Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN TUGAS

TEKNIK PENGOLAHAN PANGAN I

PEMBERSIHAN, SORTASI DAN PENGKELASAN


(CLEANING, SORTATION AND GRADING)
BERAS

Oleh Kelompok V:
JUMRATUL AINI

(NIM J1A012058)

KURNIA INTAN PRATIWI

(NIM J1A012062)

LAELA INTAN BAEDURY

(NIM J1A012064)

LALU AHMAD SEPTIAWAN

(NIM J1A012068)

LIANA JUNA YANI

(NIM J1A012070)

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia, produksi beras
dalam negeri sampai saat ini belum dapat mencukupi kebutuhan nasional. Selain
disebabkan oleh peningkatan jumlah populasi, produksi beras di Indonesia belum
dapat mencukupi kebutuhan nasional karena masalah dalam penanganan pasca
panen padi yang sering dialami oleh petani sehingga kehilangan hasil selama pasca
panen sangat tinggi. Kegiatan pasca panen meliputi proses pemanenan padi,
penyimpanan padi, pengeringan gabah, dan penggilingan gabah hingga menjadi
beras. BPS (1996) menyebutkan kehilangan hasil panen dan pasca panen akibat
dari ketidaksempurnaan penanganan pasca panen mencapai 20,51%, dimana
kehilangan saat pemanenan 9,52%, perontokan 4,78 %, pengeringan 2,13% dan
penggilingan 2,19%. Besarnya kehilangan pasca panen terjadi kemungkinan
dikarenakan sebagian besar petani masih menggunakan cara-cara tradisional atau
meskipun sudah menggunakan peralatan mekanis tetapi proses penanganan pasca
panennya masih belum baik dan benar.
Peningkatan produksi dan perbaikan mutu dari hasil pertanian, merupakan
masalah penting karena permintaan akan hasil pertanian dan bahan olahannya terus
mengalami kenaikan. Oleh karena itu setelah melakukan pemanenan hasil tanaman
yang diusahakan, sebelum hasil yang dipanen itu dipasarkan perlu dilakukan
tindakan-tindakan tertentu agar hasil yang dipanen mempunyai mutu yang baik.
Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam penanganan pasca panen antara lain
pengeringan, penyortiran, pengolahan hasil (penghilangan kulit atau bagian-bagian
yang dapat merusak mutu, pemisahan hasil yang baik dengan yang tidak baik, dan
sebagainya), penyiapan hasil agar mudah digunakan atau diperdagangkan,
penyimpanan hasil dalam suatu wadah atau tempat yang memenuhi persyaratan
agar tidak rusak mutunya.
Pemerintah perlu lebih mengkampanyekan penanganan pasca panen yang
baik, sampai usaha ini mendapat respon yang baik dari petani. Jika tingkat
kehilangan panen bisa ditekan sampai minimal 0,5 sampai 1 persen untuk setiap

kegiatan pasca panen dan secara bertahap dapat dikurangi sampai 3 sampai 5
persen berarti total produksi padi yang bisa diselamatkan mencapai 1,59 sampai
2,65 juta ton. Suatu jumlah yang sangat besar untuk mendukung mengamankan
target produksi beras nasional setiap tahunnya (Purwanto, 2005).
Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permintaan
konsumen terhadap beras tidak hanya mengacu pada kuantitas beras yang
diperoleh melainkan mulai mempertimbangkan mutu beras yang akan dibelinya.
Tercapainya swasembada pangan dan meningkatnya tingkat kesejahteraan
masyarakat, juga mengakibatkan permintaan beras berkualitas semakin meningkat.
Konsumen menghendaki beras dengan cita rasa nasi yang enak, sementara itu
produsen penggilingan padi menginginkan rendemen beras giling yang tinggi. Hal ini
membuat mutu beras merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan.
Mutu beras sangat ditentukan oleh beberapa factor, salah satunya adalah
penanganan pasca panen yang meliputi pembersihan, sortasi dan pengkelasan
mutu. Oleh karena itu perlu disusun makalah penanganan hasil pertanian yang
meliputi pembersihan, sortasi dan pengkelasan khususnya pada beras guna
memperdalam pemahaman dalam penaganan pasca panen padi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini antara lain sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian, prinsip, tahapan proses, alat-alat dan
pentingnya tahap pembersihan, sortasi dan pengkelasan mutu beras.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menentukan kelas mutu (grade) pada
bahan hasil pertanian.
3. Untuk mengetahui prosedur umum apa yang dapat diterapkan untuk
memperbaiki, memelihara, atau merubah mutu suatu bahan hasil pertanian.

4. Untuk mengetahui kondisi yang diinginkan untuk keberhasilan pelaksanaan


grading dan cara-cara melakukan pemeriksaan terhadap produk yang sudah
mengalami proses grading.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Cleaning (pembersihan) adalah proses memisahkan kontaminan dari
bahan. Pengaruhnya yaitu apabila kontaminan seperti misalnya daun,batu/kerikil
tidak dipisahkan akan menghambat atau bahkan menghalangi proses pengeringan
bahan dan proses pengolahan bahan pangan. Proses cleaning ini dengan cara
pengambilan kontaminan salah satunya adalah mineral, bagian tanaman yang tidak
dibutuhakan, bagian hewan yang tidk di olah, bahan kimia yang berbahaya, serta
mikroba yang tumbuh, cleaning juga merupakan tahap yang dapat mengontrol
kandungan mikroba yang terdapat dalam bahan pangan serta bertujuan untuk
menghindari kerusakan alat. Cleaning bertujuan untuk menghilangkan kotorankotoran yang menempel pada bahan. Kotoran yang menempel pada bahan akan
menjadi sumber kontaminasi. Kontaminasi biasanya terjadi saat pemanenan,
penyimpanan sebelum proses, penundaan panen dan pengolahan, serta selama
transportasi dan transit. Jenis kontaminan berdasarkan wujudnya dapat dapat
dikelompokkan menjadi : kotoran berupa tanah, kotoran berupa sisa pemungutan
hasil, kotoran berupa benda-benda asing, kotoran berupa serangga atau kotoran
biologis lain, dan kotoran berupa sisa bahan kimia (Gita, 2012)
Sortasi merupakan proses pengklasifikasian bahan berdasarkan sifat
fisiknya. Pengaruhnya , apabila tidak dilakukan sortasi maka proses pengeringan
dan pengolahan tidak merata. Misalnya bahan dengan ukuran besar bercampur
dengan bahan berukuran kecil sehingga proses pengeringan dan pengolahannya
akan lebih cepat bahan berukuran kecil. Pada kegiatan sortasi, penentuan mutu
hasil panen biasanya didasarkan pada kebersihan produk, ukuran, bobot, warna,
bentuk, kematangan, kesegaran, ada atau tidak adanya serangan atau kerusakan
oleh penyakit, adanya kerusakan oleh serangga, dan luka oleh faktor mekanis
(Naila, 2011).
Grading

merupakan

proses

pengklasifikasian

bahan

berdasarkan

kualitasnya. Pengaruhnya yaitu misalnya pada bahan yang tua dan muda, jika
dilakukan pengeringan maka yang akan lebih cepat kering adalah bahan yang tua
karena berhubungan dengan sifat fisiologis dan morfologis bahan yaitu poripori

bahan yang lebih besar dan sifat jaringan bahan yang tua lebih renggang sehingga
mempermudah kehilangan air dari jaringan. Grading bertujuan sebagai pemisahan
bahan pangan kedalam beberapa kategori berdasarkan mutunya. Standar grade
bahan meliputi tiga hal atau parameter yang meliputi nama komoditas, kelas grade
kualitasnya dan atribut yang digunakan dalam penetapan standar grade tersebut
seperti: warna, ukuran, kemasakan, tekstur dan bebas tidaknya dari kerusakan
seperti kebusukan, penyakit dan kerusakan akibat benturan fisik, aroma dan cita
rasa, fungsi, bebas dari kontaminan, bebas dari bagian yang tidak perlu sesuai
standar/kode (Anonim, 2009).
Tujuan dari tindakan grading ini adalah untuk memberikan nilai lebih
(harga yang lebih tinggi) untuk kualitas yang lebih baik. Standard yang digunakan
untuk pemilahan (kriteria) dari masing-masing kualitas tergantung dari permintaan
pasar. Standarisasi merupakan ketentuan mengenai kualitas atau kondisi komoditas
berikut

kemasannya

yang

dibuat

untuk

kelancaran

tataniaga/pemasaran.

Standarisasi pada dasarnya dibuat atas persetujuan antara konsumen dan


produsen, dapat mencakup kelompok tertentu atau wilayah / negara / daerah
pemasaran tertentu (Mutiarawati, 2007).

BAB 3
HASIL KAJIAN
Hasil panen padi dari sawah disebut gabah. Gabah tersusun dari 15-30%
kulit luar (sekam), 4-5% kulit ari, 12-14% katul, 65-67% endosperm dan 2-3%
lembaga. Padi harus segera dikeringkan untuk menghindari pertumbuhan kapang
yang dapat menyebabkan warna kuning. Pengeringan dapat dilakukan dengan
memakai sinar matahari (penjemuran dengan menggunakan tikar, tampah,
lamporan), pengering buatan dan pengering surya. Berikut ini dipaparkan tahaptahap pengolahan padi menjadi beras.
a. Penggabahan
Cara

penggabahan

antara

lain

diinjak-injak,

dipukulkan,

ditumbuk,

menggunakan pedal thresner dan mesin perontok. Keuntungan cara penggabahan


diinjak-injak adalah kerusakan fisik kecil dan kemungkinan loss/hilang/terpelanting
sangat kecil, sedangkan kerugiannya adalah kapasitasnya rendah. Keuntungan bila
dipukulkan adalah kapasitas lebih besar sedangkan kerugiannya adalah ada beras
yang patah, loss lebih besar. Untuk menghindarinya harus dikerjakan dalam
pulungan. Keuntungan bila ditumbuki adalah kapasitas lebih besar dari pada diijakinjak, sedangkan kerugiannya adalah rendemen yang dihasilkan rendah karena
banyak beras yang patah. keuntungan dengan menggunakan pedal thresner adalah
kapasitasnya besar sedangkan kerugiannya adalah banyak beras yang patah.
b. Penggilingan dan Penyosohan
Penggilingan adalah proses pemisahan sekam dan kulit luar kariopsis dari
biji padi agar diperoleh beras yang dapat dikonsumsi. Terdapat berbagai jenis
teknologi/alat yaitu penumbukan (lesung/kincir air), penggilingan tipe Engelberg,
Rice Milling Unit (RMU) dan penggilingan padi besar.

Penggilingan Padi Besar


1. Perontokan padi. Alat yang digunakan adalah rontogan; bahannya gabah,
padi gedengan, hencak; sehingga dihasilkan gabah kotor (kotoran:
potpngan merang, kerikil, bubuk jenteng, pasir, paku/logam, dan lain- lain).
2. Pembersihan gabah kotor. Alat yang digunakan adalah ayakan goyang
(paddy cleaner/ hongkwl gabah), saringan kasar (batu, kerkil, paku, dan lainlain), saringan halus (pasir) serta penarik logam; bahannya gabah kotor;
sehingga dihasilkan gabah bersih.
3. Pemecahan kulit (husking). Alat yang digunakan adalah pemecah kulit tipe
silinder; bahannya gabah; sehingga dihasilkan beras pecah kulit, sebagian
kecil gabah utuh yang lolos, lolosan (pesak halus bercampur dedak dan
menir), serta sekam.
4. Pemisahan pesak. Alat yang digunakan adalah husk separator (hongkwl
pesak), saringan pesak, dan saringan lolosan; bahannya beras pecah kulit,
sekam, lolosan; sehingga dihasilkan beras pecah kulit bersih, dan gabah.

5. Pemisahan gabah (paddy separation). Alat yang digunakan adalah paddy


separator atau disebut gedongan; prinsipnya adalah perbedaan bobot jenis
antara beras pecah kulit dan gabah, serta kehalusan permukaan gabah dan
beras pecah kulit. Pada permukaan miring, beras pecah kulit akan cepat
turun, sementara gabah terdesak ke atas; dibuat kamar-kamar.
6. Penyosohan. Alatnya adalah mesin penyosoh (rice polisher), mesin I
(penyosohan I), mesin II (penyosohan II), alat terdiri dari batu penyosoh (batu
amaril) dan lempengan karet, karena ada gesekan antara beras dengan
batu, lempengan karet, dan antara sesama beras maka beras akan tersosoh;
bahannya adalah beras pecah kulit; sehingga dihasilkan beras sosoh, dedak
(mesin sosoh I),bekatul (mesin sosoh II); dedak dan bekatul langsung
dipisahkan dengan aspirator.
7. Grading. Alat yang digunakan adalah ayakan beras (honkwl beras);
memisahkan beras kepala, beras patah dan meni.
Dalam standarisasi mutu, dikenal empat tipe ukuran beras, yaitu sangat
panjang (lebih dari 7 mm), panjang (6-7 mm), sedang (5.0-5.9 mm), dan
pendek

(kurang

dari

mm).

Sedangkan

berdasarkan

bentuknya

(perbandingan antara panjang dan lebar), beras dapat dibagi menjadi empat
tipe, yaitu : lonjong (lebih dari 3), sedang (s.4-3.0), agak bulat (2.0-2.39) dan
bulat (kurang dari 2).
Tinggi rendahnya mutu beras tergantung kepada beberapa factor, yaitu
spesies dan varietas, kondisi lingkungan, waktu pertumbuhan, waktu dan
cara pemanenan, metode pengeringan, dan cara penyimpanan.
Menurut Nugraha et al.(1998), nilai rendemen beras giling dipengaruhi oleh
banyak faktor yang terbagi dalam tiga kelompok. Kelompok pertama adalah faktor
yang mempengaruhi rendemen melalui pengaruhnya terhadap mutu gabah sebagai
bahan baku dalam proses penggilingan yang meliputi varietas, teknik budidaya,
cekamaman lingkungan, agroekosistem, dan iklim. Kelompok kedua merupakan
faktor penentu rendemen yang terlibat dalam proses konversi gabah menjadi beras,
yaitu teknik penggilingan dan alat penggilingan. Kelompok ketiga menunjukkan

kualitas beras terutama derajat sosoh yang diinginkan, karena semakin tinggi derajat
sosoh maka rendemen akan semakin rendah.
Panen pada saat umur optimum sangatpenting untuk memperoleh mutu
beras yang baik dan menekan kehilangan hasil. Umumnya panen optimum
dilakukan pada saat gabah menguning 9095%, kadar air gabah 2527% pada
musim hujan dan 2124% pada musim kemarau atau pada umur 5060 hari setelah
pembungaan, bergantung pada varietas (Nugraha, 2008). Menurut Marzempi et al.
(1993) serta Iswari dan Sastrodipuro (1996) disitasi dalam Iswari (2012) , umur
panen memengaruhi persentase beras kepala dan beras patah.
Dalam pengertian sehari-hari, yang dimaksud dengan beras adalah gabah
yang bagian kulitnya sudah dibuang dengan cara digiling dan disosoh menggunakan
alat pengupas dan penggiling (huller) serat alat penyosoh (polisher). Gabah yang
hanya terkupas bagian kulit luar (sekam)-nya, disebut beras pecah kulit (brown
rice). Sedangkan beras pecah kulit yang seluruh atau sebagian dari kulit arinya
telah dipisahkan dalam proses penyosohan, disebut beras giling (milled rice).
Beras yang biasa dikonsumsi atau dijual di pasar adalah dalam bentuk beras giling.
Dalam proses penyosohan beras pecah kulit akan diperoleh hasil beras giling, dadak
dan bekatul. Sebagian dari protein, lemak, vitamin dan mineral akan terbawa dalam
dadak, sehingga kadar komponen-komponen tersebut di dalam beras giling menjadi
menurun. Beras giling yang diperoleh berwarna putih karena telah terbebas dari
bagian dedaknya yang berwarna coklat. Bagian dedak padi adalah sekitar 5-7% dari
berat beras pecah kulit. Makin tinggi derajat penyosohan yang dilakukan maka
makin putih warna beras giling yang dihasilkan, tetapi makin miskin beras tersebut
akan zat-zat gizi yang bermanfaat bagi tubuh.
Permasalahan utama yang dijumpai dalam proses pengolahan gabah/beras
antara lain: (i) mutu gabah masih rendah karena sistem budidaya yang tidak
menggunakan paket teknologi yang lengkap, serta penanganan panen dan pasca
panen yang kurang baik, (ii) panen raya yang terjadi pada musim hujan dengan
volume yang banyak dalam waktu yang bersamaan akan menyulitkan petani untuk
melakukan pengeringan dan penyimpanan, (iii) sebagian besar penggilingan padi
tidak dilengkapi dengan alat pengering mekanis (dryer) dan pengeringan dengan

sinar matahari menggunakan lamporan kurang baik karena sangat tergantung pada
cuaca yang sering hujan, (iv) umumnya teknologi dan alat / mesin pengolahan
padi/beras yang digunakan sudah tua (ketinggalan) dan sifatnya tidak terpadu
sehingga efisiensinya rendah, dan (v) limbah sekam dan dedak hasil pengolahan
gabah/beras belum dikelola dan dimanfaatkan secara maksimal, (Mansyur, 2006).
Pengolahan beras ke beras (rice to rice processing) merupakan pusat
grading beras dengan kegiatan utama pengolahan beras bermutu rendah menjadi
beras bermutu tinggi. Bahan baku berupa beras pecah kulit (brown rice) maupun
beras asalan yang diperoleh dari pengusaha penggilingan padi diolah kembali
menjadi beras kualitas super dengan menggunakan teknologi modern. Dalam
pengembangan lebih lanjut, hasil samping berupa katul/dedak dan menir dapat
diolah lebih lanjut sehingga mempunyai nilai ekonomis. Katul/dedak dapat diolah
menjadi minyak dedak (rice bran oil) atau untuk pakan ternak berupa pellet,
sedangkan menir dapat diolah menjadi tepung beras. Proses produksi beras rice to
rice umumnya meliputi tahapan proses seperti diperlihatkan pada digram alir di
bawah ini.

Bagan alir proses pengolahan beras ke beras (rice to rice processing). (Sumber:
Mansyur, 2006)
Prosedur umum yang dapat diterapkan untuk memperbaiki, memelihara, atau
merubah mutu beras adalah dengan cara memperbaiki karekteristik fisik beras,
seperti:
a. Merubah atau mempertahankan kandungan air
b. Memisahkan bahan lain
c. Pengendalian kondisi penyimpanan : suhu, kelembaban nisbi,dan lama
waktu penyimpanan
Dengan cara mengendalikan organisme perusak

a. Fumigasi
b. Refrigerasi
c. Pemanasan

BAB 4
PEMBAHASAN
4.1

Penanganan Gabah
Pembersihan padi atau winnowing adalah "penampian" atau gabah (padi)
kotoran. Proses pembersihan ini dapat ditakukan sebelum sesudah pengeringan.
Mekanisme pada saat ada angin gabah di taburkan dari atas ke bawah, kotoran
ringan akan terhembus dan gabah bersih akan jatuh vertical ke bawah secara
gravitasl. Winnower dirancang untuk menghasilkan angin buatan secara laminar
dengan bagian utamanya berupa blower tipe centrifugal. Berdasarkan jenis tenaga
penggeraknya, dikenal dua jenis winnower, yaitu pedal winnower dan winnower
bermotor.
1. Pedal winnower
Pedal winnower seperti yang tampak Gambar 1 digerakkan manusia dengan
cara memutar pedal penggerak blower. Secara garis dua komponen utama, yaitu ,
baling-baling (blower) sentrifugal dan bagian pembagi gabah hasH Sirip blower
berjumlah tiga atau empat buah dan bahan triplek, atau seng. Di blower diberi
lubang (untuk masuk) berbentuk Ilngkaran diameter lingkaran diameter lebih kurang
25 cm. Dinding bisa terbuat dan dengan penggerak pedal, winnower ada juga yang
dimodifikasi ( gambar 2) dan menggunakan kipas sekat-sekat pada untuk mengubah
aliran turbulen aliran semi laminer.

2. Winnower Bermotor
Winnowerbermotor dibagi menjadi dua tipe yaitu menggunakan blowertipe hem
bus dan blowertipe hisap.
a. Winnower Bermotor Tipe Hembus
Prinsip kerjanya mirip dengan pedal winnower, hanya berbeda pada
tenaga penggeraknya, yaitu motor listrik atau enjin. Pada umumnya jenis ini
dilengkapi dengan pengayak (saringan) bergoyang dan seluruh bahan
komponen winnower ini terbuat dari logam.
Akibat bentuk dan gerakan pengayak (maju mundur), gabah dan partikel
halus sebelum jatuh vertikal menuju pintu pengeluaran biji dihembus oleh aliran

angin yang berasaI dari blower. Kecepatan aliran angin atau debit angin dari
blower dapat diatur melalui pengatur hembusan yaitu berupa pintu penutup
lubang masuk aliran angin ke blower (berbentuk lingkaran plat di sisi kiri dan
kanan por~s blower yang dapat dibuka dan ditutup dengan cara digeser/sliding)
(Gambar 4).

Gambar 4 Sketsa winnowerbermotor tipe hembus


2.2. WinnowerBermotor Tipe Hisap
Prinsip kerjanya mirip dengan winnower bermotor tipe Hembus, perbedaannya
adalah dibawah pengayak terdapat ruang pembersih, dimana pada ruang tersebut
terdapat saringan halus dan katup pengatur angin. Fan penghisap (suction fan)
mempunyai konstruksi sama dengan blower sentrifugal, hanya berbeda pada
kinerjanya yaitu menghisap kotoran agar masuk ke arah sejajar poras blowerdan
melemparkanya ke pipa pembuangan kotoran secara sentrifugal (Gambar 5).

Gambar 5 Sketsa Winnower bermotor tipe Hisap


3. Pre Cleaner dengan Ayakan Getar Sederhana
a. Pre Cleaner Ayakan Ganda Tipe Terbuka
Mesin ini (Gambar 6) melakukan pembersihan dengan dua ayakan. Kedua
ayakan digerakkan oleh lengan eksentrik yang terhubung dengan poros
penggerak utama. Frekuensi getaran pengayak ini setara dengan kecepatan
rotasi poros yang berputar antara 300-400 putaran per menit. Tipe ayakan ini
kurang efisien karena memiliki banyak kerugian, yaitu (1) debu dapat keluar dari
mesin dan terbang ke udara karena bentuk ayakan yang terbuka, (2) ayakan
sering tersumbat sehingga kinerja mesin berkurang dan (3) benda asing yang
seukuran dengan gabah sulit dipisahkan.
b. Pre Cleaner Ayakan Ganda Tipe Tertutup
Pre cleaner ini (Gambar 7) merupakan penyempumaan dan pre cleaner ayakan
ganda tipe terbuka. Ayakan diberi penutup sehingga kotoran-kotoran ringan tidak
terlepas ke udara. Penyempurnaan lain juga dilakukan pada desain ayakan, di
mana ayakan memiliki dua permukaan, yaitu bagian atas dan bagian bawah. Di
antara kedua permukaan terdapat ruang yang diisi bola-bola karet. Fungsi bolabola karet ini adalah mendorong butiran-butiran gabah atau kotoran yang
tersangkut pada lubang ayakan. Ayakan pada bagian bawah sebenarnya hanya

berfungsi menahan bola karet agar tidak jatuh ke bawah. Oleh sebab itu ukuran
lubang-Iubangnya besar namun tetap lebih kedl daripada diameter bola karet
supaya bola karet tidak jatuh. Pada Gambar 12 ditunjukkan struktur pre cleaner
ayakan ganda tipe tertutup.
4. Pre Cleaner dengan Aspirator
a. Pre Cleaner dengan Aspirator Sederhana
Mesin ini memisahkan kotoran dan gabah dengan prinsip hisapan udara.
Struktur mesin dan proses pemisahan kotoran ditunjukkan pada Gambar 8.

Gambar 8 Sketsa pre cleaner dengan aspirator sederhana


Keterangan gambar :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Bak penampungan
Saluran udara samping
Saluran udara atas dan biji muda
Penyetel aliran udara atas
Blower ringan
Saluran pengeluaran gabah bersih

7. Konveyor untuk pengeluaran biji hampa


8. Saluran pengeluaran udara dan kotoran
Mekanisme kerja mesin ini adalah : gabah kotor dimasukan di dalam bak
penampungan (1). Selanjutnya gabah akan turun ke ruang pemisahan.
Putaran blower (5) akan mengakibatkan aliran udara di dalam ruang
pemisahan, baik dari saluran udara samping (2) maupun dari udara atas (3)
hingga keluar ke saluran keluar (8).
Akibat adanya isapan udara, gabah dan kotoran yang jatuh dari hoper akan
terisap. Butiran gabah mengalami pengaruh isapan yang paling tinggi.
Karena tidak tensap, gabah tetap jatuh ke bawah dan keluar melalui sa;luran
pengeluaran gabah bersih (6). Kotoran nngan akan terbawa oleh aliran udara
hingga keluar pada saluran pengeluaran udara (8) karena memiliki berat
jenis yang kecil. Benda asing yang lebih berat, seperti gabah hampa dan
gabah muda, akan mengalami pengaruh isapan udara yang lebih kedl
daripada kotoran ringan sehingga jatuh sebelum mencapai blower. Kotorankotoran ini dikumpulkan pada suatu saluran dan selanjutnya didorong keluar
mesin oleh konveyor (7).
Selain jenis-jenis alat di atas, mesin yang dapat dipakai untuk pembersihan
gabah sebelum pengeringan adalah mesin precleaner dan mesin pembersih gabah
setelah pengeringan adalah air screen deaner. Mesin pre deaner berfungsi untuk
membersihkan gabah dari benda-benda asing, tangakangkai padi dan kotoran
lainnya selama pengoperasiannya. Mekanisme mesin ini dilakukan dengan metoda
pengayakan dan hembusan blower.
Mesin air screen deaner selain berfungsi membersihkan gabah dari kotoran
dan memisahkan gabah utuh dari gabah setengah hampa dan gabah hampa
sehingga dihasilkan gabah bersih dengan standar kualitas tinggi yang memenuhi
persyaratan benih. IVlekanisme mesin ini dilakukan dengan metoda hembusan dan
hisapan udara dengan blower. Pada mesin ini terdapat 6 lubang pengeluaran
(outlet). Outlet utama (1) untuk menyalurkan gabah yang bersih dan utuh, outlet
kedua (2) untuk mengalirkan gabah 112 hampa. Outlet ketiga (3) dan keempat (4)
untuk mengeluarkan kotoran dan gabah hampa. Outlet kelima (5) untuk

mengeluarkan potongan jerami dan seresah dan outlet keenam (6) adalah untuk
mengeluarkan debu dan kotoran ringan lainnya (Handaka et. at, 2009).
Selain itu ada pemisah gravitasi berdasar berat jenis bahan. Alat pemisah ini
didasarkan pada dua keadaan : (1) Kemampuan butiran mengalir ke bawah pada
bidang miring dan (2) Pengaruh angkat atau pengimbangan yang dihasilkan oleh
gerakan udara ke atas (Mohsenin, 1986). Mesin sortasi benih berdasar gravitasi ini
biasanya mempunyai kapasitas besar (> dari 2 ton/jam) dan keberadaan di
indonesia sampai sekarang masih impor sehingga harganya relatif mahal.
Hal terpenting untuk mendesain suatu pemisahan biji secara pneumatik
adalah terminal velocity. Terminal velocity adalah kecepatan konstan a~u mantap
suatu biji jatuh bebas dimana gaya ke bawah karena gravitasi sama dengan gaya
karena tekanan udara. Ghamari et. al (2010) membuat pemodelan untuk
memprediksi terminal velocity suatu bijian dengan menggunakan jaringan saraf
tiruan (ANN). Untuk gabah dengan kadar air 22% dan ukuran diameter geometrik
gabah 11.15 mm, dari validasi diperoleh korelasi antara aktual data dan prediksi
sebesar sebesar 0,966, dan menghasilkan terminal velocity sebesar 4,92 m/detik.
Proses pemisahan biji-bijian/benih pada umumnya menggunakan prinsip
perbedaan berat antara biji-bijian tersebut dengan kotoran maupun benda lain yang
akan dibuang atau dipisahkan, dimana tenaga yang digunakan adalah hembusan
udara. Pembersihan dengan hembusan udara akan optimum apabila hembusan
udara yang digunakan sesuai dengan kecepatan terminal (terminal velocity) bijibijian tersebut (Khalid, 1991).
Penanganan pasca panen padi yang umum dilakukan petani adalah
penanganan secara manual. Pembersihan padi menggunakan ayakan bergoyang,
yang bertujuan untuk memisahkan padi dari daun atau batang. Gabah yang didapat
kemudian dijemur pada lantai jemur. Setelah kering, (di dasarkan pada pengalaman
tanpa penggunaan alat ukur kadar air) gabah dikemar dengan karung dan dijahit
secara manual.
4.2

STANDAR MUTU BERAS


Seiring dengan mulai tercapainya swasembada pangan dan meningkatnya

tingkat kesejahteraan masyarakat, permintaan beras berkualitas semakin meningkat.

Konsumen menghendaki beras dengan cita rasa nasi yang enak, sementara itu
produsen penggilingan padi menginginkan rendemen beras giling yang tinggi. Hal ini
membuat mutu beras merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan.
Banyak faktor yang menentukan mutu beras seperti mutu beras giling, rendemen,
mutu gabah dan kehilangan bobot. Mutu beras ditentukan oleh mutu gabah sewaktu
digiling, derajat sosoh, kondisi penggilingan dan penanganannya serta sifat varietas
(Soemardi dan Thahir, 1991 disitasi dalam Mardiah dan Indrasari, ). Mutu giling
merupakan salah satu faktor penting yang menentukan mutu beras. Mutu giling
mencakup berbagai ciri, yaitu rendemen beras giling, rendemen beras kepala,
persentase beras pecah, dan derajat sosoh beras. Sebagian besar beras yang
beredar di beberapa daerah di Indonesia memiliki derajat sosoh 80% atau lebih dan
persentase beras kepala lebih besar dari 75% dan mengandung butir patah kurang
dari 30%. Berbagai faktor yang meliputi keadaan lingkungan, panen hingga
penanganan lepas panen mempengaruhi mutu giling di samping faktor genetik
(Haryadi, 2006).
Rendemen beras kepala merupakan persyaratan utama dalam penetapan
mutu gabah, karena akan menentukan jumlah berat beras yang dihasilkan dan pada
akhirnya menentukan nilai ekonomis beras tersebut. Rendemen beras kepala
mempunyai keragaman yang besar yang tergantung pada berbagai faktor yaitu
varietas, jenis biji, butir kapur, cara budidaya, faktor lingkungan, perlakuan lepas
panen yang dimulai sejak pemanenan, perontokan, pengeringan, penyimpanan,
hingga penggilingan. Demikian juga rendemen total beras giling dipengaruhi
perlakuan tersebut diatas dan juga ditentukan oleh perbandingan sekam, kulit ari,
dan bagian endosperm. Semua karakter mutu tersebut akan menentukan
penerimaan konsumen terhadap beras.
Grading merupakan proses memilah-milah produk menjadi terstruktur
berdasarkan tingkatan kualitas tertentu. Dengan sistem grading maka produk seperti
beras dapat dipisahkan menjadi beberapa tingkat kualitas yang berbeda. Kualitas
produk yang berbeda akan berakibat pada harga yang berbeda pula, yang pada
gilirannya akan dikonsumsi oleh jenis konsumen yang berbeda. Dengan kata lain,

produk menjadi terdiferensiasi untuk berbagai konsumen yang sesuai (Mansyur,


2006).
Grading adalah pemilahan berdasarkan kelas kualitas. Biasanya dibagi
dalam kelas 1, kelas 2, kelas 3 dan seterusnya, atau kelas A, kelas B, kelas C dan
seterusnya. Pada beberapa komoditas ada kelas super-nya. Tujuan dari tindakan
grading ini adalah untuk memberikan nilai lebih ( harga yang lebih tinggi) untuk
kualitas yang lebih baik. Standard yang digunakan untuk pemilahan (kriteria ) dari
masing-masing kualitas tergantung dari permintaan pasar. Standarisasi merupakan
ketentuan mengenai kualitas atau kondisi komoditas berikut kemasannya yang
dibuat untuk kelancaran tataniaga/pemasaran. Standarisasi pada dasarnya dibuat
atas persetujuan antara konsumen dan produsen, dapat mencakup kelompok
tertentu atau wilayah / negara / daerah pemasaran tertentu.Sebelum gabah
dipasarkan atau selama penyimpanan, kontrol mutu perlu dilakukan dengan
berpedoman pada standardisasi mutu sehingga dapat meningkatkan nilai jual.
Persyaratan mutu gabah meliputi persyaratan kualitatif dan kuantitatif.
Persyaratan mutu kualitatif gabah terdiri atas empat karakter, yaitu: 1) bebas hama
dan penyakit, 2) bebas dari bau busuk, asam dan bau lainnya, 3) bebas bahan kimia
dan sisa pupuk, insektisida, dan fungisida, dan 4) gabah tidak boleh panas.
Persyaratan kuantitatif meliputi kriteria pemeriksaan gabah di laboratorium dengan
berpedoman pada standar mutu gabah berdasarkan SNI (Tabel ). Pada beras,
kontrol mutu juga harusberpedoman pada standar mutu kualitatifdan kuantitatif.
Standar mutu kualitatif beras meliputi bebas hama dan penyakit, bebas bau busuk,
asam dan bau lainnya, bebas dari bekatul, dan bebas dari tanda-tanda adanya
bahan kimia yang membahayakan. Persyaratan kuantitatif mutu gabah sesuai SNI.
1) Persyaratan kuantitatif mutu gabah sesuai SNI
Tabel 1. Mutu Gabah

Komponen Mutu
Kadar air ( % maksimum )

I
14,

Kualitas
II
III
14,0 14,0

Gabah hampa ( % maksimum )

2,0

3,0

Butir rusak + Butir kuning

1,0

5,0

7,0

( % maksimum )

2,0
5,0

10,0

2,0

10,0

Butir mrngapur + Gabah muda


( % maksimum )

1,0

Butir merah ( % maksimum )


Benda asing ( % maksimum )

1,0

0,5

4,0

Gabah Varietas lain

5,0

1,0

( % maksimum )
2,0
Keterangan :
Tingkat mutu gabah rendah (sample grade) adalah tingkat mutu
gabah tidak memenuhi persyaratan tingkat mutu I, II dan II dan tidak memenuhi
persyaratan kualitatif
1) Persyaratan kuantitatif mutu beras giling sesuai SNI 01-6128-1999
Tabel 2. Mutu Beras
No.

Komponen Mutu
Derajat sosoh

MUTU
Satuan
%

I
100

II
100

III
100

IV
95 min

2
3

Kadar air maksimum


Beras kepala

%
%

14
100

14
84 min

14
73 min

4
5
6
7
8

Butir utuh min


Butir patah
Butir menis
Butir merah
Butir
kuning/rusak
maks
Butir mengapur
Benda asing
Butir gabah

%
%
%
%
%

60
0
0
0
0

14
95
min
50
5
0
0
0

40
15
1
1
1

35
25
2
3
3

V
85
min
15
60
min
35
35
5
3
5

%
%
Btr/
100g

0
0
0

0
0
0

1
0.02
1

3
0.05
2

5
0.2
3

9
10
11

Berdasarkan syarat-syarat dan standar mutu beras yang harus dipenuhi


diatas, ada dua pertimbangan penting. Pertama adalah pertimbangan yang erat
kaitannya dengan penyimpanan. Beras sedapat mungkin memiliki daya simpan yang
tinggi atau lama. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya simpan tersebut, yaitu :
derajat sosoh, kadar air dan kebersihan beras dari dedak atau bekatul. Kedua

adalah pertimbangan yang ada hubungannya dengan syarat-syarat mutu yang


berlaku dalam perdagangan, seperti: persentase beras patah, menir, kepala, dan
sebagainya (Mansyur, 2006).
Analisis kualitas perlu dilakukan untuk pengklasifikasian mutu bahan baku, meliputi
derajat sosoh, kadar air, beras kepala, butir utuh, butir patah, butir menir, butir
merah, butir kuning / rusak, butir mengapur, benda asing, butir gabah dan campuran
varietas lain.
Mutu beras yang ada di pasaran sangat bervariasi dan sebutan namanya
beragam tergantung masing-masing daerah. Hal ini disebabkan adanya perbedaan
cara penggolongannya. Beberapa cara penggolongan yang banyak diterapkan dan
dipraktekkan, yaitu: (i) berdasarkan varietas padi, (ii) berdasarkan asal daerahnya,
(iii) berdasarkan cara pengolahannya, (iv) berdasarkan tingkat penyosohannya, dan
(v) berdasarkan gabungan antara varietas padi dengan tingkat penyosohannya.
Perbedaan tingkat teknologi pengolahan sangat mempengaruhi mutu beras yang
dihasilkan khususnya dalam komponen mutunya seperti derajat sosoh, kadar air,
beras patah, menir dan sebagainya. Hal ini akan banyak pengaruhnya terhadap
baku dan grading beras. Alat yang sederhana atau yang lebih modern serta umur
alat pengolahan itu sendiri juga langsung berpengaruh terhadap mutu. Perbedaan
alat pengolahan juga akan membedakan mutu beras yang dihasilkan.
Pengolahan beras ke beras (rice to rice processing) merupakan pusat
grading beras dengan kegiatan utama pengolahan beras bermutu rendah menjadi
beras bermutu tinggi. Bahan baku berupa beras pecah kulit (brown rice) maupun
beras asalan yang diperoleh dari pengusaha penggilingan padi diolah kembali
menjadi beras kualitas super dengan menggunakan teknologi modern.
Selama proses pengolahan beras asalan menjadi produk akhir sesuai mutu
yang diinginkan akan terjadi susut (losses). Besarnya susut bervariasi tergantung
mutu beras asalan (kadar butiran gabah, benda asing/batu, butir mengapur, dsb)
dan mutu beras akhir yang ingin dicapai. Semakin tinggi mutu beras akhir yang ingin
dicapai maka semakin besar terjadinya susut karena tahapan proses yang dilaluinya
menjadi semakin panjang.

Mutu beras giling dikatakan baik jika hasil proses penggilingan diperoleh
beras kepala yang banyak dengan beras patah minimal. Mutu giling ini juga
ditentukan dengan banyaknya beras putih atau rendemen yang dihasilkan.
Mutugiling ini sangat erat kaitannya dengan nilai ekonomis dari beras. Salah satu
kendala dalam produksi beras adalah banyaknya beras pecah sewaktu digiling. Hal
ini dapat menyebabkan mutu beras menurun (Allidawati dan Kustianto,1989).
Selama penyosohan terjadi, penekanan terhadap butir beras sehingga terjadi butir
patah. Menir merupakan kelanjutan dari butir patah menjadi bentuk yang lebih kecil
daripada butir patah (Damardjati, 1988).
Susut mutu dari suatu hasil giling dapat diidentifikasikan dalam nilai derajat
sosoh serta ukuran dan sifat butir padi yang dihasilkan. Umumnya semakin tinggi
derajat sosoh, persentase beras patah menjadi semakin meningkat pula. Ukuran
butir beras hasil giling dibedakan atas beras kepala, beras patah, dan menir.
Berdasarkan persyaratan yang dikeluarkan oleh Bulog, beras kepala merupakan
beras yang memiliki ukuran lebih besar dari 6/10 bagian beras utuh. Beras patah
memiliki ukuran butiran 2/10 bagian sampai 6/10 bagian beras utuh. Menir memiliki
ukuran lebih kecil dari 2/10 bagian beras utuh atau melewati lubang ayakan 2.0 mm
(Waries, 2006).
Karakteristik mutu dan bahan baku akan menentukan potensi mutu produk
yang dapat dihasilkan. Perkiraan mutu produk disusun berdasarkan keseimbangan
bahan (mass balance) yang dikoreksi dengan koefisien susut dan kerusakan olah.
Karekteristik kimia :
1.analisis komposisi
2. ketengikan
3. indeks asam lemak bebas
4. aroma dan flavor
Biologi :
1.Daya kecambah
2.Tipe dan jalan kerusakan oleh insekta
3. tipe dan jalan kerusakan oleh jamur
4.jumlah bakteri

4.3

Alat-alat grading
1. Mesin Pecah Kulit (HC6BV)

Bagian-bagian alat atau mesin dan fungsinya :


Paddy cleaner

: berfungsi untuk memisahkan kotoran / benda asing yang

bercampur dalam gabah.


Paddy husker

: berfungsi untuk mengupas kulit gabah.

Separator

: berfungsi untuk memisahkan gabah yang bercampur

dengan beras pecah kulit.


De-stoner

: berfungsi untuk memisahkan batu yang bercampur

dengan BPK atau beras.


Polisher abrassive : pra poles.
Polisher friction
Rice refiner
Rice sifter

: berfungsi untuk mempemutih akhir / penyosohan.


: berfungsi untuk mencuci permukaan biji beras.
: berfungsi untuk memisahkan beras kepala dgn beras patah

serta menir.
Rice grader

: berfungsi untuk memisahkan beras kepala dari

pencampuran beras patah.


Kemanpuan kerja alat atau mesin :
Alat ini mempunyai

kemanpuan kerja dengan 1300 1500 kg

dengan alat ini menbantu petani untuk mengiling padinya dengan cepat.
Cara kerja alat atau mesin :

perjam

Prinsip kerjanya memecah kulit gabah dengan cara memberikan tenaga tarik
akibat kecepatan putar yang berbeda dari dua silinder karet yang dipasang
berhadapan. Persentase gabah terkupas, beras patah dan beras menir tergantung
pada kerapatan dan kelenturan silinder karet ini. Silinder yang telah mengeras atau
yang terlalu rapat satu sama lain akan meningkatkan jumlah beras patah dan beras
menir, sedangkan jarak kedua silinder yang renggang akan menyebabkan
persentase gabah tidak terkupas meningkat. Biasanya gabah yang tidak terkupas
akan dipisahkan dari beras pecah kulit dan dimasukkan lagi ke dalam pengumpan
hingga semuanya terkupas. Pekerjaan ini dilakukan menggunakan mesin lain yang
disebut mesin pemisah BPK dan gabah, atau secaram umum disebut pengayak.
2. ITGM atau Integrated Thressing Grading Machine

ITGM atau Integrated Thressing Grading Machine adalah mesin


pertanian yang dapat digunakan untuk merontokkan sekaligus mengupas
padi menjadi beras dan memisahkan menirnya. Namun perlu diperhatikan,
kadar air pada beras tidak boleh kurang dari 14 persen. Jika kurang, maka
akan mengakibatkan beras menjadi patah. Alsintan ini dilengkapi dengan
system control otomatis electric. Artinya semua system yang ada pada ITGM
digunakan arus listrik dan arus ini saling berhubungan antara system yang

satu dengan yang lainnya (seri) apabila pada salah satu system terjadi not
regular contraction current, maka system ini akan terputus dengan sendirinya
tanpa merusak system lainnya.
ITGM memiliki 4 bagian utama, yaitu :
1.
2.
3.
4.

Thresher
Huller
Selector
Converyor
Grading. Alat yang digunakan adalah ayakan beras (honkwl beras);

memisahkan beras kepala, beras patah dan meni.


3. LED 8.4 inci layar beras mesin penyortir warna, multi fungsi, beras Hybridized,
Grading

LED 8.4 inci layar beras mesin penyortir warna, multi fungsi, beras Hybridized,
Grading
a. menggunakan impor 2048 piksel warna sejati CCD linier array kamera,
akurasi pengenalan 0,08 mm, dan visi mesin mengambil ke produksi dalam
industri ini;
b. menggunakan gambar linier array pemindaian teknologi, sistem akuisisi
berkecepatan tinggi gambar cerdas;
c. menggunakan US teknologi yang paling canggih untuk pemrograman
perangkat, dan perangkat lunak tertanam platform membuat sistem operasi
lebih stabil, respon cepat dan fungsi lebih kuat;
d. sistem ditambahkan ke algoritma khusus, seperti bentuk seleksi, dan daerah
algoritma, untuk memecahkan masalah seperti penyortiran beberapa jenis

kacang sesuai bentuk, warna, dan daerah pada saat yang sama dan
memperluas cakupan penerapan tukang sortir warna, dan membuat multifungsi, spesies multi warna penyortiran menjadi kenyataan;
e. menggunakan paling maju LED optik teknik di dunia, Mesin memiliki
kehidupan yang lebih panjang, lebih baik keseragaman, daerah berbagai
warna lainnya, dan konsumsi daya yang rendah, konsumsi daya hanya 10f.

30% untuk pencahayaan Umum;


menggunakan berbeda slide sesuai bahan yang berbeda, tidak perlu
mengubah sumber cahaya, dan itu sangat cocok untuk berbagai produk
industri, kacang, kacang-kacangan, biji-bijian dan partikel lainnya dan bahan

lembar;
g. menggunakan V jenis, U tipe, datar slide dan teknologi khusus untuk
memastikan produk stabilitas dan kehandalan;
h. mengintegrasikan teknologi lebih dari 10 global paten eksklusif.
Aplikasi:
Padi hibrida, pertanian, beras sortasi, Grading
5. Air Screen Cleaner
Pemisahan berdasarkan pada ukuran dan sifat aerodinamis
Komponen:
Unit ayakan
Unit hembusan

(Sumber: Yulianingsih, 2012)

(Sumber: Yulianingsih, 2012)

6. Cylinder separator
Terdiri dari lekukan2 yang berfungsi untuk mengangkat partikel yang masuk
dalam lekukan. Partikel yang tidak sesuai lekukan dialirkan keluar
Memindahkan biji yang hancur

(Sumber: Yulianingsih, 2012)


Mekanisme kerja

(Sumber: Yulianingsih, 2012)


7. Specific Gravity Separator
Deck
Oscillating unit
Air blowing unit
Differential air control
Differential inclination Control

Mekanisme Kinerja

Biji dituangkan di meja. Getaran akan memisahkan biji berdasarkan


beratnya.

(Sumber: Yulianingsih, 2012)


Mekanisme Kinerja
Biji dituangkan di meja. Getaran akan memisahkan biji berdasarkan beratnya
Specific Gravity Separator
Meskipun biji telah dibersihkan dengan menggunakan air-screen cleaner dan
the indented cylinder, mungkin masih diperlukan untuk mendapatkan kualitas
yang lebih tinggi.
Pada beberapa kasus, separator berdasarkan specific gravity diperlukan.

(Sumber: Yulianingsih, 2012)


Memisahkan berdasarkan perbedaan warna
Perubahan warna disebabkan oleh invansi serangga, infeksi penyakit dan
pengaruh cuaca.

Mekanisme Kinerja

(Sumber: Yulianingsih, 2012)


4.4

Kontrol Hasil Grading


Beras yang sudah di grading masih perlu di periksa lebih lanjut di

laboratorium untuk memastikan mutu fisik, kimia dan biologisnya untuk menjamin
kualitas beras yang sampai di konsumen. Hal ini ditujukan agar konsumen tidak
dirugikan. Pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan sampel yang diambil
secara acak dari produk yang sudah siap diedarkan setiap kali produksi.

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

Kesimpulan
Mutu beras sangat ditentukan oleh beberapa factor, salah satunya adalah

penanganan pasca panen yang meliputi pembersihan, sortasi dan pengkelasan


mutu. Cleaning (pembersihan) adalah proses memisahkan kontaminan dari bahan.
Sortasi merupakan proses pengklasifikasian bahan berdasarkan sifat fisiknya.
Grading merupakan proses pengklasifikasian bahan berdasarkan kualitasnya.
Proses cleaning, sortasi dan grading ini bertujuan untuk menghasilkan beras yang
berkualitas guna meningkatkan nilai ekonomis beras.
5.2

Saran
Proses cleaning, sortasi dan grading produk hasil pertanian, memegang

peranan penting dalam menentukan kualitas akhir suatu produk, khususnya beras.
Oleh sebab itu proses cleaning, sortasi dan grading harus dilakukan dengan
mengikuti prosedur-prosedur baku agar produk yang dihasilkan memiliki kualitas dan
nilai jual yang tinggi serta dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Grading.


http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/11/penanganan_pasca_p
anen_hasil_pertanian.pdf
.Damardjati, D.S. 1988. Struktur kandungan gizi beras. Dalam: Ismunadji, M.,
Gita. 2012. Cleaning Pada Proses Teknologi Pangan.
http://pradiskagita.blogspot.com/2012/06/rangkuman-i.html
Handaka, Suparlan, Harsono, l. Mulyantara. 2009. Pengujian Mesin Prosesing Benih
Padi di PT. Sang Hyang Serio. Laporan Hasil Pengujian.
Haryadi. 2006. Teknologi Pengolahan Beras. Yogyakarta : UGM Press.
Iswari, K. 2012. Kesiapan Teknologi Panen dan Pascapanen Padi dalam Menekan
Kehilangan Hasil dan Meningkatkan Mutu Beras. Jurnal Litbang Pertanian,
31(2), 2012. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat, Jalan
Raya Padang-Solok.
Khalid, A. 1991. Desain dan Uji Teknis Alat Pengukur Kecepatan Terminal Biji-Bijian.
Skripsi, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.
Mansyur, M. 2006. Analisis kelayakan Aspek Pemasaran Pendirian Pusat Grading
Industri Beras (PGIB) Perum Bulog Tambun. Skripsi, Fakultas Teknologi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Mardiah, Z., S. D. Indrasari. 2010. Karakterisasi Mutu Gabah, Mutu Fisik, dan Mutu
Giling Beras Galur Harapan Padi Sawah. Balai Besar Penelitian Tanaman
Padi, Sukamandi.
Mutiarawati, T. 2007. Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian. Fakultas
Pertanian, Universitas Padjadjaran. Bandung.
Naila. 2011. Sortasi. http://www.scribd.com/doc/52365504/cleaning-and-sorting.
Nugraha, U.S., S.J.Munarso, Suismono dan A. Setyono. 1998. Tinjauan tentang
rendemen beras giling dan susut pascapanen: 1. Masalah sekitar rendemen
beras giling, susut dan pemecahannya. Makalah. Balai Penelitian Tanaman
Padi. Sukamandi.
Purwanto, Y.A. 2005. Kehilangan Pasca Panen Padi Kita Masih Tinggi. Inovasi
Online Vol. 4/XVII/Agustus 2005.
Waries, A. 2006. Teknologi Penggilingan Padi. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai