Hlm 103 - 99
ISSN: 1412-8004
Pengendalian Hama Utama Kakao dengan Pestisida Nabati dan Agens Hayat (SISWANTO dan ELNA KARMAWATI) 103
lain disebabkan serangan Helopeltis antonii. penanganan OPT merupakan tanggung jawab
(Handoko dan Sundahri, 2004). pemerintah dan masyarakat yang dilaksanakan
Produktivitas kakao Indonesia hingga saat ini dengan menerapkan sistem pengendalian hama
rata-rata masih rendah yaitu sekitar 900 kg/ha. terpadu (PHT). PHT atau yang dikenal dengan
Beberapa penyebabnya adalah bahan tanaman Integrated Pest Management (IPM), merupakan
yang kurang baik, teknologi budidaya yang suatu konsep atau paradigma yang dinamis,
kurang optimal, tanaman sudah berumur tua, tidak statis, yang selalu menyesuaikan dengan
serta masalah serangan organism pengganggu dinamika ekosistem pertanian dan sistem sosial
tanaman (OPT). Diperkirakan rata-rata ekonomi dan budaya masyarakat setempat. PHT
kehilangan hasil akibat OPT mencapai 30% setiap mendorong kemandirian dan keberdayaan dalam
tahunnya bahkan ada penyakit penting yang pengambilan keputusan daripada
dapat mengakibatkan kematian tanaman ketergantungan pada pihak-pihak lain (Untung,
(karmawati, et. al, 2010), sehingga dalam 2003). Berdasarkan hal tersebut maka petani yang
budidaya kakao pada umumnya sekitar 40 % dari langsung berhubungan dengan kegiatan
biaya produksi dialokasikan untuk biaya pertanian tersebut diharapkan dapat berperan
pengendalian OPT (Sulistyowati et al, 2003). sebagai manager di kebunnya sendiri , yang
Beberapa hama dan penyakit banyak ditemukan mampu mengambil keputusan dan melakukan
pada tanaman kakao diantaranya hama tindakan untuk mengatasi masalah OPT . Untuk
Penggerek Buah Kakao (Conopomopha cramerella) itu petani harus mempunyai bekal pengetahuan
dan kepik pengisap buah (Helopeltis spp.), dan ketrampilan yang memadai untuk dapat
merupakan hama utama pada tanaman kakao. mengelola kebunnya dengan baik yang dapat
Pengendalian hama pada tanaman kakao diperoleh melalui pelatihan atau pembelajaran di
pada umumnya petani masih menggunakan lapangan.
insektisida kimiawi. Penggunaan insektisida Beberapa paket teknologi budidaya kakao
kimiawi yang tidak tepat akan membawa yang benar telah dihasilkan dan disampaikan
dampak yang buruk, lebih merugikan dibanding kepada petani, tetapi belum sepenuhnya
manfaat yang dihasilkan antara lain dapat diadopsi oleh petani. Demikian juga dalam
menyebabkan timbulnya resistensi hama, pengendalian hama dan penyakit, petani belum
munculnya hama sekunder, pencemaran sepenuhnya mengadopsi teknologi yang telah
lingkungan dan ditolaknya produk karena dihasilkan untuk pengendalian hama dan
masalah residu yang melebihi ambang batas penyakit. Umumnya petani kakao masih
toleransi. Penggunaan insektisida kimiawi secara mengandalkan penggunaan insektisida kimiawi
intensif, juga memberikan berbagai dampak yang untuk pengendalian hama dan penyakit tersebut.
tidak diinginkan, terkait dengan kerusakan Berbagai cara pengendalian telah diketahui
ekosistem lahan pertanian, terganggunya dan diuji pada kedua jenis hama tersebut
eksistensi flora dan fauna di sekitar lahan termasuk cara pengendalian yang sederhana,
pertanian dan kesehatan petani pekerja murah dan ramah lingkungan, antara lain
(Regnault-Roger, 2005). Organisasi Kesehatan dengan penggunaan pestisida nabati yang
Dunia (WHO) mencatat bahwa di seluruh dunia memanfaatkan tumbuhan, penggunaan musuh
setiap tahunnya terjadi keracunan pestisida alami seperti parasitoid, predator dan patogen
antara 44.000 - 2.000.000 orang dan dari angka serangga, serta penggunaan senyawa/bahan
tersebut yang terbanyak terjadi di negara penolak serangga. Tujuan dari penulisan ini
berkembang (Sintia, 2006). adalah untuk menguraikan aspek-aspek penting
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, terkait dengan hama utama tanaman kakao yaitu
perlu dilakukan pembenahan cara budidaya C. cramerella dan Helopeltis spp. serta upaya
tanaman yang lebih berwawasan lingkungan pengendaliannya yang berwawasan lingkungan.
termasuk dalam pengendalian OPT. UU no. 12
tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah no. 6 Penggerek Buah Kakao (PBK), Conopomorpha
tahun 1995, menyatakan bahwa kegiatan cramerella
PBK, Conopomorpha cramerella (Famili menetas. Stadium telur berlangsung 2-7 hari.
Gracillariidae: Ordo Lepidoptera) menyerang Telur diletakkan pada permukaan kulit buah
tanaman kakao hampir di seluruh daerah utama pada lekukan buah. Setelah menetas larva
penghasil kakao di Indonesia. Hama ini menggerek masuk ke dalam buah.
menyerang buah yang masih muda sampai Larva berwarna putih kekuningan atau
dengan buah yang sudah masak. Serangan hama kehijauan dengan panjang maksimum 11 mm
ini dapat menyebabkan penurunan produksi terdiri dari 5 instar. Lama stadia larva berkisar
buah kakao hingga lebih dari 80% dan relatif sulit antara 14 – 18 hari. Menjelang berpupa, larva
dikendalikan (Sulistyowati et al, 2003). Selain keluar dari buah dan berpupa pada permukaan
menurunkan produksi serangan hama ini juga buah, pada daun, serasah atau di tempat lain
menyebabkan kualitas biji menjadi rendah (Lim, yang agak tersembunyi, bahkan pada kendaraan
1992; Anshary, 2003). Pada tahun 2000 dilaporkan yang digunakan untuk mengangkut hasil panen
bahwa serangan hama ini mencapai 60.000 ha (Wardojo, 1980).
dengan kehilangan hasil sebesar Rp Pupa berwarna coklat dengan ukuran
405.643.680.000,-/tahun (Ditjenbun, 2000). panjang berkisar antara 6-7 mm dan lebar 1-1,5
Penyebaran hama PBK di Sulawesi dimulai di mm terbungkus dalam kokon berwarna
Sulawesi Tengah pada tahun 1991 kemudian transparan dan kedap air. Stadium pupa
menyebar ke seluruh areal pertanaman kakao di berlangsung 5-8 hari.
Sulawesi (Mardy, 1994). Tahun 1995, hama ini Imago atau serangga dewasa berupa ngengat
mulai ditemukan di Sulawesi Tenggara berwarna hitam dengan bercak kuning
(Suwondo, 2001). berukuran panjang 7 mm, lama hidup berkisar
Stadium yang menimbulkan kerusakan dari antara 7-8 hari. Imago aktif pada malam hari dan
hama ini adalah berupa larva/ulat (Gambar 1 A di siang hari berlindung di tempat teduh. Seekor
dan B) yang menyerang buah kakao berukuran 3 betina mampu meletakkan telur antara 50-100
cm sampai menjelang masak. Larva merusak butir selama hidupnya.
buah dengan memakan daging buah, membuat Buah yang terserang ditandai dengan
saluran ke biji menyebabkan biji saling melekat memudarnya warna kulit buah, muncul warna
(Gambar 1 B dan C), berwarna kehitaman, belang hijau kuning atau merah jingga. Buah
ukuran mengecil dan berukuran kecil sehingga yang sudah tua apabila diguncang tidak berbunyi
kualitas biji menjadi rendah. karena bijinya saling melekat.
Siklus hidup
Kepik Pengisap Buah (Helopeltis spp.)
Telur berbentuk oval dengan panjang 0,4-0,5
Selain PBK, hama yang sering dijumpai pada
mm dan lebar 0,2-0,3 mm, berwarna orange pada
pertanaman kakao adalah Helopeltis spp. (Famili
saat diletakkan dan menjadi kehitaman bila akan
Pengendalian Hama Utama Kakao dengan Pestisida Nabati dan Agens Hayat (SISWANTO dan ELNA KARMAWATI) 105
Miridae: Ordo Hemiptera). Helopeltis spp. pucuk dengan bagian ujung telur yang ada
merupakan salah satu hama utama kakao yang benangnya menyembul keluar. Stadium telur
banyak dijumpai hampir di seluruh provinsi di berlangsung antara 6-7 hari.
Indonesia. Jenis Helopeltis yang menyerang Nimfa mempunyai bentuk yang sama
tanaman kakao diketahui lebih dari satu spesies, dengan imago tetapi tidak bersayap, terdiri dari 5
yaitu H. antonii, H. theivora dan H. claviver instar dengan 4 kali ganti kulit. Stadium nimfa
(Karmawati et al., 2010). Stadium yang merusak berkisar antara 10-11 hari.
dari hama ini adalah nimfa (serangga muda) dan Imago berupa kepik dengan panjang tubuh
imagonya. Nimfa dan imago menyerang buah kurang lebih 10 mm. Seekor imago betina
muda dengan cara menusukkan alat mulutnya ke mampu meletakkan telur hingga 200 butir selama
dalam jaringan, kemudian mengisap cairan di hidupnya (gambar 3).
dalamnya. Sambil mengisap cairan, kepik
tersebut juga mengeluarkan cairan yang bersifat Pengendalian PBK (Conopomorpha cramerella)
racun yang dapat mematikan sel-sel jaringan dan Kepik Pengisap Buah (Helopeltis spp).
yang ada di sekitar tusukan. Selain buah, hama
ini juga menyerang pucuk dan daun muda. Penggerek Buah Kakao
Pengendalian hama PBK dapat dilakukan
dengan beberapa cara antara lain dengan sanitasi,
pemangkasan, panen sering, pemupukan dan
sarungisasi serta pengendalian secara biologi
(Karmawati et al. 2010; Widodo, 2010; Sudarto et
al., 2010; Anonymous, 2010)
Sanitasi dilakukan pada buah terserang yang
baru dipanen dengan cara menimbun buah–buah
Gambar 3. Gejala serangan Helopeltis spp. pada terserang tersebut ke dalam lobang tanah
buah kakao (kiri) dan imago H. kemudian ditutup tanah setebal 20 cm. Hal ini
theivora (kanan) dilakukan agar PBK yang ada pada buah tersebut
mati.
Serangan pada buah muda akan Pemangkasan dilakukan untuk mengatur
menyebabkan terjadinya bercak yang akan kondisi lingkungan pertanaman kakao agar tidak
bersatu sehingga kulit buah menjadi retak, buah terlalu lembab sehingga tidak mendukung
menjadi kurang berkembang dan menghambat perkembangan populasi PBK. Pemangkasan
pekembangan biji. Serangan pada buah tua dilakukan terhadap tanaman kakao maupun
menyebabkan terjadinya bercak-bercak cekung tanaman penaung pada awal musim hujan.
berwarna coklat muda, yang selanjutnya akan Pemotongan cabang tanaman kakao dilakukan
berubah menjadi kehitaman (Gambar 3). terhadap cabang yang arahnya ke atas, diluar
Serangan pada daun menyebabkan daun timbul batas 3-4 m. Luka bekas potongan harus ditutupi
bercak-bercak berwarna coklat atau kehitaman. dengan obat penutup luka.
Sedangkan serangan pada pucuk menyebabkan Panen sering dilakukan dengan tujuan untuk
terjadinya layu, kering dan kemudian mati. memutus siklus perkembangan hama PBK. Panen
dilakukan seminggu sekali terhadap buah yang
Siklus Hidup sudah masak baik masak sempurna maupun
masak awal, kemudian segera dipecah atau
Serangga ini mempunyai tipe metamorfosa
diproses.
sederhana, terdiri dari telur, nimfa dan imago.
Pemupukan dilakukan setelah pemangkasan,
Telur berbentuk lonjong, berwarna putih, pada
untuk meningkatkan ketahanan tanaman
salah satu ujungnya terdapat sepasang benang
terhadap serangan PBK dengan jenis, dosis dan
yang tidak sama panjangnya. Telur diletakkan
waktu yang tepat. Sarungisasi dilakukan untuk
pada permukaan buah atau pucuk dengan cara
mencegah serangan PBK, dengan menggunakan
diselipkan di dalam jaringan kulit buah atau
Pengendalian Hama Utama Kakao dengan Pestisida Nabati dan Agens Hayat (SISWANTO dan ELNA KARMAWATI) 107
maupun tumbuhan pengganggu (gulma). dapat merusak system syaraf, juga mampu
Pestisida nabati merupakan hasil ekstraksi bagian mengendalikan Helopeltis spp. (Djam’an, 2002
dari tumbuhan baik dari daun, bunga, buah, biji dalam Waisanjani, 2011) sedang daun, kulit
atau akar. Biasanya bagian tumbuhan tersebut batang dan akar Tithonia diversifolia mengandung
mengandung senyawa atau metabolit sekunder saponin, polyferol dan Flavonoid (Arnety et al.,
dan memiliki sifat racun terhadap hama dan 2006 dalam Waisanjani, 2011).
penyakit tertentu. Saat ini senyawa sekunder yang berasal dari
Pemanfaatan pestisida nabati untuk tanaman telah banyak dikaji potensinya sebagai
pengendalian OPT mempunyai kelebihan bahan baku pestisida nabati. Pengkajian yang
dibandingkan dengan pestisida kimia terutama telah dilakukan untuk mengevaluasi tingkat
dari segi keamanannya. Pestisida nabati terbuat toksisitas, daya tolak, daya tarik, daya hambat
dari bahan alami/nabati maka pestisida ini makan, dan daya hambat reproduksi hama
mudah terurai (bio-degradable) sehingga relatif (Schmidt et al. 1991). Disamping itu analisis biaya
tidak berbahaya bagi kehidupan. Selain itu pokok pestisida nabati terutama formula biji
pestisida nabati mempunyai beberapa kelebihan jarak pagar telah dipelajari, diperoleh bahwa
lain disamping kekurangan dibanding pestisida biaya pokok biopestisida jarak pagar dengan
kimia yaitu: sinergis minyak cengkeh jauh lebih rendah bila
Kelebihan: dibandingkan dengan sinergis PBO dan pestisida
1. Mudah dan cepat terdegradasi oleh sinar kimia (Ardana et al, 2010)
matahari Selain pestisida nabati, cendawan
2. Memiliki spektrum pengendalian yang luas entomopatogen juga sangat potensial
(racun perut dan syaraf) dan bersifat selektif mengendalikan serangga hama tanaman kakao
3. Dapat digunakan untuk mengendalikan OPT seperti Helopeltis spp. dan PBK. Bioinsektisida
yang telah resisten terhadap pestisida kimia cendawan entomopatogen memiliki kelebihan
4. Fitotoksisitas rendah dalam keamanan penggunaannya. Cendawan ini
5. Aman terhadap manusia, hewan dan memiliki spektrum inang dari yang sangat luas
lingkungan seperti Metharizium anisopliae sampai yang sangat
6. Relatif murah dan mudah dibuat oleh petani sempit dan spesifik seperti Aschersonia spp., yang
hanya menyerang lalat putih (Malsam et al. 1997).
Kelemahannya:
Beberapa kelebihan lain penggunaan produk
1. Cepat terurai dan daya tahannya relatif
bioinsektisida cendawan entomopatogen yaitu
lambat sehingga perlu aplikasi lebih sering
memiliki kemampuan untuk memperbanyak diri
2. Daya racunnya rendah (tidak langsung
sehingga petani pengguna tidak perlu
mematikan serangga)
membelinya secara berkala. Produk ini juga
3. Kurang praktis dibanding dengan pestisida
memiliki keunggulan dari segi kesehatan karena
kimia yang sudah siap dalam kemasan
sifatnya yang spesifik pada serangga tertentu.
4. Tidak ada keseragaman bahan
Selain itu cendawan entomopatogen aman
5. Tidak tahan lama disimpan
terhadap tanaman pertanian dan manusia.
Kekurangan dari penggunaan cendawan
Beberapa pestisida nabati yang dapat
entomopatogen ialah ketahanannya yang kurang
digunakan untuk mengendalikan PBK dan
di lapangan. Penggunaan cendawan ini mungkin
Helopeltis spp. antara lain daun tembakau
tidak dapat bertahan sampai menyerang
(Handoko dan Sundari 2004), sirih hutan,
serangga inang karena faktor seperti adanya
biji/daun mimba (Pakih, 1999; Wilis et al., 2009),
hujan yang dapat menghanyutkan spora
umbi gadung, biji srikaya/nona sebrang daun
cendawan sebelum sempat menempel pada
gamal, biji jarak (Wiryadiputra dan Atmawinata,
kutikula inang.
1989). Daun suren (Toona sureni) dan Tithonia
Beberapa jenis agens hayati berupa
(Tithonia diversifolia) juga dapat digunakan untuk
cendawan diketahui efektif terhadap hama PBK
mengendalikan Helopeltis spp. pada kakao. Daun
antara lain Beauveria bassiana, Spicaria sp.,
suren (Toona sureni) yang mengandung piretrin,
Cendawan B. bassiana
Beberapa Keunggulan cendawan B. bassiana
sebagai pestisida alami
1. Selektif terhadap hama sasaran, sehingga
tidak membahayakan serangga lain bukan
sasaran seperti predator, parasitoid, serangga
penyerbuk dan serangga berguna lebah
madu
2. Tidak meninggalkan residu beracun pada
hasil pertanian, dalam tanah maupun pada
Gambar 3. Imago Helopeltis sp. yang terinfeksi
aliran air alami
cendawan B. bassiana
3. Tidak menyebabkan fitotoksik (keracunan)
pada tanaman Semut Predator
4. Mudah diproduksi dengan teknik sederhana Untuk pengendalian PBK dan Helopeltis spp.
semut predator yang digunakan dapat berupa
5. Untuk memperoleh hasil pengendalian yang
semut hitam (D. thoracicus) atau semut rangrang
efektif, penyemprotan sebaiknya dilakukan
(O. smaragdina). Semut hitam bersimbiose dengan
sore hari (pukul 15.00 – 18.00) untuk
kutu putih yang menghasilkan cairan yang
mengurangi kerusakan oleh sinar matahari
mengandung banyak gula. Kutu sendiri
6. Formulasi B. bassiana sebaiknya disimpan di mengisap cairan dari tanaman yang mengandung
tempat sejuk untuk mempertahankan gula dan mengeluarkan sebagian gula tersebut
efektifitasnya dan sedapat mungkin bersama kotorannya.
dihindarkan dari pengaruh panas secara Semut memerlukan gula yang dihasilkan
langsung. kutu tersebut sehingga melindungi kutu dari
serangan serangga lain. Populasi semut hitam
Cara Perbanyakan yang dapat dilakukan dapat dipelihara dan ditingkatkan dengan
adalah: 1) Pencarian kadaver serangga yang menempatkan lipatan daun kelapa kering dan
terinfeksi oleh B. bassiana , 2) Pemurnian isolat B. dapat ditambah dengan gula merah dalam
bassiana dan 3) Perbanyakan massal B. bassiana, sepotong bambu. Untuk memindahkan koloni
Pengendalian Hama Utama Kakao dengan Pestisida Nabati dan Agens Hayat (SISWANTO dan ELNA KARMAWATI) 109
semut dari satu pohon ke pohon lainnya dapat biodiversity. Available:
dilakukan dengan memindahkan bambu yang http://www.geocities.com/RainForest/44
telah berisi semut. Koloni semut tersebut akan 66/biodiver.htm. Last visited: June 7th,
menetap dan berkembang jika ada kutu putih. 2007.
Penempatan kutu putih dapat dilakukan dengan Anonymous, 2007. Teknik Perbanyakan Agens
memindahkan dari tanaman lain. Hayati. Balai Proteksi Tanaman
Semut rangrang berwarna coklat ke merah- Perkebunan, Jawa Barat.
merahan, panjang 5 -10 mm. Biasanya membuat Anonymous, 2010. Perbanyakan dan Teknik
sarang di antara daun pohon yang ditempelkan Aplikasi Beauveria bassiana. Fakultas
dengan selaput lilin. Semut ini sangat ganas, Pertanian, Universitas Hasanudin.
menyerang siapa saja yang mengganggunya, Anonymous , 2010. Peta Penyebaran OPT Utama
sehingga serangga hama seperti PBK dan Kakao. 3 hal.
Helopeltis tidak dapat mendekat. Untuk menarik Anshary, A. 2003. Potensi klon kakao tahan
kehadiran semut rangrang pada tanaman dapat penggerek buah Conopomorpha cramerella
dilakukan dengan meletakkan bangkai binatang dalam pengendalian hama terpadu.
atau serangga pada tanaman tersebut. Risalah Simposium Nasional penelitian
Selanjutnya setelah semut tersebut menetap, PHT Perkebunan Rakyat. Bogor, 17-18
dapat disebar ke tanaman lainnya dengan September 2002. Pp. 177-186.
meletakkan sepotong bambu, kayu atau tali Ardana.I.K., Karmawati dan W. Rumini. 2010.
sebagai jembatan diantara tanaman-tanaman Pengendalian hama tanaman
tersebut. perkebunan dengan biopestisida jarak
pagar. Prosiding Seminar Nasional
KESIMPULAN DAN SARAN Inovasi Perkebunan 2010, Jakarta, 12-14
November 2010 h. 67-71.
PBK dan Helopeltis spp. merupakan hama
Ditjenbun, 2000. Statistik Perkebunan Indonesia
utama tanaman kakao yang banyak dijumpai
1998-2000. Jakarta: Departemen
hampir di setiap sentra pertanaman kakao di
Pertanian, Direktorat Jenderal
Indonesia. Beberapa cara pengendalian telah
Perkebunan.
dilakukan, salah satu cara pengendalian yang
Grainge M, Ahmed S. 1988. Handbook of Plants
relatif murah dan mudah serta aman terhadap
with Pest Control Properties. New York.
lingkungan adalah pengendalian dengan
470 p: John Wiley and Sons. 470 p
menggunakan pestisida nabati dan agensia
Handoko dan Sundahri, 2004. Potensi Nikotin
hayati. Beberapa pestisida nabati telah diketahui
Tembakau sebagai Pestisida Nabati
efektif untuk mengendalikan hama tersebut yaitu
untuk Pengendalian Helopaltis antonii
daun tembakau, sirih hutan, biji/daun mimba,
Pada Tanaman Kakao. 8 hal.
umbi gadung, biji srikaya/nona sebrang, daun
Hamid, A., Y. Nuryani. 1992. Kumpulan Abstrak
gamal, biji jarak, daun suren (Toona sureni) dan
Seminar dan Lokakarya Nasional
Tithonia (Tithonia diversifolia). Agensia hayati
Etnobotani, Bogor. P.1. Dalam S. Riyadi,
yang efektif untuk pengendalian Helopeltis spp.
A. Kuncoro, dan A.D.P. Utami.
yaitu B. bassiana dan Spicaria sp., semut hitam
Tumbuhan Beracun. Malang: Balittas.
(D.thoracicus) dan semut rangrang
Kardinan A. 2002. Botanical Pesticide; Formulasi
(O.smaragdina). Sedang agensia untuk
dan aplikasi. Jakarta, Indonesia. : PT.
pengendalian PBK adalah Beauveria bassiana,
Penebar Swadaya. 88 p.
Spicaria sp.,Fusarium sp. Verticilium sp.,
Karmawati, E. 2006. Peranan faktor lingkungan
Acrostalagmus sp. dan Penicillium sp semut hitam
terhadap populasi Helopeltis spp dan
dan semut rangrang.
Sanunus indecora pada jambu mete.
Jurnal Littri 12 (4) : 129-134
DAFTAR PUSTAKA
Karmawati, E., Siswanto dan E.A. Wikardi. 2004.
Albar, 1997. Albar I. 1997. Indonesian National
Peranan semut (Occophylla smaragdina
Parks Homepage: Indonesian
Pengendalian Hama Utama Kakao dengan Pestisida Nabati dan Agens Hayat (SISWANTO dan ELNA KARMAWATI) 111
Widodo, D. 2010. Hama Penggerek Buah kakao Dana Bantuan Sosial Peneliti dan/atau
(PBK). BBPP Ketindan. Perekayasa th. 2009.26 p.
Wilis, M., Michelia dan M. Asaad, 2009. Pestisida Wiryadiputra, S. Dan O. Atmawinata. 1998.
nabati berbasis tanaman atsiri yang Kakao (Theobroma cacao L.) dalam
efektif menekan Conopomorpha cramerella Pedoman Pengendalian Hama Terpadu
dan Helopeltis sp. pada tanaman kakao Tanaman Perkebunan. Pusat Penelitian
(40-50%) dan aman terhadap serangga Tanaman Industri. Badan Litbang
bermanfaat. Laporan Akhir Kegiatan Pertanian, Bogor, hal 44-52.