Anda di halaman 1dari 41

BAB IV

TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

HASIL PEMBELAJARAN UMUM


Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa memahami ragam dan jenis
budidaya air tawar

HASIL PEMBELAJARAN KHUSUS


Mahasiswa yang telah memiliki kemampuan melakukan kegiatan budidaya ikan yang
bernilai ekonomis di wilayah tertentu serta mengerti karakteristik perairan umum sebagai
sarana budidaya air tawar dan memahami prinsisp polikultur

SUB POKOK BAHASAN


1. Budidaya Ikan Konsumsi
2. Budidaya Ikan Hias
3. Budidaya Perairan Umum
4. Polikultur

URAIAN MATERI
IV.1. Budidaya Ikan Konsumsi
Budidaya merupakan usaha yang bermanfaat dan member hasil, atau suatu sistem
yang digunakan untuk memproduksi sesuatu dibawah kondisi buatan. Ikan konsumsi
adalah jenis-jenis ikan yang biasanya dikonsumsi sebagai pangan oleh manusia. Ikan
konsumsi dapat dikemopokkan berdasarkan habitat hidup dan juga berdasarkan upaya
memperoleh ikan tersebut.
Setelah mengetahui bermacam-macam wadah budidaya ikan dan mengetahui
konstruksi wadah tersebut maka langkah selanjutnya adalah menyiapkan segalanya agar
wadah budidaya ikan tersebut dapat dipergunakan untuk kegiatan budidaya. Dalam
membudidayakan ikan dengan menggunakan kolam yang biasanya dilakukan untuk
melakukan budidaya ikan air tawar, harus dilakukan persiapan kolam agar dapat
dipergunakan untuk membudidayakan ikan. Persiapan kolam meliputi pengeringan kolam,
perbaikan pematang, pengolahan dasar kolam, perbaikan saluran pemasukan dan
pengeluaran air, pemupukan dan pengapuran.

68
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

Agar kolam yang dipergunakan senantiasa baik untuk kegiatan budidaya maka harus
selalu dilakukan pengelolaan terhadap kolam budidaya baik kolam pemeliharaan,
pemijahan, penetasan telur dan lain sebagainya. Pada pengelolaan kolam yang akan
dipergunakan sebagai wadah pemeliharaan induk atau calon induk sebaiknya mempunyai
persyaratan yang sesuai dengan lingkungan yang layak bagi kehidupan induk. 
Hal-hal yang harus dilaksanakan dalam pengelolaan kolam induk ikan ini adalah
pengairan, pengendalian gulma air, serta wadah yang digunakan mempunyai pematang
yang kokoh dan tidak bocor, tersedianya pintu pemasukan, dan pintu pengeluaran yang
dipasang saringan. Setelah semua langkah persiapan dilakukan maka kolam tersebut dapat
digunakan untuk melakukan kegiatan budidaya.
Kenaikan produksi budidaya ikan dalam kolam air tawar cukup pesat yaitu berkisar
11 persen setiap tahun. Hal ini menujukkan ada gairah besar di masyarakat untuk
mengembangkan usaha budidaya ikan air tawar. Tentunya pertumbuhan produksi ini
mengacu pada permintaan pasar yang terus meningkat. Lebih dari 70 persen produksi ikan
air tawar diserap oleh pasar dalam negeri. Pulau Jawa menjadi penyerap terbesar
mengingat jumlah penduduknya yang padat. Apabila dilihat dari potensinya, kebutuhan
untuk pulau Jawa saja masih akan terus berkembang. Mengingat konsumsi per kapita ikan
di Jawa masih di bawah konsumsi per kapita di luar Jawa.

Gambar 4.1. Budidaya Ikan Nila Konsumsi


(Sumber : Dikumentasi Penulis, 2010)

69
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

Ikan konsumsi adalah jenis-jenis ikan yang lazim dikonsumsi sebagai pangan oleh
manusia. Ikan konsumsi dapat dikelompokkan berdasarkan habitat hidup jenis-jenis ikan
yaitu dari laut dan dari perairan di darat. Ikan konsumsi juga dapat dikelompokkan
berdasarkan upaya memperoleh ikan tersebut seperti penangkapan langsung dari alam dan
hasil pembudidayaan.
Ikan Konsumsi dari perairan di darat biasanya disebut juga sebagai Ikan Air Tawar.
Ikan Air Tawar sebagai ikan konsumsi diperoleh dengan menangkap dari alam atau ikan
yang dibudidayakan. Komoditas ikan air tawar bernilai ekonomis yang sudah
dibudidayakan masih didominasi oleh ikan ikang yang masih beredar dipasaran seperti
ikan nila, ikan patin, ikan lele, ikan mas dan ikan gurame. Beberapa ikan hasil domestikasi
untuk kebutuhan konsumsi telah mulai diteliti dan mualai dalam pengambangan budidaya
nya seperti Ikan Gabus, Ikan Baung dan Ikan jelawat serta ikan lain yang masih dalam
tahap inventarisir cara budidaya di wadaha budidaya.
Budidaya ikan konsumsi terbagi menjadi 2 pola usaha yaitu pembenihan dan
pembesaran yang keduanya mempunyai tujuan yang sama yaitu produksi ikan konsumsi
yang dapat diterima oleh pasar.
Jenis ikan air tawar yang dapat dikonsumsi tidak semua mendatangkan keuntungan
yang sama besar karena masing-masing jenis memiliki karakteristik dan keunggulan yang
berbeda-beda, baik dari segi ukuran tubuhnya, ketebalan dagingnya, percepatan
pertumbuhannya, dan kelezatan dagingnya. Oleh karena itu, pengenalan jenis-jenis ikan air
tawa yang berpotensi untuk dibudidayakan sangat penting bagi para petani ikan yang
berorientasi agribisnis.
Berbagai macam jenis ikan air tawar yang telah dientaskan dari perairan umum ke
kolam budidaya, Dari sekian banyak ikan air tawar tersebut, jenis ikan gurami, ikan nila,
dan ikan mas adalah jenis ikan air tawar yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan.
Nilai jual yang tinggi permintaan serta kebutuhan ikan ini yang terus menerus ada dapat
menjadi pertimbangan akan pentingnya budidaya ikan tersebut.
Budidaya pembesaran ikan konsumsi dilakukan untuk mendapatkan ikan siap
konsumsi atau ukuran yang diinginkan konsumen. Budidaya pembesaran ikan konsumsi
dilakukan untuk memenuhi permintaan konsumsi ikan yang semakin meningkat.
Sedangakan budidaya pembenihan ikan konsumsi dilakukan untuk mendapatkan stol benih

70
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

unggul dengan laju pertumbuhan yang cepat yang diingiinkan oleh petani pembesaran
ikan.
Budidaya ikan merupakan usaha pemeliharaan atau kegiatan produktivitas perairan
yang dihasilkan oleh sekelompok atau individu dalam bentuk pembenihan, pembesaran
dan pengolahan disegala aspek akuatik untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam
waktu tertentu (Nurhasan,2014).
dalam usaha budidaya ikan konsumsi ada kelebihan dan kekurangan diantaranya
adalah
Kelebihan dalam budidaya ikan konsumsi :
1. Dapat membatu ketersedian ikan konsumsi
2. Menambah penghasilan masyarakat pembudidaya
3. Mudah untuk mendapatkan ikan segar.
4. Mudah untuk memijahkannya.
5. Apabila ikan dalam keadaan stres bisa cepat diatasi dan dapat dilakukan
pengobatan.
6. Mudah memilih ikan ukuran konsumsi.
7. Mudah melakukan penyeleksian induk.
8. Mempercepat masa panen
9. Mudah untuk dipanen.
10. Mudah dijangkau.
Dalam pemeliharaan ikan kelebihan dalam budidaya ini sangat terlihat sekali dimana
budidaya ikan dapat dirasakan oleh masyarakat agar termotifasi untuk membuka peluang
usaha budidaya sehingga sedikit-demisedikit dalam sektor perikanan mulai terlihat
perkembangannya dimasa yang akan datang. Selain dari kelebihan dalam budidaya ikan
kekurangan juga menjadi salah satu pertimbangan untuk melakukan pemeliharaan dalam
budidaya ikan.
Kekurangan dalam budidaya ikan
1. Mahalnya harga pakan.
2. Susahnya Ketersedian benih yang berkualitas
3. Besarnya biaya pembuatan kolam
4. Waktu pengontrolan setiap saat.

71
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

5. Pemberian pakan harus tepat waktu.


6. Susah untuk beradaptasi dengan lingkungan.
7. Tingginya tingkat mortalitas.
8. Air sering diganti agar kandungan amoniak tidak melebihi.
9. Tidak semua species ikan bisa dibudidayakan.
10. Keterbatasan lahan untuk budidaya.
Kelemahan dalam budidaya tidaklah menjadi faktor pemicu kepada masyarakat
khususnya pembudidaya menjadi takut untuk melakukan usaha budidaya ikan air tawar
konsumsi.
Kegiatan Teknik Budidaya Ikan Pada Kolam:
Menurut Susanto (2006) Teknik budidaya ikan/ aquaculture, bertujuan untuk
menghasilkan ikan kultur yang meliputi kegiatan antara sebagai berikut:
A. Persiapan wadah pemeliharaan (manajemen kolam)
B. Penebaran benih
C. Pengelolaan air / kualitas air
D. Pemberian pakan
E. Pencegahan dan pembrantasan hama dan penyakit
F. Pemantauan pertumbuhan dan populasi ( sampling)
G. Pemanenen hasil.
H. Pasca panen

A. Persiapan wadah
Persiapan wadah yang dilakukan bergantung kepada sistim aquaculture yang digunakan,
seperti:
1. Kolam/ tambak
Persiapan wadah ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan budidaya dalam kondisi
optimal bagi ikan kulture untuk hidup dan tumbuh maksimal.
Persiapan wadah yang dilakukan pada kolam mencakup:
• Pengeringan tanah dasar
• Perbaikan pematang, tanah dasar, pintu dan saluran air

72
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

• Pengapuran dan pemupukan, bertujuan untuk peningkatan pH dan penumbuhan


pakan alami. Banyaknya pupuk kandang yang digunakan tergantung pada tingkat
kesuburan kolam, sebagai patokan 1 kg/ 1 m2. Umumnya ada unsur fospor dan
nitrogen, biasanya yang dianjurkan jenis pupuk:
DS (Double Superphosphat) atau TS (Triple Superphosphat) dan Urea.
Sebagai patokan untuk 200 m2, pupuk yang digunakan = 4 kg ,yang terdiri dari = 2 kg
DS atau TS dan = 2 kg Urea. Beda dengan pupuk kandang, pupuk buatan diberikan
selama berlangsung masa pemeliharaan/ kolam telah terisi air. Pupuk buatan lebih
ditujukan untuk memupuk air kolam agar tumbuh plankton (pemupukan harus
disesuaikan dengan tujuannya).
Cara pemupukan:
• pupuk buatan dimasukan kedalam kantong plastik yang diberi lubang kecil-kecil
• kemudian di ikatkan pada bilah bambu dan di tancapkan di dasar perairan kolam.
• kantong akan tergantung dan terendam air sehingga pupuk akan larut sedikit demi
sedikit, cara ini bertujuan untuk menghindarkan terikatnya unsur-unsur kimia dari
pupuk, terutama fosphat oleh kcomplek humus dalam tanah.
Pengisian Air/ Kedalaman Air:
• Untuk kolam pemeliharaan berkisar antara 50—70 cm
• Pemasukan air hanya dimaksudkan untuk mengganti kebocoran/ penguapan.
• Pemasukan air yang berlebihan akan mengakibatkan hanyutnya unsur hara yang
terkandung dalam air kolam.
Lamanya waktu persiapan ini berkisar antara 1—4 minggu.
B. Penebaran benih
Penebaran benih dilakukan setelah kegiatan persiapan wadah pemeliharaan selesai.
Benih yang ditebar dikelola secra benar mencakup:
1. Jenis (spesies/ komoditas yang di usahakan)
2. Ukuran/ size
3. Asal
4. Jumlah penebaran
Banyaknya jumlah benih yang harus ditebar dihitung dengan menggunakan rumus
menurut Khairuman dan Sudenda. D. (2002) sebagai berikut:

73
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

D= P + m
G
Keterangan:
D = jumlah ikan yang diitebar, P= daya produksi ikan, G= pertumbuhan ikan yang
di inginkan, m= jumlah ikan yang diperkirakan akan hilang/ mati.
Contoh penghitungan:
• Kita ingin menebari kolam yang daya produksinya 300 kg setiap 3 bulan.
• Pertumbuhan tiap ekor ikan yang di inginkan 40 gr
• Ikan yang hilang selama pemeliharaan diperkirakan 20 %
• Maka benih yang harus ditebar adalah...?
= 300 + 20 % = 7500 + 1500 = 9000 ekor.
0,04
C. Pemberian pakan
Pada kegiatan pemberian pakan ada beberapa kegiatan yang perlu diperhitungkan
seperti dosis pakan, jumlah pakan yang akan diberikan, cara pemberian pakan, frekuensi
pemberian pakan, waktu pemberian pakan, jenis pakan yang diberikan, ukuran pakan, dan
nutrisi pakan. Biasanya dosis pakan diberikan berkisar antara 3% - 5% dari biomas.
Untuk mengetahui baik atau tidaknya mutu dan nutrisi pakan yang diberikan digunakan
alat analisis Food Converse Ratio (FCR) yaitu perbandingan antara jumlah pakan yang
diberikan dengan pertambahan bobot ikan yang dipelihara, dengan kaidah semakin kecil
nilai FCR maka semakin baik mutu dan nutrisi pakan yang digunakan. FCR dirumuskan
menurut Hasan (2002) sebagai berikut:
F
(Wt + D) – wo

Dimana: F = jumlah pakan selama pemeliharaan, Wt= berat akhir ikan, D=berat ikan mati,
wo=berat awal ikan.
D. pengelolaan kualitas air.
Pengelolaan kualitas air dilakukan selama pemeliharaan untuk menjamin terjadinya
pertumbuhan ikan kultur. Pengelolaan kualitas air ini bertujuan untuk menciptakan
lingkungan media pemeliharaan ikan tetap optimal sehingga ikan selalu memiliki nafsu
makan yang tinggi.

74
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

Selain debitnya harus mecukupi, mutu air harus memenuhi syarat sebagai sumber air
perkolaman (kualitas air), antara lain:
1. Jumlah gas yang terlarut
a. oksigen terlarut yang dianggap ideal bagi tumbuh kembang ikan yaitu berkisar 5 –
6 ppm. Oksigen telarut yang dibawah kisaran tersebut, masih memungkinkan dijadikan
sumber air kolam namun perlu beberapa perlakuan khusus seperti; pembuatan air terjun,
permukaan kolam yg luas sehingga memperbesar terjadinya difusi udara bebas kedalam
air.
b. Zat karbon dioksida, kandungan karbon dioksida yang dianggap masih ideal dan
tidak membahayakan bagi ikan adalah 25 ppm ( gas ini tidak dimanfaat secara langsung
bagi ikan namun diperlukan bagi tumbuhan air sebagai media fotosintesis.
c. Gas yang dianggap racun bagi ikan diantaranya amoniak(NH3) yang terbentuk
dari hasil rombakan protein/ sampah organik. Kandungan terbesar amoniak terdapat pada
daerah dasar perairan/ endapan. Kandungan amoniak yang masih layak yaitu tidak lebih
dari 3 ppm.
d. pH air, keasaman air sangat berperan dalam kehidupan ikan. Umumnya pH yang
sangat cocok untuk semua jenis ikan antara 6,7 – 8,6, namun ada jenis ikan dapat bertahan
hidup pada kisaran pH yg sangat rendah atau tinggi, sekitar 4 – 9 karena lingkungan
hidupnya di rawa-rawa spt; sepat siam.
e. Suhu air, sifat fisik air yang berpengaruh terhadap nafsu makan ikan dan
pertumbuhan. Suhu air yg optimal untuk daerah tropis adalah berkisar antara 25 – 30
derajat. Sementara perbedaan suhu antara siang dan malam tidak boleh melebihi 5 derajat
serta tidak boleh terjadi perubahan suhu mendadak/drastis. Suhu air mempengaruhi
pertukaran zat-zat atau metabolisme dari mahluk hidup.
f. Kekeruhan, tingkat kekeruhan air yang masih layak bagi usaha perikanan adalah
tidak kurang dari 45 cm, namun bila kurang dari 45 cm air perlu diendapkan pada
bak pengendapan sebelum masuk kekolam budidaya.
Untuk mengetahui penyebab keruhnya air apakah oleh plankton atau larutan lumpur,
dapat digunakan cara sederhana. Caranya dengan mengambil contoh air yang ditempatkan
pada gelas kaca, bila ada endapan lumpur pada dasarnya berarti air tersebut keruh

75
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

disebabkan lumpur. Bila tidak ada endapan namun airnya tetap berwarna seperti semula
berarti disebabkan oleh plankton.
Pengelolaan kualitas air ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan media
pemeliharaan ikan tetap optimal sehingga ikan selalu memiliki nafsu makan yang tinggi.
E. Pembrantasan hama dan penyakit
Kegiatan ini dilakukan beberapa kali selama masa pemeliharaan ikan.
Penyakit: ( Bintik Putih, Jamur,dan Bakteri)
1. Bintik Putih / White Spot (protojoa – Ichthyopthirius multifillis)
• Menyerang selaput lendir dan hidup bergerombol
• luka/ pendarahan pada sirip insang
Pengobatan:
• gunakan Metil Biru, buat larutan Metil Biru konsentrasi 1 % = 1 gr
Metil Biru dalam 100 cc air.
• Masukan ikan kedalam bak berisi air bersih
• Tambahkan metil biru kedalam bak
• Setiap 4 liter air boleh ditambahkan 2—3 cc larutan
• Volume air 1 m3 = 500—1000 cc atau 0,5—1 liter.
• Biarkan ika selama sehari-semalam dan diberikan aerasi.
• Ulangi pengobatan 3—5 kali sampai sembuh. Atau dapat pula
menggunakan;
• larutan NaCl (garam dapur) dengan konsentrasi 1—3 gr garam
setiap 100 cc air dan celupkan ikan selama 5—10 menit.
2. Jamur,
ikan yang terluka mudah terserang oleh jamur.
• Obat yang dapat digunakan: Malachytrgeen ( bentuk Bubuk warna Hijau)
• Dosis:
• 2 gr dicampur 1 liter air bersih untuk mendapatkan larutan 0,2 %
• Masukan ikan pada bak air, kemudian campurkan larutan
• Untuk setiap 1 liter air diberikan 1—2 cc larutan baku.
• Pengobatan di ulang 3 hari berturut-turut dengan lama setiap
pengobatan 0,5—1 jam.

76
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

3. Bakteri ( Aeromonas.sp, pseudomonas.sp) penyakit yang tergolong ganas...


Tanda-tanda terserang penyakit ini:
• Pada tubuh berwarna merah an berdarah
• Tubuh kasap/ tidak licin
• Kulit tampak melepuh/ sisik rusak
• Insang rusak, berubah warna putih
• Sirip pecah-pecah
• Ikan lemah, nafsu makan berkurang, gerakan badan tidak stabil
• Isi perut/ usus rapuh dan hati berwarna kekuningan
Cara pengobatan:
• Tampung ikan pada bak air bersih dengan perbandingan 1 kg berat ikan dalam 40
liter air
• Masukan larutan Kalium Permanganat (PK) dengan konsentrasi 20 kg ( 1,5 sendok
teh ) tiap 1 m3 air.
• Biarkan ikan selama 30—60 menit dalam bak dengan di amati terus-menerus.
• Kembalikan ikan pada kolam yang berair bersih, bila masih kurang sehat ulangi
pengobatan 3—4 hari kemudian.
• ( untuk ikan–ikan yang sudah terserang dalam katogori parah, sebaiknya
dimusnahkan dengan cara di bakar)
Bila penyakit ini menyerang pada Induk, pengobatannya adalah: Dengan cara
penyuntikan Oxytertraceclin HCL (Teramicin) dengan dosis 22 mg/ kg berat ikan).
B. Parasit ( Lernea dan Kutu ikan/ Argulus )
1. Lernea
• dapat menyerang benih dan induk dengan cara menghisap cairan makanan dalam
tubuh inang.
• Stadia hidup Lernea:
• Stadium Nauplius – Cocepodied — Cyclopodied.
Cara pembrantasannya:
• Potong siklus hidupnya pada saat stadium Cocepodied dan Cyclepodied
• Masukan ikan yang sakit kedalam larutan Formalin 25 ppm selama 10 menit.
Cara pembuatan larutan:

77
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

• Campurkan 25 ml Formalin murni kedalam 100 liter air bersih


• Ulang pengobtan 2—3 kali selama 2—3 hari hingga ikan bener-benar sehat.
2. Argulus Indicus/ kutu Ikan
Mempunyai warna abu-abu muda,
Cara pengobatanya adalah:
• Dengan menggunakan Diphtereks dengan dosis 0,5—1,0 ppm selama 24 jam. Atau
dengan NaCl (garam dapur) 2—3% celupkan selama 10—15 menit.
F. Pemantauan pertumbuhan dan populasi.
biasanya dilakukan dengan cara sampling yaitu dengan cara menangkap beberapa
ekor ikan dari populasinya pada beberapa titik dengan menggunakan serokan, kemudian
ikan yang ditangkap dilakukan penimbangan dan pengukuran panjangnya untuk
mengetahui pertambahan bobot dan panjang ikan. Kegiatan ini juga bertujuan untuk
mengetahui biomassa ikan kultur dalam wadah produksi. Sedangkan pemantauan populasi
bertujuan untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidup pada ikan kultur dilakukan dengan
cara pengamatan perkembangan jumlah populasi ikan hidup dengan indikator
penghitungan jumlah ikan yang terlihat mati pada masa pemeliharaan. Jumlah populasi
dihitung menurut Hasan (2002) yaitu: Survival Rate (S/R)= Nt/No x 100%.
Keterangan: Nt= Jumlah ikan akhir pemeliharaan, No= jumlah ikan awal pemeliharaan.
Manfaat pengetahuan tersebut adalah:
• Untuk menentukan jumlah pakan harian
• Mengetahui aset setiap wadah kultur
• Menentukan waktu panen.
Laju pertumbuhan ikan dihitung dengan menggunakan rumus menurut Hasan (2002).
Sebagai berikut:
Laju pertumbuhan berat relatif/ persentase pertambahan berat pada setiap waktu.
Dirumuskan:
h = Wt – Wo x 100 % =
Wo

Laju pertumbuhan berat harian pertambahan berat pada setiap waktu. Dirumuskan:
h = Wt – Wo =
t hari

78
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

Laju pertumbuhan berat mutlak pertambahan berat pada setiap waktu. Dirumuskan:
h = Wt – Wo =

keterangan:
h = pertambahan berat, Wt= berat setelah t hari, Wo= berat awal pemeliharan, t hari=
jumlah hari pemeliharaan.
G. Pemanenen hasil
Pemanenan ikan dapat dilakukan setelah mencapai ukuran pasar. Lama
pemeliharaan tergantung ukuran ikan saat ditebar. Pemanenan dapat dilakukan secara total
maupun secara selektip sesuai pada kondisi permintaan dan ukuran ikan yang diinginkan
oleh konsumen.
E. Pasca Panen dan analisis financial
Kegiatan pasca panen merupakan perlakuan terhadap ikan yang telah dipanen dari
dalam wadah budidaya. Biasanya kegiatan yang dilakukan pada pasca panen yaitu:
pembersihan ikan, penampungan, proses packing, penjualan hingga pengangkutan.
Analisis financial merupakan salah satu alat untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha
yang dilakukan. Alat analisis bisa berupa: analisis laba rugi, payback period, break even
point (BEP), Revenue cost ratio (C/R) dan sebagainya.
Dalam agribisnis perikanan, setelah panen ikan harus ditangani agar bisa
mengurangi penyusutan pascapanen. Ikan yang dijual dalam keadaan hidup memerlukan
penanganan yang lebih intensif dan cepat supaya ikan tetap hidup dan sehat sampai
kekonsumen.
Ada 2 cara pengangkutan ikan hidup:
1. Pengangkutan tertutup: kantung plastik, air dan O2
2. Pengangkutan terbuka; pakai palka/ bak terbuka yang dilengkapi dengan peralatan
sirkulasi air shg tercipta lingkungan/ kualitas air yg optimal selama pengangkutan.
Tabel. 4.1. Contoh Jadwal kegiatan proses produksi pada Kolam
No KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20.
1 Persiapan wadah
a. pengerin X X
gan X
b. perbaika X
n pematang X

79
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

c. pemupuk
an
d. pengisian
air
2 Penebaran benih X
3 pemberian pakan X XX X X X X X X X X X X X X

4 Pengelolaan X X X X X X X X X X X X X X X
kualitas air
5 Pembrantasan X X
hama dan
penyakit
6 Pemantauan X X X
pertumbuhan
7 Pemanenan hasil X
Keterangan. 1,2,3,4 = minggu

IV.2.Budidaya Ikan Hias


Indonesia saat ini menduduki peringkat ketiga sebagai negara eksportir ikan hias
dunia dengan pangsa pasar sebesar 7,5 persen. Posisi itu di bawah Singapura dan Malaysia
yang masing-masing berturut-turut sebesar 22,5 persen dan 11 persen. Ekspor Ikan hias
Indonesia pada tahun 2010 telah mencapai US$ 12 juta atau naik dari tahun sebelumnya
yang hanya mencapai US$ 10 juta. Pada tahun 2011 target produksi untuk ikan hias
sebesar 3 milyar ekor dan mengalami peningkatan terus hingga 8 milyar ekor pada tahun
2014
Usaha budidaya ikan hias tidak membutuhkan lahan yang luas, memerlukan modal
yang kecil dan dapat dilakukan oleh setiap anggota keluarga juga waktu yang relatif
singkat. Jenis-jenis ikan tersebut antara lain jenis siklid, platis, lemon, cupang, black ghost,
manvis, palmas, guppy, diskus, oscar dan masih banyak lagi lainnya dengan tingkat
pembudidayaan secara tradisonal, semi intensif ataupun secara intensif dengan sarana dan
prasarana yang beragam. Untuk mendapatkan hasil budidaya ikan hias yang baik dapat
dilakukan dengan selalu menjaga kualitas dan kuantitasnya. Dalam menjaga kualitas dan
kuantitas tidak terlepas dari cara budidaya ikan hias yang dilakukan.
Budidaya ikan hias dapat menggunakan wadah dari berbagai jenis selama tidak
bocor. Wadah budidaya yang sering digunakan untuk ikan hias adalah akuarium, kolam
bak semen, kolam terpal/plastik, bak fiber glass dengan ukuran yang beragam. Selain itu
juga dapat dimanfaatkan barang-barang bekas yang tidak bocor dan dapat ditambal dengan

80
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

ukuran dan diameter yang beragam ukurannya. Wadah budidaya ikan sistem airnya ada
yang mengalir dan ada yang tergenang. Wadah pembudidayaan ikan hias ini terdiri dari
wadah perawatan induk, pemijahan, penetasan telur, pendederan, pembesaran dan
penampungan hasil. Tetapi wadah yang digunakan tergantung dari jenis ikan dan yang
utama adalah tergantung dari luas lahan dan modal yang dimiliki.
Ikan hias mempunyai kemampuan hidup pada lingkungan yang beragam.
Lingkungan hidup ikan yang sangat mempengaruhi adalah air, suhu, derajat keasaman
(PH), kesadahan air, kandungan oksigen terlarut dan kecerahan. Untuk membudidayakan
ikan hias haruslah sesuai dengan kondisi lingkungan air disekitar kita. Lingkungan air yang
ideal bagi ikan hias rata-rata adalah untuk suhu air 24 – 300C, PH 6-7, oksigen terlarut > 3
ppm dan kecerahan air 30 – 60 cm.
Sumber air untuk budidaya ikan hias antara lain berasal dari air tanah, air sungai dan
air PAM. Jenis-jenis air tersebut harus diendapkan dahulu minimal 12-24 jam sebelum
dipakai agar kandungan oksigen terlarutnya cukup dan gas-gas yang lain hilang. Untuk
membuat PH yang sesuai dengan kehidupan ikan hias dapat dilakukan dengan memberikan
kapur pertanian atau kapur bordo dengan dosis secukupnya bila terlalu asam/basa.
Kesadahan air menunjukkan kandungan mineral seperti kalsium, magnesium dan
seng. Tingginya kesadahan sangat dipengaruhi oleh kondisi sekitar seperti jenis tanaman
sekitar sumber air dan mikroorgnisme. Kesadahan atau kekerasan air yang ideal untuk
budidaya ikan hias air tawar berkisar antara 70 – 100 HD. Kandungan nitrit dalam usaha
budidaya ikan berasal dari sisa pakan, kotoran ikan, lumut, tanaman mati yang
terdekomposisi dalam siklus nitrogen. Kandungan nitrit berpengaruh terhadap kesehatan
yang berakibat pada pertumbuhan dan perkembangan ikan
Pakan untuk ikan hias yang diberikan biasanya adalah pakan alami dan pakan buatan.
Jenis pakan alami yang biasa diberikan yaitu infusoria, kutu air, jentik nyamuk, cacing
sutera, artemia, serangga, kodok, ikan hidup/mati. Sedangkan pakan buatan adalah pakan
yang bahan dasarnya juga berasal dari pakan alami. Pakan buatan umumnya berbentuk
pellet yang kadar proteinnya dapat diatur sesuai kebutuhan pertumbuhan ikan.
Jenis ikan air tawar lebih mudah untuk dibudidayakan daripada ikan laut. Karena
untuk membudidayakan ikan air tawar bisa dengan teknologi sederhana dan biaya yang
murah. Sehingga budidaya ikan air tawar bisa dikembangkan pada usaha rumahan. Hal ini

81
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

sangat berbeda dengan budidaya air laut yang memerlukan beragam fasilitas yang
memerlukan banyak modal.
Salah satu jenis ikan hias air tawar yang menjadi primadona di Indonesia diantaranya
ikan cupang dan ikan arwana. Selain itu ada ikan hias dari negara lain yang banyak
dibudidayakan di Indonesia seperti ikan koi, ikan guppy, dan ikan koki. Berikut beberapa
ulasan ikan hias yang populer dikalangan masyarakat.
1. Ikan Arwana.
Arwana merupakan ikan perenang atas (surface feeder), ditunjukkan oleh betuk
mulut. Di alam mereka berenang di dekat permukaan untuk berburu mangsa. Arwana dapat
menerima segala jenis pakan untuk ikan karnivora, tetapi seringkali mereka jadi sangat
menyukai salah satu jenis pakan saja, dan menolak jenis lainnya. Sebagai ikan peloncat,
arwana di alam bisa menangkap serangga yang hinggap di ranting ketinggian 1- 2 meter
dari permukaan air. Maka pemeliharaan dalam akuarium harus ditutup dengan baik.
Arwana merupakan ikan tangguh yang dapat hidup hingga setengah abad.
Permintaan yang tinggi dengan ketersediaan alam yang terbatas menyebabkan eksploitasi
di alam dibatasi. CITES (Convention of International Trade in Endangered Species of
Wild Flora and Fauna) menetapkan bahwa ikan Arwana Asia sebagai ikan yang mendapat
perlindungan tertinggi.
Budidaya arwana telah berhasil dikembang sejak lama. Kegiatan ini berawal dari
pembesaran di akuarium. Namun pada sekitar menjelang tahun 2000 Balai Besar
Pengembangan Budidaya Air Tawar berhasil memijahkan ikan yang konon membawa hoki
bagi pemiliknya, secara alami.

Gambar 4.2. Ikan Arwana (Sumber: aro4u.com)

82
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

Kualitas air yaitu pH pada budidaya ikan Arwana dapat hidup pada selang pH cukup
lebar. Namun disarankan agar mereka dipelihara sesuai dengan kondisi aslinya di alam
yaitu pada selang pH netral sampai agak masam (pH 6.0 -7.0). Arwana berasal dari
perairan dengan kesadahan rendah, oleh karena itu direkomendasikan untuk
memeliharanya pada selang kesadahan ini (GH 8°). Arwana silver dapat hidup pada
kisaran GH 4-10. Arwana direkomendasikan untuk diperlihara pada selang suhu 26 – 30
°C. Seperti halnya jenis ikan yang lain, hindari terjadinya perubahan suhu mendadak.
Perubahan suhu mendadak dapat menyebabkan shock pada ikan yang bersangkutan, dan
dapat memicu berbagai masalah. Suhu terlalu tinggi untuk jangka waktu lama diketahui
dapat menyebabkan tutup insang menggulung, hal ini tentu akan sangat menggangggu
keindahan ikan tersebut.
Pemeliharaan induk arwana sebaiknya dilakukan di kolam. tanah. Lokasi untuk
kolam perlu mempetimbangkan :
 Tanah : Jenis Tanah yang baik adalah tanah Nat berlempung yang dapat menahan
air dan mendukung pertumbuhan pakan alami.
 Topografi : Perbedaan derajat kemiringan antara saluran pemasukan dan
pengeluaran maksimal 1%.
 Air : Suplai air yang memenuhi kualitas, kuantitas dan kontinuitas yang
dibutuhkan. Kolam yang ideal berbentuk persegi panjang dengan ukuran minimal
10x10m2.
 Persiapan kolam sebelum tanam yaitu : Pengeringan kolam hingga dasar retak-
retak, Pembalikan dasar kolam, perbaikan pematang, Pengapuran dengan dosis
50-100 gram/m2, Perngisian air setinggi 100 cm
Hujan deras dapat mengakibatkan perubahan mendadak kualitas air. Untuk
mencegah kematian ikan, ganti air (setelah hujan berhenti) minimal 30% dari total volume
air.
Sebagai ikan hias, arwana dapat dipelihara dalam akuarium. Secara umum, semakin
besar ukuran akuarium akan semakin baik, karena arwana memerlukan ruang gerak yang
cukup luas. Ukuran akuarium minimal 3 kali dari panjang ikan dengan lebar 1. 5 kali
panjang ikan. Akuarium ditempatkan di area yang jauh dari gangguan, untuk menghindari

83
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

stress pada ikan. Tutup akuarium dengan tutup yang rapat dan kuat karena arwana dapat
melompat atau mendorong tutup ke luar akuarium.
Setelah arwana berumur 4 bulan, pemeliharaan mulai dilakukan secara terpisah pada
akuarium ukuran 75 x 45 x 45 cm untuk menghindari perkelahian antar ikan. Pemeliharaan
2-3 ekor arwana dalam satu akuarium perlu dihindari, mengingat sifat agresif akan
menyebabkan perkelahian. Namun diperbolehkan pemeliharaan 6 ekor sekaligus, karena
sifat agresif arwana menjadi sangat berkurang.
Untuk merangsang keluarnya warna yang bagus dan pembentukan kromatofora,
perlu diberikan pencahayaan buatan minimal 10-12 jam per hari. Hindari penyalaan lampu
secara mendadak, yang bisa menyebabkan panik, sehingga ikan menabrak kaca atau benda
lainnya dalam akuarium dan ikan menjadi terluka. Manipulasi pencahayaan sering dapat
menimbulkan pantulan warna ikan dengan lebih baik. Letakkan lampu di bagian depan
akuarium, dan set sudut reflektor sedemikan rupa sehingga bisa memberikan pantulan yang
optimal. Banyak pilihan lampu dijual dipasaran dengan spektrum bervariasi, lampu
berspektrum penuh akan secara alamiah memantulkan wama-warna alami dari ikan. Pada
waktu 6-7 bulan setelah ikan dapat berenang bebas, ukuran mencapai 20-25 cm dan dapat
dipasarkan.
Penggantian air dilakukan untuk memperbaiki kualitas air yang telah menurun akibat
banyaknya kotoran ikan. Oleh karena itu dalam penggantian air yang menggunakan sistem
siphon (menggunakan selang air) sekaligus untuk mengeluarkan sisa-sisa kotoran ikan dan
juga kotoran yang melekat pada kaca. Penggantian air cukup dilakukan 2 atau 4 minggu
sekali dan tidak perlu seluruh air diganti tetapi cukup sejumlah 30-50 % dari total air.
Perlu diperhatikan bahwa suhu dan pH air pengganti harus relatif sama dengan air
akuarium. Hindari terjadinya fluktuasi kualitas air saat melakukan penggantian air.
Bersamaan dengan penggantian air dilakukan juga pembersihan media filter mekanik
yang digunakan. Pakan hidup merupakan jenis pakan utama bagi arwana yang termasuk
karnivora. Pakan yang diberikan hendaknya bervariasi untuk menekan resiko kekurangan
gizi tertentu. Beberapa jenis pakan yang sering diberikan pada arwana adalah ikan hidup,
udang hidup, potongan udang segar, potongan daging ikan segar, serangga (jangkrik,
kecoa, kelabang), cacing/ulat (cacing sutera, cacing tanah, cacing darah, ulat hongkong)
dan kodok.

84
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

2. Ikan Koi
Koi termasuk ikan hias eksotis yang semakin banyak penggemarnya. Selain
dipelihara sebagai hobi, koi juga bisa dijadikan lahan bisnisyang menjanjikan. Tentu saja
bagi mereka yang benar-benar serius menekuninya. Selain pesona warna dan lekukannya
yang indah, keistimewaan lain dari koi adalah keelokan yang dipertontonkan tatkala
menyembul dan melompat ke atas air . Sungguh sebuah pemandangan yang istimewa bagi
yang hobi memeliharanya.
Ikan koi termasuk ke dalam golongan ikan carp (karper). Harga koi sangat ditentukan
berdasarkan bentuk badan dan kualitas tampilan warna. Ikan koi pertama kali dikenal pada
dinasti Chin tahun 265 dan 361 Masehi. Koi dengan keindahan warna dan tingkah laku
seperti yang kita ketahui saat ini, mulai dikembangkan di Jepang 200 tahun yang lalu di
pegunungan Niigata oleh petani Yamakoshi (Twigg, 2008).

Gambar 4.3. Ikan Hias Air Tawar Koi (Cyprinus Carpio)

Menurut Susanto (2000), tubuh ikan koi berbentuk seperti torpedo dengan alat gerak
berupa sirip. Sirip-sirip yang melengkapi bentuk morfologi ikan koi adalah sirip punggung,
sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, sirip anus, dan sirip ekor
Dewasa ini terdapat ratusan bahkan lebih jenis ikan hias dari berbagai negara.
Indonesia merupakan negara yang beruntung karena sebagian besar ikan hias yang ada
merupakan ikan tropis sehingga di Indonesia terdapat banyak jenis ikan hias yang dapat
dibudidayakan. Indonesia merupakan negara tropis yang sangat cocok untuk budidaya
berbagai jenis ikan hias air tawar dan iklimnya memungkinkan ikan hias tersebut dapat
bereproduksi sepanjang tahun.

85
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

Pada awalnya ikan koi hanya memiliki warna tunggal yaitu hitam (karasugoi dan
sumigoi), merah (benigoi, higoi, akagoi), putih (shiromuji), keemasan (kingoi), dan putih
keperakan (gingoi) dan disilangkan sehingga menghasilkan dua warna, tiga warna, lima
warna dan multi warna. Seiring dengan perkembangan teknik budidaya, koi yang pada
awalnya hanya memiliki satu warna saja saling disilangkan sehingga menghasilkan ikan
koi yang memiliki dua warna, tiga warna, bahkan lima warna. Ikan ini dapat dipelihara
hampir di semua tempat, gerak gerik ikan ini tampak simpatik, bahkan ada anggapan ikan
koi dapat membawa keuntungan bagi pemiliknya (Effendi 1993).
Memelihara koi adalah hobi yang menyenangkan dan diyakini dapat mengurangi
stress. Koi adalah ikan yang pintar dan bisa diajarkan untuk makan dari tangan. Namun
kadang seperti ikan rakus yang akan memakan semua apa saja yang dilempar ke kolam.
Koi juga dapat mendengar dan akan merespon suara suara.
Umumnya Koi mencapai ukuran 50% dari panjang ukuran koi dewasa dalam 24
bulan, biasanya pertumbuhannya tergantung dari besarnya media pemeliharaan. Juga
faktor lain seperti kualitas air, oksigen, filtering, dan makanan. Garis keturunan Koi juga
sangat berpengaruh erat dengan kualitasnya. Rata-rata ikan koi bisa hidup antara 20-30
tahun.
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika hendak memijahkan ikan koi adalah
ketersediaan kolam, persediaan induk koi, penyediaan pakan benih, dan perlakuan seleksi
yang ketat. Untuk mendapatkan ikan koi yang berkualitas baik maka diperlukan
adanya pengetahuan dan keterampilan teknik pembenihan dan pembesaran yang tepat.
Kualitas air merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan ikan koi.
Meskipun ikan koi dapat hidup dan berkembang pada air yang berkualitas buruk tetapi
akan rentan terhadap serangan penyakit dan warna akan menjadi pudar dan tidak indah
lagi. Untuk menjaga kualitas koi yang tinggi dan sehat Faktor pertama yang harus
diperhatikan adalah kualitas air (Lesmana 2001).
Kualitas air merupakan hal penting yang diperhatikan dalam budidaya ikan. Air yang
kurang baik akan menyebabkan ikan koi mudah terserang penyakit. Kualitas air
memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap kelulusan hidup dan pertumbuhan ikan.
Rendahnya kualitas sifat fisik dan kimia air yang digunakan pada tempat–tempat
pembenihan akan berkaitan dengan rendahnya produksi benih ikan. Sifat–sifat fisik dan

86
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

kimia air tersebut antara lain kecerahan, oksigen terlarut, pH, CO2, suhu, kekeruhan, warna
(Khairuman dan Sudenda 2002).
Kualitas lingkungan perairan adalah suatu kelayakan lingkungan perairan untuk
kisaran tertentu. Sementara itu, perairan ideal adalah perairan yang dapat mendukung
kehidupan organisme dalam menyelesaikan daur hidupnya (Boyd 1982). Kualitas air
adalah suatu keadaan dan sifat-sifat fisik, kimia dan biologi suatu perairan yang
dibandingkan dengan persyaratan untuk keperluan tertentu, seperti kualitas air untuk air
minum, pertanian dan perikanan, rumah sakit, industri dan lain sebagainya. Sehingga
menjadikan persyaratan kualitas air berbeda-beda sesuai dengan peruntukannya (Ismoyo
1994).
Ikan koi merupakan hewan yang hidup di daerah beriklim sedang dan hidup pada
daerah perairan tawar. Menurut SNI 7734-2011 persyaratan media air untuk ikan koi
sesuai Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Kualitas Air Budidaya Ikan Koi
Parameter Air Satuan Persyaratan
Fisika
0
Suhu C 20 -26
Kimia
pH - 6,5 – 8
Oksigen terlarut mg/L Min. 5
Amonia mg/L Maks. 0,02
Nitrat mg/L Maks. 50
Nitrit mg/L Maks. 0,2
Sumber : SNI 7734-2011
Ikan koi merupakan ikan air tawar, akan tetapi ikan koi masih dapat hidup pada air
yang agak asin. Ikan koi masih bisa bertahan hidup pada air dengan salinitas 10 ppt. Ikan
koi hidup pada salinitas netral, akan tetapi ikan koi masih bisa hidup pada salinitas yang
agak basa. Kisaran pH yang dibutuhkan ikan koi agar tumbuh sehat yaitu pada kisaran 6,5-
8,5 sedangkan nilai kesadahan yang dapat ditoleransi ikan koi adalah 20 mg/L CaCO3
(Effendi 1993).
Kelangsungan hidup ikan koi sangat bergantung pada kondisi perairan tempat
hidupnya. Mengingat besarnya potensi pencemaran perairan akibat racun yang ditimbulkan

87
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

dari sisa pakan dan kotoran sisa metabolisme yang mengendap di dasar perairan (Alex
2011).
Pada pemeliharaan ikan ini kualitas air, kepadatan ikan, serta jumlah dan kualitas
pakan pun harus selalu diperhatikan. Kepadatan ikan sangat penting untuk kenyamanan
hidup. Ikan yang terlalu padat dapat menimbulkan stres karena kualitas air cepat menjadi
jelek. Bahkan, oksigen terlarut cepat habis. Selain itu, pada ikan tertentu dapat terjadi
gesekan antar ikan sehingga menimbulkan luka. Akibatnya, penampilan ikan menjadi jelek
atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Jumlah dan kualitas pakan merupakan faktor
lain yang tidak kalah penting. Bila pakannya terlalu sedikit, ikan akan sukar tumbuh.
Sebaliknya bila terlalu banyak, kondisi perairan akan menjadi jelek, terutama pakan
buatan. Pemberian pakan dengan frekuensi lebih sering dan jumlah yang tidak terlalu
banyak akan lebih baik dibanding diberikan sekaligus dalam jumlah banyak. Dengan
jumlah pakan yang mencukupi ikan akan tumbuh dengan baik (Alex 2011).
3. Ikan Cupang
Beraneka ragam ikan hias di Indonesia yang bernilai ekonomi cukup tinggi, salah
satunya adalah Ikan Cupang (Betta sp.). Cupang (Betta sp.) adalah ikan air tawar yang
habitat asalnya adalah dari beberapa negara di Asia Tenggara, antara lain Indonesia,
Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Ikan ini mempunyai bentuk dan karakter yang unik dan
cenderung agresif dalam mempertahankan wilayahnya. Di kalangan penggemar, ikan
cupang umumnya terbagi atas tiga golongan, yaitu cupang hias, cupang aduan, dan cupang
liar. Di Indonesia terdapat cupang asli,salah satunya adalah Betta channoides yang
ditemukan di Pampang, Kalimantan Timur
Dalam sejarahnya ikan cupang dahulu sekali hanyalah ikan yang hidup di daerah
persawahan. Tapi sekarang sudah sangat berbeda dari bentuk aslinya dahulu. Ikan cupang
di Indonesia dikenal dan dipelihara oleh sebagian masyarakat Indonesia sejak tahun 1960-
an dan lebih banyak dikenal sebagai ikan cupang sawah. Dan kala itu ikan cupang
penggemarnya hanyalah anak-anak dan belum dirambah oleh kalangan orang-orang kaya.
Perubahan terjadi pada tahun 1970, dimana saat itu importir memperkenalkan jenis cupang
baru. Ada yang ekor pendek yang sekarang kita sebut dengan ikan cupang aduan atau
cupang laga. Ada juga yang berekor panjang yang dulu kita kenal dengan cupang jenis
slayer. Saat itu cupang hias yang baru muncul adalah jenis slayer ekor lilin dan tetap

88
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

mendominasi sampai era tahun 1990-an. Sampai ketika para penggemar cupang
memadukan atau mengawin silangkan mereka menjadi ikan yang lebih bervariasi bentuk &
warnanya. Cupang hias jenis baru ini mempunyai ekor yang dihiasi tulang yang lebih
menonjol keluar. Ada yang berbentuk duri panjang, sisir, yang biasanya kita sebut jenis
serit. Dan yang menggelembung kita sebut Half Moon.
Pada pertengahan tahun 1990-an, ikan cupang mulai diperlombakan dan dipamerkan
keindahan fisiknya tapi mereka belum memisahkan kategorinya seperti sekarang yang
memisahkan bentuk sirip maupun warnanya. Kini ikan cupang bukan hanya untuk diadu,
melainkan juga untuk dinikmati keindahannya. Ikan cupang ini juga dipelihara, dikoleksi,
dibudidaya dan juga dijual sampai ke luar negeri. Indonesia sendiri merupakan penghasil
ikan cupang hias terbesar kedua di dunia, setelah Thailand. Namun kalau cupang alam,
Indonesia menjadi penghasil nomor satu didunia. Saat ini Indonesia memiliki sekitar 40
jenis cupang alam yang sudah diteliti.
Nilai ekonomis seekor Cupang pun kini sangat bervariasi mulai dari Rp1.000 hingga
Rp50.000 per ekor untuk kualitas ikan biasa, sedangkan seekor betta spenders berkualitas
bagus bisa laku terjual lebih Rp 50.000 bahkan mencapai jutaan rupiah per ekor. Di
pasaran luar negeri, meski harganya variatif sesuai kualitas namun ikan asli Indonesia
tersebut diperdagangkan jauh lebihmahal jika dibanding harga pasaran di dalam negeri.
Menurut sumber dari Asosiasi Cupang Hias Indonesia (ACHI), seekor Ikan Cupang yang
diekspor secara masal (mass commodity) di pasaran AS berharga mulai dari US$8 hingga
US$20 per ekor. Sedangkan untuk Cupang berkualitas bagus dan terbilang eksklusif bisa
laku lebih dari US$50 per ekor. Segmen pembeli ikan itu adalah kelompok menengah atas
dan pencinta Cupang (hobbies). Di pasar lokal, permintaan ikan cupang baru terpenuhi
sekitar 60%. Sementara peluang ekspor selama ini belum banyak tergarap dengan baik
antara lain karena masih terbatasnya produksi para penangkar atau peternak Ikan Cupang
di Tanah Air. Diperkirakan potensi pasar di beberapa negara yang selama ini menjadi
tujuan ekspor betta spenders seperti AS, Hong Kong, Taiwan, Jepang, Brazil, serta
Singapura 60% belum bisa dipenuhi.
Ikan cupang (Betta sp.) terkenal karena sifatnya yang agresif dan kebiasaan hidupnya
berkelahi dengan sesama jenis, sehingga dinamakan fighting fish. Warna tubuh ikan ini
berwarna-warni, sehingga menjadi daya tarik para penggemar dan penghobi untuk

89
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

mengoleksinya. Warna-warna klasik seperti merah, hijau, biru, abu-abu, dan kombinasinya
banyak dijumpai. Warna-warna baru juga bermunculan dari kuning, putih, jingga, hingga
warna-warna metalik seperti tembaga, platinum, emas, dan kombinasinya.
Ikan cupang (Betta sp.) merupakan ikan yang memiliki banyak bentuk
(Polymorphisme), seperti ekor bertipe mahkota/serit (crown tail), ekor setengah
bulan/lingkaran (half moon), ekor pendek (plakat) dan ekor tipe lilin/selendang (slayer)
dengan sirip panjang dan berwarna-warni. Keindahan bentuk sirip dan warna sangat
menentukan nilai estetika dan nilai komersial ikan hias cupang (Yustina et al., 2003).
Penampakan warna pada ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis kelamin,
kematangan gonad, genetik dan faktor geografi. Cupang jantan dapat dibedakan dari
warnanya yang cerah dan menarik, bentuk perut ramping, serta sirip ekor dan sirip anal
panjang. Sementara cupang betina berwarna kurang menarik, bentuk perut gemuk serta
sirip ekor dan sirip anal pendek. Akibatnya, ikan cupang jantan memiliki nilai komersial
tinggi karena sangat disukai dan diburu oleh pecinta ikan hias, Sehingga akan lebih efektif
dan menguntungkan bila hanya diproduksi dan dipelihara jantannya saja (Zain, 2002). Ikan
jantan sangat agresif dan memiliki kebiasaan saling menyerang apabila ditempatkan dalam
satu wadah.

Gambar 4.4. Macam Bentuk Ekor Ikan Cupang (Betta sp.) : a) plakat, b) half moon, c)
crown tail, dan d) slayer.
(Sumber : : https://www.facebook.com/groups/KomunitasCupangHias)

Salah satu sifat yang terkenal dari ikan cupang adalah berkelahi satu sama lainnya
untuk mempertahankan wilayahnya. Sifat agresifnya menjadi daya tarik tersendiri bagi
seseorang untuk menyukai ikan ini. Saat bereproduksi ikan cupang memiliki perilaku yang
unik, yaitu menari. Ketika bertelur, betina akan mendekati sarang dan memiringkan

90
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

badannya untuk dijepit oleh jantan dengan meliukkan tubuhnya agar jantan bisa
menyemprotkan spermanya ke telur-telur tersebut (Perkasa dan Hendry, 2002)
Cupang memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut labirin (labyrinth). Alat
pernapasan tambahan ini dipergunakan untuk mengambil oksigen langsung dari udara.
Karena itu, cupang mampu hidup walaupun dalam kondisi kekurangan oksigen terlarut di
dalam air dan tanpa aerator.
Berdasarkan cara berkembangbiaknya, cupang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:
a. Kelompok Pengumpul Busa (Bubblenester), Spesies cupang yang termasuk
pengumpul busa diantaranya Betta imbellis, Betta smaragdina, Betta akaransis, Betta
coccina atau cupang api-api, dan Betta fasciata atau cupang sumatera.
b. Kelompok Perawat Telur (Mouthbreeder), Spesies cupang yang termasuk perawat
telur diantaranya Betta macrostoma atau Brunei Beauty, Makropodus opercularis atau
cupang paradise, Betta urimacullata atau cupang emas, dan Betta brederi atau cupang raja
(Linke, 1994; Sanford,1995).
Proses pemijahan ikan cupang berlangsung dengan cara betina mengeluarkan telur-
telurnya dan jantan membuahi dan memunguti telur-telur serta meletakkannya didalam
sarang busa. Setiap ikan cupang (Betta splendens) dapat menghasilkan rata-rata telur
sekitar 400-500 butir dalam satu kali proses pemijahan. Cupang jantan akan menjaga
sarang, merawat telur, dan larva yang menetas sekitar dua hari kemudian. Pada habitat
aslinya, beberapa jenis ikan cupang ditemui menngerami telurnya di dalam mulut
(Mouthbreeder). Dalam satu periode pemijahan biasanya anak cupang hias yang hidup
mencapai 60% betina dan 40% jantan. Padahal cupang hias yang laku dipasaran hanya
yang berjenis kelamin jantan, kecuali untuk tujuan sebagai induk betina (Perkasa, 2001).
Ikan cupang (Betta sp.) hidup di daerah tropis, terutama di benua Asia sampai
Afrika. Habitat asalnya berupa perairan dangkal berair jernih, seperti daerah persawahan
atau anak sungai yang memiliki temperatur 24-27o C dengan kisaran pH 6,2 – 7,5 serta
tingkat kandungan mineral terlarut dalam air atau kesadahan (hardnees) berkisar 5 – 12
dH. Pada umumnya ikan cupang sanggup bertahan hidup dan berkembang biak dengan
baik pada kisaran pH 6,5 – 7,2 dan hardnees berkisar 8,5 – 10 dH. Akan tetapi saat ini ikan
cupang sudah banyak dibudidayakan dalam wadah atau lingkungan yang terkontrol seperti
kolam, akuarium, bak dan wadah budidaya lainnya. Perkembangbiakan Betta sp. bersifat

91
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

bubblenester, yaitu membuat sarang busa sebelum memijah dan telur-telur dimasukkan ke
dalamnya (Linke, 1994; Sanford,1995).
Ikan cupang (Betta sp.) pada umumnya menyukai jenis makanan yang bergerak,
makanan harus tersedia sejak telur cupang menetas. Oleh karena itu, kebanyakan
pembudidaya ikan cupang terlebih dahulu melakukan kultur pakan alami sebelum
memijahkan ikan cupang. Adapun beberapa jenis pakan alami yang sering diberikan pada
fase larva ikan cupang antara lain Paramecium, Infusoria, Vinegar Eel, Artemia, Kutu Air,
Jentik Nyamuk, Cacing Sutra, dan Blood Worm / Cacing Darah (Sudradjat, 2003).

IV.3. Budidaya Perairan Umum


Perairan umum mempunyai posisi yang strategis dan berfungsi multi guna, selain
dimanfaatkan sektor perikanan, juga dimanfaatkan oleh sektor perindustrian, pariwisata,
perhubungan, pemukiman dan sebagainya. Perairan umum terdiri dari danau, waduk, rawa,
lebak, sungai serta genangan lainnya, merupakan salah satu sumberdaya perairan yang
potensial untuk lebih dikembangkan dalam memenuhi kebutuhan pangan bagi manusia,
khususnya kebutuhan protein hewani dari ikan. Pemanfaatan perairan umum tersebut
umumnya dilakukan melalui kegiatan penangkapan ikan, namun dengan semakin
berkembangnya teknologi dan keterampilan masyarakat, maka perairan umum telah
dimanfaatkan untuk kegiatan usaha budidaya perikanan secara intensif. Produksi perikanan
perairan umum sebagian besar didominasi oleh produksi penangkapan, kini terjadi
pergeseran ke arah sektor budidaya. Pergeseran ini terlihat dari penurunan perikanan hasil
penangkapan serta meningkatnya produksi dari usaha budidaya di perairan umum.
Pengelolaan perairan umum sebagai salah satu upaya kegiatan perikanan dalam
memanfaatkan sumberdaya secara berkesinambungan perlu dilakukan secara bijaksana.
Kegiatan pemanfaatan sumberdaya ikan di perairan umum melalui kegiatan penangkapan
dan budidaya mempunyai kecenderungan semakin tidak terkendali, dimana jumlah tangkap
tidak lagi seimbang dengan daya pulihnya. Agar terjadi keseimbangan maka diperlukan
pengelolaan sumberdaya yang lebih hati-hati. di perairan umum agar tingkat pemanfaatan
sumberdaya ikan, serta terjaminnya kelangsungan usaha pemanfaatan sumberdya ikan
dengan tetap mempertahankan kelestarian sumberdaya ikan di perairan umum.

92
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

Restocking adalah salah satu upaya penambahan stock ikan tangkapan untuk
ditebarkan di perairan umum, pada perairan yang dianggap telah mengalami krisis akibat
padat tangkap atau tingkat pemanfaatannya berlebihan. Tujuan restocking selain
menambah stock ikan agar dapat dipanen sebagai ikan konsumsi, juga bertujuan
mengembalikan fungsi dan peran perairan umum sebagai ekosistem akuatik yang
seimbang.
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam melakukan kegiatan restoking
di perairan umum. Hal ini untuk menjaga agar pelaksanaan restoking ini dapat berjalan
secara efektif dan efisien.  Adapun pesryaratan tersebut  antaralain :
 Mempunyai tingkat kesuburan perairan yang tinggi
 Perairan tidak tercemar
 Kualitas air memenuhi kriteria baku mutu air golongan C.
 Kondisi perairan layak bagi kehidupan biota akuatik
 Sifat perairan permanen (mengandung air sepanjang tahun)
 Dekat dengan sumber benih.
Ikan air tawar merupakan jenis ikan yang hidup dan menghuni daratan (inland
water), yaitu perairan dengan kadar garam (salinitas) kurang dari 5 per mil (0-5‰).
Menurut Kartamihardja et.al. (2007), luas perairan daratan di Indonesia mencapai 54 juta
ha. Angka tersebut mencakup perairairan umum daratan dengan luas sekitar 13,85 juta ha
(terdiri dari sungai dan paparan banjir seluas 12 juta ha, danau seluas 1,80 juta ha, dan
waduk seluas 0,05 juta ha), rawa payau dan hutan bakau seluas 39,5 juta ha, dan perairan
budidaya seluas 0,65 juta ha (mencakup kolam, sawah, dan tambak).

IV.3.1. Sawah
Sistim usaha tani memelihara ikan bersama padi di sawah atau Minapadi telah
dikembangkan di Indonesia sejak satu abad yang lalu (Ardiwinata, 1987) dan merupakan
salah satu tipe budidaya ikan di sawah, dimana ikan dan padi ditanam secara bersama-sama
(Balai Informasi Pertanian Irian Jaya, 1992).Sedangkan sawah yang sesuai untuk usaha
tani ini adalah sawah yang berpengairan teknis maupun setengah teknis (Mujiman, 1987).
Tupan et al, (2013) mengatakan bahwa sistim budidaya Minapadi merupakan cara
pemeliharaan ikan di sela-sela tanaman padi di sawah; sebagai penyelang diantara dua
musim tanaman padi dan atau pemeliharaan ikan sebagai pengganti palawija di
93
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

persawahan. Karena dapat memperkaya media tanam dengan pupuk organik dan
meningkatkan produksi plankton yang menjadi sumber makan ikan, dan itulah sumbangsih
ikan pada usaha tani terpadu ini (Simanjuntak, 2013). Bahkan menurut Montazeri (2012)
minapadi adalah salah satu teknologi lahan pertanian untuk perbaikan kualitas lingkungan
hidup sebagai antisipasi anomali iklim, karena minapadi ini adalah budidaya terpadu yang
dapat meningkatkan produktivitas lahan sawah, yaitu: peningkatan pendapatan petani
melalui peningkatan produksi padi 10%; peningkatan keragaman hasil pertanian karena
menghasilkan ikan; meningkatkan kesuburan tanah dan air ( mengurangi pupuk 30%); juga
dapat mengurangi hama penyakit Wereng Coklat pada tanaman padi
Sistim usaha tani Minapadi digolongkanmenjadi (Anonim (1985):
1. Budidaya Ikan Sebagai Penyelang Tanaman padi
Pemeliharaan ikan sebagai penyelang, dilakukan setelah tanah sawah dikerjakan
sambil menunggu penanaman padi.Lamanya pemeliharaan biasanya 20-30 hari,
sampai pada saat benih siap untuk ditanam. Pada sistim ini, biasanya hanya
dilakukan untuk pendederan benih ikan (ukuran 1-3 cm) dengantujuan: setelah umur
20-30 hari, hasil dederan berubah menjadi anak ikan yang siap ditebarkan di kolam
(ukuran 3-5 cm atau benih glondongan).
2. Budidaya Ikan Bersama Padi
Merupakan pemeliharaan ikan di sawah yang dilakukan bersama dengan tanaman
padi.Lamanya pemeliharaan adalah sejak benih padi ditanam sampai dengan
penyiangan pertama, penyiangan kedua, atau sampai tanaman padi berbunga (mulai
terbentuk), bahkan sampai pengeringan. Hasil panenan dapat berupa ikan berukuran
100 gram/ ekor
3. Budidaya Ikan Sebagai Pengganti Palawija
Pemeliharaan ini dilakukan sebagai pengganti tanaman palawija dalam pola
pergiliran padi palawija padi.Tujuannya untuk mengembalikan kesuburan tanah
sawah.Pada umumnya, pemeliharaan ikan sebagai palawija, dilakukan setelah dua
kali masa tanam padi berturut-turut, atau padi-padi-ikan.
Tujuan usaha pemeliharaan ikan bersama padi adalah untuk peningkatan pendapatan
petani, alasannya karena disamping hasil tanam padi, diperoleh juga hasil berupa ikan,
selain itu nilai gizi keluarga dapat terpenuhi serta resiko kegagalan panen dapat dikurangi.

94
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

Senada dengan hal ini, Elly Rahma (2008) dalam skripsinya menulis bahwa keuntungan
sistim mina padi yaitu: 1) peningkatan pendapatan petani; 2) peningkatan produksi
tanaman padi; 3) efisiensi dan produktivitas lahan; 4) tanaman lebih terkontrol, dan 5)
terpenuhinya kebutuhan pangan petani.
Sapto Adi (2011) menyatakan bahwa pengertian pendapatan hasil bagi para petani
adalah hasil penjualan produksi (padi dan ikan) dengan jalan mengalikan hasil produksi
dengan harga jual. Hasil analisis Elly Rahma (2008) menyatakan bahwa tingkat
pendapatan usaha tani minapadi lebih tinggi dibanding dengan usaha tani monokultur,
karena: 1) total penerimaan yang diperoleh untuk usaha tani minapadi berasal dari
gabungan dua komoditi yaitu padi dan ikan, yaitu sebesar Rp.9.835.779,80 per hektar; 2)
total penerimaan monokultur sebesar Rp.7.941.238,13 per hektar.
Dikatakan juga mengatakan bahwa fungsi pendapatan minapadi seperti variabel
jumlah produksi padi, biaya produksi padi dan biaya produksi ikan berpengaruh nyata
terhadap pendapatan minapadi. Berikut secara teknis persiapan hingga pemanenan
budidaya ikan di sawah.
A. Persiapan Lahan
1. Persiapan Pematang (Galengan-bhs Jawa) Sawah
Pematang sawah dibuat agak tinggi. Tinggi pematang berkisar 40 cm, dengan lebar
pematang bagian dasar lebih kurang 50 cm, dan lebar bagian atas 25 cm. Pembuatan
pematang sawah, tidak menggunakan bahan-bahan yang berasal dari tanaman, karena
dikawatirkan membusuk sehingga dapat menimbulkan kebocoran. Pematang dibuat dari
tanah yang dipadatkan dengan cara menginjak-injaknya, bahkan sebagian ada yang
disemen.
2. Pembuatan Selokan atau Kemalir
Pembuatan selokan atau kemalir, dimaksudkan untuk melindungi ikan dari serangan
hama (burung, ular atau musang air/berang-berang); serta bahaya kekeringan yang
disebabkan oleh penguapan yang tinggi (untuk ngadem, bhs Jawa).Selokan atau kemalir ini
dibuat melintang/horizontaldan sejajar pematang dengan lebar 1 meter serta kedalaman 50-
70 cm.
3. Pembuatan Saluran Masuk dan Pengeluaran Air

95
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

Saluran pemasukan dan pengeluaran air dibuat, dengan tujuan untuk mengatur
permukaan air di sawah agar tidak kekurangan atau berlebihan.Saluran pengeluaran air
yang dibuat sebanyak dua buah, yang berguna untuk menguras air dalam kemalir (legowo)
sehingga akan mempermudah penangkapan ikan pada saat panen dilakukan. Sedangkan
saluran pengeluaran air yang lain berfungsi untuk mengatur tinggi air yang diinginkan.
Kedua saluran ini dipasang saringan kawat.
B. Pengolahan Tanah Sawah
Pengolahan tanah dimaksudkan untuk menyediakan media yang baik bagi
pertumbuhan tanaman padi sekaligus untuk pertumbuhan organisme makanan ikan. Secara
ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Tanah mula-mula dicangkul atau dibajak sampai kedalaman 20 Cm, kemudian
dialirkan air, agar tanah menjadi sedikit becek. Kemudian di pupuk dengan urea dan kapur
dolomit, secara merata keseluruh permukaan tanah dengan dosis 100-200 Kg untuk setiap
hektarnya.
2. Setelah padi ditanam, air dialirkan kembali sampai ketinggian air mencapai lebih
3. persyaratan, yakni benih ikan sehat, berjenis ikan yang unggul; ikan bersifat
kurang 20 Cm, dan dibiarkan selama 4-7 hari. Hal ini untuk memberikan kesempatan
organisme makanan ikan untuk tumbuh. Setelah 7 hari, benih ikan ditebarkan.
C. Persyaratan Dan Kepadatan Benih Ikan
1. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, benih ikan yang ditebarkan telah
memenuhi omnivora (pemakan segala); biasa hidup diperairan dangkal dan tahan
panas;disukai masyarakat; nilai ekonomisnya tinggi. Ikan yang ditebar adalah Nila
(Osphrenimous nilotica).
2. Kepadatan tebar benih ikan, Untuk bahan olahan Baby Fish Crispy), penebaran
benih ukuran 5-8 cm (benih Kebul, bhs Jawa) ditebarkan sesudah 5 hari padi ditanam
dengan kepadatan 30 ribu ekor per hektar, dengan lama pemeliharaan 30-40 hari. Untuk
mendapatkan ikan konsumsi, benih ikan 5-8 Cm, dengan padat penebaran 20 ribu ekor/ per
hektar, dengan lama pemeliharaan 50 hari.
D. Cara Memanen Ikan

96
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

1. Ikan digiring sehingga terkumpul di kemalir atau bak penampungan, kemudian air
diturunkan kembali hingga ikan dapat dipanen dengan mudah dengan mempergunakan
serok.
2. Ikan panenan ditampung di penampungan berisi air bersih.

IV.3.2. Danau atau Waduk


Pemanfaatan sumberdaya alam secara luas dan efisien merupakan tuntunan dalam
pembangunan nasional. Keperluan akan sumberdaya air terus menerus meningkat baik
ditujukan bagi pengairan, keperluan umum dan pemukiman, pengembangan industri,
pembangkit tenaga, perikanan, perhubungan, pariwisata maupun maksud lainnya.
Upaya pembendungan DAS, genangan atau bentuk sumberdaya air lainnya telah
banyak dilakukan dalam rangka memenuhi keperluan air dan tenaganya, untuk itu dibentuk
waduk (reservoir/man made lakes).
Danau atau waduk di Indonesia luasnya kurang lebih 2.1 juta ha, merupakan lahan
potensial untuk pengembangan budidaya ikan dalam karamba jaring apung (Kartamihardja,
1998). Pembuatan waduk melalui pembendungan aliran sungai pada hakekatnya akan
merubah ekosistem sungai dan daratan menjadi ekosistem waduk. Perubahan ini akan
mempunyai dampak, baik positif maupun negatif terhadap sumberdaya dan lingkungannya.
Dampak positif maupun negatif yang ditimbulkna adalah sesuai dengan fungsi
waduk tersebut, sedangkan dampak negatif dan permasalahan yang paling menonjol adalah
pemukiman kembali penduduk asal kawasan yang digenangi, pengadaan lapangan kerja,
hilangnya daratan, hutan, perkebunan, dan sumberdaya lainnya termasuk flora, fauna serta
dampak ekologi yang merugikan lainnya baru akan terasa dalam jangka panjang. Oleh
sebab itu, maka pembangunan waduk perlu dinilai dan dikaji dengan memperhitungkan arti
dan peran pentingnya bagi pembangunan ekonomi dan kemudian memantapkan cara dan
teknik pengelolaan sumberdaya perairan waduk agar diperoleh hasil optimal dengan
meminimalkan efek atau dampak negatif yang tidak diinginkan.
Danakusumah dan Herawan (2000) menyatakan bahwa waduk mempunyai daya
dukung terbatas. Peluang untuk memperoleh keuntungan yang besar dari usaha budidaya
ikan diperairan waduk, menyebabkan banyak orang melakukan usaha KJA di perairan
yang daya dukungnya relatif terbatas tersebut. Dampak negatif dari pengusahaan budidaya

97
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

perikanan yang melampaui batas kemampuannya, yaitu terjadinya kematian masal ikan
budidaya
Pada lapisan permukaan perairan terdapat (a) proses pembentukan biomassa dalam
karamba, dan kotoran (ekskresi & feses) serta sisa pakan; (b) proses pembentukan, melalui
fotosintesa, memanfaatkan unsur hara menjadi biomassa fitopankton+oksigen. Oksigen
yang dihasilkan merambah ke lapisan lebih dalam secara difusi dan adveksi menjadi
cadangan oksigen
Pengelolaan budidaya ikan harus ditujukan untuk mendapatkan produksi ikan
optimal dengan tetap memperhatikan daya dukung dan kelestarian sumberdaya perairan.
Prinsip dari budidaya ikan adalah pemeliharaan ikan pada kondisi perairan yang dapat
dikendalikan lingkungannya. Waduk merupakan salah satu perairan umum yang
mempunyai wilayah yang memenuhi syarat untuk budidaya ikan. Saat ini budidaya yang
masih cocok untuk perairan waduk adalah pemeliharaan ikan dalam keramba jaring apung.
Keramba jaring apung merupakan salah satu jenis usaha keramba yang dominan yang
diusahakan oleh petani.
Ketersediaan oksigen terlarut merupakan informasi penting dalam reaksi secara
biologi dan biokimia di perairan. Konsentrasi oksigen yang tersedia berpengaruh secara
langsung pada kehidupan akuatik khususnya respirasi aerobik, pertumbuhan dan
reproduksi. Konsentrasi oksigen terlarut di perairan juga menentukan kapasitas perairan
untuk menerima beban bahan organik tanpa menyebabkan gangguan atau mematikan
organisme hidup (Umaly and Cuvin, 1988). Sumber oksigen di perairan berasal dari: difusi
atmosfir, fotosintesis,angin, dan susupan oksigen terlarut. Sedangkan penggunaan oksigen
terlarut di perairan mencakup respirasi, dan dekomposisi aerobik bahan organik yang
berasal dari luar maupun dari dalam perairan. Dari uraian diatas, bahan organik dan nutrien
yang berasal dari luar dan dari kegiatan budidaya KJA akan mempengaruhi ketersediaan
oksigen di perairan dan akhirnya akan mempengaruhi daya dukung perairan
Perairan waduk yang terbentuk mungkin hanya cocok sebagai daerah pertumbuhan,
tetapi tidak sebagai daerah pemijahan bagi beberapa jenis ikan asli sungai, sehingga ikan
tersebut hanya dapat tumbuh namun tidak dapat melanjutkan keturunannya. Oleh sebab itu,
maka di dalam pengelolaan sumberdaya perairan waduk, salah satu hal yang penting untuk

98
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

diperhatikan adalah kondisi habitat agar habitat baru tersebut sesuai bagi persyaratan
perkembangan populasi ikan untuk menyelesaikan daur hidupnya.
Tujuan utama budidaya ikan adalah optimasi produksi ikan pada tingkat biaya yang
minimum, oleh kerenanya setiap budidayawan harus tahu dan menguasai seluruh konsep
sistem budidaya dan secara efektif dapat mengendalikan setiap tahapan operasional
budidaya yang dimulai dari tahap pembuatan unit budidaya dan pemilihan lokasi untuk
budidaya ikan meliputi faktor fisik, kimia, dan biologi perairan, kemudahan jangkauan dan
ketersediaan sarana dan prasarana, serta faktor keamanan.
Menurut Krismono (1995) bila pada perairan waduk dan danau sudah ditentukan
kawasan bididayanya, maka pemanfaatan zona budidaya perairan hasil penentuan tata
ruang harus memperhatikan syarat-syarat atau catatan-catatan khusus tentang lingkungan
sumberdaya perairan tersebut, yang meliputi:
1. Luas zona budidaya, kedalaman, arus air, kecerahan dan tingkat tropik (daya
dukung sumberdaya perairan)
2. Ketinggian, musim dan sifat khusus, misalnya umbalan.
Menurut Ilyas et al. (1990) dalam Nastiti et al. (2001), paket teknologi budidaya ikan
dalam KJA merupakan salah satu paket teknologi budidaya ikan yang cocok untuk
mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya perairan khususnya perairan danau dan waduk
Indonesia. Beberapa jenis ikan yang dapat dipelihara di KJA adalah ikan mas, nila, grass
crap, tawes, jelawat dan patin.
Sebelum operasional budidaya dilakukan, perlu dibuatkan jadwal pelaksanaanya
yang memuat semua kegiatan yang akan dilaksanakan mulai dari persiapan, pengadaan
sarana, bahan dan peralatan, penebaran ikan, pemberian pakan, perawatan dan
pengawasan, pemantauan stok ikan dan kualitas perairan sampai dengan panen dan
distribusi.
Apabila lokasi budidaya telah dipilih, fasilitas budidaya sudah lengkap tersedia dan
wadah pemeliharaan sudah ditebari ikan, maka budidayawan ikan harus mempunyai
keyakinan bahwa ikan yang dipelihara tumbuh dengan laju pertumbuhan yang diharapkan,
kehilangan ikan baik yang disebabkan penyakiot, hama maupun lolos keluar jaring
minimum, dilakukan pemeliharaan jaring secara rutin, pemberian pakan dilakukan secara

99
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

efisien dan tepat, dan pengecekan stok ikan serta kualitas air dilakukan secara rutin selama
pemeliharaan.
Umbalan atau upwelling merupakan peristiwa alam yang terjadi pengadukan atau
pembalikan air dari lapisan bawah naik ke permukaan dan sebaliknya hal ini umum terjadi
pada peraian dauanau atau waduk. Proses ini berakibat pada kematian ikan dan hewan air
lainnya secara masal.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi dan mencegah
kematian ikan akibat “up-welling” adalah:
1. Mensosialisasikan kepada pembudidaya ikan perihal tanda-tanda akan terjadinya
kematian missal ikan. Tanda-tanda itu antara lain berupa: cuaca mendung dan atau
hujan yang terus-menerus selama 2-3 hari berturut-turut (tidak ada cahaya matahari
masuk ke badan air), dan kualitas air waduk mulai menunjukkan penurunan.
2. Mengurangi jumlah KJA yang beroperasi atau mengurangi kepadatan ikan yang
dipelihara. Jumlah ikan yang dipelihara harus berada di bawah daya dukung perairan.
3. Segera memanen ikan yang ukurannya mendekati ukuran konsumsi, untuk menekan
kerugian yang dapat timbul.
4. Memilih jenis ikan yang lebih toleran terhadap kadar oksigen yang rendah.
5. Memindahkan KJA secara regular, missal 1 tahun sekali ke posisi dengan kondisi air
yang lebih baik. Serta melakukan aerasi di KJA yang merupakan kegiatan tanggap
darurat dan dapat dilakukan hanya sementara waktu.
6. Untuk mengurangi resiko kematian ikan, juga bisa dilakukan penebaran ikan
pemakan planton guna pengendalian blooming alga.
Kegiatan Panen pada budidaya perairan danau sebaiknya disesuaikan dengan rencana
yang telah ditetapkan, ukuran ikan sesuai dengan permintaan dan tersedianya pasar serta
produk yang dihasilkan sebaiknya memenuhi mutu terbaik dan higienis.

IV.3.3. Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air adalah benda cair,
yang senantiasa bergerak kearah tempat yang lebih rendah, yang dipengaruhi oleh gradien
sungai dan gaya gravitasi bumi.Menurut Sandy (1985), dalam pergerakannya air selain
melarutkan sesuatu, juga mengkikis bumi,sehingga akhirnya terbentuklah cekungan
dimana air tertampung melalui saluran kecil dan atau besar,yang disebut dengan istilah alur
100
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

sungai (badan sungai). Lebih jauh dikemukakan bahwa aliran sungai di bagian luarnya
dibatasi oleh bagian batuan yang keras yang disebut dengan tanggul sungai
Sungai-sungai besar sangat bagus jika dikembangkat untuk budidaya ikan air tawar,
dan di Indonesia pun mempunyai potensi yang luar biasa dalam hal tersebut. Pemerintah
harus mempertimbangkan sungai besar yang ada sebagai lahan untuk meningkatkan
produksi ikan.
Perairan mengalir merupakan perairan terbuka yang dicirikan dengan adanya arus,
perbedaan gradien lingkungan dan interaksi uttara komponen biotik dan abiotik yang ada
di dalamnya. Perairan mengalir memiliki ciri-ciri, yaitu mengalir searah, debit air yang
fluktuasi, bentuk yang memanjang, dasar dan tepian yang tidak stabil, dan kedalamannya
relatif dangkal. Air mengalir (habitat lotik), contohnya mata air, sungai, selokan dan
sebagainya.Sungai sebagai suatu perairan umum juga bisa menja di alternatif usaha
budidaya ikan air tawar. Pemeliharaan ikan di sungai memiliki prospek untuk mendapatkan
penghasilan apabila ditekuni dan memahami kondisi sungai dan jenis ikan yang sesuai.
Sungai memiliki beberapa ciri antara lain : memiliki arus, resident time (waktu
tinggal arus) cepat, organisme yang ada memiliki adaptasi biota khusus, substrat umunnya
berupa batu, kerikil, pasir, dan lumpur, tidak terdapat stratifikasi suhu dan oksigen, serta
sangat mudah mengalami pencemaran dan mudah pula menghilangkannya. Sungai mudah
mengalami pencemaran karena sungai sebagai suatu perairan terbuka, memiliki pengaruh
dari daratan disekitarnya.
Banyak faktor-faktor pembatas yang cukup penting pada habitat air tawar, yaitu
suhu, kecerahan, arus, konsentrasi gas pernafasan dan konsentrasi garam biogenik. Dalam
perairan mengalir memiliki suhu yang rendah terutama di daerah hulu, adanya sirkulasi air
menyebabkan banyak terkandung oksigen. Kejernihan air umumnya baik dibandingkan
dengan di perairan menggenang, tetapi tergantung juga dari ada tidaknya sumber limbah
yang mencemarinya, semakin banyak limbah yang terdapat di sungai tersebut, maka
semakin keruh perairannya. Adanya arus, maka mengakibatkan organisme yang
menempatinya mempunyai adaptasi khusus dalam mempertahankan diri melawan arus.
Beberapa di antaranya adalah melekat permanen pada substrat yang kokoh seperti batu,
batang kayu, atau massa daun.

101
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

Perairan mengalir atau sungai yang digunakan untuk melakukan usaha budidaya ikan
sebaiknya adalah sistem perairan yang bersih, tidak banyak sampah atau dedaunan.
Sampah akan menutupi keramba, mengganggu aliran dan merepotkan apabila selalu harus
membersihkan. Sistem perairan atau sungai yang digunakan juga tidak mengandung kadar
minyak dan bahan pencemar kimia lain yang dapat membahayakan kehidupan ikan. Pada
saat ini banyak perairan sungai yang menjadi tempat pembuangan limbah industri. Di
daerah hulu sungai relatif kualitas airnya lebih baik, jatuhan daun dari vegetasi sekitar
justru menjadi bahan allochtochnous yang menjadi sumber hara bagi kehidupan organisme
di dalamnya.
Kriteria perairan atau sungai yang baik untuk melakukan usaha budidaya ikan adalah
sebagai berikut:
 Sistem perairan atau sungai dalam keadaan bersih dan tidak tercemar oleh bahan
kimia yang berbahaya.
 Sistem perairan atau sungai tidak mengandung kadar minyak dan bahan lain yang
bisa membuat ternak mati.
 Gunakan sistem perairan yang banyak mengandung zat-zat alami yang dibutuhkan
oleh ikan.
 Hindari sungai yang tertutup oleh banyak sampah dan dedaunan.

Jika sistem perairan atau sungai yang digunakan dalam usaha budidaya tidak sesuai
dengan kebutuhan ikan, maka hal itu akan berakibat buruk terhadap kelangsungan hidup
ikan. Dengan demikian, diperlukan pengetahuan khusus mengenai jenis-jenis ikan,
kebutuhan ikan berdasarkan jenisnya, macam-macam segmen pembesaran, jenis-jenis
kolam budidaya ikan, dan kebutuhan pakan ikan. Sebelum memilih tempat yang baik serta
mengelola sistem perairan bagi ternak ikan, perlu untuk terlebih dahulu memilih dan
menentukan jenis ikan apa yang akan dibudidayakan
Selain keuntungan dari budidaya ikan di aliran sungai, ada beberapa faktor yang
dapat menimbulkan kerugian. Kerugian tersebut antara lain adalah apabila terjadi adanya
air bah, karena keramba dapathanyut apabila air bah tersebut besar dan deras. Kejadian
setelah air bah juga dapat menyebabkan keramba dipenuhi lumpur, pasir ataupun sampah.
Pada dasamya ikan budidaya yang dapat hidup di sungai dapat dilalcukan upaya
pembesaran menggunakan keramba di perairan tersebut. Jika sistem perairan atau sungai

102
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

yang digunakan dalam usaha budidaya tidak sesuai dengan kebutuhan ikan, maka hal itu
akan berakibat buruk terhadap kelangsungan hidup ikan. Sebagaimana pada budidaya ikan
maka kita perlu memberi makan yang cukup sebanyak 2 (dua) kali sehari, yakni pada pagi
dan sore hari.
Pada umumnya budidaya ikan air tawar di perairan sungai masih banyak didominasi
oleh sistem keramba jaring apung dan keramba jaring tancap walaupun ada beberapa
daerah yang menggunakan sistem karamba, kombongan dan khusus untuk perairan sungi
yang mempunyai intensitas pasang surut yang tinggi menggunakan sistem budidaya sekat.
Ikan yang dibudidayakan pun masih dalam relatif pada umumnya yaitu Ikan Nila, Ikan
Patin, Ikan Mas dan sebagian kecil ikan Lele. Jenis ikan tersebut masih umum
dibudidayakan mengingat daya tahan terhadap lingkungan yang baik, maka budidaya ikan
air tawar pada perairan sungai membutuhkan jenis ikan yang mempunyai rentan hidup
pada kualitas air yang lebih fluktuatif.
Pemberian pakan pada budidaya ikan di sungai masih umum menggunakan pakan
apung dengan dosis 3 – 5 % berat total biomass tergantung pada ukuran nila yang berada
pada wadah budidaya. Bila dibandingkan dengan budidaya ikan dikolam, budidaya ikan air
tawar disungai mempunyai laju pertumbuhan yang tinggi, hal ini dikarenakan banyaknya
zatorganik dan kelimpahan plankton sebagai pakan alami lebih tinggi dibanding perairan
kolam. Selain produktivitas primer yang tinggi pada perairan sungai, budidaya air tawar di
sungai tergolong budidaya ikan dengan sistem air mengalir, dimana ikan yang dipelihara
akan melawan arus yang ada disungai dan membutuhkan pakan yang lebih banyak
dibanding budidaya ikan di kolam maupun waduk yang pada dasarnya perairan tenang,
dengan tingginya konsumsi pakan, maka disinyalir laju pertumbuhan ikan akan menigkat
seiring dengan metabolisme ikan air tawar yang tinggi.
Kegiatan Budidaya Ikan Pada Keramba Jaring Apung ( KJA)
Menurut Khairuman dan Sudenda (2002) kegiatan aquakultur pada KJA mencakup;
1. Persiapan wadah
2. Penebaran benih
Benih yang akan ditebar harus diperhitungkan sesuai dengan target produksi yang
diinginkan. Padat penebaran benih pada KJA digunakan rumus: PPI = BTP/BRP x
BRT

103
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

Keterrangan:
PPI = Padat penebaran ikan (kg/ m3)
BTP= Berat total panen (kg/ m3)
BRP= Berat rata-rata produksi akhir (kg/ ekor)
BRT= Berat rata-rata penebaran (kg/ ekor)

Contoh penghitungan
Misalkan;
• Kita menginginkan ikan yg kita panen kelak memiliki berat rata-rata 0,5 kg
• Berat total saat panen 25 kg/ m3
• Berat ikan yang ditebar memiliki berat rata-rata 0,1 kg/ ekor( 100 gr)
Maka;
• Padat penebaran dihitung sesuai rumus = 5 kg/ m3
• Pada kasus ini KJA yg digunakan berukuran 4x4 meter dg tinggi air 1,5 meter.
Maka volume air 16 m x 1,5 m = 24 m3.
• Jadi, padat penebaran sesuai perhitungan diatas adalah;
24 x 5 kg = 120 kg bibit atau 1200 ekor.
( idealnya sesuai pengalaman= 5 – 10 kg/ m3 dg ukuran awal ikan 50- 100 gram/ ekor,
dengan mata waring 2 ‘’
3. Pemberian pakan
biasanya diberikan 3% dari biomas
4. Pembersihan jaring
5. Pembrantasan hama dan penyakit
6. Pemantauan pertumbuhan dan populasi
7. Sortasi dan grading/ penjarangan
8. Pemanenen dan
9. pasca panen

104
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

Tabel 4.3. Contoh jadwal kegiatan produksi pada KJA

No KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Persiapan wadah X
2 Penebaran benih X
3 Pemberian pakan X X X X X X X X X X
4 Pembersihan jarring X X X
5 Pembrantasan hama dan X X X
penyakit
6 Pemantauan pertumbuhan X X X
7 Sortasi dan gradading/ X X X
penjarangan
8 Pemanenan X

IV.4. Polikultur
Polikultur atau campuran jenis adalah suatu cara pembesaran ikan yang mempergunakan
lebih dari satu jenis ikan dalam satu wadah pemeliharaan. Dimana pemilihan jenis ikan ,
penentuan komposisi, serta penentuan bobot aawal individu dilakukan atas pertimbangan dari
beberapa hal, yaitu: persediaan pakan alami, kebiasaan makan bagi setiap jenis ikan, dan
tujuan usaha pembesaran (Gustiano, dkk, 2010)
Budidaya ikan adalah usaha memelihara ikan, membesarkan dan melakukan
pemanenan hasil dalam lingkungan yang terkontrol. Sistem budidaya ikan terus
dikembangkan baik secara monokultur ataupun polikultur dengan teknik dan tempat yang
berbeda. Pembuidayaan polikultur yaitu pembudidayaan lebih dari satu jenis ikan secara
bersama dalam suatu wadah budidaya. Metode budidadaya polikutur merupakan salah satu
sistem budidaya altematif yang dapat mengatasi keterbatasan ruang atau wadah budidaya
dan juga mengatasi peilrrunan kualitas air sehingga menyebabkan perunrnan produksi ikan
(Murachman, Hanani, & Muhammad, 2010). Pada prinsipnya metode polikultur dapat
dilakukan untuk memelihara beberapa jenis ikan atau organisme dalam satu wadah
budidaya" dengan syarat pemilihan ikan atau organisme tepat atau secara umum tidak
saling memangsa.
Menurut sistem polikultur pada satu kolam dipelihara berbagai jenis ikan yang
membutuhkan   jenis makanan berbeda sehingga setiap jenis ikan tidak akan bersaing
dalam mencari makanan. Sistem ini ternyata  mampu  meningkatkan produksi ikan 

105
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

menjadi lebih tinggi dari pada produksi ikan dari kolam dengan satu jenis ikan saja
(monokultur).
Pemeliharaan secara polikultur salah satunya dapat dilakukan dengan memelihara
ikan gurame dengan ikan tawes, ikan mas, ikan tambakan, ikan nilem dan ikan nila.
Kombinasi antara ikan gurame dengan jenis ikan lain lebih nguntungkan karena
pertumbuhan ikan gurami lebih lambat dibandingkan dengan ikan lain (Regan, 2013).
Sistem budidya ikan secara polikultur jika dilaksanakan sesuai dengan prinsip-
prinsip budidaya ikan dapat memberikan keuntungan bagi petani ikan antara lain :
 Makanan alamiah yang tersedia di kolam dapat dimanfaatkan oleh ikan secara
efektif, sehingga tidak ada lagi makanan alamiah yang terbuang sia-sia,
 Penggunaan lahan menjadi efisien, karena dalam luas yang sama dapat dipelihara
ikan dengan kepadatan yang lebih tinggi,
 Secara keseluruhan, produksi kolam akan meningkat karena jumlah ikan yang
dipelihara dalam satu kolam lebih banyak,
 Produksi tiap spesies ikan akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil
pemeliharaan dengan sistem monokultur. Diduga telah terjadi peningkatan produksi
makanan alamiah sebagai akibat dari proses pemupukan oleh kotoran ikan,
 Tingkat kepadatan setiap spesies ikan pada sistem polikultur umumnya sama atau
sedikit lebih rendah bila dibandingkan dengan tingkat kepadatan spesies tersebut
pada sistem monokultur. Ini dimungkinkan karena setiap ikan mempunyai jenis atau
daerah makan yang berbeda. 
Terdapat beberapa tipe polikultur yang telah dilakukan oleh berbagai petani budidaya
air tawar. Berikut tipe dari polikultur dengan kombinasi spesies ikan yang berbeda :
1. Polikultur kombinasi ikan yang berbeda dalam kebiasaan makan
Ikan-ikan yang ditebarkan di kolam terdiri dari beberapa jenis yang berbeda dalam
kebiasaan makan. Kombinasi ini dimaksudkan untuk memanfaatkan makanan yang
sifatnya alamiah di dalam kolam secara efektif dan efisien.
Sebaiknya dipilih kombinasi jenis ikan yang mempunyai daerah operasi mencari
makanan di permukaan, pertengahan dan di dasar kolam. Hal ini dimaksudkan supaya
seluruh makanan yang bersifat alamiah di kolam dapat dimanfaatkan dan tidak terjadi
persaingan untuk mendapatkan makanan dan ruang gerak antara jenis ikan tersebut.

106
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

2. Polikultur kombinasi ikan yang berbeda ukuran


Kombinasi ini, ikan yang ditebarkan  terdiri dari satu jenis tetapi mempunyai ukuran
yang brbeda. Ini dilakukan karena setiap ukuran ikan mempunyai jenis makanan yang
berbeda meskipun ikan tersebut berasal dari satu jenis yang sama, contohnya adalah ikan
mas (Cyprinus carpio). Ikan mas yang berukuran kecil biasa hidup di permukaan air dan
makan plankton, sedangkan ikan  yang berukuran besar lebih menyukai hidup di dasar
perairan dan mencari makanan dengan cara mengaduk-aduk dasar kolam. Cara memanen
dari kombinasi ukuran ikan yang berbeda ukuran ini  dilakukan secara bertahap dengan
menangkap ikan yang lebih besar dahulu dan kemudian di taburi benih ikan berukuran
lebih kecil.

RANGKUMAN
Budidaya air tawar dibagi menjadi dua golongan ekonomis penting yaitu budidaya ikan
konsumsi (Lele, Nila, Patin dan Mas) dan ikan hias (Koi, Cupang dan Arwana)
Budidaya peraian air tawar dapat dilakukan diperairan umum baik danau, sawah muapaun
sungai dengan berbagai sistem budidaya yaitu keramba, sekat dan kombongan.
Sistem buidaya polikultur adalah sistem budidaya yang memanfaatakan kolom air dan
memanfaatkan perbedaan habitat dan kebiasaan makan dari 2 biota atau lebih

LATIHAN SOAL
Mengkaji dari uraian teori dan hasil diskusi maka untuk dapat memperdalam pemahaman
tentang teknik budidaya perairan air tawar maka terdapat beberapa soal latihan sebagai
berikut :
1. Jelaskan Perbedaaan sistem budidaya polikultur dan mono kulutur serta beri ulasan
kelebihan dan kelemahan masing masing sistem budidaya tersebut?
2. Pada perairan umum fluktuasi kualitas perairan sanagat rentan terhadap ikan, beri
penjelasan syarat dan cici cicri ikan yang layak dibudidayakan diperairan umum?
3. Pada budidaya ikan konsumsi memiliki pangsa pasar yang berbeda dengan
budidaya ikan hias, jelaskan mengapa terjadi demikian?
4. kita ingin menebari kolam dengan daya produksi = 500 kg / siklus ( 3 bulan )
- pertumbuhan tiap ekor yang diinginkan saat panen = 250 gr/ ekor ( 0,05 kg)

107
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

- mortalitas/ ikan mati/ ikan hilang diperkirakan = 20 %


a. hitunglah jumlah benih yang akan ditebar ?
b. hitunglah jumlah pakan yang akan diberikan selama pemeliharaan, jika:
- berat rata-rata awal/ sampling I = 10 gr , II = 50 gr dengan mortalitas 10%,
II = 120 gr dengan mortalitas 15%
- dosis pakan yang diberikan masing-masing = 4% dari bobot tubuh rata-rata.
5. Budidaya pada KJA masa pemeliharaan selama 2 bulan
Diketahui:
- berat rata-rata ikan saat panen = 250 gr ( 0,25 kg )
- berat total ikan saat panen = 20 kg/ m3
- berat rata-rata benih ikan yang ditebar = 50 gr (0,05 kg )
- dosis pakan yang diberikan = 5% dari bobot rata-rata ikan.
- Karamba yang digunakan berukuran= 4 x 6 m
- Ketinggian air 1, 5 m
- Sampling pertumbuhan dilakukan setiap bulan = 30 hari
Hitunglah :
a. jumlah benih yang harus ditebar
b. jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan ( 2 bulan ) jika berat rata-rata
sampling : I ( awal penebaran) = 50 gr ( 0,05 kg )
sampling II ( 30 hari kemudian )= 150 gr dengan mortalitas 20 %

Diskusi Kelompok :
1. Buat suatu uraian atau pola usaha polikultur pada budidaya peraian umum baik dari
segi budidaya ikan konsumsi maupun ikan hias?

108

Anda mungkin juga menyukai