PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya taraf hidup dan
kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi yang seimbang,
permintaan buah-buahan juga meningkat. Buah-buahan
merupakan salah satu sumber gizi berupa karbohidrat,
protein, lemak, mineral, vitamin, dan air serta serat yang
bermanfaat bagi kesehatan. Saat ini, buah tidak hanya dinilai
dari rasa, namun juga dari penampilan fisik seperti
keseragaman ukuran, warna dan bentuk serta kemulusan
kulit. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah segi kesehatan,
kelestarian lingkungan, penampilan, dan kemasan sehingga
mampu meningkatkan nilai jual.
Tuntutan konsumen saat ini adalah mendapatkan buah
yang bermutu dan aman dikonsumsi. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan adalah dengan melakukan penanganan
pascapanen yang baik. Penerapan penanganan pascapanen
masih sangat jauh dari harapan. Saat ini, tingkat kehilangan
hasil komoditas buah masih sangat tinggi yaitu antara 20-
40%, padahal jika petani memperhatikan dan menilai penting
penanganan pascapanen maka tingkat kehilangan dapat
ditekan secara maksimal.
1
Penanganan pascapanen merupakan wajah komoditas
dan daya tahan dari produk buah. Dikatakan wajah karena
dari proses pemetikan hasil sampai dikonsumsi, penampilan
merupakan syarat mutu utama yang harus diperhatikan oleh
petani agar produk buah yang dihasilkan tersebut terlihat
bagus dan menarik, sehingga mampu meningkatkan daya jual
produk tersebut. Sedangkan aspek daya tahan, penanganan
pascapanen yang baik akan mampu meningkatkan daya
simpan dan daya tahan buah selama proses pengangkutan dan
waktu tunggu sampai produk tersebut terjual.
Saat ini, penanganan pascapanen baru dapat menekan
kehilangan hasil antara 2-5%. Hal ini diakibatkan oleh masih
terbatasnya sarana pascapanen dan minimnya informasi yang
didapatkan petani. Kerusakan buah umumnya terjadi sejak
dilakukan pemanenan di lapangan. Berlanjut saat transportasi
buah ke tempat pengumpulan sementara. Faktanya, banyak
petani yang tidak memiliki sarana tempat pengumpulan
sementara sebelum komoditi tersebut sampai ke tangan
konsumen. Ada yang mengumpulkannya di ruang terbuka,
sehingga buah mengalami kontak dengan sinar matahari
langsung atau terkena hujan. Ada pula yang
mengumpulkannya di gudang/garasi bercampur dengan
barang lain/pestisida.
2
Mengingat hal tersebut, adanya packing house (rumah
pengemasan) merupakan salah satu upaya untuk dapat
mengatasi berbagai permasalahan di atas. Aktivitas di rumah
pengemasan antara lain sortasi (pemilahan), grading
(pengkelasan), pencucian, pengemasan, pelabelan hingga
penyimpanan. Untuk mendukung kegiatan pengembangan
rumah pengemasan tersebut, disusunlah Pedoman Teknis
yang diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai acuan/panduan
bagi pemangku kepentingan antara lain Aparat Pembina,
Petani/Gapoktan, Pelaku Usaha, Asosiasi, Swasta, dan lain-
lain. Penyusunan pedoman teknis ini mengacu pada prinsip-
prinsip seperti yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 44/ Permentan/ OT.140/ 2009 tentang
Pedoman Penanganan Pascapanen Hasil Pertanian Asal
Tanaman yang Baik (Good Handling Practices-GHP).
B. Tujuan
Tujuan diterbitkannya Pedoman Teknis
Pengembangan Rumah Pengemasan adalah sebagai pedoman
bagi pemangku kepentingan (Petani/Gapoktan, Aparat
Pembina, manajer lokasi, pengawas, dan lain-lain) dalam
melaksanakan kegiatan pengembangan rumah pengemasan
untuk produk hortikultura.
3
C. Pengertian
Dalam rangka menyamakan persepsi, definisi dan
pengertian, maka dalam Pedoman Teknis ini digunakan
beberapa istilah antara lain :
1. Alat dan mesin pascapanen adalah peralatan dan mesin
yang digunakan dalam seluruh rantai penanganan
pascapanen.
2. Daerah survei adalah daerah sasaran dan daerah lain
yang mempunyai hubungan tataniaga dengan daerah
sasaran untuk komoditas unggulan.
3. Distribusi adalah proses pemindahan produk atau hasil
hortikultura dari tempat satu ke tempat lainnya sesuai
kebutuhan dan permintaan.
4. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) adalah organisasi
yang anggotanya terdiri dari beberapa kelompok tani di
suatu wilayah/daerah sentra produksi yang bergerak di
bidang usahatani, pascapanen, pengolahan dan
pemasaran.
5. Pascapanen menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2010, adalah kegiatan setelah panen yang meliputi
pembersihan, pencucian, penyortiran, pengkelasan,
pengolahan primer (pengeringan, pengupasan,
4
pembekuan, perajangan), pengawetan, pengemasan,
pelabelan dan penyimpanan.
6. Pascapanen yang baik adalah rangkaian kegiatan
penanganan hasil/produk yang prosesnya memenuhi
standar yang ditetapkan.
7. Pelabelan adalah pemberian label pada kemasan produk
yang berisi nama komoditi dan kelas mutu, nama
produsen, alamat produsen, tanggal produksi/panen,
tanggal kadaluarsa serta berat bersih.
8. Pelilinan merupakan kegiatan memberikan lapisan tipis
bahan alami lilin pada hasil panen.
9. Pembersihan merupakan kegiatan menghilangkan
kotoran fisik, kimiawi dan biologis.
10. Pemeraman merupakan kegiatan untuk mempercepat
proses pematangan secara merata sesuai sifat dan
karakteristik biologis atau fisiologis hasil pertanian asal
tanaman dengan atau tanpa pemberian bahan pemacu
yang diizinkan menurut peraturan dengan dosis sesuai
anjuran.
11. Penanganan pascapanen merupakan serangkaian
kegiatan yang dilakukan setelah panen sampai dengan
siap dikonsumsi dan/atau diolah.
5
12. Pencelupan merupakan kegiatan mencelupkan hasil
panen ke dalam larutan anti bakteri dan jamur untuk
mencegah serangan hama dan penyakit.
13. Pengangkutan merupakan kegiatan memindahkan
produk dari suatu tempat ke tempat lain dengan tetap
mempertahankan mutu produk.
14. Pengemasan merupakan kegiatan mewadahi dan/atau
membungkus produk dengan memakai media/bahan
tertentu untuk melindungi produk dari gangguan faktor
luar yang dapat mempengaruhi daya simpan.
15. Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
pascapanen buah adalah tindakan yang dilaksanakan
untuk mencegah kerugian pada buah yang sudah
dipanen, yang diakibatkan oleh OPT dengan cara
memadukan satu atau lebih teknik pengendalian yang
dikembangkan dalam satu kesatuan untuk mencegah
dan mengurangi timbulnya kerugian secara ekonomis
dan kerusakan lingkungan hidup.
16. Pengeringan merupakan kegiatan untuk menurunkan
kadar air sampai kadar air keseimbangan sehingga aman
untuk disimpan.
17. Pengkelasan merupakan kegiatan pengelompokan mutu
produk berdasarkan karakteristik fisik, antara lain
6
bentuk, ukuran, warna, tekstur, kematangan dan/atau
berat.
18. Pengumpulan merupakan kegiatan mengumpulkan hasil
panen pada suatu tempat atau wadah.
19. Penirisan merupakan kegiatan untuk menghilangkan air
yang menempel di permukaan produk yang berasal dari
perendaman, pencelupan atau pencucian.
20. Penyimpanan merupakan kegiatan untuk mengamankan
dan memperpanjang masa penggunaan produk.
21. Responden survei adalah semua pihak yang berkaitan
dengan produk unggulan, mulai dari petani sampai
pedagang eksportir dan importir, pengusaha jasa
(keuangan, pengangkutan), Pemda daerah sasaran,
pasar (tradisional dan supermarket), koperasi, asosiasi
(produsen, pedagang, eksportir, importir), industri
pengolahan, dan konsumen akhir.
22. Rumah pengemasan adalah suatu bangunan tempat
menangani kegiatan penanganan pascapanen hasil
hortikultura sejak dipanen sampai pengemasan dan siap
didistribusikan ke pasar tujuan. Di dalam rumah
pengemasan antara lain dilakukan kegiatan pengkelasan
dan pengemasan.
7
23. Sortasi merupakan kegiatan pemilahan hasil panen yang
baik dari yang rusak atau cacat, yang sehat dari yang
sakit dan benda asing lainnya.
24. Trimming (pemisahan) merupakan kegiatan membuang
bagian produk yang tidak diinginkan seperti memotong
tangkai buah, membuang akar, membuang bagian titik
tumbuh.
8
II. KAJIAN KELAYAKAN RUMAH PENGEMASAN
9
dukungan dari masyarakat sekitar dan pengembangan pertanian
sebaiknya mendukung keberadaan rumah pengemasan tersebut.
Sebelum membangun rumah pengemasan diperlukan
koordinasi antara para pemangku kepentingan agar memperoleh
persepsi yang sama terhadap rencana pembangunan. Kemudian
melakukan perencanaan bertahap dan berkelanjutan sampai
pembangunan rumah pengemasan terealisasi dan melakukan
identifikasi sentra produksi pendukung daerah sasaran, survei
pemasaran dan perilaku konsumen. Dari hasil koordinasi tersebut
tersusun kajian kelayakan rumah pengemasan secara teknis dan
ekonomis di daerah sasaran sekaligus desain rumah pengemasan
sesuai kebutuhan. Adapun hasil survei harus memberikan
informasi rinci mengenai produksi dan konsumsi hasil pertanian
daerah sasaran, hasil pertanian sejenis yang masuk ke daerah
sasaran dan hasil pertanian sejenis yang keluar ke daerah lain.
Di samping itu, beberapa pemangku kepentingan perlu
diajak duduk bersama untuk dimintai saran pendapatnya.
Pemangku kepentingan tersebut antara lain: kelompok tani,
asosiasi (produsen, pedagang, eksportir, importir), calon
pengelola rumah pengemasan, calon investor, bank dan lembaga
keuangan lainnya, usaha pelayanan jasa, dan calon
wirausahawan.
10
Kajian kelayakan rumah pengemasan bermanfaat untuk
mendorong terealisasinya pembangunan rumah pengemasan di
daerah sasaran yang dapat memberikan pelayanan kepada petani
di sekitar lokasi rumah pengemasan serta meningkatkan peluang
pemasaran ke daerah lain dan luar negeri (ekspor).
13
- Pengelola rumah pengemasan berkomitmen untuk
memberi keuntungan kepada pelaku pasar, investor,
produsen dan Pemerintah Daerah.
14
III. PERSYARATAN TEKNIS RUMAH PENGEMASAN
HORTIKULTURA
A. Lokasi
Pemilihan lokasi rumah pengemasan harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1. Memiliki akses jalan.
2. Memiliki akses ke sumber pasokan.
3. Mendapat ijin lingkungan.
4. Lahan sesuai untuk kebutuhan usaha.
5. Lokasi bebas cemaran dan memiliki fasilitas drainase.
15
B. Bangunan
1. Umum
- Bangunan cukup kuat, aman, serta mudah
dibersihkan.
- Luas bangunan sesuai dengan kapasitas
produksi/skala usaha (Tabel 1).
- Kondisi sekeliling bangunan bersih, tertata rapi, bebas
hama dan hewan berbahaya.
- Bangunan dirancang sedemikian rupa untuk
mencegah masuknya binatang pengerat, hama,
serangga dan hewan peliharaan.
16
4. Ukuran cold Volume Volume - -
storage 250 m3 125 m3
(sesuai Daya 20 Daya 10
dengan kW kW
aktivitas Luas Luas
penanganan lantai 100 lantai
pascapanen m2 50 m2
yang
dilakukan)
5. Luasan lalu
lintas barang
dari rumah
100 m2 50 m2 - -
pengemasan
ke cold
storage
6. Luasan parkir,
m2 per 50 1.000
2.000 m2 **
buah truk m2
engkel
7 Luas
1.500
keseluruhan 3.000 m2
m2
fasilitas
Keterangan : * Kebutuhan untuk rumah pengemasan sayuran berkisar
sekitar 80 % kebutuhan rumah pengemasan buah
** Termasuk bagian STA atau Pasar Tani
2. Tata Ruang
- Bangunan penanganan terdiri atas ruangan
penanganan dan ruangan pelengkap yang letaknya
terpisah.
- Susunan bagian ruangan penanganan diatur sesuai
dengan urutan proses penanganan, sehingga tidak
menimbulkan kontaminasi silang.
3. Lantai
- Lantai ruang penanganan dari bahan yang kuat, tidak
17
licin dan tidak mudah retak serta mudah dibersihkan.
4. Dinding dan Langit-langit
- Dinding dan langit-langit ruang penanganan bersifat
kedap air, tidak mudah mengelupas dan mudah
dibersihkan.
5. Atap
- Atap terbuat dari bahan yang tidak mudah bocor.
6. Pintu, Jendela dan Ventilasi
- Pintu dan jendela terbuat dari bahan yang mudah
dibersihkan dan mudah dibuka-tutup.
- Jumlah jendela dan ventilasi pada ruangan
penanganan cukup untuk menjamin pertukaran udara
dalam ruangan dan ditutup dengan kawat serangga.
6. Penerangan
- Ruangan penanganan dan ruangan pelengkap
dilengkapi dengan penerangan yang cukup.
- Setiap lampu yang digunakan harus dilengkapi
pelindung lampu.
7. Penyediaan Sumber Energi
- Sumber energi tersedia dalam jumlah yang cukup
disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan setempat
(jaringan PLN atau generator).
18
8. Tata Letak Alur Produksi
Tata letak alur penanganan produk memperhatikan hal
sebagai berikut:
1. Terdiri dari 2 (dua) pintu yaitu pintu masuk dan pintu
keluar disesuaikan dengan alur penanganan sehingga
komoditi yang akan ditangani dan telah selesai
ditangani tidak akan berkontaminasi silang.
2. Penempatan sarana penanganan disusun sesuai dengan
tata letak urutan tahapan penanganan.
3. Luas ruangan penanganan cukup memadai untuk
melakukan kegiatan penanganan produk.
C. Fasilitas Sanitasi
1. Tersedia sarana air bersih dan mengalir.
2. Tersedia sarana pencuci tangan dan toilet.
3. Tersedia sarana penanganan sampah.
D. Alat Produksi
1. Alat dan perlengkapan yang digunakan mudah
dibersihkan.
2. Permukaan peralatan yang berhubungan langsung dengan
produk terbuat dari bahan yang tidak berkarat.
3. Timbangan yang digunakan dikalibrasi secara berkala dan
dicatat.
19
4. Peralatan yang digunakan dalam penanganan produk
disesuaikan dengan proses penanganan yang dilakukan
meliputi :
- Meja kerja
- Bak pencucian
- Kereta dorong
- Wadah produk
- Timbangan
- Alat pengemasan
- Pisau dan gunting
- Alat sortasi
- Alat pengkelasan (grader)
- Gudang pendingin (cold storage)
- Tempat penyimpanan kemasan dan bahan kimia
- Alat pengangkut lokal
E. Bahan Penanganan
1. Bahan perlakuan penanganan yang digunakan memenuhi
standar mutu atau persyaratan yang ditetapkan.
2. Bahan perlakuan penanganan yang digunakan belum
kadaluarsa.
3. Tersedia fasilitas penyimpanan bahan penanganan.
20
IV. PENGELOLAAN RUMAH PENGEMASAN
B. Proses Penanganan
1. Pelaksanaan proses penanganan sesuai sifat dan
karakteristik produk.
21
2. Pelaksanaan kegiatan pada tahapan proses pelaksanaan
penanganan dilakukan sesuai persyaratan yang
ditetapkan.
Tahapan-tahapan proses penanganan:
1) Pemilahan
- Proses pemilahan dilakukan dengan menghindari
kerusakan mekanis.
- Produk yang telah dipilah ditempatkan dalam wadah
yang terpisah.
2) Pemisahan
Pemisahan dilakukan dengan cara dan alat yang tidak
merusak produk.
3) Pembersihan/pencucian
- Pencucian dilakukan dengan menggunakan air bersih.
- Pencucian buah dapat dilakukan bersamaan dengan
22
pembersihan dengan menggunakan alat yang tidak
melukai produk.
- Beberapa produk tertentu cukup dilakukan dengan
pengelapan (melon, semangka) maupun penyikatan
(nenas).
4) Penirisan
Penirisan dilakukan dengan cara dan alat yang tidak
merusak produk.
23
5) Pengkelasan
- Pengkelasan dilakukan dengan hati-hati untuk
menghindari kerusakan mekanis.
- Pengkelasan dilakukan sesuai dengan karakteristik
produk dan standar mutu yang berlaku.
- Produk yang telah dipisahkan ditempatkan pada
wadah yang terpisah.
6) Pelilinan
- Pelilinan dilakukan dengan metode, alat dan bahan
sesuai karakteristik produk.
- Bahan pelilinan yang digunakan harus aman
dikonsumsi (Food Grade).
24
Gambar 7. Pelilinan pada Pepaya
7) Perlakuan
- Perlakuan dilakukan dengan metode, alat dan bahan
sesuai karakteristik produk.
- Bahan perlakuan yang digunakan harus sudah
terdaftar.
8) Pemeraman
- Pemeraman dilakukan dengan metode, alat dan bahan
sesuai karakteristik produk.
- Bahan pemeraman yang digunakan harus sudah
terdaftar.
25
2. Setiap produk yang dikemas dalam kemasan besar
menggunakan label dengan kriteria:
- Tidak mudah lepas, luntur atau rusak.
- Mudah terlihat dan terbaca.
- Label pada kemasan memuat informasi identitas
produk sesuai dengan kebutuhan (dapat mencakup
informasi nama dan varietas buah, nama dan alamat
perusahaan eksportir, pengemas dan atau pengumpul,
asal buah, kelas, ukuran (kode ukuran atau kisaran
bobot dalam gram), serta jumlah buah)
3. Penggunaan kode produksi disesuaikan dengan
persyaratan yang telah ditetapkan.
D. Produk Akhir
Produk akhir harus dalam kondisi baik yang tidak merugikan
dan membahayakan kesehatan.
26
E. Penyimpanan
1. Produk Akhir
- Produk akhir disimpan pada suhu sesuai karakteristik
produk.
- Wadah dan fasilitas penyimpanan dapat melindungi
produk.
- Tidak dilakukan pencampuran produk berbeda dalam
satu wadah.
- Bahan untuk memperpanjang daya simpan sesuai
dengan karakteristik produk.
2. Bahan dan Alat
- Bahan perlakuan disimpan di tempat terpisah yang
bersih serta aman dari gangguan serangga dan
binatang pengerat.
- Wadah dan bahan kemasan disimpan secara rapi di
tempat yang bersih sehingga terlindung dari
pencemaran.
- Label disimpan dengan baik dan diatur sedemikian
rupa sehingga tidak terjadi kesalahan dalam
penggunaannya.
- Alat dan perlengkapan penanganan disimpan dengan
baik dan terpisah dari bahan kimia untuk mencegah
pencemaran.
27
F. Pengendalian Hama Penyakit Pascapanen
1. Tersedia prosedur pengendalian hama penyakit
pascapanen yang mencakup prosedur:
a. metode pengendalian terhadap hama penyakit
pascapanen.
b. metode penanganan alat dan bahan.
c. metode penanganan terjadinya kecelakaan.
2. Bahan yang digunakan sudah terdaftar.
3. Penggunaan bahan perlakuan dilakukan oleh tenaga yang
kompeten.
4. Dilakukan pemeriksaan dan pencatatan penggunaan
bahan.
29
5. Alas kaki mohon dilepas
7. Menggunakan masker
30
11. Menjaga kebersihan sekitar rumah
pengemasan
31
IV. MANAJEMEN RUMAH KEMASAN HORTIKULTURA
32
IPB, 2007) disarankan struktur organisasi minimum dalam
pengelolaan Rumah Pengemasan adalah sebagai berikut :
Manajer
Tenaga Pelaksana
35
dengan demikian mutu produk dan keamanannya terjaga.
Penilaian rumah pengemasan didasarkan pada standar
regional CAC/RCP1-1969 - Rev 4-2003: Recommended
International Code Of Practice General Principles Of Food
Hygiene.
1. Syarat Pendaftaran
Untuk memperoleh nomor pendaftaran, rumah
pengemasan harus memenuhi persyaratan administrasi
dan persyaratan teknis:
a. Persyaratan administrasi meliputi:
1) Kartu Tanda Penduduk (perorangan, copy).
2) Akte pendirian dan perubahan (badan
usaha/badan hukum).
3) Nomor Pokok Wajib Pajak (copy).
4) Surat keterangan domisili.
5) Surat Izin Usaha Perdagangan.
6) Tanda Daftar Perusahaan.
7) Surat Izin Tempat Usaha.
8) Surat IMB.
36
b. Persyaratan teknis meliputi:
1) Memiliki bangunan permanen/semi permanen.
2) Memiliki peralatan yang memadai.
3) Memiliki sumber daya manusia yang
kompeten di bidangnya.
4) Memiliki daftar pemasok yang mempunyai
register kebun dari Direktorat Jenderal teknis
terkait.
5) Memiliki dokumen prosedur dan rekaman
penanganan produk pangan segar hasil
pertanian yang baik (Good Handling
Practices/GHP).
6) Memiliki dokumen prosedur dan rekaman
penanganan sanitasi rumah pengemasan yang
baik (Sanitation Standard Operation
Procedure/SSOP).
37
2. Tata Cara Pendaftaran
Permohonan
Cukup
Tidak
Cukup
Penilaian/
Audit Lapang Kelengkapan
Dokumen
Evaluasi Tim
38
2.1. Permohonan
- Permohonan pendaftaran rumah pengemasan
ke ketua OKKP-P/OKKP-D secara tertulis.
- OKKP-P/OKKP-D menerima / menolak
(dalam jangka waktu 3 hari kerja sudah
memeriksa dokumen pemohon sesuai
persyaratan).
- Penundaan permohonan jika persyaratan tidak
lengkap.
- Permohonan diterima jika memenuhi
persyaratan.
- Ketua OKKP-P/OKKP-D menugaskan auditor
melaksanakan penilaian.
- Laporan hasil audit lapang ke ketua OKKP-P/
OKKP-D selambat-lambatnya 3 hari kerja
setelah audit.
- Tindakan perbaikan selambat-lambatnya 7 hari
setelah audit lapang untuk kategori serius dan
kritis.
- Evaluasi hasil perbaikan oleh auditor lapang
selambat-lambatnya 14 hari untuk kategori
mayor dan minor.
39
- Dilakukan pembahasan pada rapat komisi
teknis untuk merekomendasikan persetujuan/
penundaan pemberian nomor pendaftaran.
2.2. Penundaan
- Penundaan pemberian nomor pendaftaran
paling lambat 3 hari setelah rapat Komisi
Teknis.
- Apabila dalam jangka satu bulan terhitung
sejak diterimanya pemberitahuan penundaan,
belum dapat menyelesaikan tindakan
perbaikan, maka OKKP-P/OKKP-D meminta
klarifikasi kepada pemohon.
2.3. Persetujuan
- Persetujan pemberian nomor pendaftran
diterbitkan oleh ketua OKKP-P / OKKP-D.
- Masa berlaku pendaftaran rumah pengemasan
selama tiga tahun.
- Tembusan persetujuan nomor pendaftaran:
1) Direktorat Jendral teknis terkait.
2) OKKP-Pusat.
3) Badan karantina pertanian.
4) Dinas pertanian terkait.
40
- Persetujuan nomor pendaftaran memuat
informasi antara lain:
1) Nomor pendaftaran.
2) Nama perusahaan dan alamat.
3) Ruang lingkup rumah pengemasan.
4) Standar pemenuhan persyaratan.
5) Masa berlaku nomor pendaftaran.
- Nomor pendaftaran rumah pengemasan terdiri
atas 12 digit.
- Pemohon yang telah mendapatkan nomor
pendaftaran, wajib melaporkan kegiatan
usahanya secara berkala setiap 6 bulan.
- Persetujuan nomor pendaftaran dapat dialihkan
pada pihak lain setelah mendapat persetujuan
dari OKKP-P/OKKP-D.
41
VI. PENUTUP
42
yang lebih baik. Hal ini akan memberikan keuntungan atau
perbaikan pendapatan bagi petani/kelompok tani/Gapoktan.
43
LAMPIRAN
44
Gambar 2. Denah Kantor Pengelola, Mushola, Locker dan Toilet
(Sumber: Pedoman Desain dan Pengoperasian Rumah
Pengemasan Hasil Hortikultura)
45
Gambar 4. Situasi Rumah Pengemasan Tipe A Kapasitas 50 ton/hari
(Sumber : Pedoman Desain dan Pengoperasian Rumah
Pengemasan Hasil Hortikultura)
46
Gambar 6. Denah Rumah Pengemasan Tipe B Kapasitas 25 ton/hari
(Sumber: Pedoman Desain dan Pengoperasian Rumah
Pengemasan Hasil Hortikultura)
47
Gambar 8. Ruang Sortasi dan Kemasan Rumah Pengemasan Tipe B
Kapasitas 25 ton/hari (Sumber : Pedoman Desain dan
Pengoperasian Rumah Pengemasan Hasil Hortikultura)
48
Gambar 10. Ruang Sortasi dan Kemasan Rumah Pengemasan Tipe
C Kapasitas 12.5 ton/hari (Sumber : Pedoman Desain
dan Pengoperasian Rumah Pengemasan Hasil
Hortikultura)
49
3. Alat dan Mesin Pascapanen Produk Segar Hortikultura
50
Gambar 20. Ember Gambar 21. Kontainer Plastik
51
DAFTAR PUSTAKA
52