Anda di halaman 1dari 10

METODE PENGENDALIAN HAMA TIKUS

(Rattus tiomanicus MILLER) MENUJU


PERTANIAN BERKELANJUTAN

oleh
Dhamayanti A.
PENGENDALIAN TIKUS, Rattus tiomanicus MILLER

Sebelum th 1970, rodentisida ((Klerat, ratropik


p dengan
g bahan aktif
chomatetralyl dan bromadiolone) telah berhasil digunakan untuk
pengendalian tikus dan cukup selektif karena diberikan dalam
bentuk umpan. Seperti halnya dengan pestisida yang lain
penggunaan rodentisida mempunyai kelemahan2an sbb:
Menimbulkan pencemaran bahan kimia beracun terhadap
li k
lingkungan misalnya
i l air,
i ttanah,
h udara.
d
Menimbulkan bau bangkai tikus disekitar kebun
Menimbulkan kejeraan terhadap tikus
Membutuhkan pengawasan yang ketat terhadap penyebaran
umpan dan pengamatan terhadap umpan yang dimakan oleh
tik s pada tiga hari setelah perlak
tikus perlakuan.
an
Pengendalian
g Tikus Pada Tanaman Muda

Pagar Individu Polibag


Pengendalian
g Tikus Secara Biologis
g
Pengendalian tikus secara biologis dengan menggunakan
burung hantu (Tyto alba) telah dilakukan sejak tahun 1970
(Medway and Young, 1970; Wood, 1985; Duckett,
1976,1981,1984; Lenton, 1978, 1980a,1980b,1980c,1983,
1984).
1984)

Burung Hantu, Tyto alba Tyto alba memangsa tikus


Persiapan sangkar burung hantu

Sangkar burung hantu dibuat dari bahan


tripleks 90 mm dan atap seng
seng, berukuran
panjang 90 cm, lebar 45 cm dan tinggi
50 cm sesuai spek yang telah dibuat
oleh Lenton (1978) dan dimodifikasi oleh
Smal (1988) dan penulis (1996).

Penempatan sangkar burung hantu


Sangkar ditempatkan dibawah kanopi
pohon kelapa sawit yang menunjukkan
gejala serangan tikus yang baru dan
relatif
l if tinggi
i iddengan tinggi
i i tiang
i kkuarng
lebih 4 m. Pada luas areal 30 ha kelapa
sawit dipasang satu sangkar burung
hantu.
Perkembangbiakan burung hantu
Tyto alba menempati sangkarnya pada 3-4
bulan setelah mereka dilepaskan dan mencari
pasangannya pada umur 8-12 bulan, kemudian
bertelur dalam waktu satu bulan setelah
perkawinan.
Jumlah telur yang dihasilkan bervariasi antara 4-
11 butir /betina tergantung pada jumlah
44 mm, 31 mm, 28-32 hari makanan yang tersedia. Ukuran telur panjang 44
mm, lebar 31 mm. Masa bertelur dapat mencapai
15-24 hari, karena peletakan telur 1-3 hari sekali.
Telur mulai dierami pada saat telur ke tiga atau
ke empat dan menetas setelah 30 hari. Pada
umur 2.5 3 bulan anak anak burung hantu
mulai belajar terbang dan meninggalkan
induknya untuk mencari sangkar yang baru dan
mencarii pasangannya sendiridi i sendiri
di i pada
d umur
8 bulan dan bertelur dalam waktu satu bulan
setelah perkawinan. Periode bertelur 4.5 5.5
2 5 3 bulan
2.5 b l sekali
bulan k li sehingga
hi kecepatan
k t
perkembangan populasi burung hantu ini cukup
tinggi yaitu 4 8 anak per tahun.
20
17 15

5
SIMPULAN

Tyto alba dapat mengendalikan hama tikus,


tikus Rattus tiomanicus , secara
efektif karena makanan pokoknya spesifik tikus (99%) dan serangga
(1%) (Duckett, 1989). Daya konsumsi T. alba 2-4 ekor tikus / hari /
burung hantu (Lenton
(Lenton, 1980; Sipayung dkk
dkk, 1990)
1990). Selain itu T.
T alba
melakukan aktifitasnya pada malam hari mulai pukul 19.00 06.00 wib
dimana bersamaan dengan aktifitas tikus.

Penyebaran T.alba sangat tergantung pada ketersediaan sangkar di


area perkebunan kelapa sawit. Hal ini karena T. alba mempunyai sifat
monoceus (berumah satu) dimana ia tidak suka tinggal bersama anak
anak nya yang sudah dewasa dalam satu sangkar. Anak anaknya
yang sudah dewasa akan terbang mencari sarangnya sendiri bersama
pasangannya. Apabila pasangan baru ini telah mempunyai anak, maka
anak anak nya juga akan mencari sarang nya sendiri setelah dewasa.
Pengendalian tikus secara biologis memberikan nilai tambah sbb
Tidak
Tid k menimbulkan
i b lk pencemaran terhadap
h d lilingkungan
k
kebun (air, tanah, udara)
Biaya pengendalian dapat ditekan sampai 60% apabila
dibandingkan dengan penggunaan rodentisida
Tidak memerlukan tenaga kerja yang khusus untuk
p g
pengawasan
Efektif sepanjang tahun
Tyto alba sebagai satwa langka dapat dilindungi dan
dikembangkan populasinya

Anda mungkin juga menyukai