sungguh, dilakukan secara terus-menerus,
dan tidak asal-asalan, dilakukan secara bersama-sama, dan mau belajar dari kegagalan
diri dan keberhasilan orang lain.

F. CONTOH PROGRAM TINDAK LANJUT

Evaluasi Program dan Tindak Lanjut adalah salah satu komponen manajemen
program yang esensial dalam program bimbingan dan konseling. Evaluasi merupakan
pengukuran ketercapaian program pendidikan, perencanaan suatu program substansi
pendidikan. Pada Kurikulum Berbasis Kompetensi, komponen penilaiannya dikenal
dengan Penilaian Berbasis Kelas. Hasil penilaian sikap perlu dimanfaatkan dan ditindak
lanjuti. Hasil pengukuran dan penilaian sikap anak didik dalam kelas, tujuan utamanya
bukanlah untuk dilaporkan dalam bentuk angka, seperti nilai penguasaan pengetahuan
(domain kognitif) atau keterampilan (domain psikomotor). Secara terperinci, hasil
pengukuran dan penilaian sikap dalam kelas dapat dimanfaatkan untuk hal-hal sebagai
berikut:

1. Pembinaan sikap anak didik, baik secara pribadi maupun klasikal, perlu
memperhatikan teori pembentukan dan perubahan sikap. Sebagian dari teori itu
telah dijelaskan penilaian bagian awal dari naskah pedoman ini.
2. Perbaikan proses pembelajaran, misalnya secara umum anak didik menunjukkan
sikap negatif terhadap pokok bahasan atau mata pelajaran tertentu, ada
kemungkinan anak didik belum dapat menyerap dengan benar materi pelajaran
dan belum dapat memahami dengan benar konsep-konsepnya. Dalam hal ini,
pendidik perlu mengkaji lebih mendalam dan mungkin purlu memberikan
perhatian khusus dan penekanan-penekanan tertentu dalamproses pembelajaran.
3. Peningkatan profesionalitas pendidik. Hasil pengukuran dan penilaian sikap
dapat dimanfaatkan pula dalam rangka pembinaan profesionalisme pendidik.
Berdasarkan hasil pengukuran dan penilaian sikap, pendidik dapat memperoleh

13
informasi tentang kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya berdasarkan
persepsi anak didik. Informasi tersebut sangat bermanfaat dalam rangka
melakukan upaya-upaya perbaikan dan peningkatan kualitas pribadi dan
kemampuan profesional pendidikan. 15

TUJUAN PROGRAM TINDAK LANJUT

Tujuan Progam Tindak Lanjut Tujuan dari kegiatan tindak lanjut adalah untuk
mengoptimalkan hasil belajar anak didik. Berikut ini beberapa kegiatan tindak lanjut
yang dapat dilakukan pendidik dalam upaya mengoptimalkan penguasaan anak didik
(Ruhimat, 2007).

1. Memberikan tugas atau latihan yang harus dikerjakan di rumah Dalam


memberikan tugas dan latihan pendidik perlu memperhatikan waktu yang
tersedia dan kemampuan yang dimiliki anak didik. Setiap pemberian tugas
kepada anak didik harus berorientasi pada kompetensi yang harus dicapai dan
memberikan manfaat bagi anak didik.
2. Membahas kembali materi pelajaran yang belum dikuasai anak didik Sebagai
tindak lanjut dari adanya kemampuan yang belum dikuasai anak didik, pendidik
hendaknya merancang kegiatan untuk membantu anak didik menguasai
kemampuan yang belum dikuasanya.
3. Membaca materi dari sumber lain Kegiatan ini dapat ditugaskan kepada anak
didik yang belum ataupun yang sudah menguasai kompetensi yang telah
ditetapkan.
4. Memberikan motivasi atau bimbingan belajar Pendidik hendaknya memberikan
bimbingan kepada anak didik agar mereka mampu memperbaiki kekurangannya.
Bimbingan tersebut dapat berupa arahan atau petunjuk yang jelas kepada anak
didik sehingga tugas yang diberikan dapat diselesaikan secara maksimal.
5. Menginformasikan topik yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya Hal ini
dilakukan untuk membimbing atau mengarahkan anak didik dalam kegiatan
belajar yang dilakukan di luar jam pelajaran

CARA CARA MENENTUKAN MASALAH BELAJAR

15
S Muhammad Zain. 2017. Ekonomi dan Bisnis Islam. D7uikkkepok: PT RajaGrafindo
Persada. Hal. 115-116.

14
Program pembelajaran merupakan hal yang kompleks. Belajar di sekolah terkait
dengan beberapa hal. Dalam bertindak belajar, anak didik berhubungan dengan
pendidik, bahan belajar, pemerolehan pengetahuan dan pengalaman, dan tata cara
evaluasi belajar. Di samping itu, anak didik secara intern menghadapi disiplin,
kebiasaan dan semangat belajarnya Belajar sendiri.16

1. Pengamatan Perilaku Belajar Pendidik selaku pembelajar bertindak


membelajarkan, dengan mengajar. Pendidik selaku pengamat, melakukan
pengamatan terhadap perilaku anak didik dalam pengamatan tersebut pendidik
juga mewawancarai anak didik atau teman belajarnya. Jadi ada perbedaan peran
pendidik, yaitu peran membelajarkan dan peran pengamat untuk menemukan
masalah-masalah belajar.bila masalah anak didik ditemukan, maka sebagai
pendidik, pendidik berusaha membantu memecahkan msalah belajar.
2. Analisis hasil belajar Analisis hasil belajar anak didik merupakan pekerjaan
khusus. Hal ini pada tempatnya dikuasai dan dikerjakan oleh pendidik. Dalam
menganalisis hasil belajar pendidik memulai sejak awal semester, sejalan dengan
desain instuksional.
3. Tes Hasil Belajar Pada penggal proses belajar dilancarkan tes hasil
belajar.adapaun jenis tes yang digunakan umumnya digolongkan sebagai tes
lisan dan tes tertulis. Tes tertulis terdiri dari tes esai dan tes objektil.

FAKTOR FAKTOR MASALAH BELAJAR

Belajar Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang


tidak disukai adanya,menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin
atau perlu dihilangkan. Pendidik telah mengajar dengan baik. Ada anak didik belajar
dengan giat. Ada anak didik pura- pura belajar. Ada anak didik belajar setengah hati.
Bahkan ada anak didik yang tidak belajar. Dilihat dari hal-hal tersesbut dapat ditemukan
adanya masalah-masalah belajar yang dialami oleh anak didik.oelh sebab itu factor
masalah belajar di bagi menjadi :

1. Faktor Internal

16
Amiruddin. 2007. Pendekatan Mutu dan Kepuasan dalam Pelayanan. Jakarta: Prenada Media.

15
Faktor yang berasal dari anak didik itu sendiri, tanpa adanya dorongan dari luar
dalam hal belajar yang di lakukanya selama ini. Faktor interm yang dialami dan dihayati
oleh anak didik yang berpengaruh pada proses belajar seperti:

a. Sikap terhadap Belajar

b. Motivasi Belajar

c Konsentrasi Belajar

d. Mengolah Bahan Belajar

e Menyimpan Perolehan Hasil Belajar

f.Kebiasaan belajar 17

2 Fator Ekternal

Proses belajar didorong oleh motivasi intrinsik anak didik. Dengan kata lain
aktivitas belajar dapat meningkat bila program pembelajaran disusun dengan baik.
Program pembelajar sebagai rekayasa pendidikan pendidik disekolah merupakan faktor
ekstern belajar. Faktor-faktor ekstern tersebut adalah sebagai berikut:

a Pendidik sebagai Pembina Anak didik Belajar

b. Prasarana dan Sarana Pembelajaran

C Lingkungan Sosial Anak didik di Sekolah

d. Kebijakan Penilaian

e. Kurikulum Sekolah

Program pembelajaran merupakan hal yang kompleks. Belajar di sekolah terkait dengan
beberapa hal. Dalam bertindak belajar, anak didik berhubungan dengan pendidik, bahan
belajar, pemerolehan pengetahuan dan pengalaman, dan tata cara evaluasi belajar. Di
samping itu, anak didik secara intern menghadapi disiplin, kebiasaan dan semangat
belajarnya Belajar sendiri.

1. Pengamatan Perilaku Belajar

Arcaro, Jerome S. 2005. Pendidikan Berbasis Mutu. Prinsip-prinsp Perumusan dan Tata
17

Langkah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

16
Pendidik selaku pembelajar bertindak membelajarkan, dengan mengajar.
Pendidik selaku pengamat, melakukan pengamatan terhadap perilaku anak didik
dalam pengamatan tersebut pendidik juga mewawancarai anak didik atau teman
belajarnya. Jadi ada perbedaan peran pendidik, yaitu peran membelajarkan dan
peran pengamat untuk menemukan masalah-masalah belajar.bila masalah anak
didik ditemukan, maka sebagai pendidik, pendidik berusaha membantu
memecahkan msalah belajar.
2. Analisis hasil belajar
Analisis hasil belajar anak didik merupakan pekerjaan khusus. Hal ini pada
tempatnya dikuasai dan dikerjakan oleh pendidik. Dalam menganalisis hasil
belajar pendidik memulai sejak awal semester, sejalan dengan desain
instuksional.
3. Tes Hasil Belajar
Pada penggal proses belajar dilancarkan tes hasil belajar.adapaun jenis tes yang
digunakan umumnya digolongkan sebagai tes lisan dan tes tertulis. Tes tertulis
terdiri dari tes esai dan tes objektil. 1819

Langkah Kegiatan Di Dalam Tindak Lanjut Evaluasi Hasil Pembelajaran

Kegiatan dalam tindak lanjut evaluasi hasil pembelajaran berdasarkan hasil-hasil


evaluasi yang telah dilakukan, pendidik dapat merancang kegiatan tindak lanjut yang
perlu dilakukan baik berupa perbaikan (remedial) bagi anak didik-anak didik tertentu,
maupun berupa penyempurnaan program pembelajaran.Penjelasan lebih lanjut tentang
kegiatan tersebut dapat diuraikan berdasarkan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Identifikasi kelebihan dan kelemahan laporan hasil evaluasi pembelajaran.

Laporan hasil pembelajaran perlu dilihat dan dipelajari oleh pengambil


kebijakan pendidikan. Dengan melihat hasil laporan tersebut maka dapat diidentifikasi
apakah pembelajaran selama ini sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dengan
mengetahui hasil laporan maka kelemahan-kelemahan yang terjadi di dalam
pembelajaran akan teridentifikasi secara baik.

18
Gasper z, Vincent. 2001. Penerapan Total Quality Management in Education. Jakarta :
Gramedia
19
Akmal. 2006. Pemeriksaan Intern (Internal Audit). Jakarta : PT. INDEKS Kelompok
Gramedia

17
2 Peningkatan hasil belajar

Setelah mengetahui berbagai bentuk kegagalan yang ada maka perlu diadakan
peningkatan pembelajaran. Proses pembelajaran yang maksimal akan mengakibatkan
hasil belajar yang baik. Atau dengan solusi yang kita ajukan haruslah mengarah pada
upaya untuk menanggulangi kegagalan dan menguatkan pendukung keberhasilan belajar
peserta didik.

3. Merancang program pembelajaran remidi (perbaikan).

Program pembelajaran remidi diberikan hanya untuk kompetensi tertentu yang


belum dikuasai oleh peserta didik. Program ini dilakukan setelah peserta didik setelah
peserta didik mengikuti tes atau ujian kompetensi tertentu, tetapi peserta didik tersebut
mendapatkan sekor nilai di bawah standar minimal yang telah ditetapkan.20

20
Zain, Muhammad. 2017. Ekonomi dan Bisnis Islam. Depok: PT RajaGrafindo Persada.

18
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Pada Makalah ini kita dapat mengetahui apa itu pengertian act (tindak lanjut),
Prinsip-prinsip Act tindak lanjut, Faktor-kator yang berpotensi mengalami act, tindakan
pada act, act dalam perspektif islam dan mengetahui contoh dari sebuah program tindak
lanjut.

DAFTAR PUSTAKA
Akmal 2006 Pemeriksaan Intern (Internal Audit) Jakarta PT INDEKS

Kelompok Gramedia Amiruddin 2007 Pendekatan Mutu dan Kepuasan dalam


Pelayanan Jakarta Prenada Media

Arcaro, Jerome S 2005 Pendidikan Berbasis Mutu Prinsip-prinsp Perumusan dan Tata
Langkah Yogyakarta Pustaka Pelajar Offset

Gasper z Vincent 2001 Penerapan Total Quality Management in Education Jakarta


Gramedia

Tugiman, Hiro. 1997. Standar Profesional Audit Internal Yogyakarta

Kanisius Zain, Muhammad. 2017. Ekonomi dan Bisnis Islam Depok PT RajaGrafindo
Persada

19

Anda mungkin juga menyukai