Kelompok 6
Anggota
ACARA 1
SORTASI DAN GRADING
Penanggung Jawab
Toingah A1F021079
A. Latar Belakang
Sortasi dan grading menjadi tahapan awal pada proses pengolahan untuk
mendapatkan mutu bahan yang berkualitas baik sehingga produk yang akan
dihasilkan juga memiliki kualitas baik sesuai standar yang telah ditetapkan. Kedua
tahapan tersebut sudah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan yang
juga bermanfaat bagi petani untuk membantu meningkatkan harga jual produk
sesuai dengan tingkat harga dan permintaan konsumen. Hal ini perlu dilakukan ka-
rena produk pertanian memiliki keragaman sifat baik dari bentuk, ukuran maupun
tingkat kemasakan yang beragam sehingga perlu dikelompokkan berdasarkan mu-
tunya.
B. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk melakukan grading pada beberapa bahan pangan ber-
dasarkan mutunya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tomat
Buah tomat memiliki kulit yang tipis dan mengandung likopen yang ber-
tanggungjawab terhadap warna kuning hingga kemerahan pada tomat akibat
pengaruh pigmen karotenoid pada tomat. Berdasarkan penelitian Chitra Anggriani,
dkk (2020), menunjukkan bahwa kadar likopen buah tomat mengalami peningkatan
seiring dengan lama penyimpanan ketika masih dalam proses pematangan namun
apabila telah memasuki pematangan lanjut atau pembusukan akan menyebabkan
terjadinya degradasi likopen. Hal ini membuktikan bahwa semakin lama
penyimpanan maka akan menyebabkan warna tomat menjadi kemerahan hingga
akhirnya matang sempurna dan kemudian mengalami pembusukan. Oleh karena itu,
parameter warna pada buah tomat digunakan untuk menentukan tingkat kematan-
gan sehingga dapat meminimalisir terjadinya kerusakan.
B. Kentang
Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi makro yang berperan sebagai
sumber karbon untuk berlangsungnya metabolisme dalam tubuh sehingga dapat
menghasilkan energi untuk aktivitas sehari – hari manusia. Sumber karbohidrat
dapat diperoleh dari bahan pangan selain nasi yaitu misalnya kentang yang terma-
suk dalam kelompok umbi-umbian. Komposisi zat gizi makro dalam 100 gram ken-
tang terdapat sekitar 18 % karbohidrat, 2,4 % protein dan 0.1 % lemak serta
menghasilkan energi total kurang lebih sebanyak 80 kkal. Kentang yang memiliki
nama ilmiah Solanum tuberosum L. ini dapat diolah dan dimanfaatkan menjadi
berbagai macam produk pangan misalnya seperti keripik, perkedel, donat, kentang
goreng, tepung kentang, dan berbagai macam produk olahan lainnya baik di industri
maupun di rumah tangga. Hal ini menjadikan komoditas kentang berpotensi dalam
mendukung diversifikasi pangan dalam rangka menyongsong ketahanan pangan In-
donesia yang berkelanjutan (Purnomo et al., 2017).
Kentang menjadi salah satu bahan pangan yang banyak disukai sehingga
permintaan pasar pun cukup tinggi sehingga penanganan pasca panen perlu diterap-
kan dalam meminimalisir kerusakan pada produk hortikultura misalnya pada ken-
tang. Produk hortikultura memiliki nilai jual tinggi dalam bentuk segar, namun
mudah mengalami kerusakan yang mengakibatkan kehilangan berat dan kualitas
setelah dipanen baik saat distribusi maupun penyimpanan. Kehilangan air setelah
produk dipanen akan menyebabkan produk mengalami penyusutan baik itu susut
bobot maupun diameter karena kentang menjadi layu dan mengkerut. Sebaliknya
yaitu apabila kentang ditempatkan pada kondisi kelembapan tinggi akan mengaki-
batkan kentang menyerap uap air dan merangsang timbulnya jamur pada
permukaan yang berakibat pada penampilan produk yang kurang menarik (Pitaloka,
2020). Maka dari itu, kentang memerlukan penanganan dan penyimpanan yang te-
pat untuk nantinya dapat diolah menjadi produk yang berkualitas karena mutu awal
bahan baku menjadi penentu kualitas produk akhir yang dihasilkan.
Umbi kentang harus melalui tahap sortasi dan grading sebelum dapat
dipasarkan. Sortasi dan grading dilakukan dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan
pasar dimana konsumen menginginkan produk dengan kualitas baik dalam ting-
katan (grade) tertentu (Kusumo et al., 2020). Sortasi diperlukan untuk mendapatkan
kualitas produk yang memenuhi standar kualitas pasar yaitu produk dengan kualitas
baik sehingga lebih tahan lama karena apabila tidak dilakukan sortasi maka produk
yang rusak akan dapat menurunkan kualitas produk lain. Sementara itu, grading
(pengkelasan) dilakukan untuk menentukan harga jual berdasarkan tingkatan kuali-
tas yang ditentukan baik warna, ukuran maupun bobot. Hal ini akan meningkatkan
harga jual komoditas kentang karena mengacu pada tingkat ekonomi konsumen
yang berbeda sesuai dengan kebutuhan dan pendapatan yang berbeda pula (Hasriani
& Arwati, 2022).
1. Timbangan digital
2. Meteran jahit
3. Baskom/Keranjang
1. Tomal 1 kg
2. Kentang 1 kg
B. Prosedur Kerja
A. Hasil
Mutu I : > 6 cm
Mutu II : 4 – 6 cm
Mutu III : < 3 cm
B. Pembahasan
A. Kesimpulan
Produk pertanian segar memiliki umur simpan yang pendek karena sifatnya
yang mudah rusak akibat pengaruh suhu, oksigen, kelembapan, mikroba, dan se-
bagainya. Penyimpanan yang tidak sesuai akan menyebabkan mikroba dapat tum-
buh dan berkembang biak sehingga kerusakan sulit untuk dihindarkan. Oleh karena
itu perlu dilakukan sortasi dan grading yang bertujuan untuk memisahkan bahan
yang baik dan jelek serta memisahkannya berdasarkan parameter mutu tertentu se-
hingga produk pertanian akan memiliki umur simpan lebih lama dengan harga jual
yang semakin tinggi berkaitan dengan segmentasi pasar.
Pengukuran mutu pada proses sortasi dan grading secara manual memiliki
kelemahan yaitu efisiensi produksi rendah akibat pengukuran yang cukup lama
dengan tenaga kerja yang tidak terlatih sehingga menimbulkan kesalahan penguku-
ran pada mutu bahan yang ditetapkan. Apabila dalam produksi besar maka akan
menambah biaya tenaga kerja yang cukup besar dengan banyaknya sumber daya
manusia yang dibutuhkan.
B. Saran
Andriani, Elisabet Selly, Nurwantoro, & Hintono, A. 2018. Perubahan Fisik Tomat
Selama Penyimpanan Pada Suhu Ruang Akibat Pelapisan Dengan Agar-Agar.
Jurnal Teknologi Pangan, 2(2), 176–182. www.ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/tekpangan.
Chitra Anggriani, S., Amalia, N., & Syamsiar. 2020. Pengaruh Jenis Bahan
Pengemas, Suhu Dan Lama Penyimpanan Terhadap Karakteristik Mutu Buah
Tomat. Agroland: Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, 27(3), 274–286.
Hasriani, & Arwati, S. 2022. Pelatihan Packaging, Labeling dan Pemasaran Online
Komoditas Buah Tomat Bagi Petani di Desa Bontotangga Kecamatan
Bontolempangan Kabupaten Gowa. Jurnal Abdimas Indonesia, 2(4), 281–
294.
Kusumo, R. A. B., Mukti, G. W., & Djuwendah, E. 2020. Perilaku Petani Muda
Dalam Agribisnis Hortikultura Di Kabupaten Bandung Barat. Mimbar
Agribisnis: Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis,
6(1), 43.
Purnomo, E., Suedy, S. W. A., & Haryanti, S. 2017. Pengaruh Cara dan Waktu
Penyimpanan terhadap Susut Bobot, Kadar Glukosa dan Kadar Karotenoid
Umbi Kentang Konsumsi (Solanum tuberosum L. Var Granola). Buletin
Anatomi Dan Fisiologi, 2(2), 107. https://doi.org/10.14710/baf.2.2.2017.107-
113
Syaputra, A. 2019. Peningkatan Kinerja Tenaga Kerja Bagian Sortasi Dan Grading
Kulit Kayu Manis (C. Burmanii) Pada Cv. Rasdi & Co Berdasarkan Faktor-
Faktor Yang Berpengaruh. Agrintech: Jurnal Teknologi Pangan Dan Hasil
Pertanian, 3(1), 37–46. https://doi.org/10.30596/agrintech.v3i1.4556
LAMPIRAN
A. Dokumentasi
1.
Data hasil pengukuran bobot dan warna
pada tomat serta pengukuran bobot dan
diameter pada kentang
2.
3.
4.
5.