Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan sehari-hari kita sebenarnya adalah kehidupan yang selalu


bergumul dengan keputusan. Keputusan merupakan kesimpulan terbaik yang
diperoleh setelah mengevaluasi berbagai alternatif. Kompleksitas kehidupan
membuat manusia kesulitan untuk memahami semua aspek kehidupan dan segala
kaitannya secara utuh dan komprehensif

Dengan segala kemajuan yang telah diperoleh dalam berbagai disiplin


ilmu tentang manusia, seperti sosiologi, antropologi, kedokteran, dan psikologi,
masih saja belum diperoleh pemahaman final tentang proses berfikir yang terjadi
pada otak manusia. Kenyataan ini antara lain berakibat pada belum mungkin
dipahaminya kegiatan mental yang membantu manusia tiba pada suatu keputusan
apabila ia menghadapi suatu situasi problematis.

Terkadang terdapat situasi problematis yang sederhana, yang tidak


menuntut terlalu banyak alternative dan informasi yang perlu diperhitugkan. Akan
tetapi ada juga situasi problematis yang dihadapi rumit, di mana berbagai
alternative perlu dikaji berdasarkan aneka ragam data dan informasi, timbullah
kesukaran dalam memahami bagaimana sesungguhnya otak manusia itu berfungsi.

Karena kenyataan inilah para ahli terus berusaha untuk mempelajari


berbagai pendekatan dan cara atau model yang digunakan oleh para pengambil
keputusan sebagai bentuk penyederhanaan agar kehidupan yang komleks ini dapat
dipahami dengan lebih baik. Model dibuat dengan berdasarkan unsur-unsur yang
relevan dan dominan sehingga tetap dapat mewakili kehidupan nyata yang hendak
dibahas.
Demikian halnya dalam hal pengambilan keputusan. Untuk dapat
memahami persoalan yang hendak diambil dalam konteks pengambilan keputusan
dengan lebih baik, diperlukan model. Meskipun model belum tentu dapat
digunakan untuk meramalkan konsekuensi dari keputusan, namun model dapat

1
membantu untuk memperkirakan atau membayangkan kmungkinan-kemungkinan
yang disertai asumsi-asumsi sehingga dapat dilihat dengan lebih jelas situasi dan
kondisi serta arah kemungkinan yang akan terjadi
Sehingga dengan adanya model dalam pengambilan keputusan tentunya
sangat membantu dalam memilih alternative terbaik dari segala alternative yang
ada ,dimana alternaif keputusan meliputi keputusan ada kepastian, keputusan
beresiko, keputusan ketidakpastian dan keputusan dalam konflik. Dengan adanya
model pengambilan keputusan tentunya akan sangat membantu menentukan serta
mencapai tujuan yang ada .

1.2 Rumusan masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan model pengambilan keputusan?


2. Apa saja yang termasuk model pengambilan keputusan?
3. Bagaimana cara memilih model dalam pengambilan keputusan ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian model pengambilan keputusan


2. Mengetahui model pengambilan keputusan
3. Mengetahui cara memilih model dalam pengambilan keputusan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Model Pengambilan Keputusan

Model adalah percontohan yang mengandung unsur yang bersifat


penyederhanaan untuk dapat ditiru (jika perlu). Pengambilan keputusan itu sendiri
merupakan  suatu proses berurutan yang memerlukan penggunaan model secara
cepat dan benar.

Pentingnya model dalam suatu pengambilan keputusan, antara lain sebagai


berikut:

1. Untuk mengetahui apakah hubungan yang bersifat tunggal dari unsur-


unsur itu ada relevansinya terhadap masalah yang akan dipecahkan
diselesaikan itu.
2. Untuk memperjelas (secara eksplisit) mengenai hubungan signifikan
diantara unsur-unsur itu.
3. Untuk merumuskan hipotesis mengenai hakikat hubungan-hubungan antar
variabel. Hubungan ini biasanya dinyatakan dalam bentuk matematika.
4. Untuk memberikan pengelolaan terhadap pengambilan keputusan.

Model merupakan alat penyederhanaan dan penganalisisan situasi atau


system yang kompleks. Jadi dengan model, situasi atau sistem yang kompleks itu
dapat disederhanakan tanpa menghilangkan hal-hal yang esensial dengan tujuan
memudahkan pemahaman. Pembuatan dan penggunaan model dapat memberikan
kerangka pengelolaan dalam pengambilan keputusan.

Olaf Helmer menyatakan bahwa model adalah abstraksi, elemen-elemen


tertentu dari situasi yang mungkin dapat membantu seseorang menganalisis
keputusan dan memahaminya dengan lebih baik. Untuk mengadakan abstraksi,
maka pembuatan model sering kali dapat meliputi perubahan konseptual. Setiap

3
unsur dari situasi nyata merupakan tiruan dengan menggunakan sasaran
matematika atau sasaran fisik.

Kast, memberikan kerangka pengelolaan. Model merupakan alat


penyederhanaan dan penganalisisan situasi atau system yang kompleks. Jadi
dengan menggunakan model situasi yang kompleks disederhanakan tanpa
penghilangan hal-hal yang esensial dengan tujuan untuk memudahkan
pemahaman.

Berdasarkan pendekatan ilmu manajemen untuk memecahkan masalah


digunakan model matematika dalam menyajikan system menjadi lebih sederhana
dan lebih mudah dipahaminya. Pada umumnya model itu memberikan sarana
abstrak untuk membantu komunikasi. Bahasa itu sendiri merupakan proses
abstraksi, sedangkan matematika merupakan bahasa simbolik khusus.

Dengan demikian pada hakikatnya model itu merupakan pengganti hal yang
nyata, mewakili kejadian sesungguhnya, dengan harapan agar dapat mengatasi
masalah apabila timbul masalah yang sesungguhnya. Model ini sendiri dibuat
dengan menyesuaikan pada situasi dimana model itu akan dibuat. Di samping itu,
model pun dibuat sesuai dengan tujuan penggunaan model itu sendiri.

2.2 Model-Model Pengambilan Keputusan

Para ahli terus berusaha untuk mempelajari berbagai pendekatan dan cara
yang digunakan oleh para pengambil keputusan, baik yang berhasil maupun yang
tidak, khususnya dalam menghadapai situasi problematis yang kompleks.
Mempelajari berbagai kegagalan sama pentingnya dengan mempelajari
keberhasilan. Sesuatu keputusan merupakan keputusan apabila alternatif-alternatif
penting tidak dipertimbangkan, terdapat kekeliruan dalam memperkirakan
keadaan yang akan timbul pada lingkungan, ketidaktepatan dalam
memperhitungkan hasil yang secara potensial mungkin diperoleh pilihan

4
dijatuhkan pada alternatif yang tidak paling tepat dan bahkan kesalahan dalam
menempatkan tujuan dan berbagai sasaran yang ingin dicapai.
Dengan kata lain, mempelajari mengapa pengambilan keputusan
adakalanya membuat keputusan yang tidak baik untuk dikaji. Dengan ini dapat
mengetahui sifat-sifat berbagai model dan teknik pengambilan keputusan
sehingga apabila diterapkan mendatangkan hasil yang diharapkan.
Pada dasarnya terdapat dua cara untuk melakukan penilaian keputusan:
1. Menggunakan pendekatan yang sifatnya pragmatis
yaitu melihat hasil yang dicapai. Jika hasil yang dicapai sesuai dengan
harapan dan keinginan, keputusan yang diambil dapat dikatakan sebagai
keputusan yang baik, dan sebaliknya. Secara pragmatis, beberapa tolok ukur
tambahan yang dapat dan biasa digunakan dalam menilai tepat tidaknya
suatu keputusan antara lain:
a. Mutu keputusan yang diambil dalam arti penggabungan yang tepat antara
rasionalitas dan kreativitas oleh pengambil keputusan.
b. Dipertimbangkannya berbagai alternatif yang wajar dan relevan untuk
dipertimbangkan.
c. Tersedianya informasi yang relevan, mutakhir, dapat dipercaya dan
lengkap serta digunakan sebgai dasar untuk melakukan analisis yang
diperlukan.
d. Pemanfaatan yang ekonomis dari berbagai sumber daya, dana, dan tenaga
dalam proses pengambilan keputusan.
e. Akseptabilitas keputusan yang diambil oleh mereka yang diharapkan
akan menjalankan keputusan tersebut dan oleh mereka yang akan terkena
oleh keputusan yang diambil.

2.Menggunakan pendekatan yang sifatnya prosedural.


Dalam hal ini yang dinalai adalah proses tau tata cara yang digunakan
dalam pengambilan keputusan. Cara inilah yang menyangkut model dan teknik
pengambilan keputusan. Yang dilakukan ialah meniali suatu keputusan baik atau
tidak berdasarkan cara yang ditempuh untuk menjatuhkan piihan. Apabila seorang

5
pengambil keputusan telah mengidentifikasikan dan mempertimbangkan semua
alternatif yang secara sadar dibatasi, dan telah melalui semua langkah dalam
proses pengambilan keputusan, serta menerima konsekuensi tindakan yang
diambil, proses pengambilan keputusan demikian dapat dipandang sebagai proses
yang tuntas.

Model pengambilan keputusan:

1. Model Rasional

Model rasional atau yang disebut juga metode rasional memusatkan


perhatiannya pada pengembangan suatu pola pengambilan keputusan yang ideal
secara universal, yaitu setiap keputusan harus dibuat setepat – tepatnya. Model ini
menitiberatkan perhatiannya pada hubungna antara keputusan dengan tujuan dan
sasaran dari pengambil keputusan . Artinya keputusan itu dibuat utuk memenuhi
maksud dari pengambil keputusan .

Model rasional juga didasarkan atas teori ekonomi atau konsep manusia
ekonomi , yang memandang bahwa semua individu tau tentang berbagai macam
alternative yang tersedia pada suatu situasi tertentu dan juga tentang konsekuensi
yang ada seiap alternative tersebut .

Pengambilan keputusan secara rasional, merupakan sebuah keputusan yang


diambil dengan menggunakan pendekatan rasional atau melakukan rasionalisasi
dengan menggunakan logika atau pemikiran yang terpola. Pengambilan keputusan
secara rasional adalah memperhatikan konsistensi dan memaksimalkan hasil yang
seringkali terjadi dalam batasan-batasan yang spesifik dengan melakukan analisa
situasi dan analisa keputusan.

Proses pengambilan keputusan secara rasional memiliki berbagai tahapan-


tahapan. Yang pertama adalah mendefinisikan permasalahan-permasalahan yang
dihadapi untuk kemudian mengidentifikasinya dengan melakukan klasifikasi atau
penetapan kriteria-kriteria atau batasan-batasan yang dihadapi. Kriteria-kriteria
tersebut kemudian diberikan pembobotan, atau penetapan prioritas. Dari sini,

6
kemudian kita bisa melakukan pengembangan alternatif solusi atau keputusan apa
yang akan diambil. Masing-masing alternatif tersebut tentu perlu dievaluasi secara
seksama untuk kemudian dapat dipilih alternatif terbaik yang dapat memberikan
hasil yang paling maksimal dan optimal.

Sehubungan dengan itu maka setiap orang akan berprilaku secara rasional
yaitu bahwa mereka akan membuat pilihan-pilihan sedemikian rupa sehingga
mencpai nilai yang tinggi

2. Model Inkremental

Menurut Simon ( 1984) bahwa, tidak benar semua orang selalu berprilaku
secara rasional sebagaimana dinyatakannya dalam konsep manusia- ekonnomi,
karena itu yang valid adalah konsep manusia-administrasi.

konsep manusia-administrasi menjelaskan bahwa, pemimpin pada umunya


tidak memeroleh informasi yang lengkap dan oleh karenanya sangat jarang
memeroleh pilihan pilihan yang bernilai tinggi. Manusia – administrasi cukup
memuaskan diri ( satisfices) dengan memilih satu alternative yang “cukup baik “.
Oleh karna itu, manusia – administrasi menggunakan strategi “Disjointed
incrementalism” sebagai model pembuatan keputusan yang baik.

Model incremental mencerminkan suatu model pengambilan keputusan


yang menghindari banyak masalah yang harus dipertimbangkan dan oleh karena
itu model ini digunakan pada umumnya oleh pejabat pemerintah dalamm
mengambil keputusan sehari hari. Model incremental ini adalah merupakan kritik
dan perbaikan terhadap model rasional komprehensif

3. Model Agregatif
Model agregatif juga disebut metode agregatif seringkali model ini
dimanfaatkan konsulatan dan tim stafyang merumuskan kebijakan kebijakan
politik.
4. Model Keranjang Sampah
Model ini menolak model rasional, bahkan rasional-inkremental yang
sederhana sekalipun. Model ini lebih tertarik pada karakter yang ditampilkan

7
dalam pengambilan keputusan, pada isu yang bermacam – macam dari para
partisipan dalam pengambilan keputusan dan pada masalah yang timbul pada saat
itu.
5. Model Pengamatan terpadu ( mixed Scanning )

Model pengamatan terpadu ini dalam penggunaanya merupakan usaha untuk


menghindari tingkat rasionalitas tinggi yang dituntut oleh model model optimasi .
Model mixed scanning berarti bahwa setiap kali seorang pengambil keputusan
mengahadapi dilemma dalam memilih suatu langkah tertentu, satu keputusan
pendahuluan harus dibuat tentang sampai sejauh mana berbagai sarana dan
prasarana organisasi akan digunakan untuk mencari dan menilai berbagai fungsi
dan kegiatan yang akan dilaksakan.

Para ahli berpendapat bahwa, dalam penggunaan model ini keputusan-


keputusan yang fundamental dibuat setelah terlebih dahulu melakukan pengkajian
terhadap berbagai alternatif yang paling relevan, yang kemudian dikaitkan dengan
tujuan dan sasaran organisasi.

Model pengamatan terpadu juga memperhitungkan tingkat kemampuan para


pembuat keputusan yang berbeda-beda. Secara umum dapat dikatakan, bahwa
semakin besar kemampuan para pembuat keputusan untuk memobilisasikan
kekuasaannya guna mengimplementasikan keputusan-keputusan mereka, semakin
besar keperluannya untuk melakukan scanning dan semakin menyeluruh scanning
itu, semakin efektif pengambilan keputusa tersebut

6. Model Optimasi
Sasaran yang ingin dicapai dengan model optimasi adalah bahwa dengan
mempertimbangkan keterbatasan yang ada, organisasi memperoleh hasil terbaik
yang paling mungkin dicapai. Sikap pengambil keputusan, norma-norma serta
kebijaksanaan organisasi berperan penting dalam menentukan kriteria apa yang
dimaksud dengan hasil terbaik yang mungkin dicapai itu.

8
7. Model satisficing
Salah satu perkembangan baru dalam teori pengambilan keputusan ialah
berkembangnya pendapat yang mengatakan bahwa manusia tidak memiliki
kemampuan untuk mengoptimalkan hasil dengan menggunakan berbagai kriteria
yang telah dibahas diawal.
Tidak dapat disangkal bahwa aksentuasi pada pendekatan kuantitatif
mempunyai tempat dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan tidak
dapat didekati semata-mata dengan prosedur yang sepenuhnya didasarkan pada
rasionalitas dan logika.
Model satisficing berarti pengambil keputusan memilih alternative solusi
pertama yang memenuhi criteria keputusan minimal. Dengan tidak berusaha untuk
mengejar seluruh alternative untuk mengidentifikasi solusi tunggal untuk
memaksimalkan pengembalian ekonomi
8. Model Heuritis
Pada hakikatnya model ini berarti, bahwa faktor-faktor internal yang terdapat
dalam diri seseorang pengambil keputusan lebih berpengaruh dari pada faktor-
faktor eksternal. Dengan kata lain, seorang pengambil keputusan lebih
mendasarkan keputusannya pada konsep-konsep yang dimilikinya, berdasarkan
persepsi sendiri tentang situasi problematic yang dihadapi.
Dalam praktek model ini digunakan apabila para pengambil keputusan tidak
tersedia kemampuan untuk melakukan pendekatan yang matematikal atau apabila
bagi pengambil keputusan tidak tersedia kesempatan untuk memanfaatkan
berbagai sumber oraganisasional untuk melakukan pengkajian yang sifatnya
kuantitatif.
9. Model pengambilan berdasarkan perilaku
Model ini didasarkan pada seberapa jauh keputusan itu dapat memberikan
kepuasan.Model ini juga mempertimbangkan pengambilan keputusan atas dasar
rasionalitas kontekstual dan rasionalitas respektif.Rasionalitas kontekstual artinya
keputusan tidak hanya didasarkan oleh ketentuan tersurat (tekstual) tetapi juga
yang tersurat (kontekstual).

9
10. Model pengambilan keputusan Carnegie
Model ini lebih mengakui akan kepuasan, keterbatasan rasionalitas, dan
koalisi organisasi. menggambarkan pengambilan keputusan yang berlangsung di
lingkungan yang tidak pasti, dimana informasi sulit didapat, tidak utuh, dan sering
kali memiliki sifat ganda. Model ini juga menggambarkan proses pengambilan
keputusan secara real-life, dimana manajer dihadapkan pada keterbatasan proses
pengolahan informasi oleh karena factor rasionalitas yang dibatasi.Perbedaan
antara pengambilan keputusan rasional dengan Carnegie adalah sebagai berikut :

Model rasional Model Carnegie


Banyak informasi yang Sedikit informasi yang tersedia
tersedia
Murah Mahal, karna masih mencari
informasi
Bebas nilai Terikat nilai
Alternative banyak Alternative sedikit
Keputusan diambil dengan Keputusan dengan kompromi,
suara bulat persetujuan, dan akomodasi atar
koalisi organisasi
Keputusan dipilih yang Keputusan yang dipilih adalah yang
terbaik bagi organisasi memuaskan organisasi

11. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang


Banyak sekali keputusan yang diambil karena wewenang(authority)
yang dimiliki. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas
dan wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan
demi tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien.
Keputusan yang berdasarkan wewenang memiliki beberapa keuntungan.
Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain :
banyak diterimanya oleh bawahan, memiliki otentisitas (otentik), dan juga karena
didasari wewenang yang resmi maka akan lebih permanent sifatnya.
Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan menimbulkan
sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik dictatorial. Keputusan berdasarkan

10
wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan sering melewati permasahan yang
seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas.

12. Pengambilan keputusan berdasarkan fakta (data)


Artinya bahwa pengambilan kebutusan didasarkan pada fakta atau data-
data. Keputusan yang diambil dengan berdasarkan fakta data atau informasi
relevan yang memadai sering kali merupakan keputusan yang sehat dan baik.
Namun, juga merupakan fakta bahwa untuk mendapatkan data informasi yang
valid merupakan sesuatu yang sulit terlebih bila tidak memiliki sistem informasi
yang baik.
Fakta juga sekalipun telah memiliki sistem informasi yang baik sekalipun,
kadang kala masih mengalami kesulitan dalam hal penyediaan data informasi
yang relevan dan terpercaya untuk kepentingan pengambilan keputusan.

13. Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman


Sebagaimana kata pepatah bahwa pengalaman adalah guru yang baik.
Demikian halnya dalam pengambilan keputusan, seseorang bisa saja mengambil
keputusan berdasarkan pengalamannya mengahadapi masalah yang serupa.
Berkaca dari hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pengalaman dapat menjadi
pedoman dalam menyelesaikan masalah.
Pengalaman menjadi sangat bermanfaat sebagai pengetahuan praktis
dalam pengambilan keputusan. Pengalaman akan berhubungan dengan
kemampuan memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan
bagaimana masalah tersebut harus diselesaikan. Ini sangat membantu dan
memuahkan dalam pengambilan keputusan.Melalui pengalaman, seseorang bisa
saja memiliki kemampuan menduga permasalahan walau hanya dengan melihat
secara sepintas dan sudah dapt menduga penyelesaian apa yang sekiranya
dianggap baik.
Kelemahan utama dari pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman
adalah seringnya orang lupa dan tidak menyadari bahwa sekalipun permasalahan
yang dihadapi mirip atau bahkan sama dengan apa yang pernah ditemui di masa

11
lalu, tidak serta merta solusi yang sama yang pernah dilakukan di masa lalu akan
menghasilkan dampak yang sama pula.
Hal demikian karena adanya perbedaan karakteristik situasi dan kondisi
yang melingkupi. Pengalaman sering membuat orang mengabaikan perbedaan
situasi dan kondisi yang melingkupi permasalahan antara masa lalu dan masa kini.

Klasifikasi model pengambilan keputusan menurut Quade:

1. Model kuantitatif

Serangkaian asumsi yang tepat yang dinyatakan dalam serangkaian


hubungan matematis yang pasti. Ini dapat berupa persamaan, atau analisis lainnya,
atau merupakan instruksi bagi computer, yang berupa program-program untuk
computer.

Adapun ciri-ciri pokok model ini ditetapkan secara lengkap melalui asumsi-
asumsi, dan kesimpulan berupa konsekuensi logis dari asumsi-asumsi tanpa
menggunakan pertimbangan atau intuisi mengenai proses dunia nyata (praktik)
atau permasalahan yang dibuat model untuk pemecahannya.

2. Model kualitatif

Didasarkan atas asumsi-asumsi yang ketepatannya agak kurang jika


dibandingkan dengan model kuantitatif dan ciri-cirinya digambarkan melalui
kombinasi dari deduksi-deduksi asumsi-asumsi tersebut dan dengan pertimbangan
yang lebih bersifat subjektif mengenai proses atau masalah yang pemecahannya
dibuatkan model.

Klasifikasi model pengambilan keputusan menurut Gullet dan Hicks:

1. Model Probabilitas

12
Umumnya model-model keputusannya merupakan konsep probabilitas dan
konsep nilai harapan member hasil tertentu (the concept of probability and
expected value). Adapun yang dimaksud dengan probabilitas adalah kemungkinan
yang dapat terjadi dalam suatu peristiwa tertentu (the chance of particular event
occuring).

Demikian juga halnya dengan probabilitas statistic atau proporsi statistic


dikembangkan melalui pengamatan langsung terhadap populasi atau melalui
sampel dari populasi tersebut.

Banyak kemungkinan dalam rangka pengambilan keputusan dalam


organisasi, yang semuanya bertujuan mendapatkan sesuatu yang diharapkan masa
mendatang, misalnya agar nantinya dapat menanggulangi terhadap kesulitan-
kesulitan dalam masa resesi,  untuk dapat menaikkan tingkatan pendapatan
masyarakat, lain sebagainya.

2. Konsep tentang nilai-nilai harapan (the Concept of Expectedvalue)

Dapat digunakan dalam pengambilan keputusan yang akan diambilnya


nanti menyangkut kemungkinan-kemungkinan yang telah diperhitungkan bagi
situasi dan kondisi yang akan datang.

Adapun nilai yang diharapkan dari setiap peristiwa yang terjadi


merupakan kemungkinan terjadinya peristiwa itu dikalikan dengan nilai
kondisional. Sedangkan nilai kondisionalnya adalah nilai dimana terjadinya
peristiwa yang diharapkan masih diragukan.

3. Model Matriks

Selain model probabilitas dan nilai harapan (probability and excpected


value), ada juga model lainnya. Model lainnya adalah model matriks (the payoff
matrix model). Model matriks merupakan model khusus yang menyajikan
kombinasi antara strategi yang digunakan dan hasil yang diharapkan.

Klasifikasi model pengambilan keputusan menurut Robert D.Spech:

13
1. Model Matematika

Menggunakan teknik seperti misalnya linear programming, teori jaringan


kerja, dsb. komputer dapat digunakan begitu pula dengan kalkulator yang dapat
digunakan sebagai alat perhitungan saja bukan sebagai simulator.

2. Model Simulasi Komputer

Merupakan tiruan dari kasus yang sesungguhnya. Ada yang dibuat dengan
peralatan dan ukuran yang sama persis dengan yang sesungguhnya.

3. Model Permainan Operasional

Dalam model ini manusia dijadikan objek yang harus mengambil


keputusan. Informasi diperoleh dari komputer atau video game yang menyajikan
masalahnya. Misalnya seperti pada permainan perang-perangan (war
games),video memberikan informasi dan menyajikan masalah yang berupa
datangnya musuh yang akan menyerang kita dengan macam-macam cara
penyerangan. Kita diminta mempertahankan diri dan menghancurkan musuh
dengan peralatan yang telah disediakan pada video games tersebut.

4. Model verbal

Model verbal adalah model pengambilan keputusan berdasarkan analogi


yang lebih bersifat bukan kuantitatif. Dari analog itu kemudian dibuat dalilnya
yang kemudian diterapkan untuk menyimpulkan dan mengambil keputusan yang
nonkuantitatif.

Anthony down memberikan contoh model verbal yang berupa atau menyangkut


birokrasi. Down memandang birokrasi sebagai organisasi yang memiliki 4
ciri,sebagai berikut.

1. Birokrasi mempunyai lingkungan yang cukup luas dimana peringkat


tertinggi hanya mengetahui kurang dari setengah dari seluruh anggotanya

14
secara pribadi. Ini berarti bahwa birokrasi itu menghadapi masalah
administratif substansial.
2. Bagian terbesar dari anggotanya adalah karyawan penuh yang sangat
menggantungkan dari pada kesempatan kerja dan gajinya pada organisasi
itu. Ini berarti bahwa pada anggotanya sangat terikat pada pekerjaannya.
3. Upahnya, kenaikan pangkatnya, dan sebagainya itu sangat tergantung pada
prestasinya dalam organisasi itu atau ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh
organisasi tersebut.
4. Sebagian besar dari hasil itu secara tidak langsung dinilai dalam pasaran.
Prestasi kerja para anggota atau karyawan secara tidak langsung juga ikut
menentukan pasaran hasil organisasinya/perusahaannya.

Dengan demikian, maka faktor intern (fungsi) dan faktor ekstern (lingkungan)
ikut berperan dan oleh karena itu perlu mendapat perhatian. Dalam pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh pimpinan, maka analogi terhadap berlakunya dalil
dan faktor-faktor tersebut harus juga menjadi bahan pertimbangan.

5. Model fisik

Dalam menjalankan kebijakan pemerintah model fisik ini tidak begitu


penting untuk dianalisis. Model ini,misalnya model dalam rangka pembuatan
bangunan atau tata kota. Dalam model pengambilan bangunan misalnya berlaku
model perencanaan jaringan kerja atau model PERT dan yang sejenisnya. Model
ini merupakan serangkaian keputusan dalam program pembangunan dan
pengembangan yang cukup kompleks. Bagian-bagian mana yang dapat dilakukan
secara serentak, dalam arti tidak usah berurutan dan bagian-bagian mana yang
mengerjakan bagian berikutnya. Ini lebih merupakan tugas dan pengambilan
keputusan seorang insinyur daripada policy maker.

Klasifikasi model pengambilan keputusan menurut Fisher:

15
1.Model Preskiptif

Model yang menerangkan bagaimana kelompok seharusnya mengambil


keputusan dengan cara memberikan pedoman dasar, agenda, jadwal dan urut-
urutan yang membantu kelompok mencapai consensus. Model ini disebtu juga
sebagai model normatif.

Penerapan model preskiptif atau model normatif meliputi lima langkah, yaitu :

1. Orientasi, yaitu menentukan bagaimana situasi yang dihadapi.


2. Evaluasi, yaitu menentukan sikap yang perlu diambil.
3. Pengawasan, yaitu menentukan apa yang harus dilakukan untuk
menghadapi situasi tersebut.
4. Pengambilan keputusan, yaitu menentukan pilihan atas berbagai alternatif
yang telah dievaluasi.
5. Pengendalian, yaitu melakukan pengawasan terhadap pelaksannan hasil
keputusan.

2.Model Deskriptif

Model yang menerangkan bagaimana kelompok mengambil keputusan. Model ini


juga menerangkan (menggambarkan) segala sesuatu sebagaimana apa adanya.
Model ini juga memberikan kepada manajer informasi yang mereka butuhkan
untuk membuat keputusan-keputusan, dan tidak menawarkan penyelesaian
masalah

2.3 Jenis-jenis Pengambilan keputusan


a. Jenis pengambilan keputusan terprogram
Keputusan yang terprogram ialah suatu tindakan menjatuhkan pilihan yang
berlangsung berulang kali , dan diambil secara rutin dalam organisasi.Hal ini
menunjukkan bahwa keputusan terprogram biasanya hanya menyangkut
pemecahan masalah masalah yang sifatnya teknis serta tidak memrlukan
pengarahan dari pemimpin yang lebih tinggi. Karena masalah yang hendak

16
dipecahkan bersifat teknis , yaitu berupa prosedur dan langkah langkah yang perlu
ditempuh telah dituangkan dalam buku pedoman .meskipun sifatnya repetitive dan
rutin , tidak berarti bahwa pengambilan keputusan terprogram dilaksanakan
semata mata berdasarkan metode metode yang bersifat tradisional

2.Jenis Keputusan tidak terprogram


Keputusan tidak terprogram ialah keputusan yang diambil untuk
menghadapi situasi rumit dan atau baru dan belum pernah dialami sebelumnya.
Hal ini menunjukkan bahwa keputusan yang tidak terprogram menuntut daya
nalar yang tinggi digabungkan dengan tindakan yang sifatnya adaktif dan
beroirentasi pada efektifitas pemcahan masalah. Dalam pengambilan keputusan
ini biasanya tidak teknis sifatnya. Maka dari itu, pengambilan keputusan ini
umumnya dibebankan di atas pundak para pemimpin puncak.
Menurut Siagian ( 1988 ), teknik teknik yang umumnya digunakan dalam
pengambilan keputusan strategic adalah :
1. Teknik Sumbang Saran
2. Synetics
3. Konsensus
4. Delphi
5. Fish-Bowling
6. Interaksi Didaktik
7. Tawar Menawar Kolektif
8. Pemecahan Masalah

2.4 Pemilihan model dalam pengambilan keputusan


pengambilan keputusan yang tepat yaitu dimana seorang pimpinan dalam
mengambil keputusan sesuai dengan aturan yang sudah ada, tidak hanya unntuk
mementingkan diri sendiri melainkan untuk kepentingan bersama. Dan sebelum
pengambilan keputusan seorang pemimpin harus mengetahui segala aspek dalam
pengambilan keputusan baik itu untuk yang diberi keputusan ataupun dampak
terhadap lingkungan dari pengambilan keputusan yang dia ambil.

17
Pengambilan keputusan biasanya dibutuhkan sebuah model yang dapat
membantu dalam prosesnya. perlu diperhatikan bahwa tidak ada satu model pun
yang cocok digunakan untuk mengatasi semua jenis situasi problematik yang
dihadpi oleh organisasi. Karena itu kemahiran yang perlu dikembangkan oleh para
pengambil keputusan ialah memilih secara tepat satu atau gabungan beberapa
model, dan menyesuaikannya dengan tuntutan situasi yang dihadapi.
Biasanya dalam mengambil keputusan digunakan model yang
sederhana .Alasan mengapa para pengambil keputusan cenderung memilih model
pengambilan keputusan yang sederhana dan rasional ialah karena mereka tidak
bisa tidak harus mempertimbangkan berbagai faktor intern, terutama nilai-nilai
organisasional yang dianut dan berbagai kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh
para manajer yang lebih tinggi kedudukannya
Sehingga dengan pemilihan model yang tepat pengambiln keputusan dapat
dilakukan guna mencapai tujuan yang ada. Adapun langkah langkah dalam
mengambil keputusan yang tepat yaitu yang sesuai dengan :
1. Konsep dasar dalam pengambilan keputusan
2. Tujuan dan factor dalam pengambilan keputusan
3. Langkah-langkah pengambilan keputusan
4. Model-model pengambilan keputusan
5. Dan mempertimbangkan dampak dan akibatnya

BAB III

18
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengambilan keputusan merupakam proses interaksi antara input-input sebagai


bahan dasar pembentukan suatu model keputusan, yang terdiri atas tujuan
organisasi,  kendala-kendala intern,kriteria pelaksanaan dan berbagai alternatif
pemecahan masalah. Dalam mengambil sebuah keputusan dibutuhkan model
untuk membantu proses pengambilan keputusan . Model adalah percontohan yang
mengandung unsur yang bersifat penyederhanaan untuk dapat ditiru (jika perlu).
Ada berbagai macam model berdasarkan klasifikasinya . Model pengambilan
keputusan sangat membantu dalam menetapkan dan mencapai tujuan yang ada .

3.2 Saran

Model pengambilan keputusan memang beraneka ragam, namun perlu


diperhatikan bahwa tidak ada satu model pun yang cocok digunakan untuk
mengatasi semua jenis situasi problematik yang dihadpi oleh organisasi. Karena
itu kemahiran yang perlu dikembangkan oleh para pengambil keputusan ialah
memilih secara tepat satu atau gabungan beberapa model, dan menyesuaikannya
dengan tuntutan situasi yang dihadapi. Sehingga kita harus pandai pandai memilih
model pengambilan keputusan. Model pengambilan keputusan terbaik adalah
model pengambilan keputusan yang sederhana dan merupakan alternative terbaik
dari segala alternative yang ada

DAFTAR PUSTAKA

19
Basyaib, Fachmi,. 2006. Teori Pengambilan Keputusan. Jakarta: PT Grasindo

Kahar, Fakhri,2015. Pengambilan Keputusan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

Richard. 2003. Management (Manajemen). Jakarta: Salemba Empat.

Siagian, Sondang. 1990. Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan. Jakarta: Haji
Masagung.

Supranto, J. 2009. Teknik Pengambilan Keputusan. Jakarta : Rineka Cipta

Referensi dari Internet:

http://lalanurmala-lalanurmala.blogspot.co.id/2015/09/teori-pengambilan-
keputusan-model.html, diakses tanggal 24 Maret 2018 pukul 19.80 WITA.

https://bukunnq.wordpress.com/makalah-pengambilan-keputusan-secara-objektif-
dan-konstruktif/ diakses tanggal 24 Maret 2018 pukul 19.80 WITA.

Suwignya, Juniar.Makalah Manajemen dan Pengambilan Keputusan,


http://juniarwibisana.blogspot.co.id/2015/05/makalah-manajer-dan
pengambilan.html. diakses tanggal 24 Maret 2018 pukul 19.80 WITA.

20

Anda mungkin juga menyukai