20024010027
Pendahuluan
Sektor pertanian merupakan bagian yang mempunyai peranan yang sangat penting
khususnya dalam pengembangan perekonomian Indonesia terutama bagi beberapa daerah
potensi pengembangan sektor pertaniannya sangat besar. Salah satunya yaitu tanaman obat
hasil budidaya memiliki nilai lebih dibandingkan tanaman yang berasal dari sumber lain
misalnya dari tanaman pagar, peneduh jalan, dan dari hutan. Budidaya tanaman obat mampu
menjamin kualitas hasil produksi karena dapat mengendalikan berbagai faktor produksi yaitu
bibit, kepastian jenis (spesies), umur panen, waktu panen, intervensi kultur teknis, iklim,
cuaca, dan tempat tumbuh. Penyediaan bahan bakujamu yang bermutu merupakan
serangkaian kegiatan mulai dari budidaya, panen dan pascapanen obat. Maka dari itu,
penyediaan bahan baku jamu yang berkualitas harus dimulai dari tanaman obat yang jelas
sumbernya (Mulianingsih et al., 2020).
Pembahasan
Bahan baku obat tradisional sebagian besar berupa tanaman obat yang telah melewati
beberapa tahap penanganan sebelum dinyatakan sebagai simplisia. Beberapa tahapan tersebut
adalah budidaya, panen, dan penanganan pasca panen. Tanaman yang digunakan sebagai
bahan baku sebaiknya berupa tanaman budidaya. Teknik budidaya yang baik namun tanpa
disertai penanganan panen dan penanganan pasca panen yang tepat dapat menurunkan
kualitas simplisia yang dihasilkan (Ningsih, 2017).
Yang dimaksud dengan simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai
obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain berupa
bahan yang telah dikeringkan. Waktu dan cara panen yang tepat dan benar merupakan salah
satu penanganan saat panen dimana Tanaman obat dipanen pada saat tanaman memiliki
kandungan senyawa aktif dalam kadar optimal. Selain itu adapun pengelolaan pasca panen
yang bertujuan untuk melindungi bahan baku dari kerusakan fisik dan kimiawi, sehingga
dapat mempertahankan mutu bahan baku atau simplisia yang dihasilkan, terutama menjamin
keseragaman senyawa aktif, keamanan, dan khasiat sediaan (produk akhir). Tahapan
pengelolaan pasca panen tanaman obat meliputi pengumpulan bahan, sortasi basah,
pencucian, penirisan, pengubahan bentuk, pengeringan, sortasi kering, pengemasan, dan
penyimpanan.
1. Cahaya
Sinar dengan panjang gelombang tertentu dapat mempengaruhi mutu simplisia secara
fisik dan kimiawi, misalnya akibat terjadinya proses isomerasi dan polimerasi
3. Oksidasi
Oksigen dari udara dapat menyebabkan terjadinya oksidasi pada senyawa aktif dalam
simplisia sehingga kualitasnya menurun
4. Dehidrasi
Bila kelembapan di luar lebih rendah daripada di dalam simplisia, maka akan terjadi
proses kehilangan air yang disebut shrinkage
5. Absorpsi air
Simplisia yang bersifat higroskopis dapat menyerap air dari lingkunga sekitarnya
6. Kontaminasi
Sumber kontaminan utama berupa debu, pasir, kotoran, dan bahan asing (tumpahan
minyak, organ binatang, dan fragmen wadah)
7. Serangga
Serangga dapat menimbulkan kerusakan dan mengotori simplisia dalam bentuk larva,
imago, dan sisa-sisa metamorfosis (kulit telur, kerangka yang telah usang, dan lain-lain)
8. Kapang
Bila kadar air simplisia masih tinggi, maka akan mudah ditumbuhi kapang, jamur, ragi,
dan jasad renik lain yang dapat menguraikan senyawa aktif atau menghasilkan aflatoksin
yang membahayakan konsumen (Siswanto, 2019).
Oleh karena itu, perlu perhatian khusus terhadap wadah dan gudang penyimpanan
simplisia, suhu, kelembapan, intensitas cahaya, dan lain-lain selama penyimpanan. Lama
penyimpanan setiap jenis bahan berbeda-beda sehingga perlu diperhatikan pula agar mutu
simplisia dapat dijamin. Dengan melakukan pengelolaan pasca panen secara tepat,
diharapkan dapat menjaga mutu simplisia yang dihasilkan. Secara umum, pengelolaan pasca
panen tanaman obat dapat:
Penanganan Panen
Mengingat produk tanaman obat dapat berasal dari hasil budidaya dan dari hasil
eksplorasi alam maka penanganan atau penentuan saat panen secara tepat sangat berarti.
Tanaman obat pada umumnya memiliki sifat khas terutama dalam hal pemanfaatannya
berdasarkan kandungan zat berkhasiat yang kadarnya sangat bervariasi. Oleh karena itu,
waktu dan cara panen yang tepat dan benar amat menentukan kadar senyawa aktif atau zat
berkhasiat yang ada di dalam tanaman. Pada dasarnya tujuan penanganan dan pengelolaan
saat panen adalah sebagai berikut :
Penanganan dan pengelolaan pascapanen adalah suatu perlakuan yang diberikan pada
hasil pertanian hingga produk siap dikonsumsi. Penanganan dan pengelolaan pascapanen
tanaman obat dilakukan terutama untuk menghindari kerugian-kerugian yang mungkin timbul
akibat perlakuan prapanen dan pascapanen yang kurang tepat. Hal-hal yang dapat
mengakibatkan kerugian, misalnya terjadinya perubahan sifat zat yang terdapat dalam
tanaman, perlakuan dan cara panen yang tidak tepat, masalah daerah produksi yang
menyangkut keadaan iklim dan lingkungan, teknologi pascapanen yang diterapkan, limbah,
serta masalah sosial-ekonomi dan budaya masyarakat.
Simplisia yang telah dikemas dan diberi label, kemudian disimpan dalam gudang
yang telah dipersiapkan dengan berbagai pertimbangan. Tujuan penyimpanan adalah agar
simplisia tetap tersedia setiap saat bila diperlukan dan sebagai stok bila hasil panen melebihi
kebutuhan. Proses ini merupakan upaya untuk mempertahankan kualitas fisik dan kestabilan
kandungan senyawa aktif, sehingga tetap memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan
(Siswanto, 2019).
Kesimpulan
Tanaman obat berasal dari hasil budidaya dan dari hasil eksplorasi alam maka
penanganan atau penentuan saat panen secara tepat sangat berarti. bervariasi. Oleh karena itu,
waktu dan cara panen yang tepat dan benar amat menentukan kadar senyawa aktif atau zat
berkhasiat yang ada di dalam tanaman. Adapun penanganan pasca panen diperlukan dalam
pembutan simplisia karena dapat menjamin mutu simplisia, baik dari sisi kualitas, maupun
kuantitas. Tahapan penanganan pasca panen, meliputi proses sortasi basah, pencucian,
pengeringan, sortasi kering, pengemasan dan pelabelan, serta penyimpanan. Pada masing-
masing tahapan senantiasa dilakukan kontrol kualitas untuk menjaga mutu simplisia.
Referensi
Balitbang (2018) ‘Balai Besar Litbang. Pedoman Umum Panen dan Pascapanen Tanaman
Obat. Kemenkes RI’, Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), pp.
1689–1699.
Mulianingsih, S. et al. (2020) ‘Pengaruh Penanganan Pasca Panen Terhadap Mutu Jagung
(Zea mays L) di Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna’, Teknologi dan Manajemen
Industri Pertanian, 1, pp. 120–129.