Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ASBABUN NUZUL

DOSEN PRNGAMPU : AHMAD RIADY DAULAY

DI BUAT

O
L
E
H

KELOMPOK 5 :

1. 5.Bayu Lazuardi (0506202068)


2. Eko Purnomo (0506202051)
3. Nadia aprilia (0506202044)
4. Nur Halisah Fajarini (0506202040)
5. Putri Ramadhani (0506202033)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


(FEBI)
JURUSAN MANAJEMEN
MANAJEMEN 1/B
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
TA : 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah AL
QURAN.tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang
syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulisan makalah berjudul ”Asbabun Nuzul” dapat diselesaikan karena bantuan


banyak pihak.Kami berharap makalah tentang asbabun Nuzul dapat menjadi tugas
makalah yang cukup baik.Selain itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan
sudut pandang baru setelah membaca makalah ini.

Kami menyadari makalah berjudul Asbabun Nuzul ini masih memerlukan


penyempurnaan, terutama pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan
saran pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini, kami memohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah Asbabun Nuzul ini
dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................3
A. Latar Belakang.............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................5
A. Pengertian Asbābun Nuzūl...........................................................................................5
B. Urgensi Asbābun Nuzūl dalam Memahami Al Quran.................................................6
C. Cara-cara mengetahui Asbabun-nuzul.........................................................................7
BAB III PENUTUP..............................................................................................................12
A. Simpulan....................................................................................................................13
B. Saran...........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................14

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan pedoman hidup bagi seluruh umat manusia yang
diwahyukan secara berangsur-angsur dan bertahap kepada Nabi Muhammad SAW.
Pengembagan studi keislaman yang berkaitan dengan al-Qur’an dapat ditempuh di
antaranya dengan pendekatan sosio-historis. Aplikasi pendekatan tersebut
memungkinkan penemuan nilai-nilai dan makna substansial dalam al-Qur’an. Ayat-ayat
al-Qur’an dapat dikategorikan menjadi dua kelompok menurut sebab turunnya ayat.
Pertama, ayat yang turun dengan adanya sebab; kedua, ayat yang turun tanpa sebab atau
peristiwa yang melatarbelakanginya, seperti ayat-ayat yang menceritakan umat
terdahulu, berita-berita alam ghaib, gambaran alam barzakh, persaksian alam
kebagkitan, keadaan hari kiamat dan sebagainya
Pada masa Rasulullah, banyak peristiwa terjadi yang belum diketahui hukumnya
menurut islam. Beberapa sahabat juga sering bertanya kepada Rasulullah tentang
sesuatu yang belum mereka pahami. Kemudian mereka bertanya kepada Rasulullah
untuk mengetahui hukum Islam mengenai hal itu. Maka al-Qur’an turun untuk
menjelaskan atau menunjukkan hukum atas peristiwa atau pertanyaan yang muncul
tersebut. Jawaban dari al-Qur’an merupakan pedoman hidup bagi umat manusia. Itulah
yang kemudian disebut dengan Asbabun Nuzul, yaitu sebab-sebab turunya ayat-ayat al-
Qur’an. Untuk lebih mengetahui atau memahami maksud al-Qur’an secara utuh maka
lebih utama jika mengetahui tentang Asbabun Nuzul. Pengenmbangan studi keislaaman
yang berkaitan dengan al-Qur’an dapat ditempuh diantaranya dengan pendekatan Sosio-
historis.

3
Pendekatan ini memungkinkan penemuan nilai-nilai dan makna substansial dalam
al-Qur’an yang terangkum dalam Asbabun Nuzul, yakni sesuatu yang disebabkan
olehnya diturunkan suatu ayat atau beberapa ayat yang mengandung peristiwa, atau
menerangkan hukumnya pada saat terjadinya peristiwa itu. Karena  kita bisa salah
menangkap pesan-pesan Al-Qur’an secara utuh, jika hanya memahami dari bahasanya
saja secara tekstual tanpa memahami konteks Sosio-historisnya.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud Asbabun Nuzul ?
2. Apa saja bentuk urgensi Asbabun Nuzul dalam memahami Al quran ?
3. Cara-cara mengetahui asbabun nuzul?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Asbābun Nuzūl 

Asbābun Nuzūl (Arab: ‫اسباب النزول‬, Sebab-sebab Turunnya (suatu ayat)) adalah ilmu Al-


Qur'an yang membahas mengenai latar belakang atau sebab-sebab suatu atau beberapa
ayat al-Qur'an diturunkan. Pada umumnya, Asbabun Nuzul memudahkan
para Mufassir untuk menemukan tafsir dan pemahaman suatu ayat dari balik kisah
diturunkannya ayat itu. Selain itu, ada juga yang memahami ilmu ini untuk
menetapkan hukum dari hikmah di balik kisah diturunkannya suatu ayat.[1] Ibnu
Taimiyyah mengemukakan bahwa mengetahui Asbabun Nuzul suatu ayat dapat
membantu Mufassir memahami makna ayat. Pengetahuan tentang Asbabun Nuzul suatu
ayat dapat memberikan dasar yang kukuh untuk menyelami makna suatu ayat Al-
Qur’an.

Banyak pengertian terminologi yang dirumuskan para ulama,diantaranya;

1. Mana’ Al-Qhathan

“Asbabun nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunya Al-Qur’an


berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu kejadian atau berupa
pertanyaan (yang diajukan kepada Nabi).”

2. Al-Wakidi
“Asbabun nuzul adalah peristiwa sebelum turunya ayat, walaupun “sebelumnya” itu
masanya jauh, seperti adanya peristiwa gajah dengan surat Al-Fiil.”

3. Shubhi Shalih
“Asbabun nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau beberapa ayat.
Al-Qur’an (ayat-ayat) terkadang menyiratkan peristiwa itu, sebagai respons atasnya atau
sebagai penjelas terhadap hukum-hukum disaat peristiwa itu terjadi.”

5
4. Az-Zarqani
“Asbabun nuzul adalah khusus atau sesuatu yang terjadi serta ada hubunganya dengan
turunya ayat Al-Qur’an sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi.”

5. Ash-Shabuni
“Asbabun nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunnya satu atau
beberapa ayat mulia yang diajukan kepada Nabi atau kejadian yang berkaitan dengan
urusan agama.”
Dari beberapa pengertian asbab an-nuzul di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sebab
turunnya suatu ayat itu berkisar pada dua hal:
1. Bila terjadi peristiwa maka turunlah ayat Al-Qur’an mengenai peristiwa itu.
2. Bila Rasullah ditanya tentang sesuatu hal, maka turunlah ayat Al-Qur’an yang
mengenai hukumnya.

B. Urgensi Asbābun Nuzūl  dalam Memahami Al quran

Diantara urgensi  asbab an-nuzul dalam memahami al-Qur’an:


a.       Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian dalam
menangkap pesan ayat-ayat al-Qur’an, seperti pada surah Al Baqarah ayat 15,
dinyatakan bahwa timur dan barat merupakan kepunyaan Allah. Dalam kasus sholat,
dengan melihat dzohirnya ayat diatas, maka seakan-akan sesearang bebas menghadap
kemana saja sesuai kehendak hati mereka. Namun setelah melihat asbabun nuzul dari
ayat tersebut, tahapan interpretasi tersebut keliru. Sebab ayat diatas berkaitan tentang
seseorang yang sedang melakukan sholat dalam perjalanan diatas kendaraan, atau
berkaitan dengan orang yang berijtihad dalam menentukan arah kiblat.
b.      Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian umum.

Seperti dalam surat Al-An’am ayat 145 dikatakan:


Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaKu, sesuatu
yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu
bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi - karena Sesungguhnya semua itu
kotor - atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah.”(QS. Al-an’am:145)

6
Menurut Asy-Syafi’I’ pesan ayat diatas tidak bersifat umum (hasr). Untuk mengatasi
kemungkinan adanya keraguan dalam memahami ayat diatas, Asy-Syafi’i menggunakan
alat bantu Asbabunnuzul, menurutnya ayat ini diturunkan manganai orang-orang kafir
yang tidak mau memakan sesuatu, keculi terhadap apa yang mareka halalkan sendiri,
mereka menghalalkan apa yang telah diharamkan Allah dan mengharamkan apa yang
telah Allah halalkan maka turunlah ayat ini.
c.       Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat al-Qur’an,
d.      Mengidentifikasi pelaku yang menyebabkan al-Qu’an turun. Umpamanya ‘aisyah
pernah menjernihkan kekeliruan Marwan yang menunjuk Abd Rahman Ibn Abu Bakar
sebagai orang yang menyebabkan turunya ayat:”Dan orang yang mangatakan kepada
orang tuanya “cis, kumu berdua…”(Q.S. Al-Ahqaf: 17). Untuk meluruskan
persoalan,’aisyah berkata kepada Marwan; Demi Allah bukan dia yang menyebabkan
ayat itu turun. Dan aku sanggup untuk menyebutkan siapa yayang sebenarnya.”
e.       Memudahkan untuk menghapal dan memahami ayat, serta untuk memantapkan
wahyu wahyu ke dalam hati yang mendengarkannya. Sebab hubungan sebab-akibat
(musabbab), hukum, peristiwa dan pelaku,masa dan tempat merupakan satu jalinan
yang mengikat hati.

C. Cara Mengetahui Asbābun Nuzūl


“Asbab al-Nuzul” merupakan peristiwa sejarah yang terjadi pada zaman Rasulullah
Saw selaku pengemban al-Qur’an. Oleh karenanya, tidak ada cara lain untuk
mengetahuinya, selain merujuk kepada periwayatan yang diakui keabsahannya dari
orang-orang yang memiliki integritas kepribadian yang dipercaya selaku pengemban
dalam periwayatan tersebut. Orang-orang tersebut menegaskan keberadaan dirinya yang
mendengar langsung tentang turunnya al-Qur’an. Hal ini menuntut kehati-hatian dalam
menerima riwayat-riwayat yang berkaitan dengan “asbab al-Nuzul”.

Para ulama umumnya, baik dulu maupun sekarang tetap bersikap ekstra hati-hati dan
ketat dalam menerima riwayat yang berkaitan dengan“asbab al-Nuzul”. Ketetatan dan
ketelitian mereka difokuskan kepada seleksi pribadi orang yang membawa riwayat
(ruwwat), sumber riwayat (isnad) dan redaksi riwayat (matan). Al-Wahidi misalanya,
dengan tegas menyatakan:

7
‫ ووقفوا على األسباب وبحثوا عن‬,‫ال يحل القول في أسباب نزول الكتاب إال بالرواية والسماع ممن شاهدوا التنزيل‬
‫علمها وجدوا في الطلب‬.

Artinya: “Tidak dibenarkan mengemukakan pandangan terkait dengan Asbab Nuzul al-


Qur’an, kecuali berdasarkan riwayat dan informasi yang didengar langsung dari orang-
orang yang menyaksikan secara langsung peristiwa turunnya ayat, mencermati sebab-
sebab tersebut, dan bersungguh-sungguh dalam mencarinya”.

Hal ini menunjukkan bahwa tidak setiap riwayat tentang “asbab al-Nuzul” yang


dikemukakan oleh para sahabat dapat diterima begitu saja, tanpa pengecekan dan
penelitian lebih cermat.  Hal ini juga menunjukkan bahwa pengetahuan tentang “asbab
al-Nuzul” suatu ayat merupakan pekerjaan yang sulit, sehingga menimbulkan perbedaan
pendapat dikalangan para ulama tentang beberapa riwayat yang terkait dengannya. Al-
Dahlawi mengidentifikasi sumber kesulitan dalam riwayat “asbab al-Nuzul”, yaitu:

(a) Adakalanya kalangan sahabat atau tabi‘in mengemukakan suatu kisah ketika
menjelaskan suatu ayat. Tapi mereka tidak secara tegas menyatakan bahwa kisah itu
merupakan “asbab al-Nuzul”. Padahal, setelah diteliti ternyata kisah itu merupakan
sebab turunnya ayat tersebut;

(b) Adakalanya kalangan sahabat dan tabi‘in mengemukakan hukum suatu kasus dengan
mengemukakan ayat tertentu, kemudian mereka menyatakan dengan kalimat: ‫نزلت في كذا‬
...; seolah-olah mereka menyatakan bahwa peristiwa itu merupakan penyebab turunnya
ayat tersebut. Padahal, boleh jadi pernyataan itu sekedar istinbath hukum dari Nabi Saw
tentang ayat yang dikemukakan tadi.

Oleh karena itu, para ulama seperti Imam al-Hakim al-Naysaburi, Ibn al-Shalah, dan
ulama hadits lainnya menegaskan bahwa hadits yang menjadi sumber dalam
riwayat “asbab al-Nuzul” harus merupakan hadits marfu‘, bersambung sanadnya,
dan shahih dari sisi sanad maupun matan-nya.

Sedangkan susunan atau bentuk redaksi dalam pengungkapan riwayat “asbab al-Nuzul”,


secara garis besar ada tiga macam, yaitu:

8
(1)   Bentuk susunan redaksi yang disepakati oleh ulama menunjukkan kepada “asbab
al-Nuzul” (al-muttafaq ‘ala al-i‘tidad bihi). Bentuk ini mengandung tiga unsur utama,
yaitu: pertama, sahabat yang mengemukakan riwayat harus menyebutkan suatu kisah
atau peristiwa yang yang menyebabkan turunnya ayat; Kedua, sahabat yang
mengemukakan riwayat harus mengemukakan dengan redaksi yang jelas (bi al- lafzhi
al-sharih) menunjukkan kepada pengertian “turunnya ayat”; dan Ketiga, sahabat yang
mengemukakan riwayat harus mengemukakan riwayatnya dengan pola bahasa yang
bersifat pasti, seperti ungkapan: “‫”حدث كذا وكذا فنزلت آية كذا‬, atau “‫”حدث كذا وكذا فأنزل هللا كذا‬.

Redaksi dalam bentuk tegas (sharih) dan pasti dalam pengungkapan “asbab al-
Nuzul” ini dapat saja berupa: (a) redaksi yang tegas berbunyi: ‫سبب نزول اآلية كذا‬...; (b)
adanya huruf fa’ (‫)ف‬ yang bermakna al-sababiyah atau ta‘qibiyah yang masuk pada
riwayat yang berkaitan dengan turunnya ayat, seperti: ‫ فنزلت اآلية‬...‫حدث هذا‬... ; atau (c)
adanya keterangan yang menjelaskan bahwa Rasulullah Saw ditanya tentang sesuatu
kemudian diikuti dengan turunnya ayat sebagai jawabannya:  ‫ فنزلت‬... ‫سئل رسول هللا عن كذا‬
‫ اآلية‬...

(2)   Bentuk susunan redaksi yang masih diperselisihkan dikalangan ulama untuk


menunjukkan kepada “asbab al-Nuzul” (al-mukhtalaf fi al-i‘tidad bihi wa ‘adamihi),
karena redaksi pengungkapannya masih bersifat  muhtamilah (mengandung
kemungkinan). Dalam bentuk ini, perawi tidak menginformasikan dengan gamblang
adanya suatu kejadian atau peristiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat, namun
hanya mengemukakan suatu riwayat dengan ungkapan: “‫ أو في منع‬...‫إن اآلية نزلت في إباحة كذا‬
‫كذا‬...” , atau “‫ نزلت هذه اآلية في‬...” , atau “‫ نزلت اآلية‬...”.

Terdapat perbedaan pandangan ulama dalam memahami bentuk redaksi seperti ini,
diantaranya adalah:

(a)    Imam al-Bukhari dan Ibn al-Shalah memandang redaksi tersebut selaku riwayat
yang menunjukkan kepada “asbab al-Nuzul” suatu ayat.

(b)   Imam al-Zarkasyi dan al-Sayuthi menilai bahwa redaksi tersebut menunjukkan


kepada penafsiran dan penjelasan yang terkait dengan ketentuan suatu hukum yang

9
disinggung dalam pembahasan ayat (shigat tafsir wa istidlal bi al-ayat ‘ala al-hukmi),
bukan sebagai riwayat yang menunjukkan kepada sebab turunnya ayat (shigat al-naql).

(c)    Ibnu Taimiyah menilai bentuk redaksi tersebut mengandung dua kemungkinan,


yaitu: pertama, sebagai riwayat yang menunjukkan kepada sebab turunnya ayat;
dan kedua, sebagai keterangan tentang maksud ayat dan bukan sebagai riwayat tentang
sebab turunnya. Ungkapan redaksi tersebut sama dengan pernyataan yang berbunyi: “
‫ عني بهذه اآلية‬...” (yang dimaksud dengan ayat ini adalah ...).

(d)   Al-Qasimi menilai redaksi tersebut selaku pernyataan yang diungkapkan oleh para
sahabat dan tabi‘in dengan tujuan untuk memberikan gambaran tentang apa yang
dibenarkan oleh ayat. Dalam hal ini perlu dilakukan langkah ijtihad guna menentukan
apakah riwayat tersebut sebagai “asbab al-Nuzul” ayat atau hanya sekedar penjelasan
tentang kandungan suatu ayat.

(e)    Al-Zarqani menilai bahwa bentuk redaksi seperti ini bukanlah serta merta secara
pasti menunjukkan kepada riwayat sebab turunnya ayat, karena dapat saja menunjukkan
kepada penjelasan tentang kandungan ayat. Dalam hal ini harus diteliti lebih cermat
indikator (qarinah) yang menunjukkan ke salah satu dari kedua kemungkinan tersebut.
Jika ada indikator yang menguatkan arah tunjukannya selaku riwayat sebab turunnya
ayat, maka barulah dipahami bahwa redaksi itu menunjukkan kepada peristiwa yang
melatarbelakangi turunnya ayat.

(3)   Bentuk susunan redaksi yang disepakati oleh ulama tidak menunjukkan


kepada “asbab al-Nuzul” (al-muttafaq ‘ala ’adami al-i‘tidad bihi). Bentuk susunan
redaksi ini ada dua macam, yaitu:

Pertama, adakalanya si Perawi tidak mengungkapkan riwayat dengan redaksi yang jelas


menunjukkan kepada pengertian “turun” (shigat al-Nuzul), namun mengemukakannya
dengan redaksi lain, seperti lafaz qira’ah atau tilawah. Misalnya, si Perawi
mengatakan: “‫ أو فتال النبي صلى هللا عليه وسلم كذا‬... ‫ حدث كذا فقرأ النبي صلى هللا عليه وسلم‬...”. Para
ulama menilai bahwa pengungkapan “qira’ah” atau “tilawah” setelah penyebutan

10
adanya suatu kejadian (al-haditsah) jelas menunjukkan bahwa suatu ayat pasti turun
mengiringi kejadian atau peristiwa tersebut. Padahal dalam kenyataan berdasarkan
ungkapan redaksi itu sendiri, jelas menunjukkan ayat yang dibaca oleh Nabi Saw sudah
turun sebelum terjadinya peristiwa dimaksud. Atau bisa jadi pembacaan Nabi Saw akan
ayat tersebut sebagai penjelasan penguat dari ayat yang turun lebih dahulu yang
memiliki hubungan yang kuat dengan ayat yang dibacakan Nabi Saw ketika ada suatu
kejadian.

Kedua, adakalanya si Perawi mengungkapkan redaksi riwayatnya dengan pola bahasa


yang tidak secara pasti menunjukkan kepada sebab turunnya ayat, namun
mempergunakan pola bahasa yang mengandung “dugaan” atau “perkiraan” semata.
Misalnya, si Perawi mengatakan: “‫ حدث كذا فأحسب أن اآلية نزلت فيه‬...”, atau “ ‫حدث كذا فأظن أن‬
‫”هذه اآلية نزلت فيه‬, atau “‫ ما أحسب أو ما أظن أن هذه اآلية نزلت إال في كذا‬...”. Pola redaksi semacam
ini menunjukkan bahwa si Perawi memahami suatu riwayat yang menunjukkan kepada
sebab turunnya ayat hanya berdasarkan indikator berupa situasi dan kondisi konteks
semata (qara’in al-ahwal) yang bersifat sangat spekulatif (dugaan). Dan hal itu jelas
tidak menunjukkan kepada keterlibatan si Perawi dalam menyaksikan langsung
peristiwa turunnya ayat (musyahadah) atau mendengarkan informasinya dari orang yang
menyaksikan secara langsung tersebut (sima’i).

Para ulama memberikan catatan bahwa redaksi seperti ini dapat diterima apabila ada
riwayat lain yang menunjukkan hal yang sama, tapi dengan lafaz redaksi yang bersifat
pasti (bukan dugaan dan persangkaan semata) sebagaimana dalam bentuk yang
disepakati oleh para ulama untuk menunjukkan kepada sebab turunnya ayat.

11
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

a. Pengertian Asbābun Nuzūl 

Asbābun Nuzūl (Arab: ‫اسباب النزول‬, Sebab-sebab Turunnya (suatu ayat)) adalah ilmu Al-


Qur'an yang membahas mengenai latar belakang atau sebab-sebab suatu atau beberapa
ayat al-Qur'an diturunkan. Banyak pengertian terminologi yang dirumuskan para
ulama,diantaranya;

1. Mana’ Al-Qhathan

“Asbabun nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunya Al-Qur’an


berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu kejadian atau berupa
pertanyaan (yang diajukan kepada Nabi).”

2. Al-Wakidi
“Asbabun nuzul adalah peristiwa sebelum turunya ayat, walaupun “sebelumnya” itu
masanya jauh, seperti adanya peristiwa gajah dengan surat Al-Fiil.”

3. Shubhi Shalih
“Asbabun nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau beberapa ayat.
Al-Qur’an (ayat-ayat) terkadang menyiratkan peristiwa itu, sebagai respons atasnya atau
sebagai penjelas terhadap hukum-hukum disaat peristiwa itu terjadi.”

4. Az-Zarqani
“Asbabun nuzul adalah khusus atau sesuatu yang terjadi serta ada hubunganya dengan
turunya ayat Al-Qur’an sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi.”

12
5 Ash-Shabuni
“Asbabun nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunnya satu
atau beberapa ayat mulia yang diajukan kepada Nabi atau kejadian yang berkaitan
dengan urusan agama.”

b. Urgensi Asbābun Nuzūl  dalam Memahami Al quran


1. Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian dalam
menangkap pesan ayat-ayat al-Qur’an.
2. Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian umum.
3. Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat al-Qur’an.
4. Mengidentifikasi pelaku yang menyebabkan al-Qu’an turun.
5. Memudahkan untuk menghapal dan memahami ayat, serta untuk memantapkan
wahyu wahyu ke dalam hati yang mendengarkannya.

c. Cara Mengetahui Asbābun Nuzūl

“Asbab al-Nuzul” merupakan peristiwa sejarah yang terjadi pada zaman Rasulullah Saw
selaku pengemban al-Qur’an. Oleh karenanya, tidak ada cara lain untuk mengetahuinya,
selain merujuk kepada periwayatan yang diakui keabsahannya dari orang-orang yang
memiliki integritas kepribadian yang dipercaya selaku pengemban dalam periwayatan
tersebut.

Para ulama umumnya, baik dulu maupun sekarang tetap bersikap ekstra hati-hati dan
ketat dalam menerima riwayat yang berkaitan dengan“asbab al-Nuzul”. Ketetatan dan
ketelitian mereka difokuskan kepada seleksi pribadi orang yang membawa riwayat
(ruwwat), sumber riwayat (isnad) dan redaksi riwayat (matan). Al-Wahidi misalanya,
dengan tegas menyatakan:

‫ ووقفوا على األسباب وبحثوا عن‬,‫ال يحل القول في أسباب نزول الكتاب إال بالرواية والسماع ممن شاهدوا التنزيل‬
‫علمها وجدوا في الطلب‬.

13
Artinya: “Tidak dibenarkan mengemukakan pandangan terkait dengan Asbab Nuzul al-
Qur’an, kecuali berdasarkan riwayat dan informasi yang didengar langsung dari orang-
orang yang menyaksikan secara langsung peristiwa turunnya ayat, mencermati sebab-
sebab tersebut, dan bersungguh-sungguh dalam mencarinya”.

6 SARAN
Dengan adanya hasil makalah Asbabun Nuzul ini,kami sangat mengharapkan
para pembaca dapat memahamisecara keseluruhan hasil makalah Asbabun
Nuzul ini.para pembaca juga dapat membaca dan memahami Asbabun Nuzul
dari buku buku pengarang lainnya karena dapat dipastikan membahas jauh lebih
lengkap tentang materi asbabun Nuzul ini.
untuk itu,kami para penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan pada
makalah ini.sehingga kritik dan saran dari pembaca cukup kami butuhkan untuk
menjadi pembelajaran pada penulisan makalah makalah berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Asbabunnuzul
http://hendrapgmi.blogspot.com/2012/10/urgensi-asbabun-nuzul.html
https://hahuwa.blogspot.com/2019/05/pengertian-asbabun-nuzul-dan-macam.html
http://peopleorange.blogspot.co.id/2012/01/cara-cara-mengetahui-asbab-al-
nuzul.html?m=1

14

Anda mungkin juga menyukai