Anda di halaman 1dari 8

KUALITAS KOMODITAS

HORTIKULTURA

Nama : Rahmadi Rajab


NPM : 21021148
Mata Kuliah : Fisiologi & Teknologi
Pasca Panen
Dosen Pengampu : Elfin Efendi, S.TP.,M.P

FAKULTAS PERTANIAN
AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS ASAHAN
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komoditas Hortikultura mempunyai nilai tinggi dalam bentuk segar, namun
demikian produk hortikultura secara umum cepat rusak sehingga memerlukan
penanganan khusus untuk menjaga kualitas produk. Penanganan pasca panen yang
meliputi sortasi, grading (pengkelasan) dan pengemasan sangatlah penting, hal ini
terkait dengan upaya mempertahankan mutu produk. Pengelolaan primer di
tingkat petani serta pegelolaan ditingkat industri perlu menerapkan cara
pengelolaan yang baik.
Produk Hortikultura merupakan produk yang cepat rusak (kehilangan berat
dan kualitas), secara umum produk hortikultura yang telah dipanen sebelum
sampai kepada konsumen atau dalam masa penyimpanan dapat rusak yang
disebahkan oleh kehilangan air dari produk yang telah dipanen. Jika kehilangan
air tersebut dalam jumlah relative kecil maka masih bisa ditolelir dan tidak
menyebabkan kerugian tetapi jika kehilangan air dari produk yang telah dipanen
tsb dalam jumlah besar akan menyebabkan produk hasil panen menjadi layu, dan
bahkan dapat mengakibatkan produk hortikultura tersebut menjadi mengkerut.
Oleh karena itu pengangkutan menjadi sangat penting untuk menjamin distribusi
cepat dan tepat sampai ditujuan dengan minimalisir tingkat kerusakan, artinya
system pengangkutan yang buruk dapat menghilangkan sebagian atau keseluruhan
nilai produk , sehingga penyimpanan produk harus ditangani secara baik untuk
mengurangi turunya mutu dan nilai produk melalui penerapan Good Handling
Practices / GHP.
Produk hortikultura memiliki ciri antara lain dipanen dalam keadaan segar
dengan tingkat kadar air tinggi. Kadar air sangat berpengaruh pada kesegaraan,
kualitas dan harga produk. Pada buah-buahan kualitas produk juga sering
dikaiatkan dengan rasa manis, kandungan vitamin, warna, atau bentuk. Tingkat
kematangan buah dapat diketahui dengan berbagai metode termasuk dengan
menggunakan konsep growing degree-days. Pengetahuan tentang hal ini menjadi
penting karena berkaitan dengan nilai ekonomis tanaman tersebut.
Kualitas produk tanaman hortikultura memegang peran penting karena
sangat mempengaruhi harga jual. Pada tanaman sayuran kualitas visual yang
berpengaruh antara lain tingkay kesegaran, tekstur, warna, dan kerenyahan.
Kesegaran sayuran diperoleh bila kandungan air dalam produk memungkinkan
tingkat turgor sel yang tinggi, tekstur, warna dan kerenyahan banyak dipengaruhi
tingkat perkembangan bagian tanaman yang berangutan, semain tua umur
tanaman maka tekstur umumnya semakin tua, liat, kurang renyah. Warna juga
menjadi tidak mearik lagi. Hal ini tentunya berimplikasi pada keharusan memilih
saat panen yang tepat. Kriteria panen juga dipengaruhi oleh penggunaan produk
dan jarak antara tempat produksi dengan pasar, pada taanamn buah pemilihan
buah dapat dilakukan secar visual (melihat perubahan warna), secara manual
(dengan menepuk) atau berdasarkan perubahan aroma.

B. Tujuan Penulisan

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang kualitas komoditas


hortikultura.

C. Manfaat Penelitian

Makalah ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai kualitas


komoditas hortikultura beserta penanganannya yang tepat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Kualitas Produk Hortikultura


Kualitas produk tanaman hortikultura memegang peran penting karena
sangat mempengaruhi harga jual. Pada tanaman sayuran kualitas visual yang
berpengaruh antara lain tingkay kesegaran, tekstur, warna, dan kerenyahan.

Kata hortikultura ( horticulture ) berasal dari bahasa latin, yakni hortus


yang berarti kebun dan colere yang berarti menumbuhkan (terutama sekali
mikroorganisme) pada suatu medium buatan (Zulkarnain 2010). Pasca panen
merupakan kelanjutan dari proses panen terhadap tanaman budidaya yang
fungsinya membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan memiliki kualitas
yang baik serta mudah disimpan untuk diproses selanjutnya. Sayuran dan buah
dipanen ketika tanaman segar dengan kelembaban tinggi sehingga dibedakan dari
tanaman lapangan, yang dipanen pada tahap matang untuk biji- bijian, kacang-
kacangan, biji minyak atau serat. Kadar air yang tinggi pada sayuran dan buah
membuat penanganan, transportasi dan pemasaran masalah khusus terutama
didaerah tropis (Babalola, 2010).
Suhu merupakan faktor utama yang mempengaruhi laju respirasi pada buah.
Pantastico et al., (1986) mengungkapkan bahwa laju respirasi sendiri terbagi
menjadi beberapa tipe pola, yaitu tipe menurun dengan lambat (gradualy decrease
type), tipe meningkat sementara (late peak type), dan tipe puncak kasip
(temporary rise type).
Penanganan pasca panen hortikultura secara umum bertujuan untuk
memperpanjangkesegaran dan menekan tingkat kehilangan hasil yang
dilaksanakan melalui pemanfaatan sarana dan teknologi yang baik. oleh karena
itu, untuk mengurangidampak teknologis, ekologis dan ekonomis diperlukan road
map (peta perjalanan) penanganan pasca panen hortikultura sebagai landasan
dalam penyusunan programkegiatan, rencana aksi serta kebijakan
(Dhalimi, 1990).
Menurut Balai Besar Pelatian Pertanian (BBPP) pada (2015) Penentuan saat
panen yang tepat merupakan langkah awal dari upaya memperoleh kualitas hasil
sayuran yang optimal. Waktu panen sayuran dapat ditentukan tidak hanya dengan
melihat keadaan fisik tanaman namun juga dengan mempertimbangkan harga dan
jarak dari kebun ke pasar yang dituju.

2. Komponen Kualitas produk hortikultura

Komponen pokok dalam kualitas produk panenan hortikultura, yaitu:


a. Kualitas penampilan (Visual).
Tingkat kepentingan tiap komponen kualitas tergantung pada peruntukan
terhadap komoditi bersangkutan. Komponen kualitas bagi bunga potong
ditekankan pada kualitas penampilan atau penampakan. Beberapa cacat dapat
mempengaruhi nilai kualitas penampilan produk panenan hortikultura.
b. Kualitas Tekstur
Tekstur komoditi panenan hortikultura sangat menentukan kualitas
makanan dan masakan (bentuk olahan), sehingga tekstur merupakan faktor yang
diperlukan untuk mempertahankan produk dari cekaman selaman proses
penanganan pasca panen terutama pengiriman. Buah-buah yang lunak tidak dapat
dikirim hingga jarak yang jauh tanpa adanya kehilangan produk dalam jumlah
cukup akibat luka fisik. Untuk mengantisipasi kenyataan tersebut, maka terhadap
buah yang bertekstur lunak dipanen pada kondisi di bawah tingkat kematangan
yang optimal.
c. Kualitas Rasa (Flavour)
Kualitas rasa tentunya akan melibatkan kerja indera perasa terhadap
senyawa terkandung dalam produk yang mempengaruhi rasa maupun aroma.
d. Kualitas Nilai Nutrisi
Buah dan sayuran segar berperanan penting pada nutrisi manusia,
khususnya sebagai sumber vitamin (C, B6, A, thiamin, niacin), mineral, dan serat.
e. Kualitas Keamanan (Savety)
Faktor-faktor keamanan termasuk tingkat senyawa toksik alami pada
tanaman tertentu (contohnya glycoalkoloid pada kentang) yang keberadaannya
sangat tergantung pada genotipe, juga merupakan faktor kualitas yang sangat
mempengaruhi komoditi.(anonim,2012).
f. Faktor yang mempengaruhi kualitas produk hortikultura
Tidak saja keadaan pascapanen yang mempengaruhi kualitas atau mutu
produk panenan tetapi termasuk pula faktor prapanen. Berikut adalah beberapa
faktor yang mempengaruhi kualitas komoditi hortikultura:

1. Faktor genetik

Pemilihan atau seleksi kultivar bagi tanaman yang diperbanyak dengan benih
(biji) khususnya tanaman semusim. Sedangkan bagi tanaman tahunan biasanya
sangat tergantung pada pemilihan jenis batang bawang dalam pengadaan atau
persiapan bibit.

2. Faktor lingkungan prapanen

Unsur iklim, seperti : suhu, cahaya, angin, curah hujan, dan polutan Kondisi
budidaya (bercocok tanam), seperti : jenis tanah, penyediaan hara dan air,
pemakaian mulsa, pemangkasan (pruning), penjarangan buah dan atau bunga
(thinning), dan penggunaan bahan kimiawi

3. Pemanenan

Aspek yang merupakan faktor penting terkait dengan pemanenan adalah :


teknik panen, tingkat kematangan dan atau kemasakan, dan perkembangan
fisiologis tanaman.

4. Perlakuan pascapanen

Metode penanganan, periode antara saat panen dengan saat dikonsumsi, dan
faktor lingkungan, seperti: suhu, kelembaban relatif, dan komponen atmosfir.

5. Interaksi antara berbagai faktor yang dijelaskan di atas.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa produk hortikultura
mengandung kadar air yang tinggi sehingga produk hortikultura harus dilakukan
penanganan pasca panen untuk menjaga kesegaran produk agar tahan lama.
Karena jika tidak dilakukan penanganan pasca panen produk hortikultura akan
cepat rusak sehingga menurunkan kualitas dan harga produk tersebut.

Saran
Diperlukan penanganan pascapanen yang bagus untuk meningkatkan
kualitas hasil yang memiliki nilai jual yang tinggi, sehingga dapat meningkatkan
pendapatan petani
DAFTAR PUSTAKA

Babalola. 2010. Penanganan dan Pengolahan Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.


Bambang B. Santoso. 2012. Standarisasi Mutu Produk Pascapanen
BBPP Lembang. 2015. Pasca Panen Sayuran. Diakses di http://www.bbpp-
lembang.info.
Dhalimi.1990. Penanganan Pasca Panen Hasil pertanian. Universitas Padjajaran
Press. Bandung.
Pantastico, Er. B., T.K. Chattopadhyay, dan H. Subramanyam. 1986.
Penyimpanan dan Operasi Penyimpanan Secara Komersial. Dalam:
Pantastico, Er.B. 1986. Fisiologi Pasca Panen. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Zulkarnain. 2010. Dasar-Dasar Hortikultura. Jakarta (ID). Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai