Act adalah siklus atau lanjutan dari c atau check yang merupakan dari bagian PDCA.
Artinya melakukan evaluasi total terhadap hasil SASARAN dan PROSES dan menindaklanjuti
dengan perbaikan-perbaikan. Jika ternyata apa yang telah kita kerjakan masih ada yang kurang
atau belum sempurna, segera melakukan action untuk memperbaikinya. Proses ACT ini sangat
penting artinya sebelum kita melangkah lebih jauh keproses perbaikan selanjutnya.
Prisip-prinsip Act atau perbaikan berkelanjutan sebagai salah satu pilar mutu untuk memperbaiki kondisi dari ketujuh
komponen Act menuju organisasi bermutu total, dilakukan dengan cara berikut
1. Mengkaji proses, dimaksudkan untuk memberikan nilai tambah pada proses kerja sehingga menghasilkan keluaran
yang bermuta.
2. Membuat model masukan-keluaran, untuk mengetahui kinerja sebuah proses sehingga dapat memastikan kemampuan
memenuhi permintaan kostumer, mengkoreks masalah proses sebelum masalah tersebut mempengaruhi keluaran.
memperbaiki proses untuk memenuhi perubahan kebutuhan kostumer, Melakukan perbaikian berkelanjutan dengan
teknik mengapa dan teknik benchmarkin
Teknik mengapa digunakan untuk membantu menemukan akar penyebab masalah Teknik diwali dengan bertanya
mengapa sebuah masalah terjadi dan berulang-ulang ditanyakan mengapa masalah itu terjadi sampai diketemukan
penyebab dasarnya (Jerome S. Arcaro, 2002, hal 2005).Sedangkan Teknik benchmarking, bertujuan untuk
memperoleh keunggulan kompetitif untuk mengidentifikasi, mengukur dan menyamai atau melebihi praktik praktik
terbaik baik di dalam maupun di luar sekolah Benchmarking memungkinkan Anda untuk mendapatkan pandangan
baru terhadap praktik praktik standar, mengidentifikasi tujuan-tujuan keunggulan, dan memfasilitasi proses
perbaikan kaizen.
Prisip-prinsip Act
Faktor-faktor Yang Berpotensi Mengalami ACT
Menurut Jerome S. Arcaro ada lima pilar mutu yang sangat menentukan bagi organisasi yang
bermutu total, yaitu:
Perbaikan berkelanjutan atau act sebagai salah satu pilar mutu dalam mewujudkan organisasi yang bermutu total
difokuskan pada tujuh faktor, meliputi:
1. iklim yang kondusif,
2. keterlibatan stakeholders sebagai pelanggan internal dan eksternal dalam perencananaan mutu,
3. tercapainya harapan terhadap hasil,
4. kesempatan, tanggung jawab dan partisipasi karyawan,
5. pemberian ganjaran dan insentif,
6. tatatertib dan disiplin organisasi,
7. pelaksanaan SOP dan proses kerja karyawan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Perilaku Berbahaya
Menurut Sanders (1993), perilaku berbahaya terjadi melalui tiga fase yang
bekerja secara bertahap, yaitu:
1) Tingkat Manajemen
3) Individu
Faktor-faktor Personal
1. Kemampuan kognitif
A. Tindakan Pada Act
a. Tindak Lanjut Manajemen Mutu (Act)
Ada 2 jenis tindakan yang harus dilakukan berdasarkan hasil yang dicapainya, antara lain:
1. Tindakan perbaikan (corrective action)
2. Tindakan standarisasi (standarization action),
ACT Dalam Persefektif Islam
1. Dalam Alqur'an
2. Menurut Kajian Hadis
Tujuan Progam Tindak Lanjut Tujuan dari kegiatan tindak lanjut adalah untuk mengoptimalkan hasil
belajar anak didik. Berikut ini beberapa kegiatan tindak lanjut yang dapat dilakukan pendidik dalam upaya
mengoptimalkan penguasaan anak didik (Ruhimat, 2007).
THA
NK
YOU